Nama : Siti Pramitha Retno Wardhani NRP : G34051261 Species : Lumbricid rubellus ____________________________________________________________________________________ TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi Cacing Tanah Cacing tanah dalam sistem taksonomi hewan termasuk kedalam kingdom :Animalia, filum : Annelida, kelas : Clitellata, ordo : Oligochaeta, famili : Lumbricidae, genus: Lumbricidae, spesies : L. rubellus ( Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing ini banyak dijumpai di tempat yang lembab, dan hidup dalam kotoran hewan (Hartenstein et al 1979, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing ini berwarna memiliki warna merah kecoklatan atau merah violet pada bagian dorsalnya sedang bagian ventralnya berwarna pucat. Bentuk tubuh agak pipih dengan panjang 25-105 mm, dan segmen berjumlah 95120 segmen ( Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Disetiap segmennya terdapat rambut yang keras, berukuran pendek dan jumlahnya sedikit, yang disebut sebagai seta. berdasarkan karakteristik tersebut cacing ini dimasukkan kedalam subkelas Oligochaeta (Brusca & Brusca 2003, diacu dalam Elidar P 2009). Distribusi geografi Lumbricidae Lumbricidae banyak dijumpai di seluruh dunia. Namun jarang sekali terdapat di gurun pasir, lahan yang dilapisi salju, bukit berbatu, dan kawasan miskin lapisan tanah dan vegetasi ( Lee 1985, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing tanah ada yang hidup di darat dan air tawar. Cacing tanah hidup pada suhu sedikit panas sampai di daerah Hemisphere bagian utara, Jepang, Siberia, Asia Tengah, Eropa, India Utara dan Pakistan, Israel, Jordan, dan Amerika utara. Namun beberapa spesies tertentu tersebar luass atau perigrin (kosmopolitan) dan beberapa bersifat endemic yaitu terdapat di kawasan tertentu ( Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Fisiologi Cacing Tanah Sistem Pencernaan cacing tanah berupa tabung lurus dengan spesialisasi regional dari rongga mulut, faring, esophagus, tembolok, lambung, dan usus. Rongga mulut berhubungan secara langsung dengan saluran pencernaan. Bahan organik atau substrat melalui gerakan silia masuk ke dalam rongga mulut dan ditarik ke perut depan. Tembolok berupa esophagus yang membesar untuk menyimpan makanan. Lambung mencerna pakan secara mekanis dengan bantuan batuan kecil yang turut masuk bersama pakan. kelenjar kalsiferous yang dihasilkan oleh organ pencernaan berfungsi untuk menyerap kalsium dari bahan yang dicerna. Kalsium berguna untuk menetralisir media jika kondisinya asam. Tiflosol merupakan bagian dari usus yang berlipatlipat, berguna untuk memperluas permukaan usus. Lambung dan usus mensekret enzim-enzim seperti protease, lipase, amilase, sellulase, dan kitinase (Hand 1988, diacu dalam Elidar P 2009). Selain itu fungi, algae, aktinomisetes, dan mikroba hidup pada usus cacing tanah. Sel kloragen adalah sel berpigmen pada usus tengah yang berfungsi sebagai tempat metabolisme dan berperan dalam eksresi. Bahan organik atau substrat melewati bahan yang dicerna dan diserap, sedangkan bahan yang tidak dicerna akan dibuang lewat anus (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Lambung dan usus bekerja sebagai bioreactor dan hanya 5-10 % komponen organik dicerna dan diserap tubuh selanjutnya dikeluarkan berupa butiran yang dilapisi mucus disebut vermikompos ( Hand 1988, diacu dalam Elidar P 2009). Organ eksresi cacing tanah terdiri atas sepasang metanefridia yang terletak di seluruh segmen tubuh kecuali pada segmen pertama dan terakhir. Sistem eksresi bersifat sebagai penyaring yang menggerakkan sisa atau sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Metanefridia cacing tersusun atas preseptal nefrostom, postsegmental nefridioduct dan nefridiofor. Nefrostom bersilia bermuara di rongga tubuh (pseudoselom) dan berlanjut pada saluran berliku-liku (nefridioduct). Bagian akhir dari nefrioduct akhir membesar seperti gelembung. Gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang nefridiofor. Ujung nefridiofor berbentuk bulbus berfungsi untuk mendorong sisa atau sampah keluar tubuh (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Cairan atau larutan yang diserap pada proses ekskresi berupa sisa atau sampah nitrogen (amonia, urea, asam urat), protein selomik, air dan ion (Na+, K+, Cl-). Cairan tubuh akan ditarik ke nefrostom dan masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat caran tubuh mengalir melalui nefrioduct, bahan-bahan yang berguna seperti air, protein dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Sedangkan sampah nitrogen dan sedikit air yang tersisa dalam nefridium akan dieksresikan keluar melalui nefridiofor (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing tanah bersifat hermaprodit atau biseksual, artinya pada setiap tubuh cacing tanah terdapat alat kelamin jantan dan betina sekaligus (unisex). Namun, dalam proses kawin (mating) cacing tanah akan berpasangan dengan cacing lain, dan saling mentransferkan spermanya. Klitelum adalah bagian dari tubuh yang menebal dan warnanya lebih terang merupakan ciri cacing yang telah dewasa, fungsinya sebagai produksi kokon. Struktur klitelum L. rubellus terletak pada segmen 26, 27-32. Klitelum menghasilkan tiga tipe kelenjar, yaitu: kelenjar penghasil mucus (untuk kopulasi), kelenjar pembentuk kokon, dan kelenjar penghasil albumin (dalam kokon ) (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Klitelum pada cacing tanah berkembang berusia 2-3 bulan (Garg et al. 2005), dan semakin meningkat perkembangannya pada kelembaban 64% (Reinecke & Venter 1987). Sistem reproduksi jantan terdiri dari 1-2 pasang testis pada segmen ke 10-11. Sperma yang diproduksi dilepaskan ke rongga selom hingga dewasa. Selanjutnya, sperma dewasa masuk ke vesikula seminalis hingga matang. Kemudian melalui corong bersilia, sperma yang matang dibawa ke gonofor jantan. Pada sistem reproduksi betina, terdiri dari sepasang ovarium di bagian posterior sistem reproduksi jantan (segmen 12). Sel telur diproduksi di ovarium dilepas ke rongga selom, dan disimpan hingga matang pada kantung dinding septa (ovisac). Melalui corong bersilia, sel telur dibawa menuju gonofor betina (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing tanah melakukan perkawinan (mating) pada posisi yang berlawanan bagian anterior. Proses perkawinan dapat berlangsung selama beberapa jam, dan dari klitelum dikeluarkan lendir yang berguna untuk melindungi sel-sel sperma. Pada saat terjadinya kopulasi, kedua cacing tanah tidak sensitif dalam merespon rangsangan luar seperti sentuhan dan cahaya (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Setelah cacing berpisah, klitelum akan membentuk selubung kokon dan bergerak ke arah anterior. Selubung kokon akan bertemu sel telur (keluar dari gonofor ) dan sperma (keluar dari spermateka). Fertilisasi terjadi di dalam selubung kokon, dan terbentuk zigot yang terselubung di dalam kokon. Kokon yang berisi sel telur ini akan bergerak kearah anterior tubuh cacing berkembang mulai dari sel telur yang tersimpan dalam kokon. Kokon akan menetas sekitar 14-21 hari dan menghasilkan juvenile (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Sistem saraf utama pada cacing tanah terdiri atas sebuah ganglion serebral dorsal, sepasang