BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi menurut Irwanto, et al (dalam Rangkuti & Anggaraeni, 2005), adalah proses diterimanya rangsang (objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa) sampai rangsang itu disadari dan dimengerti. Proses penerimaan rangsang ini disebut penginderaan (sensation). Rangsangan-rangsangan yang diterima inilah yang menyebabkan kita mempunyai suatu pengertian terhadap lingkungan. Sedangkan Menurut Lahey (2009), persepsi adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi terhadap stimulus. Stimulus didapat dari proses penginderaan terhadap objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan antar gejala yang selanjutnya diproses oleh otak. Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi setiap individu adalah pengalaman dalam belajar, motivasi, dan emosi. Persepsi mahasiswa terhadap kompetensi profesional dosen adalah tanggapan atau penilaian yang diberikan mahasiswa terhadap kemampuan dan kewenangan dosen dalam menjalankan profesinya. Mahasiswa menerima rangsangan-rangsangan atau stimulus berupa dosen dan proses pengajaran yang dilakukannya, yang selanjutnya di interpretasikan dan dipahami mahasiswa sebagai suatu pengalaman belajar yang memberikan efek positif dan negatif bagi dirinya (Rangkuti & Anggaraeni, 2005). 6 7 2.2 Kompetensi dosen Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan (Mulyasa, 2012). Dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan Pasal 28 ayat 3 (dalam Mulyasa, 2012), terdapat empat dimensi kompetensi yaitu : 1. Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil pembelajaran, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan potensinya. 2. Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian guru atau dosen yang mantap, stabil, dewasa, disiplin, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. 3. Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam. 4. Kompetensi sosial adalah kemampuan guru atau dosen sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua atau wali, dan masyarakat sekitar. 2.3 Kompetensi Profesional dosen Dalam Undang-Undang Republik Indonesia no. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen dijelaskan bahwa profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan 8 keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (Mulyasa, 2012). Kompetensi profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan (Mulyasa, 2012). Sembiring (2003) menjelaskan bahwa dosen merupakan pelaku utama dan memiliki peran yang sangat strategi dalam proses belajar mengajar di perguruan tinggi. Dosen yang berkualitas adalah dosen yang menguasai substansi bidang akademik dan pengelolaan pembelajaran serta mengembangkan potensinya. Menurut Ditjen Dikdasmen (2003), pengajar yang profesional, mempunyai kompetensi tinggi terhadap kompetensi pengelolaan pembelajaran, kompetensi penguasaan akademik, dan kompetensi pengembangan potensi. Terdapat lima kompetensi profesional dosen, yang merupakan profil atau aspek kemampuan dasar seorang dosen yang dikemukakan Mulyasa (2012), yaitu: 1. Memahami jenis-jenis materi pembelajaran Seorang dosen harus memahami jenis-jenis materi pembelajaran. Dosen harus mampu menentukan secara tepat materi yang relevan dengan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. Beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam memilih dan menentukan materi standar yang akan diajarkan kepada peserta didik, menurut Hasan (dalam Mulyasa, 2012), sedikitnya mencakup: a. Validitas, tingkat ketepatan materi. b. Keberartian, tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. 