6 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persepsi
Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005),
adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun
peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Proses penerimaan rangsang
ini disebut penginderaan (sensation). Rangsangan-rangsangan yang diterima inilah
yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan.
Sedangkan Menurut Lahey (2009), persepsi adalah proses pemahaman
ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat
dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar
gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Faktor-faktor yang mempengaruhi
persepsi setiap individu adalah pengalaman dalam belajar, motivasi, dan emosi.
Persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen adalah tanggapan
atau penilaian yang diberikan mahasiswa terhadap kemampuan dan kewenangan
dosen dalam menjalankan profesinya. Mahasiswa menerima rangsangan-rangsangan
atau stimulus berupa dosen dan proses pengajaran yang dilakukannya, yang
selanjutnya di interpretasikan dan dipahami mahasiswa sebagai suatu pengalaman
belajar yang memberikan efek positif dan negatif bagi dirinya (Rangkuti &
Anggaraeni, 2005).
6
7
2.2 Kompetensi dosen
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau
dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Mulyasa, 2012). Dalam Standar
Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 (dalam Mulyasa, 2012), terdapat
empat dimensi kompetensi yaitu :
1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta
didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan
peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya.
2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru atau dosen
yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif dan berwibawa, menjadi teladan
bagi peserta didik, dan berakhlak mulia.
3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran
secara luas dan mendalam.
4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru atau dosen sebagai bagian dari
masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta
didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali, dan
masyarakat sekitar.
2.3 Kompetensi Profesional dosen
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2005 tentang guru
dan dosen dijelaskan bahwa
profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang
dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan
8
keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma
tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Mulyasa, 2012).
Kompetensi
profesional
merupakan
kemampuan
penguasaan
materi
pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta
didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional
Pendidikan (Mulyasa, 2012).
Sembiring (2003) menjelaskan bahwa dosen merupakan pelaku utama dan
memiliki peran yang sangat strategi dalam proses belajar mengajar di perguruan
tinggi. Dosen yang berkualitas adalah dosen yang menguasai substansi bidang
akademik dan pengelolaan pembelajaran serta mengembangkan potensinya. Menurut
Ditjen Dikdasmen (2003), pengajar yang profesional, mempunyai kompetensi tinggi
terhadap kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi penguasaan akademik,
dan kompetensi pengembangan potensi.
Terdapat lima kompetensi profesional dosen, yang merupakan profil atau
aspek kemampuan dasar seorang dosen yang dikemukakan Mulyasa (2012), yaitu:
1. Memahami jenis-jenis materi pembelajaran
Seorang dosen harus memahami jenis-jenis materi pembelajaran.
Dosen harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dengan
kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. Beberapa kriteria yang harus
diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan
diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan (dalam Mulyasa, 2012),
sedikitnya mencakup:
a. Validitas, tingkat ketepatan materi.
b. Keberartian, tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan
kebutuhan dan kemampuan mahasiswa.
9
c. Relevansi, saling berhubungan dengan tingkat kemampuan mahasiswa,
artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah, dan disesuaikan dengan
variasi lingkungan setempat dan kebutuhan di lapangan pekerjaan.
d. Kemenarikan, bukan hanya sekedar menarik perhatian mahasiswa pada
saat mempelajari suatu materi pelajaran, tetapi hendaknya mampu
memotivasi mahasiswa sehingga mahasiswa mempunyai minat untuk
mengenali dan mengembangkan ketrampilan lebih mendalam.
e. Kepuasan, hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar
bermanfaat bagi kehidupannya.
2. Mengurutkan materi pembelajaran
Agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan menyenangkan,
materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa, serta dijelaskan
mengenai batasan dan ruang lingkupnya.
3. Mengorganisasikan materi pembelajaran
Tugas utama seorang dosen adalah menyampaikan informasi kepada
mahasiswa. Di samping itu, dosen juga berperan sebagai perencana,
pelaksana, dan penilai materi pembelajaran. Apabila pembelajaran diarahkan
untuk memenuhi kebutuhan pribadi para mahasiswa dengan penyediaan ilmu
yang tepat dan latihan keterampilan yang mereka perlukan, haruslah ada
ketergantungan terhadap materi pembelajaran yang efektif dan terorganisasi.
