analis pengaruh variabel makroekonomi terhadap return saham

advertisement
ANALIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP RETURN SAHAM SYARIAH
DAN NON SYARIAH
Oleh :
Rizqi Widi Feirdani
NIM : 101081023176
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008 M
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama
: Rizqi Widi Feirdani
Tempat/Tanggal Lahir
: Jakarta 04 Februari 1983
Agama
: Islam
Alamat
: Komplek Departemen Agama Blok 7/E1
RT.004 RW.007 Bambuapus Pamulang
Tangerang 15415
Telepon
: (021) 7420856
PENDIDIKAN FORMAL
Tahun 1989 – 1995
: SDN Bambuapus II
Tahun 1995 – 1998
: SMPN 1 Tasikmalaya
Tahun 1998 – 2000
: SMUN 2 Tasikmalaya
Tahun 2000 – 2001
: SMUN 1 Ciputat
Tahun 2001 – 2008
: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
PENDIDIKAN NON FORMAL
Tahun 1995 – 1996
: Pondok Pesantren Bahrul Ulum
Tasikmalaya
Tahun 1996 – 2000
: Pondok Pesantren Al-Muklisun
Tasikmalaya
PENGALAMAN ORGANISASI
Tahun 2001 - Sekarang
: Anggota RIAF Al-Furqon Departemen
Agama Bambuapus Pamulang Tangerang
Tahun 2001 – Sekarang
: Anggota Remaja Masjid Bambuapus Raya
Pamulang Tangerang
2
ABSTRACT
This research aim to find out the influence of macro economic variables,
such as Rupiah exchange, SBI interest rate, inflation, Gross Domestic Product
(GDP) toward Return Syariah and Non Syariah. The research used multiple
regression analysis, to find independent variables influence, partially and
simultaneously and to find independent variables which have dominant influence
to dependent variables. Based on result of this research, show that only one factor
which have significantly influence to Return syariah and Non syariah, that is
Rupiah Exchange, while the others such as SBI interest rate, inflation, Gross
Domestic Product (GDP) didn’t have significantly influence to Return Syariah
and Non Syariah. Mean while the reseacrh’s result simultaneously show that
these independent variables significantly influence to Return Non Syariah but
didn’t have influence to Return Non Syariah
Keywords : Return Syariah, Return Non syariah, Rupiah Exchange rate, SBI
interest rate, inflation, GDP
3
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh variabel
makroekonomi seperti, nilai tukar Rupiah terhadap Dollar, suku bunga SBI,
inflasi, Produk Domestik Bruto (PDB) terhadap Return saham Syariah dan Non
Syariah. Penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda, untuk
mengetahui pengaruh variabel independen secara parsial dan simultan serta untuk
mengetahui variabel dependen mana yang mempunyai pengaruh yang paling
dominan. Berdasarkan hasil pengujian tersebut, menunjukan bahwa hanya satu
faktor yang berpengaruh secara signifikan terhadap Return saham Syariah dan
Non Syariah yaitu nilai tukar Rupiah terhapad Dollar, sedangkan variabel lainnya,
SBI, inflasi dan PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap Return saham Syariah
dan Non Syariah. Sementara hasil pengujian secara simultan menunjukan bahwa,
variabel-variabel independen berpengaruh signifikan terhadap Return saham Non
syariah tetapi tidak berpengaruh terhadap Return saham Syariah.
Kata kunci : Return Syariah, Return Non Syariah, Nilai Tukar Rupiah terhadap
Dollar, SBI, inflasi, PDB
4
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi
ini
dengan
judul
:
“ANALISIS
PENGARUH
VARIABEL
MAKROEKONOMI TERHADAP RETURN SAHAM SYARIAH DAN
NONSYARIAH”.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih
jauh dari kesempurnaan, karena pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki
sangat terbatas, oleh sebab itu penulis mengharapkan saran dan kritik serta
tanggapan yang positif dari semua pihak demi penyempurnaan skripsi ini.
Dengan selesainya skripsi ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, antara lain :
1. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM, selaku Ketua Jurusan
Manajemen dan Dosen Pembimbing I, yang sangat membantu dalam
penyusunan skripsi ini hingga selesai.
2. Bapak Indoyama Nasaruddin SE, MAB, selaku Dosen Pembimbing II
yang telah meluangkan waktu dalam penyusunan skripsi ini hingga
selesai.
3. Bapak Prof. Dr. Abdul Hamid MS, selaku Penguji Ahli dan dosen
Metodelogi Penelitian yang senantiasa membimbing berbagai ilmu.
4. Bapak-bapak dan Ibu-ibu dosen serta seluruh karyawan Fakultas
Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, atas
partisipasi dan bantuannya selama penulis menuntut ilmu.
5. Kedua orang tua tercinta yang senantiasa memberikan dukungan dan
doa sangat besar bagi penulis, baik dukungan materil maupun
dukungan moril sehingga penulisan skripsi ini terselesaikan dengan
baik.
6. Kakak dan adik-adikku yang tercinta, yang telah mendukung selama
pendidikan dan penulisan skripsi ini hingga selesai.
5
7. Semua sahabat-sahabatku yang tidak dapat disebutkan satu persatu
yang selalu memberikan motivasi dan arti persahabatan, khususnya
sahabat-sahabat angkatan 2001 FEIS UIN, Masjid Bambuapus Raya,
Sahabat-sahabat kecilku,juga bwt bisri untk tabung gasnya, barudak
kosan jeung dulur-dulur urang saperjuangan.
