Current Ratio - Universitas Sumatera Utara

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Rasio Lancar (Current Ratio)
Current Ratio merupakan salah satu rasio yang paling umum digunakan
untuk mengukur likuiditas atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi
kewajiban jangka pendek tanpa menghadapi kesulitan. Semakin besar current
ratio menunjukkan semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban jangka pendeknya (termasuk didalamnya kewajiban membayar dividen
kas yang terutang).
Unsur-unsur yang mempengaruhi nilai current ratio adalah aktiva lancar dan
utang jangka pendek. Dalam hal ini aktiva lancar terdiri dari uang kas dan juga
surat-surat berharga antara lain surat pengakuan hutang, wesel, saham, obligasi,
sekuritas kredit, atau setiap derivatif dari surat berharga atau kepentingan lain atau
suatu kewajiban dari penerbit,bentuk yang lazim diperdagangkan dalam pasar
uang dan pasar modal. Di lain pihak utang jangka pendek dapat berupa utang pada
pihak ketiga (bank atau kreditur lainnya).
Menurut Brigham dan Houston (2001) rasio lancar mengukur kemampuan
aktiva lancar membayar hutang lancar. Aktiva lancar biasanya terdiri dari : kas,
surat berharga, piutang, dan persediaan. Hutang lancar terdiri dari hutang dagang,
wesel bayar jangka pendek, hutang jangka panjang yang segera jatuh tempo, pajak
yang belum dibayar (accued) dan biaya-biaya yang belum dibayar (accrued)
Universitas Sumatera Utara
lainnya (terutama upah). Rumus untuk menghitung rasio lancar adalah sebagai
berikut:
Rasio Lancar =
x 100%
2. Rasio hutang terhadap total aktiva (Debt to Asset Ratio/ DAR)
DAR adalah salah satu rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat
solvabilitas perusahaan. Tingkat solvabilitas perusahaan
adalah kemampuan
perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang perusahaan tersebut.
Suatu perusahaan dikatakan solvabel berarti perusahaan tersebut memiliki aktiva
dan kekayaan yang cukup untuk membayar hutang-hutangnya. Rasio DAR
menekankan pentingnya pendanaan hutang jangka panjang dengan jalan
menunjukkan persentase aktiva perusahaan yang didukung oleh hutang. Rasio ini
juga menyediakan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mengadaptasi
kondisi pengurangan aktiva akibat kerugiaan tanpa mengurangi pembayaran
bunga pada kreditor. Nilai rasio yang tinggi menunjukkan peningkatan dari resiko
pada
kreditor
kewajibannya.
berupa
Dari
ketidakmampuan
pihak
pemegang
perusahaan
saham,
rasio
membayar
yang
tinggi
semua
akan
mengakibatkan pembayaran bunga yang tinggi yang pada akhirnya akan
mengurangi pembayaran dividen (Darsono, 2005).
Rumus untuk menghitung
DAR adalah sebagai berikut:
DAR=
x100%
3. Rasio hutang terhadap ekuitas (Debt to Equity Ratio/DER)
Universitas Sumatera Utara
Rasio ini menunjukkan persentase penyediaan dana oleh pemegang saham
kepada pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio , semakin rendah pendanaan
perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari perspektif membayar
kewajiban jangka panjang, semakin rendah rasio akan semakin baik pula
kemampuan perusahan dalam membayar kewajiban jangka panjang (Munawir,
2001). Rasio hutang terhadap ekuitas berbeda-beda tergantung dari karakteristik
bisnis dan keberagaman arus kas. Perusahaan dengan arus kas yang stabil
biasanya memiliki rasio hutang terhadap ekuitas yang lebih tinggi daripada
perusahaan dengan arus kas yang kurang stabil. Semakin rendah rasio ini, semakin
tinggi tingkat pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham dan
semakin besar batas pengaman pemberi pinjaman jika terjadi penyusutan nilai
aktiva atau kerugian. Rumus untuk menghitung DER adalah sebagai berikut:
DER=
x 100%
4. Pengembalian atas total aktiva (Return On Asset /ROA)
Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih
berdasarkan tingkat asset yang tertentu. ROA juga sering disebut juga sebagai
Return On Investment (ROI) (Hanafi dan Halim, 2000). Horne dan Wachowicz
(1997) mengatakan rasio ini merupakan rasio keuntungan yang menghubungkan
laba dengan investasi. Menurut Ang (1997) profitabilitas mengukur efektifitas
perusahaan di dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan aktiva
yang dimilikinya. Rasio pengembalian atas total aktiva dihitung dengan membagi
laba bersih sesudah pajak dengan total aktiva.