konektif atau penghubung sirkumenterik dan satu buah atau lebih tali saraf longitunal. Ganglion serebral dorsal mensuplai saraf bagian anterior tubuh dan saraf prostomial. Pergerakan tubuh cacing tanah diatur oleh ganglion subenterik. Sedangkan konektif sirkumentrik dan tali saraf longitudinal. Ganglion serebral dorsal mensuplai saraf bagian anterior tubuh dan saraf prostomial. Pergerakan tubuh cacing tanah diatur oleh ganglion subenterik. Sedangkan konektif sirkumentrik dan tali saraf longitudinal cacing tanah mengontrol saraf sensoris dan motoris keseluruh dinding tubuh serta organ di setiap segmen. Cacing tanah mempunyai prostomium yang terletak di bagian segmen anterior merupakan kumpulan organ saraf perasa yang berbentuk seperti bibir. Pada cacing tanah ditemukan dua tipe organ sensorik, yaitu fotoreseptor dan organ perasa epithelia yang berfungsi sebagai kemoreseptor (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Kemoreseptor dapat mendeteksi bahan makanan, dan memberi informasi tentang kondisi lingkungan. Disamping itu, kemoreseptor juga berperan dalam proses perkawinan dengan mendeteksi getah mukus yang dihasilkan oleh cacing tanah lain (Smith 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing tanah sangat respon terhadap rangsangan cahaya, terutama pada cahaya yang tiba-tiba terpapar setelah berdiam lama dalam kondisi gelap (Laverack 1963, diacu dalam Elidar P 2009). Lumbricidae bersifat fotopositif terhadap cahaya yang lemah, dan bersifat fotonegatif pada cahaya yang kuat (Hess 1924, diacu dalam Elidar P 2009). Ekologi dan pola pencarian pakan cacing tanah. Cacing tanah dapat hidup hampir pada berbagai jenis tanah. Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung bahan organik dalam jumlah yang besar. Bahan-bahan organik tanah dapat berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tanaman dan hewan yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang mudah membusuk karena lebih mudah dicerna oleh tubuhnya. Cacing tanah berdasarkan tempat hidupnya dan ketersediaan pakannya dikelompokkan sebagai berikut : 1. Epigeic, spesies cacing tanah yang hidup dan mencari serasah di lapisan atas tanah. Cacing tanah epigeic memiliki tubuh kecil (1-7 cm), dan sangat sensitif terhadap perubahan cahaya, contohnya Eucine fetida (Hartenstein et al. 1979; Sherman 2003), L. rubellus dan E. euginiae (Kale & Bano 1988, diacu dalam Elidar P 2009). 2. Endogeic, spesies cacing tanah yang mempunyai daerah pakan luas, membuat liang secara horizontal dengan kedalaman ± 50 cm dan sangat baik untuk aerasi (Sherman 2003, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing tanah ini memiliki ukuran panjang tubuh 2-12 cm sebagai contoh Aporrectodea calignosa. 3. Anecic, cacing tanah yang hidup memakan organik debris dan mengubahnya jadi humus. Cara hidupnya dengan mengambil serasah dari permukaan tanah dan membawanya dengan menggali tanah sampai kedalaman mencapai 2 m. Spesies cacing tanah yang hidup di lokasi ini memiliki ukuran tubuh yang besar (8-15 cm) contoh L. terrestris Gambar 1 Cacing Tanah Gambar 2 Anatomi cacing tanah Keterangan Gambar 2: segmen 1-40 Mouth/ mulut ; berada di segmen 0, mulut berfungsi untuk memasukkan makanan, mengolah makanan. Prostomium dan peristomium terletak dibagian segmen anterior, bentuknya mirip bibir, berfungsi sebagai perasa. Seminal receptacles : berada di segmen 10, berfungsi sebagai tempat cacing tanah, menerima sperma dari cacing lain Oviduct : saluran sel telur Vas deferens : saluran sperma Nephridia : ada di setiap segmen, kecuali segmen pertama dan terakhir ) berfungsi sebagai organ ekskresi Lateral setae : ada di setiap segment, terletak di samping tubuh cacing, berfungsi untuk mencengram tanah. Ventral setae : ada di setiap segment, terletak di dekat perut, berfungsi untuk mencengram tanah. Clitellum : berada di segmen 32-37, berwarna terang,berukuran menebal, dan berfungsi untuk memproduksi kokon Anus : berada di segmen 100 / segmen akhir dari cacing, tempat pembuangan akhir Gambar 3 Anatomi cacing tanah Keterangan gambar 3 : Brain : otak , berfungsi untuk mengatur pergerakan, mengontrol semua aktivitas yang dilakukan oleh cacing. Pharynx : tempat masuknya makanan dari mulut ke oesophagus. *Body Cavity : rongga tubuh, tempat terjadinya pertukaran udara (oksigen dan karbon dioksida) Oesophagus : pembuluh makanan yang menghubungkan mulut dengan perut yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan Crop : tembolok, berfungsi sebagai tempat pengolahan makanan setelah oesophagus. Blood vessels : pembuluh darah, dengan sistem peredaran darah tertutup, darahnya mengandung hemoglobin. Gizzard : ampela Nerve : syaraf Stomach - intestine : lambung - usus : berfungsi sebagai tempat mensekret enzim-enzim seperti protease, lipase, amilase, selulase, dan kitinase. Gambar 4 Sistem Pencernaan Cacing Tanah Keterangan Gambar 4 : Segmen 1-20 Buccal cavity : rongga di bawah mulut. Pharynx : faring Muscle fiber : urat otot Esophagus : pembuluh makanan yang menghubungkan mulut dengan perut yang berfungsi untuk menyimpan cadangan makanan Calciferous gland : kelenjar kalsiferous, berfungsi sebagai penyerap kalsium dari bahan yang dicerna. Crop : tembolok, berfungsi sebagai tempat pengolahan makanan setelah oesophagus. Gizzard : ampela Intestine : usus , tempat penyerapan sari-sari makanan ( hanya 5 – 10 % komponen organik dicerna dan diserap tubuh selanjutnya dikeluarkan berupa butiran yang dilapisi mucus disebut vermikompos). Sistem Pencernaan cacing tanah berupa tabung lurus dengan spesialisasi regional dari rongga mulut, faring, esophagus, tembolok, lambung, dan usus. Rongga mulut berhubungan secara langsung dengan saluran pencernaan. Bahan organik atau substrat melalui gerakan silia masuk ke dalam rongga mulut dan ditarik ke perut depan. Tembolok berupa esophagus yang membesar untuk menyimpan makanan. Lambung mencerna pakan secara mekanis dengan bantuan batuan kecil yang turut masuk bersama pakan. kelenjar kalsiferous yang dihasilkan oleh organ pencernaan berfungsi untuk menyerap kalsium dari bahan yang dicerna. Kalsium berguna untuk menetralisir media jika kondisinya asam. Tiflosol merupakan bagian dari usus yang berlipat-lipat, berguna untuk memperluas permukaan usus. Lambung dan usus mensekret enzim-enzim seperti protease, lipase, amilase, sellulase, dan kitinase (Hand 1988, diacu dalam Elidar P 2009). Selain itu fungi, algae, aktinomisetes, dan mikroba hidup pada usus cacing tanah. Sel kloragen adalah sel berpigmen pada usus tengah yang berfungsi sebagai tempat metabolisme dan berperan dalam eksresi. Bahan organik atau substrat melewati bahan yang dicerna dan diserap, sedangkan bahan yang tidak dicerna akan dibuang lewat anus (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Lambung dan usus bekerja sebagai bioreactor dan hanya 5-10 % komponen organik dicerna dan diserap tubuh selanjutnya dikeluarkan berupa butiran yang dilapisi mucus disebut vermikompos ( Hand 1988, diacu dalam Elidar P 2009). Gambar 5 Sistem Sirkulasi Cacing Tanah Keterangan gambar 5 : Segment 7- 12 Dorsal vessel : pembuluh darah dorsal Alimentary canal : canal yang berhubungan dengan makanan atau bersifat memberi makanan Subintestinal vessel : pembuluh darah subintestinal, pembuluh yang berada di