Bab 2 - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian
2.1.1
Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 menyatakan bahwa, SAP
berbasis akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, beban, aset, utang dan
ekuitas dalam pelaporan finansial berbasis akrual, serta mengakui pendapatan,
belanja dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaa anggaran. SAP berbasis kas
menuju akrual adalah SAP yang mengakui pendapatan, belanja dan pembiayaan
berbasis kas, serta mengakui aset, utang dan ekuitas dana berbasis akrual.
Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 terdapat 2 lampiran.
Lampiran I merupakan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual yang
akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II
merupakan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual yang
hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan
akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Kuangan dan Menteri Dalam Negeri),
sedangkan Lampiran II berlaku selama masa transisi bagi entitas yang belum siap
untuk menerapkan SAP berbasis akrual.
Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintahan. Setiap entitas pelaporan
pemerintahan pusat dan pemerintahan daerah wajib menerapkan SAP, selain itu
15
16
diharapkan adanya
upaya
pengharmonisan
berbagai
peraturan
baik
di
pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah dengan SAP. Standar Akuntansi
Pemerintahan diterapkan di lingkungan pemerintahan, yaitu pemerintahan pusat,
pemerintahan daerah dan satuan organisasi di lingkungan pemerintahan pusat atau
daerah, jika menurut peraturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud
wajib menyajikan laporan keuangan.
2.1.1.1 Kandungan Standar Akuntansi Pemerintahan
Peraturan Pemerintahan Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintah terdiri dari:
LAMPIRAN I
1. Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan
2. Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan (PSAP):
a) PSAP 01 Penyajian Laporan Keuangan
b) PSAP 02 Laporan Realisasi Anggaran BerbasisKas
c) PSAP 03 Laporan Arus Kas
d) PSAP 04 Catatan Atas Laporan Keuangan
e) PSAP 05 Akuntansi Persediaan
f) PSAP 06 Akuntansi Investasi
g) PSAP 07 Akuntansi Aset Tetap
h) PSAP 08 Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
i) PSAP 09 Akuntansi Kewajiban
17
j) PSAP 10 Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan
Estimasi
Akuntansi,
dan
Operasi
yang
Tidak
Dilanjutkan
k) PSAP 11 Laporan Keuangan Konsolidasian
l) PSAP 12 Laporan Operasional
PSAP akan digunakan sebagai pedoman dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan pemerintahan pusat dan daerah berupa:
1. Neraca
2. Laporan Realisasi Anggaran
3. Laporan Arus Kas
4. Catatan atas Laporan Keuangan
Dengan adanya Standar Akuntansi Pemerintahan maka laporan keuangan
pemerintahan pusat atau daerah akan lebih berkualitas (relevan, andal, dapat
dibandingkan dan dapat dipahami). Laporan keuangan tersebut selanjutnya akan
diaudit terlebih dahulu oleh BPK untuk diberikan opini dalam rangka
meningkatkan kredibilitas laporan, sebelum disampaikan kepada para stakeholder
antara lain: pemerintahan (eksekutif), Dewan Perwakilan Rakyat atau Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (legislatif), investor, kreditor dan masyarakat pada
umumnya dalam rangka transparansi dan akuntabilitas keuangan negara.
2.1.1.2 Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan
Definisi Standar
Akuntansi Pemerintahan
yang
tercantum
dalam
Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia No 71 tahun 2010 yaitu:
18
“Standar Akuntansi Pemerintah, selanjutnya disebut SAP adalah prinsipprinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan
keuangan pemerintah”.
Standar Akuntansi Pemerintahan berisi prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam
menyusun
dan
menyajikan
laporan keuangan
pada
organisasi pemerintahan.(Mahmudi, 2011:271). Definisi Standar Akuntansi
Pemerintahan menurut Indra Bastian (2010:137) yaitu:
“Standar Akuntansi Pemerintahan, selanjutnya disebut SAP, adalah
prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP
merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam
upaya meningkatkan
kualitas
laporan
keuangan pemerintah di
Indonesia.”
Adapun
definisi
Standar
Akuntansi
Pemerintahan
lainnya
menurut
Renyowijoyo (2008:171) adalah:
“Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) adalah prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan
pemerintah, Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang
mempunyai kekuatan hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan
keuangan pemerintah di Indonesia”
Dari pemaparan di atas dapat penulis sampaikan bahwa Standar Akuntansi
Pemerintahan merupakan prinsip akuntansi dalam menyusun dan menyajikan
laporan keuangan yang harus diterapkan pemerintah daerah maupun pusat, dalam
upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah. Penerapan Standar
Akuntansi Pemerintahan ini memerlukan pemahaman yang baik dari setiap
aparatur yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan baik di Pemerintahan
Pusat maupun Pemerintahan Daerah beserta instansi-instansinya.
19
Setiap kebijakan yang dibuat oleh pemerintah wajib dilaksanakan, akan
tetapi dalam penerapan tersebut perlu dipahami beberapa dasar pemikiran penting
yang diharapkan dapat membantu penerapan Standar Akuntansi pemerintahan.
Pemikiran tersebut adalah mengenai basis akuntansi yang dianut dan hubungan
antara sistem dan standar. Selanjutnya diikuti proses penyusunan laporan
keuangan menurut Standar Akuntansi pemerintahan yang dihubungkan dengan
kondisi masing-masing entitas.
