Kusrina Widjajantie, dkk, 2012

advertisement
LAMPIRAN 2: ARTIKEL ILMIAH
MAKNA MUSIK KLASIK BAGI MAHASISWA
PRODI SENI MUSIK FBS UNNES
(Kusrina Widjajantie, dkk, 2012)
Abstract
Classical music, along with its development always has the essence of a musical art. Such a
case, would lead to the emergence of a form or pattern specific adaptation strategies for students to
enjoy classical music. In addition, in ways that are performed in the enjoyment of classical music as
well as how to interpret classical music is also an issue that needs to be found to answer. If so, it is
questionable how student activity among FBS Unnes Prodi Musical Arts in classical music. To enjoy
classical music, art student of music do them: (1) watch live performances (live), namely a concert or
recital, (2) listen to and enjoy music through a variety of media such as radio, television, internet and
music recordings, for example download youtube, mp3, mp4, cassette tapes, CD, VCD, DVD, laser
discs, and phonograph records, and (3) playing the composition musical classic using instruments
under their control. Classical music as a necessity for students to have the meaning of
entertainment, appreciative, expressive, knowledge / insight, religious, and lower secondary.
Constraints faced by students of the art of music study program Unnes in classical music as follows:
the lack of learning music theory, classical music student disinterest and lack of reading musical
notes.
Keywords: meaning, classical music.
A. Pendahuluan
Musik sangat dekat dengan kehidupan warga masyarakat sehari-hari. Setiap saat
warga masyarakat selalu hadir dan bersinggungan dengan musik, baik di rumah, di jalan,
di kantor, bahkan kembali ke rumah lagi selalu ditemani dengan musik. Kebutuhan akan
musik di atas menunjukkan bahwa pemenuhan terhadap kebutuhan estetik merupakan
bagian dari kebutuhan integratif manusia.
Kebutuhan yang menunjukkan martabat
manusia sebagai makhluk yang berakal pikiran, bermoral dan bercita rasa (Rohidi, 1993:
47).
Kebutuhan hidup manusia dalam bermasyarakat sangat beragam dan bertingkattingkat. Salah satu kebutuhan tersebut adalah kebutuhan akan estetika atau kesenian.
Kebutuhan estetika atau kesenian ini tidaklah berdiri sendiri melainkan menyatu atau
terintegrasi ke dalam berbagai kebutuhan hidup lainnya (Triyanto, 1997: 70), termasuk
dalam hal ini kebutuhan estetis mahasiswa terhadap musik klasik.
Musik klasik, seiring dengan perkembangannya selalu mempunyai esensi dalam
sebuah musik seni. Saat ini musik klasik tidak kalah pentingnya dengan musik popular.
Beberapa komponis musik klasik mempunyai dan mewujudkan gagasan-gagasan untuk
27
mengaransemen karya-karyanya supaya menjadi lebih popular. Gaya dan format dalam
bentuk penyajiannya menjadi lebih luas, dari teknik permainan, instrumen yang
digunakan, dan musik style yang mereka pakai.
Dengan demikian sekarang banyak
aransemen musik klasik dengan menggunakan format band, dengan didukung teknologi
digital yang semakin modern dan dikolaborasi dengan gaya-gaya musik pop, jazz dan
rock. Bentuk komposisi musik seperti ini dibuat supaya pendengar lebih mudah menerima
musik klasik dan lebih familier untuk didengarkan atau biasa disebut easy listening (Rizki
HS, 2009: 117).
Hal yang demikian, akan mengakibatkan timbulnya bentuk atau pola strategi
adaptasi yang spesifik bagi mahasiswa dalam menikmati musik klasik. Di samping itu,
cara-cara yang dilakukan dalam menikmati musik klasik serta bagaimana memaknai
musik klasik juga menjadi masalah yang perlu ditemukan jawabannya. Jika demikian
halnya, patut dipertanyakan bagaimana aktivitas mahasiswa di kalangan prodi Seni Musik
FBS Unnes dalam bermusik klasik.
Berdasarkan latar belakang pemikiran di atas, permasalahan yang muncul adalah:
“Bagaimana aktivitas bermusik klasik yang dilakukan mahasiswa prodi Seni Musik FBS
Unnes?”. Untuk mengkaji permasalahan tersebut dirumuskan satuan-satuan masalah yang
saling terkait melalui pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut: (1) Bagaimana cara
mahasiswa prodi seni musik menikmati musik klasik?; (2) Bagaimana makna musik klasik
bagi mahasiswa prodi seni musik?; (3) Kendala-kendala apa sajakah yang dihadapi
mahasiswa dalam bermusik klasik?
Tujuan penelitian adalah (1) ingin mengidentifikasi cara mahasiswa prodi seni musik
menikmati musik klasik (2) ingin memahami dan menjelaskan makna musik klasik bagi
mahasiswa prodi seni musik, (3) ingin mengidentifikasi dan menjelaskan kendala-kendala yang
dihadapi mahasiswa dalam bermusik klasik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode kualitatif dengan strategi analisis model pengembangan deskripsi kasus. Lokasi penelitian
adalah Kota Semarang. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, observasi,
dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah
dengan tahap reduksi data,
penyajian data, dan penafsiran data (verifikasi/penarikan kesimpulan).
B. Musik dan Masyarakat
Masyarakat adalah kesatuan hidup yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama
28
(Koentjaraningrat, 1986: 146-147).
Sebagai kesatuan kehidupan manusia, suatu
masyarakat menempati suatu wilayah tertentu, hidup dalam dan menghadapi serta
rangsangan-rangsangan dari lingkungan serta sumber daya alam sekitar. Dalam rangka
menghadapi tantangan dan rangsangan lingkungan alam, anggota warga masyarakat
tersebut secara dialektis mengembangkan kebudayaan dan sekaligus menggunakannya
secara bersama sebagai pedoman strategi adaptasi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
(Triyanto, 1997: 70).
Kesenian termasuk di dalamnya musik pada dasarnya merupakan salah satu
kebutuhan manusia yang universal. Kehadirannya tidak hanya menjadi milik orang kaya
atau orang yang serba kecukupan, tetapi juga menjadi kebutuhan orang miskin atau orang
yang hidup dalam serba kekurangan (Rohidi, 1993: 111).
