peranan lembaga pendidikan tenaga kependidikan (lptk)

advertisement
eJournal Administrative Reform, 2017, 5 (1) : 83-96
ISSN 2338-7637, ar.mian.fisip-unmul.ac.id
© Copyright 2017
PERANAN LEMBAGA PENDIDIKAN TENAGA KEPENDIDIKAN
(LPTK) UNIVERSITAS MULAWARMAN DALAM IMPLEMENTASI
KEBIJAKAN SERTIFIKASI GURU DI KALIMANTAN TIMUR
Ludfi Zaldi1, Sutadji M2, Santi Rande3.
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan LPTK Universitas
Mulawarman dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru di Kalimantan
Timur, dan faktor-faktor yang mendukung dan menghambat. Hasil penelitian
menunjukkan sosialisasi Pelaksanaan Kebijakan Sertifikasi Guru, bahwa alur
komunikasi antara Konsorsium Sertifikasi Guru yang di dalamnya ada Ditjen
Guru dan Tenaga Kependidikan dibawah Kemdikbud dan Ditjen Pembelajaran
dan Kemahasiswaan di bawah Kemristekdikti sebagai penyampai informasi
kepada LPTK penyelenggara dan guru sebagai sasaran kebijakan yang berada di
wilayah Kalimantan Timur. Sumberdaya instruktur di LPTK Universitas
Mulawarman, cukup memadai dalam melaksanakan kebijakan sertifikasi guru
dimana pelaksana kebijakan bekerja sesuai dengan aturan dan prosedur yang
sudah ditetapkan oleh Kemenristek Dikti dan memahami mekanisme dan
prosedur pelaksanaan sertifikasi guru. Sikap/Disposisi (Disposition) bahwa sikap
implementor belum seutuhnya mendukung dan menjalankan tupoksinya. Sejauh
ini dalam pelaksanaannya diharapkan agar para guru yang belum bersertifikasi
menggunakan standar baku atau SOP yang sama dalam prosesnya, baik mulai
dari registrasi, verifikasi sampai kepada pelaksanaan.
Kata Kunci
: Implementasi Kebijakan, Sertifikasi Guru, Lembaga Pendidikan
Tenaga Kependidikan (LPTK) Universitas Mulawarman.
Abstract
The aim of research to determine the role of LPTK Mulawarman in policy
implementation teacher certification in East Kalimantan, and the factors that
support and hinder. The results showed socialization Policy Implementation
Teacher Certification, that the communication flow between the Consortium for
Teacher Certification in which there Directorate General of Teachers and
Education Personnel under Kemdikbud and DG Education and Student Affairs
under Kemristekdikti as to disseminate information to LPTK organizers and
teachers as a policy goal that is in the region East Kalimantan. Resource
instructor in LPTK Mulawarman sufficient in implementing policies teacher
certification where implementers working in accordance with the rules and
procedures set by the Higher Education Kemenristek and understand the
mechanisms and procedures for the implementation of teacher certification.
1.
2.
3.
Mahasiswa Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisip UNMUL - Samarinda
Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisip UNMUL – Samarinda.
Dosen Program Magister Ilmu Administrasi Negara Fisip UNMUL – Samarinda.
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 83-96
Attitude (disposition) that have not been fully supportive attitude implementor and
run tupoksinya. So far in the implementation is expected to allow teachers who
have not been certified using standards or SOPs in the same process, both from
registration, verification of up to implementation.
Keywords : Policy Implementation, Teacher Certification, Role of Educators
Institute of Personnel (LPTK) Mulawarman University.
Pendahuluan
Pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya
mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia
yang beriman, bertakwa, dan berahklak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan
beradab berdasarkan Pancasila dan dan Undang-undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Pendidikan
Nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranata sosial
yang kuat dan berwibawa untuk memberdayakan semua warga Negara Indonesia
berkembang menjadi yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab
tantangan zaman yang selalu berubah. Salah satu misinya adalah mengupayakan
perluasan dan pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan yang bermutu
bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kualitas manusia yang dibutuhkan oleh bangsa Indonesia pada masa yang
akan datang adalah yang mampu menghadapi persaingan yang semakin ketat
dengan bangsa lain di dunia. Kualitas manusia Indonesia tersebut dihasilkan
melalui penyelenggaraan pendidikan yang bermutu. Oleh karena itu guru
mempunyai fungsi, peran dan kedudukan yang sangat strategis di dalam proses
pendidikan persekolahan. Guru merupakan tenaga profesional yang mempunyai
visi terwujudnya penyelenggaraan pembelajaran sesuai dengan prinsip-prinsip
profesionalitas untuk memenuhi hak yang sama bagi setiap warga Negara dalam
memperoleh pendidikan yang bermutu.
