26 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Botani Tanaman Bawang merah (Allium ascalonicum Linn) merupakan tanaman sayuranyang diklasifikasikan dalam kelas Monocotyledonae, ordo Aspergales, familyAlliaceae dan genus Allium ( Brewster, 1979). Bawang merah termasuk kedalamgenus Allium yang terdiri lebih dari 500 spesies dengan 250 spesies tergolongjenis bawang-bawangan (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Semua tanaman bawang membentuk daun dengan cara yang sama meskipun bentuk daun berbeda. Batang yang sebenarnya kita lihat dalam bentuk daun adalah batang palsu (false stem), batang yang sebenarnya adalah yang terletak pada pangkal batang tempat bergabungnya semua daun (true stem) yang bentuknya seperti cakram(Ranjitkar,1995) Bawang merah berakar serabut dengan sistem perakaran dangkal danbercabang terpencar antara kedalaman antara 15-30 cm di dalam tanah. Bawangmerah memiliki batang sejati yang berbentuk seperti cakram, tipis dan pendeksebagai tempat melekatnya akar dan mata tunas (titik tumbuh), di atasnya terdapatbatang semu yang tersusun dari pelepah-pelepah daun dan batang semu yangberada di dalam tanah berubah bentuk dan fungsi menjadi umbi lapis (Brewster, 1979). Daunberbentuk silindris kecil memanjang antara 50-70 cm, bagian ujung daunnyameruncing dan bagian bawahnya melebar seperti kelopak dan Ubiversitas Sumatera Utara 27 membengkak,sehingga jika dipotong melintang dibagian ini akan terlihat lapisanlapisan yangberbentuk seperti cincin (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Bunga bawang merah merupakan bunga majemuk berbentuk tandan yang bertangkai. Tangkai daun keluar dari titik tumbuh dan di ujungnya terdapat 50 – 200 kuntum bunga yang tersusun seolah-olah berbentuk payung (Ross, 2001). Pada ujung dan pangkal tangkai mengecil dan dibagian tengah menggembung, bentuknya seperti pipa yang berkubang didalamnya. Tangkai tandan bunga ini sangat panjang mencapai 30-50 cm. Kuntumnya juga bertangkai tetapi pendek antara 0,2-0,6 cm (Brewster, 1994). Buah berbentuk bulat dengan ujungnya tumpul membungkus biji berjumlah 2 – 3 butir. Bentuk biji agak pipih, sewaktu masih muda berwarna bening atau putih, tetapi setelah tua menjadi hitam. Biji – biji bawang merah dapat dipergunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman secara generatif (Rubatzky dan Yamaguchi, 1998). Umbi lapis bawang merah sangat bervariasi. Bentuknya ada yang bulat, bundar, sampai pipih, sedangkan ukuran umbi meliputi besar, sedang, dan kecil. Warna kulit umbi ada yang putih, kuning, merah muda sampai merah tua. Umbi bawang merah sudah umum digunakan sebagai bahan perbanyakan tanaman (Shrestha, H. 2007). 2.2. Syarat Tumbuh 2.2.1. Iklim Tanaman bawang merah dapat ditanam di dataran rendah maupun dataran tinggi, yaitu pada ketinggian 0-1.000 m dpl, dengan ketinggian optimalnya pada 0–400 m dpl, dukungan iklim meliputi suhu udara 25-32ºC (iklim kering), curah Ubiversitas Sumatera Utara 28 hujan 300-2500 mm/tahun, kelembaban udara 80-90 %, tempat terbuka tanpa naungandengan pencahayaan ± 70 %, intensitas sinar matahari penuh lebih dari 14 jam/harikarena bawang merah termasuk tanaman yang memerlukan sinar matahari cukuppanjang, tiupan angin sepoi-sepoi berpengaruh baik bagi tanaman terhadap lajufotosintesis dan pembentukan umbi (Delahaut and Newenhouse, 2003). Suhu optimal untuk pertumbuhan tanaman bawang merah berkisar antara 60-70°F (15-20°C) dan 70-80°F (20-27°C) untuk pertumbuhan dan perkembangan umbi (Valenzuela, et al., 1999). Meskipun tanaman bawang merah dapat membentuk umbi bila ditanam di daerah yang rata-rata suhu udaranya 22ºC, namun hasil umbinya tidak akan optimal seperti bila ditanam di daerah yang memiliki suhu udara yang lebih panas. Bawang merah akan membentuk umbi yang lebih besar bilamana ditanam di daerah dengan penyinaran lebih dari 12 jam (12-13 jam). Di bawah suhu 22ºC, tanaman bawang merah tidak berumbi. Oleh karena itu, tanaman bawang merah lebih menyukai tumbuh di dataran rendah dengan iklim yang cerah. Ketinggian tempat yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan bawang merah adalah 0-450 m di atas permukaan laut. Pada dataran tinggi, bawang merah masih dapat tumbuh dan berumbi, namun demikian umur tanamnya menjadi lebih panjang 0,5-1 bulan serta hasil umbinya lebih rendah (Anshar, 2012). Perbedaanketinggian tempat dari permukaan laut secara langsung menyebabkan perbedaanfaktor-faktor lingkungan, terutama suhu udara. Seperti dikemukakan Lockwood,(1974dalam Goldsworthy dan Fisher, 1984) bahwa tinggi tempat merupakan faktor utama yang mengubah keseragaman panas dan suhu rata- Ubiversitas Sumatera Utara 29 rata berkurang denganpertambahan tinggi dengan laju rata-rata kira-kira 0,6ºC/100 m. Semakin tinggitempat dari permukaan laut, ada kecenderungan diikuti pula dengan curah hujan dankelembaban udara relatif lebih tinggi, namun intensitas sinar matahari dan suhu yangsemakin rendah; perubahan faktor lingkungan ini akan berpengaruh terhadappertumbuhan dan perkembangan, hasil dan kualitas umbi bawang merah (Anshar, 2012). Suhu udara dapat mempengaruhi semua aktivitas biologis tanaman dengan mengontrol reaksi-reaksi di dalam tanaman. Selain itu, suhu udara juga dapat mempengaruhi pembungaan dan viabilitas pollen, pembentukan umbi, keseimbangan hormonal, pematangan dan penuaan tanaman, kualitas dan hasil tanaman (Hartmann et al., 2004). 