1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Overweight dan

advertisement
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight
adalah kondisi berat badan seseorang melebihi berat badan normal pada
umumnya. Sementara obesitas adalah suatu keadaan dimana terjadi
penumpukan lemak tubuh yang berlebih sehingga berat badan seseorang jauh
di atas normal, dan dapat membahayakan kesehatan. Obesitas terjadi karena
ketidak seimbangan antara energi yang masuk dengan energi yang keluar.
Overweight menjadi faktor resiko penyebab berbagai penyakit kronik, seperti
diabetes mellitus tipe 2, penyakit jantung koroner dan pembuluh darah,
hipertensi, stroke dan berbagai jenis kanker. Overweight menjadi salah satu
masalah serius yang dihadapi oleh penduduk dunia saat ini (Ekky dan
Rahardja, 2014).
Data dari WHO menyebutkan bahwa saat ini lebih dari 1 milyar
penduduk dunia mengalami masalah kelebihan berat badan (overweight), itu
artinya rata-rata 1 di antara 7 orang yang anda temui sehari-harinya punya
masalah berat badan. Dari angka itu, 475 juta orang bukan lagi tergolong
overweight melainkan obese (WHO, 2013).
Secara global data dari WHO menunjukkan bahwa 2,8 juta orang
meninggal setiap tahunnya akibat overweight dan obesitas. Diperkirakan 35,8
juta DALY (Disability-Adjusted Life Years) disebabkan oleh overweight dan
obesitas. Pada tahun 2008, 35% orang dewasa berumur lebih dari 20 tahun
1
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2
mengalami masalah berat badan (BMI ≥ 25 kg/m2) (34% laki-laki dan 35%
perempuan). Prevalensi obesitas dunia meningkat dua kalinya antara tahun
1980 dan 2008. Di tahun 2008, 10% laki-laki dan 14% perempuan mengalami
obesitas (BMI ≥ 30 kg/m2), sedangkan di tahun 1980, angka itu masih
bearada di 5% dan 8% untuk laki-laki dan perempuan (WHO, 2013). Di Asia,
masalah obesitas meningkat tajam dalam kurun waktu beberapa puluh tahun
terakhir. Di China, prevalensi obesitas dan overweight (BMI ≥ 25 kg/m2)
meningkat 400% hanya dalam kurun waktu 20 tahun terakhir (Collaboration,
2007). Prevalensi obesitas terbesar berada di negara-negara maju dengan
Amerika Serikat menempati urutan teratas. Prevalensi obesitas di AS
meningkat dua kali lipat dibandingkan tahun 1970. Pada tahun 2007-2008,
prevalensi overweight di AS mencapai 68%, dan 32% di antaranya obese
(WHO, 2013).
Overweight dan Obesitas saat ini sudah menjadi suatu masalah global
yang serius. Data yang dikumpulkan dari seluruh dunia memperlihatkan
bahwa terjadi peningkatan prevalensi Overweight dan Obesitas pada 10
sampai 15 tahun terakhir dengan angka kejadian terbanyak di Amerika. Saat
ini diperkirakan sebanyak lebih dari 100 juta penduduk di seluruh dunia
menderita Obesitas, dan angka ini masih akan terus meningkat. Diperkirakan
apabila keadaan ini terus berlanjut maka pada tahun 2230 sebanyak 100 %
penduduk Amerika Serikat akan menjadi Obese. Bagaimana dengan kondisi
di Indonesia ? Menurut data yang diperoleh dari Direktorat Bina Gizi
Masyarakat Depkes tahun 1997, sebanyak 12,8 % pria dewasa mengalami
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3
Overweight dan sebanyak 2,5 % mengalami Obesitas. Sedangkan pada wanita
angka ini menjadi lebih besar lagi yaitu 20 % dan 5,9 %.
Menurut Hadi (2005), saat ini di seluruh dunia terdapat peningkatan
prevalensi overweight dan obesitas hingga mencapai tingkat yang
membahayakan. Kejadian obesitas di negara-negara maju seperti Eropo,
USA, dan Australia telah mencapai tingkat epidemi, demikian juga di negaranegara berkembang. prevalensi overweight dan obesitas di kawasan Asia
Pasifik meningkat sangat tajam, di Korea Selatan 20,5% penduduk tergolong
overweight dan 1,5% mengalami obesitas, di Thailand 16% penduduk
mengalami overweight dan 4% mengalami obesitas, di daerah perkotaan Cina
prevalensi overweight adalah 12%
pada laki-laki dan 14,4% pada
perempuan, sedangkan di pedesaan overweight pada laki-laki dan perempuan
masing-masing adalah 5,3% dan 9,8%.