Penerapan
pemenuhan
Standar
Akuntansi
kewajiban pelaporan
Pemerintahan yang
pertanggungjawaban
sesuai
dalam
keuangan daerah
merupakan penentu atas kualitas laporan keuangan yang dihasilkan. Standar
Akuntansi Pemerintahan merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan
untuk meningkatkan kualitas tata kelola keuangan negara dan pelaporan
keuangan pemerintahan. Standar akuntansi pemerintahan perlu dikembangkan
untuk memperbaiki praktik akuntansi keuangan pada lingkungan organisasi
pemerintahan. (Mahmudi, 2011:271)
Dengan
ditetapkan SAP,
diharapkan
akan
adanya
transparansi,
partisipasi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara guna mewujudkan
pemerintahan yang baik (good governance). Sehingga diperlukan langkahlangkah strategis yang perlu segera diupayakan dan diwujudkan bersama
dalam rangka implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan. (Irvan Permana,
2011:24)
20
2.1.1.3 Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual
Dalam Peraturan Pemerintah No. 71 tahun 2010 terdapat 2 lampiran.
Lampiran I merupakan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis akrual yang
akan dilaksanakan selambat-lambatnya mulai tahun 2014, sedangkan Lampiran II
merupakan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis kas menuju akrual yang
hanya berlaku hingga tahun 2014. Lampiran I berlaku sejak tanggal ditetapkan
dan dapat segera diterapkan oleh setiap entitas (strategi pentahapan pemberlakuan
akan ditetapkan lebih lanjut oleh Menteri Kuangan dan Menteri Dalam Negeri),
Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan basis akrual meliputi:
1. PSAP 01. Penyajian Laporan Keuangan
Komponen-komponen yang terdapat dalam satu set laporan
keuangan terdiri dari laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports)
dan laporan finansial, sehingga seluruh komponen menjadi sebagai
berikut:
a) Laporan Realisasi Anggaran;
b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih;
c) Neraca;
d) Laporan Operasional;
e) Laporan Arus Kas;
f) Laporan Perubahan Ekuitas;
g) Catatan atas Laporan Keuangan.
Komponen-komponen laporan keuangan tersebut disajikan oleh
setiap entitas pelaporan, kecuali:
21
a) Laporan Arus Kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum;
b) Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang hanya disajikan oleh
Bendahara Umum Negara dan entitas pelaporan yang menyusun
laporan keuangan konsolidasiannya.
2. PSAP 02. Laporan Realisasi Anggaran Berbasis Kas
Laporan Realisasi Anggaran (LRA) menyajikan informasi realisasi
pendapatan-LRA, belanja, transfer, surplus/defisit-LRA, dan pembiayaan,
yang masing-masing diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu
periode. Laporan Realisasi Anggaran disajikan sekurang-kurangnya sekali
dalam setahun. Dalam situasi tertentu tanggal laporan suatu entitas
berubah dan Laporan Realisasi Anggaran tahunan disajikan dengan suatu
periode yang lebih panjang atau pendek dari satu tahun, entitas
mengungkapkan informasi sebagai berikut:
a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun;
b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Realisasi
Anggaran dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Laporan Realisasi Anggaran sekurang-kurangnya mencakup pos-pos
sebagai berikut:
(a). Pendapatan-LRA;
(b). Belanja;
(c). Transfer;
22
(d). Surplus/defisit-LRA;
(e). Penerimaan pembiayaan;
(f). Pengeluaran pembiayaan;
(g). Pembiayaan neto; dan
(h). Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA).
3. PSAP 03. Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang
menyajikan informasi penerimaan dan pengeluaran kas selama periode
tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan aktivitas operasi, investasi,
pendanaan, dan transitoris.
a) Aktivitas operasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk kegiatan operasional pemerintah selama satu periode
akuntansi.
b) Aktivitas investasi adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas yang
ditujukan untuk perolehan dan pelepasan aset tetap serta investasi lainnya
yang tidak termasuk dalam setara kas.
c) Aktivitas Pendanaan adalah aktivitas penerimaan dan pengeluaran kas
yang yang berhubungan dengan pemberian piutang jangka panjang
dan/atau pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan perubahan
dalam jumlah dan komposisi piutang jangka panjang dan utang jangka
panjang.
23
d) Aktivitas transitoris adalah aktivitas penerimaan danpengeluaran kas yang
tidak termasuk dalam aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan.
4. PSAP 04. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas Laporan Keuangan harus disajikan secara sistematis.
Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan
Operasional dan Laporan Arus Kas dapat mempunyai referensi silang
dengan informasi terkait dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Dalam
rangka pengungkapan yang memadai, Catatan atas Laporan Keuangan
mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:
a) Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi;
b) Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro;
c) Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut
kendala dan hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target;
d) Informasi tentang dasar penyajian laporan keuangan dan kebijakankebijakan akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian penting lainnya;
e) Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada lembar
muka laporan keuangan;
f) Informasi
yang
diharuskan
oleh
Pernyataan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan yang belum disajikan dalam lembar muka laporan
keuangan; dan
24
g) Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan.
