III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENCARIAN PUSTAKA Dari empat perpustakaan dan tiga database online didapatkan 128 publikasi dengan rincian seperti pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat disimpulkan bahwa taksonomi dan ekologi pohon penghasil gaharu masih sangat minim. Umumnya publikasi ilmiah lebih banyak tentang kandungan kimia atau yang terkait dengan produknya. Kata kunci Aquilaria menghasilkan lebih banyak paper daripada Gyrinops. Sebagai contoh pada database Proquest bila menggunakan kata kunci Aquilaria memunculkan 82 paper meskipun yang benar-benar membahas Aquilaria hanya 19 paper. Sementara bila menggunakan kata kunci Gyrinops hanya menghasilkan tujuh paper dan tidak ada satupun yang benar-benar membahas Gyrinops. Demikian pula pada data base Science Direct, bila menggunakan kata kunci Aquilaria memunculkan 276 paper meskipun yang benar-benar membahas Aquilaria hanya 43 paper. Sebaliknya bila kata kunci Gyrinops yang dipakai maka hanya memunculkan 12 paper dan yang benar-benar membahas Gyrinops hanya satu paper. Dari 128 publikasi ilmiah yang terkumpul hanya enam publikasi yang membahas Gyrinops, 103 pulikasi membahas Aquilaria dan sisanya 19 membahas keduanya atau tidak secara khusus menyebut jenis pohonnya. Dapat disimpulkan bahwa Gyrinops sebagai penghasil gaharu tidak banyak diteliti. Hal ini sesuai dengan temuan Zich dan Campton (2001) bahwa informasi tentang Gyrinops sangat terbatas. Selain itu Roemantyo dan Partomihardjo (2010) juga mendapati bahwa data koleksi marga Gyrinops di Herbarium Bogoriense sangat terbatas informasinya. Dapat disimpulkan bahwa Gyrinops sebagai penghasil gaharu tidak banyak diteliti. Hal ini sesuai dengan temuan Zich dan Campton (2001) bahwa Gyrinops sangat terbatas. Selai itu Roemantyo dan Partomihardo (2010) juga mendapati bahwa data koleksi marga Gyrinops di tietarium Bogoriense sangat terbatas informasinya. Pustaka penting untuk status taksonomi adalah Ding Hou (1960) sementara pustaka penting untuk status populasi adalah Soehartono dan Newton (2000) dan Roemantyo dan Partomihardjo (2010). Tabel 1. Rekapitulasi penelusuran pustaka Aquilaria dan Gyrinops Subyek Kandungan Kimia Pembentukan Gaharu Genetik ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 5 Jumlah Paper 28 27 14 30-Jan-15 12:39:32 AM Status Taksonomi dan Populasi Tabel 1. Rekapitulasi penelusuran pustaka Aquilaria dan Gyrinops (Lanjutan) Subyek Silvikultur Sosial Ekonomi Ekologi Taksonomi TOTAL Jumlah Paper 29 15 11 4 128 B. STATUS TAKSONOMI JENIS-JENIS AQUILARIA DAN GYRINOPS Revisi suku Thymelaeaceae yang paling akhir dilakukan oleh Ding Hou (1960) yang diterbitkan di Flora Malesiana vol 6 no1 tahun 1960. Setelah itu belum ada revisi baru pada suku Thymelaeaceae. Menurut Ding Hou (1960) membedakan pada tingkat genus pada suku Thymelaeaceae kadang kala sangat sulit karena meskipun sebagian besar jenis dalam satu genus dapat dipisahkan dari genus lain dengan menggunakan 2 (atau lebih) karakter yang bagus, namun ada satu atau dua jenis atau bahkan beberapa spesimen dari satu jenis yang hanya bisa dibedakan dengan satu karakter. Sebagai akibatnya genus tersebut hanya mengandalkan satu karakter untuk membedakan dengan genus lain. Sebagai contohnya kepala sari (anther) Aquilaria selalu bebas (terpisah) dari tabungnya dengan pengecualian beberapa spesimen pada Aquilaria cummingiana di mana sebagian kepala sari menyatu (melekat) dengan tabungnya. Lebih jauh lagi daun mahkota pada Aquilaria selalu bebas kecuali beberapa spesimen pada Aquilaria cumingiana. Pengecualian ini mamaksa pemisahan genus Aquilaria hanya berdasarkan satu karakter morfologi. Aquilaria and Gyrinops merupakan genus yang berkerabat dekat. Ding Hou (1960) hanya memberikan satu karakter morfologi untuk membedakan Aquilaria dari Gyrinops yaitu jumlah stamen (benangsari). Aquilaria adalah diplostemonous sedangkan Gyrinops adalah haplostemonous. Aquilaria memiliki 10 benang sari (Ding Hou 1960) atau tepatnya 8-12 benangsari (Whitmore 1973) sedangkan Gyrinops memiliki 5 benangsari (Ding Hou 1960, Whitmore 1973). Oleh karena itu materi herbarium yang steril tanpa bunga atau buah menjadi sulit untuk diidentifikasi meskipun hanya pada tingkat genus. Jenis pada Thymelaeaceae memang sulit dibedakan karena dalam banyak hal karakter morfologi bervariasi bukan hanya dalam satu jenis tetapi juga dalam satu spesimen (Ding Hou 1960). Kemiripan ciri vegetatif di antara jenis Aquilaria dan Gyrinops telah menjadikan dua genera ini sulit debedakan pada tingkat jenis bila hanya melihat pada ciri vegetatif saja (Ding Hou 1960, Zich dan Campton 2001). 