Musik yang dikonsumsi
masyarakat tersegmentasi seperti halnya masyarakat yang terbagi dalam beberapa lapisan.
Sebagai implikasinya sering terdengar adanya terminologi “musik kelas bawah” dan
“musik kelas atas” (Suprana, 1988 dalam Irawati, 1992: 41).
Anggapan terhadap terjadinya segmentasi di kalangan komunitas penggemar musik
tersebut juga diungkapkan oleh Remy Sylado (1991: 144-159) yang menyatakan bahwa,
musik pop adalah cengeng, biasanya disukai oleh lapisan masyarakat yang mengalami
kesulitan ekonomi, frustasi, atau biasa disebut dengan rakyat jelata yang tidak pernah
sempat mendengarkan musik-musik mulia seperti musik milik J.S. Bach, Handel, Mozart
atau Beethoven. Sedangkan sebaliknya, musik klasik dan semi klasik biasanya disukai
oleh masyarakat dari lapisan sosial ekonomi kelas atas (lihat Piper dan Jabo, 1987: 11).
Dari uraian tersebut dapatlah dipahami bahwa perilaku berkesenian dalam suatu
kelompok masyarakat sangatlah terkait dengan berbagai faktor maupun berbagai aspek.
Sehingga untuk memahaminya, khususnya yang menyangkut masalah perbedaan perilaku
berkesenian yang teraktualisasi melalui preferensinya terhadap suatu jenis musik, maka
diantaranya dapat dipahami dengan menggunakan teori kelas sosial. Selanjutnya Weber
(dalam Sunarto, 1993: 112-113; Utomo, 2000: 14-15) berpendapat bahwa posisi seorang
dalam masyarakat pada dasarnya didasarkan atas tiga dimensi pokok yakni dimensi
kekayaan/ekonomi, dimensi kehormatan/status, dan dimensi kekuasaan. Dengan dimensi
kekayaan/ekonomi dan dimensi kehormatan/status, maka seseorang yang berada dalam
suatu kelompok kelas maupun status akan memiliki berbagai persamaan dalam hal peluang
untuk menguasai persediaan barang, pengalaman hidup pribadi, gaya hidup (life style)
29
yang meliputi gaya konsumsi dan berbagai hak istimewa serta monopoli atas barang dan
kesempatan ideal maupun material, termasuk bermusik klasik.
C. Musik Klasik
Menurut Frederich Blume, dkk (dalam Karl Edmund Prier, 1993: 76), musik klasik
adalah karya seni musik, yang sempat mengintikan daya ekspresi dan bentuk bersejarah
sedemikian hingga terciptalah suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus.
Sedangkan arti dari musik itu pada dasarnya merupakan pernyataan isi hati manusia
yang diungkapkan dalam bentuk bunyi yang teratur dengan melodi dan ritme, serta
mempunyai unsur harmoni (keselarasan) yang indah (Sunarko, 1988).
Secara umum
unsur-unsur musik terdiri dari dinamika, harmoni, alat musik, meter, melodi, ritme, tempo
dan timbre (warna suara).
suara dalam musik.
Dinamika adalah istilah untuk tingkatan keras-lembutnya
Harmoni merujuk pada dua pengertian: (1) keselarasan nada dalam
pembuatan chord (akor); (2) sistem keselarasan nada dalam akor yang mengatur alur akor.
Alat musik atau instrumen merupakan penentu warna dari musik yang dikelompokkan
menjadi alat musik bersenar (digesek atau dipetik), alat musik tiup kayu dan logam
(umumnya kuningan), serta alat musik perkusif. Meter, adalah hasil dari efek periodik
atau pengulangan getaran yang biasa disebut beat
dalam musik.
Melodi adalah
serangkaian nada yang saling mengikuti satu sama lain yang diatur oleh satu prinsip dasar
tertentu, membentuk ide abstrak yang dapat diingat.
Ritme adalah penyusunan atau
perangkaian panjang pendeknya nada yang jatuh tepat pada beat atau di antara beat yang
dibentuk oleh meter. Tempo adalah kecepatan dalam musik yang diukur dari jumlah beat
per menit. Terakhir, timbre adalah profil harmoni atau kualitas dari suatu sumber suara
yang biasanya mempengaruhi mood dalam musik.
Sedangkan arti klasik sendiri menurut ensiklopedi Indonesia ( Hassan Shadily,
1982; 1793 dalam Karl Edmund Prier, 1993; 76) adalah suatu karya cipta dari masa
lampau yang bernilai seni dan berilmiah tinggi, berkadar keindahan dan tidak akan luntur
sepanjang masa. Istilah ini dipakai tidak hanya pada seni musik, tetapi juga di seni rupa,
seni tari, dan kesenian lainnya.
Musik klasik sebagai salah satu jenis musik sebagaimana yang dimaksudkan dalam
konteks ini adalah jenis musik yang pada mulanya berkembang di kalangan istana Eropa.
Jenis musik ini menggunakan tangganada diatonis, yaitu sebuah tangganada yang
30
menggunakan aturan dasar, teori perbandingan nada yang dirintis oleh Phytagoras (582500SM). Selanjutnya pada tahun 1815 dikembangkan oleh temuan matematikus, Joseph
Faurier.
Bentuk karya musik klasik sepenuhnya matematik, baik dalam karya
instrumental, vokal, individual maupun orkestra (Prier, 1991: 29; Koenigsberger dan
Dorothi, 1979 dalam Parto, 1996: 85).