5. PSAP 05. Akuntansi Persediaan
Persediaan merupakan aset yang berupa barang atau perlengkapan
yang digunakan dalam rangka kegiatan operasional pemerintah, bahan atau
perlengkapan yang akan digunakan dalam proses produksi, barang dalam
proses produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat dan barang yang disimpan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat dalam rangka kegiatan pemerintahan. Persediaan dapat diakui:
(a) Pada saat potensi manfaat ekonomi masa depan diperoleh pemerintah
dan mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal; dan (b)
Pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau kepenguasaannya
berpindah. Persediaan disajikan sebesar:
a) Biaya perolehan apabila diperoleh dengan pembelian;
b) Harga pokok produksi apabila diperoleh dengan memproduksi sendiri;
c) Nilai wajar, apabila diperoleh dengan cara lainnya seperti donasi atau
rampasan.
Persediaan dapat dinilai dengan menggunakan metode sistematis
seperti FIFO atau rata-rata tertimbang dan harga pembelian terakhir
apabila setiap unit persediaan nilainya tidak material dan bermacammacam jenis. Laporan keuangan mengungkapkan:
25
a) Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan;
b) Penjelasan lebih lanjut persediaan seperti barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam pelayanan masyarakat, barang atau perlengkapan yang
digunakan dalam proses produksi, barang yang disimpan untuk dijual atau
diserahkan kepada masyarakat, dan barang yang masih dalam proses
produksi yang dimaksudkan untuk dijual atau diserahkan kepada
masyarakat; dan
c) Jenis, jumlah, dan nilai persediaan dalam kondisi rusak atau usang.
6. PSAP 06. Akuntansi Investasi
Pemerintah melakukan investasi dimaksudkan antara lain untuk
memperoleh pendapatan dalam jangka panjang atau memanfaatkan dana
yang belum digunakan untuk investasi jangka pendek dalam rangka
manajemen kas. Terdapat beberapa jenis investasi yang dapat dibuktikan
dengan sertifikat atau dokumen lain yang serupa. Hakikat suatu investasi
dapat berupa pembelian surat utang baik jangka pendek maupun jangka
panjang, serta instrumen ekuitas. Investasi pemerintah diklasifikasikan
menjadi dua yaitu investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek merupakan kelompok aset lancar sedangkan
investasi jangka panjang merupakan kelompok aset non lancar.
Hal-hal lain yang harus diungkapkan dalam laporan keuangan
pemerintah berkaitan dengan investasi pemerintah, antara lain:
a) Kebijakan akuntansi untuk penentuan nilai investasi;
26
b) Jenis-jenis investasi, investasi permanen dan non-permanen;
c) Perubahan harga pasar baik investasi jangka pendek maupun investasi
jangka panjang;
d) Penurunan nilai investasi yang signifikan dan penyebab penurunan
tersebut;
e) Investasi yang dinilai dengan nilai wajar dan alasan penerapannya;
f) Perubahan pos investasi.
7. PSAP 07. Akuntansi Aset Tetap
Aset tetap sering merupakan suatu bagian utama aset pemerintah,
dan karenanya signifikan dalam penyajian neraca. Termasuk dalam aset
tetap pemerintah adalah:
1) Aset tetap yang dimiliki oleh entitas pelaporan namun dimanfaatkan oleh
entitas lainnya, misalnya instansi pemerintah lainnya, universitas, dan
kontraktor;
2) Hak atas tanah.
Tidak termasuk dalam definisi aset tetap adalah aset yang dikuasai
untuk dikonsumsi dalam operasi pemerintah, seperti bahan (materials) dan
perlengkapan (supplies). Aset tetap diklasifikasikan berdasarkan kesamaan
dalam sifat atau fungsinya dalam aktivitas operasi entitas. Klasifikasi aset
tetap adalah sebagai berikut:
a) Tanah;
b) Peralatan dan Mesin;
27
c) Gedung dan Bangunan;
d) Jalan, Irigasi, dan Jaringan;
e) Aset Tetap Lainnya; dan
f) Konstruksi dalam Pengerjaan.
8. PSAP 08. Akuntansi Konstruksi Dalam Pengerjaan
Konstruksi Dalam Pengerjaan mencakup tanah, peralatan dan
mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, serta aset tetap
lainnya
yang
proses
perolehannya
dan/atau
pembangunannya
membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Perolehan
melalui kontrak konstruksi pada umumnya memerlukan suatu periode
waktu tertentu. Periode waktu perolehan tersebut bisa kurang atau lebih
dari satu periode akuntansi. Perolehan aset dapat dilakukan dengan
membangun sendiri (swakelola) atau melalui pihak ketiga dengan kontrak
konstruksi.
Suatu
entitas
harus
mengungkapkan
informasi
mengenai
Konstruksi Dalam Pengerjaan pada akhir periode akuntansi:
a) Rincian kontrak konstruksi dalam pengerjaan berikut tingkat penyelesaian
dan jangka waktu penyelesaiannya;
b) Nilai kontrak konstruksi dan sumber pendanaannya.
c) Jumlah biaya yang telah dikeluarkan dan yang masih harus dibayar;
d) Uang muka kerja yang diberikan;
e) Retensi.
28
9. PSAP 09. Akuntansi Kewajiban
Karakteristik
utama
kewajiban
adalah
bahwa
pemerintah
mempunyai kewajiban sampai saat ini yang dalam penyelesaiannya
mengakibatkan pengorbanan sumber daya ekonomi di masa yang akan
datang. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan
tugas atau tanggungjawab untuk bertindak di masa lalu. Dalam konteks
pemerintahan, kewajiban muncul antara lain karena penggunaan sumber
pendanaan pinjaman dari masyarakat, lembaga keuangan, entitas
pemerintahan lain, atau lembaga internasional.