9 c. Relevansi, saling berhubungan dengan tingkat kemampuan mahasiswa, artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah, dan disesuaikan dengan variasi lingkungan setempat dan kebutuhan di lapangan pekerjaan. d. Kemenarikan, bukan hanya sekedar menarik perhatian mahasiswa pada saat mempelajari suatu materi pelajaran, tetapi hendaknya mampu memotivasi mahasiswa sehingga mahasiswa mempunyai minat untuk mengenali dan mengembangkan ketrampilan lebih mendalam. e. Kepuasan, hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya. 2. Mengurutkan materi pembelajaran Agar pembelajaran dapat dilakukan secara efektif dan menyenangkan, materi pembelajaran harus diurutkan sedemikian rupa, serta dijelaskan mengenai batasan dan ruang lingkupnya. 3. Mengorganisasikan materi pembelajaran Tugas utama seorang dosen adalah menyampaikan informasi kepada mahasiswa. Di samping itu, dosen juga berperan sebagai perencana, pelaksana, dan penilai materi pembelajaran. Apabila pembelajaran diarahkan untuk memenuhi kebutuhan pribadi para mahasiswa dengan penyediaan ilmu yang tepat dan latihan keterampilan yang mereka perlukan, haruslah ada ketergantungan terhadap materi pembelajaran yang efektif dan terorganisasi. Isi pembelajaran harus dipilih dan ditentukan sesuai tujuan yang akan dicapai. Dengan demikian, materi yang harus diajarkan untuk suatu matakuliah bersifat dinamis, dapat berubah dari waktu ke waktu sesuai dengan kebutuhan, serta situasi dan kondisi pembelajaran, tidak statis hanya bersumber dari buku teks. 10 4. Mendayagunakan sumber pembelajaran Banyaknya informasi yang berkembang di masyarakat menuntut setiap orang untuk bekerja keras agar dapat mengikuti dan memahaminya, kalau tidak kita akan ketinggalan zaman. Demikian halnya dalam pembelajaran di universitas, untuk memperoleh hasil yang optimal dituntut tidak hanya mengandalkan terhadap apa yang ada di dalam kelas, tetapi harus mampu dan mau menelusuri berbagai sumber pembelajaran yang diperlukan. Ada berbagai sumber yang digunakan dalam pembelajaran, yaitu: a. Manusia, orang yang menyampaikan pesan pembelajaran secara langsung seperti dosen, konselor, administrator, yang diniati secara khusus dan disengaja untuk kepentingan pembelajaran. b. Bahan, sesuatu yang mengandung pesan pembelajaran, baik yang diniati secara khusus seperti film, peta, grafik, buku, dan sebagainya, yang biasanya disebut media pembelajaran. c. Lingkungan, ruang dan tempat ketika sumber-sumber dapat berinteraksi dengan para mahasiswa, misalnya ruang perpustakaan, ruang kelas, dan laboratorium. d. Alat dan peralatan, sumber pembelajaran untuk produksi dan memainkan sumber-sumber lain, seperti kamera untuk produksi foto dan tape recorder untuk rekaman. e. Aktivitas, sumber pembelajaran yang merupakan kombinasi antara suatu teknik dengan sumber lain untuk memudahkan belajar, misalnya karyawisata dan simulasi. 5. Memilih dan menentukan materi pembelajaran 11 Setiap kelompok matakuliah perlu dibatasi. Dalam membuat materi pembelajaran, diperlukan prinsip-prinsip dalam pemilihan bahan pembelajaran, yaitu: a. Orientasi pada tujuan dan kompetensi, materi harus diarahkan untuk mencapai tujuan dan membentuk kompetensi mahasiswa. b. Kesesuaian, materi harus sesuai dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat, tingkat perkembangan mahasiswa, kebutuhan mahasiswa dalam kehidupan sehari-hari, serta perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. c. Efisien dan efektif, materi disusun dengan mempertimbangkan prinsip efisiensi dalam pendayagunaan dana, waktu, tenaga, dan sumber-sumber lain yang tersedia di universitas agar dapat mencapai hasil optimal, di samping meningkatkan efektivitas atau keberhasilan mahasiswa. d. Fundamental, harus mengutamakan materi yang paling mendasar untuk membentuk kompetensi mahasiswa, sehingga bahan-bahan lain di luar itu akan mudah diserap. e. Keluwesan, materi pembelajaran yang luwes sehingga mudah disesuaikan, diubah, dilengkapi atau dikurangi berdasarkan tuntutan keadaan dan kemampuan. f. Berkesinambungan dan berimbang, materi pembelajaran disusun secara berkesinambungan sehingga setiap aspeknya tidak terlepas-lepas, tetapi mempunyai hubungan fungsional dan bermakna. g. Validitas, tingkat ketepatan materi. Sebelum memberikan materi pembelajaran, seorang dosen harus yakin bahwa materi yang diberikan telah teruji kebenarannya. 