1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pulau Sulawesi terletak pada zona pertemuan tiga lempeng tektonik besar yaitu lempeng Eurasia bagian Barat, lempeng Pasifik bagian Timur dan lempeng Australia bagian Selatan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.1. Interaksi antar ketiga lempeng ini menyebabkan bentuk pulau Sulawesi menjadi sangat unik menyerupai huruf “K” yang terbentuk pada Kapur akhir. Perkembangan tektonik di kawasan Pulau Sulawesi berlangsung sejak zaman Miosen hingga sekarang dan termasuk daerah teraktif di Indonesia serta mempunyai fenomena geologi yang kompleks dan rumit (Van Gorsel, 2013). Salah satu manifestasi pergerakan lempeng tersebut adalah pembentukan sesar. Gambar 1.1 Pertemuan Tiga Lempeng Benua (Surono, 2012) Menurut Faner atau Billing (1959) sesar adalah bidang rekahan yang disertai adanya pergeseran relatif (displacement) satu blok terhadap blok batuan lainnya. Sesar yang terdapat di lempeng tektonik dalam perkembangannya juga mengalami pergerakan dan akan memberikan kontribusi terhadap kejadian gempa. Besarnya 1 2 magnitude gempa yang terjadi akibat mekanisme pergerakan sesar ini bergantung pada luas bidang sesar yang saling mengunci (asperity area) dimana semakin luas area asperity-nya maka kemungkinan akan kejadian gempanya juga semakin besar. Mekanisme pergerakan sesar ini bisa berupa srike-slip, reverse dan normal (Irsyam dkk, 2010) Tektonik pulau Sulawesi didominasi oleh beberapa sesar mayor mendatar mengiri (sinistral strike-slip) antara lain sesar Palu-Koro, sesar Matano, sesar Lawanopo, sesar Walanae, dan sesar Gorontalo. Pada sesar-sesar tersebut berbagai jenis batuan bercampur sehingga posisi stratigrafinya menjadi sangat rumit. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Sesar Lawanopo seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1.2. Gambar 1.2 Sesar Lawanopo (White dkk, 2014) 3 Sesar ini diduga aktif selama Plio-Plistosen atau selama Miosen tengah-akhir (White dkk, 2014) hingga sekarang yang dibuktikan dengan adanya sumber air panas di batugamping terumbu yang berumur Holosen pada jalur sesar tersebut di Tenggara Tinobu. Hasil analisis data dan parameter gempa yang disebabkan oleh sesar di Sulawesi (Irsyam dkk, 2010) ditunjukkan pada Tabel 1.1. Tabel 1.1 Data dan Parameter Sumber Gempa Fault untuk Daerah Sulawesi (Irsyam dkk, 2010) Sesar No 1 Nama Palu-Koro Slip-rate mm/yr Weight 30 0.25 35 0.5 44 0.25 2 1 37 0.5 44 0.5 Jenis sesar Dip Top Bottom L (km) Mmax Strike-slip 50 3 18 459 7.94 Strike-slip 90 3 18 55 6.93 Strike-slip 90 3 18 541 7.90 2 Poso 3 Matano 4 Lawanopo 25 1 Strike-slip 70 3 15 303 7.59 5 Walanae 2 1 Strike-slip 90 3 18 227 7.53 6 Gorontalo 11 1 3 15 93 7.06 Batui thrust 2 1 Strike-slip Reverse-slip 80 7 40 3 18 48 7.06 9 0.5 19 0.5 Reverse-slip 25 3 20 220 7.94 8 Tolo thrust 9 sulu thrust 10 1 Reverse-slip 45 3 18 72 7.19 10 West Molucca sea 13 1 Normal-slip 30 3 30 567 8.47 Salah satu metode yang digunakan dalam geofisika untuk mengetahui struktur bawah permukaan bumi adalah metode gravitasi dengan memanfaatkan analisis anomali gravitasi regional. Anomali gravitasi ini disebabkan adanya kontras densitas lapisan batuan yang merepresentasikan zona lapisan bawah permukaan berdasarkan nilai percepatan gravitasi. Interpretasi anomali gravitasi melalui pemodelan tiga dimensi (3D) sangat dibutuhkan untuk menggambarkan konfigurasi geologi bawah permukaan sebagai penyebab anomali gravitasi di permukaan bumi. Pemodelan 3D dianggap lebih jelas dalam menggambarkan struktur bawah permukaan bumi dibandingkan dengan pemodelan 2D karena bentuk model geometri yang dibuat dapat disesuaikan dengan bentuk benda yang ada di alam 4 dan hasil perhitungannya lebih akurat. Pemodelan 3D juga sangat cocok digunakan untuk menggambarkan bentuk anomali benda yang panjangnya berhingga. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di depan, masalah-masalah yang dirumuskan pada penelitian ini adalah : 1. Bagaimana model tiga dimensi (3D) bawah permukaan daerah dugaan sesar Lawanopo di Provinsi Sulawesi Tenggara berdasarkan analisis data anomali gravitasi daerah Provinsi Sulawesi Tenggara? 2. Batuan dasar apa saja yang menyusun sesar Lawanopo? 3. Berapa kedalaman sesar Lawanopo? 1.3 Batasan Masalah Pada penelitian ini masalah dibatasi pada beberapa hal sebagai berikut : 1. Data yang digunakan adalah data sekunder anomali Bouguer lengkap daerah Provinsi Sulawesi Tenggara. Data ini diperoleh dari Bureau Gravimetrique Internatinal (BGI) 2. Pemodelan 3D dilakukan berdasarkan anomali gravitasi lokal dan regional hasil kontinuasi ke atas, karena dapat menggambarkan efek yang dangkal dan dalam, sehingga nantinya diharapkan dapat menggambarkan bawah permukaan zona sesar Lawanopo secara jelas. 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Memodelkan geometri sesar Lawanopo di daerah provinsi Sulawesi Tenggara 2. Mengetahui batuan penyusun sesar Lawanopo 3. Mengetahui berapa kedalaman sesar Lawanopo. 5 1.5 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi dalam pengambilan kebijakan untuk pengembangan tata ruang baik regional maupun lokal di daerah Provinsi Sulawesi Tenggara.