Kewajiban pemerintah dapat juga terjadi karena perikatan dengan
pegawai yang bekerja pada pemerintah, kewajiban kepada masyarakat luas
yaitu kewajiban tunjangan, kompensasi, ganti rugi, kelebihan setoran pajak
dari wajib pajak, alokasi atau realokasi pendapatan ke entitas lainnya, atau
kewajiban dengan pemberi jasa lainnya. Setiap kewajiban dapat
dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang
mengikat atau peraturan perundang-undangan.
Utang pemerintah harus diungkapkan secara rinci dalam bentuk
daftar skedul utang untuk memberikan informasi yang lebih baik kepada
pemakainya. Untuk meningkatkan kegunaan analisis, informasi-informasi
yang harus disajikan dalam Catatan atas Laporan Keuangan adalah:
a) Jumlah saldo kewajiban jangka pendek dan jangka panjang yang
diklasifikasikan berdasarkan pemberi pinjaman;
29
b) Jumlah saldo kewajiban berupa utang pemerintah berdasarkan jenis
sekuritas utang pemerintah dan jatuh temponya;
c) Bunga pinjaman yang terutang pada periode berjalan dan tingkat bunga
yang berlaku;
d) Konsekuensi dilakukannya penyelesaian kewajiban sebelum jatuh tempo;
e) Perjanjian restrukturisasi utang meliputi:
1. Pengurangan pinjaman;
2. Modifikasi persyaratan utang;
3. Pengurangan tingkat bunga pinjaman;
4. Pengunduran jatuh tempo pinjaman;
5. Pengurangan nilai jatuh tempo pinjaman; dan
6. Pengurangan jumlah bunga terutang sampai dengan periode
pelaporan.
f) Jumlah tunggakan pinjaman yang disajikan dalam bentuk daftar umur
utang berdasarkan kreditur.
g) Biaya pinjaman:
1. Perlakuan biaya pinjaman;
2. Jumlah biaya pinjaman yang dikapitalisasi pada periode yang
bersangkutan; dan
3. Tingkat kapitalisasi yang dipergunakan.
30
10. PSAP 10. Koreksi Kesalahan, Perubahan Kebijakan Akuntansi,
Perubahan Estimasi Akuntansi, dan Operasi yang Tidak Dilanjutkan
Kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan pada satu atau
beberapa periode sebelumnya mungkin baru ditemukan pada periode
berjalan. Kesalahan mungkin timbul karena keterlambatan penyampaian
bukti transaksi oleh pengguna anggaran, kesalahan perhitungan aritmatik,
kesalahan penerapan standar dan kebijakan akuntansi, kesalahan
interpretasi fakta, kecurangan atau kelalaian. Dalam situasi tertentu, suatu
kesalahan mempunyai pengaruh signifikan bagi satu atau lebih laporan
keuangan periode sebelumnya sehingga laporan-laporan keuangan tersebut
tidak dapat diandalkan lagi.
Dalam mengoreksi suatu kesalahan akuntansi, jumlah koreksi yang
berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan
menyesuaikan baik saldo anggaran lebih maupun saldo ekuitas. Koreksi
yang berpengaruh material pada periode berikutnya harus di ungkapkan
pada catatan atas laporan keuangan.
Para pengguna Laporan Keuangan perlu membandingkan laporan
keuangan dari suatu entitas pelaporan dari waktu ke waktu untuk
mengetahui kecenderungan arah (trend) posisi keuangan, kinerja, dan arus
kas. Kebijakan akuntansi yang digunakan harus diterapkan secara
konsisten pada setiap periode. Perubahan di dalam perlakuan, pengakuan,
atau pengukuran akuntansi sebagai akibat dari perubahan atas basis
31
akuntansi, kriteria kapitalisasi, metode, dan estimasi, merupakan contoh
perubahan kebijakan akuntansi.
Suatu perubahan kebijakan akuntansi harus dilakukan hanya
apabila penerapan suatu kebijakan akuntansi yang berbeda diwajibkan
oleh peraturan perundangan atau standar akuntansi pemerintahan yang
berlaku, atau apabila diperkirakan bahwa perubahan tersebut akan
menghasilkan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, atau
arus kas yang lebih relevan dan lebih andal dalam penyajian laporan
keuangan entitas. Agar memperoleh Laporan Keuangan yang andal, maka
estimasi akuntansi perlu disesuaikan antara lain dengan pola penggunaan,
tujuan penggunaan aset dan kondisi lingkungan entitas yang berubah.
Pengaruh atau dampak perubahan estimasi akuntansi disajikan
pada Laporan Operasional (LO) pada periode perubahan dan periode
selanjutnya sesuai sifat perubahan. Sebagai contoh, perubahan estimasi
masa manfaat aset tetap berpengaruh pada LO tahun perubahan dan tahuntahun selanjutnya selama masa manfaat aset tetap tersebut. Pengaruh
perubahan terhadap LO periode berjalan dan yang akan datang
diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan. Apabila tidak
memungkinkan,
harus
diungkapkan
alasan
tidak
mengungkapkan
pengaruh perubahan itu.