Gizi lebih atau overweight pada saat sekarang merupakan masalah
kesehatan di seluruh dunia, mempengaruhi tidak hanya negara maju tapi juga
negara berkembang seperti Indonesia. Berdasarkan jumlah penduduk
Indonesia tahun 2000 yang diperkirakan 210 juta, jumlah penduduk yang
overweight diperkirakan mencapai 76,7 juta (17,5%) dan pasien obesitas
berjumlah lebih dari 9,8 juta (4,7%). Menurut data tersebut, dapat
disimpulkan bahwa overweight dan obesitas di Indonesia telah menjadi
masalah besar yang memerlukan penanganan secara serius (Anonimous,
2009).
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4
Indonesia pada saat ini mengalami permasalahan gizi ganda, yaitu
ketika permasalahan gizi kurang belum terselesaikan, muncul masalah gizi
lebih. Tingginya angka kesakitan dan kematian ibu dan anak balita di
Indonesia sangat berkaitan dengan buruknya status gizi, sementara pada
sekelompok masyarakat terutama di kota-kota besar masalah kesehatan
masyarakat justru dipicu dengan adanya kelebihan gizi(Hadi, 2005).
Di Indonesia prevelensi overweight pada penduduk di atas usia 18
tahun 2010 menunjukkan angka cukup tinggi. Terdapat 21,7% penduduk di
atas usia 18 tahun yang masuk golongan gemuk dan obesitas. Prevalensi
overweight dan obesitas lebih banyak diderita oleh perempuan. Laki-laki
memiliki prevalensi 16,3 sedangkan perempuan memiliki prevalensi 26,9.
Sementara untuk prevalensi kurus sebesar 12,6. Dan prevalensi normal
sebesar 65,8 (Depkes, 2010). Di masa mendatang, persoalan gizi lebih pada
anak
diprediksi
bakal
lebih
meningkat
dibandingkan
kasus
gizi
kurang.(Kemenkes RI, 2010).
Hasil penelitian yang dilakukan Sajogo, Gozali dan Purnomo (2012)
menunjukkan bahwa jumlah remaja kelas 10, 11 dan 12 sebesar 1054 orang,
berusia antara 14-19 tahun. Setelah dilakukan pemeriksaan BB dan TB, maka
didapatkan 152 remaja dengan overweight dan 94 remaja dengan obesitas.
Kategori overweight sebesar 141 responden (77,9%), obesitas ringan sebesar
35 responden (19,3%) dan obesitas sedang sebesar 5 responden (2,8%).
Menurut Anna (2010) overweight adalah keadaan di mana berat badan (BB)
seseorang melebihi BB normal. Dari perkiraan 210 juta penduduk Indonesia
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
5
tahun 2000, jumlah penduduk yang mengalami overweight mencapai 76,7
juta (17,5 persen) dan yang obesitas mencapai 9,8 juta (4,7 persen).
Tri dan Muwakhidah (2008) dalam penelitianya faktor risiko yang
berhubungan dengan overweight pada seseorang ada beberapa hal diantaranya
riwayat keluarga, pola konsumsi fast food dan besarnya pendapatan
mempengaruhi pemilihan konsumsi makanan. Konsumsi makanan tidak
teratur bahkan berlebihan yang mengandung karbohidrat, seperti gula,
fruktosa, soft drink, bir dan wine akan menyebabkan berat badan seseorang
dalam kategori lebih atau tidak normal. Pada kenyataannya sekarang ini
mahasiswa memiliki kebiasan makan-makanan yang siap saji / fast food, hal
tersebut karena mereka lebih suka memilih yang instan, murah dan cepat.
Mereka tidak menyadari bahwa hal tersebut akan berdampak pada
kesehataannya. Manurung (2009) dalam penelitianya menyatakan bahwa
faktor pola makan seorang remaja memiliki pengaruh terhadap kejadian
obesitas.
Menurut Arnelia (2005) dalam Wahyuni, Suryanto, Meidityasari
(2012), ada beberapa pola makan remaja yaitu: pertama, tidak makan
terutama makan pagi atau sarapan. Kedua, kegemaran makan snacks dan
makan makanan siap saji (fastfood). Ketiga gemar mengkonsumsi minuman
ringan (soft drink). Banyak remaja memiliki kebiasaan tidak sarapan pagi.
