Pembuatan Film Lithium Niobate (LiNbO3) Pada Beberapa

advertisement
PEMBUATAN FILM LITHIUM NIOBATE (LiNbO3)
PADA BEBERAPA MOLARITAS DAN
KARAKTERISASI SIFAT LISTRIK, SIFAT OPTIK
DAN STRUKTUR KRISTALNYA
DANIEL VIKTORIUS
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
DANIEL VIKTORIUS. Pembuatan Film Lithium Niobate (LiNbO3) pada
Beberapa Molaritas dan Karakterisasi Sifat Lisrik, Sifat Optik dan Struktur
Kristalnya. Dibimbing oleh IRZAMAN.
Abstrak
Fotodioda film lithium niobate (LiNbO3) telah berhasil dibuat dengan menumbuhkan
LiNbO3 di permukaan substrat Si(100) tipe-p dengan menggunakan metode sol gel
berdasarkan teknik spin coating pada kecepatan putar 3000 rpm selama 30 detik. Film
LiNbO3 dibuat dengan konsentrasi 0,5 M, 1 M, dan 2 M dan proses annealing pada suhu
900°C selama 1 jam, 8 jam, 15 jam, dan 22 jam. Dilakukan karakterisasi sifat listrik,
optik, dan struktur film. Karakterisasi I-V dilakukan pada kondisi gelap dan terang. Hasil
yang diperoleh menunjukkan bahwa film bersifat fotodioda. Hasil karakterisasi I-V juga
menunjukkan bahwa konsentrasi molaritas turut mempengaruhi bentuk dioda film, yaitu
molaritas yang makin tinggi maka bentuk dioda filmnya itu semakin baik, yaitu pada
molaritas 1 M dan waktu annealing 15 jam. Konduktivitas listrik (σ) film annealing
selama 1 jam, 8 jam, 15 jam, dan 22 jam berturut-turut adalah 1.49 x 10-5 S/cm, 2.05 x
10-5 S/cm, 2.27 x 10-5 S/cm, 6.66 x 10-5 S/cm. Nilai konduktivitas listrik (σ) tersebut
berada dalam rentang σ semikonduktor, sehingga film LiNbO3 yang dihasilkan
merupakan material semikonduktor. Selain karakterisasi I-V dan konduktivitas listrik
dilakukan juga karakterisasi konstanta dielektrik (ε). Nilai ε film menurun ketika
tegangan ditingkatkan dari 1 volt, 3 volt, dan 5 volt. Sedangkan semakin lama film
ditahan pada suhu 900o C mengakibatkan konstanta dielektriknya meningkat.
Karakterisasi sifat optik meliputi pengukuran absorbansi dan reflektansi film. Kurva
absorbansi yang diperoleh memperlihatkan panjang gelombang yang paling banyak
diserap dan dipantulkan, yaitu berkisar dari 400-500 nm dan 570-600 nm. Data
reflektansi film dapat digunakan untuk menghitung indeks bias (n) dan energy gap (Eg).
Kurva absorbansi yang diperoleh memperlihatkan panjang gelombang yang paling
banyak diserap dan dipantulkan yaitu berkisar dari 400-500 nm dan 570-600 nm
Karakterisasi sifat struktur berupa pengujian XRD. Hasil yang diperoleh memperlihatkan
intensitas difraksi tertinggi dimiliki oleh film LiNbO3 pada waktu annealing 1 jam,
sedangkan intensitas difraksi terendah dimiliki oleh film LiNbO3 pada waktu annealing
22 jam.
Kata Kunci : lithium niobate (LiNbO3), annealing, sifat listrik, sifat optik, sifat struktur.
PEMBUATAN FILM LITHIUM NIOBATE (LiNbO3) PADA
BEBERAPA MOLARITAS DAN KARAKTERISASI SIFAT
LISTRIK, SIFAT OPTIK DAN STRUKTUR KRISTALNYA
DANIEL VIKTORIUS
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Sains pada
Departemen Fisika
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
: Pembuatan Film Lithium Niobate (LiNbO3) pada Beberapa
Molaritas dan Karakterisasi Sifat Lisrik, Sifat Optik dan
Struktur Kristalnya
Nama
: Daniel Viktorius
NIM
: G74070052
Disetujui :
Pembimbing
Dr. Ir. Irzaman, M.Si
NIP. 19630708 199512 1001
Diketahui
Ketua Departemen Fisika
Dr.Akhiruddin Maddu
NIP. 19660907 199802 1006
Tanggal lulus :
KATA PENGANTAR
Puji Syukur saya ucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa, karena dengan izin-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Pembuatan Film Lithium Niobate
(LiNbO3) pada Beberapa Molaritas dan Karakterisasi Sifat Lisrik, Sifat Optik dan
Struktur Kristalnya . Setelah berusaha dan berdo'a, hasilnya penulis serahkan kepada
Sang Pencipta. Skripsi ini disusun agar penulis dapat menyelesaikan kuliah dan sebagai
salah satu syarat kelulusan program sarjana di Departemen Fisika Fakultas Matematika
dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor.
Selanjutnya terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Irzaman yang telah
memberi semangat, kritik, dan saran kepada penulis agar penulisan hasil penelitian ini
dapat selesai. Atas jasa beliau juga penulis dapat menyelesaikan hasil penelitian ini
dengan baik. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada orang tua penulis yang selalu
memberikan doa dan dukungan agar kami terus berkarya dan mengeluarkan ide-ide agar
berguna bagi masyarakat. Kepada seluruh teman-teman di Departemen Fisika IPB penulis
juga sangat berterima kasih. Berkat dukungan dan kerjasama dari teman-teman, penulis
dapat menyelesaikan penulisan hasil penelitian ini dengan baik. Ucapan terima kasih juga
penulis sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi baik langsung maupun
tidak langsung dalam penulisan skripsi ini..
Akhir kata, dengan adanya tulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat
yang besar. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan untuk kemajuan dari
penerapan material yang telah dilakukan penelitian saat ini.
Bogor, Juli 2012
Penulis
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Mei 1988. Penulis menyelesaikan masa
studi di SDN Parung 1 selama 6 tahun, SLTP Negeri 14 Depok selama tiga tahun, dan
melanjutkan ke SMAN 5 Depok dan lulus pada tahun 2007. Penulis melanjutkkan
pendidikan S1 jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
(FMIPA) Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SPMB. Selama masa studi di IPB
penulis hanya mengikuti kegiatan perkuliahan. Tidak pernah mengikuti organisasi di IPB.
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................................................... vii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................................. viii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................................. ix
BAB 1 PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ................................................................................................................ 1
1.3 Perumusan Masalah ............................................................................................................ 1
1.4 Hipotesis ............................................................................................................................. 1
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................. 1
2.1 Bahan Ferroelektrik ............................................................................................................ 1
2.2 Lithium Niobate (LiNbO3) .................................................................................................. 2
2.3 Sifat Listrik Dielektrik ........................................................................................................ 2
2.4 Molaritas ............................................................................................................................. 2
2.5 Dioda .................................................................................................................................. 3
2.6 X-Ray Diffraction (XRD) .................................................................................................... 3
2.7 Konduktivitas Listrik dan Resistansi .................................................................................. 4
2.8 Annealing ............................................................................................................................ 4
2.9 Spektrofotometer ................................................................................................................ 4
2.10 Metode Sol Gel ................................................................................................................... 5
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ...................................................................................... 6
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................................. 6
3.2 Alat dan Bahan ................................................................................................................... 6
3.3 Prosedur Penelitian ............................................................................................................. 6
3.3.1 Pembuatan lithium niobate (LiNbO3) ...................................................................... 6
3.3.2 Persiapan substrat Si tipe P ...................................................................................... 6
3.3.3 Proses penumbuhan film .......................................................................................... 6
3.3.4 Proses annealing ...................................................................................................... 7
3.3.5 Proses metalisasi dan pembuatan kontak pada film ................................................. 7
3.3.6 Karakterisasi ............................................................................................................ 7
3.3.6.a Karakterisasi konduktivitas dan resistansi listrik ......................................... 7
3.3.6.b Karakterisasi arus-tegangan (I-V) menggunakan I-V meter ........................ 7
3.3.6.c Karakterisasi sifat optik absorbansi dan reflektansi ..................................... 8
3.3.6.d Karakterisasi konstanta dielektrik ................................................................ 8
3.3.6.e Karakterisasi XRD ....................................................................................... 8
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................................................... 8
4.1 Sifat Optik .......................................................................................................................... 8
4.2 Konstanta Dielektrik ........................................................................................................... 10
4.3 Arus-Tegangan (I-V) .......................................................................................................... 11
4.4 Konduktivitas Listrik .......................................................................................................... 11
4.5 Hasil Karakterisasi XRD .................................................................................................... 15
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................. 17
LAMPIRAN ............................................................................................................................... 20
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1. Spektrum panjang gelombang cahaya tampak ..........................................................
9
Tabel 4.2. Indeks bias dan energy gap film LiNbO3 .................................................................
9
Tabel 4.3. Nilai konstanta dielektrik film LiNbO3 ..................................................................... 11
Tabel 4.4. Nilai konduktivitas film LiNbO3 berdasarkan
perbedaan waktu annealing ................................................................................... 11
Tabel 4.5. Taksiran sudut difraksi dan indeks miller film LiNbO3 ............................................ 16
Tabel 4.6. Parameter kisi film LiNbO3 berstruktur rhombohedral ............................................. 16
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Terbentuknya depletion region pada dioda persambungan p-n ..........................
3
Gambar 2.2 (a) Reverse biased ( b) Forward biased ...............................................................
3
Gambar 2.3 Spin coater ...............................................................................................................
5
Gambar 3.1 Hasil penumbuhan film LiNbO3 di permukaan substrat Si tipe p ........................
6
Gambar 3.2 Proses annealing .....................................................................................................
7
Gambar 3.3 Alat metalisasi film .................................................................................................
7
Gambar 3.4 Rangkaian untuk menghitung konstanta dielektrik film LiNbO3 ........................
7
Gambar 4.1 Hubungan absorbansi dan panjang gelombang .....................................................
9
Gambar 4.2 Hubungan reflektansi dan panjang gelombang .....................................................
9
Gambar 4.3 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut
(αhν)2 terhadap energi 0,5 M, pada waktu annealing 15 jam...............................
10
Gambar 4.4 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut
(αhν)2 terhadap energi 1 M, pada waktu annealing 15 jam ................................
10
Gambar 4.5 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut
(αhν)2 terhadap energi 2 M, pada waktu annealing 22 jam ................................
10
Gambar 4.6 Cara menentukan energy gap film berdasarkan kurva menurut
10
(αhν)2 terhadap energi 2 M, pada waktu annealing 15 jam ................................
Gambar 4.7 Sinyal keluaran pada osiloskop ketika diberikan tegangan 1 volt .......................
12
Gambar 4.8 Sinyal keluaran pada osiloskop ketika diberikan tegangan 3 volt .......................
13
Gambar 4.9 Sinyal keluaran pada osiloskop ketika diberikan tegangan 5 volt .......................
14
Gambar 4.10 Hubungan arus dan tegangan (I-V) terang dan gelap molaritas 0,5 M, pada
waktu annealing 15 jam ......................................................................................
15
Gambar 4.11 Hubungan arus dan tegangan (I-V) terang gelap molaritas 1 M, pada
waktu annealing 15 jam ......................................................................................
15
Gambar 4.12 Hubungan arus dan tegangan (I-V) terang dan gelap molaritas 1 M, pada
waktu annealing 22 jam ......................................................................................
15
Gambar 4.13 Hubungan arus dan tegangan (I-V) terang dan gelap molaritas 2M, pada
waktu annealing 15 jam .......................................................................................
15
16
Gambar 4.14 Pola difraksi sinar-X film LiNbO3 .......................................................................
Gambar 4.15 Sinyal keluaran pada osiloskop ketika diberikan tegangan 3 volt setelah film
1 M, pada waktu annealing 8 jam dipasang .......................................................
22
Gambar 4.16 Sinyal keluaran pada osiloskop ketika diberikan tegangan 5 volt setelah film
2 M, pada waktu annealing 1 jam dipasang .......................................................
23
viii
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Diagram alir penelitian. ........................................................................................
Lampiran 2. Hasil karakterisasi XRD film LiNbO3. ...............................................................