Seiring perkembangan jaman, pada abad 18,
manusia mengalami pencerahan (Aufklärung), yaitu lewat daya pikirnya mencapai
pengertian diri baru yang makin dewasa dan bebas, kemudian muncullah cita-cita baru
seperti martabat manusia dan kemerdekaan. Hal ini nampak dalam deklarasi hak asasi
manusia di AS tahun 1776, dalam Revolusi Perancis tahun 1789 yang berisi berakhirnya
sistem budak, keinginan untuk toleransi agama, menginginkan hal yang bersifat
sekularisasi. Kebudayaan yang tadinya sedikit banyak dikembangkan sebagai seni untuk
golongan elite terutama di istana, gedung opera dan di gereja katedral, tetapi kini makin
didampingi dengan kebudayaan rakyat dengan musik rumah, salon, restoran. Semula pada
jaman Barok kehidupan sedikit banyak berupa fasade (misalnya rambut palsu), dengan
pernyataan yang berkelebihan (bombastis) dan dibuat-buat (artificial), kini timbul
keinginan ke arah hidup sederhana dan alamiah. Awal era baru yang biasa disebut jaman
klasik, terdapat selama abad 19, tahun 1750 (wafatnya J.S Bach).
Menurut Ensiklopedi Musik, istilah tersebut memiliki empat pengertian yang baku,
yaitu: 1. Karya-karya seni Yunani sebelum Masehi, mencakup sastra, drama, seni rupa,
seni musik dan lain-lain; 2. Suatu periode dalam sejarah komposisi, yaitu jaman setelah
Barok. Rokoko yang dimulai dengan karya Johan Stamitz dengan ciri penemuannya antara
lain, crescendo dan diminuendo;; 3. Termasuk juga karya rock, yang berdasarkan hukumhukum obyektif laksmiwidya (estetik) dan dianggap mencapai tingkat mutu yang
memuaskan; 4. Semua karya lama yang berangkat dari tradisi kraton, dan biasanya
dipisahkan dengan kesenian tradisional yang tumbuh di daerah rural (Tambajong, 1992:
1).
D. Perilaku Bermusik dalam Masyarakat
Perilaku bermusik dalam konteks tindakan sosial sebagaimana diungkapkan oleh
Silberman (1977: 75-76) adalah subyektif, agar tetap tidak mengabaikan segi-segi
prinsipiil dari kehidupan sosial itu sendiri, maka perilaku berkesenian di kalangan
penggemar musik klasik juga akan dipahami dan dijelaskan dengan menerangkan tujuan
31
dari masing-masing tindakan individu serta meneliti makna subyektif yang diberikan
terhadap tindakan yang dilakukannya. Hal tersebut sebagaimana seperti dijelaskan pula
oleh teori tindakan Weber yang menyebutkan bahwa tindakan seseorang pastilah memiliki
makna atau arti subyektif bagi pelakunya (Ritzer, 1992: 44).
Weber membagi bentuk tindakan sosial ke dalam empat macam tindakan, yakni: 1.
Rasionalitas instrumental; 2. Rasionalitas yang berorientasi nilai; 3. Tindakan tradisional;
4. Tindakan afektif (Johnson, 1986: 219-222; Sunarto, 1993: 14-15).
Tindakan rasional instrumental merupakan bentuk tindakan sosial yang sebelumnya
melakukannya terlebih dahulu individu mempertimbangkan dan melakukan pilihannya
secara sadar tentang tujuan maupun alat yang dipergunakan untuk mencapainya.
Sedangkan tindakan rasionalitas yang berorientasi nilai adalah tindakan yang hanya
menempatkan alat sebagai obyek pertimbangan maupun perhitungan yang sadar. Tujuan
dari tindakan tersebut sudah ada dalam hubungannya dengan nilai-nilai akhir individu
yang bersangkutan serta bersifat absolut. Tindakan tradisional sebagai bentuk tindakan
sosial yang bersifat nonrasional, dalam teori ini dijelaskan sebagai tindakan yang
dilakukan individu hanya karena kebiasaan tanpa refleksi yang sadar, serta tanpa
perencanaan. Sedangkan tindakan afektif sebagai bentuk tindakan sosial yang terakhir,
adalah bentuk tindakan individu yang ditandai oleh dominasi perasaan, emosi, serta tanpa
adanya refleksi intelektual dan perencanaan yang sadar.
Berkaitan dengan analisis
terhadap masalah makna perilaku maupun makna tindakan yang dilakukan oleh seseorang,
Herber Blumer, 1969; dalam Sunarto, 1993: 246).
Dengan merujuk beberapa teori tersebut, maka proses pembentukan makna
perilaku/tindakan terhadap musik klasik di mahasiswa prodi seni musik Unnes dapat
digambarkan sebagai berikut :
32
PENGALAMAN MUSIK
Fakta Sosial
yang Berkaitan dengan Musik
Individu
Individu
Makna
Subyektif
Makna
Subyektif
Individu
Makna
Subyektif
(Modifikasi: Utomo, 2000)
E. Pembahasan
Program Studi Pendidikan Seni Musik pada Jurusan Pendidikan Seni Drama
Tari dan Musik (PSDTM) Fakultas Bahasa dan Seni (FBS) Universitas Negeri
Semarang (UNNES) merupakan satu-satunya lembaga pendidikan seni tari formal
yang ada di Kota Semarang. Pada saat ini lembaga pendidikan tersebut beralamat di
Kampus Universitas Negeri Semarang Jalan Sekaran Kecamatan Gunungpati Kota
Semarang.
Program Studi tersebut berdiri sejak tahun 1982 yang pada awalnya
merupakan salah satu program studi pada Jurusan Pendidikan Seni Rupa dan
Kerajinan Tangan Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni Institut Keguruan dan Ilmu
Pendidikan (IKIP) Semarang yang beralamat di kampus lama Jl. Kelud Raya
Semarang.
33
Pada awalnya program studi Pendidikan Seni Musik ini merupakan lembaga
pendidikan program D2 dan D3. Namun karena adanya perubahan kebijakan
pemerintah menyangkut peningkatan kualifikasi tenaga kependidikan di tingkat
sekolah menengah, maka sejak tahun 1990 telah membuka program S1 (strata satu).