Mutu pendidikan juga dapat dikaitkan kepada kompetensi profesi pendidik
yang meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi
professional, dan kompetensi sosial. Pertama kompetensi pedagogik meliputi
kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman
terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil
belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya. Kedua, kompetensi kepribadian meliputi kepribadian
pendidik yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa. Ketiga, kompetensi
sosial meliputi kemampuan pendidik berkomunikasi dan berinteraksi secara
efektif kepada peserta didik, sesama pendidik, dan berakhlak mulia. Keempat
kompetensi profesional meliputi kemampuan pendidik dalam penguasaan materi
84
Peranan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan …. (Ludfi Zaldi)
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkannya membimbing
peserta didik memperoleh kompetensi yang ditetapkan.
Berdasakan hasil uji kompetensi guru yang diselenggarakan oleh
Kemendikbud pada tahun 2015 secara serentak se-Indonesia dapat dilihat hasilnya
pada gambar berikut :
Gambar
Hasil Uji Kompetensi Guru Tahun 2015
Sumber : Dirjen Guru danTenaga Kependidikan Kemdikbud (2015).
Dari gambar di atas, partisipasi peserta yang mengikuti ujian kompetensi
guru (UKG) sebanyak 2.699.516 guru atau sekitar 91.41% dari jumlah guru di
Indonesia mengikuti ujian tersebut. Rata-rata nasional nilai uji kompetensi guru
adalah 56.69 sedangkan untuk jenjang SD nilai kompetensi guru masih dibawah
standar rata-rata nasional, yaitu 54.33.
Sebagai tindak lanjut untuk mewujudkan bahwa guru adalah tenaga
profesional, pemerintah telah melaksanakan program sertifikasi guru untuk
1.638.240 guru. Kondisi saat ini, masih terdapat guru yang belum memiliki
sertifikat pendidik sejumlah 555.467 guru, yang terdiri atas 116.770 guru dalam
jabatan yang diangkat dalam periode sampai dengan 2005 dan 438.697 guru yang
diangkat dalam periode 2006-2015 (Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
Kemdikbud , 2016).
Adapun jumlah guru yang sudah memiliki sertifikat pendidik di wilayah
Kalimantan Timur dapat dilihat pada tabel berikut ini :
85
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 83-96
Tabel
Jumlah Guru Tersertifikasi di Wilayah Kalimantan Timur
Tahun 2015.
No.
JenjangPendidikan
Jumlah
1
TK/RA
119
2
SD/MI
5.925
3
SMP/MTS
3.216
4
SMA/MA
3.081
Total Guru
12.341
Sumber : Dinas Pendidikan Provinsi Kaltim (2015).
Terkait dengan hal tersebut maka pemerintah melalui Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan telah melakukan berbagai macam upaya strategis
untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia Indonesia.
Salah satu upayanya adalah dengan mengeluarkan kebijakan yang mengupayakan
profesionalitas tenaga guru dengan kebijakan sertifikasi. Kebijakan sertifkasi guru
diatur melalui Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 yang mengacu pada Undangundang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional dan Undang-undang Guru dan Dosen Nomor 14 Tahun 2005 serta
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan.
Sertifikasi guru menjadi landasan menjamin keberadaan guru yang
professional untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Pelaksanaan
sertifikasi guru diharapkan mampu sebagai solusi bekaitan dengan pencapaian
standar guru yang berkualitas dan profesional tersebut. Kebijakan sertifikasi guru
melalui Permendiknas Nomor 18 Tahun 2007 merupakan salah satu upaya
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dalam rangka meningkatkan kualitas
dan profesionalitas guru sehingga pembelajaran di sekolah menjadi berkualitas.
Tujuan sertifikasi adalah ; 1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pprofessional, 2) meningkatkan proses dan hasil
pembelajaran, 3) meingkatkan kesejahteraan guru, 4) meningkatkan martabat
guru dalam rangka mewujudkan pendidikan nasional yang bermutu.
Sertifikasi guru diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga
Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi. Berdasarkan surat keputusan Menteri
Pendidikan Nasional Nomor 057/O/2007 Tahun 2007, Universitas Mulawarman
ditetapkan sebagai penyelenggara sertifikasi bagi guru dalam jabatan yang
mencakup wilayah Kalimantan Timur. Kemudian pada tahun 2016 diperbaharui
dengan Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik
86
Peranan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan …. (Ludfi Zaldi)
Indonesia Nomor 296/M/KPT/2016 tentang Penetapan Perguruan Tinggi
Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan Melalui Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru. LPTK Universitas Mulawarman sudah melaksanakan programnya
dalam memberikan sertifikat pendidik bagi guru yang lulus dalam kompetensi dan
pedagogiknya sejak tahun 2008 sampai dengan sekarang. Kebijakan sertifikasi
guru bagi peneliti adalah sesuatu yang sangat menarik untuk dipelajari karena
merupakan bagian penting dari peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia
melalui peningkatan mutu kompetensi dan pedagogiknya, khususnya bagi guru
yang berada di wilayah Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara.
Proses sertifikasi dapat ditempuh dengan dua cara, yaitu melalui penilaian
portofolio dan melalui jalur pendidikan. Pada jalur portofolio guru yang akan
menjadi peserta sertifikasi menyiapkan folder berisi dokumen-dokumen prestasi
selama mengajar berdasarkan pedoman penyusunan yang telah ditetapkan
kemudian LPTK melakukan penilaian portofolio dari calon peserta sertifkasi.
