BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Tomat Tanaman tomat

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tanaman Tomat
Tanaman tomat merupakan salah satu tanaman hortikultura yang sangat
banyak dibudidayakan, baik di Indonesia maupun di dunia. Ada berbagai jenis
tanaman tomat yang dibudidayakan di dunia, dan setiap jenisnya memiliki
kekhasannya masing-masing. Menurut Redaksi Agromedia (2007), tanaman tomat
dapat diklasifikasi sebagai berikut :
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Lycopersicon (Lycopersicum)
Species
: Lycopersicon esculentum Mill.
Perakaran tanaman tomat tidak terlalu dalam, menyebar ke segala arah
hingga kedalaman rata-rata 30-40 cm, namun dapat mencapai 60-70 cm. Tanaman
tomat memiliki akar tunggang, akar cabang, serta akar serabut yang berwarna
keputih-putihan dan berbau khas. Secara umum akar berfungsi untuk menopang
berdirinya tanaman serta menyerap air dan unsur hara dari dalam tanah.
Batang tanaman tomat berwarna hijau berbentuk persegi empat hingga
bulat, berbatang lunak tetapi cukup kuat, berbulu atau berambut halus dan di
7
8
antara bulu-bulu itu terdapat rambut kelenjar (Tugiyono, 2005). Batang dapat
naik dan bersandar pada turus atau merambat pada tali, namun harus dibantu
dengan beberapa ikatan. Tanaman tomat jika dibiarkan akan menjadi melata dan
cukup rimbun hingga menutupi tanah. Bercabang banyak sehingga secara
keseluruhan berbentuk perdu (Rismunandar, 2001).
Daun tomat berbentuk oval dengan panjang 20-30 cm. Tepi daun bergerigi
dan membentuk celah-celah yang menyirip. Antara daun-daun yang menyirip
besar terdapat sirip kecil dan ada pula yang bersirip besar lagi (bipinnatus).
Umumnya, daun tomat tumbuh di dekat ujung dahan atau cabang, memiliki
warna hijau, dan berbulu (Redaksi Agromedia, 2007). Daun tomat merupakan
daun majemuk ganjil yang berjumlah 5-7 helai. Pada daun yang berukuran besar
biasanya tumbuh 1-2 daun yang berukuran kecil. Daun majemuk pada tanaman
tomat tumbuh berselang seling atau tersusun spiral mengelilingi batang tanaman
(Tugiyono, 2005).
Bunga tanaman tomat berwarna kuning dan kuntum bunganya terdiri dari
lima helai daun kelopak dan lima helai mahkota. Pada serbuk sari bunga terdapat
kantong yang letaknya menjadi satu dan membentuk bumbung yang mengelilingi
tangkai kepala putik. Bunga tomat dapat melakukan penyerbukan sendiri karena
tipe bunganya berumah satu, meskipun demikian tidak menutup kemungkinan
terjadi penyerbukan silang. Bunga tersusun dalam dompolan dengan jumlah 5-10
bunga per dompolan atau tergantung dari varietasnya (Wiryanta, 2004).
Buah tomat memiliki bentuk bervariasi tergantung pada jenisnya.
Bentuknya ada yang bulat, agak bulat, agak lonjong, bulat telur (oval), dan bulat
persegi. Ukuran buah tomat juga sangat bervariasi, dari yang berukuran paling
9
kecil seberat 8 gram hingga yang berukuran besar seberat sampai 180 gram
(Tugiyono, 2005). Diameter buah tomat antara 2-15 cm, tergantung varietasnya.
Buah yang masih muda berwarna hijau dan berbulu serta relatif keras,
setelah tua berwarna merah muda, merah, atau kuning, cerah dan mengkilat, serta
relatif lunak. Jumlah ruang di dalam buah juga bervariasi, ada yang hanya dua
seperti pada buah tomat cherry dan tomat roma atau lebih dari dua seperti tomat
marmade yang beruang delapan (Pitojo, 2005).
Biji tomat berbentuk pipih, berbulu, dan berwarna putih, putih kekuningan
atau coklat muda. Biji saling melekat, diselimuti daging buah, dan tersusun
berkelompok dengan dibatasi daging buah. Panjangnya 3-5 mm dan lebar 2-4
mm. Jumlah biji setiap buahnya bervariasi, tergantung pada varietas dan
lingkungan, maksimum 200 biji per buah. Biji biasanya digunakan untuk bahan
perbanyakan tanaman. Biji mulai tumbuh setelah ditanam 5-10 hari (Redaksi
Agromedia, 2007).