12 h. Keberartian, tingkat kepentingan materi tersebut dikaitkan dengan kebutuhan dan kemampuan mahasiswa. i. Relevansi, saling berhubungan dengan tingkat kemampuan mahasiswa, artinya tidak terlalu sulit, tidak terlalu mudah, dan disesuaikan dengan variasi lingkungan setempat dan kebutuhan di lapangan pekerjaan. j. Kemenarikan, bukan hanya sekedar menarik perhatian mahasiswa pada saat mempelajari suatu materi pelajaran, tetapi hendaknya mampu memotivasi mahasiswa sehingga mahasiswa mempunya minat untuk mengenali dan mengembangkan ketrampilan lebih mendalam. k. Kepuasan, hasil pembelajaran yang diperoleh peserta didik benar-benar bermanfaat bagi kehidupannya. 2.4 Motivasi Motivasi berasal dari bahasa latin yaitu motivum, yang artinya alasan sesuatu terjadi, alasan tentang sesuatu hal itu bergerak atau berpindah. Kata motivum diartikan dalam bahasa Inggris yaitu motivation (Djiwandono, 2006). Motivasi merupakan sesuatu yang membuat individu bergerak, memunculkan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan (Sobur, 2003). Menurut Riduwan (dalam Aritonang, 2008) motivasi merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri individu untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006), “Motivasi dipandang sebagai dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia termasuk perilaku belajar”. Pada dasarnya motivasi itu terjadi karena adanya keinginan untuk memenuhi faktor-faktor yang belum terpenuhi (Schiffman, 2007). Sedangkan 13 menurut Chernis dan Goleman (2001), motivasi adalah salah satu fasilitas atau kecenderungan individu untuk mencapai tujuan. Individu yang memiliki motivasi, akan memiliki kegigihan dan semangat dalam melakukan aktivitasnya. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1) motivasi intrinsik; 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah keadaan yang berasal dari dalam diri mahasiswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam motivasi intrinsik mahasiswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan (Islamuddin, 2012). Adapun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu mahasiswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Kekurangan motivasi, baik yang bersifat internal maupun yang bersifat eksternal, akan menyebabkan kurang bersemangatnya mahasiswa dalam melakukan proses pembelajaran materi-materi pelajaran baik di kampus maupun di rumah (Islamuddin, 2012). Selain itu, motivasi erat sekali hubungannya dengan tujuan yang akan dicapai. Motivasi yang tinggi tercermin dari ketekunan yang tidak mudah patah untuk mencapai kesuksesan walaupun berbagai kesulitan menghadang. Ia akan tetap belajar meskipun sulit demi meraih apa yang menjadi tujuannya (cita-citanya) selama ini (Subini, 2012). Menurut Uno (dalam Sagala, 2009), individu dikatakan memiliki motivasi belajar, apabila individu memiliki adanya suatu tujuan yang diharapkan dalam kegiatan belajarnya, adanya sikap ulet, gigih, dan tidak putus asa dalam menyelesaikan tugas dan memecahkan masalah. 14 2.4.