49 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Hasil penelitian tahap pertama dan tahap kedua memperlihatkan bahwa : Profil resistensi isolat Campylobacter jejuni asal Demak yang digunakan resisten terhadap siprofloksasin dan tetrasiklin namun masih sensitif terhadap kloramfenikol, eritromisin, dan amoksilin, sedangkan isolat C. jejuni asal Kudus yang digunakan masih sensitif terhadap jenis antimikroba siprofloksasin, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, dan amoksisilin. Jenis antimikroba yang paling efektif mengurangi kerugian akibat infeksi isolat C. jejuni asal Demak yang digunakan adalah eritromisin sedangkan jenis antimikroba yang paling efektif mengurangi kerugian akibat infeksi isolat C. jejuni asal Kudus yang digunakan adalah amoksisilin. Terdapat perbedaan besarnya kerugian antara isolat Campylobacter jejuni asal Demak dan Kudus yang dipengaruhi tingkat keparahan infeksi Campylobacter jejuni; Isolat Campylobacter jejuni asal Kudus ketika menginfeksi ayam akan menyebabkan kerugian yang lebih besar dibandingkan dengan isolat Campylobacter jejuni asal Demak. Saran 1. Berdasarkan adanya perbedaan FCR akibat perbedaan tingkat keparahan infeksi antara kedua isolat yang digunakan dalam penelitian ini maka diperlukan penelitian mengenai kemungkinan perbedaan strain kedua isolat dan identifikasi strain lainnya di daerah yang berbeda; 2. Perbedaan FCR antara ayam yang terinfeksi C. jejuni dengan ayam yang tidak terinfeksi menimbulkan kerugian ekonomi untuk mengatasinya sebaiknya peternak melakukan biosecurity untuk mencegah penularan C. jejuni dari lingkungan dan peralatan yang terkontaminasi serta hewan disekitar peternakan; 50 3. Penemuan sifat resisten pada isolat C. jejuni yang digunakan dalam penelitian ini merupakan peringatan tentang perlunya surveilan sifat resistensi bakteri di Indonesia pada hewan dan manusia dengan pendekatan one health dalam pelaksanaan dan analisisnya; 4. C. jejuni bersifat zoonosis, maka sangat dimungkinkan manusia mengalami infeksi C. jejuni resisten yang berasal dari hewan sehingga perlu dilakukan pengaturan tentang terapi antimikroba pada hewan yang melarang penggunaan jenis antimikroba yang biasa digunakan oleh manusia untuk digunakan pada hewan.