Sejalan dengan adanya perubahan tuntutan kebutuhan masyarakat serta kebijakan
dalam bidang pendidikan, maka pada saat ini Program Studi Pendidikan Seni Musik
Jurusan Pendidikan Seni Drama Tari dan Musik Fakultas Bahasa dan Seni Universitas
Negeri
Semarang
mempunyai
visi
sebagai
program
studi
yang
mampu
mengembangkan pengajaran Seni Musik serta menghasilkan tenaga kependidikan
yang profesional di bidang pengajaran musik serta dapat mandiri di masyarakat sesuai
dengan bidangnya. Berkaitan dengan visi tersebut maka misinya adalah menghasilkan
lulusan yang profesional di bidang pendidikan seni musik serta dapat hidup mandiri di
masyarakat sesuai dengan bidangnya. Tujuannya adalah menciptakan sarjana
pendidikan seni musik yang profesional dan mampu menghadapi tantangan jaman.
Program Studi Pendidikan Seni Musik Jurusan PSDTM FBS UNNES
memiliki 16 orang dosen tetap yang mengampu berbagai mata kuliah yang ada pada
struktur program program studi pendidikan muaik tersebut. Dari sejumlah 16 orang
dosen tersebut 3 orang merupakan dosen perempuan dan 13 orang lainnya laki-laki.
Sedangkan jumlah mahasiswa pada setiap tahunnya tidak tetap, hal tersebut
disebabkan karena selalu adanya perubahan berbagai kebijakan yang terkait dengan
daya tampung mahasiswa pada setiap tahunnya. Sekilas tentang data mahasiswa
Program Studi Pendidikan Seni Musik Jurusan PSDTM FBS UNNES dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
No.
Tahun
Jumlah Mahasiswa
1.
2008
56
2.
2009
86
3.
2010
88
4.
2011
90
5.
2012
110
Tabel: Kondisi jumlah mahasiswa Prodi Seni Musik FBS UNNES
34
Masyarakat program studi seni musik Unnes mayoritas berasal dari kota
pesisir pantai utara, seperti Brebes, Tegal, Pemalang, Batang, Kendal, Semarang,
Jepara, dan Pati. Masyarakat daerah pantura, terkenal dengan peminat musik yang
keras seperti musik rock, musik dangdut koplo, yang berirama cepat. Begitu juga
dengan mahasiswa prodi seni musik, yang menyukai musik rock, dan dangdut, tetapi
ada juga mahasiswa prodi seni musik yang menyukai musik pop, yang dimainkan
live.
Ketertarikan mahasiswa prodi dengan musik pop dikarenakan musik pop
terkenal dengan syair yang mudah dimengerti, dengan tema yang menyentuh hati,
seperti percintaan. Semua musik yang mereka kenal adalah musik live yang ada di
panggung terbuka, yang cenderung hingar bingar dan mengundang banyak orang.
Bisa dikatakan kriteria musik di daerah mahasiswa tempati, jarang diperdengarkan
dan mendengarkan musik klasik.
Dalam pembelajaran di prodi musik Unnes, menekankan kepada mahasiswa
untuk mempelajari musik klasik sebagai dasar pembelajaran musik untuk anak didik
kelak.
Dasar pembelajaran musik di Unnes menggunakan metode musik barat.
Selain menerima ilmu melalui dosen mereka, mahasiswa juga dituntut untuk sering
mengapresiasi musik klasik melalui acara konser musik klasik, acara musik klasik di
televisi ataupun siaran radio tentang musik klasik.
Hal ini ditekankan supaya
mahasiswa menjadi terbiasa untuk mendengarkan musik klasik.
F.
Cara Menikmati Musik Klasik
Dalam tradisi musik Barat (musik diatonis) atau dalam masyarakat kita sering
disebut musik klasik, terdapat beberapa kategori literatur musik, antara lain seperti (1)
orkes simfoni; (2) opera; (3) musik tarian; (4) art song; (5) musik religius (agamawi);
dan ( 6) musik mutlak maupun musik programa (Bramantyo, t.t: 260-318 dan Neil
1998: 44-52, 179-182).
Mahasiswa prodi seni musik Unnes dalam menikmati musik klasik melalui
media-media rekaman musik yang ada, mp3 dan mp4 dengan cara men-download.
Mahasiswa jarang membeli CD dan kaset dikarenakan harganya mahal untuk kantong
mahasiswa, dan untuk sekarang kaset musik klasik sudah jarang dijual. Koleksi
rekaman musik klasik hanya di jumpai di dua buah toko kaset, yakni toko Disc Tara
35
di pertokoan matahari Simpang Lima, serta toko kaset Bulletin di Jalan Pandanaran.
Koleksi musik klasik ada hanya sebatas ber-cover bayi, artinya koleksi musik klasik
yang beredar baik untuk bayi di dalam kandungan. Terbatasnya koleksi rekaman
musik klasik di beberapa toko kaset tersebut menurut pengakuan salah seorang
penjual kaset yang berhasil peneliti wawancarai adalah karena rekaman musik klasik
menurutnya sangatlah jarang diminati oleh pembeli.
Selain mendengar menggunakan alat seperti yang sudah disebutkan di atas,
mahasiswa juga menyaksikan musik klasik secara live, seperti menyaksikan resital
musik klasik, konser musik klasik, bahkan menyaksikan temannya sendiri memainkan
musik klasik di kelas. Apabila mahasiswa sudah mampu untuk membaca not balok
atau partitur, mahasiswa dapat menikmati musik klasik tersebut dengan memainkan
lagu klasik sendiri menggunakan alat musik yang dikuasainya. Menurut mereka
selain dapat merasakan, memperlancar ketrampilan, mahasiswa merasa bangga
dengan permainannya.
G.
Makna Musik Klasik
Dari beberapa hasil penelitian khususnya yang dilakukan terhadap mahasiswa
Unnes, yang sebagian besar berasal dari pantura, yang merupakan penggemar musik
dangdut dan musik rock, memberikan informasi bahwa menikmati musik pada
dasarnya adalah merupakan kebutuhan (Rohidi, 1993: 104-105).
Sebagai sebuah kebutuhan, musik bagi penggemarnya merupakan bagian yang
tak terpisahkan dalam kehidupan sehari-harinya. Berbagai upaya dilakukan seseorang
untuk dapat menikmati musik kesukaannya atau bahkan mempelajarinya dan
mendalaminya.