Apabila suatu misi atau tupoksi (tugas pokok dan fungsi) suatu
entitas pemerintah dihapuskan oleh peraturan, maka suatu operasi,
kegiatan, program, proyek, atau kantor terkait pada tugas pokok tersebut
32
dihentikan. Informasi penting dalam operasi yang tidak dilanjutkan
misalnya hakikat operasi, kegiatan, program, proyek yang dihentikan,
tanggal efektif penghentian, cara penghentian, pendapatan dan beban
tahun berjalan sampai tanggal penghentian apabila dimungkinkan, dampak
sosial atau dampak pelayanan, pengeluaran aset atau kewajiban terkait
pada penghentian apabila ada harus diungkapkan pada Catatan atas
Laporan Keuangan.
11. PSAP 11. Laporan Keuangan Konsolidasian
Laporan keuangan konsolidasian terdiri dari Laporan Realisasi
Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL), Neraca,
Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Arus Kas, dan
Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan konsolidasian
disajikan oleh entitas pelaporan, kecuali: (a) Laporan keuangan
konsolidasian arus kas yang hanya disajikan oleh entitas yang mempunyai
fungsi perbendaharaan umum; dan (b) Laporan keuangan konsolidasian
perubahan saldo anggaran lebih yang hanya disusun dan disajikan oleh
Pemerintah Pusat.
Laporan keuangan konsolidasian disajikan untuk periode pelaporan
yang sama dengan periode pelaporan keuangan entitas pelaporan dan
berisi jumlah komparatif dengan periode sebelumnya. Pemerintah Pusat
menyampaikan laporan keuangan konsolidasian dari semua kementerian
negara atau lembaga kepada lembaga legislatif. Pemerintah daerah
33
menyampaikan laporan keuangan konsolidasian dari semua entitas
akuntansi dibawahnya kepada lembaga legislatif.
12. PSAP 12. Laporan Operasional
Laporan Operasional (LO) menyajikan berbagai unsur pendapatanLO, beban, surplus/defisit dari operasi, surplus/defisit dari kegiatan non
operasional, surplus/defisit sebelum pos luar biasa, pos luar biasa, dan
surplus/defisit-LO, yang diperlukan untuk penyajian yang wajar secara
komparatif. Laporan Operasional dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan
atas Laporan Keuangan yang memuat hal-hal yang berhubungan dengan
aktivitas keuangan selama satu tahun seperti kebijakan fiskal dan moneter,
serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang dianggap
perlu untuk dijelaskan. Struktur Laporan Operasional mencakup pos-pos
sebagai berikut:
a) Pendapatan-LO
b) Beban
c) Surplus/Defisit dari operasi
d) Kegiatan non operasional
e) Surplus/Defisit sebelum Pos Luar Biasa
f) Pos Luar Biasa
g) Surplus/Defisit-LO
Dalam Laporan Oprasional ditambahkan pos, judul, dan sub
jumlah lainnya apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntnsi
34
Pemerintahan,
atau
apabila
penyajian
tersebut
dilakukan
untuk
menyajikan Laporan Oprasional secara jujur.
2.1.1.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Efektivitas Penrapan Standar
Akuntansi Pemerintahan
Salah satu bentuk konkrit untuk mewujudkan transparansi dan
akuntabilitas pengelolaan keuangan negara adalah dengan diundangkannya
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang
mensyaratkan bentuk dan isi laporan pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)/Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan standar akuntansi
pemerintahan yang ditetapkan dengan peraturan pemerintah. Sesuai dengan
amanat Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tersebut, pemerintah menerbitkan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP). SAP merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan
dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah.
Dengan demikian, SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan
hukum dalam upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan pemerintah di
Indonesia. Di samping SAP, kualitas SDM, pengendalian intern, komitmen
organisasi dan pemanfaatan teknologi juga mempengaruhi proses akuntansi
pemerintahan di dalam menghasilkan laporan keuangan yang berkualitas
(Warisno, 2008; COSO, 1992; Septiani, 2005; Hamzah dalam Winidyaningrum,
2010).
35
1.
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM)
Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan
Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) telah membawa perubahan besar dan memberikan
pendekatan baru dalam pengelolaan keuangan pemerintah. Perubahan
tersebut merupakan suatu perubahan yang bersifat paradigmatik, sementara
perubahan yang lebih bersifat pragmatik, yaitu terkait dengan penatausahaan
keuangan daerah. Perubahan itu sudah sampai pada teknik akuntansinya
yang meliputi perubahan dalam pendekatan sistem akuntansi dan prosedur
pencatatan, dokumen dan formulir yang digunakan, fungsi-fungsi otorisasi
untuk tujuan sistem pengendalian intern, laporan, serta pengawasan (Forum
Dosen Akuntansi Sektor Publik, 2006). Perubahan tersebut membutuhkan
dukungan teknologi dan sumber daya manusia yang berkualitas, yaitu
mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya
dengan bekal pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang cukup memadai.
(Widodo dalam Kharis, 2010).
Wiley dalam Azhar (2007) mendefinisikan “Sumber daya manusia
merupakan pilar penyangga utama sekaligus penggerak roda organisasi
dalam usaha mewujudkan visi dan misi serta tujuan dari organisasi
tersebut”. Sumber daya manusia merupakan salah satu elemen organisasi
yang sangat penting, oleh karena itu harus dipastikan bahwa pengelolaan
sumber daya manusia dilakukan sebaik mungkin agar mampu memberikan
kontribusi secara optimal dalam upaya pencapaian tujuan organisasi.
36
Dalam pengelolaan keuangan pemerintah yang baik, satuan kerja harus
memiliki sumber daya manusia yang berkualitas, yang didukung dengan
latar belakang pendidikan akuntansi, sering mengikuti pendidikan dan
pelatihan, dan mempunyai pengalaman di bidang keuangan. Sehingga untuk
menerapkan sistem akuntansi, sumber daya manusia (SDM) yang
berkualitas tersebut akan mampu memahami logika akuntansi dengan baik.
