5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan (Supriyono, 2007). Menurut Mulyadi (2005) biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Ada empat unsur pokok dalam definisi biaya, yaitu: 1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang, 3. Yang telah terjadi atau secara potensial akan terjadi, 4. Pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu Biaya adalah nilai kas yang dikorbankan untuk memperoleh barang dan jasa yang diharapkan memberikan keuntungan pada perusahaan baik saat ini maupun saat yang akan datang, kesimpulannnya bahwa biaya merupakan suatu pengorbanan atau penyerahan sumberdaya, guna mendapatkan keuntungan baik di masa sekarang ataupun keuntungan di masa yang akan datang (Hansen dan mowen, 2000). Suatu biaya (seperti bahan langsung atau iklan) biasanya diukur dalam jumlah uang yang harus dibayarkan dalam rangka mendapatkan barang atau jasa (Horngren et al., 2008). 2.1.1 Penggolongan Biaya Umumnya penggolongan biaya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut (Mulyadi, 2005). Biaya dapat digolongkan menurut: 1. Objek Pengeluaran Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka semua pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar. 5 6 2. Fungsi pokok dalam perusahaan Dalam perusahaan manufaktur ada tiga jenis fungsi pokok, yaitu fungsi produksi, fungsi pemasaran, dan fungsi administrasi & umum. Oleh karena itu biaya dapat dikelompokkan menjadi tiga kelompok: a. Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dibagi menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. b. Biaya Pemasaran Merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk, contonya biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang pembeli, gaji karyawan bagian-bagian yang melaksanakan kegiatan pemasaran dan biaya contoh. c. Biaya administrasi dan umum Merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasi kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contoh biaya ini adalah biaya gaji karyawan Bagian Keuangan, Akuntansi, personalia dan Bagian Hubungan Masyarakat, biaya pemeriksaan akuntan, dan biaya fotocopy. 3. Hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai Dalam hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai, biaya dapat dikelompokkan menjadi dua golongan: a. Biaya Langsung Biaya langsung adalah biaya yang terjadi, yang penyebab satu-satunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. Menurut Horngren et al. (2008), Biaya langsung dari objek biaya berkaitan dengan objek biaya tertentu dan dapat ditelusuri ke objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomi (efektifbiaya). Menurut Mulyadi (2005), Biaya produksi langsung terdiri dari, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. 6 7 b. Biaya tidak langsung Merupakan biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Biaya tidak langsung dalam hubungannya dengan produk disebut dengan istilah biaya produksi tidak langsung atau biaya overhead pabrik. Biaya ini tidak mudah diidentifikasi dengan produk tertentu. Menurut Horngren et al. (2008), biaya tidak langsung dari objek biaya berkaitan dengan objek biaya tertentu namun tidak dapat ditelusuri ke objek biaya tersebut dengan cara yang layak secara ekonomis (efektif-biaya). 4. Perilaku biaya dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan Dalam hubungannya dengan perubahan volume aktivitas, biaya dapat digolongkan menjadi, a. Biaya variabel Biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel, adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung. b. Biaya semivariabel Biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel. c. Biaya semifixed Biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi tertentu. d. Biaya tetap Biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisar volume kegiatan tertentu. Contoh biaya tetap adalah gaji direktur produksi. 5. Jangka waktu manfaatnya Atas dasar jangka waktu manfaatnya, biaya dapat menjadi dua, yaitu: a. Pengeluaran modal Biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Pengeluaran modal ini pada saat terjadinya dibebankan sebagai cost aktiva dan dibebabankan dalam tahun-tahun yang menikmati manfaatnya dengan cara didepresiasi, diamortisasi, dan dideplesi. Contoh pengeluaran modal adalah pengeluaran untuk pembelian aktiva tetap, untuk reparasi besar terhadap aktiva 7 8 tetap, untuk promosi besar-besaran, dan pengeluaran untuk riset dan pengembangan suatu produk. b. Pengeluaran pendapatan Pengeluaran pendapatan adalah biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. Pada saat terjadinya, pengeluaran pendapatan ini dibebankan sebagai biaya dan dipertemukan dengan pendapatan yang diperoleh dari pengeluaran tersebut. Contoh pengeluaran pendapatan, antara lain biaya iklan, biaya telex, dan biaya tenaga kerja. 