ROA=
x100%
Universitas Sumatera Utara
5. Pengembalian atas ekuitas saham biasa (Return On Equity/ ROE)
Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan dalam menciptakan laba. Salah
satu rasio yang digunakan dalam mengukur tingkat profitabilitas perusahaan
adalah ROE.
Rasio ini menunjukkan tingkat keuntungan dari investasi yang
ditanamkan pemegang saham. (L. Thian Hin, 2001). ROE sering disebut rate of
return on net worth, yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE kadangkala
disebut sebagai rentabilitas modal sendiri. Rasio ini merupakan ukuran
profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham.ROE menunjukan kemampuan
manajemen dalam memaksimalkan tingkat pengembalian kepada pemegang
saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin baik karena memberikan tingkat
kembalian yang lebih besar pada pemegang saham. Sebagai pembanding untuk
rasio ini adalah tingkat suku bunga bebas resiko misalkan suku bunga Bank
Indonesia.Rumus yang digunakan untuk mengukur rasio profitabilitas adalah
sebagai berikut:
ROE=
x100%
Rasio ini bukan pengukur return pemegang saham yang sebenarnya karena
rasio ini tidak memperhitungkan dividen maupun capital gain untuk pemegang
saham. ROE dipengaruhi ROA dan tingkat leverage keuangan perusahaan.
6. Earning Per Share (EPS)
Universitas Sumatera Utara
Earning per share adalah pendapatan perusahaan dari per lembar saham
yang dijual. EPS didapatkan dari pembagian antara laba setelah pajak dengan
jumlah lembar saham. Dengan memperhatikan EPS maka investor dapat
mempertimbangkan untuk berinvestasi di pasar modal. EPS dipengaruhi oleh
pendapatan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tinggi maka EPS juga akan
tinggi, begitu juga sebaliknya. Menurut Alexandri (2008), investor biasanya
lebih tertarik dengan ukuran profitabilitas dengan menggunakan dasar saham yang
dimiliki.
Alat analisis yang dipakai untuk melihat keuntungan dengan dasar
saham adalah earning per share yang dicari dengan laba bersih dibagi saham yang
beredar. Rasio ini menggambarkan besarnya pengambalian modal utntuk setiap
satu lembar saham . Rumus untuk menghitung earning per share adalah sebagai
berikut:
EPS =
laba bersih setelah bunga dan pajak
x 100%
jumlah saham beredar
7. Net Profit Margin (NPM)
Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang digunakan untuk menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih setelah dipotong
pajak. Menurut Bastian dan Suhardjono (2006),
net profit margin adalah
perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Semakin besar NPM, maka
kinerja perusahaan akan semakin produktif, sehingga akan meningkatkan
kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya pada perusahaan tersebut.
Rasio ini menunjukkan berapa besar persentase laba bersih yang diperoleh dari
setiap penjualan. Semakin besar rasio ini, maka dianggap semakin baik
kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang tinggi. Hubungan antara
Universitas Sumatera Utara
laba bersih sesudah pajak dan penjualan bersih menunjukkan kemampuan
manajemen dalam mengemudikan perusahaan secara cukup berhasil untuk
menyisakan margin tertentu sebagai kompensasi yang wajar bagi pemilik yang
telah menyediakan modalnya untuk suatu resiko. Hasil dari perhitungan
mencerminkan keuntungan netto per rupiah penjualan. Para investor pasar modal
perlu mengetahui kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba. Dengan
mengetahui hal tersebut investor dapat menilai apakah perusahaan itu profitable
atau tidak. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
Net Profit Margin (NPM)=
laba bersih setelah pajak
x 100%
penjualan
8. Price to Book Value ( PBV)
Price to book value merupakan rasio yang menunjukkan apakah harga saham
diperdagangkan diatas atau dibawah nilai buku saham tersebut atau biasa disebut
apakah harga saham tersebut overvalued dan undervalued. Rasio ini mengukur
nilai yang diberikan pasar keuangan kepada manajemen dan organisasi sebagai
perusahaan yang terus tumbuh. Rumus untuk menghitung rasio ini adalah sebagai
berikut:
9. Growth Profit (Pertumbuhan Laba)
Laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang
direalisasi yang timbul dari selama satu periode dengan biaya yang berkaitan
dengan pendapatan tersebut. Sedangkan pengertian laba menurut IAI dalam
Universitas Sumatera Utara
Chariri dan Ghozali (2003) adalah kenaikan ekonomi selama satu periode
akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan
kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari
kontribusi kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal
dari kontribusi peranan modal. Sementara pengertian laba yang dianut oleh
struktur akuntansi sekarang ini adalah laba akuntansi yang merupakan selisih
pengukuran pendapatan dan biaya. Besar kecilnya laba sebagai pengakur kenaikan
sangat tergantung pada ketepatan pengukuran pendapatan dan biaya. Jadi dalam
hal ini laba hanya merupakan angka artikulasi dan tidak didefenisikan tersendiri
secara ekonomik seperti halnya aktiva atau hutang (Chariri dan Ghozali, 2003).