Lampiran 3. Data massa film sebelum dilakukan annealing dan sesudah proses
annealing, contoh perhitungan time constant dan konstanta dielektrik,
perhitungan konduktivitas listrik.........................................................................
Lampiran 4. Tabel perhitungan indeks miller, perhitungan parameter kisi. ..........................
Lampiran 5. Menentukan indeks bias dan energy gap. ...........................................................
20
21
22
25
30
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Film
merupakan
material
yang
memberikan
harapan
baru
dalam
pengembangan device sel surya agar
memenuhi persyaratan, antara lain biaya
rendah dan stabilitas material yang baik.
Perangkat dan bahan film
juga dapat
meminimalkan bahan beracun karena
kuantitas penggunaannya pada permukaan
dan lapisan film terbatas [1].
Bahan ferroelektrik yang digunakan
pada pembuatan film adalah LiNbO3. lithium
niobate (LiNbO3) merupakan bahan
ferroelektrik penting karena sifat-sifat
piezoelektrik, electrooptical, pyroelectrical
dan photorefractive yang sangat baik [2].
Pembuatan film LiNbO3 menggunakan
peralatan yang cukup sederhana, biaya
murah, dan dilakukan dalam waktu yang
relatif singkat.
Terdapat berbagai macam metode yang
digunakan dalam pembuatan film tipis,
antara lain berupa teknik deposisi film
seperti sputtering, pulsed laser deposition
(PLD), chemical solution deposition ( CSD)
dan chemical vapor deposition (CVD) [3].
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode CSD (chemical solution
deposition), karena metode CSD memiliki
kontrol stoikiometri yang baik, mudah
dibuat, dan sintesisnya dapat terjadi pada
suhu rendah.
Penelitian film LiNbO3 yang dilakukan
adalah untuk melihat sifatnya melalui kurva
hubungan tegangan dan arus (I-V) dan sifat
konduktivitas listriknya. Substrat yang
digunakan untuk melihat hubungan I-V dan
konduktivitas listriknya adalah silikon tipe-p
pada suhu annealing 9000C dan lama
waktu annealing 1 jam, 8 jam, 15 jam dan
22 jam.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan umum penelitian ini adalah
menumbuhkan film LiNbO3 pada substrat
silikon tipe-p dan menguji sifat listrik, sifat
optik dan karakterisasi struktur film LiNbO3.
Tujuan khusus penelitian adalah:
1) Melakukan pembuatan film LiNbO3
murni
2) Melakukan karakterisasi arus-tegangan
(I-V) pada setiap film.
3) Menguji sifat ferroelektrik film.
4) Menentukan konstanta dielektrik film
dan waktu responnya.
5) Menentukan karakterisasi konduktivitas
film.
6) Menentukan karakterisasi reflektansi
dan absorbansi film.
7) Menentukan karakterisasi XRD pada
film.
8) Mempelajari pengaruh molaritas pada
proses karakterisasi film LiNbO3.
Tujuan akhir penelitian ini adalah
mengetahui dan mempelajari karakterisasi
film LiNbO3 dengan menguji sifat listrik,
sifat optik dan struktur film LiNbO3.
1.3 Perumusan Masalah
1.
2.
Bagaimana
hasil
perbedaan
karakterisasi sifat listrik, sifat optik dan
sifat struktur film lithium niobate
(LiNbO3) yang dibuat dengan perbedaan
waktu annealing 1 jam, 8 jam, 15 jam
dan 22 jam serta perbedaan molaritas
0,5 M, 1 M, dan 2 M pada suhu tetap
900 oC?.
Apa ketebalan film mempengaruhi
konstanta
dielektrik
film
dan
konduktivitas film?.
1.4 Hipotesis
Perbedaan waktu annealing film
LiNbO3
dan
perbedaan
molaritas
mengakibatkan sifat struktur kristalnya
berubah. Semakin lama film LiNbO3
dilakukan annealing pada suhu 900oC maka
film LiNbO3 akan mempunyai sifat listrik,
sifat optik dan sifat struktur yang lebih baik
dari film LiNbO3 yang lebih singkat waktu
annealingnya. Molaritas film LiNbO3
sebesar 2 M akan mempunyai sifat listrik,
sifat optik dan sifat struktur yang lebih baik
dari film LiNbO3 yang lebih kecil
molaritasnya. Konstanta dielektik dan
konduktivitas listrik film LiNbO3 meningkat
jika waktu annealing lebih lama dan
molaritas yang semakin besar. Konstanta
dielektrik dan konduktivitas listrik film
LiNbO3 yang paling baik pada waktu
annealing 22 jam dan molaritas yang paling
baik pada molaritas 1 M.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Bahan Ferroelektrik
Ferroelektrik, terutama pada oksida
kompleks dengan struktur perovskit, adalah
bahan yang multifungsional. Sensitivitas
2
dari sifat fisik (permitivitas, indeks bias,
permeabilitas magnetik) dari bahan-bahan
terhadap suhu, medan listrik, medan magnet
dan tekanan, khususnya yang mendekati
pada suhu fase transisi, membuatnya
menarik untuk diaplikasikan pada perangkat
elektronik dan optik contohnya telepon
mobile dan modulator optik [4].
Bahan ferroelektrik pada fase polar
memiliki polarisasi spontan yang stabil yang
dapat diaktifkan oleh medan listrik [5].
Polarisasi yang terjadi merupakan hasil dari
penerapan medan yang mengakibatkan
adanya ketidaksimetrisan struktur kristal
pada suatu material ferroelektrik. Polarisasi
ini dapat dihilangkan dengan memberikan
medan eksternal yang arahnya berlawanan.
Sifat listrik yang ditunjukkan berupa sifat
mikroskopiknya. Muatan positif dan negatif
pada material ini tidak selalu terdistribusi
secara simetris. Momen dipol per-satuan
volume disebut sebagai polarisasi dielektrik.
2.2 Lithium Niobate (LiNbO3)
Film LiNbO3 telah banyak menarik
perhatian karena dapat dimanfaatkan untuk
potensi listrik, aplikasi optik dan akustik.
LiNbO3 merupakan bahan ferroelektrik
penting karena mempunyai sifat-sifat
piezoelektrik, electrooptical, pyroelectrical
dan photorefractive [2]. LiNbO3 dibuat
berdasarkan reaksi antara lithium asetat dan
niobium oksida. Berikut ini merupakan
persamaan reaksi LiNbO3.
2LiC2H3O2 + Nb2O5 + 4O2 2LiNbO3 + 3H2O + 4CO2
Struktur LiNbO3 pada suhu kamar
berbentuk
mendekati
rhombohedral
(trigonal) dengan group ruang R3c dengan
group point 3m. Di permukaan suhu fase
transisi, kristal berubah bentuk menjadi
centrosymetric dengan group ruang R3m.
Lithium niobate (LiNbO3) adalah
senyawa niobium, lithium dan oksigen.
Lithium niobate adalah material yang tidak
larut dalam air yang berbentuk padatan.
Lithium niobate memiliki sistem kristal
trigonal, yang tidak memiliki simetri inversi
dan ferroelectricity menampilkan, efek
Pockels (efek yang merupakan dasar dari
operasi sel Pockels, sel Pockels mungkin
digunakan untuk memutar polarisasi dari
sinar yang lewat), efek piezoelektrik,
fotoelastisitas dan polarisabilitas optik
nonlinier. Hal ini transparan untuk panjang
gelombang antara 350 dan 520 nanometer.
Lithium niobate (LiNbO3) dapat diolah
oleh magnesium oksida, yang meningkatkan
ketahanan terhadap kerusakan optik (juga
dikenal sebagai kerusakan photorefractive)
ketika diolah di atas ambang rusak optik.
Dopan tersedia lainnya adalah Fe, Zn, Hf,
Cu, Gd, Er, Y, Mn dan B. Lithium niobate
digunakan
secara
luas
di
pasar
telekomunikasi, misalnya dalam telepon
mobile dan modulator optik. Ini adalah
bahan pilihan untuk pembuatan perangkat
akustik gelombang permukaan.
2.3 Sifat Listrik Dielektrik
Konstanta dielektrik atau permitivitas
listrik relatif melambangkan rapatnya fluks
elektrostatik dalam suatu bahan bila diberi
potensial listrik. Konstanta dielektrik
merupakan perbandingan energi listrik yang
tersimpan pada bahan tersebut jika diberi
sebuah potensial, relatif terhadap vakum
(ruang hampa). Konstanta dielektrik
dilambangkan dengan huruf Yunani εr atau
kadang-kadang κ, K. Secara matematis
konstanta
dielektrik
suatu
bahan
didefinisikan sebagai
(2.1)
Keterangan: ε merupakan permitivitas bahan, εr
adalah permitivitas relatif dan ε0 adalah permitivitas
vakum. Permitivitas vakum diturunkan dari persamaan
Maxwell dengan menghubungkan intensitas medan
listrik E terhadap kerapatan fluks listrik D.
Secara matematis konstanta dielektrik
suatu bahan di vakum (ruang hampa)
didefinisikan sebagai
(2.2)
Keterangan: 1 adalah konstanta dielektrik pada
vakum (ruang hampa), εr adalah permitivitas relatif, χe
adalah susceptibility (kerentanan) listrik [10].
2.4 Molaritas
Dalam ilmu kimia, molaritas (disingkat
M). Molaritas suatu larutan menyatakan
jumlah mol suatu zat per liter larutan.
Misalnya 1.0 liter larutan mengandung 0,5
mol senyawa X, maka larutan ini disebut
larutan 0,5 molar (0,5 M). Umumnya
konsentrasi larutan berair encer dinyatakan
dalam
satuan
molar.
Keuntungan
menggunakan
satuan
molar
adalah
kemudahan perhitungan dalam stoikiometri,
karena konsentrasi dinyatakan dalam jumlah
mol (sebanding dengan jumlah partikel yang
sebenarnya). Kerugian penggunaan satuan
3
ini adalah ketidaktepatan dalam pengukuran
volum. Selain itu, volum suatu cairan
berubah sesuai suhu, sehingga molaritas
larutan dapat berubah tanpa menambahkan
atau mengurangi zat apapun. Selain itu, pada
larutan yang tidak begitu encer, volum molar
dari zat itu sendiri merupakan fungsi dari
konsentrasi, sehingga hubungan molaritaskonsentrasi tidaklah linear.
membuat lapisan pengosong semakin besar
sehingga beda potensialnya mendekati harga
sumber tegangan, tetapi pada situasi ini,
masih terdapat arus kecil, atau disebut arus
balik (reverse current). Jika keadaan ini
terus berlanjut, akan tercapai titik
pendobrakan,
yang
disebut
dengan
breakdown voltage [15].
2.5 Dioda
Dioda adalah sambungan p-n yang
berfungsi terutama sebagai penyearah.
Bahan tipe-p akan merupakan sisi anoda
sedangkan bahan tipe-n akan merupakan
katoda. Bergantung pada polaritas tegangan
yang diberikan kepadanya, dioda bisa
berlaku sebagai saklar terbuka (apabila
bagian anoda mendapatkan tegangan negatif
sedangkan katoda mendapatkan tegangan
positif) dan bisa berlaku sebagai sebuah
saklar tertutup (apabila bagian anoda
mendapatkan tegangan positif sedangkan
katodanya mendapatkan tegangan negatif)
dan Kondisi tersebut terjadi hanya pada
dioda ideal. Tegangan sebesar 0,7 V ini
disebut sebagai tegangan halang (barrier
voltage). Pada dioda faktual (nyata), perlu
tegangan lebih besar dari 0,7 V (untuk dioda
yang dibuat dari bahan silikon). Dioda yang
dibuat dari bahan germanium memiliki
tegangan halang kira-kira 0,3 V [15].
Pada saat dioda tidak diberikan panjar
tegangan (unbiased) seperti ditunjukkan
Gambar 2.1, terjadi difusi elektron ke segala
arah pada setiap
tepi-tepi semikonduktor.
Beberapa difusi melewati junction, sehingga
tercipta ion positif pada daerah n dan ion
negatif pada daerah p. Jika ion-ion ini
bertambah banyak, maka daerah di sekitar
junction akan terjadi kekosongan dari hole
dan elektron bebas. Daerah ini disebut
daerah pengosongan (depletion region).
Pada suatu saat, depletion region akan
berlaku sebagai penghalang bagi elektron
untuk berdifusi lanjut melalui junction.