Peserta akan dinyatakan lulus dan diberikan sertifikat pendidik jika hasil penilaian
portofolionya memenuhi standar terendah kelulusan. Jika skor hasil penilaian
porofolio peserta tidak memnuhi standar minimal kelulusan maka rayon LPTK
memberikan pilihan melengkapi substansi atau mengikuti Pendidikan dan Latihan
Profesi Guru (PLPG) dengan cakupan empat kompetensi guru dan diakhiri
dengan uji kompetensi. Peserta yang lulus uji kompetensi akan menerima
sertifikat pendidik, sementara peserta yang tidak lulus ujian akan deiberikan
kesempatan ujian dua kali. Apabila peserta tetap tidak lulus pada ujian ulang
kedua maka ia akan dikembalikan ke Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten.
Dalam meningkatkan kualitas guru dan menjadikan guru profesional salah
satunya melalui jalur PLPG di LPTK Universitas Mulawarman memang kurang
mencapai hasil yang maksimal. Hal ini dilihat berdasarkan data hasil ujian utama
kompetensi guru peserta PLPG pada tahun 2015 hasilnya adalah dengan nilai
rata-rata 50.68 (Divisi data PanitiaSertifikasi Guru Rayon 119 Tahun 2015). Nilai
rata-rata tersebut masih dibawah target Kemendikbud yang menginginkan hasil
kompetensinya minimal dengan skor 55 (Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan
Kemdikbud Tahun 2015). Seharusnya LPTK Universitas Mulawarman dapat
mencapai target tersebut apabila implementasinya dijalankan dengan baik
sehingga apa yang di amanatkan undang-undang dalam rangka menjadikan guru
profesional dan berkualitas serta sebagai agen pembelajar dapat memperoleh
pendidikan yang bermutu di Indonesia.
Untuk melihat lebih jauh bagaimana proses implementasi kebijakan
sertifikasi guru, maka perlu untuk melakukan kajian yang mendalam dalam
rangka menelaah lebih jauh pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru dan faktorfaktor yang mempengaruhi implementasi.
Berawal dari fenomena diatas, maka peneliti tertarik mengetahui peranan
LPTK Universitas Mulawarman dalam implementasi kebijakan sertifikasi guru di
Kalimantan Timur dan faktor-faktor yang mempengaruhi proses implementasi
87
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 83-96
kebijakan sertifikasi guru dalam rangka meningkatkan kompetensi guru dan
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Kebijakan Publik
Beberapa definisi mengenai kebijakan publik banyak disampaikan oleh para
pakar kebijakan. Namun pada intinya, kebijakan publik memuat konsepsi bahwa
pertama, kebijakan publik lebih kepada seluruh tindakan yang dialkukan oleh
pemerintah dalam mengatur urusan publik. Terkait dengan hal ini, Dye (1978:5),
mendefinisikan kebijakan publik sebagai “whatever government chooses to do or
not to do”. Kedua, kebijakan publik lebih menekankan pada aspek pelaksanaan
kebijakan (implementation of policy).
Model Edwards III, di dalam modelnya menyarankan untuk memperhatikan
4 isu penting, yaitu ; 1) communication (komunikasi); 2) recourse (sumberdaya);
3) disposition or attitudes (disposisi/sikap); dan 4) bureaucratic structures
(struktur birokrasi). Communication, berkenaan dengan bagaimana sebuah
kebijakan dikomunikasikan pada organisasi dan/atau publik, ketersediaan sumber
daya untuk melaksanakan kebijakan, sikap dan tanggap dari para pihak yang
terlibat, dan bagaimana struktur organisasi pelaksana kebijakan. Resources,
berkenaan dengan kecakapan sumber daya manusia sebagai pelaksana kebijakan
publik untuk mengimplementasikan kebijakan secara efektif. Disposition,
berkenaan dengan ketersediaan dan komitmen dari para implementor untuk
melaksanakan kebijakan. Bureaucratic structures berkenaan dengan kesesuaian
organisasi birokrasi yang menjadi pelaksana implementasi kebijakan publik.
Struktur birokrasi diharapkan dapat menciptakan hubungan koordinasi dan
kerjasama yang baik antar pelaksana dari tingkat atas sampai ke tingkat bawah.
Kebijakan Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru sebagai sebuah kebijakan publik dalam ranah pendidikan
adalah sebuah pilihan yang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
kualitas pendidikan di Indonesia. Menurut JE. Hosio (2006), Kebijakan
pendidikan (Education Policy) adalah keseluruhan proses dan hasil perumusan
langkah-langkah strategis pendidikan yang dijabarkan dari visi, misi pendidikan,
dalam mewujudkan tercapainya tujuan pendidikan dalam suatu masyarakat untuk
kurun waktu tertentu. Wujud dari kebijakan pendidikan ini biasanya berupa
undang-undang pendidikan, intruksi Presiden, peraturan pemerintah, keputusan
pengadilan, peraturan menteri, dan sebagainya menyangkut pendidikan (Rohman,
2010:2).