6 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 6 30-Jan-15 12:39:32 AM Status Taksonomi dan Populasi Menurut Ding Hou (1960) terdapat 12 jenis Aquilaria spp. enam jenis di antaranya terdapat di Indonesia yaitu: Aquilaria malaccensis, A. beccariana, A. microcarpa, A. hirta, A. cumingiana dan A. filaria. Empat jenis pertama tersebar di pulau Sumatera dan Kalimantan sementara dua lainnya tersebar di Indonesia bagian timur. Selain itu, Whitmore (1973) juga mendeskripsikan lima jenis Aquilaria spp. khusus yang tumbuh di Malaysia. Gyrinops spp. terdiri dari delapan jenis, dengan satu jenis tersebar di Cylon (G. walla Gaertn) dan tujuh jenis lainnya di Indonesia bagian timur yaitu: G. versteegii, G. moluccana, G. decipiens, G. ledermannii, G. salicifolia, G. caudata dan G. Podocarpus Klasifikasi tumbuhan Aquilaria SPP. dan Gyrinops SPP. adalah sebagai berikut : Divisio Sub divisio Class Sub-class Ordo Famili Genus : : : : : : : Spesies : Spermatophyta Angiospermae Dicotyledoneae Dialypetalae Myrtales Thymelaeaceae, Euphorbiaceae, dan Leguminosae Wikstroemia, Gonystylus, Gyrinops, Dalbergia, Enkleia, Excoccaria, Aquilaria, dan Aetoxylon Aquilaria spp. dan Gyrinops spp. B.1 DESKRIPSI MARGA AQUILARIA Deskripsi jenis pohon penghasil gaharu ini tidak dibuat secara lengkap dan rinci, akan tetapi lebih mengarah pada penyajian sifat-sifat morfologi yang menjadi ciri utama yang membedakan dengan jenis-jenis yang lainnya dalam marga Aquilaria. Aquilaria berupa pohon kecil hingga besar dengan tinggi hingga 40 m dan diameter batang hingga 60 cm, kadang berbanir atau berlekuk pada bagian pangkal. Kulit batang licin hingga beretak, kadang beralur, berwarna coklat keputih-putihan atau cokelat keabuabuan dan berkayu keras. Kayunya yang tidak mengandung resin berwarna putih, ringan dan lembut, sedangkan kayu yang mengandung resin berwarna gelap, keras dan berat. Kulit dalam berwarna krem kekuningan, berserat. Batang bebas cabang mencapai tunggi hingga 16 m. Daun tunggal, berselang-seling, tipis hingga tebal, tepi rata, melengkung hingga bergelombang, seringkali berbulu pada permukaan bawah, terutama pada tulang daun primer dan sekunder. Bentuk daun bundar telur, jorong, lonjong memanjang dengan ukuran panjang 5–8 cm dan lebar 3–4 cm, ujung daun runcing atau meruncing, pangkal daun runcing, membundar, warna daun hijau mengkilat. Tulang daun sekunder jelas, tidak jelas, kadang bercabang dan melengkung ke atas menuju tepi daun dan bersambungan dengan tulang daun di antara tulang daun sekunder satu dengan yang lain; tulang daun sekunder sekitar 12-16 pasang, tersusun sejajar. Tangkai daun pendek, berbulu halus atau gundul. Perbungaan bentuk payung, umumnya di ujung ranting, diketiak atas dan bawah 7 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 7 30-Jan-15 12:39:32 AM Status Taksonomi dan Populasi daun. Bunga biasanya tabung, corong, mangkok (cawan), dengan daun kelopak 5, umumnya berbulu rapat pada bagian dalam; kelopak bunga (4-) 5 (-6), tersusun melingkar, biasanya berbulu rapat. Benangsari lebih banyak daripada kelopak bunga. Bakal buah duduk, bulat telur, lanset sungsang, atau jorong, berbulu pendek, rapat atau gundul dan beruang 2, putik bentuk benang. Buah kapsul, bulat, bulat telur sungsang , lanset sungsang, berkeriput atau halus. Biji 1 atau 2, bulat telur atau jorong; kulit biji keras, kadang berbulu halus berwarna kemerahan, bagian pangkal biji terdapat sumbat lembaga berbentuk seperti ekor, keping biji tebal, bentuk bundar pipih (Ding Hou1960; Whitmore 1983). B.2. KUNCI PENGENALAN JENIS-JENIS AQUILARIA 1.a. b. 2.a. b. 3.a. b. 4.a. b. 5.a. b. Permukaan atas helaian daun licin, tulang daun utama pada permukaan bawah helaian daun berbulu halus, kadang-kadang hampir tidak berbulu; daun kering hijau keabu-abuan, kadang dengan bintik biru keabu-abuan pada permukaan atas …………………..………………………..…........................................…. Aquilaria hirta Permukaan atas dan bawah helaian daun tidak berbulu; daun kering tidak demikian ............................................................................................................ 2 Tulang daun sekunder menonjol jelas di bagian permukaan bawah helaian daun; tulang daun tersier berbentuk jala; daun besar berukuran 7 x 27cm – 3 x 8,5 cm ……....................................................................................... Aquilaria beccariana Tulang daun sekunder menonjol jelas di bagian permukaan atas helaian daun; tulang daun tersier berbentuk tangga atau tidak ada tulang daun sekunder; daun berukuran lebih kecil …....…………………..…………………..............................