Perbandingan yang tepat atas pendapatan dan biaya tergambar dalam laporan rugi
laba. Penyajian laba melalui perusahaan merupakan hasil dari serangkaian proses
dengan mengorbankan berbagai sumber daya. Adapun salah satu parameter
penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan laba. Pertumbuhan laba
dihitung dengan cara mengurangkan laba periode sekarang dengan laba periode
sebelumnya kemudian dibagi dengan laba pada periode sebelumnya (Warsidi dan
Pramuka, 2000)
10. Price Earning Ratio (PER)
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai
PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan
pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat
pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai PER yang rendah pula. Semakin
rendah harga PER suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk
Universitas Sumatera Utara
diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung
semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan.
PER menggambarkan apresiasi pasar terhadap kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba (Darmaji, 2001).
PER yang tinggi menunjukkan bahwa
investor bersedia untuk membayar dengan harga saham premium untuk
perusahaan. Kegunaan PER adalah untuk melihat bagaimana pasar menghargai
kinerja perusahaan yang dicerminkan oleh EPS nya. PER menunjukkan hubungan
antara pasar saham biasa dengan EPS. Makin besar PER suatu saham maka harga
saham tersebut akan semakin mahal terhadap pendapatan bersih per sahamnya.
Angka rasio ini biasanya digunakan investor untuk memprediksi kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba dimasa yang akan datang (Prastowo, 2002).
.Semakin kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan
semakin baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi
perusahaan. Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak
investor untuk membeli saham tersebut. Menurut (Arifin, 2002) Rumus yang
digunakan untuk mengukur Price Earning Ratio adalah sebagai berikut:
11. Return Saham
Return saham merupakan hasil atau keuntungan yang diperoleh pemegang
saham sebagai hasil dari investasinya. Jogiyanto (2000) membedakan return
saham menjadi dua jenis yaitu return realisasi (realized return) dan return
ekspektasi (expected return). Return realisasi merupakan return yang sudah
Universitas Sumatera Utara
terjadi dan dihitung secara relatif. Return realisasi ini penting dalam mengukur
kinerja perusahaan dan sebagai dasar penentuan return dan resiko mendatang.
Sedangkan return ekspektasi merupakan return yang diharapkan terjadi di masa
mendatang dan bersifat tidak pasti. Rate of Return adalah tingkat pengembalian
saham atau investasi yang dilakukan. Komposisi penghitungan rate of return
saham terdiri dari capital gain (loss) dan dividen. Capital gain (loss) merupakan
selisih laba/rugi yang dialami oleh pemegang saham karena harga saham relatif
lebih tinggi atau rendah dibandingkan harga saham periode sebelumnya.