Secara teoritik, proses pemecahan atas masalah pendidikan melalui
kebijakan dapat dilaksanakan secara sistematik pragmatic, namun secara empiris
sering berjalan kurang efektif. Efektifitas kebijakan pendidikan selama ini
berlangsung tanpa evaluasi dan monitoring. Salah satu penyebabnya adalah
sulitnya mengendalikan perilaku birokrasi pengelola kebijakan pendidikan
(Rohman, 2010:5).
88
Peranan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan …. (Ludfi Zaldi)
Hasil Penelitian
Sosialisasi Pelaksanaan Kebijakan Sertifikasi Guru
Sertifikasi guru merupakan kebijakan model top-downer, adalah kebijakan
publik yang di buat oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dan
diselenggarakan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan di bawah
naungan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi. Dasar hukum dari
penyelenggaraan sertifikasi ini sesuai dengan Undang-undang Nomor 14 Tahun
2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 11 Ayat (2). LPTK yang telah ditetapkan
Menteri turut menjadi pelaksana kebijakan sertifikasi guru dalam hal menjadikan
guru professional dibidangnya dan memberikan sertifikat pendidik bagi yang
lulus.
Dalam penelitian ini ditemukan alur komunikasi antara Konsorsium
Sertifikasi Guru yang di dalamnya ada Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan
dibawah Kemdikbud dan Ditjen Pembelajaran dan Kemahasiswaan di bawah
Kemristekdikti sebagai penyampai informasi kepada LPTK penyelenggara dan
guru sebagai sasaran kebijakan yang berada di wilayah Kalimantan Timur. Dalam
hal ini KSG melakukan sosialisasi pelaksanaan sertifikasi tiap tahun kepada
seluruh LPTK penyelenggara yang telah ditetapkan oleh Kemeristek Dikti melalui
rakor tingkat pimpinan sampai dengan sosialisasi mekanisme pelaksanaan bagi
panitia pelaksana dan intruktur pelaksana. Karena syarat utama untuk
mengimplementasikan kebijakan secara efektif adalah bahwa orang yang
mengimplementasikan kebijakan harus tahu apa yang semestinya mereka lakukan.
Sumberdaya Instruktur, Staf, dan Fasilitas Pelaksanaan Kebijakan Sertifikasi
Guru.
Peranan LPTK dalam mensukseskan jalannya pelaksanaan program
sertifikasi seperti yang di amanatkan dalam Undang-undang adalah adanya
sumber daya (resources). Sumberdaya yang dimaksud dalam implementasi
kebijakan sertifikasi guru adalah ketersediaan instruktur, staf, dan fasilitas. Agar
dapat dilaksanakan dengan baik, kesiapan sumberdaya pelaksana kebijakan
publik adalah hal penting untuk diperhatikan. Perintah untuk melaksanakan
kebijakan mungkin telah disampaikan dengan akurat, jelas dan konsisten,
namun apabila para pelaksana kekurangan sumber daya yang dibutuhkan untuk
melaksanakan kebijakan, pelaksanaan kebijakan sepertinya akan menjadi tidak
efektif. Kesiapan sumberdaya meliputi kualitas dan kuantitas para instruktur, staf
pelaksana dan fasilitas penunjang dalam pelaksanaan kebijakan. Kompetensi
pelaksana kebijakan menentukan kualitas pelaksanaan kebijakan tersebut.
Ketersediaan tenaga/personil yang cukup untuk pelaksanaan kebijakan adalah
juga menentukan efektifitas dan efisiensi pelaksanaan kebijakan.
Sikap/Disposisi (Disposition)
Sikap dari implementator dalam hal ini penentu kebijakan (Universitas
Mulawarman) harus mempunyai komitmen yang kuat terhadap implementasi
89
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 83-96
kebijakan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2016 tentang Sertifikasi Bagi Guru Yang Diangkat Sebelum
Tahun 2016. Oleh sebab itu, dalam akuntabilitas pelaksanaan sebuah program
perlu keterbukaan (transparan), sikap transparansi disini bukan sebagai acuan
apakah berjalan dengan baik atau tidak sebuah program kebijakan di
implementasikan, namun disini dimaksudkan kiranya perlu adanya bentuk
pemberitaan kepada publik mengenai hasil dari pengolahan berkas. Terutama
terkait yang diterima, ditolak, dan diterima, yang lulus dan tidak lulus program
sertifikasi guru ini. Hal ini untuk membangkitkan kepercayaan publik, dan
profesionalitas institusi.