Mereka sering menggantikan makan pagi dengan makan siang yang berlebih
atau memakan makanan kecil yang tinggi lemak dan kalori dalam jumlah
yang relatif banyak.
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
6
Disisi lain, kurangnya aktifitas yang dilakukan oleh seorang remaja
akan berdampak pada terjadinya overweight. Kurangnya olahraga juga akan
menyebabkan seseorang kurang mengeluarkan energi.
Energi
yang
dikeluarkan sendiri memiliki pengaruh terhadap pembakaran lemak yang ada
didalam tubuh seseorang. Kebiasaan olahraga merupakan salah satu bentuk
aktivitas fisik yang dapat menurunkan berat badan. Olahraga jika dilakukan
secara teratur dengan takaran yang cukup akan dapat mencegah munculnya
kegemukan dan menjaga kesehatan. Olahraga semestinya dibiasakan sejak
dini agar menjadi sebuah kebiasaan yang terus dapat dilakukan hingga usia
dewasa dan lanjut (Marbun, 2002). Soeharto (2004) mengungkapkan bahwa
dengan berolahraga dapat meningkatkan pembakaran lemak dalam tubuh
menjadi air dan karbondioksida.
Overweight
cenderung
diturunkan
sehingga
diduga
memiliki
penyebab genetik. Namun, tidak hanya diturunkan oleh secara genetik
anggota keluarga saja tetapi juga makanan dan kebiasaan gaya hidup, yang
bisa mendorong terjadinya kegemukan. Penelitian terbaru menunjukkan
bahwa rata-rata faktor genetik memberikan pengaruh sebesar 33% terhadap
berat badan seseorang (Mumpuni, 2010). Arianny (2009) menyatakan dalam
penelitiannya bahwa salah satu faktor yang dapat mempengaruhi overweight
adalah faktor keturunan.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Anam (2010) menunjukan
bahwa rerata IMT sebelum dan setelah intervensi berbeda secara bermakna,
intervensi selama 8 minggu menurunkan IMT sebesar ± 0,48 kg/m2.
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
7
Penurunan IMT ini berhubungan dengan penurunan persentase lemak tubuh.
Gutin et all. (2002) menambahkan dalam penelitiannya bahwa 80 remaja
dengan obesitas usia 13-16 tahun yang dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu
kelompok I mendapatkan pendidikan tentang pola hidup, kelompok II
mendapatkan perlakuan pendidikan pola hidup ditambah dengan latihan fisik
sedang, dan kelompok III mendapatkan perlakuan pendidikan pola hidup
dengan latihan fisik intensitas tinggi. Intervensi dilakukan selama 8 bulan dan
dilakukan 5 kali per minggu dengan target energy expenditure 1047 kj (250
kkal)/ sesi latihan. Penelitian ini tidak disertai dengan intervensi diet. Hasil
penelitian ini terjadi perbaikan kesegaran kardiovaskuler pada remaja obesitas
pada anak dengan intervensi latihan fisik, terutama latihan fisik dengan
intensitas tinggi. Latihan fisik juga mengurangi lemak tubuh total dan lemak
tubuh visceral.
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti terhadap
30 (13,9%) mahasiswa dari 215 mahasiswa semester VI dan VIII
Keperawatan S1 di Fakultas Ilmu Kesehatan. Hasil wawancara diperoleh
bahwa ada 50% mahasiswa yang memiliki kebiasaan makan-makanan cepat
saji, 16,7% mahasiswa yang memiliki berat badan lebih dari normal yang
didukung adanya riwayat orang tua mereka memiliki berat badan yang lebih
juga, 20% mahasiswa yang jarang melakukan aktivitas yang mengeluarkan
keringat seperti olahraga ataupun yang lainnya hal tersebut dikarenakan
malas dan 13,3% mahasiswa diantaranya mereka rajin dalam melakukan
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
8
aktivitas yang dapat mengeluarkan keringat misalnya dengan bermain futsal
ataupun jogging di pagi hari.
Dari uraian diatas maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul “Hubungan Pola Makan, Genetik dan Kebiasaan Olahraga
Dengan Kejadian Overweight Pada Mahasiswa Keperawatan S1 di
Universitas Muhammadiyah Purwokerto”.