Diperlukan tegangan yang lebih besar agar
elektron dapat menembus penghalang
tersebut, yang dikenal dengan istilah
tegangan offset. Jika sumber tegangan
tersebut
dibalik
polaritasnya,
maka
rangkaian yang tampak pada Gambar 2.2 (a).
itu disebut dengan reverse biased. Hubungan
ini memaksa elektron bebas di dalam daerah
n berpindah dari junction ke arah terminal
positif sumber, sedangkan hole di dalam
daerah p juga bergerak menjauhi junction ke
arah terminal negatif. Gerakan ini akan
Depletion region
Gambar 2.1 Terbentuknya depletion region
pada dioda persambungan p-n
[15]
(b)
(a)
Gambar 2.2 (a) Reverse biased ( b) Forward
biased [16]
Keterangan: Ir merupakan arah arus pada bias
mundur dan If merupakan arah arus pada bias maju.
Sebaliknya, jika dioda diberi tegangan
seperti pada Gambar 2.2 (b), yaitu kutub
positif baterai dihubungkan dengan bahan
tipe-p dan kutub negatifnya dihubungkan
dengan bahan tipe-n, maka rangkaian ini
disebut dengan forward biased atau
prategangan maju. Bila tegangan ini
melebihi tegangan yang diakibatkan oleh
daerah pengosongan maka forward biased
dapat menghasilkan arus yang besar. Kutub
negatif sumber dapat mendorong elektron
pada bahan tipe-n menuju junction. Elektron
ini dapat melewati junction dan jatuh ke
dalam hole. Bila ini terjadi, elektron akan
dapat terus bergerak melalui hole pada
bahan tipe-p yang ada menuju kutub positif
baterai.
2.6 X-Ray Diffraction (XRD)
XRD merupakan alat yang digunakan
untuk mengkarakterisasi struktur kristal,
4
ukuran kristal dari suatu bahan padat. Semua
bahan yang mengandung kristal tertentu
ketika dianalisa menggunakan XRD akan
memunculkan puncak- puncak yang
spesifik. Sehingga kelemahan alat ini tidak
dapat untuk mengkarakterisasi bahan yang
bersifat amorf.
Metode difraksi umumnya digunakan
untuk mengidentifikasi senyawa yang belum
diketahui yang terkandung dalam suatu
padatan dengan cara membandingkan
dengan data difraksi dengan database yang
dikeluarkan oleh International Centre for
Diffraction Data berupa Powder Diffraction
File (PDF).
Difraktometer menggunakan prinsip
difraksi. Ada 3 jenis difraktometer yang
dikenal. Penamaan difraktometer ini
ditentukan oleh sumber radiasi yang
digunakan yaitu difraktometer neutron,
sinar-x dan elektron.
XRD yang tepat dirancang untuk
aplikasi dalam microstructure pengukuran,
pengujian dan penelitian mendalam dalam
penyelidikan. Berbagai aksesori yang sesuai
dan pengendalian perangkat lunak dan
perhitungan dapat dipilih untuk bersurat
difraksi sistem sesuai dengan kebutuhan
praktis.
XRD menyediakan satu analisis
struktur
kristal,
polycrystalline
dan
amorphous sampel. termasuk tahap analisis
kualitatif dan analisis kuantitatif (RIR,
internal standar kalibrasi, standar kalibrasi
eksternal,
kriteria
tambahan),
pola
pengindeksan, kesatuan tekad dan perbaikan
sel, crystallite ukuran dan penetapan strain,
profil dan struktur pas perbaikan, penetapan
sisa stres, analisis tekstur ( ODF menyatakan
tiga dimensi tiang angka), crystallinity
memperkirakan puncak dari daerah, analisis
film.
X-ray diffractometer utama yang
digunakan untuk identifikasi tahapan dalam
bentuk serbuk. An x-ray beam yang dikenal
panjang gelombang adalah difokuskan pada
bubuk sampel dan x-ray difraksi puncak
dihitung menggunakan detektor germanium;
the d-spacing dari pengamatan difraksi
puncak dihitung menggunakan hukum
Bragg.
2.7 Konduktivitas
Resistansi
Listrik
dan
Konduktansi
listrik
(G)
adalah
kemampuan suatu bahan untuk melewatkan
arus listrik dan dinyatakan dalam satuan
mho atau siemens (S). Suatu konduktor ideal
dikenal dengan nama super-konduktor
memiliki nilai G=0.
Nilai konduktivitas suatu material
tergantung dari pita energi.. Material
semikonduktor, pada saat kesetimbangan
termal pita valensinya terisi penuh
sedangkan pita konduksinya kosong. Celah
energi (energi gap) antara pita valensi dan
pita konduksi relatif sempit, sehingga pada
kondisi tertentu memungkinkan terjadi
konduksi listrik.
Suhu mempengaruhi nilai resistansi dan
konduktivitas suatu material. Material
semikonduktor pada umumnya naik nilai
konduktivitasnya jika suhu ditingkatkan,
sedangkan pada material konduktor jika
suhunya dinaikkan nilai konduktivitasnya
pada
umumnya
menurun.
Material
semikonduktor akan berubah menjadi
isolator jika suhu absolutnya bernilai nol
derajat kelvin.
2.8 Annealing
Tahapan dari proses annealing ini
dimulai dengan memanaskan logam
(paduan) sampai suhu tertentu, menahan
pada suhu tertentu tadi selama beberapa
waktu tertentu agar tercapai perubahan yang
diinginkan lalu mendinginkan logam atau
paduan tadi dengan laju pendinginan yang
cukup lambat. Jenis annealing itu beraneka
ragam, tergantung pada jenis atau kondisi
benda kerja, suhu pemanasan, lamanya
waktu penahanan, laju pendinginan (cooling
rate) dan lain-lain. Proses annealing adalah
proses pemanasan baja diatas suhu kritis
(723 °C) selanjutnya dibiarkan beberapa
lama sampai suhu merata disusul dengan
pendinginan secara perlahan-lahan sambil
dijaga agar suhu bagian luar dan dalam kirakira sama hingga diperoleh struktur yang
diinginkan dengan menggunakan media
pendingin udara. Tujuan proses annealing
adalah
melunakkan
material
logam,
menghilangkan tegangan dalam yang ada di
dalam suatu material yang dapat menganggu
proses penumbuhan film LiNbO3 pada
substrat dan memperbaiki butir-butir logam,
yaitu
membesarnya
ukuran
butir
mempengaruhi jarak atom-atom dalam
kristal yang semakin berdekatan sehingga
mengakibatkan parameter kisi menurun
[13]..
2.9 Spektrofotometer
Spektrofotometer merupakan alat yang
digunakan untuk mengukur absorbansi
maupun reflektansi dengan cara melewatkan
5
cahaya pada panjang gelombang tertentu ke
suatu obyek [26]. Spektrofotometri visible
disebut juga spektrofotometri sinar tampak.
Yang dimaksud sinar tampak adalah sinar
yang dapat dilihat oleh manusia secara kasat
mata. Cahaya yang dapat dilihat oleh mata
manusia adalah cahaya dengan panjang
gelombang 400-800 nm. Elektron pada
keadaan normal berada pada kulit atom
dengan energi terendah disebut keadaan
dasar (ground-state). Energi yang dimiliki
sinar tampak mampu membuat elektron
tereksitasi dari keadaan dasar menuju kulit
atom yang memiliki energi lebih tinggi atau
menuju keadaan tereksitasi. Cahaya yang
diserap oleh suatu zat berbeda dengan
cahaya yang ditangkap oleh mata manusia.
Cahaya yang tampak atau cahaya yang
dilihat dalam kehidupan sehari-hari disebut
warna komplementer. Misalnya suatu zat
akan berwarna orange bila zat tersebut
menyerap warna biru pada spektrum sinar
tampak dan suatu zat akan berwarna hitam
bila zat tersebut menyerap semua warna
yang terdapat pada spektrum sinar tampak
[27]. Pada spektrofotometer sinar tampak,
sumber cahaya biasanya menggunakan
lampu tungsten yang sering disebut lampu
wolfram. Wolfram merupakan salah satu
unsur kimia, dalam tabel periodik unsur,
wolfram termasuk golongan unsur transisi
tepatnya golongan VI B atau golongan 6
dengan simbol W dan nomor atom 74.
Wolfram digunakan sebagai lampu pada
spektrofotometri tidak terlepas dari sifatnya
yang memiliki titik didih yang sangat tinggi
yakni 5930 °C [27].
Spektrofotometer dapat digunakan untuk
menentukan nilai transmitansi, reflektansi
maupun absorbansi suatu zat. Data
reflektansi (R) yang diperoleh dapat
digunakan untuk menentukan indeks bias (n)
dengan menggunakan persamaan 2.3 [31].
n=
(biasanya pada suhu 300-400oC) dan
pembentukan film yang masih berstruktur
amorf dan (iv) perlakuan panas pada suhu
tinggi. Perlakuan ini bertujuan untuk
kristalisasi film yaitu suatu proses untuk
mengubah bentuk film yang berstruktur
amorf menjadi film yang berstruktur padatan
(biasanya pada suhu 600-1000oC) [42].
Spin coating melibatkan akselerasi dari
genangan cairan di permukaan substrat yang
berputar. Material pelapis dideposisi di
tengah substrat. Proses spin coating dapat
dipahami dengan reologi atau perilaku aliran
larutan pada piringan substrat yang berputar.
Mula-mula aliran volumetrik cairan dengan
arah melingkar pada substrat yang
diasumsikan bervariasi terhadap waktu. Pada
saat t = 0, penggenangan awal dan
pembasahan menyeluruh pada permukaan
substrat
(tegangan
permukaan
diminimalisasi yakni tidak adanya getaran
atau diam pada waktu piringan substrat
berputar, noda kering dan sebagainya).
Piringan lalu dipercepat menggunakan alat
spin coater seperti pada Gambar 2.3 dengan
kecepatan angular sehingga mengakibatkan
bulk cairan terdistribusi secara merata [29].
Beberapa parameter yang berpengaruh
dalam proses spin coating adalah viskositas
larutan, kandungan padatan, kecepatan
angular dan waktu putar.
Proses pembentukan film dipengaruhi
oleh dua parameter bebas, yaitu kecepatan
putar dan viskositas. Rentang ketebalan film
yang dihasilkan oleh spin coating adalah 1200 µm [30]. Contoh spin coater
diperlihatkan pada Gambar 2.3.
(2.3)
Keterangan: n= indeks bias, R= reflektansi maksimum
yang dapat diperoleh dari kurva persen reflektansi
terhadap panjang gelombang.
2.10 Metode Sol Gel
Secara umum fabrikasi film dengan
metode sol gel meliputi empat proses; (i)
sintesis larutan prekursor, (ii) deposisi
larutan prekursor pada permukaan substrat,
(iii) pemanasan pada suhu rendah. Perlakuan
ini bertujuan menghilangkan pelarut dan
senyawa organik lain yang mungkin ada
Gambar 2.3 Spin coater
Keterangan:
a = piringan spin coater
b = display
c = tombol power
d = adjustables, untuk mengatur kecepatan putar
piringan ketika substrat berputar di piringan spin coater
agar sesuai dengan kecepatan yang diinginkan.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian
sudah
dilakukan
di
Laboratorium
Material,
Laboratorium
Biofisika, dan Laboratorium Biofisika
Material Departemen Fisika IPB, Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Institut Pertanian Bogor , Laboratorium
MOCVD Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Institut Teknologi
Bandung serta Laboratorium XRD di
Laboratorium Terpadu Badan Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan dari bulan
September 2011 sampai dengan bulan Juli
2012.
3.2 Bahan dan Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini
adalah neraca analitik, reaktor spin coater,
mortal, pipet, gelas ukur Iwaki 10 ml,
pemanas,
pinset,
gunting,
spatula,
stopwatch, tabung reaksi, sarung tangan
karet, cawan petris, tissue, isolasi,
LCR
meter,
I-V
meter,
osiloskop,
spektrofotometer, ultrasonik model branson
2210, lampu pijar 100 watt dan furnace
model vulcan 3-310.
Bahan yang digunakan pada penelitian
ini adalah lithium asetat [(LiO2CH3), 99,9%],
niobium [(Nb2O5),99,9%], pelarut 2metoksietanol, substrat Si (100) tipe-p,
aquades, HF (asam florida), kaca preparat
dan aluminium foil.