Dalam hal implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan
Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2016 tentang Sertifikasi Bagi Guru Yang
Diangkat Sebelum Tahun 2016, disposisi atau sikap implementor belum
seutuhnya mendukung dan menjalankan tupoksinya. Sejauh ini dalam
pelaksanaannya diharapkan agar para guru yang belum bersertifikasi
menggunakan standar baku atau SOP yang sama dalam prosesnya, baik mulai dari
registrasi, verifikasi sampai kepada pelaksanaan. Kecenderungan perilaku atau
karakteristik dari pelaksana kebijakan berperan penting untuk mewujudkan
implementasi kebijakan yang sesuai dengan tujuan atau sasaran. Karakter penting
yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan misalnya kejujuran dan komitmen
yang tinggi. Kejujuran mengarahkan implementor untuk tetap berada dalam
program yang telah digariskan, sedangkan komitmen yang tinggi dari pelaksana
kebijakan akan membuat mereka selalu antusias dalam melaksanakan tugas,
wewenang, fungsi, dan tanggung jawab sesuai dengan peraturan yang telah
ditetapkan.
Struktur Biokrasi (Bureaucratic Structure)
Struktur birokrasi merupakan susunan komponen (unit-unit) kerja dalam
organisasi yang menunjukkan adanya pembagian kerja serta adanya kejelasan
bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan yang berbeda-beda diintegrasikan atau
dikoordinasikan, selain itu struktur organisasi juga menunjukkan spesialisasi
pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian laporan. Struktur organisasi yang
terlalu panjang akan cenderung melemahkan pengawasan dan menimbulkan redtape, yakni prosedur birokrasi yang rumit dan kompleks, yang menjadikan
aktivitas organisasi tidak fleksibel. Aspek dari stuktur organisasi adalah Standard
Operating Procedure (SOP) dan fragmentasi. Dimana birokrasi adalah suatu
mesin politik yang melaksanakan kebijakan politik yang dibuat oleh pejabat
politik. Oleh karena ia sebuah mesin, mestinya birokrasi tidak memiliki
kepentingan pribadi. Ia tidak memiliki tanggungjawab politik, kecuali kepada
bidang tugas yang dibebankan kepadanya. Dalam dunia pemerintahan, konsep
birokrasi dimaknai sebagai proses dan sistem yang diciptakan secara rasional
untuk menjamin mekanisme dan sistem kerja yang teratur, pasti dan mudah
dikendalikan.
90
Peranan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan …. (Ludfi Zaldi)
Karakteristik suatu badan organisasi banyak mempengaruhi pencapaian
kebijakan. Ini tidak lepas dari bentuk struktur organisasi, struktur organisasi dapat
diartikan sebagai karakteristik-katakteristik, norma-norma, dan pola-pola
hubungan yang terjadi berulang-ulang. Karakteristik badan pelaksana pada Kantor
Kependudukan Kabupaten Sukabumi kurang bersifat servis sehingga para
penduduk merasa bingung atau acuh untuk membuat legalitas jati diri, sehingga
hal tersebut menyusahkan para pegawai itu sendiri dimana mereka harus
mengumpulkan data penduduk yang mempunyai kewajiban untuk membuat
legalitas jati diri.
Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat dalam Implementasi
Kebijakan Sertifikasi Guru di LPTK Universitas Mulawarman.
Faktor-Faktor Pendukung
Faktor-faktor pendukung dalam implementasi Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2016 tentang
Sertifikasi Bagi Guru yang pelaksanaannya dilakukan oleh LPTK Universitas
Mulawarman bahwa Universitas Mulawarman, dalam hal ini staf aministrasi
maupun satf dosen pada FKIP Universitas Mulawarman mempunyai sumberdaya
manusia staf maupun pelaksana program yang mempunyai integritas, kapabilitas,
dan dedikasi yang tinggi sehingga menjadi faktor penentu keberhasilan
implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2016 tentang Sertifikasi Bagi Guru, dimana kegagalan yang
sering terjadi dalam implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena
staf yang tidak mencukupi, memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.
Faktor sumberdaya manusia panitia dan instruktur sertifikasi guru dalam
jabatan oleh LPTK Universitas Mulawarman yang mempunyai peranan penting
dalam implementasi kebijakan, karena bagaimanapun jelas dan konsistennya
ketentuan-ketentuan atau aturan-aturan suatu kebijakan, jika para personil yang
bertanggung jawab mengimplementasikan kebijakan kurang mempunyai sumbersumber untuk melakukan pekerjaan secara efektif, maka implementasi kebijakan
tersebut tidak akan bisa efektif. Selanjutnya dengan sumberdaya manusia
implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
Nomor 29 Tahun 2016 tentang sertifikasi guru dalam jabatan oleh LPTK
Universitas Mulawarman yang berpendidikan minimal Diploma III (D-3), Sarjana
(Strata-1), dan Magister (Strata-2) dapat dipastikan mempunyai kapabilitas
(kemampuan) dalam pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan oleh LPTK
Universitas Mulawarman secara menyeluruh.
Faktor-faktor penghambat dalam implementasi Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2016 tentang
Sertifikasi Bagi Guru oleh LPTK Universitas Mulawarman adalah kurang siapnya
instruktur dalam menyampaikan materi, kesiapan sarana prasarana, dan
komunikasi, walaupun secara general bisa dikatakan sepenuhnya berjalan secara
optimal.