Isi pembelajaran harus dipilih dan ditentukan sesuai tujuan yang akan
dicapai. Dengan demikian, materi yang harus diajarkan untuk suatu
matakuliah bersifat dinamis, dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai
dengan kebutuhan, serta situasi dan kondisi pembelajaran, tidak statis hanya
bersumber dari buku teks.
10
4. Mendayagunakan sumber pembelajaran
Banyaknya informasi yang berkembang di masyarakat menuntut
setiap orang untuk bekerja keras agar dapat mengikuti dan memahaminya,
kalau tidak kita akan ketinggalan zaman. Demikian halnya dalam
pembelajaran di universitas, untuk memperoleh hasil yang optimal dituntut
tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di dalam kelas, tetapi harus
mampu dan mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan.
Ada berbagai sumber yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu:
a. Manusia, orang yang menyampaikan pesan pembelajaran secara langsung
seperti dosen, konselor, administrator, yang diniati secara khusus dan
disengaja untuk kepentingan pembelajaran.
b. Bahan, sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang diniati
secara khusus seperti film, peta, grafik, buku, dan sebagainya, yang
biasanya disebut media pembelajaran.
c. Lingkungan, ruang dan tempat ketika sumber-sumber dapat berinteraksi
dengan para mahasiswa, misalnya ruang perpustakaan, ruang kelas, dan
laboratorium.
d. Alat dan peralatan, sumber pembelajaran untuk produksi dan memainkan
sumber-sumber lain, seperti kamera untuk produksi foto dan tape recorder
untuk rekaman.
e. Aktivitas, sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu
teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar, misalnya
karyawisata dan simulasi.
5. Memilih dan menentukan materi pembelajaran
11
Setiap kelompok matakuliah perlu dibatasi. Dalam membuat materi
pembelajaran,
diperlukan
prinsip-prinsip
dalam
pemilihan
bahan
pembelajaran, yaitu:
a. Orientasi pada tujuan dan kompetensi, materi harus diarahkan untuk
mencapai tujuan dan membentuk kompetensi mahasiswa.
b. Kesesuaian, materi harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi
masyarakat, tingkat perkembangan mahasiswa, kebutuhan mahasiswa
dalam kehidupan sehari-hari, serta perkembangan ilmu pengetahuan,
teknologi, dan seni.
c. Efisien dan efektif, materi disusun dengan mempertimbangkan prinsip
efisiensi dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber
lain yang tersedia di universitas agar dapat mencapai hasil optimal, di
samping meningkatkan efektivitas atau keberhasilan mahasiswa.
d. Fundamental, harus mengutamakan materi yang paling mendasar untuk
membentuk kompetensi mahasiswa, sehingga bahan-bahan lain di luar itu
akan mudah diserap.
e. Keluwesan,
materi
pembelajaran
yang
luwes
sehingga
mudah
disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan
keadaan dan kemampuan.
f. Berkesinambungan dan berimbang, materi pembelajaran disusun secara
berkesinambungan sehingga setiap aspeknya tidak terlepas-lepas, tetapi
mempunyai hubungan fungsional dan bermakna.
g. Validitas, tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi
pembelajaran, seorang dosen harus yakin bahwa materi yang diberikan
telah teruji kebenarannya.
12
h. Keberartian, tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan
kebutuhan dan kemampuan mahasiswa.
i. Relevansi, saling berhubungan dengan tingkat kemampuan mahasiswa,
artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah, dan disesuaikan dengan
variasi lingkungan setempat dan kebutuhan di lapangan pekerjaan.
j. Kemenarikan, bukan hanya sekedar menarik perhatian mahasiswa pada
saat mempelajari suatu materi pelajaran, tetapi hendaknya mampu
memotivasi mahasiswa sehingga mahasiswa mempunya minat untuk
mengenali dan mengembangkan ketrampilan lebih mendalam.
k. Kepuasan, hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar
bermanfaat bagi kehidupannya.
2.4 Motivasi
Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu motivum, yang artinya alasan sesuatu
terjadi, alasan tentang sesuatu hal itu bergerak atau berpindah. Kata motivum
diartikan dalam bahasa Inggris yaitu motivation (Djiwandono, 2006). Motivasi
merupakan sesuatu yang membuat individu bergerak, memunculkan tingkah laku
untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Sobur, 2003).
