II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penanganan Pasca Panen Lateks Dalam SNI (2002), pengolahan karet berawal daripengumpulan lateks kebun yang masih segar 3-5 jam setelah penyadapan. Getah yang dihasilkan dari proses penyadapan ditampung pada mangkok, ember, atau wadah lain yang bersih dan kering agar mutu terjaga baik. Pengolahan pasca panen merupakan pengolahan getah karet lebih lanjut sebagai bahan baku dasar. Kumpulkan lateks kebun yang masih segar 3-5 jam setelah penyadapan.Selanjutnya pengolahan bahan olah karet adalah lateks kebun serta gumpalan lateks kebun yang diperoleh bukan produksi perkebunan besar melainkan bokar (bahan olah karet rakyat) karena diperoleh dari petani yang mengusahakan kebun karet. Menurut pengolahannya bahan olah karet dibagi menjadi 4 macam, yaitu lateks kebun, sheet angin, slab, dan lump. Macam-macam pengolahan bahan olah karet dapat dilihat pada Gambar 1, 2, 3,dan 4. 5 Gambar 1. Lateks kebun Gambar 2. Sheet angin 6 Gambar 3. Slab Gambar 4. Lump Pemasaran hasil dari pengolahan lateks harus memiliki standarisasi atau spesifikasi persyaratan mutu meliputi penentuan standar keret kering, penentuan ketebalan, kebersihan dan jenis koagulasi dapat dilihat pada Tabel 1. 7 Tabel 1. Syarat mutu Persyaratan No 1 2 3 4 Parameter Karet kering (kk) (min) Mutu I Mutu II Ketebalan (T) Mutu I Mutu II Mutu III Mutu IV Kebersihan (B) Jenis koagulan Satuan Lateks kebun Sit Slab Lump % % 28 20 - - - mm mm mm mm - Tidak terdapat kotoran 3 5 10 Tidak terdapat kotoran Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet *) ≤50 51-100 101-150 >150 Tidak terdapat kotoran Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet *) serta penggumpal alami 50 100 150 >150 Tidak terdapat kotoran Asam semut dan bahan lain yang tidak merusak mutu karet *) serta penggumpal alami - Keterangan: Min = minimal *) Bahan yang tidak merusak mutu karet yang direkomendasikan oleh lembaga penelitian yang kredibel. 2.2 Pengolahan karet sheet Prinsip pengolahan karet jenis ini adalah mengubah lateks segar menjadi lembaran-lembaran (Sheet) lewat proses penyaringan, pengenceran, pembekuan, penggilingan, dan pengasapan. Lateks yang akan diolah menjadi smoked sheet hendaknya diencerkan terlebih dahulu hingga kadarnya kira-kira menjadi 15%. Lateks yang akan dibuat smoked sheet dibekukan kedalam bejana-bejana atau 8 tangki-tangki koagulasi. Apabila hanya memproduksi smoked sheet dalam jumlah yang kecil maka tak perlu menggunakan tangki cukup loyang-loyang dengan volume antara 10-15 liter. Hasil pembekuan yang baik adalah tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembek, kekerasan sedang. Apabila hasil pembekuan terlalu keras maka pengerjaanya menjadi lebih susah. Gilingan yang digunakan akan membutuhkan energi listrik yang lebih banyak (Tim penulis, 2009). 2.3 Mesin Pengepres Mesin pengepres atau biasanya disebut mesin penggiling terdiri dari dua silinder atau lebih yang saling berhimpit berfungsi menekan lembaran sheet karet untuk mendapatkan tebal sheet yang seragam. Pada perusahaan alat mesin yang digunakan untuk proses pengepresan/penggilingan umumnya disebut dengan baterai sheet. Mesin pengepresterdiri dari 4, 5, dan 6 pasang baterai dan kapasitas mesin tergantung dengan seberapatebal sheet yang akan dibuat. Alat mesin bekerja secara semi otomatis dan seluruhnya otomatis. Mesin otomatis lebih cepat dalam proses penggilingan, tetapi memiliki harganya sangat mahal. Perkebunan-perkebunan kecil serta petani karet yang mengerjakan sendiri pengolahan lateksnya menggunakan mesin yang digerakkan oleh tangan (Tim penulis, 2009). 9 2.4 Proses Pengeringan Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap air secara simultan,yang memerlukan energi panas untuk menguapkan kandungan air yang dipindahkan dari permukaan bahan yang dikeringkan oleh media pengering yang biasanya berupa panas. Pada proses pengambilan atau penurunan kadar air sampai batas tertentu sehingga dapat memperlambat laju kerusakan biji-bijian akibat aktivitas biologi dan kimia sebelum bahan diolah/digunakan.Sebelum proses pengeringan berlangsung, tekanan uap air di dalam bahan berada dalam keseimbangan dengan tekanan uap air di udara sekitarnya. Pada saat pengeringan dimulai, uap panas yang dialirkan meliputi permukaan bahan akan menaikkan tekanan uap air, terutama pada daerah permukaan, sejalan dengan kenaikan suhunya. Pada saat proses ini terjadi, perpindahan massa dari bahan ke udara dalam bentuk uap air berlangsung atau terjadi pengeringan pada permukaan bahan. Setelah itu tekanan uap air pada permukaan bahan akan menurun. Setelah kenaikan suhu terjadi pada seluruh bagian bahan, maka terjadi pergerakan air secara difusi dari bahan ke permukaannya dan seterusnya proses penguapan pada permukaan bahan diulang lagi. Akhirnya setelah air bahan berkurang, tekanan uap air bahan akan menurun sampai terjadi keseimbangan dengan udara sekitarnya(Taib,et al., 1988). Peristiwa yang terjadi selama pengeringan meliputi dua proses yaitu: a) Proses perpindahan panas, yaitu proses menguapkan air dari dalam bahanatau proses perubahan bentuk cair ke bentuk gas. b) Proses perpindahan massa, yaitu proses perpindahan massa uap air dari permukaan bahan ke udara. 