91
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 83-96
Penyediaan sarana dan prasarana LPTK Universitas Mulawarman terutama
dalam penyediaan tenaga listrik memang menjadi kendala yang sangat besar
dirasakan, namun memang bulan menjadi kesalahan pihak penyelenggara karena
memang untuk tenaga listrik sepenuhnya menjadi kewenangan dari PT. PLN
(Persero) Samarinda. Hal yang mendesak untuk dilakukan adalah penambahan
perangkat belajar mengajar, perlengkapan gedung, perlengkapan kantor, dan
peningkatan SDM melalui pelatihan-pelatihan tentang sertifikasi guru dalam
jabatan.
Meningkatnya sarana dan prasarana LPTK Universitas Mulawarman adalah
tersedianya perlengkapan sarana dan prasarana penunjang kerja, meningkatnya
fungsi sarana gedung secara optimal di lingkungan kantor dan terciptanya kondisi
lingkungan kerja yang baik dan nyaman serta aman. Dan kegiatan ini dapat
dilaksanakan dengan baik dengan tingkat capaian. Sedangkan untuk
meningkatkan pelayanan maka yang urgent untuk dilakukan adalah peningkatan
sarana rasarana belajar mengajar. Dengan indikator tersedianya sarana penunjang
pelayanan penyediaan air bersih, jaringan telepon/internet, kebersihan kantor dan
lingkungan, perbaikan peralatan kantor (komputer, laptop, printer, dll),
penyediaan barang cetakan (spanduk, stopmap, kop dinas, surat, kartu inventaris,
dan administrasi surat menyurat).
Dalam implementasi kebijakan Peraturan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2016 tentang Sertifikasi Bagi
Guru oleh LPTK Universitas Mulawarman berbagai macam kendala tersebut
sesuai data hasil penelitian memang memerlukan perhatian dari implementator.
Sebelum dilaksanakan, dari aspek kebijakan terdapat kendala menyangkut waktu
atau jadwal pemberian materi.
Hal ini sesuai dengan pendapat Abdul Wahab (1997:61), bahwa kebijakan
apapun sebenarnya mengandung resiko untuk gagal (policy failure) yang biasanya
tergolong dalam dua kategori yaitu tidak terimplementasikan (non
implementation) dan implementasi yang tidak berhasil (unsuccessful
implementation). Kendala lainnya juga berdampak pada ketidakberhasilan
implementasi (unsuccessful implementation). Kendala tersebut antara lain berupa
kendala struktural menyangkut kegagalan di dalam jaringan kerja antar organisasi
dalam Universitas Mulawarman. Kendala yang menyangkut centralize control
over operational resources (kontrol yang berlebihan dari pemerintah pusat) yaitu
berupa intervensi pemerintah pusat terjadap LPTK Universitas Mulawarman.
Kendala institusional lainnya yang berkaitan dengan lack of planning for
implementation (lemahnya perencanaan bagi implementasi) antar lain seperti
terlihat pada selalu berubahnya Standard Operating Procedures (SOP)
pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan yang dikeluarkan oleh Kemristekdikti.
Hal ini menunjukkan indikasi bahwa program sertifikasi guru dalam jabatan
harus dikelola dengan lebih baik lagi, menyangkut perencanaan program agar
lebih baik lagi, jika dibiarkan terus-menerus dan tidak dilakukan pembenahan,
maka hanya akan menjadi beban bagi pemerintah. Pengelolaan yang baik
92
Peranan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan …. (Ludfi Zaldi)
tentunya diperlukan sumber daya pengelola yang berkualitas yang menguasai
benar baik secara teoritik maupun praktek mengenai pengelolaan suatu badan
usaha yang berorientasi kepada keuntungan, bukan dikelola oleh seorang direktur
yang notabene merupakan pejabat fungsional pemerintah yang tidak profesional
di bidang usaha.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut :
1. Sosialisasi Pelaksanaan Kebijakan Sertifikasi Guru
Berdasarkan pada indicator-indikator mengenai sosialisasi kebijakan sertifikasi
guru di LPTK Universitas Mulawarman bahwa berkaitan dengan amanat
Undang-Undang Guru dan Dosen yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007
melalui program sertifikasi guru agar seluruh pihak yang terkait dengan
pelaksanaan sertifikasi guru, terutama LPTK Universitas Mulawarman
mempunyai pemahaman yang sama, informasi yang disampaikan secara
konsisten dan jelas bisa diterima oleh pihak pelaksana sehingga tidak
menimbulkan kebingungan pelaksana kebijakan. Konsorsium Sertifikasi Guru
sudah secara konsisten dan jelas memberikan informasi dan sosialisasi
kebijakan sertifikasi guru kepada LPTK Universitas Mulawarman sehingga
penyampaian pesan tersebut dapat diterima dan secara efektif dapat di
implementasikan sesuai tujuan yang diinginkan.