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi Motivasi dipengaruhi oleh beberapa faktor. Dalam kondisi tertentu orang dapat memiliki motivasi yang dirangsang oleh faktor dari dalam maupun dari luar dirinya. Menurut Martaniah (dalam Putri, 2008), faktor yang mempengaruhi motivasi adalah : a. Energi, adanya sumber energi yang mempengaruhi tingkah laku. b. Keturunan, mekanisme motivasional telah diprogram secara genetik pada organisme. c. Belajar, ada interaksi antara belajar dan motivasi dalam tingkah laku. d. Kondisi fisik. e. Kondisi psikis, dalam hal ini kecemasan. f. Interaksi sosial, interaksi dengan orang lain dapat pula memberi motivasi. g. Proses kognitif, berbagai macam informasi yang diserap dan cara-cara bagaimana suatu informasi diproses mempunyai pengaruh penting pada seseorang. 2.5 Motivasi Belajar Sardiman (2003) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah dorongan yang muncul dari dalam diri individu, dimana dorongan tersebut akan muncul sebagai perilaku ketika tujuan yang ingin dicapai dirasakan mendesak. Motivasi belajar menurut Winkel (2011) adalah keseluruhan daya penggerak psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan. 15 2.5.1 Aspek-aspek Motivasi Belajar Sardiman (dalam Aritonang, 2008) mengatakan bahwa motivasi belajar adalah keseluruhan daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan memberi arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat tercapai. Lebih lanjut Riduwan (dalam Aritonang, 2008) mengatakan motivasi merupakan suatu daya atau kekuatan yang timbul dari dalam diri siswa untuk memberikan kesiapan agar tujuan yang telah ditetapkan tercapai. Sedangkan belajar merupakan suatu proses yang dilakukan siswa untuk memperoleh perubahaan tingkah laku yang lebih baik dan sebelumnya sebagai hasil pengalaman siswa dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Motivasi belajar siswa meliputi dimensi: a. Ketekunan dalam belajar 1) Kehadiran di sekolah 2) Mengikuti proses belajar mengajar di kelas 3) Belajar di rumah b. Ulet dalam menghadapi kesulitan 1) Sikap terhadap kesulitan 2) Usaha mengatasi kesulitan c. Minat dan ketajaman perhatian dalam belajar 1) Kebiasaan dalam mengikuti pelajaran 2) Semangat dalam mengikuti proses belajar mengajar d. Berprestasi dalam belajar 1) Keinginan untuk berprestasi 2) Kualifikasi hasil e. Mandiri dalam belajar 16 1) Penyelesaian tugas/PR 2) Menggunakan kesempatan di luar jam pelajaran Menurut Frandsen (dalam Subini, 2012), terdapat beberapa aspek dalam motivasi belajar, antara lain: 1. Adanya sifat ingin tahu dan ingin menyelidiki dunia yang lebih luas. Sifat ingin tahu mendorong seseorang untuk belajar, sehingga setelah mereka mengetahui segala hal yang sebelumnya tidak diketahui maka akan menimbulkan kepuasan tersendiri pada dirinya. 2. Adanya sifat yang kreatif yang ada pada manusia dan keinginan untuk selalu maju. Manusia terus menerus menciptakan sesuatu yang baru karena adanya dorongan untuk lebih maju dan lebih baik dalam kehidupannya. 3. Adanya keinginan untuk mendapatkan simpati dari orang tua, guru dan teman-teman. Jika seseorang mendapatkan hasil yang baik dalam belajar, maka orang-orang disekelilingnya akan memberikan penghargaan berupa pujian, hadiah dan bentuk-bentuk rasa simpati yang lain. 4. Adanya keinginan untuk memperbaiki kegagalan yang lalu dengan usaha yang baru baik dengan kooperasi atau kompetisi. Suatu kegagalan dapat menjadikan seseorang merasa kecewa dan depresi atau sebaliknya dapat menimbulkan motivasi baru agar berusaha lebih baik lagi. Usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik tersebut dapat diwujudkan dengan kerjasama bersama orang lain (kooperasi), ataupun bersaing dengan orang lain (kompetisi). 5. Adanya keinginan untuk mendapatkan rasa aman bila menguasai pelajaran. 17 Apabila seseorang menguasai pelajaran dengan baik, maka orang tersebut tidak akan merasa khawatir bila menghadapi ujian, pertanyaan-pertanyaan dari guru dan lain-lain karena merasa yakin akan dapat menghadapinya dengan baik. Hal inilah yang menimbulkan rasa aman pada individu. 