2.2.2. Tanah Bawang merah tumbuh baik padatanah subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, jenis tanah lempungberpasir. Tanah dengan bahan organik dan pH yang rendah (5,6) akan berpengaruh negatif terhadap tanah dan pertumbuhan tanaman (Karim dan Ibrahim, 2013) Tanah-tanah yang masam atau basa tidak baik untuk pertumbuhan bawang merah. Pada tanah alkalis (pH>7,0) tanaman bawang merah sering memperlihatkan gejala klorosis, yakni tanaman kerdil dan daunnnya menguning, serta hasil umbinya kecil-kecil yang disebabkan kekurangan besi (Fe) dan Mangan (Mn). Sebaliknya pada tanah masam (pH<5,0) tanaman bawang merah juga tumbuh kerdil karena keracunan Aluminium (Al) atau Mangan (Mn). pH tanah yang sesuai adalah 6.2-6.8 (Karim dan Ibrahim, 2013). Valenzuela and Kratky (1999) menambahkan bahwa secara tidak langsung, pH tanah berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. pH tanah berpengaruh terhadap kegiatan Ubiversitas Sumatera Utara 30 organisme tanah terutama dalam penguraian bahan organik menjadi unsur hara bagi tanaman. Pengapuran pada tanah masam dapat memperbaiki pertumbuhan dan hasil umbi bawang merah. Bawang merah termasuk tanaman sayuran yang tidak tahan terhadap air hujan dan cuaca berkabut (Sumarni dan Achmad, 2005). Bawang merah jugadapat ditanam musim penghujan asal saja pembuangan airnya baik dan pemberantasan penyakit dilakukan secara teratur. Menurut Dorcas et al., (2012), budidaya bawang merah yang baik adalah pada musim kemarau dengan pengaturan air yang baik yaitu 6 hari sekali. Curah hujan yang sesuai untuk pertumbuhan tanaman bawang merah adalah 300 – 2500 mm per tahun, dengan intensitas sinar matahari penuh (Deptan, 2007). 2.3. Budidaya Tanaman Bawang Merah Asal biji Bawang merah dapat diperbanyak secara vegetatif maupun generatif. Teknik perbanyakan yang sering dilakukan petani adalah dengan menggunakan umbi. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan bibit dari biji botani (True Shallot Seed atau TSS). Biji bawang merah tidak dapat disimpan terlalu lama karena akan kehilangan vigoritasnya serta kemampuan biji semakin lemah (Putrasamedja, 1995). Ketersediaan benih TSS dalam sistem produksi bawang merah sebagai alternatif dari penggunaan benih umbi adalah sangat strategis. Pada saat benih umbi terbatasketersediaannya atau sangat mahal, seperti yang terjadi pada bulan akhir Maret 2013 harga benih umbi bawang merah bisa mencapai harga yang ekstrim yaitu 65 riburupiah per kg, maka ketersediaan benih TSS dengan harga terjangkau sangatlahdibutuhkan petani (Liferdi, 2013). Ubiversitas Sumatera Utara 31 Pada penggunaan bibit dari biji botani (TSS) mempunyai keunggulan dari bibit asal umbi diantaranya : (1) kebutuhan benih hanya sedikit, hanya sekitar 7,5 kg/ha dibandingkan umbi sekitar 1,5 ton/ha, (2) bebas virus dan penyakit tular benih, (3) menghasilkan tanaman yang lebih sehat, (4) daya hasil tinggi dan (5) hemat biaya produksi. Selain itu, hasil bawang merah asal biji memiliki ukuran umbi yang lebih besar dan lebih bulat dibandingkan bawang merah asal umbi (Permadi, 1993; Putrasamedja, 1995; Sumarni et al., 2005). Menurut hasil penelitian Basuki (2009) bahwa penggunaan benih TSS layak secara teknis karena dapat meningkatkan hasil sampai 2 kali lipat dibanding penggunaan benih umbi tradisional dan layak secara ekonomi karena dapat meningkatkan pendapatan bersih antara 60-70 juta rupiah per hektar dibanding penggunaan benih umbi. Biaya bahan tanam asal TSS (biaya bibit jadi) lebih murah sekitar 50% dibanding benih umbi. Benih bawang merah asal biji varietas Tuk Tuk juga mempunyai beberapa kelemahan seperti (1) tidak tahan hujan,hasilnya sangat rendah di musim hujan (2) kualitas umbinya (ukuran terlalu besar,aromanya kurang wangi, rasanya kurang enak) sehingga kurang laku dijual di pasardalam negeri/lokal, (3) umurnya panjang, dan (4) pengeringannya lama (Liferdi, 2013). Menurut Rosliani et al., (2002) sedikitnya ada tiga teknik budidaya bawang merah menggunakan TSS yaitu (1) melalui persemaian, (2) ditanam langsung, dan (3) melalui pembentukan umbi mini. Teknik budidaya melalui persemaian memiliki beberapa kelebihan, diantaranya bibit atau bahan tanam lebih sehat dan tegar serta jumlah bibit yang diperlukan lebih hemat dibandingkan ditanam langsung atau melalui pembentukan umbi mini. Kultivar Manokaranmenunjukkan Ubiversitas Sumatera Utara