BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem remunerasi pertama kali diterapkan di Indonesia pada tahun 2007. Sistem ini diterapkan untuk mendukung diberlakukannya Kebijakan Reformasi Birokrasi yang sudah diterapkan sejak tahun 2002. Diterapkannya kebijakan reformasi birokrasi dikarenakan keinginan masyarakat yang kuat serta didukung oleh sikap dan komitmen pemerintah yang ingin mewujudkan clean and good governance. Namun perubahan dan pembaharuan yang dilakukan pemerintah dalam tataran pelaksanaannya akan menjadi tidak efektif apabila kesejahteraan pegawai pemerintah sendiri belum terpenuhi. Perubahan ke arah pembaharuan tersebut dilaksanakan untuk menghapus stigma buruk pemerintahan di mata masyarakat. Terdapat beberapa indikator yang menjadi penyebab stigma buruk melekat pada pemerintahan Indonesia antara lain : 1. Buruknya kualitas pelayanan publik. 2. Perilaku KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) yang masih terlihat dominan. 3. Kualitas.manajemen pemerintahan yang tidak produktif, tidak efektif dan tidak efisien. 4. Kualitas pelayanan publik yang tidak akuntabel dan tidak transparan. Dengan diterapkannya sistem remunerasi, diharapkan pegawai dapat meningkatkan kinerjanya dalam melayani masyarakat sehingga tujuan, visi dan misi pemerintah baik pemerintah kabupaten maupun pemerintah pusat dapat terpenuhi. Selain itu, sistem remunerasi juga diharapkan dapat menberikan keadilan bagi pegawainya sesuai dengan kontribusi masing – masing pegawai yang diberikan. Sistem ini diharapkan dapat menjadi salah satu motivasi bagi pegawai untuk meningkatkan kinerja kerjanya. Sistem remunerasi dapat dijadikan sebagai bentuk penghargaan pemerintah terhadap para pegawainya yang telah bersedia untuk bekerja keras. Seseorang akan merasa bangga apabila hasil kerja kerasnya dalam melayani masyarakat dapat dihargai dengan baik. Dibalik keuntungan yang tergambar jelas dari penerapan sistem remunerasi tersebut, sebenarnya sistem ini juga tidak luput dari beberapa kekurangan atau kendala yang dihadapi. Beberapa peneliti yang melakukan penelitian di sektor privat, menunjukkan bahwa kinerja seseorang tidak hanya dipengaruhi oleh pemberian kompensasi saja, namun juga terdapat beberapa faktor lain yang memengaruhi kinerja kerja seseorang. Faktor – faktor tersebut antara lain faktor ketertarikan pada tugas yang diembannya itu sendiri, motivasi seseorang, tingkat kepuasan kerja, budaya organisasi, gaya kepemimpinan, serta sistem pengukuran kinerja itu sendiri. Beberapa peneliti telah melakukan penelitian mengenai faktor kinerja tersebut. Peneliti tersebut antara lain : (Fessler,2003) ; (Thomas, 2004) ; (Drake et al, 2007) ; (Umar, 2012) ; (Purwati,2012) ; (Arniati,2012) ; (Arifin,2012) ; (Puspita, 2014). Menurut Handoko (2001) dalam Diviani (2015) mengatakan bahwa insentif keuangan adalah suatu penghargaan yang diberikan oleh atasan atas sikap loyalitas yang ditunjukkan oleh pegawai dalam melaksanakan pekerjaannya. Sedangkan menurut Dessler (2009) dalam Diviani (2015) menyebutkan bahwa insentif keuangan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan gaji seorang pegawai dalam bentuk pemberian gaji pokok yang lebih tinggi karena peningkatan kinerja yang signifikan. Pada umumnya, pemberian insentif dilakukan sejalan dengan strategi peningkatan produktivitas dan tingkat efisiensi perusahaan kepada para pegawai yang dirasa kurang optimal. Pemberian insentif diharapkan mampu membuat pegawai meningkatkan kinerja kerja Pemberian insentif termasuk hal pokok yang menjadi perhatian, karena hal tersebut berpengaruh terhadap semangat kerja pegawai. Apabila insentif yang diberikan sebanding dengan pengorbanan dan kerja keras pegawai, maka akan pegawai akan semakin loyal dan giat dalam bekerja, apalagi mengingat kebutuhan hidup pada saat ini terus menerus meningkat. Menurut Rorlen (2013) suatu iklim organisasi berkaitan erat dengan proses menciptakan lingkungan kerja yang kondusif. Dengan terciptanya lingkungan kerja yang kondusif diharapkan juga memberikan dampak positif terhadap terbangunnya hubungan yang harmonis antar pegawai, dan juga hubungan antara pegawai dan atasan mereka. Dengan terbangunnya iklim organisasi yang harmonis, diharapkan akan berpengaruh positif terhadap kinerja pegawai dalam organisasi. Pemerintah Kabupaten Cilacap pada tahun 2016 mendapatkan hasil Audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) berupa Wajar dengan Pengecualian (WDP) untuk Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) tahun 2015. Pemberian hal ini menjadi tugas besar untuk pemerintah agar bisa merubah hasil audit tersebut. Dalam pemeriksaannya, BPK menemukan ketidakwajaran dalam hal pengendalian atas penatausahaan serta penyajian aset tetap yang dirasa kurang memadai. Nilai serta jumlah aset tetap dirasa terlalu signifikan sehingga dapat mempengaruhi opini atas penyajian laporan keuangan Kabupaten Cilacap. Selain hal tersebut, juga terdapat temuan mengenai pengelolaan aset pada tahun-tahun sebelumnya yang sampai saat ini masih belum selesai tindak lanjutnya. Adanya opini WDP yang diberikan kepada Pemkab Cilacap menunjukkan bahwa tingkat transparansi, dan akuntabilitas pada pemkab Cilacap belum maksimal, terutama transparansi kepada masyarakat. Masyarakat juga ingin mengetahui mengenai pengelolaan belanja daerah kabupaten Cilacap. Dengan ketidakmaksimalan tingkat transaparansi dan akuntabilitasnya, maka penerapan tata kelola pemerintahan yang baik dan bersih masih sulit untuk diterapkan. Untuk dapat menerapkan tata kelola pemerintahan yang baik dimulai dengan dilakukannya pengawasan yang dilakukan oleh inspektorat daerah dan juga DPRD yang mempunyai kewenangan dalam pengawasan pemerintah agar sistem pengelolaan keuangan negara menjadi lebih baik. Tata kelola pemerintahan yang baik dapat dilakukakan apabila pemerintah juga dapat mengatur mengatur pemerintahan dengan pengelolaan yang dapat mencerminkan transparansi dan akuntabilitas yang sesuai. Dari permasalahan diatas mengenai kurangnya transparansi pemerintah daerah dalam pengelolaan aset daerah yang mengakibatkan pemberian opini Wajar Dengan Pengecualian oleh BPK yang disinyalir diakibatkan karena sumber daya manusia (SDM) yang kurang memadai sehingga berpengaruh kepada kinerja pegawai pemerintah daerah, maka dari itu penulis mengangkat permasalahan tersebut sebagai topik skripsi dengan judul : “PENGARUH INSENTIF KEUANGAN, IKLIM ORGANISASI, DAN KEPUASAN KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI”. B. Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Penggunaan tiga variabel dalam pengujian di penelitian ini adalah insentif keuangan, kepuasan kerja, dan iklim organisasi. 2. Objek yang digunakan dalam penelitian adalah seluruh pegawai kantor Dinas pendapatan, pengelolaan, keuangan dan aset daerah Kabupaten Cilacap. 3. Alat analisis dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan Uji Validitas dan Reliabilitas, dan Uji Asumsi Klasik, Analisis Regresi Linear Berganda, dan Uji Hipotesis dengan Uji t (Regresi Parsial), Uji f (Regresi Simultan), Uji Determinasi (R Square), serta Interpretasi Persamaan Regresi. C. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang maka dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah insentif keuangan berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai? 2. Apakah iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai? 3. Apakah kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang, maka dapat dirumuskan tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa insentif keuangan berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai pemerintah kabupaten Cilacap. 2. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa iklim organisasi berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai pemerintah kabupaten Cilacap. 3. Untuk mendapatkan bukti empiris bahwa kepuasan kerja berpengaruh terhadap kinerja kerja pegawai pemerintah kabupaten Cilacap. E. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1. Bidang Teoritis Secara akademis penelitian ini bermanfaat sebagai bahan kajian dalam menambah ilmu pengetahuan dibidang akuntansi terutama mengenai sektor publik. Penelitian ini juga dapat mendajikan tambahan literatur mengenai Fakto-Faktor yang Memengaruhi Kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, khususnya pada SKPD lainnya, dan juga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk melakukan penelitianpenelitian selanjutnya. 2. Bidang Praktis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi Pemda dalam memberikan pemahaman, pemasukan, serta gambaran bagi kepala daerah mengenai faktor-faktor yang memengaruhi kinerja pemerintah daerah guna memperbaiki, menformulasikan kinerja Pemda kedepannya. meningkatkan, dan