2.1.2 Pemisahan Biaya Tetap dan Biaya Variabel Menurut Horngren et al. (2000), pemisahan biaya variabel dan biaya tetap dilakukan untuk merencanakan, menganalisa, mengendalikan, mengukur, atau mengevaluasi biaya dalam berbagai kegiatan. Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel bertujuan untuk, 1. Perhitungan tarif overhead pabrik yang ditentukan terlebih dahulu 2. Penyusunan anggaran fleksibel 3. Kalkulasi biaya langsung dan analisa margin kontribusi 4. Analisa impas dan analisis Cost-Volume-Profit 5. Analisis biaya diferensial dan komparatif 6. Analisis atas maksimalisasi laba dan minimalisasi biaya dalam jangka pendek 7. Analisis penganggaran barang modal 8. Analisis profitabilitas pemasaran per wilayah, produk, dan pelanggan Biaya semivariabel harus dipisahkan menjadi biaya tetap dan biaya variabel untuk perhitungan analisis Cost-Volume-Profit. 2.2 Laba Rugi dan Laba merupakan hasil dari proses mempertemukan secara wajar antara semua penghasilan dengan semua biaya dalam periode akuntansi yang sama, apabila semua penghasilan lebih besar dibandingkan biaya, maka selisihnya adalah laba bersih dan apabila semua penghasilan lebih kecil dibandingkan semua biaya, selisihnya adalah rugi bersih (Supriyono, 2007). Menurut Dealin and Maher (1991) perhitungan laba dapat dilakukan dengan rumus sebagai berikut. 8 9 ……………………….(1) 2.3 Cost-Volume-Profit Analysis Horngren et al. (2008) menyatakan, bahwa analisis biaya-volume-laba (Cost-Volume-Profit Analysis/ CVP) menguji perilaku pendapatan total, biaya total, da laba operasi ketika terjadi perubahan dalam tingkat output, harga jual, biaya variabel per unit, atau biaya tetap produk. Analisis CVP dipakai untuk menentukan berapa banyak unit produk baru yang harus dijual agar mencapai titik impas. Menurut Horngren et al. (2008) the managers of profit seeking organizations usually study the effect of output volume revenue (sales), expense (cost) and net income (net profit). This study is commonly called Cost-Volumeprofit (CVP) analysis. Analisis CVP sangat bermanfaat bagi manajemen dalam melakukan kegiatan perencanaan, yaitu sebagai suatu teknik analisa yang dapat menghubungkan variabel-variabel yang terdiri dari biaya dan volume kegiatan dengan tingkat laba perusahaan. CVP Analysis help managers understand the interrelationship between cost, volume and profit, it is a vital tool in many business decisions. These decisions includes, for examples, what products to many facture or sell, what pricing policy to follow, what marketing strategy to employ and what type of productive facilities to aquire (Garrison et al., 2000). Analisis CVP menyajikan informasi kepada manajemen mengenai dampak perubahan biaya, pendapatan, volume, dan bauran produk terhadap laba (Rayburn, 1999). 2.3.1 Breakeven Point Analysis Titik impas (Breakeven Point) adalah volume penjualan yang tidak menimbulkan laba atau rugi. Meskipun analisis impas merupakan konsep statis, namun penerapannya pada situasi yang dinamis akan membantu manajemen dalam merencanakan dan mengendalikan operasi (Rayburn, 1999). Menurut Garrison dan Norrine (2000), Breakeven point is the point where the total revenue equals total cost and as the point where total contribution margin equal total fixed costs. Breakeven Point Analysis untuk multiple product dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: 9 10 …………......(2) 2.3.2 Marjin Kontribusi Marjin kontribusi (contribution margin/CM) adalah hasil penjualan dikurangi semua beban variabel untuk produksi, pemasaran, dan administrasi. Margin kontribusi merupakan hasil penjualan yang tersedia untuk menutup biaya tetap dan menghasilkan laba, yang dapat dinyatakan dalam total, dalam jumlah per unit, atau sebagai presentase (Rayburn, 1999). Menurut Hansen dan Mowen (2000), marjin kontribusi per unit dapat diperoleh dari harga jual per unit dikurangi biaya variabel per unit, jadi marjin kontribusi per unit adalah sisa hasil penjualan setelah menutup biaya variabel yang disumbangkan untuk menutup biaya tetap. …………………....