Sedangkan dividen merupakan bagian dari laba perusahaan yang dibagikan pada
periode tertentu sesuai dengan keputusan manajemen. Dividen yang merupakan
yield bisa berupa angka nol (0) dan positif (+). Untuk menghitung return saham
digunakan rumus sebagai berikut
ROR = Capital gain (loss) + Yield
Pt − Pt −1
D
+ t
Pt −1
Pt −1
Pt − Pt −1 + Dt
x 100%
Pt −1
dimana :
Pt
= Harga saham sekarang
P
= Harga saham periode lalu t-1
Dt = Dividen yang dibayarkan sekarang
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Penelitian terdahulu yang dapat mendukung penelitian ini adalah Trisnaeni
(2007) menganalisis mengenai pengaruh kinerja keuangan terhadap return saham
pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Artatik (2007) menganalisis
pengaruh Earning Per Share (EPS) dan Price Earning Ratio (PER) terhadap
return saham pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta, Munthe (2009)
yang menganalisis pengaruh faktor fundamental return saham pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan Ulupui (2009)
menganalisis mengenai pengaruh rasio likuiditas, leverage, aktivitas, dan
profitabilitas terhadap return saham (studi pada perusahaan makanan dan
minuman di BEJ). Tinjauan penelitian terdahulu penelitian ini dapat dilihat pada
tabel 2.1 sebagai berikut:
Peneliti
(Tahun)
Munte
(2009)
Trisnaeni
(2007)
Tabel 2.1
Penelitian Terdahulu
Judul
Variabel
Penelitian
Pengaruh faktor
- Variabel
fundamental
Independen :
terhadap return
CR, ROE, cash
saham pada
flow from
perusahaan
operation to
manufaktur yang
debt, price to
terdaftar di Bursa
book value,
Efek Indonesia
ukuran
perusahaan
- Variabel
Dependen :
Return saham
pengaruh kinerja
keuangan
terhadap return
saham pada
Perusahaan
Manufaktur di
- Variabel
Independen :
EPS, PER,
DER, ROI dan
ROE
- Variabel
Hasil Penelitian
CR, ROE, cash flow from
operation to debt, price to
book value, ukuran
perusahaan secara simultan
berpengaruh terhadap return
saham. Secara parsial hanya
return on equity yang
berpengaruh terhadap return
saham.
rasio keuangan yang terdiri
dari rasio EPS, PER, DER,
ROI dan ROE tidak
berpengaruh secara serentak
terhadap return saham
perusahaan manufaktur
Universitas Sumatera Utara
Bursa Efek
Jakarta
Artatik
(2007)
Ulupui
(2009)
Dependen :
Return saham
pengaruh Earning - Variabel
Per Share (EPS)
Independen :
dan Price
Earning Per
Share dan Price
Earning Ratio
(PER) terhadap
Earning Ratio
- Variabel
return saham
pada Perusahaan
Dependen :
Return saham
Manufaktur di
Bursa Efek
Jakarta
pengaruh rasio
- Variabel
likuiditas,
Independen :
Current Ratio,
leverage,
Debt to Equity
aktivitas, dan
profitabilitas
Ratio, Return
On Equity,
terhadap return
Return On
saham (studi pada
Asset, Inventory
perusahaan
Turn Over dan
makanan dan
minuman di
Price Earning
Ratio
BEJ).
- Variabel
Dependen :
Return saham
yang terdaftar di Bursa Efek
Jakarta
secara simultan ada
pengaruh antara EPS dan
PER terhadap return saham
pada perusahaan manufaktur
di BEJ. Secara parsial EPS
berpengaruh terhadap return
saham sedangkan PER tidak
berpengaruh terhadap return
saham
current ration dan return on
asset, berpengaruh positif
dan signifikan sedangkan
debt to equity rasio
berpengaruh positif, tetapi
tidak signifikan dan total
asset turn over berpengaruh
negatif dan tidak signifikan
terhadap return saham.
Variabel independen
(current ratio, debt to equity
ratio, asset turn over, return
on asset) secara bersamasama berpengaruh
signifikan terhadap return
saham satu tahun ke depan
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis Penelitian
1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar 2.1 sebagai
berikut:
Current Ratio (X1)
Debt to Asset Ratio(X2)
Debt to Equity Ratio(X3)
Return on Asset (X4)
Return on Equity (X5)
Return Saham
(Y)
Earning Per Share (X6)
Net profit Margin (X7)
Price to Book Value (X8)
Growth Profit (X9)
Price Earning Ratio (X10)
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan sintesis atau ekstrapolasi dari tinjauan teori
yang mencerminkan keterkaitan antara variabel yang diteliti dan merupakan
tuntunan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipotesis
(Jurusan Akuntansi, 2004).
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel
independen adalah current ratio, debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on
asset, return on equity, earning per share, net profit margin, price to book value,
Universitas Sumatera Utara
growth profit dan price earning ratio . Variabel dependen dalam penelitian ini
adalah return saham.
Current ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan aktiva lancar
suatu perusahaan untuk membiayai kewajiban lancarnya. Semakin tinggi rasio
ini menunjukkan perusahaan memiliki kemampuan perusahaan yang sehat karena
dengan semakin baiknya kondisi aktiva lancar, maka perusahaan memiliki
kenampuan
yang lebih untuk meningkatkan produksi dan menghasilkan
pertumbuhan penjualan dan laba yang lebih besar. Kondisi perusahaan yang
demikian dapat meningkatkan kepercayaan para investor dan meningkatkan nilai
saham perusahaan tersebut. Nilai saham yang semakin meningkat akan
meningkatkan tingkat pengembalian saham perusahaan (return).