Kegagalan sumber daya manusia Pemerintah dalam memahami dan
menerapkan logika akuntansi akan berdampak pada kekeliruan laporan
keuangan yang dibuat dan ketidaksesuaian laporan dengan standar yang
ditetapkan pemerintah (Warisno, 2008).
2. Pemanfaatan Teknologi Informasi
Teknologi informasi meliputi komputer (mainframe, mini, micro),
perangkat lunak (software), database, jaringan (internet, intranet), electronic
commerce, dan jenis lainnya yang berhubungan dengan teknologi
(Wilkinson et al., 2000). Teknologi informasi selain sebagai teknologi
komputer (hardware dan software) untuk pemrosesan dan penyimpanan
informasi, juga berfungsi sebagai teknologi komunikasi untuk penyebaran
informasi. Komputer sebagai salah satu komponen dari teknologi informasi
merupakan alat yang bisa melipatgandakan kemampuan yang dimiliki
manusia dan komputer juga bisa mengerjakan sesuatu yang manusia
mungkin tidak mampu melakukannya.
Tingginya biaya tenaga kerja manusia yang diperlukan dalam
pemrosesan data membuat pemrosesan secara manual kurang efektif jika
37
ditinjau dari sisi volume dan biaya pemrosesan. Pemrosesan secara manual
memiliki biaya yang stabil pada angka yang cukup tinggi. Sementara
dengan menggunakan mesin, meski investasi awal lebih besar biayanya,
namun pada perkembangannya akan dapat mengurangi biaya pemrosesan
dengan tetap menjaga volume. Sedangkan pengolahan data dengan
menggunakan komputer, akan dapat terus mengurangi biaya-biaya pada
posisi yang paling rendah dibandingkan dengan metoda pengolahan yang
lain.
Dalam hubungannya dengan sistem informasi akuntansi, komputer akan
meningkatkan kapabilitas sistem. Ketika komputer dan komponenkomponen yang berhubungan dengan teknologi informasi diintegrasikan ke
dalam suatu sistem informasi akuntansi, tidak ada aktivitas umum yang
ditambah atau dikurangi. Sistem informasi akuntansi masih mengumpulkan,
memproses, dan menyimpan data. Sistem masih memasukkan pengendalian
atas keakurasian data.
Sistem juga menghasilkan laporan-laporan dan informasi lainnya.
Hanya saja pengkomputerisasian sistem informasi akuntansi seringkali
mengubah karakter aktivitas. Data mungkin dikumpulkan dengan peralatan
khusus. Catatan akuntansi menggunakan lebih sedikit kertas. Kebanyakan,
jika tidak semuanya, tahapan-tahapan pemrosesan dilakukan secara
otomatis. Output lebih rapi, dalam bentuk yang lebih bervariasi, dan lebih
banyak. Terlebih lagi, output dapat didistribusikan kepada orang lain yang
38
terhubung lewat LAN, yang lebih penting dari semua perubahan ini adalah
peningkatan dalam hal (Wilkinson et al., 2000):
1. Pemrosesan transaksi dan data lainnya lebih cepat,
2. Keakurasian dalam perhitungan dan pembandingan lebih besar,
3. Kos pemrosesan masing-masing transaksi lebih rendah,
4. Penyiapan laporan dan output lainnya lebih tepat waktu,
5. Tempat penyimpanan data lebih ringkas dengan aksesibilitas lebih
tinggi ketika dibutuhkan,
6. Pilihan pemasukan data dan penyediaan output lebih luas/banyak.
7. Produktivitas lebih tinggi bagikaryawan dan manager yang belajar
untuk menggunakan komputer secara efektif dalam tanggung jawab
rutin dan pembuatan keputusan.
Perkembangan teknologi informasi tidak hanya dimanfaatkan pada
organisasi bisnis tetapi juga pada organisasi sektor publik, termasuk
pemerintahan. Dalam Penjelasan Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2005
tentang
Sistem
Informasi
Keuangan
disebutkan
bahwa
untuk
menindaklanjuti terselenggaranya proses pembangunan yang sejalan dengan
prinsip tata kelola pemerintahan yang baik (Good Governance), Pemerintah
Pusat dan Pemerintah.
Daerah berkewajiban untuk mengembangkan dan memanfaatkan
kemajuan teknologi informasi untuk meningkatkan kemampuan mengelola
keuangan, dan menyalurkan Informasi Keuangan kepada pelayanan publik.
Pemerintah perlu mengoptimalisasi pemanfaatan kemajuan teknologi
39
informasi untuk membangun jaringan sistem informasi manajemen dan
proses kerja yang memungkinkan pemerintahan bekerja secara terpadu
dengan menyederhanakan akses antar unit kerja. Wilkinson et al., (2000)
mengatakan pemanfaatan teknologi informasi mencakup adanya; (a)
pengolahan data, pengolahan informasi, sistem manajemen dan proses kerja
secara elektronik; dan (b) pemanfaatan kemajuan teknologi informasi agar
pelayanan publik dapat diakses secara mudah dan murah oleh masyarakat.
3.