3.3 Prosedur Penelitian
3.3.1 Pembuatan larutan LiNbO3
Film LiNbO3 yang ditumbuhkan di
permukaan atas substrat silikon tipe-p
dengan metode CSD dibuat dengan
menggunakan lithium asetat [(LiO2CH3),
99,9%] dan niobium [(Nb2O5),99,9%] serta
2-metoksietanol
[H3COOCH2CH2OH,
99.9%] yang digunakan sebagai bahan
pelarut [6]. Setelah bahan-bahan dicampur,
larutan digetarkan pada ultrasonik model
branson selama 1 jam. Setelah itu larutan
disaring untuk mendapatkan larutan yang
bersifat homogen.
3.3.2 Persiapan substrat Si tipe-p
Substrat yang digunakan adalah
substrat Si (100) tipe-p. Kebersihan substrat
sebagai tempat penumbuhan film perlu
diperhatikan agar film dapat tumbuh dengan
baik dan merata. Substrat dipotong
membentuk segi empat dengan ukuran 1 cm
x 1 cm dengan menggunakan mata intan.
Substrat Si(100) yang telah dipotong
kemudian dicuci dengan metanol, aseton,
asam florida dan aquades.
3.3.3 Proses penumbuhan film
Substrat yang telah dibersihkan
diletakkan di permukaan piringan reaktor
spin coater yang telah di tempel dengan
isolasi ditengahnya, kemudian di permukaan
atas substrat diteteskan larutan LiNbO3
sebanyak 1 tetes, lalu substrat didiamkan
selama 3 detik. Kemudian dilakukan
pemutaran reaktor spin coater dengan
putaran 3000 rpm selama 30 detik. Proses
selanjutnya
adalah
annealing,
yaitu
pemanasan substrat dengan menggunakan
furnace model vulcan 3-310 pada suhu
tinggi yakni pada suhu 900°C untuk subtrat
Si (100) selama 1 jam, 8 jam, 15 jam dan 22
jam yang bertujuan untuk mendifusikan
larutan lithium niobate (LiNbO3) dengan
substrat. Hasil penumbuhan film LiNbO3
dapat dilihat pada Gambar 3.1.
LiNbO3 tipe n
Substrat Si tipe p
Gambar 3.1 Hasil penumbuhan film
LiNbO3 di permukaan substrat Si
tipe P
3.3.4 Proses annealing
Proses pemanasan substrat yang telah
di tumbuhi film LiNbO3 pada suhu tinggi
atau proses annealing dilakukan dengan
menggunakan furnace model vulcan 3-310.
Substrat Si (100) tipe-p di annealing pada
suhu 900°C. Proses annealing dilakukan
secara bertahap. Proses annealing dapat
dilihat pada Gambar 3.2. Pemanasan dimulai
pada suhu ruang 280C kemudian dinaikkan
hingga suhu annealing 900oC. Setelah
kenaikan suhu selama proses 8
jam
kemudian pemanas disesuaikan dengan suhu
annealing secara konstan selama proses
15 jam. Selanjutnya dilakukan furnace
7
cooling sampai didapatkan kembali suhu
ruang selama 12 jam.
Tahapan seperti pada Gambar 3.2.
900oC
3.3.6 Karakterisasi
a. Karakterisasi konduktivitas dan
resistansi listrik
Pengukuran nilai konduktivitas dan
resistansi menggunakan alat LCR meter.
Dari alat tersebut didapatkan nilai
konduktansi (G). Nilai resistansi didapatkan
dari persamaan
(3.1)
R= 1/G
Keterangan: R adalah resistansi (ohm), G adalah
konduktansi (S).
280C
sedangkan nilai konduktivitas dapat
dicari dari persamanan
σ=
Gambar 3.2 Proses annealing.
3.3.5 Proses
Metalisasi
dan
Pembuatan Kontak pada Film
Setelah dilakukan proses annealing,
proses
selanjutnya
adalah
persiapan
pembuatan kontak yang meliputi proses
penganyaman film menggunakan aluminium
foil. Tahap selanjutnya adalah proses
metalisasi dengan bahan aluminium dengan
teknik evaporasi. Bahan kontak yang dipilih
adalah aluminium 99,999%. Setelah kontak
terbentuk, maka proses selanjutnya adalah
pemasangan kawat tembaga pada kontak,
yaitu dengan cara memasang kawat dengan
aluminium menggunakan pasta perak.
Selanjutnya, dilakukan penyinaran dengan
lampu pijar 100 watt selama kurang lebih 1
jam di permukaan sampel yang telah
ditempeli dengan pasta perak. Hal ini
bertujuan untuk mengeringkan pasta perak
sehingga kawat dapat menyatu dengan
aluminium di permukaan sampel sehingga
terbentuklah kontak, untuk memudahkan
proses karakterisasi film LiNbO3.
L
RA
(3.2)
Keterangan: σ adalah konduktivitas listrik (S/m),
L adalah jarak antar kontak (m), A adalah luas
kontak (m2), R adalah resistansi (ohm atau 1/S).
Gambar 3.4. Rangkaian untuk menghitung
konstanta dielektrik film LiNbO3
Keterangan: R adalah resistansi (ohm), C adalah
kapasitansi film (Farad), V adalah tegangan film (m), A
adalah luas kontak (m2), VR adalah tegangan pada
resistansi ( volt) dan VC adalah tegangan pada
kapasitansi (volt)).
b. Karakterisasi arus-tegangan I-V
menggunakan I-V meter
Pengukuran hubungan arus dan
tegangan menggunakan alat I-V meter. Data
keluaran dari alat I-V meter merupakan nilai
arus dan tegangan, kemudian dibuat kurva
hubungan tegangan dan arus dengan
menggunakan microsoft excel. Dari kurva
hubungan arus dan tegangan (I-V) terang
Gambar 3.3 Alat metalisasi film
dan gelap dapat diketahui karakteristik film
yang dibuat bersifat dioda, resistansi atau
kapasitansi.
c. Karakterisasi
sifat
absorbansi dan reflektansi
optik
Alat
yang
digunakan,
yaitu
spektrofotometer model ocean optics DTmini-2. Karakterisasi sifat optik absorbansi
dan reflektansi dilakukan untuk mengetahui
tingkat absorbansi, reflektansi dan energy
gap film. Energy gap diperoleh dengan cara
menentukan energy gap film LiNbO3
berdasarkan kurva menurut (αhν)2 terhadap
energi pada Gambar 4.3-4.6 [33].
d. Karakterisasi konstanta dielektrik
Pada karakterisasi ini digunakan
rangkaian seperti pada Gambar 3.1. Dari
rangkaian pengukuran ini ditentukan time
constant dan nilai kapasitansi film
sedangkan penentuan besar konstanta
dielektriknya
dapat
menggunakan
persamaan 3.3.
(3.3)
Keterangan: ɛ adalah konstanta dielektrik, C
adalah kapasitansi film (Farad), d adalah
ketebalan film (m), A adalah luas kontak (m2), ɛ0
adalah permitivitas ruang hampa (8,85 x 10-12
F/m).
Permitivitas relatif ɛ menunjukkan sifat
kemampuan polarisasi dan menyimpan
energi.
e. Karakterisasi XRD
Karakterisasi XRD dilakukan untuk
menentukan model struktur kristal film yang
telah dibuat, lalu dari hasil pengujian dapat
digunakan untuk mencari indeks miller dan
parameter kisi struktur kristal film. Sistem
kristal trigonal adalah sistem kristal yang
hanya dimiliki titik kelompok yang memiliki
lebih dari satu sistem kisi terkait dengan
kelompok ruang mereka: kisi heksagonal
dan rhombohedral kedua muncul. Dalam
sistem rhombohedral, kristal digambarkan
oleh vektor yang sama panjang, dua di
antaranya adalah ortogonal . Sistem
rhombohedral dapat dianggap sebagai sistem
kubik membentang sepanjang tubuh
diagonal a = b = c;. α = β = γ ≠ 90 ° [14].
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Film
yang
dibuat
merupakan
persambungan
antara
dua
buah
semikonduktor. Silikon yang digunakan
merupakan semikonduktor tipe-p, sedangkan
lapisan LiNbO3 merupakan semikonduktor
tipe-n [34]. Persambungan semikonduktor
tipe-p dan tipe-n dikenal dengan nama p-n
junction [35]. Dengan adanya p-n junction,
maka film yang dibuat sama dengan
karakteristik dari dioda.
Sifat optik, sifat listrik, dan struktur
film pada waktu annealing 1 jam, 8 jam, 15
jam dan 22 jam pada molaritas 0,5 M, 1 M,
2 M masing-masing menunjukkan hasil yang
berbeda. Perbedaan ini mengindikasikan
adanya pengaruh lama annealing terhadap
film dan juga pengaruh molaritas terhadap
film.
4.1 Sifat Optik Film
Alat
yang
digunakan
dalam
karakterisasi sifat optik film LiNbO3, yaitu
spektrofotometer. Dalam spektrofotometer
fenomena yang terjadi merupakan interaksi
sampel dengan panjang gelombang yang
dibangkitkan
dari
sumber.
Panjang
gelombang yang digunakan yaitu panjang
gelombang cahaya tampak. Karakterisasi ini
dilakukan untuk mengetahui tingkat
absorbansi dan reflektansi film yang
dihasilkan pada panjang gelombang cahaya
tampak.
Setelah
dilakukan
karakterisasi
diperoleh kurva hubungan absorbansi
dengan panjang gelombang seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 4.1. Dari kurva
tersebut dapat dilihat film LiNbO3 pada
molaritas 0,5 M dan waktu annealing 15 jam
menyerap cahaya paling banyak pada
panjang gelombang 570-600 nm (warna
kuning) dan paling rendah pada panjang
gelombang 450-500 nm (warna biru). Film
LiNbO3 pada molaritas 1 M dan waktu
annealing 22 jam menyerap cahaya paling
banyak pada panjang gelombang 450-500
nm dan 570-600 nm sedangkan paling
rendah pada panjang gelombang 500-550
nm (warna hijau) dan 620-750 nm (warna
merah). Film LiNbO3 pada molaritas 1 M
dan waktu annealing 15 jam paling banyak
menyerap panjang gelombang warna biru
dan merah sedangkan paling rendah pada
panjang gelombang warna hijau. Sedangkan
film LiNbO3 pada molaritas 2 M dan waktu
9
Tabel 4.2 Indeks bias dan energy gap
film LiNbO3
Film LiNbO3
pada
molaritas (M)
dan waktu
annealing
(jam)
0,5 ; 15
Indeks
bias
Energy
gap Eg
(eV)
1,93
2,54
1 ; 15
1,64
3,12
1 ; 22
1,31
2,97
2 ; 22
1,60
3,19
Film LiNbO3 0,5 M, pada waktu annealing 15 jam
Film LiNbO3 1 M, pada waktu annealing 15 jam
Film LiNbO3 1 M, pada waktu annealing 22 jam
Film LiNbO 2 M, pada waktu annealing 22 jam
5
4
Absorbansi (a.u)
annealing 22 jam, kurva absorbansi yang
diperoleh hampir membentuk garis lurus
horizontal, artinya tingkat absorbansinya
hampir sama untuk setiap panjang
gelombang seperti yang ditunjukkan pada
Gambar 4.1.
Selain pengukuran absorbansi juga
dilakukan pengukuran terhadap besar
reflektansi film. Kurva reflektansi yang
dihasilkan merupakan kebalikan dari
absorbansi. Jadi dapat disimpulkan bahwa
film LiNbO3 pada molaritas 0,5 M dan
waktu annealing 15 jam paling banyak
mereflektansi cahaya daripada film LiNbO3
pada molaritas 1 M dan waktu annealing 15
jam, film LiNbO3 pada molaritas 1 M dan
waktu annealing 22 jam serta film LiNbO3
pada molaritas 2 M dan waktu annealing 22
jam karena tingkat absorbansinya paling
rendah. Perbedaan absorbansi ini mungkin
disebabkan oleh jarak atom pada kristal film
dari setiap sampel berbeda-beda.