Di kalangan penggemar musik klasik mendengarkan / menikmati musik biasa
dilakukan pada saat sedang dalam perjalanan (dengan menggunakan headset), sedang
belajar (sebagai teman belajar), maupun pada saat suasana santai di rumah. Dalam
pemilihan waktunya di antaranya bahkan ada yang melakukannya dengan cara
menyediakan waktu secara khusus, misalnya ada yang biasa melakukannya ketika
menjelang tidur, malam hari, maupun pagi hari sebelum berangkat ke kampus.
36
Setelah melakukan wawancara, peneliti dapat mengasumsikan bahwa musik
klasik sebagai sebuah kebutuhan, antara lain bermakna sebagai hiburan, apresiatif,
ekspresif, wawasan atau pengetahuan, religius dan pendidikan.
1.
Hiburan
Sampai saat ini paham musik sebagai sebuah kebutuhan yang bermakna
sebagai suatu kebutuhan yang bermakna hiburan masih berlaku di kalangan
masyarakat luas (Pasaribu, 1986: 130; Sunarto, 1995:XV).
Sebagai kebutuhan,
karena kehadiran musik tidak pernah lepas dari kehidupan sehari-hari para
penggemarnya. Dengan menikmati musik mereka akan mendapatkan kegembiraan,
kesegaran rohani, memperoleh kepuasan, serta dapat memanfaatkannya sebagai
pengisi waktu luang ataupun hobi. Salah satu mahasiswa prodi musik (wawancara:
Lutfiana, 2012) menuturkan bahwa, “Musik klasik sangat saya butuhkan untuk
hiburan diri saya sehari-hari’. Selanjutnya mahasiswa yang berbeda mengungkapkan
bahwa dengan cara mendengarkan musik klasik, beban kehidupan menjadikannya
lebih enjoy. Dengan demikian secara psikologis music klasik sangat mempengaruhi
pikiran manusia (Wawancara: Kesowo, 2012).
Hal yang sama diungkapkan olah Fadli bahwa:
“Musik klasik bagi saya lebih dari sekedar hiburan, karena dengan
mendengarkan musik akan menjadikan konsentrasi saya dalam belajar bisa
lebih baik ... Bagi saya mendengarkan musik dapat diibaratkan seperti
makan”.
Apa yang diungkapkan oleh Fadli tersebut tampaknya juga terbukti melalui
kepemilikkannya terhadap berbagai fasilitas untuk menikmati musik.
Fadli
merupakan penggemar musik klasik, ia memiliki dan mengkoleksi buku-buku klasik
serta banyak rekaman musik klasik baik yang berupa pita kaset, mp3, mp4 dan CD.
Fasilitas dan media tersebut di atas menjadikan permainan piano klasiknya pun bagus.
Sebagai hiburan, musik klasik bagi mereka dianggap sebagai jenis musik yang
berbobot serta serius baik dalam proses penciptaannya maupun ketika menikmatinya.
Musik klasik karena bobotnya tersebut, penggemar musik klasik menganggap bahwa
musik klasik merupakan musik yang tidak lekas membosankan atau bersifat abadi
(sepanjang masa).
37
2.
Apresiatif
Di
kalangan
penggemar
musik
klasik
menyatakan
bahwa,
ketika
mendengarkan musik klasik selain melibatkan rasa senantiasa juga melibatkan rasio.
Mendengarkan musik bagi mereka bukan hanya sebuah tindakan pasif ataupun hanya
sekedar untuk mendapatkan kesenangan dari keindahan bunyi saja, namun demikian
dengan reseptif serta senantiasa mengetahui untuk apa mendengarkan, berfikir,
mencermati serta mencoba memahami musik yang didengarkannya.
Berkaitan dengan hal tersebut maka mendengarkan musik klasik bagi mereka
merupakan upaya apresiasi yang dalam melakukannya membutuhkan konsentrasi,
keseriusan (tidak sambil lalu), serta kesadaran yang tajam tentang apa yang terjadi
pada musik yang didengarkannya.
Sebagai sarana berapresiasi khususnya terhadap karya-karya instrumentalnya
mereka berpendapat bahwa musik klasik merupakan musik yang netral, dalam arti
memberi kebebasan kepada penikmatnya untuk menafsirkan dan mengapresiasinya.
Mereka tidak akan terpengaruh (digiring) oleh muatan syair seperti yang terjadi ketika
mendengarkan musik-musik yang menggunakan penyanyi atau vokalis. Musik klasik
menurut mereka juga merupakan musik yang berjiwa, mendalam serta memberikan
ketenangan dan kesempatan kepada penikmatnya untuk melakukan penghayatan dan
apresiasi pada dunia musik yang sesungguhnya.
3.
Ekspresif
Berekspresi estetik merupakan salah satu kebutuhan manusia yang tergolong
ke dalam kebutuhan integratif. Kebutuhan ini muncul karena adanya dorongan dalam
diri manusia yang secara hakiki senantiasa ingin merefleksikan keberadaannya
sebagai makhluk yang bermoral, berakal dan berperasaan (Rohidi, 1993: 51). Musik
sebagai sarana berekspresi karena dengan musik seseorang dapat mengekspresikan
pikiran dan perasaannya baik melalui nada-nada yang diciptakannya atau melalui
nada-nada yang dimainkannya. Berkaitan dengan hal tersebut, maka makna ekspresif
musik klasik bagi para mahasiswa Unnes, karena selain mereka menikmati musik
hanya dengan mendengarkan saja, ternyata juga mahasiswa seni musik Unnes
menikmati musik klasik tersebut dengan cara memainkan langsung karya-karya musik
38
klasik yang ada. Di antaranya ada yang melakukan dengan menggunakan instrumen
piano, biola, gitar dan flute.
4.
Wawasan atau Pengetahuan
Wawasan maupun pengetahuan tentang musik ternyata merupakan hal yang
sangat penting bagi mahasiswa seni musik Unnes. Dalam memaknai musik klasik,
mahasiswa seni musik Unnes akan mendapatkan wawasan atau pengetahuan musik
yang lebih banyak. Begitu pula sebalikny, dalam memaknai musik klasik, apabila
kita tidak mempunyai dasar teori musik yang cukup, kita akan susah memaknai musik
klasik.