bawah usus. Neural vessel : pembuluh darah yang ada di pembuluh saraf. Nb : Sistem sirkulasi pada cacing tanah, diatur oleh lima jantung (organ berdenyut), dengan system peredaran darah bolak balik (dari jantung diedarkan ke seluruh tubuh). Gambar 6 Sistem Reproduksi Cacing Tanah Keterangan gambar 6: Segment 8-17 Testes : organ reproduksi jantan, sperma yang di produksi dilepaskan ke rongga selom hingga dewasa. Nerve cord : tali saraf Ventral blood vessel : pembuluh darah ventral Seminal vesicle : Tempat penampungan sperma dari dirinya sendiri. Seminal receptacles : Tempat penampungan sperma dari pasangannya Ovary : Induk telur, terletak di posterior sistem reproduksi. Oviduct : Saluran sel telur. Vas deferens : Saluran sperma *Nephridium : organ eksresi pada cacing Septa : kantung yang berada di dinding, membentuk seperti sekat. Cacing tanah bersifat hermaprodit atau biseksual, artinya pada setiap tubuh cacing tanah terdapat alat kelamin jantan dan betina sekaligus (unisex). Namun, dalam proses kawin (mating) cacing tanah akan berpasangan dengan cacing lain, dan saling mentransferkan spermanya. Klitelum adalah bagian dari tubuh yang menebal dan warnanya lebih terang merupakan ciri cacing yang telah dewasa, fungsinya sebagai produksi kokon. Struktur klitelum L. rubellus terletak pada segmen 26, 27-32. Klitelum menghasilkan tiga tipe kelenjar, yaitu: kelenjar penghasil mucus (untuk kopulasi), kelenjar pembentuk kokon, dan kelenjar penghasil albumin (dalam kokon ) (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Klitelum pada cacing tanah berkembang berusia 2-3 bulan (Garg et al. 2005), dan semakin meningkat perkembangannya pada kelembaban 64% (Reinecke & Venter 1987). Sistem reproduksi jantan terdiri dari 1-2 pasang testis pada segmen ke 10-11. Sperma yang diproduksi dilepaskan ke rongga selom hingga dewasa. Selanjutnya, sperma dewasa masuk ke vesikula seminalis hingga matang. Kemudian melalui corong bersilia, sperma yang matang dibawa ke gonofor jantan. Pada sistem reproduksi betina, terdiri dari sepasang ovarium di bagian posterior sistem reproduksi jantan (segmen 12). Sel telur diproduksi di ovarium dilepas ke rongga selom, dan disimpan hingga matang pada kantung dinding septa (ovisac). Melalui corong bersilia, sel telur dibawa menuju gonofor betina (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Cacing tanah melakukan perkawinan (mating) pada posisi yang berlawanan bagian anterior. Proses perkawinan dapat berlangsung selama beberapa jam, dan dari klitelum dikeluarkan lendir yang berguna untuk melindungi selsel sperma. Pada saat terjadinya kopulasi, kedua cacing tanah tidak sensitif dalam merespon rangsangan luar seperti sentuhan dan cahaya (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Setelah cacing berpisah, klitelum akan membentuk selubung kokon dan bergerak ke arah anterior. Selubung kokon akan bertemu sel telur (keluar dari gonofor ) dan sperma (keluar dari spermateka). Fertilisasi terjadi di dalam selubung kokon, dan terbentuk zigot yang terselubung di dalam kokon. Kokon yang berisi sel telur ini akan bergerak kearah anterior tubuh cacing berkembang mulai dari sel telur yang tersimpan dalam kokon. Kokon akan menetas sekitar 14-21 hari dan menghasilkan juvenile (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009) Gambar 7 Sistem Saraf Cacing Tanah Keterangan gambar 7. Pada cacing tanah ditemukan dua tipe organ Nerves of touch : Saraf yang berkaitan dengan sentuhan sensorik, yaitu fotoreseptor dan organ perasa Circumpharyngeal connective : jaringan penghubung yang melingkari faring kemoreseptor (Edward & Lofty 1972, diacu Subpharyngeal