Tabel 4.2 menunjukkan nilai indeks
bias dan energy gap film. Indeks bias dapat
dicari dengan menggunakan persamaan 2.2,
sedangkan energy gap diperoleh dengan
memplotkan kurva (αhν)2 terhadap energi,
dengan E =
, ( keterangan: α adalah
koefisien absorbansi, h adalah konstanta
planck 4,136 x 10-15 eV.s, ν adalah
frekuensi, c adalah kecepatan cahaya 2,998
x 108 m/s, dan λ adalah panjang gelombang
dalam satuan meter). Pada Gambar 4.3-4.6
dapat dilihat pengaruh lama annealing film
terhadap sifat optiknya. Film LiNbO3
dengan molaritas 0,5 M dan waktu
annealing 15 jam memiliki persen
reflektansi dan indeks bias paling besar,
sedangkan film dengan molaritas 2 M dan
waktu annealing 22 jam memiliki persen
reflektansi dan indeks bias paling kecil,
artinya semakin lama proses annealing
dilakukan dan semakin besar molaritas maka
film LiNbO3 memiliki indeks bias yang
semakin kecil dan energy gap film
meningkat.
Panjang gelombang cahaya tampak
ditabelkan dalam Tabel 4.1 [27].
3
2
1
0
400
500
600
700
800
900
Panjang gelombang (nm)
Gambar 4.1 Hubungan absorbansi dan
panjang gelombang
Film LiNbO3 0,5 M, pada waktu annealing 15 jam
Film LiNbO3 1 M, pada waktu annealing 15 jam
Film LiNbO3 1 M, pada waktu annealing 22 jam
Film LiNbO 2 M, pada waktu annealing 22 jam
Tabel 4.1 Spektrum panjang gelombang
cahaya tampak
Spektrum
Ungu
Biru
Hijau
Kuning
Jingga
Merah
Panjang gelombang (nm)
380 - 450
450 - 495
495 - 570
570 - 590
590 - 620
620 - 750
Gambar 4.2 Hubungan reflektansi dan
panjang gelombang
10
3e+12
6e+12
3e+12
5e+12
Eg=2,54 eV
2e+12
Eg=2,97 eV
4e+12
1e+12
3e+12
1e+12
2e+12
5e+11
1e+12
0
0
1,6
1,8
2,0
2,2
2,4
2,6
2,8
3,0
1,6
1,8
2,0
2,2
Energi (eV)
Gambar 4.5
Gambar 4.3
2,4
2,6
2,8
3,0
3,2
Energi (eV)
Cara menentukan energy
gap film berdasarkan kurva
menurut (αhν)2 terhadap
energi 1 M, pada waktu
annealing 22 jam.
Cara menentukan energy
gap film berdasarkan kurva
menurut (αhν)2 terhadap
energi 0,5 M, pada waktu
annealing 15 jam.
3e+12
3,5e+13
Eg = 3,19eV
3e+12
3,0e+13
Eg=3,12 eV
2e+12
2,5e+13
1e+12
2,0e+13
1,5e+13
1e+12
1,0e+13
5e+11
5,0e+12
0
1,6
1,8
2,0
2,2
2,4
2,6
2,8
3,0
3,2
3,4
0,0
1,6
1,8
2,0
2,2
2,4
2,6
2,8
3,0
3,2
3,4
Energi (eV)
Gambar 4.4
Cara menentukan energy
gap film berdasarkan kurva menurut (αhν)2
terhadap energi 1 M, pada waktu annealing
15 jam.
4.2 Konstanta Dielektrik
Konstanta dielektrik (ε) film dicari
dengan menggunakan rangkaian seperti pada
Gambar 3.1 dengan cara memberikan
tegangan masukkan berupa sinyal kotak dari
generator dengan frekuensi 20 kHz dan
hambatan yang digunakan, yaitu 10 kΩ,
sedangkan tegangan yang diberikan, yaitu 1
volt, 3 volt dan 5 volt. Sinyal keluaran yang
dihasilkan tampak pada osiloskop seperti
yang ditunjukkan pada Gambar 4.8,
Gambar4.9, dan Gambar 4.10. Dari sinyal
keluaran tersebut dicari time constant (τ)
untuk mendapatkan nilai kapasitansi dan
konstanta dielektrik film. Time constant (τ)
itu sangat mempengaruhi nilai kapasitansi
yang selanjutnya juga mempengaruhi
konstanta dielektrik film.
Terdapat perbedaan sinyal keluaran
pada osiloskop sebelum dan sesudah film
Energi (eV)
Gambar 4.6
Cara menentukan energy
gap film berdasarkan kurva menurut (αhν)2
terhadap energi 2 M, pada waktu annealing
22 jam.
dipasang. Sebagai contoh, pada Gambar 4.8
(a) dan Gambar 4.8 (b) terlihat perbedaan
antara sinyal keluaran pada osiloskop
sebelum dan sesudah film dipasang. Pada
Gambar 4.8 (a) sinyal pada osiloskop masih
berbentuk kotak sedangkan pada Gambar 4.8
(b) ada perubahan pada peak sinyal berupa
pemotongan sinyal berupa lengkungan karena
pada saat itu terjadi pengisian atau
pengosongan muatan. Peristiwa pengisian
atau
pengosongan
muatan
ini
mengindikasikan film dapat menyimpan
muatan seperti halnya kapasitor.
Dalam penelitian ini variasi tegangan
yang digunakan yaitu, 1 volt, 3 volt dan 5
volt. Konstanta dielektrik (ε) yang diperoleh
ketika
diberikan
tegangan
berbeda
menghasilkan ε yang berbeda.
11
Dari data yang diperoleh nilai ε
semakin
kecil
ketika
tegangannya
ditingkatkan hal ini sesuai dengan
persamaan 4.1 [38].
(4.1)
Keterangan: d adalah ketebalan film (m), adalah
kapasitansi (coulomb/volt atau farad), ε adalah
konstanta dielektrik (F/m), A adalah luas kontak (m2).
Nilai ε semakin kecil ketika tegangannya
ditingkatkan mengakibatkan penurunan
kapasitansi. Oleh karena itu penurunan
kapasitansi menjadikan nilai konstanta
dielektrik film semakin kecil.
Tabel 4.3 Nilai konstanta dielektrik film
LiNbO3
Film
LiNbO3
pada
molaritas
(M) dan
waktu
annealing
(jam)
0,5 ; 1
Ketebalan
film
(x 10-6 m)
Konstanta dielektrik
V=
1 volt
V=
3volt
V=
5volt
0,442
10,3
9,0
7,6
1;8
0,608
18,7
13,1
12,5
1 ; 15
1,888
50,1
48,4
40,4
2 ; 22
2,157
54,6
51,7
44,3
Tabel 4.3 dapat dilihat ada peningkatan
konstanta dielektrik (ε) film pada tegangan 1
volt, 3 volt dan 5 volt jika waktu annealing
lebih lama dan molaritas yang semakin
besar. Dalam penelitian ini ε paling besar
dimiliki oleh film pada waktu annealing 22
jam dan molaritas 2 M dan ε paling kecil
dimiliki oleh film pada waktu annealing 1
jam dan molaritas 0,5 M. Hal ini disebabkan
oleh ketebalan film yang semakin
meningkat.
4.3 Arus-Tegangan (I-V)
Pengukuran I-V film dilakukan dalam
kondisi gelap dan kondisi disinari dengan
intensitas cahaya 405 lux. Hasil pengukuran
I-V menunjukkan film yang telah dibuat
peka terhadap cahaya karena terjadi
pergeseran kurva dari gelap ke terang ketika
diberikan tegangan dari -10 volt hingga +10
volt.
Arus yang dihasilkan film pada kondisi
terang lebih besar daripada kondisi gelap
karena pemberian cahaya pada film
mengakibatkan film tersebut menjadi lebih
konduktif. Terjadinya sifat konduktif pada
film karena adanya energi foton dari luar
yang diserap oleh elektron yang dipengaruhi
oleh kondisi terang dan kondisi gelap. Pada
kondisi ini, energi foton memiliki
kencenderungan memberikan energi cukup
bagi difusi elektron, sehingga peningkatan
difusi
ini
mengakibatkan
terjadinya
rekombinasi elektron dan hole lebih banyak
[39-41].
Dari karakterisasi I-V yang telah
dilakukan dapat dikatakan bahwa film yang
telah dibuat bersifat fotodioda.
Dari karakterisasi I-V didapat bahwa
waktu annealing 22 jam adalah waktu
annealing terbaik dibandingkan dengan
waktu annealing yang lain, yaitu waktu
annealing 1 jam, waktu annealing 8 jam dan
waktu annealing 15 jam. Kriteria film
LiNbO3 yang memperlihatkan waktu
annealing yang terbaik 22 jam yaitu kurva
I-V terang dan kurva I-V gelap yang
berbentuk dioda.
4.4 Konduktivitas Listrik
Nilai konduktivitas listrik bahan
material yang saya teliti menunjukkan
material bersifat semikonduktor. Besarnya
nilai konduktivitas listrik berbanding
terbalik dengan resistansinya. Konduktivitas
listrik meningkat jika resistansi bahan
material menurun [41].
Dalam penelitian ini pengukuran
konduktivitas listrik film menggunakan LCR
meter model HIOKI 3522-50. Dari hasil
pengukuran didapatkan nilai seperti dalam
Tabel 4.4. Nilai konduktivitas listrik film
meningkat jika waktu annealing lebih lama
dan molaritas yang semakin besar. Film
pada waktu annealing 1 jam dan molaritas
0,5 M memiliki konduktivitas listrik paling
kecil daripada film pada waktu annealing 8
jam dan molaritas 1 M, molaritas 1 M dan
waktu annealing 15 jam serta molaritas 2 M
dan waktu annealing 22 jam.
Tabel 4.4 Nilai konduktivitas film LiNbO3
berdasarkan perbedaan waktu annealing dan
molaritas
Molaritas (M)
dan waktu
annealing (jam)
Konduktivitas
listrik (x 10-3 S/m)
0,5 ; 1
1;8
1 ;15
2 ; 22
1,49
2.05
2,27
6,66
Semakin meningkatnya konduktivitas listrik
disebabkan oleh ketebalan film yang
semakin besar dan lamanya waktu annealing
12
yaitu film pada waktu annealing 22 jam
memiliki konduktivitas paling besar serta
berdasarkan perbedaan molaritas.
Besarnya ukuran butir mempengaruhi
konduktivitas listrik film, hal ini sesuai
dengan persamaan 4.2 [44].
σ=L.e2.N.(2π.m.k.T)-1/2exp(-E/k.T)
(4.2)
Keterangan: σ adalah konduktivitas listrik (S/m), E
adalah energi (J), L adalah ukuran panjang butir (m), N
adalah konsentrasi pembawa muatan (m-3).