… 3 Tulang daun sekunder tidak ada, buah licin, berukuran 2,5 - 3,5 cm x 2,5 cm … …….……………………………………………………………………….…...........................…….....… 4 Tulang daun sekunder bentuk tangga, buah keriput, berukuran sekitar 1,5-2 cm ……………………………………………………................................… Aquilaria cumingiana Tabung bunga membelah, ujung buah tumpul dan pangkal buah menyempit ...... ...........................................………………….........................… Aquilaria malaccensis Tabung bunga tidak membelah, ujung dan pangkal buah membundar ..…........ 5 Buah bulat, berukuran 1-1,5 cm x 1 cm, tidak berlekuk ……Aquilaria microcarpa Buah bulat telur, berukuran 1,5-2 cm, berlekuk 4 .…….........….… Aquilaria filaria B.3 DESKRIPSI JENIS-JENIS AQUILARIA B.3.1. Aquilaria hirta Ridl. Pustaka J. Straits Branch Roy. Asiat. Soc. 35(1901)78 ;Gamble, J. As. Soc. Beng. 75 (1912)ii; Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960 )12 8 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 8 30-Jan-15 12:39:32 AM Status Taksonomi dan Populasi Sinonim Aquilaria moszkowskii Gilg. Notizbl. Berl.-Dahl. 5 (1908) 84; Quis. J. Arn. Arb. 27 (1946) 403. Nama daerah Karas (Sumatera) dan pulau kecil (Bangka, Belitung dan Batam); Chamdan, changang, kayu chandan, sahare (Madura). Deskripsi Habitus pohon kecil-sedang, tinggi pohon hingga 15 m, diameter batang 17 cm. Batang tegak, lurus, warna kelabu, berkulit tipis dengan serat panjang dan kuat, ranting berbulu halus lebat. Daun bentuk bundar telur melebar-lonjong, jorong-lonjong, mirip daun A. beccariana, berseling, hijau kusam, berukuran 15-16 cm x 8-10 cm, pangkal bentuk membundar, ujung luncip; tulang daun sekunder 16-30 pasang, terlihat jelas pada permukaan bawah; panjang tangkai 5-7 mm. Perbungaan bentuk payung, muncul di ketiak daun dekat ujung ranting, jumlah 5-14 bunga, panjang perbungaan 10 mm. Bunga bentuk tabung, panjang 1 cm, mekar tidak beraturan, berbulu rapat, putih/kuning gading, tangkai bunga 2 cm. Bakal buah berbulu lebat. Buah bentuk lanset sungsang atau gepeng dan gelendong, membesar keujung dan menyempit kepangkal, ukuran 3,5-5 x 1 cm, berbulu halus dan rapat, warna keemasan, kulit buah tipis; buah muncul dari celah lateral tabung bunga. Biji bentuk bulat telur, berukuran 10 x 6 mm, berbulu, ujung biji berparuh pada pangkal biji bentuk pasak, panjang 10 mm, warna hitam mengkilap berukuran panjang 2 cm. jumlah biji 1. Anakan jenis ini, bentuk daunnya jorong dan tersusun berhadapan. Persebaran Malesia: Semenanjung Malaysia (Trengganu, Pahang, Johor), Singapura, Sumatera (Senamaninik), Kepulauan Riau (Batam) dan Lingga. Tempat tumbuh Lereng bukit, dari dataran rendah sampai dengan ketinggian 300 m dpl. Status kelangkaan Rawan Waktu perbungaan Pembungaan pada bulan Maret-Mei akan menghasilkan buah di bulan Juli-Agustus (informasi pribadi bapak Dikin/petani gaharu).Pembungaan Aquilaria hirta pada tanaman budidaya di Bogor terjadi pada Januari (Soehartono dan Newton 2001b). 9 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 9 30-Jan-15 12:39:33 AM Status Taksonomi dan Populasi Perbanyakan Sudah dilakukan budidaya (di Desa Tiban Lama, Kecamatan Sekupang, Batam) dengan cara mengumpulkan anakan alam. Biji gaharu yang matang dapat dikecambahkan, namun tidak dapat disimpan lama (recalcitrant). Pemanfaatan Daunnya untuk teh (di Batam). Masyarakat Pedalaman Sumatera, gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana, parfum, aroma terapi, sabun, body lotion. Bijinya dimakan oleh burung. Kayu dimakan oleh larva kumbang. Hama dan Penyakit Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur atau bakteri yang menyerang perakaran. Habitus Batang Kuncup bunga Daun,perbungaan Kulit buah, biji Anakan Gambar 1. Aquilaria hirta Ridl. 10 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 10 30-Jan-15 12:39:34 AM Status Taksonomi dan Populasi Gambar 2. Sketsa Aquilaria hirta Ridl. 11 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 11 30-Jan-15 12:39:37 AM Status Taksonomi dan Populasi B.3.2. Aquilaria beccariana van Tiegh. Pustaka Ann. Sc. Nat. Bot. 7 (1893)17; Bot. France40(1893)77; Ding Hou,Fl.Mal.1.6 (1960) 13 Sinonim Aquilaria grandifolia Domke,Berl.-Dahl.11 (1932) 348. Aquilaria cumingiana var. parviflora Airy Shaw, Kew Bull.