2. Sumberdaya
Berdasarkan pernyataan terkait dengan sumberdaya mengenai ketersediaan
instruktur, staff, dan fasilitas pelaksanaan kebijakan sertifikasi guru maka
dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pihak pelaksana kebijakan sertifikasi
guru sudah mempunyai kesiapan dalam melaksanakan kebijakan sertifikasi
guru di LPTK Universitas Mulawarman, pelaksana sudah mempunyai
ketersediaan sumberdaya yang cukup memadai dan memiliki kualitas dan
kuantitas yang baik sehingga pelaksanaan kebijakan dapat berjalan efektif,
meskipun masih terdapat kendala kakurangan fasilitas dalam pelaksanaan ujian
online akan tetapi permasalahan tersebut masih bisa di kondisikan.
3. Sikap/Disposisi (Disposition)
Berdasarkan uraian terkait disposisi, dapat disimpulkan bahwa kebijakan
sertifikasi guru ini memang sejalan dengan visi dan misi LPTK Universitas
Mulawarman dalam mencetak tenaga pendidik professional, kebijakan
sertifikasi guru ini dapat diimplementasikan dengan tepat karena pelaksana
kebijakan menyetujui dan mentaati berdasarkan undang-undang dan peraturan
yang berlaku serta dapat bekerjasama dalam mensukseskan kebijakan
sertifikasi guru yang merupakan program nasional. Dalam hal ini pemerintah
juga sudah menyiapkan anggaran dan memberikan honorarium sesuai dengan
jam mengajarnya serta bagi pengelola pelaksana kebijakan juga
mendapatkannya. memang terjadi kendala-kendala selama pelaksanaan PLPG,
93
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 83-96
4.
5.
6.
7.
94
namun berdasarkan hasil observasi penulis hal tersebut masih bisa disiasati,
dan tidak sampai mengganggu kelancaran jadwal materi PLPG.
Struktur Biokrasi (Bureaucratic Structure)
Dari hasil obeservasi objek penelitian menunjukkan bahwa mekanisme dan
system kerja yang teratur yang dibuat oleh pembuat kebijakan yang
melibatkan beberapa institusi yang terkait dalam hal penyelenggaraan
sertifikasi guru sudah dalam keadaan baik, karena setiap instansi yang terlibat
sudah memiliki tanggung jawab dan wewenangnya yang sesuai dengan buku
petunjuk teknis di tiap-tiap instansi. LPTK Universitas Mulawarman sendiri
mempunyai standar operating prosedur (SOP) yang sangat detail dan jelas
dalam melaksanakan kebijakan sertifikasi guru dalam hal pelaksanaan
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru (PLPG) sampai dengan pemberian
sertifikat pendidik yang kesemuanya itu dilaksanakan dengan taat azas sesuai
dengan pedoman dan peraturan yang berlaku.
Hasil Capaian Dalam Implementasi Kebijakan Sertifikasi Guru.
Hasil capaian implementasi kebijakan sertifikasi guru adalah dengan
melaksanakan kegiatan PLPG di LPTK Universitas Mulawarman maka akan
meningkatkan kualitas dan kompetensi bagi guru-guru yang lulus sertifikasi.
Guru yang lulus sertifikasi mampu memenuhi persyaratan mengajar selam 24
jam per tatap muka per minggu. Banyaknya peserta yang lulus sertifikasi dan
memiliki sertifikat pendidik akan berdampak pula pada penghasilan dan
kesejahteraan para guru dengan adanya tunjangan profesi guru, prestasi nilai
kompetensi yang tinggi bagi guru maka tidak terlepas dari bagaimana peranan
LPTK Universitas Mulawarman atau pengelola dalam melaksanakan kebijakan
dapat bekerja dengan baik dan efektif.
Secara umum peranan LPTK Universitas Mulawarman dalam
mengimplementasikan kebijakan sertifikasi guru menunjukkan hasil yang
positif di lihat dari hasil capaian dalam penyelenggaraan sertifikasi guru.
LPTK Universitas Mulawarman mampu melaksanakan kebijakan yang di
amanatkan Undang-Undang dalam hal menjadikan guru professional di
bidangnya dan berperan dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan
khususnya di wilayah Kalimatan Timur yang ditandai dengan memiliki
sertifikat pendidik yang dikeluarkan oleh LPTK Universitas Mulawarman.
Faktor-Faktor yang Mendukung dan Menghambat dalam Implementasi
Kebijakan Sertifikasi Guru di LPTK Universitas Mulawarman.
1) Faktor-faktor Pendukung ; LPTK Universitas Mulawarman dalam hal ini
staf aministrasi maupun satf dosen pada FKIP Universitas Mulawarman
mempunyai sumberdaya manusia staf maupun pelaksana program yang
mempunyai integritas, kapabilitas, dan dedikasi yang tinggi sehingga
menjadi faktor penentu keberhasilan implementasi Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2016
tentang Sertifikasi Bagi Guru, dimana kegagalan yang sering terjadi dalam
Peranan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan …. (Ludfi Zaldi)
implementasi kebijakan salah satunya disebabkan oleh karena staf yang
tidak mencukupi, kurang memadai, ataupun tidak kompeten di bidangnya.