(a)
Berdasarkan literatur suatu bahan
material dikatakan bersifat semikonduktor
jika nilai konduktivitas listriknya berkisar
antara 10-8 S/cm sampai 103 S/cm [45]. Dari
data nilai konduktivitas listrik film yang
diperoleh dapat dikatakan bahwa film ini
merupakan bahan material semikonduktor
karena nilai konduktivitas listrik yang
didapatkan berkisar dalam konduktivitas
listrik
semikonduktor
seperti
yang
4.4.
ditunjukkan
dalam
Tabel
(d)
(b)
(e)
(c)
Gambar 4.7 Sinyal keluaran pada osiloskop
ketika diberikan tegangan 1 volt
a) Sinyal keluaran sebelum
film dipasang.
b) Sinyal keluaran setelah film
0,5 M dan 1 jam annealing
dipasang
c) Sinyal keluaran setelah film
0,5 M dan 8 jam annealing
dipasang
d) Sinyal keluaran setelah film
0,5 M dan 15 jam annealing
dipasang
e) Sinyal keluaran setelah film
0,5 M dan 22 jam annealing
dipasang
13
(d)
(a)
(b)
(e)
Gambar 4.8 Sinyal keluaran pada osiloskop
ketika diberikan tegangan 3 volt
a) Sinyal keluaran sebelum
film dipasang.
b) Sinyal keluaran setelah film
1 M dan 1 jam annealing
dipasang
c) Sinyal keluaran setelah film
1 M dan 8 jam annealing
dipasang
d) Sinyal keluaran setelah film
1 M dan 15 jam annealing
dipasang
e) Sinyal keluaran setelah film
1 M dan 22 jam annealing
dipasang
(c)
14
(d)
(a)
(b)
(e)
Gambar 4.9 Sinyal keluaran pada osiloskop
ketika diberikan tegangan 5 volt
a) Sinyal keluaran sebelum
film dipasang.
b) Sinyal keluaran setelah film
2 M dan 1 jam annealing
dipasang
c) Sinyal keluaran setelah film
2 M dan 8 jam annealing
dipasang
d) Sinyal keluaran setelah film
2 M dan 15 jam annealing
dipasang
e) Sinyal keluaran setelah film
2 M dan 22 jam annealing
dipasang
(c)
15
Terang
[0, 0,
0]
Curren
t_1 (1)
2.00E-03
Arus (A)
1.00E-03
0.00E+00
Gelap
6.00E-03
4.00E-03
Arus (A)
3.00E-03
2.00E-03
0.00E+00
-5.00E+01
0.00E+00
5.00E+01
-1.00E-03
-5.00E+01
0.00E+00
5.00E+01
-2.00E-03
-2.00E-03
-4.00E-03
Tegangan (V)
Tegangan (V)
Gambar 4.10 Hubungan arus dan tegangan
(I-V) terang dan gelap molaritas 0,5 M, pada
waktu annealing 15 jam
[0, 0,
Gelap
0]
Curren
t_1 (1)
Terang
[0, 0,
0]
Curren
t_1 (1)
Gambar 4.12 Hubungan arus dan tegangan
( I-V) terang dan gelap molaritas 1 M, pada
waktu annealing 22 jam
1.00E-03
5.00E-04
Arus (A)
3.00E-04
2.00E-04
1.00E-04
0.00E+00
-5.00E+01
0.00E+00
5.00E+01
-1.00E-04
[0, 0, 0]
Current
_1 (1)
[0, 0, 0]
Current
_1 (1)
Arus (A)
5.00E-04
4.00E-04
0.00E+00
-5.00E+01
0.00E+00
5.00E+01
-5.00E-04
-1.00E-03
Tegangan (V)
[0, 0, 0]
Gelap
Current
_1 (1)
Terang
[0, 0, 0]
Current
_1 (1)
Tegangan (V)
Gambar 4.11 Hubungan arus dan tegangan
(I-V) terang dan gelap molaritas 1 M, pada
waktu annealing 15 jam
4.5 Hasil Karakterisasi XRD
Gambar 4.14 pada halaman 16
menunjukkan pola difraksi sinar-X film
yang dihasilkan. Puncak-puncak difraksi
yang terbentuk mengindikasikan partikel
film memiliki distribusi orientasi kristal.
Dari puncak-puncak difraksi tersebut dapat
ditentukan indeks miller (h k l) dengan
menganggap struktur kristal LiNbO3
merupakan struktur rhombohedral.
Difraksi tiap film terjadi pada bidang
(2 0 0) hal ini disebabkan oleh banyaknya
bidang pendifraksi pada bidang (2 0 0) yang
memiliki parameter kisi yang sama dengan
jarak yang berdekatan, sehingga gelombanggelombang yang mengalami difraksi tidak
terlalu berbeda fase dan cenderung
konstruktif [37]. Pada Gambar 4.1 dapat
dilihat intensitas difraksi terendah terjadi
pada bidang (110) bahkan pada molaritas 2
M dan waktu annealing 15 jam tidak
Gambar 4.13 Hubungan arus dan tegangan
(I-V) terang dan gelap molaritas 2 M, pada
waktu annealing 22 jam
terdapat bidang (110), hal ini disebabkan
oleh difraksi sinar X yang terjadi berupa
interferensi destruktif sehingga gelombang
yang
dihamburkan
akan
saling
menghilangkan. Hal lain yang bisa
mengakibatkan bidang (110) tersebut hilang,
yaitu pada bidang tersebut hanya terdapat
sedikit bidang pendifraksi.
Indeks miller yang diperoleh dapat
digunakan untuk menentukan parameter kisi
LiNbO3 dalam struktur trigonal [36].
Perbedaan dari empat substrat yang
dibuat adalah pada tingginya intensitas
difraksi. Secara keseluruhan intensitas
difraksi tertinggi dimiliki oleh film LiNbO3
pada molaritas 2 M dan waktu annealing 22
jam. Sedangkan intensitas difraksi yang
paling rendah dimiliki oleh film LiNbO3
pada molaritas 0,5 M dan waktu annealing
15 jam. Oleh sebab itu dapat dikatakan
bahwa film LiNbO3 pada molaritas 0,5 M
dan waktu annealing 15 jam memiliki
16
struktur kristal paling baik daripada sampel
yang lain, karena semakin tinggi puncak
intensitas difraksi menunjukkan semakin
banyaknya jumlah bidang pendifraksi yang
seragam dalam orientasi bidang yang sama
[38]. Perbedaan lainnya, yaitu adanya
pergeseran sudut difraksi pada bidang (110).
Pada penelitian ini bidang (110) untuk
LiNbO3 terjadi pada 2θ = 31,61o (film
LiNbO3 pada molaritas 1 M dan waktu
annealing 15 jam) sedangkan peneliti lain
memperoleh sudut difraksi bidang (110)
untuk LiNbO3 yaitu 2θ = 31,99o. Pada film
LiNbO3 dengan molaritas 0,5 M dan waktu
annealing 15 jam bidang (110) terjadi pada
2θ = 33,74o, sudut difraksi ini mendekati
sudut difraksi untuk 2-metoksietanol
[H3COOCH2CH2OH, 99.9%], yaitu 2θ =
33,10o, sedangkan pada film LiNbO3 dengan
molaritas 1 M, dan waktu annealing 15 jam
bidang (110) terjadi pada 2θ = 30,90o, sudut
difraksi ini mendekati sudut difraksi lithium
asetat [(LiO2CH3), 99,9%], yaitu 2θ = 31,15o
[36]. Pergeseran sudut difraksi film karena
adanya pengaruh lama waktu annealing.
a A
Sampel
b B
Sampel
c C
Sampel
Sampel
d D
Film pada waktu annealing 8 jam
memunculkan bidang (110). Ketika waktu
annealing 8 jam memunculkan bidang (110)
LiNbO3 dan ketika lama annealing
ditingkatkan menjadi 15 jam memunculkan
bidang (110) untuk lithium asetat
[(LiO2CH3), 99,9%]. Sedangkan film pada
waktu annealing 22 jam tidak terdapat
bidang (110) seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Besar parameter kisi dapat dilihat pada
Tabel 4.6 yang diperoleh dengan metode
analitik (dapat dilihat pada Lampiran 3).
Dari tabel tersebut dapat dilihat film LiNbO3
pada molaritas 2 M dan waktu annealing 22
jam pada suhu 900OC memiliki parameter
kisi dan intensitas difraksi paling besar
dibanding film yang lainnya. Dalam
penelitian ini parameter kisi a dan b setiap
sampel berkisar dari 4,008 - 4,203 Å dan
parameter kisi c dari 4,017 - 4,214 Å.
Sedangkan dalam JCPDS- International
Centre for Diffraction Data (ICDD)
dipaparkan bahwa parameter a, b dan c
adalah 3,977 Å [36].
Tabel 4.5 Taksiran sudut difraksi dan
indeks miller film LiNbO3
Sudut difraksi (2θ)
Molaritas (M) dan waktu annealing
(jam)
0,5 ; 15
1 ; 15
1 ; 22
2 ; 22
Indeks
miller
(hkl)
33,74*
38,12
44,49
64,84
77,80
(110)
(111)
(200)
(220)
(311)
31,61
38,33
44,03
64,40
77,54
30,90**
37,98
44,52
64,82
77,88
37,97
44,49
64,80
77,89
Keterangan:* = sudut difraksi ini mendekati sudut
difraksi
untuk
2-metoksietanol
[H3COOCH2CH2OH, 99.9%].
** = sudut difraksi ini mendekati sudut
difraksi lithium asetat [(LiO2CH3), 99,9%].
- = tidak ada sudut.
0
20
40
60
80
100
2 Theta
Gambar 4.14 Pola difraksi sinar-X film
LiNbO3
Ket: a) film pada molaritas 2 M dan waktu annealing
22 jam;
b) film pada molaritas 1 M dan waktu annealing
22 jam;
c) film pada molaritas 1 M dan waktu annealing
15 jam;
d) film pada molaritas 0,5 M dan waktu
annealing 15 jam.
Tabel 4.6 Parameter kisi film LiNbO3
berstruktur rhombohedral
Film LiNbO3
Parameter kisi ( Å )
pada
a=b=c
molaritas (M)
dan waktu
annealing
(jam)
0,5 ; 15
4,214
1 ; 15
4,052
1 ; 22
4,017
2 ; 22
4,018
Tabel 4.6 memperlihatkan parameter kisi a,
b, dan c film yang nilainya cenderung
menurun jika waktu annealing lebih lama
dan molaritas yang semakin besar. Semakin
lama proses annealing sampai batas waktu
annealing 22 jam akan mengakibatkan
ukuran butir kristal film membesar seperti
yang pernah dilakukan oleh peneliti lain
[23].
Membesarnya
ukuran
butir
mempengaruhi jarak atom-atom dalam
kristal yang semakin berdekatan sehingga
mengakibatkan parameter kisi menurun.
5.2
Dalam pembuatan film LiNbO3
selanjutnya disarankan untuk dilakukan
proses annealing lebih dari 22 jam yaitu 29
jam untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik sampai dicapai nilai optimum sifat
listrik, sifat optik dan sifat struktur dari film
LiNbO3 karena nilai optimum sifat listrik,
sifat optik dan sifat struktur dari film
LiNbO3 belum dicari.
DAFTAR PUSTAKA
[1]
BAB V. KESIMPULAN DAN
SARAN
[2]
5.1
Kesimpulan
Film LiNbO3 telah berhasil dibuat
pada waktu annealing 1 jam, 8 jam, 15 jam
dan 22 jam, suhu tetap 900oC dan molarisasi
0,5 M, 1 M, 2 M. Hasil karakterisasi sifat
listrik film menunjukkan bahwa film yang
telah dibuat merupakan fotodioda dan
termasuk material semikonduktor. Konstanta
dielektrik dan konduktivitas listrik film
meningkat jika waktu annealing lebih lama
dan molaritas yang semakin besar dan yang
terbaik adalah 2 M, pada waktu annealing
22 jam. Kriteria film yang terbaik dari segi
konstanta dielektrik dan konduktivitas film
dilihat pada ketebalan filmnya, yaitu
semakin tebal film maka film tersebut
semakin baik ditunjukkan dengan semakin
meningkatnya konduktivitas film dan
konstanta dielektrik. Oleh karena itu dapat
disimpulkan bahwa besar molaritas dan
lama waktu annealing dapat mempengaruhi
sifat listrik film. Hasil karakterisasi sifat
optik menunjukkan bahwa film pada
molaritas 2 M dan waktu annealing 22 jam
menyerap cahaya tampak paling banyak,
tetapi tidak terlalu peka terhadap perbedaan
panjang gelombang. Setelah dilakukan uji
sifat struktur berupa karakterisasi XRD
dapat disimpulkan bahwa film LiNbO3
berstruktur rhombohedral dan film yang
memiliki struktur kristal paling baik, yaitu
film LiNbO3 pada waktu annealing 22 jam
dan molaritas 2 M. Setelah dilakukan
karakterisasi sifat listrik, sifat optik dan sifat
struktur dapat disimpulkan bahwa film
LiNbO3 paling baik yang dihasilkan, yaitu
film LiNbO3 pada waktu annealing 22 jam
dan molaritas 2 M.
Saran
[3]
[4]
[5]
[6]
[7]
[8]
Wasa, K. Kitabatakae, M. Adachi, H.
2004.
Thin
Film
Materials
Technology Sputtering of Compound
Materials. William Andrew Inc.
Simoes, A.Z, etc. 2003. LiNbO3 thin
films prepared through polymeric
precursor method. Material Letters.
57 2333– 2339.
Adem, U. 2003. Preparation of
BaxSr1-xTiO3 thin films by chemical
solution
deposition
and
their
electrical characterization. Tesis. The
Middle East Technical University.
Gevorgian, S. 2009. Ferroelectrics in
microwaves devices, circuits and
systems. chalmers University of
Technology,
Department
of
Microtechnology and Nanoscience,
Gothenburg, Sweden.
Bottger,
U.
2005.
Dielectric
properties of polar oxides. Institut
f¨ur Werkstoffe der Elektrotechnik,
RWTH Aachen, Germany.