(1940) 261. Gyrinopsis grandifolia (Domke) Quis.J.Arn.Arb. 27 (1946) 406 Nama daerah Gaharu, garu tanduk (Kalimantan), Aru, Engkaras, Engkeras, Enkaran, Merkaras, Mengkaras putih, Karas, Kekaras (Sumatera), Mebuaan, Candan Rawa, Candan Gajah, Nangka belanda/ Sirsak (karena daunya menyerupai daun Sirsak), Gaharu, gumbil, njabak (Malesia). Deskripsi Habitus pohon besar, tinggi 28-40 m, diameter 36-60 cm. Batang berkulit tipis, beralur, warna coklat kelabu, berserat panjang yang sangat kuat sehingga sering dimanfaatkan untuk tali. Daun bentuk jorong- lonjong, tipis, ukuran (7-) 11-27 cm x (3-) 6-8,5 cm, ujung luncip, pangkal runcing - tumpul, tepi menebal; warna hijau, ke dua permukaan daun licin, kadang bulu tersebar pada bagian bawah, panjang tangkai 5-7 mm; tulang daun sekunder berjumlah (10-) 15-25 pasang, menonjol jelas pada permukaan bawah. Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting, ketiak daun, panjang tangkai perbungaan 5-15 mm. Bunga bentuk tabung memanjang sekitar 1 cm, warna hijau kekuningan/putih kekuningan, tangkai bunga 3-7 mm, bagian luar berbulu jarang dan bagian dalam berbulu. Buah bentuk gelendong dan gepeng, ukuran 2-3,5 cm x 1cm, berkulit tipis, menyempit pada ke dua ujungnya, di bagian tengah sedikit berlekuk, panjang tangkai buah 1 cm. Biji bulat telur, warna hitam, ukuran 10-5 mm, berbulu lebat warna coklat kemerahan, jumlah biji1-2 dalam satu buah. Persebaran Sumatera (Palembang), Kalimantan, dan Semenanjung Malaysia (Johor). Tempat tumbuh Hutan dataran rendah dipterokarpa campuran, kerangas dan hutan pegunungan pada ketinggian 700-1.000 m dpl. beriklim kering dengan curah hujan 1.500 mm/th. Sering tumbuh disepanjang sungai sampai pegunungan, tanah liat berpasir. Hidup dengan subur pada dataran rendah dan di habitat berawa/berair (komunikasi pribadi Partomihardjo). Status kelangkaan Rawan 12 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 12 30-Jan-15 12:39:37 AM Status Taksonomi dan Populasi Waktu perbungaan Aquilaria beccariana di Kebun Raya Bogor berbunga pada September – Desember (Soehartono dan Newton 2001b). Buah pada individu pohon berdiameter batang 35 cm (Paoli et al.2001). Penelitian Partomihardjo et al. (2008) melaporkan bahwa jenis A. beccariana berbunga dan berbuah pada individu pohon berdiameter 3 cm. Perbanyakan Sudah dibudidayakan, tetapi dalam skala kecil, baik secara vegetatif (stek, dan kultur jaringan) maupun generatif (cabutan dan biji). Pemanfaatan Produk gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana, parfum, aroma terapi, sabun, body lotion oleh berbagai etnis di Asia. Bijinya dimakan oleh burung, tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva kumbang dan rayap tanah. Hama dan Penyakit Hama berupa ulat daun (Heortia Vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur atau bakteri yang menyerang perakaran. Habitus Buah Biji Papagan Daun, buah Anakan Batang Gambar 3. Aquilaria beccariana van Tiegh. 13 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 13 30-Jan-15 12:39:37 AM Status Taksonomi dan Populasi Gambar 4. Sketsa Aquilaria beccariana van Tiegh. B.3.3. Aquilaria cumingiana (Decne) Ridl. Pustaka J. Str. Br.R. As. Soc. n. 35 (1901) 80; Sinonim Decaisnella cumingiana O.K., :Rev. Gen. PI. 2 (1891) 584. Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960) 15 Gyrinopsis cumingiana var.pubescens (Elmer) Hallier f.: Merr. En. Philip. 3 (1923) 131. 14 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 14 30-Jan-15 12:39:38 AM Status Taksonomi dan Populasi Gyrinopsis decemcostata Hall. f. Med. Rijkshrb.n.44 (1922) 17; Domke,Bibl. Bot. 1 1 1 (1934) 26. Gyrinopsis pubifolia Quisumb. J. Arn. Arb. 27 (1946) 406. Gyrinopsis cumingiana (Decne) Ridl. Med. PI. Philip. (1951) 636. Nama daerah Giba - kolano (Halmahera), alahan, magaan, palisan (Tagalog), bago (Mbo.), binukat (Ak. Bis.), butlo (Neg.), dalakit (S.L. Bis.), magwalem (Sub.), pamaluian (Bag.). Deskripsi Habitus pohon kecil - sedang, tinggi pohon 5-20 m, diameter batang hingga 40 cm. Batang luar coklat kelabu, dengan bintik-bintik halus, berserat panjang yang sangat kuat sehingga dimanfaatkan untuk tali. Daun lonjong-lanset, jorong-lonjong atau bundar telur-lonjong, ukuran 14-18 x 2–8,5 cm, tersusun berseling, pangkal menyempit, ujung luncip, warna hijau, ke dua permukaan daun licin; tulang daun sekunder berjumlah 12-18 pasang, terlihat jelas pada permukaan bawah, panjang tangkai daun 4-6 mm. Perbungaan bentuk payung, muncul pada ketiak daun dan menempel pada batang dengan jumlah sangat banyak, tangkai perbungaan 3 mm. Bunga bentuk tabung, warna hijau, panjang bunga 13-16 mm, tabung bunga bagian luar berbulu lebat dan di dalam tidak berbulu, biasanya terdapat bintik-bintik kelenjar seperti kutil yang tersebar. Buah bulat sedikit bulat telur sungsang atau jorong, berlekuk 4, keriput, buah muncul dari celah lateral tabung bunga, warna hijau berubah kuning pada waktu matang, berukuran sekitar 1,5-2 cm. Biji bulat telur atau bundar pipih, jumlah 1-2 biji, pada bagian pangkal terdapat sumbat lembaga warna putih. Tidak ditemukan anakan. Persebaran Malesia: Kalimantan (Sampit ), Filipina, dan Maluku (Morotai dan Halmaheira). Tempat tumbuh: Hutan primer dataran rendah pada ketinggian hingga 270 m. Status kelangkaan Rawan Waktu perbungaan Pembungaan pada bulan Maret-April akan menghasilkan buah di bulan Juli-Agustus (Siran dan Turjaman, 2010). Aquilaria cumingiana di Taman Nasional Manusela (pulau Seram) didapati berbunga dan berbuah pada bulan Juli – Agustus (Jumrin, komunikasi pribadi). 