Selain sebagai seni mereka juga menganggap bahwa musik merupakan ilmu.
Berbagai upaya dilakukan untuk mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang
musik seperti mempelajari/mendalami musik, mengikuti seminar, mengkoleksi
rekaman musik, partitur musik, membaca resensi musik dan beberapa literatur
misalnya ensiklopedi musik dan sejarah musik. Sebelum memaknai musik klasik,
mahasiswa seni musik Unnes disiapkan untuk mempelajari kritik musik, sosiologi
musik, antropologi musik, filosofi musik, psikologi musik, matematik musik, terapi
musik dan lain-lain.
Selain
mencari
pengetahuan
musik
dari
pendidikan
formal
yang
dikurikulumkan oleh prodi seni musik Unnes, dalam memaknai musik klasik
mahasiswa juga belajar melalui temannya, melalui orang tuanya, dengan mengikuti
kursus, atau mempelajari/mendalaminya melalui sebuah sekolah musik, akademik
musik maupun institut seni.
Di antara mereka tidak ada yang mempelajari secara otodidak atau
mempelajarinya sendiri. Hal tersebut dapat dipahami karena dalam proses belajar,
musik klasik akan senantiasa berhadapan dengan berbgai kemampuan seperti
membaca notasi, teori musik, teknik bermain musik, serta berbagai tahapan yang
harus dilalui.
5.
Religius
Musik telah mengabdi pada kebutuhan-kebutuhan dan pemikiran-pemikiran
agamawi manusia sejak dahulu. Beberapa musik yang paling hebat di dunia memiliki
39
tujuan agamawi dan dapat dinikmati makna artistiknya sama seperti makna religius
yang terkandung di dalamnya (Bramantyo, tt:344).
Berkaitan dengan makna tersebut, dari hasil wawancara diperoleh informasi
bahwa meskipun di antara mahasiswa seni musik Unnes tidak secara langsung
menempatkan musik klasik sebagai sebuah musik yang dimaksudkan untuk
menciptakan atau menunjang pola sikap pemujaan, namun makna musik klasik
sebagai bagian dari hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan religius tetap terlihat
di antara mereka.
Beberapa pernyataan penggemar musik klasik berikut ini memberikan gambaran
tentang hal tersebut seperti yang diungkapkan oleh Violina (wawancara: 2012)
bahwa:
“Dengan mendengarkan musik bagi saya akan dapat menumbuhkan inspirasi,
menciptakan keheningan ...., ketika berdoa disertai dengan mendengarkan
musik yang bernuansa lembut maka akan bisa menjadikan saya lebih
berkonsentrasi ke dalam suasana doa tersebut”.
Hal yang sama diungkapkan Fransiskus (wawancara, 2012) bahwa, ketika ia
mempelajari musik klasik khususnya karya Johann Sebastian Bach, ia selalu terbawa
untuk bernyanyi lagu-lagu Gerejawi. Sa’dullah (wawancara, 2012) menuturkan bahwa
musik klasik nuansa musikalnya hamper sama dengan music gerejawi.
.
6.
Pendidikan
Pendidikan adalah sebuah proses di mana setiap individu dalam masyarakat
akan mengenal, menyerap, mewarisi, dan memasukkan dalam dirinya segala unsurunsur kebudayaannya yang berupa nilai-nilai, kepercayaan, pengetahuan dan
teknologi (Rohidi, 1994: 11).
Berkaitan dengan hal tersebut beberapa pernyataan dari mahasiswa prodi seni
musik Unnes memberikan informasi bahwa musik klasik bagi mereka di antaranya
juga bermakna pendidikan. Hal tersebut khususnya terlihat di kalangan mereka yang
senantiasa mencoba mensosialisasikan musik kegemarannya kepada anak-anaknya.
Proses sosialisasi tersebut antara lain dilakukan dengan mengkondisikan anakanaknya dengan cara memutar musik-musik klasik yang dimulai sejak anaknya masih
kecil, atau mengajarinya bermain musik, maupun memasukkan anaknya ke tempattempat kursus musik yang ada.
Ada beberapa hal yang mendorong mereka
40
mengajarkan atau mengkursuskan musik klasik kepada anak-anaknya, antara lain I
sebagai berikut :
Musik klasik dianggap dasar dari segala jenis musik serta berbagai teknik
permainan instrumen musik yang ada (khususnya yang bertangganada diatonis).
Sehingga dengan belajar musik klasik mahasiswa
berharap akan mempunyai
kemampuan bermain instrumen musik, mengapresiasi musik, serta memiliki selera
musik yang baik.
Musik klasik dianggap sebagai musik yang dapat berpengaruh positif terhadap
perkembangan otak serta kejiwaan anak. Dengan memiliki kemampuan bermain
musik diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan bergaul atau menjalin komunikasi
dengan berbagai kalangan. Dengan mendalami dan menguasai musik klasik
diharapkan bisa menjadi bekal ketrampilan bagi mahasiswa dikemudian hari.
Pembentukan makna terhadap musik klasik oleh mahasiswa dipengaruhi oleh
penafsiran atau motivasi dari masing-masing mahasiswa. Walaupun mahasiswa prodi
seni musik Unnes berasal dari berbagai dari beberapa daerah, yang mempunyai
lingkungan asal dan karakter musik asal yang berbeda, dan saat ini diasah di prodi
seni musik Unnes, akan memberikan makna yang berbeda terhadap musik klasik.
Berkaitan dengan masalah tindakan sosial seperti telah diuraikan pada bagian
sebelumnya bahwa Weber membagi tindakan tersebut ke dalam empat tipe macam
tindakan, yakni (1) tindakan yang diarahkan secara rasional guna tercapainya suatu
tujuan (rasionality instrumental); (2) tindakan yang berorientasi pada suatu nilai
(rasionalitas yang berorientasi nilai); (3) tindakan tradisional; (4) tindakan afektif
(Sunarto, 1993: 14-15, 145 dan Johnson, 1986: 219-222).