10 Suhu pengeringan yang ideal untuk komoditas pertanian pada umunya berkisar antara 60 – 70 ºC. Dengan demikian, jika hanya menggunakan energi panas radiasi matahari pada suhu lingkungan yang berkisar 28 – 32 °C, maka akan membutuhkan waktu yang pengeringan yang lebih lama (Ansar dkk., 2012). Pada proses pengeringan terdapat dua laju pengeringan, yaitu laju pengeringan konstan dan laju pengeringan buatan. Kedua periode ini dibatasi oleh kadar air kritis (critical moisture content). Berdasarkan prinsip kerjanya pengeringan merupakan metode untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan pangan dengan cara menguapkannya, sehingga kadar air seimbang dengan kondisi udara normal atau setara dengan nilai aktivitas air (aw) yang aman dari kerusakan mikrobiologis,enzimatis dan kimiawi(Anonim, 2014). Kelembaban relatif (RH) merupakan perbandingan antara uap air di udara pada suhu yang sama, dengan jumlah uap air maksimum yang dikandung udara dan dinyatakan dengan satuan persen. Kelembaban udara berpengaruh terhadap pemindahan cairan dalam ke permukaan bahan dan menentukan besarnya tingkat kemampuan udara pengering dalam menampung uap air di permukaan bahan. Semakin rendah RH udara pengering, semakin cepat pula proses pengeringan yang terjadi, karena mampu menyerap dan menampung uap air lebih banyak dari pada udara dengan RH yang tinggi. Tekanan uap jenuh ditentukan oleh besarnya suhu dan kelembaban relatif udara. Semakin tinggi suhu, kelembaban relatifnya akan turun sehingga tekana uap jenuhnya akan naik, dan sebaliknya (Syafriyudin dkk., 2009). 11 Berdasarkan hasil penelitian keadaan Kadar Karet Kering (KKK) dengan temperatur 150oC, 160oC, dan 170oC . Didapatkan temperatur pengovenan yang tepat dalam menentukan Kadar Karet Kering (KKK) di PT. Djambi Waras Jujuhan yaitu 160oC yang menghasilkan 67,86 % nilai KKK dengan kematangan lateks sempurna dan bentuk fisik atau tekstur yang paling baik (Pusari dan Haryanti, 2014). 2.5 Alat Pengering Efek Rumah Kaca (ERK) Pengering rumah kaca pada prinsipnya merupakan ruang yang tertutup oleh dinding atau atap transparan (bening) sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalamnya. Udara panas di dalam ruang ditangkap sehingga suhunya makin tinggi, lebih tinggi dari suhu udara di luar ruang. Suhu yang tinggi itulah yang dimanfaatkan untuk mempercepat proses penguapan air dari ikan. Di dalam ruang pengering, tidak ada gerakan udara sehingga mengurangi kecepatan pengeringan ikan. Namun demikian, secara keseluruhan alat tersebut dapat mengeringkan lebih cepat dari pengeringan di tempat terbuka. Uap air dibiarkan keluar dari ruangan melalui celah-celah yang ada pada sambungan-sambungan dinding. Berbagai bentuk dapat diterapkan pada pembuatan rumah kaca. Salah satu bentuk yang murah dan sederhana menggunakan dinding dari lembaran plastik dengan kerangka dari bambu atau kayu. Bentuk pengering dapat berupa kotak, persegi, kerucut, dan piramid. Rak-rak di dalam ruang dibuat dari bambu 60 cm, lebar 60 cm dan tinggi 100 cm yang dikenal dengan pondok plastik. 12 Suhu dalam ruangan pengering dapat ditingkatkan dengan penggunaan bidang berwarna hitam. Bidang hitam bersifat menyerap sinar matahari sehingga cepat menjadi panas. Lembaran plastik hitam dapat dipakai sebagai pelapis di atas rakrak dan dapat juga dipakai pada sebagian dinding pengering yang berbentuk persegi. Sisi yang hitam diletakkan di bagian barat pada pagi hari dan di bagian timur pada sore hari. Berdasarkan penelitian tentang analisa pengumpul (collector) kalor matahari dilakukan dengan memodifikasi plat yakni meningkatkan/menambah luas penampang dan seleksi bahan plat agar mendapatkan hasil yang lebih maksimal. Perhitungan berdasarkan energi matahari yang dapat diserap dan energi yang digunakan untuk pengeringan. Hasil yang dapat dicapai dari 3,45m2plat galvanis yaitu dapat menyerap kalor matahari sebesar 233,945 Watt. Sedangkan efisiensi pengeringan terhadap kalor yang diserap oleh plat mencapai 70,59%. Laju aliran udara berpengaruh terhadap proses pengeringan (Suryanto dan Aditya, 2012). Dari hasil penelitian menyatakan kinerja pengering energi surya tipe YSDUNIB12dalam menurunkan kadar air tiga produk sayuran yaitu cabai, sawi dan daun singkong. Laju pengeringan untuk cabai, sawi dan daun singkong masingmasing mengikuti persamaan KAc= -0,9521t + 84,282, KAs = -0,182t2 + 0,3061t + 93,358 dan KAds=78,421e- 0,041t , KA = kadar air dan t = waktu pengeringan sedangkan c, s dan ds masing-masing merupakan indek untuk cabai, sawi dan daun singkong. Secara umum produk kering tidak mengalami percoklatan yang berarti (Yuwana dan Silvia, 2003).