B. Rumusan Masalah
Angka kejadian overweight terus meningkat di kalangan remaja
khususnya mahasiswa. Kebanyakan mahasiswa menerapkan pola hidup yang
kurang sehat seperti kurang melakukan olahraga dan makan-makanan yang
siap saji ataupun pola makan yang tidak teratur. Hal demikian menjadikan
berat badan akan mudah naik bahkan berlebihan. Namun, jika mahasiswa
dapat menerapkan pola hidup yang baik dan sehat, hal tersebut pun dapat
dicegah.
Berdasarkan uraian diatas dapat dirumuskan rumusan masalah yaitu
“Bagaimanakah hubungan pola makan, genetik dan kebiasaan olahraga
dengan kejadian overweight pada mahasiswa keperawatan S1 di Universitas
Muhammadiyah Purwokerto”.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan pola makan, genetik dan kebiasaan olahraga
dengan kejadian overweight pada mahasiswa keperawatan S1 semester 2,
4, 6 dan 8 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
9
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui karakteristik responden menurut jenis kelamin dan
usia.
b. Untuk mengetahui pola makan, genetik, dan kebiasaan olahraga
mahasiswa
keperawatan
S1
di
Universitas
Muhammadiyah
Purwokerto.
c. Untuk mengetahui kejadian overweight pada mahasiswa keperawatan
S1 di Universitas Muhammadiyah Purwokerto.
d. Untuk mengetahui hubungan pola makan dengan kejadian overweight
pada mahasiswa keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto.
e. Untuk mengetahui hubungan genetik dengan kejadian overweight
pada mahasiswa keperawatan S1 di Universitas Muhammadiyah
Purwokerto
f. Untuk mengetahui hubungan kebiasaan olahraga dengan kejadian
overweight
pada
mahasiswa
keperawatan
S1
di
Universitas
Muhammadiyah Purwokerto.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Ilmu Keperawatan
Memberikan ilmu dan refrensi tambahan terkait dengan bagaimana
hubungan pola makan, genetik dan kebiasaan olahraga dengan kejadian
overweight pada mahasiswa.
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
10
2. Bagi Fakultas Ilmu Kesehatan (UMP)
Memberikan ilmu dan refrensi tambahan bagi pihak fakultas sebagai
upaya promotif-prventif dengan kejadian overweight.
3. Bagi penelitian selanjutnya
Memberikan refrensi tambahan bagi peneliti selanjutnya yang ingin
melakukan penelitian dengan tema yang sama.
E. Penelitian Terkait
1. Wahyuni, Suryanto dan Meidityasari (2012)
Judul penelitian ini adalah hubungan antara kebiasaan tidak makan pagi
dengan kejadian kelebihan berat badan pada mahasiswa keperawatan
semester I Falkutas Kedokteran Universitas Brawijaya. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui hubungan antara kebiasaan tidak makan pagi
dengan kejadian kelebihan berat badan pada mahasiswa keperawatan
semester I Falkutas Kedokteran Universitas Brawijaya. Desain penelitian
ini yang digunakan dengan pendekatan cross sectional study dan
mengambil sampel 126 mahasiswa semester I menggunakan teknik nonprobability sampling dengan metode purposive sampling. Data penelitian
dikumpulkan dengan bantuan kuesioner. Dari analisis data menggunakan
uji korelasi Chi Square diperoleh nilai koefisien korelasi 0,021 dengan
tingkat signifikansi 95% (α = 0,05). Tingkatan hubungan adalah rendah,
sedangkan arah korelasi positif yang berarti bahwa hubungan tersebut
berbanding lurus antara kebiasaan tidak makan pagi dan tingkat kejadian
kelebihan berat badan.
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
11
2. Danari, Mayulu dan Onibala (2013)
Dengan judul hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada
anak SD di kota manado. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
apakah ada hubungan aktivitas fisik dengan kejadian obesitas pada anak
SD di Kota Manado dengan metode penelitian survei analitik
menggunakan
rancangan case control (kasus kontrol) sampel 136
menggunakan uji chi-square, pada tingkat kemaknaan 95% (α 0,05).
Hasil penelitian menunjukan bahwa terdapat hubungan antara aktivitas
fisik dengan kejadian obesitas pada anak SD di kota Manado. Kesimpulan
Gambaran aktivitas fisik ringan anak yang mengalami obesitas sebesar
85,3% dan tidak obesitas 14,7%.
Hubungan Pola Makan..., Ibnu Budi Sayoga, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download