Komitmen Organisasi
Teori kepatuhan memberikan penjelasan mengenai pengaruh perilaku
kepatuhan di dalam proses sosialisasi. Individu cenderung mematuhi hukum
yang mereka anggap sesuai dan konsisten dengan norma-norma internal
mereka, yaitu Komitmen normatif melalui moralitas personal (normative
commitment through morality) berarti mematuhi hukum karena hukum
tersebut dianggap sebagai keharusan dan komitmen normatif melalui
legitimasi (normative commitment through legitimacy) berarti mematuhi
peraturan karena otoritas penyusun hukum tersebut memiliki hak untuk
mendikte perilaku (Septiani, 2005). Dengan demikian adanya komitmen
organisasi akan mempertahankan kepatuhan dalam penyajian laporan
keuangan pemerintah yang reliable sesuai dengan SAP.
Komitmen organisasi merupakan keyakinan dan dukungan yang kuat
terhadap nilai dan sasaran (goal) yang ingin dicapai organisasi (Mowday et
al. dalam Darma, 2004). Menurut Ikhsan dan Ishak (2008) bahwa komitmen
organisasi merupakan tingkat sampai sejauh mana seorang karyawan
40
memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuannya, serta berniat untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi itu.
Komitmen yang tinggi menjadikan individu lebih mementingkan
organisasi daripada kepentingan pribadi dan berusaha menjadikan organisasi
menjadi lebih baik. Komitmen organisasi yang rendah akan membuat
individu untuk berbuat untuk kepentingan pribadinya.
Pada konteks pemerintahan, aparat yang memiliki komitmen organisasi
yang tinggi, akan menggunakan informasi yang dimiliki untuk menyusun
laporan keuangan menjadi relatif lebih tepat. Selain itu, komitmen
organisasi dapat merupakan alat bantu psikologis dalam menjalankan
organisasinya untuk pencapaian kinerja yang diharapkan (Nouri dan Parker,
1996; Chong dan Chong, 2002; Wentzel, 2002). Dengan adanya komitmen
organisasi akan mempertahankan kepatuhan dalam penyajian laporan
keuangan pemerintah yang reliable sesuai dengan SAP.
Mowday, et. al. dalam Ikhsan dan Ishak (2008) mengemukakan bahwa:
Komitmen
organisasi
terbangun
apabila
masing-masing
individu
mengembangkan tiga sikap yang saling berhubungan terhadap organisasi
dan atau profesi, antara lain :
1. Identifikasi (identification), yaitu pemahaman atau penghayatan
terhadap tujuan organisasi.
2. Keterlibatan (involvement), yaitu perasaan terlibat dalam suatu
pekerjaan
atau
menyenangkan.
perasaan
bahwa
pekerjaan
tersebut
adalah
41
3. Loyalitas (loyality), yaitu perasaan bahwa organisasi adalah tempatnya
bekerja dan tinggal.
2.2
Keterandalan Laporan Keuangan Daerah
Menurut Peraturan Pemerintah RI No. 71 Tahun 2010 yang sudah di
bukukan ”Standar Akuntansi Pemerintahan” terdapat kalimat yang menyatakan
keterandalan agar laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang
dikehendaki dimana informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian
yang menyesatkan dan kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur,
serta dapat diverivikasi. Informasi mungkin relevan, tetapi jika hakikat atau
penyajiannya tidak dapat diandalkan maka penggunaan informasi tersebut secara
potensial
dapat
menyesatkan.
Informasi
penerapan
Standar
Akuntansi
Pemerintahan yang andal memenuhi karakteristik:
a.
Penyajian Jujur
Informasi menggambarkan dengan jujur transaksi serta peristiwa lainnya
yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar dapat diharapkan untuk
disajikan.
b.
Dapat Diverifikasi (verifiability)
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat diuji, dan apabila
pengujian dilakukan lebih dari sekali oleh pihak yang berbeda, hasilnya tetap
menunjukkan simpulan yang tidak berbeda jauh.
42
c.
Netralitas
Informasi diarahkan pada kebutuhan umum dan tidak berpihak pada
kebutuhan pihak tertentu.
Laporan
keuangan
merupakan
bentuk
pertanggungjawaban
atas
kepengurusan sumber daya ekonomi yang dimiliki oleh suatu entitas. Laporan
keuangan yang diterbitkan harus disusun sesuai dengan standar akuntansi yang
berlaku agar laporan keuangan tersebut dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya atau dibandingkan dengan laporan keuangan entitas
yang jelas.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah, dalam ketentuan umumnya menyebutkan bahwa
yang dimaksud dengan keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah
dalam rangka penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang
termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.
Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 pengertian laporan
keuangan adalah sebagai berikut:
“Laporan keuangan merupakan laporan yang terstruktur mengenai posisi
keuangan dan transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan.”
Entitas pelaporan adalah unit pemerintahan yang terdiri dari satu atau lebih
entitas akuntansi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan wajib
43
menyampaikan laporan pertanggung jawaban berupa laporan keuangan, yang
terdiri dari:
a. Pemerintah pusat;
b. Pemerintah daerah
c. Satuan organisasi di lingkungan pemerintah pusat/daerah atau organisasi
lainnya.
Menurut Bastian (2006: 96) pengertian laporan keuangan adalah:
“Laporan keuangan sektor publik merupakan representasi posisi keuangan
dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas Sektor Publik.”
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa laporan
keuangan adalah laporan tertulis yang memberikan informasi kuantitatif tentang
posisi keuangan dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh suatu entitas
pelaporan.