15 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 15 30-Jan-15 12:39:38 AM Status Taksonomi dan Populasi Perbanyakan Belum dibudidayakan Pemanfaatan Produk gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana, parfum, aroma terapi, sabun, body lotion oleh berbagai etnis di Asia. Bijinya dimakan oleh burung, tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva kumbang dan rayap tanah. Hama dan Penyakit Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur atau bakteri yang menyerang perakaran. Habitus Batang Daun Papagan Buah Perbungaan Gambar 5. Aquilaria cumingiana (Decne) Ridl. 16 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 16 30-Jan-15 12:39:38 AM Status Taksonomi dan Populasi Gambar 6. Sketsa Aquilaria cumingiana (Decne) Ridl. B.3.4. Aquilaria malaccensis Lamk Pustaka Encycl. 1 (1783)49, t.356; Ding Hou, Fl.Mal.1,6 (1960) 9 Sinonim Agallochum malaicense Rumph. dan Agallochum secundarium coinamense Rumph. Herb.Amb. 2 (1741) 34-35. Aquilaria ovate Cav. Diss. (1789) 377, t.224 Aquilaria secundaria DC.; Fl. Ind. Bat. 1, 1(1858) 883. Agallochum malaccense O.K. Rev. Gen. PI. 2 (1891) 583. Aquilariella malaccensis van Tiegh. Ann. Sc. Nat. Bot.7.17 (1893) 216; Bull.Soc. Bot. Fr. 40 (1893) 77. Aquilaria agallocha Roxb.Hovl. Bag. 33 17 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 17 30-Jan-15 12:39:39 AM Status Taksonomi dan Populasi Nama daerah Kayu karas, gaharu, garu (Indonesia), halim (Lampung), alim (Batak), kareh (Minang), mengkaras, calabac, karas, kekaras (Dayak), galoop (Melayu), dan seringak. Deskripsi Habitus pohon dengan tinggi 25-50 m, diameter 60 cm. Batang tegak, lurus, kadang berbanir, kulit batang licin, beretak tipis, warna coklat kelabu, kulit dalam putih, kayu gubal putih kekuningan (coklat muda). Daun bundar telur - lonjong, tipis tidak berbulu, ukuran 5-14 x 2,5-5 cm, ujung luncip, pangkal lancip, tirus, tumpul, tepi bergelombang, warna daun hijau tua, permukaan bawah hijau terang, kadang berbulu, panjang tangkai 4-6 mm dan berbulu, tulang daun sekunder menyirip tidak teratur, jumlah 12-16 pasang, terlihat jelas menonjol di permukaan atas, tulang daun permukaan bawah berbulu halus. Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting, bawah ketiak daun dan di atas ketiak tangkai, bercabang 2-3, masing-masing cabang 10 bunga, panjang tangkai perbungaan 5-15 mm. Bunga bentuk tabung, panjang 5-6 mm, warna hijau kekuningan, panjang tangkai bunga 3-6 mm, tabung bunga bagian dalam tidak berbulu dan bagian luar berbulu. Buah kapsul, licin, bulat telur sungsang, ukuran 2,5-3,5 x 2,5 cm, ujung buah tumpul dan pangkal buah menyempit, daging buah tebal tidak berbulu, panjang tangkai buah 1 cm. Biji bentuk bulat telur, hitam, berukuran 10 x 6 mm, bagian pangkal biji bengkok seperti ekor berbulu lebat, warna merah, jumlah biji 1-2. Anakan jenis ini, bentuk daun jorong sampai lanset, tersusun berseling. Persebaran India (Bengal and Assam), Myanmar (Tenasserim), and Malaysia, Penincula, Malaysia Timur, Sumatera, Kalimantan dan Filipina (Luzon). Tempat tumbuh Hutan primer dataran rendah hingga pegunungan pada ketinggian 750 m dpl, suhu rerata 32°C dengan kelembaban rerata 70%, curah hujan sekitar 2000 mm. Jenis tanah yang sesuai adalah jenis lembut dan liat berpasir dengan pH tanah antara 4.0 hingga 6.0. Umumnya jenis ini tumbuh tersebar di lereng dan pegunungan, di tanah berdrainasi baik (Kessler & Sidiyasa 1994). Status kelangkaan Rawan Waktu perbungaan Masa berbunga dan berbuah pada umur 5-6 tahun (Sitepu et al., 2011). Mulai berbunga antara umur 6-7 tahun dengan diameter batang 10 cm dan dalam satu periode berbuah menghasilkan 1000 biji (Soehartono dan Newton 2001a). Buah masak lebih kurang pada individu pohon berdiameter batang 35 cm (Paoli et al.2001). Pengamatan Soehartono dan 18 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 18 30-Jan-15 12:39:39 AM Status Taksonomi dan Populasi Newton (2001b) pada tegakan alam di Kalimantan Barat berbunga dan berbuah pada Juli dan Juni, pada tanaman budidaya di Bogor pada April – Desember, sementara di Kebun Raya Bogor pada September-Desember. Perbanyakan