6. Adanya ganjaran atau hukuman sebagai akhir daripada belajar. Suatu perbuatan yang dilakukan dengan baik pasti akan mendapatkan ganjaran yang baik, dan sebaliknya, bila dilakukan kurang sungguh-sungguh maka hasilnya pun kurang baik bahkan mungkin berupa hukuman. Sedangkan menurut Islamuddin (2012) yang termasuk dalam motivasi intrinsik adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhan terhadap materi tersebut. Sedangkan motivasi ekstrinsik untuk belajar adalah pujian dan hadiah, peraturan atau tata tertib perkuliahan, orang tua, dosen, dan seterusnya yang merupakan contohcontoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong mahasiswa untuk belajar. 2.6 Kerangka Berpikir Peneliti melihat beberapa fenomena yang terjadi pada mahasiswa psikologi Universitas Bina Nusantara. Peneliti melakukan wawancara kepada 20 mahasiswa jurusan Psikologi Universitas Bina Nusantara yang terdiri dari 10 mahasiswa angkatan 2012 dan 10 mahasiswa angkatan 2011. Dari hasil wawancara, terdapat beberapa alasan mengapa mahasiswa memiliki motivasi belajar yang kurang dan hal apa saja yang dilakukan pada jika motivasi belajar sudah berkurang. Terdapat 60% mahasiswa yang keluar kelas ditengah jam perkuliahan dengan waktu yang cukup lama, namun 40% mahasiswa tetap berada di dalam kelas, tetapi tidak memusatkan perhatian ke dosen, melainkan bermain game dari telepon genggam maupun tablet dan berbicara dengan temannya. 18 Ada beberapa alasan yang menyebabkan hal yang diatas terjadi yaitu 55% mahasiswa berpendapat bahwa materi yang disampaikan oleh dosen tidak menarik, 75% mahasiswa berpendapat bahwa dosen yang membosankan dalam mengajar dan kurang menariknya cara dosen dalam mengajar, 30% mahasiswa berpendapat bahwa metode pengajaran dosen yang kurang, kurangnya keahlian dosen dalam mempresentasikan materi perkuliahan dan metode pengajaran yang monoton, dan 15% mahasiswa berpendapat bahwa waktu perkuliahan yang pagi yang membuat mahasiswa kelaparan dan kurangnya interaksi tanya-jawab yang dilakukan dosen kepada mahasiswa. Kompetensi dosen sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar. Terdapat lima kompetensi profesional dosen yang dikemukakan oleh Mulyasa (2012), yaitu (1) memahami jenis-jenis materi pembelajaran, (2) mengurutkan materi pembelajaran, (3) mengorganisasikan materi pembelajaran, (4) mendayagunakan sumber pembelajaran, (5) memilih dan menentukan materi pembelajaran. Persepsi terhadap kompetensi profesional dosen adalah tanggapan atau penilaian yang diberikan mahasiswa terhadap kemampuan dan kewenangan dosen dalam menjalankan profesinya. Mahasiswa menerima rangsangan-rangsangan atau stimulus berupa dosen dan proses pengajaran yang dilakukannya, yang selanjutnya di interpretasikan dan dipahami mahasiswa sebagai suatu pengalaman belajar yang memberikan efek positif dan negatif bagi dirinya. Motivasi merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, karena mahasiswa akan belajar dengan sungguh-sungguh apabila memiliki motivasi yang tinggi. Salah satu faktor yang sering dianggap menurunkan motivasi untuk belajar adalah materi pelajaran itu sendiri dan dosen yang menyampaikan materi perkuliahan itu. Dari teori yang diuraikan oleh Sardiman 19 (2001) motivasi belajar dibagi menjadi 5 dimensi (1) ketekunan, (2) keuletan, (3) minat dan perhatian, (4) prestasi, dan (5) kemandirian. Gambar 1.1 Kerangka berpikir Persepsi mahasiswa terhadap Motivasi belajar kompetensi profesional dosen Ketekunan dalam belajar Memahami jenis-jenis materi pembelajaran Ulet dalam menghadapi kesulitan Minat dan ketajaman perhatian Mengurutkan materi pembelajaran Mengorganisasikan materi pembelajaran Berprestasi dalam belajar Mandiri dalam belajar Mendayagunakan sumber pembelajaran Memilih dan pembelajaran menentukan materi