2.2 Syarat Tumbuh
a. Iklim
Tanaman tomat membutuhkan penyinaran penuh sepanjang hari untuk
produksi yang menguntungkan, tetapi dengan iklim yang sejuk dan sinar yang
tidak terlalu terik. Menurut Harjadi dan Sunarjono (1989) cahaya sebaiknya tidak
terlalu terik ataupun terlalu redup. Cahaya yang terlalu terik dapat meningkatkan
transpirasi, memperbanyak gugur bunga dan gugur buah. Tanaman mengalami
etiolasi dan lemah apabila kekurangan cahaya.
Suhu yang paling ideal untuk perkecambahan benih tomat adalah 25-30oC,
sedangkan suhu ideal untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah 24-28oC.
10
Kelembaban relatif yang diperlukan untuk pertumbuhan tanaman tomat adalah
80%. Kelembaban akan meningkat pada musim hujan sehingga resiko terserang
bakteri dan cendawan cenderung tinggi. (Wiryanta, 2004). Tanaman tomat lebih
banyak diusahakan di dataran tinggi (700-1500 m di atas permukaan laut). Pada
suhu tinggi (dataran rendah), produksinya rendah dan buahnya lebih pucat
(Ashari, 1995).
b. Tanah
Untuk pertumbuhannya yang baik, tanaman tomat membutuhkan tanah
yang gembur, sedikit mengandung pasir, dan banyak mengandung humus. Kadar
keasaman (pH) antara 5-6, serta pengairan yang teratur dan cukup dari penanaman
sampai tanaman mulai dapat dipanen (Redaksi Agromedia, 2007).
2.3 Benih Bermutu
Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No.12 tahun 1992
tentang sistem budidaya tanaman, menyebutkan bahwa benih merupakan bagian
tanaman yang berfungsi untuk memperbanyak dan mengembangkan tanaman.
Benih dapat diartikan sebagai hasil dari perkembangbiakan baik secara generatif
maupun vegetatif yang akan digunakan untuk usaha tani. Menurut Kartasapoetra
(2003) benih merupakan bagian dari tanaman yang memiliki fungsi agronomis
atau komponen agronomis yang digunakan untuk keperluan pengembangan usaha
tani.
Menurut Suena dkk., (2005) benih dinyatakan berkualitas baik jika benih
memiliki persentase perkecambahan yang tinggi, kekuatan tumbuh yang tinggi,
dan bebas dari hama dan penyakit. Benih bermutu baik merupakan benih yang
11
telah dinyatakan sebagai benih yang berkualitas tinggi dari jenis tanaman unggul.
Benih yang berkualitas tinggi itu harus memiliki viabilitas dan vigor yang tinggi
serta kemurnian benih (trueness seed) yang artinya terbebas dari benih jenis
tanaman lain, terbebas dari biji gulma. Serta yang paling penting terbebas dari
hama dan penyakit (Kartasapoetra, 2003).
Kartasapoetra (2003) juga menyatakan bahwa teknologi benih merupakan
suatu rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan sifat genetik, fisik
serta fisiologis benih dari pengembangan varietas hingga distribusi benih tersebut
sampai ke pengguna benih.
2.4 Ekstraksi Benih
Ekstraksi merupakan suatu kegiatan untuk memperoleh benih yang bersih.
Dengan mengeluarkan benih dari buah atau membersihkan kulit buah, daging
buah dan bagian lain dari buah. Menurut Stubsgaard dan Moestrup (1994),
menyatakan bahwa ekstraksi merupakan pemisahan benih dari daging buahnya.
Buah dari beberapa jenis tanaman seperti pepaya, tomat, dan mentimun
mengandung kadar air yang tinggi dan benihnya dilapisi oleh lendir yang melekat
pada benih tersebut (Saisawat, 1998). Benih yang akan ditanam harus bersih dari
lendir atau daging buah. Nakasone dan Paull (1999) menyatakan bahwa pada
benih pepaya yang dihilangkan sarkotesnya pada saat ekstraksi memilik
persentase perkecambahan lebih tinggi dibandingkan dengan yang tidak
dihilangkan sarkotesnya. Proses ekstraksi dapat dilaksanakan melalui banyak cara,
namun tidak semua varietas dari jenis yang sama memerlukan penanganan yang
sama. Penggunaan teknik ekstraksi yang tidak tepat dapat menyebabkan pelukaan
12
pada benih. Ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan air, larutan asam
(HCl), dan larutan basa (larutan kapur) (Suwarno, 1984)
Menurut Sadjad (1980) penggunaan HCl dalam ekstraksi benih jeruk
memberikan hasil yang terbaik, karena asam yang digunakan selain mampu
membersihkan lendir yang menempel pada benih juga dapat meningkatkan
permeabilitas kulit benih. Penambahan larutan HCl 0,1 – 1,0 % selama fermentasi
dapat membasmi bakteri yang berada pada pulp tomat.