44
2.3
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut:
Tabel 2.1
Peneliti Terdahulu Tahun 2013 - 2015
NO
1.
PENELITI
Nurlaila
2014
2
MUSLIKHA
DIAWATI
3
Daniel
Kartika Adhi
danYohanes
Suhardjo
TAHUN
JUDUL
Pengaruh efektivitas
2014
Penerapan Standar
Akuntansi
Pemerintahan
Terhadap Kualitas
Laporan Keuangan
Pemerintah Daerah
(Studi pada
Pemerintah
Kabupaten
Enrekang)
Faktor –Faktor yang
2015
Mempengaruhi
Keterandalan
Laporan Keuangan
Daerah
Pemerintahan
Kota surakarta
2013
Pengaruh Penerapan
Standar Akuntansi
Pemerintahan
dan kualitas aparatur
pemerintah daerah
Terhadap kualitas
laporan keuangan
(studi kasus pada
pemerintah kota tual)
HASIL PENELITIAN
Efektivitas penerapan
Standar Akuntansi
Pemerintahan
berpengaruh positif dan
signifikan terhadap
kualitas laporan keuangan
pemerintah daerah
Hasil penelitian ini
menunjukkan
bahwa Sumber Daya
Manusia, Pengendalian
Internal, Pemanfaatan
Teknologi Informasi,
Pengawasan Laporan
Keuangan, Standar
Akuntansi Pemerintahan
(SAP) secara bersamasama berpengaruh
terhadap Keterandalan
Laporan
Keuangan
tidak ada hubungan
moderasi antara
penerapan
SAP dan kualitas aparatur
pemerintah daerah dalam
pengaruhnya terhadap
kualitas
laporan keuangan
45
NO
4
2.4
PENELITI
Dian
Tri
Anggraeni
TAHUN
JUDUL
2014
Faktor – Faktor
Yang Mempengaruhi
Keterandalan
Pelaporan Keuangan
Pemerintah Daerah
(Studi pada SKPD
di Kabupaten
Sidoarjo)
HASIL PENELITIAN
Kualitas SDM dan
pengawasan keuangan
memiliki pengaruh positif
terhadap keterandalan
pelaporan keuangan
pemerintah daerah.
Kerangka Pemikiran
Pemerintah selain berperan sebagai lembaga politik juga memiliki peran
sebagai lembaga ekonomi. Lembaga pemerintah melakukan aktifitas ekonominya
dengan melakukan berbagai bentuk pengeluaran untuk membiayai kegiatankegiatan yang dilakukannya dan melakukan berbagai upaya untuk memperoleh
penghasilan yang digunakan untuk menutupi biaya tersebut.
Dalam
pelaksanaan akuntansinya
pemerintah menerapkan standar
akuntansi pemerintahan melalui Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia
No. 71 tahun 2010 yaitu Standar Akuntansi Pemerintah, selanjutnya disebut
SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pemerintah, yang diterapkan dalam menyusun dan
menyajikan laporan keuangan pada organisasi pemerintahan.
Ukuran atau indikator penerapan sistem akuntansi pemerintahan dilakukan
melalui kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan pemanfaatan
teknologi. Apabila ketiga unsur tersebut diterapkan dengan efektif diharapkan
akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan. Standar Akuntansi
Pemerintahan yang berisi prinsip-prinsip akuntansi
yang diterapkan dalam
46
menyusun dan menyajikan laporan keuangan pada organisasi pemerintahan.
(Mahmudi, 2011:271).
Menurut Mardiasmo (2009:33) bahwa untuk menghasilkan laporan
keuangan yang relevan, handal, dan dapat dipercaya, pemerintah daerah harus
memiliki sistem akuntansi yang handal. Oleh karena itu untuk dapat menghasilkan
laporan keuangan daerah yang berkualitas diperlukan pemahaman penerapan
standar akuntansi pemerintahan yang baik.
Nurlaila, Syarifuddin, dan M. Achyar Ibrahim (2014:83) menyatakan
bahwa efektivitas penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kualitas laporan keuangan pemerintah daerah. Ukuran
atau indikator penerapan sistem akuntansi pemerintahan dilakukan melalui
kualitas sumber daya manusia, komitmen organisasi dan pemanfaatan teknologi.
Apabila ketiga unsur tersebut diterapkan dengan efektif diharapkan akan
menghasilkan laporan keuangan yang dapat diandalkan. Laporan keuangan yang
andal melalui informasi penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
memenuhi karakteristik penyajian yang jujur, dapat diverifikasi dan netralitas.
Berdasarkan landasan teori, dan penelitian terdahulu maka kerangka
pemikiran teoritis yang dapat penulis sampaikan adalah sebagai berikut.:
Efektivitas Penerapan
Standar Akuntansi
Pemerintahan
Keterandalan
Pelaporan Keuangan
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
47
2.5
Hipotesis Penelitian
Hipotesis didefinisikan sebagai hubungan yang diperkirakan secara logis
diantara satu atau lebih variabel yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan yang
dapat diuji (Sekaran, 2011). Berdasarkan rumusan penelitian yang telah
dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis sementara yang diajukan dalam
penelitian ini adalah:
Ho : Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan tidak berpengaruh terhadap
Keterandalan Pelaporan Keuangan.
Ha : Penerapan
Standar
Akuntansi
Keterandalan Pelaporan Keuangan.
Pemerintahan
berpengaruh
terhadap
Download