Irzaman, Darmasetiawan, H, Indro,
M.N, etc. 2000. Electrical properties
of crystalline Ba0.5Sr0.5TiO3 thin
films. Department of Physics.
FMIPA. IPB.
[Anonim].2011.Alat karakterisasi xrd
difraction.
Available
at
<http://materialcerdas.wordpress.co
m/alat-karakterisasi/xrd-x-raydiffraction/>.
[29 Februari 2012].
[Anonim]. 2011. Molaritas. Available
at
<http://id.wikipedia.org/wiki/Molaritas>.
[9]
[10]
[21 November 2011].
[Anonim].2012.Mikroskop elektron.
Available at
<http://id.wikipedia.org/wiki/Mikroskop
elektron >.
[19 Januari 2012].
[Anonim].
2011.
Konstanta
dielektrik.
Available
at
18
[11]
[12]
[13]
[14]
[15]
[16]
[17]
[18]
[19]
[20]
<http://id.wikipedia.org/wiki/Konstan
ta_dielektrik >. [4 September 2011].
[Anonim].2011.Elektron mikroskop.
Available at
<http://staff.ui.ac.id/internal/1316446
78/material/Electron
Mikroskop.pdf>. [28 Februari 2012].
[Anonim]. 2011. Lithium niobate.
Available at
<http://id.wikipedia.org/wiki/niobate_Li
thium>. [28 Februari 2012].
[Anonim]. 2011. Annealing.
Available at
<http://www.scribd.com/doc/523868
15/23/Annealing>. [28 Februari
2012].
[Anonim]. 2011. Trigonal system
kristal. Available at
<http://en.wikipedia.org/wiki/Trigon
al_crystal_system>. [15 November
2011].
Erviansyah
R.
2010.
Studi
karakteristik sensor cahaya dan sensor
suhu
berbasis
film
tipis
Ba0,25Sr0,75TiO3 (BST) yang didadah
Ferium Oksida (BFST) menggunakan
metode chemical solution deposition.
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Wijaya S.K.2005. Diktat Elektronika
1.
Jurusan
Fisika
Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan
Alam Universitas Indonesia, Depok.
Hamasah. 2009. Fotodioda. Availa
bleat
http://mhdfaisal.wordpress.com/2009
/12/03/fotodioda/. [26 Maret 2011].
Hamamatsu.2007. Silicon photodiode
technical. Available at http://
www.sales. hamamatsu.com. [25
Agustus 2010].
Irzaman, Maddu A, Syafutra H,
Ismangil A.2010. Uji konduktivitas
listrik dan dielektrik film tipis lithium
tantalate ( LiTaO3 ) yang didadah
niobium
pentaoksida
(Nb2O5)
menggunakan
metode
chemical
solution deposition, di dalam:
Prosiding seminar nasional fisika.
Bogor. 176-177.
Sinaga P.2009. Pengaruh temperatur
annealing terhadap struktur mikro,
sifat listrik dan sifat optik dari film
tipis oksida konduktif transparan
ZnO:Al yang dibuat dengan teknik
screen printing: J. Pengajaran MIPA
14, 51-57.
[21]
[22]
[23]
[24]
[25]
[26]
[27]
[28]
[29]
[30]
[31]
Kwok K.N. 1995.Complete Guide To
Semiconductor Device. McGraw-Hill
inc.
Omar M.A. 2007. Elementary Solid
State
Physics.
Addison-Wesley
Publishing Inc.
Aji S.B, Asnawi, F, Susilaningtyas,
L,
Indah,
N.2009.
X-ray
difractometer. Universitas Sebelas
Maret Surakarta, Surakarta.
Samsiah R. 2009. Karakterisasi
biokomposit apatit-kitosan dengan
XRD (X-Ray Diffraction), FTIR
(Fourier Transform Infrared), SEM
(Scanning Electron Microscopy) dan
uji mekanik. [Skripsi]. Program
Sarjana, Institut Pertanian Bogor.
Bogor.
Supriyanto E, Goib W, Sutanto E,
Subagio A.2007. Studi pengaruh
temperatur penumbuhan terhadap
struktur kristal: J Matematika dan
Sains 12, 71.
Caprette D.R. 2009. Experimental
bioscience. Available at <http://
www.ruf.rice.edu/~bioslabs/methods/
protein/spectrophotometer.html>. [26
Maret 2011].
Wanibesak E. 2011. Spektrofotometri
sinar tampak (visibel). Available at
<http://wanibesak.wordpress.com/20
11/02/21/Spektrofotometri-sinartampak- visible>. [21 Februari 2011].
Swenson J. 2009. Refractive Index of
Minerals. Newton BBS. Incorporates
Public Domain material from the
U.S. Department of Energy, Argonne
National Laboratory, US DOE.
Irzaman, Darvina, Y, Fuad, A,
Arifin, P, Budiman, M, Barmawi,
M.2003. physical and pyroelectric
properties of tantalum oxide doped
lead
zirconium
titanate
[Pb0,9950(Zr0,525Ti0,010)O3] thin films
and its application for infra red
sensor. Physica Status Solidi
Germany 3, 199.
Kugeler C, Wiedenbruck, R. 2006.
Integration of Ferroelectric Thin
Films
into
Silicon
Based
Microsystems. William Andrew Inc.
Chaidir A, Kisworo D. 2007.
Pengaruh
pemanasan
terhadap
struktur mikro, sifat mekanik dan
korosi paduan Zr-Nb-Sn-Fe [Hasilhasil Penelitian EBN]. ISSN 08545561.
19
[32]
[33]
[34]
[35]
[36]
[37]
[38]
[39]
[40]
[41]
[42]
[43]
Umiati N.A.K, Irzaman, Budiman,
M, Barmawi, M. 2001. Efek
annealing pada penumbuhan film
tipis
ferroelektrik
PbZr0,625Ti0,375O3 (PZT): Kont
Fis Indo 12, 94-98.
Pimpabute N, Burinpakhon T,
Somkhunthot
W.
2011.
Determination of optical constants
and thickness of amorphous GaP thin
film: J. Optica Applicata 41, 259267.
Krane K. 1992. Fisika Modern.
Penerjemah Hans J. Universitas
Indonesia. Depok.
Blackburn J.A. 2001. Modern
Instumentation for Scientists and
Engineers. Spinger Verlag, New
York Inc.
JCPDS.1997. International Centre for
Diffraction Data. U.S.A : Campus
Boulevard.
Tipler P.A. 1991. Physics for
Scientist and Engineers. Worth
Publisher Inc.
Suhandi, A, Sutanto, H, Arifin, P,
Budiman,
M,
Barmawi.2005.
Karakteristik film tipis GaAs yang
ditumbuhkan
dengan
metode
MOCVD menggunakan sumber
metalorganik
TDMAAs
(Trisdimethylaminoarsenic):
J
Matematika dan Sains 10, 11-15.
Hamdani, Komaro M, Rahmat,
Irzaman. Uji konduktivitas listrik
film tipis ferroelektrik LiTaO3
didadah niobium. Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
Wijaya S.K. 2010. Optoelektronika.
Jurusan Fisika Fakultas Matematika
dan
Ilmu
Pengetahuan
Alam
Universitas Indonesia, Depok.
Arief A, Irzaman, Dahrul M, Syafutra
H.2010. Uji arus-tegangan film tipis
Ba0,5Sr0,5TiO3 dengan pendadah
niobium penta oksida sebagai sensor
cahaya, di dalam: Prosiding, 206-212.
Syafutra H. 2010. Pengintegrasian
sensor cahaya tampak berbasis film
tipis ferroelektrik Ba0,25Sr0,75TiO3
pada mikrokontroler ATMega8535.
[Tesis].
Program
Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Jorena.2000. Menentukan energi gap
semikonduktor
silikon
melalui
pengukuran resistansi bahan pada
suhu beragam: J penelitian sains 12,
19.
[44]
[45]
Seung Y.M. 2007. Temperature
dependence of the conductivity in
large grained boron doped ZnO films:
J. Solar energy material and solar cell
91, 1269-1274.
Giancoli C.D.1998. Physics Fifth
Edition. Prentice-Hall Inc, Berkeley.
20
LAMPIRAN
Lampiran 1 . Diagram Alir Penelitian
Mulai
Persiapan Bahan dan Alat
Pembuatan lithium niobate
Lithium Asetat
Niobium
2-metoksietanol
Dihomogenkan menggunakan ultasonik model branson selama 1 jam
Proses pendeposisian LiNbO3 menggunakan spin coater
Annealing menggunakan furnace model vulcan 3-310 pada suhu 900°C selama 1
jam, 8 jam, 15 jam dan 22 jam.
Film LiNbO3
Dilakukan karakterisasi: XRD, spektrofotometer, pengukuran I-V, konduktivitas
listrik dan menentukan konstanta dielektrik
Penulisan laporan hasil
penelitian
Selesai
21
Lampiran 2.
Hasil karakterisasi XRD film LiNbO3
a) film pada molaritas 2 M dan waktu annealing
Sampel
A
22 jam;
Sampel
b) filmBpada molaritas 1 M dan waktu annealing
22 jam;
Sampel
C
c) film pada molaritas 1 M dan waktu annealing
Sampel
D
15 jam;
d) film pada molaritas 0,5 M, dan waktu
annealing 15 jam
0
20
40
60
2 Theta
80
100
22
Lampiran 3.
Data massa film sebelum dilakukan annealing dan sesudah proses annealing,
contoh perhitungan time constant dan konstanta dielektrik, perhitungan
konduktivitas listrik, perhitungan indeks miller dan parameter kisi.