(3) Marjin kontribusi per unit merupakan alat yang sangat berguna untuk menghitung marjin kontribusi dan laba operasi. ………….(4) ...(5) Di samping menggambarkan marjin kontribusi dalam nilai uang per unit, dapat digambarkan pula ke dalam bentuk persentase. Presentase Marjin Kontribusi (yang juga disebut rasio marjin kontribusi) adalah marjin kontribusi per unit dibagi dengan harga jual. …………….………….…………..(6) Sehingga untuk mendapatkan BEP dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut: ……………….………...(7) ……………………..(8) 10 11 …………………………………..….(9) 2.3.3 Bauran Penjualan (Sales Mix) Bauran penjualan adalah kuantitas berbagai produk yang mewakili unit penjualan total perusahaan (Horngren et al., 2008). Berbeda dengan situasi yang hanya memiliki satu produk, jumlah unit yang harus terjual untuk mencapai titik impas pada perusahaan multiproduk tergantung pada bauran penjualan. Untuk menghitung titik impas, dapat dihitung dengan marjin kontribusi rata-rata tertimbang (Weighted Average Unit Contribution Margin/ WACM). Rumus yang dapat digunakan yaitu: ...…………………………………………….…..(10) Kemudian, dapat dihitung Breakeven sales in total units untuk menghitung titik impas dalam bentuk jumlah unit produksi dengan rumus sebagai berikut: ………………………………………………………..(11) Selain itu, dapat juga menghitung titik impas pendapatan untuk kasus multi produk dengan menggunakan persentase margin kontribusi rata-rata tertimbang. ……………………………….….…...(12) ………….…(13) 2.4 Usaha Kecil Menengah Menurut Kementrian Menteri Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (Menegkop dan UKM), bahwa yang dimaksud dengan Usaha Kecil (UK) adalah entitas usaha yang mempunyai memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, dan memiliki penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000. Sementara itu, Usaha Menengah (UM) merupakan entitas usaha milik warga negara Indonesia yang 11 12 memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp 200.000.000 s.d. Rp 10.000.000.000, tidak termasuk tanah dan bangunan. Menurut Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Kecil Menengah, menyatakan bahwa ada beberapa kriteria untuk Usaha Kecil Menengah. (1) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 50.000.000 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 300.000.000 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (2) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 10.000.000.000 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp 2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp 50.000.000.000 (lima puluh milyar rupiah). 2.5 Analisis Trend Menurut Harahap (2004) analisis trend merupakan analisis untuk melihat kecenderungan, perkembangan perusahaan selama periode tertentu yang sudah berlaku dan periode yang akan datang. Analisis trend bertujuan untuk mengetahui tendensi atau kecenderungan keadaan keuangan suatu perusahaan di masa yang akan datang baik kecenderungan naik, turun maupun tetap. Teknik analisis ini biasanya digunakan untuk menganalisis laporan keuangan yang meliputi minimal 3 periode atau lebih. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui perkembangan perusahaan melalui rentang perjalanan waktu yang sudah lalu dan memproyeksi situasi masa itu ke masa berikutnya. Berdasarkan data historis itu dicoba melihat kecenderungan yang mungkin akan muncul dimasa yang akan datang. Analisis trend ini bermanfaat untuk menilai situasi “tren” perusahaan yang telah lalu serta dapat memprediksi tren perusahaan dimasa yang akan datang berdasarkan garis tren yang sudah terjadi. 12 13 Untuk melakukan analisis time series berindeks (utk hal2 tertentu bisa dipakai dalam teknis tren) ini,kita dapat melakukannya melalui: 1. metode statistik dengan cara menghitung garis tren dari laporan keuangan beberapa periode 2. menggunakan angka indeks Langkah-langkah untuk melakukan analisis tren berindeks ini adalah: 1. Menentukan tahun dasar. Tahun dasar ini ditentukan dengan melihat arti suatu tahun bisa tahun pendirian, tahun perubahan, atau reorganisasi, dan tahun bersejarah lainnya. Pos-pos laporan keuangan tahun dasar dicatat sebagai indeks 100. 2. Menghitung angk indeks tahun-tahun lainnya dengan menggunakan angka pos laporan keuangan tahun dasar sebagai penyebut. 3. Memprediksi kecenderungan yang mungkin bakal terjadi berdasarkan arah dari kecenderungan historis pos laporan keuangan yang dianalisis. 