Menurut Riduwan (dalam Aritonang, 2008) motivasi merupakan suatu daya
atau kekuatan yang timbul dari dalam diri individu untuk memberikan kesiapan agar
tujuan yang telah ditetapkan tercapai.
Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), “Motivasi dipandang sebagai
dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk
perilaku belajar”. Pada dasarnya motivasi itu terjadi karena adanya keinginan untuk
memenuhi faktor-faktor yang belum terpenuhi (Schiffman, 2007). Sedangkan
13
menurut Chernis dan Goleman (2001), motivasi adalah salah satu fasilitas atau
kecenderungan individu untuk mencapai tujuan. Individu yang memiliki motivasi,
akan memiliki kegigihan dan semangat dalam melakukan aktivitasnya.
Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) motivasi intrinsik;
2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam diri
mahasiswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk
dalam motivasi intrinsik mahasiswa adalah perasaan menyenangi materi dan
kebutuhan terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa
yang bersangkutan (Islamuddin, 2012).
Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar
individu mahasiswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar.
Kekurangan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal,
akan menyebabkan kurang bersemangatnya mahasiswa dalam melakukan proses
pembelajaran materi-materi pelajaran baik di kampus maupun di rumah (Islamuddin,
2012).
Selain itu, motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan
dicapai. Motivasi yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah
untuk mencapai kesuksesan walaupun berbagai kesulitan menghadang. Ia akan tetap
belajar meskipun sulit demi meraih apa yang menjadi tujuannya (cita-citanya) selama
ini (Subini, 2012).
Menurut Uno (dalam Sagala, 2009), individu dikatakan memiliki motivasi
belajar, apabila individu memiliki adanya suatu tujuan yang diharapkan dalam
kegiatan belajarnya, adanya sikap ulet, gigih, dan tidak putus asa dalam
menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah.
14
2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi
Motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam kondisi tertentu orang
dapat memiliki motivasi yang dirangsang oleh faktor dari dalam maupun dari luar
dirinya. Menurut Martaniah (dalam Putri, 2008), faktor yang mempengaruhi motivasi
adalah :
a.
Energi, adanya sumber energi yang mempengaruhi tingkah laku.
b.
Keturunan, mekanisme motivasional telah diprogram secara genetik pada
organisme.
c.
Belajar, ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah laku.
d.
Kondisi fisik.
e.
Kondisi psikis, dalam hal ini kecemasan.
f.
Interaksi sosial, interaksi dengan orang lain dapat pula memberi motivasi.
g.
Proses kognitif, berbagai macam informasi yang diserap dan cara-cara
bagaimana suatu informasi diproses mempunyai pengaruh penting pada
seseorang.
2.5 Motivasi Belajar
Sardiman (2003) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang
muncul dari dalam diri individu, dimana dorongan tersebut akan muncul sebagai
perilaku ketika tujuan yang ingin dicapai dirasakan mendesak.
Motivasi belajar menurut Winkel (2011) adalah keseluruhan daya penggerak
psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin
kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi
mencapai suatu tujuan.
15
2.5.1 Aspek-aspek Motivasi Belajar
Sardiman (dalam Aritonang, 2008) mengatakan bahwa motivasi belajar
adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan
belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada
kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat
tercapai. Lebih lanjut Riduwan (dalam Aritonang, 2008) mengatakan motivasi
merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri siswa untuk
memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Sedangkan belajar
merupakan suatu proses yang dilakukan siswa untuk memperoleh perubahaan
tingkah laku yang lebih baik dan sebelumnya sebagai hasil pengalaman siswa dalam
berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi belajar siswa meliputi dimensi:
a. Ketekunan dalam belajar
1) Kehadiran di sekolah
2) Mengikuti proses belajar mengajar di kelas
3) Belajar di rumah
b. Ulet dalam menghadapi kesulitan
1) Sikap terhadap kesulitan
2) Usaha mengatasi kesulitan
c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar
1) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran
2) Semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar
d. Berprestasi dalam belajar
1) Keinginan untuk berprestasi
2) Kualifikasi hasil
e. Mandiri dalam belajar
16
1) Penyelesaian tugas/PR
2) Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran
Menurut Frandsen (dalam Subini, 2012), terdapat beberapa aspek dalam
motivasi belajar, antara lain:
1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas.
Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka
mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan
menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya.
2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu
maju.
Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanya
dorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya.
3. Adanya keinginan untuk
mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan
teman-teman.
Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang
disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan
bentuk-bentuk rasa simpati yang lain.
4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha
yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi.
Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau
sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi.
Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat diwujudkan
dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), ataupun bersaing dengan
orang lain (kompetisi).
5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran.
17
Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut
tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaan-pertanyaan
dari guru dan lain-lain karena merasa yakin akan dapat menghadapinya
dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman pada individu.
6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar.
Suatu perbuatan yang dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan
ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguh-sungguh
maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin berupa hukuman.
Sedangkan menurut Islamuddin (2012) yang termasuk dalam motivasi
intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi tersebut.
Sedangkan motivasi ekstrinsik untuk belajar adalah pujian dan hadiah, peraturan atau
tata tertib perkuliahan, orang tua, dosen, dan seterusnya yang merupakan contohcontoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong mahasiswa untuk belajar.
2.6 Kerangka Berpikir
Peneliti melihat beberapa fenomena yang terjadi pada mahasiswa psikologi
Universitas Bina Nusantara. Peneliti melakukan wawancara kepada 20 mahasiswa
jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara yang terdiri dari 10 mahasiswa
angkatan 2012 dan 10 mahasiswa angkatan 2011. Dari hasil wawancara, terdapat
beberapa alasan mengapa mahasiswa memiliki motivasi belajar yang kurang dan hal
apa saja yang dilakukan pada jika motivasi belajar sudah berkurang. Terdapat 60%
mahasiswa yang keluar kelas ditengah jam perkuliahan dengan waktu yang cukup
lama, namun 40% mahasiswa tetap berada di dalam kelas, tetapi tidak memusatkan
perhatian ke dosen, melainkan bermain game dari telepon genggam maupun tablet
dan berbicara dengan temannya.
18
Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal yang diatas terjadi yaitu 55%
mahasiswa berpendapat bahwa materi yang disampaikan oleh dosen tidak menarik,
75% mahasiswa berpendapat bahwa dosen yang membosankan dalam mengajar dan
kurang menariknya cara dosen dalam mengajar, 30% mahasiswa berpendapat bahwa
metode pengajaran dosen yang kurang, kurangnya keahlian dosen dalam
mempresentasikan materi perkuliahan dan metode pengajaran yang monoton, dan
15% mahasiswa berpendapat bahwa waktu perkuliahan yang pagi yang membuat
mahasiswa kelaparan dan kurangnya interaksi tanya-jawab yang dilakukan dosen
kepada mahasiswa.
Kompetensi dosen sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar.
Terdapat lima kompetensi profesional dosen yang dikemukakan oleh Mulyasa
(2012), yaitu (1) memahami jenis-jenis materi pembelajaran, (2) mengurutkan materi
pembelajaran, (3) mengorganisasikan materi pembelajaran, (4) mendayagunakan
sumber pembelajaran, (5) memilih dan menentukan materi pembelajaran.
Persepsi terhadap kompetensi profesional dosen adalah tanggapan atau
penilaian yang diberikan mahasiswa terhadap kemampuan dan kewenangan dosen
dalam menjalankan profesinya. Mahasiswa menerima rangsangan-rangsangan atau
stimulus berupa dosen dan proses pengajaran yang dilakukannya, yang selanjutnya di
interpretasikan dan dipahami mahasiswa sebagai suatu pengalaman belajar yang
memberikan efek positif dan negatif bagi dirinya.
Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran, karena mahasiswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila
memiliki motivasi yang tinggi. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan
motivasi untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan dosen yang
menyampaikan materi perkuliahan itu. Dari teori yang diuraikan oleh Sardiman
19
(2001) motivasi belajar dibagi menjadi 5 dimensi (1) ketekunan, (2) keuletan, (3)
minat dan perhatian, (4) prestasi, dan (5) kemandirian.
Gambar 1.1 Kerangka berpikir
Persepsi mahasiswa terhadap
Motivasi belajar
kompetensi profesional dosen
Ketekunan dalam belajar
Memahami jenis-jenis materi
pembelajaran
Ulet dalam menghadapi kesulitan
Minat dan ketajaman perhatian
Mengurutkan materi pembelajaran
Mengorganisasikan materi pembelajaran
Berprestasi dalam belajar
Mandiri dalam belajar
Mendayagunakan sumber pembelajaran
Memilih
dan
pembelajaran
menentukan
materi
Download