Sehingga apabila hal
tersebut dikaitkan dengan berbagai makna yang diberikan terhadap musik klasik di
kalangan mahasiswa, maka dapat dijelaskan bahwa :
a) Mahasiswa menempatkan musik klasik sebagai hiburan, sarana berekspresi
maka dapat dikatakan melakukan tindakan afektif. Dengan tiper tindakan
ini ketika mereka mendengarkan, menikmati, atau memainkan musik klasik
lebih menempatkan perasaan atau emosi sebagai bagian yang dominan.
b) Mahasiswa yang menempatkan musik klasik sebagai sarana untuk
berapresiasi, menambah wawasan atau pengetahuan, sebagai sarana
41
pendidikan, maka dapat dikatakan bahwa mereka melakukan tindakan yang
bertipe rasionalitas instrumental.
Yakni suatu tindakan yang diarahkan
secara rasional guna tercapainya suatu tujuan.
Dalam tipe ini tindakan
seseorang dalam mengkonsumsi musik klasik lebih mengedepankan
pertimbangan rasionalitas, yakni dengan sadar mereka mempertimbangkan
dan memilih segala sesuatu yang berhubungan dengan tujuan tindakan serta
alat/instrumen yang dipergunakan untuk mencapainya.
c) Di kalangan mahasiswa, musik klasik sebagai sarana religius, maka dalam
teori ini mahasiswa telah melakukan tindakan rasionalitas yang berorientasi
nilai. Dengan tindakan tersebut musik klasik sebagai alat hanya digunakan
sebagai obyek pertimbangan dan perhitungan yang sadar. Sedangkan tujuan
dari tindakan itu sudah ada dalam hubungannya dengan baginya.
H.
Kendala-kendala dalam bermusik klasik
Dalam bermusik klasik, mahasiswa mengalami kendala-kendala dalam
menikmati musik klasik. Dalam menikmati musik klasik, mahasiswa harus mengenal
dulu dasar-dasar musik klasik. Menurut mereka yang semula hanya memdengarkan
musik klasik merasa tenang, dan mengantuk, karena alunan musiknya harmonis, dan
enak didengar.
Seorang mahasiswa prodi seni musik, wajib untuk bermusik klasik, yang
sangat penting untuk pembelajarannya dalam memainkan alat musik (piano, gitar,
biola). Dalam hal ini mahasiswa harus mengalami proses
mengenal, memainkan
dan mengapresiasi. Tentunya ada kendala-kendala untuk mengalami proses ini, yaitu,
dalam proses mengenal, mahasiswa paling tidak harus banyak mendengarkan musik
klasik. Padahal harga kaset atau VCD musik klasik mahal. Yang kedua, dalam usaha
mendengarkan musik klasik, mahasiswa harus mempunyai lingkungan pencinta musik
klasik, karena lingkungan sangat mendukung dalam proses mendengarkan.
Proses mendengarkan lebih ringan dibandingkan dengan proses memainkan,
karena dalam proses memainkan, mahasiswa harus mengetahui notasi balok (umum),
karena sebagian besar karya musik klasik dituangkan dalam partitur. Pada umumnya
mahasiswa kurang dalam hal membaca partitur not balok. Hal ini sangat menghambat
proses memainkan musik klasik. Faktor lingkungan pun juga ikut mendukung dalam
42
hal ini. Sebab apabila kita latihan di lingkungan yang bukan musik klasik, biasanya
kurang cocok dengan suara latihan musik klasik. Etude-etude dalam latihan musik
klasik, bagi yang tidak biasa mendengar akan sangat mengganggu. Yang ketiga, kita
harus sering hunting partitur musik klasik.
Proses apresiasi musik klasik sangatlah kompleks, tetapi sebelumnya kita
harus mengetahui arti kata apresiasi yaitu menilai. Kompleks disini berarti selain
mahasiswa harus sudah mempunyai dasar teori musik, mahasiswa juga harus cukup
untuk bisa untuk memainkan alat musik. Musik klasik sangatlah penuh dengan teoriteori musik yang perlu dipelajari sebelumnya.
Kendala-kendala yang ada di mahasiswa prodi seni musik Unnes tersebut di
atas
dapat
dirangkum
sebagai
berikut:
kurangnya
belajar
teori
musik,
ketidaktertarikan mahasiswa dengan musik klasik dan lemahnya dalam membaca not
balok.
Maka dari itu pengajar sering mengupayakan kepada mahasiswa untuk
meningkatkan kualitas mahasiswa dengan cara :
a. Memainkan etude sederhana, yang berguna untuk memperlancar jari,
sekaligus melatih memainkan dinamika.
b. Banyak mendengarkan lagu klasik yang berguna untuk membiasakan diri
mendengarkan banyak lagu klasik.
c. Mencari lagu klasik di internet, didengarkan, didownload dalam bentuk mp3
dan diprint partiturnya. Setelah itu baru mahasiswa tersebut latihan dengan
partitur sambil dicocokkan suaranya dengan mp3 hasil download tersebut.
d. Setiap akhir semester, mahasiswa piip piano menampilkan berbagai macam
lagu klasik untuk ujian smesteran yang disaksikan teman-temannya.
e. Selalu bertanya dengan teman atau dosen setiap ada partitur lagu klasik yang
susah.
f. Bermain lagu pop klasik yang sering dimainkan, atau sering didengarkan di
mass media, untuk membiasakan mendengarkan musik klasik.
g. Seseorang harus senang dengan musik klasik
h. Seseorang harus mempunyai ilmu teori musik yang cukup tinggi
i. Seseorang harus sering mendengarkan lagu klasik
j. Seseorang harus mencari inspirasi
43
k. Dengan adanya upaya-upaya diatas, diharapkan mahasiswa dapat benar-benar
menikmati musik klasik.
I. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan terhadap berbagai fakta empirik,
beserta data, maupun informasi yang diperoleh dalam penelitian ini, maka dapat
ditarik kesimpulan bahwa musik klasik bagi mahasiswa prodi seni musik di Unnes
merupakan musik yang jarang didengarkan oleh mahasiswa sebelum masuk ke Unnes.
Setelah masuk ke Unnes, musik klasik mulai didengarkan oleh mahasiswa dengan
alasan bahwa untuk memperkaya jenis musik yang dimiliki mereka yang selama ini
jarang didengarkan. Sehingga musik klasik bermakna apresiatif bagi mahasiswa.