4. Mengambil keputusan mengenai hal-hal yang harus dilakukan untuk mengantisipasi kecenderungan itu. Ada beberapa metode forecasting yang memperhatikan adanya trend, seperti metode Holt, atau time series decomposition, metode regresi juga pada prinsipnya juga sebuah persamaan ttrend, dengan tanda positif atau negative sebagai petunjuk trend data yang menaik dan menurun (Santoso, 2009). Pada dasarnya akan dipilih sebuah bentuk trend yang mempunyai kesalahan peramalan terkecil. Ada beberapa persamaan trend untuk dapat membuat peramalan data di masa mendatang dengan mengggunakan aplikasi Minitab. 1. Model Trend Linier Model trend yang berbentuk linier (garis lurus). 2. Model Trend Quadratic Model trend kuadrat tidak berbentuk linier (garis Lurus), namun berbentuk lengkung. 3. Model trend Exponential Growth Model trend pertumbuhan secara eksponensial akan membentuk pola data secara eksponensial (pangkat) 13 14 4. Model Trend S-Curve Model trend pertumbuhan secara ekponensial akan membentuk pola data dengan model seperti huruf “S” Menurut Santoso (2009) menghitung kesalahan peramalan sering pula disebut dengan menghitung ketepatan pengukuran. Dalam praktek ada beberapa alat ukur yang sering digunakan untuk menghitung kesalahan prediksi: - MAPE (Mean Absolute Persentage Error) - MAD (Mean Absolute Deviation) - MSD/MSE (Mean Squared Deviation/ Mean Squared Error) Minitab dan sejumlah besar software menggunakan ketiga ukuran kesalahan prediksi popular ini.baik minitab atau software forecasting lainnya hanya mencantumkan nilai ketiga tersebut berasal. Namun baik pengukuran dilakukan MAD, MSD, atau MAPE, kriteria digunakan sederhana, semakin kecil nilai ketiga alat ukur trsebut makin baik metode forecasting yang digunakan. 2.6 Penelitian Terdahulu Dalam Laporan Anastasia Renny F (2006) yang berjudul “Penerapan CostVolume-Profit Analysis dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba tahun 2006 pada PT. X” , menjelaskan bahwa Perencanaan merupakan faktor yang sangat penting dalam kegiatan perusahaan karena merupakan tahap awal dari kesuksesan suatu perusahaan. Salah satu perencanaan yang paling penting adalah perencanaan laba, karena laba dapat memperkuat posisi keuangan perusahaan yang nantinya dapat digunakan sebagai kekuatan dalam bersaing dengan perusahaan lain. Banyak faktor yang mempengaruhi besarnya laba yang diperoleh perusahaan, diantaranya adalah faktor besarnya biaya yang dikeluarkan, harga jual dan juga besarnya volume penjualan yang bisa dicapai oleh perusahaan. Kaitan yang erat antara biaya, volume penjualan dan besarnya laba perusahaan sering disebut analisis biaya volume- laba atau Cost-Volume-Profit (CVP) Analysis, dan salah satu bentuk analisis CVP yang populer adalah metode titik impas (Break Even Point Analysis). Dari laporannya total biaya operasional tiap tahunnya berbedabeda sehingga nilai BEP nya pun ikut berbeda. Agar perusahaan mencapai nilai BEP, maka dilakukan analisis CVP, dengan alternative menaikkan harga jual produk, meningkatkan volume penjualan, dan menaikkan volume penjualan. 14 15 Alternatif ini dapat memberikan pertimbangan dalam penetapan strategi penjualan untuk tahun periode 2007. Dalam Laporan Wury Wulansari (2011) dengan judul “Penerapan CostVolume-Profit Analysis dalam Menunjang Rencana Pencapaian Laba Ka Nung Bakery” menjelaskan bahwa, dengan CVP dapat diketahui jenis produk mana yang dapat memberikan keuntungan terbesar dan keuntungan terkecil dari beberapa jenis produk yang dijual. Selain itu, Ka Nung Bakery masih berada di atas titik impas selama peiode Desember 2010, sehingga Ka Nung Bakery mengalami keuntungan. Suliani Tandrayuana (2003) “Penerapan cost volume profit dalam pengambilan keputusan mengenai titik impas dan produk yang menguntungkan pada PT. "X" di Jakarta” menjelaskan, PT. X mengalami kesulitan untuk mengetahui volume penjualan yang harus terjual agar tidak mengalami kerugian dan mengetahui produk yang mendatangkan keuntungan terbesar dan terkecil. Dengan demikian PT. X merasa perlunya alat bantu yang dapat memberi informasi yang tepat dalam pengambilan keputusan. Analisa cost, volume, profit (CVP) adalah analisa untuk pengambilan keputusan yang menekankan hubungan antara biaya, unit yang terjual dan harga jual. Dengan analisa CVP diketahui volume penjualan yang harus terjual agar mencapai keadaan impas dan produk yang mendatangkan keuntungan terbesar dan terkecil di PT. X di Jakarta tersebut. 15