Secara vegetatif (cangkok, stek, cabutan, kultur jaringan dengan menggunakan tunas) dan generatif (biji). Bijinya tergolong rekalsitran yaitu biji tidak tahan lama, jika disimpan sehingga cepat kehilangan daya kecambahnya (Syamsuwida dkk. 2008). Biji memerlukan waktu 15 hari untuk berkecambah dengan intensitas cahaya sekitar 60-80%, memerlukan naungan pohon induk (Soehartono dan Newton 2001b). Penanaman di Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Kalimantan Selatan, Riau (Pekanbaru), Jambi (Sorolangun Bangko), Sumatera Selatan (Palembang), Jawa Barat (Bogor), dan Banten. Pemanfaatan Di Sumatera dan Kalimantan, daun A. malaccensis untuk teh dan makanan badak. Produkproduk gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana, parfum, aroma terapi, sabun, body lotion oleh berbagai etnis di negara-negara Asia. Bijinya dimakan oleh burung, tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva kumbang dan rayap. Hama dan Penyakit Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur atau bakteri yang menyerang perakaran. 19 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 19 30-Jan-15 12:39:39 AM Status Taksonomi dan Populasi Habitus Batang Daun, buah Daun, buah Perbungaan Anakan Biji 2 Biji 1 Gambar 7. Aquilaria malaccensis Lamk 20 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 20 30-Jan-15 12:39:39 AM Status Taksonomi dan Populasi Gambar 8. Sketsa Aquilaria malaccensis Lamk. B.3. 5. Aquilaria microcarpa Baill Pustaka Adansonia 11: (1875)304; Ding Hou, Fl.Mal.1.6 (1960) 9-10 Sinonim Aquilaria borneensis Gilg dalam E. & P.Pfl.Fam.Ill,6a(1894)224; Boerl. Handl. 3 (1900) 112; Merr. En. Born. (1921) 417 Aquilariella borneensis vanTiegh. Ann.Sc. Nat.Bot.VII,17 (1893)217; Bull. Soc. Bot.Fr. 40 (1893) 11. Aquilariella microcarpa van Tiegh. Ann.Sc. Nat. Bot. VII, 17 (1893) 216; Bull. Soc.Bot. Fr. 40(1893) 77. 21 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 21 30-Jan-15 12:39:40 AM Status Taksonomi dan Populasi Nama lokal: Gaharu, karas (Indonesia), mengkaras (Malay), hepang (Bangka), tengkaras, garutulang, (Madura), engkaras (Dayak), karas atau sigi-sigi (Bugis). Deskripsi Habitus pohon tinggi hingga 40 m, diameter 80 cm. Batang tidak lurus, kulit batang beralur, warna coklat kelabu. Daun bundar telur-lanset-lanset terbalik, tipis, ukuran 4-11 x 1–4 cm, ujung lancip-luncip, pangkal daun bentuk pasak-tirus, tepi rata dan menebal; warna hijau, permukaan atas licin, bawah kadang berbulu halus, panjang tangkai 3-5 mm, berbulu; tulang daun sekunder sejajar, agak rapat, jumlah 10–19 pasang, terlihat jelas menonjol pada permukaan bawah. Perbungaan bentuk payung, muncul di ujung ranting, bawah ketiak daun dan di atas ketiak tangkai, bercabang, masing-masing 5–11 bunga, panjang tangkai perbungaan 5-10 mm; bunga bentuk tabung panjang 4-5 mm, warna putih kekuningan, panjang tangkai 5 mm, bagian luar berbulu halus, bagian dalam berbulu jarang. Buah kapsul, licin, berukuran 1-1,5 x 1 cm, ujung buah tumpul, panjang kelopak buah 0,5 cm, daging buah tebal dan berbulu, panjang tangkai buah 0,7-1 cm. Biji bulat telur, hitam, ukuran 6-4 mm, berbulu tebal, warna kecoklatan, jumlah biji 1-2, pangkal biji terdapat sumbat lembaga warna putih. Anakan jenis ini, bentuk daunnya jorong sampai lanset, tersusun berseling. Persebaran Sumatera (Sijunjung, Lampung, Palembang, Riau, Bengkulu, Jambi, Bangka dan Belitung), Kalimantan dan Semenanjung Malaysia, Singapura Tempat tumbuh Tumbuh di hutan tropis basah dataran rendah hingga ketinggian 200 m dpl., tumbuh diberbagai habitat baik tanah berpasir atau daerah dekat rawa (Wiriadinata 1995). Selain itu, tumbuh melimpah di daerah yang memiliki sungai kecil di hutan lindung sungai Wain, Kalimantan Timur (Susilo & Kalima 2013). Status kelangkaan Rawan Waktu perbungaan Di Sumatera, musim berbunga A. microcarpa berlangsung pada bulan April - Mei atau Juli - Agustus. Perkembangan bunga menjadi buah membutuhkan waktu sekitar 3 bulan (Dephut 2006). Perbanyakan Sudah dilakukan budidaya baik secara vegetatif (stek) maupun generatif (cabutan dan biji). A. microcarpa menghasilkan biji antara 23.260 dan 19.280 biji per pohon per tahun pada pohon berdiameter batang > 20 cm (Soehartono dan Newton 2001b). Bijinya 22 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 22 30-Jan-15 12:39:40 AM Status Taksonomi dan Populasi tergolong rekalsitran yaitu biji tidak tahan lama jika disimpan sehingga cepat kehilangan daya kecambahnya (Syamsuwida dkk. 2008). Biji memerlukan waktu 15 hari untuk berkecambah dengan intensitas cahaya sekitar 60-80% , memerlukan naungan pohon induk (Soehartono dan Newton 2001b). Menurut Ng (1992), viabilitas benih sekitar 1 minggu dan perkecambahan berlangsung antara 15-60 hari. Produksi benih maksimal sekitar diameter batang 40 cm dan 50 cm. Pada tahap produksi optimal individu pohon mampu memproduksi hingga 19.000 bibit dalam satu musim. Jenis ini di budidayakan di Jambi, Palembang, dan Riau. Pemencaran Di Jambi, jenis A. microcarpa ditanam dengan pohon karet (Hevea braziliensis), Alstonia scholaris dan Pheronema canescen (Winarni 2011). Pemanfaatan Kulit kayu A. microcarpa oleh masyarakat Anak Suku Dalam di Jambi dimanfaatkan untuk ikat pelipis (Setyawati & Wardah 2007) dan menurut Heyne (1987) kulit kayu dimanfaatkan untuk membuat tikar, tali dan pakaian. Bijinya dimakan oleh burung. Produk-produk gaharu dimanfaatkan antara lain dalam bentuk dupa untuk upacara ritual dan keagamaan, pengharum tubuh dan ruangan, bahan kosmetik, obat-obatan sederhana, parfum, aroma terapi, sabun, body lotion. Biji dimakan tupai dan tikus tanah. Kayu dimakan oleh larva kumbang dan rayap tanah. Hama dan Penyakit Hama berupa ulat daun (Heortia vitessoidess), kutu putih dan belalang, penyakit jamur atau bakteri yang menyerang perakaran. 23 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 23 30-Jan-15 12:39:40 AM Status Taksonomi dan Populasi Habitus Batang Daun, buah Helaian, daun Perbungaan Anakan Biji 1-2 Gambar 9. Aquilaria microcarpa Baill 24 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 24 30-Jan-15 12:39:40 AM Status Taksonomi dan Populasi Gambar 10. Sketsa Aquilaria microcarpa Baill B.3. 6. Aquilaria filaria (Oken) Merr. Pustaka J. Arn. Arb. 31 (1950) 283; Ding Hou, Fl. Mal. 1.6 (1960)11-12 Sinonim Aquilaria acuminata Quisumb. J.Arn. Arb. 27 (1946) 403. Gyrinopsis acuminata Merr. Philip. J. Sc. 17 (1920) 294; En. Philip. 3 (1923) 130. Ferruginium var. filarium DC. Pro.1 (1824) 342 Pittosporum filarium Oken Allg. Naturgesch. 3 (1841) 299. 25 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 25 30-Jan-15 12:39:40 AM Status Taksonomi dan Populasi Nama daerah Gaharu irian, lason (Maluku, Seram), age (Sorong), bokuin (Morotai) Deskripsi Habitus pohon kecil - sedang, dengan tinggi 17-20 m, diameter batang 50 cm. Batang luar coklat kelabu, kulit dalam sangat aromatik, berserat panjang kuat sehingga dapat dimanfaatkan untuk tali, warna putih/kuning pucat. Daun lonjong, jorong–lonjong hingga lanset, jarang lanset sungsang - lonjong, berukuran 10-20 cm x 3-5,5 cm, tersusun berseling, ujung daun luncip, pangkal daun tumpul, warna daun permukaan atas hijau gelap dan bawah hijau kusam/kelabu, tulang daun sekuder jelas terlihat menonjol pada permukaan bawah, panjang tangkai 3-5 mm. Perbungaan bentuk payung, muncul pada ketiak daun, jumlah (1-) 3-7 bunga. Bunga bentuk corong dengan 5 cuping, warna hijau kekuningan atau putih, panjang bunga 5-6,5 mm, panjang tangkai bunga 2-5 mm, corong bunga bagian luar tidak berbulu, dalam berbulu, bakal buah berbulu halus rapat, bentuk bulat telur sungsang, panjang 3-4 mm. Buah bundar telur berlekuk 4, licin, warna hijau masih berubah kekuningan waktu matang, panjang buah 1,5-2 cm, daging buah tebal. Biji 1-2 buah, warna ungu kebiru-biruan, bagian pangkal terdapat sumbat lembaga sangat pendek, warna putih. Anakan jenis ini, waktu umur 3 bulan bentuk daunnya jorong dan susunannya berhadapan, setelah 6 bulan bentuk daun lonjong dan susunannya berseling. Persebaran Umumnya dijumpai di wilayah Indonesia bagian Timur yaitu Nusa Tenggara, Maluku dan Papua (Sorong, Waropen dan Monokwari). Tempat tumbuh Hutan primer dan sekunder dataran rendah hingga rawa ketinggian sekitar 150 m dpl. pada kawasan beriklim kering bercurah hujan sekitar 1.000 mm/th (Ding Hou 1960). A.filaria cenderung tumbuh di sepanjang sungai daerah tergenang khususnya di Asmat dan Mappi, Papua. Status kelangkaan Genting Waktu perbungaan Waktu pembungaan bulan Januari, Mei, dan September. Buah masak pada bulan Februari, Juni, dan Oktober (http://bpthmalukupapua.dephut.go.id/database/sumberbenih/Propinsi-papua/gaharu-warsa/). Pengamatan Soehartono dan Newton (2001b) pada tanaman budidaya di Bogor menunjukkan bahwa Aquilaria filaria berbunga dan berbuah sepanjang tahun. 