Selain itu musik klasik mempunyai dasar teori untuk pembelajaran anak didik
kelak waktu mahasiswa sudah mulai mengajar, sehingga mereka berusaha untuk
mempelajari dan mendengarkan musik klasik.
Musik klasik diperdengarkan pada mata kuliah pembelajaran alat musik,
seperti piano, biola, gitar, flute, dan saxophone. Musik klasik dipakai untuk berlatih
etude atau ketrampilan alat musik, biasanya memakai tulisan not balok. Sehingga
bisa dikatakan bahwa musik klasik bermakna pendidikan bagi mahasiswa.
Untuk menikmati musik klasik, mahasiswa menggunakan media seperti pita
kaset, CD, VCD, you tube, MP3, MP4. Hal ini dilakukan karena jenis musik ini
hanya sesekali muncul dalam pertunjukan (live) maupun dalam siaran radio dan
televisi yang ada. Selain dengan cara-cara tersebut, mahasiswa melakukan dengan
cara memainkan langsung karya-karya klasik dengan menggunakan instrumen musik
yang dikuasainya.
Ada beberapa hal yang melatarbelakangi proses mahasiswa menyukai musik
klasik, antara lain yakni: (1) keluarga dan orang tua; (2) lingkungan sosial; (3)proses
pendidikan; (4) media massa. Musik
klasik
sebagai
sebuah
kebutuhan,
bagi
mahasiswa mempunyai makna hiburan, apresiatif, ekspresif, pengetahuan / wawasan,
religius, dan pendikan. Kendala-kendala yang dihadapi mahasiswa prodi seni musik
Unnes dalam bermusik klasik sebagai berikut: kurangnya belajar teori musik,
ketidaktertarikan mahasiswa dengan musik klasik dan lemahnya dalam membaca not
balok. Di kalangan mahasiswa, mempelajari musik klasik dan trampil dan bermain
musik merupakan suatu keahlian yang bisa bermakna sebagai profesi.
44
DAFTAR PUSTAKA
Irawati, I.R. 1992. “Musik Jazz dan Dangdut dalam Analisis Stratifikasi Sosial”.
dalam Jurnal Sosiologi FISIP UI. Vol. 1.
Johnson, D.P. 1986. Teori Sosiologi Klasik dan Modern jilid 1. Jakarta: PT.
Gramedia.
Koentjaraningrat. 1986. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Bina Aksara.
Mack, D. 1995. Apresiasi Musik Populer. Yogyakarta: Yayasan Pustaka Nusantara.
Miles, M.B dan Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan oleh
Tjetjep Rohendi Rohidi, Jakarta: UI Press.
Oetomo. 1995. ”Penelitian Kualitatif”. Dalam Bagong Suyanto, dkk. Metode
Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga Universiy Press.
Parto, S. 1996. Musik Seni Barat dan Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
Piper, S. dan Jabo, S. 1987. ”Musik Indonesia dari Tahun 1950-an hingga 1980-an”.
dalam Prisma, No. 5, tahun XVI, Mei.
Poloma, M.M. 1984. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: CV. Rajawali.
Prier, K.E. 1991. Sejarah Musik Jilid 1. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
______,. 1993. Sejarah Musik Jilid 2. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.
Reed, H.O. dan Sidnell, R.G. 1978. The Materials of Music Composition. Philippines:
Addison Wesley Publishing Company, Inc.
Ritzer, G. 1992. Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda. Jakarta: Rajawali
Press.
Rizki HS, Irfanda. 2009. “Perkembangan Bentuk Penyajian dan Fungsi Eine Kleine
Nachtmusik K.525 Karya Wolfgang Amadeus Mozart”. Harmonia Jurnal
Pengetahuan dan Pemikiran Seni volume IX No.2 desember 2009 p.114-125.
45
Rohidi, Tjetjep Rohendi. 1993. “Ekspresi Seni Orang Miskin: Adaptasi Simbolik
terhadap Kemiskinan”. Disertasi Doktor Bidang Antropologi Progran
Pascasarjana Universitas Indonesia (tidak dipublikasikan).
______,. 1993. “Dangdut dan Orang Miskin: Analisis Kesenian dalam Perspektif
Antropologi”. Media FPBS IKIP Semarang No.2 tahun XVI Juli 1993 p.4769.
Shadily, H. 1992. Ensiklopedi Indonesia Jilid 3. Jakarta: Ictiar Baru-Van Hoeve.
Silberman, Alphon. 1977. The Sosiology of Musik. USA: Greenwood Press.
Sunarko, H. 1988. Seni Musik. Klaten:PT. Intan Pariwara.
Sunarto, K. 1993. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI.
Susanti, E.H. 1995. ”Penelitian Kualitatif”. Dalam Bagong Suyanto, dkk. Metode
Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga Universiy Press.
Sutopo, H.B.1990. ”Metode Penelitian Kualitatif”, Makalah disajikan ddi depan
dosen Jurusan Teknologi Pendidikan dan Kejuruan FKIP UNS Surakarta,
tanggal 21 Desember 1990.
Sylado, R. 1991. “Musik Pop Indonesia: Suatu Kekebalan Sang Mengapa”. dalam
Edi Sedyawati dan Supardi Djoko Damono. Seni dalam Masyarakat Indonesia
(Bunga Rampai), Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Tambajong, J. 1992. Ensiklopedi Musik. Jakarta: PT Cipta Adi Pustaka.
Triyanto. 1997. “Perubahan Kesenian dalam Perspektif Teori Sosiohistoris Siklus
Ibnu Khaldun”. Media FPBS IKIP Semarang No.4 tahun XX Oktober 1997
p.69-84.
Utomo, Udi. 2000. ”Musik Klasik dan Penggemarnya: Analisis Kesenian dalam
Perspektif Sosiologi (Studi Kasus di Kota Semarang)”. Tesis pada Program
Pascasarjana Unair Surabaya.
Zeitlin, I.M. 1995. Memahami Kembali Sosiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada
University Press.
46
Download