DER adalah rasio yang menunjukan persentase penyedian dana oleh
pemegang saham terhadap pemberi pinjaman. Semakin tinggi rasio, semakin
endah pendanaan perusahaan yang disediakan oleh pemegang saham. Dari
perspektif kemampuan membayar kewajiban jangka panjang, semakin rendah
rasio akan semakin baik kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban
jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak dapat membayar kewajiban jangka
panjang perusahan tersebut. Menunjukkan bahwa perusahaan tersebut berada
dalam kondisi tidak baik yang dapat mengurangi niat investor untuk menanamkan
untuk berinvestasi. Investasi kecil menunjukkan kecilnya minat investor untuk
menamkan sahamnya.
DAR
memilki defenisi yang hampir sama dengan DER. DAR
adalah
kemampuan perusahaan untuk membayar kewajiban jangka panjang sesuai
Universitas Sumatera Utara
dengan aktiva yang dimilikinya. DAR memiliki pengaruh yang hampir sama
terhadap return saham.
ROA adalah rasio yang digunakan untuk menghitung perbandingan antara
laba bersih rata-rata dengan total aktiva suatu perusahaan. Rasio ini
menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan dari setiap satu
rupiah asset yang digunakan. Dengan mengetahui rasio ini, kita bisa menilai
apakah perusahaan ini efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan
operasional perusahaan. Rasio ini juga memberikan ukuran yang lebih baik atas
profitabilitas perusahaan karena menunjukan efektifitas manajemen dalam
menggunakan aktiva untuk memperoleh pendapatan.
ROE menunjukkan perbandingan laba bersih terhadap modal yang dimiliki
perusahaan. ROE menunjukan kesuksesan manajemen dalam memaksimalkan
tingkat kembalian pada pemegang saham. Semakin tinggi rasio ini akan semakin
baik karena memberikan tingkat kembalian yang lebih besar pada pemegang
saham. Earning Per Share menunjukkan rasio laba bersih terhadap jumlah saham
yang beredar di perusahaan tersebut. Semakin tinggi earning per share
perusahaan menunjukkan kemampuan laba untuk dibagikan kepada pemegang
saham akan semakin meningkat. Hal tersebut dapat menguntungkan bagi para
investor. Karena meningkatnya nilai earning per share dapat meningkatkan nilai
saham dan tingkar return saham tersebut.
Perusahaan dengan peluang tingkat pertumbuhan tinggi biasanya mempunyai
PER yang tinggi pula, dan hal ini menunjukkan bahwa pasar mengharapkan
pertumbuhan laba di masa mendatang. Sebaliknya perusahaan dengan tingkat
Universitas Sumatera Utara
pertumbuhan yang rendah cenderung mempunyai PER yang rendah pula. Semakin
rendah harga PER suatu saham maka semakin baik atau murah harganya untuk
diinvestasikan. PER menjadi rendah nilainya bisa karena harga saham cenderung
semakin turun atau karena meningkatnya laba bersih perusahaan. Jadi semakin
kecil nilai PER maka semakin murah saham tersebut untuk dibeli dan semakin
baik pula kinerja per lembar saham dalam menghasilkan laba bagi perusahaan.
Semakin baik kinerja per lembar saham akan mempengaruhi banyak investor
untuk membeli saham tersebut
2. Hipotesis
Menurut Erlina (2007), “Hipotesis menyatakan hubungan yang diduga secara
logis antara dua variabel atau lebih dalam rumusan preposisi yang dapat di uji
secara empiris”. Hipotesis adalah dugaan atau jawaban sementara terhadap
masalah yang akan diuji kebenarannya melalui analisis data yang relevan dan
kebenarannya akan diketahui setelah dilakukan penelitian. Beradasarkan kerangka
konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat dirumuskan hipotesis
sebagai berikut: current ratio, debt to asset ratio, debt to equity ratio, return on
asset , return on equity, earning per share, net profit margin, price to book value,
growth profit dan price earning ratio berpengaruh baik secara simultan dan
parsial terhadap return saham pada industri barang konsumsi yang terdaftar di
Bursa Efek Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
Download