2.5 Teknologi Dry Heat Treatment (DHT)
Seed treatment merupakan bagian dari kegiatan prosesing benih yang
meliputi satu rangkaian prosedur dari pemanenan biji atau buah setelah buah
masak, ekstraksi dan peragian, pembersihan dan perlakuan sebelum pengeringan,
pengeringan dan sortasi. Salah satu bagian dari seed treatment adalah Dry heat
treatment (DHT).
Dry heat treatment (DHT) merupakan terobosan teknologi yang sangat
efektif, aplikatif, dan ramah lingkungan dengan memberikan cekaman suhu tinggi
pada benih sebelum dikecambahkan. Penyakit yang dapat dihilangkan oleh DHT
meliputi penyakit yang disebabkan oleh virus, jamur, dan bakteri (Toyoda et al.,
2004).
Keuntungan dari dry heat treatment meliputi : menginaktivasi secara
penuh virus yang bersifat seed borne, seperti tobacco mosaic virus (TMV),
cucumber green mottle mosaic virus (CGMMV), lettuce mosaic virus (LMV), dan
lain-lain (Lee et al., 2004) mengamankan dan menginaktivasi secara penuh
bakteri yang bersifat seed borne seperti Erwinia, dan penyakit yang disebabkan
oleh jamur seperti Fusarium, Alternaria, Cladosporium; aman digunakan dalam
13
produksi benih skala besar; mudah diaplikasikan; memudahkan dalam
memberikan perlakuan tambahan terhadap benih seperti pewarnaan; serta ideal
untuk menyediakan benih sehat dalam pertanian organik karena perlakuan
dilakukan tanpa menggunakan bahan kimia (Lee, 2004).
2.6 Virus yang Berasosiasi dengan Tanaman Tomat
Tanaman tomat yang terinfeksi virus pada umumnya menunjukkan gejala
mosaik, klorosis, dan kuning. Penyakit virus dengan gejala mosaik pada tanaman
diinfeksi oleh CMV (Cucumber Mosaic Virus), PVY (Potato VirusY), TMV
(Tobacco Mosaic Virus). Beberapa virus yang umum menyerang tanaman tomat
antara lain, virus CMV (Cucumber mosaic virus), TMV (Tobacco mosaic virus )
(ChiVMV (Chilli Veinal Mottle Virus), dan PepYLCV (pepper yellow leaf curl
virus). (Semangun, 2000).
TMV merupakan virus yang menyerang tanaman dan dapat menginfeksi
lebih dari 35 spesies tanaman sehingga dapat menyebabkan kerugian yang besar
pada tanaman tembakau. TMV dapat memperbanyak diri jika berada pada sel
hidup, tetapi virus ini dapat tetap bertahan hidup pada fase dorman dan jaringan
tanaman yang mati selama bertahun-tahun maupun di luar tanaman baik itu di
dalam tanah, di permukaan tanah maupun pada peralatan yang telah
terkontaminasi virus ini. TMV menyebar secara mekanis dan serangga seperti
aphids tidak dapat menjadi vektor bagi virus ini. Tanaman yang terserang TMV
menunjukkan gejala, yaitu daun-daun muda berubah menjadi warna belang
kuning hijau, keriting serta berkerut, tanaman kerdil, buah belang dan berwarna
kuning. Virus ini dapat ditularkan secara mekanis melalui cairan perasan tanaman
sakit,
gesekan antar
daun yang
sakit
dan daun sehat,
melalui
biji
14
dan melalui tanah. Usaha pengendalian yang dapat dilakukan terhadap TMV
adalah dengan menghindari bekas tanah yang telah terinfeksi sebelumnya. Selain
itu, agar steril tangan pekerja harus dicuci dahulu dengan alcohol pada waktu
perempelan daun, bunga dan pemindahan bibit ke kebun produksi.
Download