26 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 26 30-Jan-15 12:39:41 AM Status Taksonomi dan Populasi Perbanyakan Sudah dibudidayakan dalam skala kecil (1 ha), asal tegakan dari hutan alam, jumlah pohon 240 pohon, total produksi benih 182,4 kg/tahun. (http://bpthmalukupapua.dephut.go.id/database/sumber-benih/Propinsipapua/gaharuwarsa/ Pemanfaatan Bijinya dimakan oleh burung. Kayu dimakan oleh larva kumbang. Hama dan Penyakit Hama berupa ulat pemakan daun (Heortia vitessoidess) dan belalang, penyakit jamur atau bakteri yang menyerang perakaran. Habitus Biji Batang Perbungaan Biji Anakan Daun Buah Gambar 11. Aquilaria filaria (Oken) Merr 27 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 27 30-Jan-15 12:39:42 AM Status Taksonomi dan Populasi Gambar 12. Sketsa Aquilaria filaria (Oken) Merr B.4. DESKRIPSI MARGA GYRINOPS Habitus berupa semak, pohon kecil hingga besar, tinggi hingga 40 meter, diameter batang sekitar 60 cm, banyak cabang. Batang licin, warna coklat keputih-putihan atau kelabu, kadang beralur dan kayunya keras. Daun berbentuk lonjong memanjang, hijau tua, tepi daun merata, ujung meruncing, panjang sekitar 8 cm, lebar 5-6 cm; tulang daun sekunder tersusun pararel yang bersambungan dengan beberapa tulang daun pinggir. Perbungaan muncul di ketiak daun dekat ujung ranting, tangkai perbungaan pendek atau melekat pada tangkai bunga, dengan 2-3 bunga berbentuk seludang kecil yang cepat tanggal. Bunga bentuk tabung silindris dengan 5 cuping, bagian luar tabung berbulu, dan bagian dalam terdapat bulu seperti rambut memanjang ke atas. Kelopak bunga berbulu di ke dua permukaan. Daun mahkota 5 helai, terpisah atau bersatu dalam sebuah cawan/mangkok (G. moluccana dan G. decipiens), terletak di leher tabung yang berselang-seling dengan 28 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 28 30-Jan-15 12:39:42 AM Status Taksonomi dan Populasi cuping kelopak, biasanya berbulu lebat. Benang sari 5, berdiri sendiri, terletak sejajar atau di bawah daun mahkota. Bakal buah bentuk jorong atau bulat telur sungsang, berbulu roma, melekat atau bertangkai pendek, beruang 2; kepala putik kecil. Buah kapsul beruang, bulat telur sungsang sampai jorong, warna kuning-kemerahan, tangkai buah panjang dan muncul dari atas atau dari sisi tabung bunga. Biji bentuk bujur telur, bundar pipih, biasanya dengan sumbat lembaga pada bagian pangkal. Persebaran marga Gyrinops di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, Papua (Papua New Guinea), Ceylon (G.Walla Gaertn.). Tempat tumbuh hutan dataran rendah sampai ketinggian hingga 900 m dpl. B.5. KUNCI IDENTIFIKASI JENIS – JENIS GYRINOPS 1.a. b. 2.a. b. 3.a. b. 4.a. b. 5.a. b. 6.a. Bunga bentuk tabung, panjang 12-15 mm. Buah muncul dari celah lateral dari tabung bunga ....................................................................................................... 2 Bunga bentuk cawan, panjang 2 – 5 mm. Buah muncul dari bagian atas tabung bunga utuh........................................................................................................... 4 Daun lonjong-lanset, berukuran (8-) 18-24 cm x (1,5) 2-3 cm. Perbungaan tandan ……………………………………………………………………….........................… G. moluccana Daun berbentuk jorong-agak lonjong, berukuran 7,5-23,5 cm x 2,6 – 6,8 cm. Perbungaan bentuk payung ................................................................................. 3 Jumlah tulang daun sekunder 16-20 pasang. Perbungaan terdiri atas 12-14 bunga. Panjang tangkai bunga 2-5 mm. Daun mahkota bersatu dengan bagian dasar berbentuk cincin. Buah bulat telur-lonjong, berukuran 1-1,5 cm x 8-1,3 cm ........... ........................................................................................................... G. decipiens Jumlah tulang daun sekunder 25-35 pasang. Perbungaan terdiri atas 2-3 bunga. Tangkai bunga 3-5 mm. Daun mahkota bersatu hanya pada bagian pangkalnya. Buah berbentuk seperti avokat, panjang 1,4 cm ………………………. G. ledermannii Daun bentuk jorong - lanset, berukuran 10–11,5 cm x 1-1,5 cm. Kelopak bunga sama panjang dengan benangsari …………......................................... G. salicifolia Daun bentuk persegi panjang atau bulat telur-lonjong,sangat jarang jorong, berukuran 6-13 cm x 1,5-4 cm. Daun mahkota lebih pendek dari benang sari ........ ............................................................................................................................... 5 Panjang tangkai bunga 5 mm. Daun mahkota lonjong sama panjang dengan benangsari ….......................................................................................... G. caudata Panjang tangkai bunga 1-3 mm.Daun mahkota bentuk jantung ........................ 6 Tulang daun sekunder pada permukaan atas dan bawah licin, berjumlah 12-16 pasang. Putik lebih pendek dari tabung bunga. Buah berbentuk bulat telur sungsang atau jorong, ujung buah luncip, pangkal runcing - membundar .............. ............................................................................................................ G. versteegii 29 ID122214_Status taksonomi - Copy.indd 29 30-Jan-15 12:39:42 AM