Data massa film sebelum dilakukan annealing dan sesudah annealing
Film LiNbO3 pada
molaritas (M) dan
waktu annealing (jam)
0,5 ; 1
1;8
1 ; 15
2 ; 22
Massa film sebelum
annealing (gram)
Massa film setelah
annealing (gram)
0,0471
0,0468
0,0339
0,0475
0,0470
0,0467
0,0336
0,0470
Contoh perhitungan time constant dan konsanta dielektrik
Contoh perhitungan :
volts/div = 1 volt
sec/div = 10 µs
= 3 volt
V1
V2
= 5 volt
Frekuensi = 20 kHz
Hambatan (R) = 104 ohm
ρft = 6,02 g/cm3
ε0 = 8,85 x 10-12 F/m
= 1- e –t/RC
t = τ , V = Vo ( 1- e – 1 )
V = Vo (1-0,368)
V = Vo ( 1- e –t/τ ), τ = R C
V = Vo ( 1- 1/e )
V = 0,63 Vo
1 M (waktu annealing 1 jam)
Gambar 4.15 Sinyal keluaran pada osiloskop ketika diberikan tegangan 3 volt setelah film 1
M, pada waktu annealing 8 jam dipasang
23
Lanjutan Lampiran 3
M1 = 0,0471 gr
M2 = 0,0470 gr
Luas film ( Aft ) = 0,374 cm2
Luas kontak (Akontak ) = 2,09 x 10-6 m2
• Vo = 3 volt
V = 0,63 . 3 = 1,89 volt, maka dari gambar diatas didapatkan time constant (τ) ketika V =
1,89 volt yaitu τ = 2,9 µs = 2,9 x 10 -6 s
CLiNbO3 = τ /R = 2,9 x 10 -6 s / 10-4 Ω = 2,9 x 10-10 F
d = M1-M2/ρft . Aft = 0,0471- 0,0470 / 6,02 . 0,374
d = 0,4442 x 10 -6 m
ε = CLiNbO3.d /ɛ0. Akontak = 2,9 x10-10. 0,4442 x10-6/ 8,85 x10-12. 2,09 x10-6 = 6,9
Gambar 4.16 Sinyal keluaran pada osiloskop ketika diberika tegangan 5 volt setelah film 2 M,
pada waktu annealing 1 jam dipasang
Vo = 5 volt
V = 0,63 . 5 = 3,15 volt, maka dari gambar diatas didapatkan time constant (τ) ketika V =
3,15 volt yaitu τ = 2,5 µs = 2,5 x 10-6 s
CLiNbO3 = τ /R= 2,5 x 10 -6 s / 10-4 Ω = 2,5 x 10-10 F
ε = CLiNbO3.d /ɛ0. Akontak = 2,5 x10-10. 0,4442 x10-6/ 8,85 x10-12. 2,09 x10-6 = 6,0
24
Lanjutan Lampiran 3
Contoh perhitungan konduktivitas listrik film
Film LiNbO3
pada molaritas
(M) dan waktu
annealing (jam)
0,5 ; 1
1M;8
1 M ; 15
2 M ; 22
Jarak antar kontak L
( x 10-3 m )
Luas kontak A
10-6 m2)
2,5
1,2
2,1
2,3
diketahui
2,09
0,99
1,44
1,65
(x
• 0,5 M dan 1 jam annealing
12493 106 25 103
209 106
!" #$ %&'(
Mencari indeks miller dan parameter kisi dari kurva XRD
Tabung x-ray
Target
Tegangan
Arus
Scan range
Sampling pitch
: Cu
,λcu = 1,54056 Å
: 40.0 (kV)
: 30.0 (mA)
: 5.0000-90.0000 (deg)
: 0.0200
Konduktansi G ( x
10-6 S)
1,2493
1,6874
1,5551
4,7808
Σ
5
4
3
2
1
No
Puncak
311
220
200
111
110
hkl
Σ
5
4
3
2
No
Puncak
1
77.80
64.33
44.30
38.12
33.74
2θ
77.80
64.33
44.30
38.90
32.17
22.15
19.06
16.87
θ
38.90
32.17
22.15
19.06
16.87
33.74
38.12
θ
2θ
10
8
4
2
2
α
188
100
64
16
4
4
α2
1
0
0
1
0
θ
0.95534
0.81235
0.48778
0.38107
0.30850
Sin22 θ
2
1
0
0
1
0
θ2
12
10
0
0
2
0
θ
α
0.39434
0.28341
0.14215
0.10664
0.08422
Sin2 θ
Film LiNbO3 pada molaritas 0,5 M dan waktu annealing 15 jam
0.95534
0.81235
0.48778
0.38107
0.30850
Sin22 θ
0.19717
0.14170
0.07108
0.05332
0.04211
Sin2 θ /2
0.39434
0.28341
0.14215
0.10664
0.08422
Sin2 θ
0.13145
0.09447
0.04738
0.03555
0.02807
Sin2 θ 3
Lampiran 4. Tabel hasil perhitungan indeks miller, perhitungan parameter kisi
9.55342
8.12349
4.87784
3.81072
3.08497
δ
0.09858
0.07085
0.03554
0.02666
0.02105
Sin2 θ /4
205.09083
91.26780
65.99106
23.79331
14.52161
9.51704
δ2
0.07887
0.05668
0.02843
0.02133
0.01684
9.55342
0.00000
0.00000
3.81072
0.00000
θδ
αδ
8
4
3
2
s
11
193.82483
95.53418
64.98791
19.51136
7.62145
6.16994
11.09248
7.97205
3.99870
2.99972
2.36897
Sin2 θ /A
13.36414
Sin2 θ /5
7.16096
3.94338
2.26725
0.56861
0.21328
0.16843
α sin2 θ
0.50098
0.39434
0.00000
0.00000
0.10664
0.00000
θ sin2 θ
311
220
200
111
110
hkl
7.42911
3.76727
2.30225
0.69340
0.40638
0.25981
δ sin2 θ
25
Σ
5
4
3
2
1
No
Puncak
Σ
5
4
3
2
No
Puncak
1
311
220
200
111
110
hkl
78.15
64.97
44.55
2θ
78.15
64.97
44.55
38.33
31.61
θ
39.08
32.49
22.28
19.17
15.81
39.08
32.49
22.28
19.17
15.81
31.61
38.33
θ
2θ
10
8
4
2
2
α
0.95783
0.82099
0.49215
0.38464
0.27472
Sin22 θ
188
100
64
16
4
4
α2
2
1
0
0
1
0
θ
2
1
0
0
1
0
θ2
0.39732
0.28845
0.14368
0.10777
0.07418
Sin2 θ
12
10
0
0
2
0
θ
α
0.95783
0.82099
0.49215
0.38464
0.27472
Sin2 θ
0.39732
0.28845
0.14368
0.10777
δ
9.57831
8.20993
4.92146
3.84635
13.42467
9.57831
0.00000
0.00000
3.84635
0.00000
θδ
11.06138
8.03045
4.00002
3.00039
2.06521
Sin2 θ /A
205.70914
91.74408
67.40287
24.22080
14.79444
7.54694
δ2
0.07946
0.05769
0.02874
0.02155
0.01484
Sin2 θ /5
2.74717
0.09933
0.07211
0.03592
0.02694
0.01855
Sin2 θ 4
0.07418
0.13244
0.09615
0.04789
0.03592
0.02473
Sin2 θ /3
Sin22 θ
0.19866
0.14423
0.07184
0.05389
0.03709
Sin2 θ /2
Film LiNbO3 pada molaritas 1 M dan waktu annealing 15 jam
Lanjutan Lampiran 4
194.33544
95.78313
65.67940
19.68585
7.69271
5.49434
αδ
11
8
4
3
2
s
7.21951
3.97325
2.30763
0.57472
0.21555
0.14836
α sin2 θ
311
220
200
111
110
hkl
0.50510
0.39732
0.00000
0.00000
0.10777
0.00000
θ sin2 θ
7.49933
3.80570
2.36818
0.70712
0.41454
0.20379
δ sin2 θ
26
44.15
64.50
77.74
3
4
5
Σ
5
4
3
2
1
No
Puncak
311
220
200
111
110
hkl
37.98
Σ
30.90
2
2θ
No
Puncak
1
77.74
64.50
44.15
37.98
30.90
2θ
θ
38.87
32.25
22.08
18.99
15.45
38.87
32.25
22.08
18.99
15.45
θ
10
8
4
2
2
α
0.95491
0.81466
0.48517
0.37870
0.26372
Sin22 θ
188
100
64
16
4
4
α2
1
0
0
1
0
θ
2
1
0
0
1
0
θ2
0.39383
0.28474
0.14124
0.10589
0.07097
Sin2 θ
12
10
0
0
2
0
θ
α
0.95491
0.81466
0.48517
0.37870
0.26372
Sin2 θ
0.39383
0.28474
0.14124
0.10589
δ
9.54908
8.14660
4.85167
3.78700
13.33609
9.54908
0.00000
0.00000
3.78700
0.00000
θδ
11.15338
8.06413
4.00002
2.99879
2.00984
Sin2 θ /A
202.38725
91.18497
66.36712
23.53869
14.34140
6.95507
δ2
0.07877
0.05695
0.02825
0.02118
0.01419
Sin2 θ /5
2.63725
0.09846
0.07119
0.03531
0.02647
0.01774
Sin2 θ /4
0.07097
0.13128
0.09491
0.04708
0.03530
0.02366
Sin2 θ /3
Sin22 θ
0.19691
0.14237
0.07062
0.05294
0.03548
Sin2 θ /2
Film LiNbO3 pada molaritas 1 M dan waktu annealing 22 jam
Lanjutan Lampiran 4
192.91881
95.49082
65.17282
19.40668
7.57401
5.27449
αδ
11
8
4
3
2
s
7.13489
3.93826
2.27796
0.56496
0.21177
0.14194
α sin2 θ
311
220
200
111
110
hkl
0.49971
0.39383
0.00000
0.00000
0.10589
0.00000
θ sin2 θ
7.35378
3.76068
2.31970
0.68525
0.40100
0.18716
δ sin2 θ
27
Σ
4
3
2
1
No
Puncak
Σ
5
4
3
2
No
Puncak
1
311
220
200
111
hkl
77.65
64.52
77.65
64.52
44.13
37.97
2θ
38.83
32.26
22.07
18.99
37.97
44.13
θ
2θ
38.83
32.26
22.07
18.99
θ
10
8
4
2
α
0.95425
0.81493
0.48482
0.37853
Sin22 θ
184
100
64
16
4
α2
1
0
0
1
θ
0.39306
0.28490
0.14112
0.10583
Sin2 θ
2
1
0
0
1
θ2
12
10
0
0
2
α
θ
0.95425
0.81493
0.48482
0.37853
Sin2 θ
0.39306
0.28490
0.14112
δ
9.54254
8.14931
4.84818
13.32785
9.54254
0.00000
0.00000
3.78531
θδ
11.14111
8.07545
3.99997
2.99982
Sin2 θ /A
195.30483
91.06009
66.41132
23.50485
14.32858
δ2
0.07861
0.05698
0.02822
0.02117
Sin2 θ /5
3.78531
0.09826
0.07123
0.03528
0.02646
Sin2 θ /4
0.10583
0.13102
0.09497
0.04704
0.03528
Sin2 θ /3
Sin22 θ
0.19653
0.14245
0.07056
0.05292
Sin2 θ /2
Film LiNbO3 pada molaritas 2 M dan waktu annealing 22 jam
Lanjutan Lampiran 4
187.58326
95.42541
65.19451
19.39272
7.57062
αδ
11
8
4
3
s
6.98594
3.93059
2.27922
0.56448
0.21167
α sin2 θ
311
220
200
111
hkl
0.49889
0.39306
0.00000
0.00000
0.10583
θ sin2 θ
7.15732
3.75078
2.32176
0.68417
0.40061
δ sin2
θ
28
../! !
-
-
".,-!,.
4 /#"/
3 +
3
2 *
2
../! ! 2= *#0##",2
2 *
2
2 *
2
-#0#"#,.1 ) 4!-" 1
A = D/10, B = λ2/(4c2) , C = λ2/(4a2)
γ = l2 , δ = 10 sin2 2θ ,
a, b, c = parameter kisi, α = h2 + k2 ,
B=
6
∆B
= 0.0335933;
4 /#"/
Parameter kisi c =
9:
78
".,-!,.
4 /#"/
+
3 +
3
*
2 *
2
#0##",
../! ! 2 = *#0##",2
5 *
*
2 *
2
*
2 *
2
) ".,-!,. 4!-"
-#0#"#,.1 ) 4!-" 1
Dari matriks B tersebut, diperoleh ∆ B = 34.780874;
,,
= 4.203 Å
Dari matriks A di atas diperoleh determinan (D) = 1035.3503
+
*
A= *
*
*
) ".,-!,.
,,
Keterangan :
∑ δ sin2 θ = C ∑ αδ + B ∑ γδ + A ∑ δ2
∑ γ sin2 θ = C ∑ αγ + B ∑ γ2 + A ∑ γδ
∑ α sin2 θ = C ∑ α2 + B ∑ αγ + A ∑ αδ
Metode cohen dan cramer
../! !
-
-
4 /#"/
3 +
3
2 *
2
../! ! 2 = *#0##",2
2 *
2
2 *
2
-#0#"#,.1 ) 4!-" 1
".,-!,.
<
∆:
= 0.033409
=>
9<
= 4.214 Å
Film LiNbO3 2 M annealing 22 jam : a=b= 4,018 Å , c= 4,027 Å
Film LiNbO3 1 M annealing 22 jam: a=b= 4,017 Å , c= 4,008 Å
Film LiNbO3 1 M annealing 15 jam: a=b= 4,052 Å , c= 4,065 Å
dengan cara yang sama diperoleh parameter kisi untuk film LiNbO3 yang
lainnya yaitu :
Parameter kisi a=b =
B=
Dari matriks C di atas diperoleh ∆ C = 34.590058
4 /#"/
+
*
; *#0##",
*
*
)4!-"
Mencari Parameter kisi film LiNbO3 pada molaritas 0,5 M dan waktu annealing 15 jam
Lanjutan Lampiran 4
29
30
Lampiran 5. Menentukan indeks bias dan energy gap
Mencari indeks bias dapat menggunakan persamaan n =
1
1
, R merupakan reflektansi
maksimum yang dapat diperoleh dari kurva persen reflektansi terhadap. panjang gelombang.
Contoh perhitungannya sebagai berikut. Misalkan pada kurva persen reflektansi film LiNbO3 1
jam annealing, dari kurva tersebut reflektansi maksimum pada panjang gelombang 450 nm dengan
persen reflektansi sebesar .9 %.
??@@
n = ??@@
=
A
?BC
= 1.93
Energy gap diperoleh dengan cara memplot kurva (αhν)2 terhadap energi.
Keterangan: α = koefisien absorbansi, ν = frekuensi, energi = h.c/λ, h= konstanta planck ( 6.63 x
10-34 J.s) , c= kecepatan cahaya (2,998 x 108 m/s).
Download