ganglion : pusat saraf yang berada di bawah faring mendeteksi bahan makanan, dan memberi Ganglion : pusat saraf Disamping itu, kemoreseptor juga berperan Ventral nerves : Saraf yang terletak di ventral epithelia yang berfungsi sebagai dalam Elidar P 2009). Kemoreseptor dapat informasi tentang kondisi lingkungan. dalam proses perkawinan dengan mendeteksi getah mukus yang dihasilkan oleh cacing tanah lain (Smith 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Gambar 8 Sistem eksresi cacing tanah Keterangan gambar : Nephridial funnel : tempat terjadinya eksresi Dissepiments : Nephrope : lubang keluarnya hasil eksresi Organ eksresi cacing tanah terdiri atas sepasang metanefridia yang terletak di seluruh segmen tubuh kecuali pada segmen pertama dan terakhir. Sistem eksresi bersifat sebagai penyaring yang menggerakkan sisa atau sampah dan mengembalikan substansi yang berguna ke sistem sirkulasi (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Metanefridia cacing tersusun atas preseptal nefrostom, postsegmental nefridioduct dan nefridiofor. Nefrostom bersilia bermuara di rongga tubuh (pseudoselom) dan berlanjut pada saluran berliku-liku (nefridioduct). Bagian akhir dari nefrioduct akhir membesar seperti gelembung. Gelembung ini akan bermuara ke bagian luar tubuh melalui pori yang merupakan lubang nefridiofor. Ujung nefridiofor berbentuk bulbus berfungsi untuk mendorong sisa atau sampah keluar tubuh (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Cairan atau larutan yang diserap pada proses ekskresi berupa sisa atau sampah nitrogen (amonia, urea, asam urat), protein selomik, air dan ion (Na+, K+, Cl-). Cairan tubuh akan ditarik ke nefrostom dan masuk ke nefridium oleh gerakan silia dan otot. Saat caran tubuh mengalir melalui nefrioduct, bahan-bahan yang berguna seperti air, protein dan ion akan diambil oleh sel-sel tertentu dari tabung. Sedangkan sampah nitrogen dan sedikit air yang tersisa dalam nefridium akan dieksresikan keluar melalui nefridiofor (Edward & Lofty 1972, diacu dalam Elidar P 2009). Gambar 9. Penampang Cacing Tanah Keterangan gambar 9 : Typhlosole : lekukan usus, berfungsi untuk memperluas permukaan Parietal vessel : pembuluh parietal Body wall and skin : permukaan tubuh dan kulit, berfungsi untuk respirasi Dorsal vessel : pembuluh dorsal Alimentary canal : canal yang berhubungan dengan makanan atau bersifat memberi makanan Kidney : ginjal, berfungsi untuk eksresi Subintestinal vessel : pembuluh darah subintestinal, pembuluh yang berada di bawah usus. Neural vessel : pembuluh darah yang ada di saraf. Gambar 9 Penampang cacing tanah Dorsal blood vessel : pembuluh darah dorsal Nephridiopore : bagian akhir dari nefridioduct, berbentuk seperti gelembung, berfungsi sebagai tempat keluarnya hasil eksresi. Typhlosole : lekukan usus, berfungsi untuk memperluas permukaan Submukosa : dibawah selaput mukosa (lendir/ kelenjar) Peritoneum : terletak dibagian segmen Cuticle : kutikula/ kulit bagian dalam Keterangan gambar : anterior, bentuknya mirip bibir, berfungsi sebagai saraf perasa. Setae : Rambut yang keras, berukuran pendek, dan jumlahnya sedikit, berfungsi untuk membantu proses respirasi Nephridium : organ eksresi cacing tanah Nephrostome : Tabung penyalur eksresi yang bermuara di rongga tubuh (pseudoselom) dan berlanjut pada saluran berliku-liku (nefridioduct) Mucous membrane : membran selaput lendir Epidermis : lapisan kulit paling luar, berfungsi melindungi cacing dari kekeringan Intestine : usus Coelom : rongga Nerve cord : tali saraf Circular muscle layer : lapisan otot sirkuler Longitudinal muscle layer : lapisan otot longitudinal/ batang