2) Faktor-faktor Penghambat ; penyediaan sarana dan prasarana LPTK
Universitas Mulawarman terutama dalam penyediaan tenaga listrik
memang menjadi kendala yang sangat besar dirasakan, namun memang
bulan menjadi kesalahan pihak penyelenggara karena memang untuk tenaga
listrik sepenuhnya menjadi kewenangan dari PT. PLN (Persero) Samarinda.
Yang mendesak untuk dilakukan adalah penambahan perangkat belajar
mengajar, perlengkapan gedung, perlengkapan kantor, dan peningkatan
SDM melalui pelatihan-pelatihan tentang sertifikasi guru dalam jabatan.
Saran-saran
Berdasarkan hasil penelitian ini, penulis dapat memberikan saran-saran
sebagai berikut :
1. Terkait sosialisasi penyelenggaraan kebijakan sertifikasi guru pihak
Konsorsium Sertifikasi Guru hendaknya mengacu dengan jadwal yang sudah
ditetapkan dalam hal pelaksanaan sehingga LPTK Universitas Mulawarman
dapat berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait dibawahnya. Apabila tidak
sesuai dengan jadwal yang di tetapkan maka akan berpengaruh kepada
penyampaian informasi kepada peserta yang letak geografisnya sangat
berjauhan, sosialisasi kepada instruktur, serta ketersediaan tempat yang akan
berbenturan dengan jadwal regular di Fakultas. Oleh sebab itu sangat penting
diperhatikan mengenai ketepatan waktu pelaksanaan yang sudah ditetapkan
bersama agar hal-hal tersebut dapat berjalan optimal.
2. PLPG dilaksanakan oleh program studi yang relevan dengan mata pelajaran
yang tersedia di LPTK Universitas Mulawarman erat kaitannya dengan
ketersediaan instruktur PLPG. Hendaknya dalam pelaksanaan perlu di tambah
pada bidang-bidang studi yang terdapat banyak kelas seperti mata pelajaran
Guru Kelas Paud dan SD, juga pada mata pelajaran yang ada di SMK,
sehingga dapat memenuhi standar kebutuhan dan pihak LPTK hendaknya
gencar dalam merekrut calon-calon instruktur tersebut melalui publikasi.
3. Hendaknya instruktur yang di tunjuk dalam pelaksanaan PLPG adalah
instruktur yang mampu mengorientasikan dalam proses pembelajaran
kompetensi yang terukur sehingga mampu meningkatkan kompetensi para
guru peserta sertifikasi.
4. Fasilitas kebutuhan lab computer dalam rangka tes uji kompetensi guru secara
online hendaknya perlu di tambah sehingga dapat menampung banyak peserta
sertifikasi dalam sekali pelaksanaan tes.
5. Mekanisme kerja dalam pelaksanaan PLPG di awali dengan penerimaan
berkas peserta PLPG dari LPMP yang biasanya pengirimannya datang
terlambat yang akan berdampak pada jadwal yang sudah di tetapkan oleh
LPTK Universitas Mulawarman, oleh sebab itu hendaknya pihak LPTK dapat
berkoordinasi mengenai ketepatan jadwal tersebut.
95
eJournal Administrative Reform, Volume 5, Nomor 1, 2017: 83-96
6. Perlu ditingkatkan fungsi kinerja LPTK dalam implementasi kebijakan
sertifikasi guru dalam hal meningkatkan professional guru dan mutu
pendidikan melalui mekanisme dan kerjasama lintas kelembagaan dalam
kerangka peningkatan kualitas pendidikan di wilayah Kalimantan Timur.
Daftar Pustaka
Dirjen Dikti. 2007. Panduan Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru dalam
Jabatan. Dirjen Dikti: Jakarta.
Rohman, Arif & Wiyono, Teguh, 2010. Education Policy in Decentralization
Era. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Sariyama, Farida. 2008. Sertifikasi Guru: Apa, Mengapa dan Bagaimana?.
Yrama Widya: Bandung.
Wibawa, Samudra. 2011. Politik Perumusan Kebijakan Publik. Graha Ilmu:
Yogyakarta.
Yamin, Martinis & Maisah. 2010. Standarisasi Kinerja Guru. Gaung Persada
Press: Jakarta.
Sumber Peraturan Perundang-Undangan :
Buku Pedoman Sertifikasi Guru Tahun 2015.
Buku Pedoman Sertifikasi Guru Tahun 2016.
Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
065/P/2016 tentang Konsorsium Sertifikasi Guru.
Keputusan Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi Republik Indonesia
Nomor 296/M/KPT/2016 tentang Penetapan Perguruan Tinggi
Penyelenggara Sertifikasi Guru dalam Jabatan melalui Pendidikan dan
Latihan Profesi Guru.
Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 29
Tahun 2016 tentang Sertifikasi Bagi Guru Yang Diangkat Sebelum Tahun
2016.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun
2007 tentang Standar Kualifikasi dan Kompetensi Guru.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar
Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2013 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang
Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 Tahun 2008 tentang Guru.
Permendiknas Republik Indonesia Nomor 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Guru
dalam Jabatan.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Republik Indonesia, Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional.
96
Download