Mudah-mudahan atas segala bantuan serta budi baik yang penulis terima
selama menjalani pendidikan mendapatkan ridha dari Allah SWT.
Akhir kata, semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan
saran untuk perkembangan dalam pendidikan.
Jakarta, Desember 2008
Penulis
6
DAFTAR ISI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ………………………………………………. i
ABSTRACT………………………………………………………………........ ii
ABSTRAKS………………………………………………………………........ iii
KATA PENGANTAR……………………………………………………........iv
DAFTAR ISI………………………………………………………………….. vi
DAFTAR TABEL…………………………………………………………….. ix
DAFTAR GAMBAR…………………………………………………………..x
DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………….. xi
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian………………………………………… 1
B. Perumusan Masalah……………………………………………….8
C. Tujuan dan Manfaat penelitian…………………………………….9
1. Tujuan Penelitian…………………………………………….. 9
2. Manfaat Penelitian…………………………………………… 9
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
A. Pasar Modal Syariah……………………………………………... 10
B. Instrumen Pasar Modal Syariah………………………………….. 11
C. Saham Syariah…………………………………………………… 12
D. Pasar Modal……………………………………………………... 13
E. Instrumen Pasar Modal………………………………………….. 14
F. Inflasi…………………………………………………………….. 15
G. Nilai Tukar………………………………………………………. 16
H. Produk Domestik Bruto………………………………………….. 17
I. Tingkat Suku Bunga SBI………………………………………… 18
J. Pengertian Return…………………………………………………18
K. Pengertian Resiko………………………………………………... 21
7
L. Resiko Return dan Hubungannya………………………………... 23
M. Estimasi Resiko dan Return……………………………………… 25
N. Analisis Fundamental……………………………………………..29
O. Penelitian Terdahulu……………………………………………... 32
P. Kerangka Pemikiran………………………………………………34
Q. Hipotesis…………………………………………………………. 36
BAB III : METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian………………………………………...38
B. Metode Penentuan Sampel…………………………………..........38
C. Metode Pengumpulan Data………………………………………. 39
D. Metode Analisis Data……………………………………………. 40
1. Analisis Regresi Linear Berganda…………………………… 40
2. Uji F………………………………………………………….. 41
3. Uji T…………………………………………………….......... 42
4. Uji Koefisien Determinasi…………………………………… 42
5. Uji Asumsi Klasik……………………………………............. 42
E. Operasional Variabel Penelitian…………………………………. 45
BAB IV : PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian……………………... 48
1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia…………………………… 48
2. Lembaga-lembaga yang terlibat di BEI……………………… 50
3. Mekanisme Perdagangan…………………………………….. 54
B. Penemuan dan Pembahasan……………………………………… 59
1. Deskripsi Data……………………………………………….. 59
2. Pengujian Asumsi klasik……………………………………... 61
3. Pengujian Statistik…………………………………………… 64
8
BAB V : KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. KESIMPULAN…………………………………………............... 71
B. IMPLIKASI……………………………………………………… 72
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 74
LAMPIRAN……………………………………………………………………76
9
DAFTAR TABEL
Nomor
Keterangan
Halaman
3.1
Tabel Autokorelasi
44
4.1
Statistic Descriptive Dependent Variable
59
4.2
Statistic Descriptive Independent Variable
60
4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
61
4.4
Hasil Uji Durbin Watson
62
4.5
Hasil Analisis Regresi Linear Berganda Terhadap Return JII
64
4.6
Hasil Analisis Regresi Linear berganda Terhadap Return LQ45 67
10
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Keterangan
Halaman
2.1
Kerangka Pemikiran
35
4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
63
11
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor
Keterangan
Halaman
1
Data Indeks JII
76
2
Data Indeks LQ45
77
3
Data Return JII
78
4
Data LQ45
79
5
Data Kurs Tengah Rp/US$ periode April 2003 – Juni 2008
80
6
Data Suku Bunga Indonesia periode April 2003 – Juni 2008
81
7
Data Inflasi Periode April 2003 – Juni 2008
82
8
Data Produk Domestik Bruto periode April 2003 – Juni 2008
83
9
Output Minitab Return Saham Syariah JII
84
10
Output Minitab Return saham Non Syariah LQ45
85
12
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP RETURN SAHAM SYARIAH
DAN NON SYARIAH
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-Syarat dalam meraih Gelar Sarjana
Ekonomi
Oleh :
Rizqi Widi Feirdani
NIM : 101081023176
Di Bawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Indoyama Nasarudin, SE, MAB
NIP : 150 317 955
NIP : 150 317 593
JURUSAN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIFHIDAYATULLAH
JAKARTA
1429 H/2008
13
Hari ini Senin Tanggal 24 Bulan November Dua Ribu Delapan telah dilakukan
Ujian Komprehensif atas nama Rizqi Widi feirdani NIM : 101081023176 dengan
judul Skripsi “ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI
TERHADAP RETURN SAHAM SYARIAH DAN NON SYARIAH”.
Memperhatikan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka
skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 24 November 2008
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Prof. Dr. Ahmad Rodoni, MM
Penguji I
Titi Dewi Warninda, SE, M.Si
Penguji II
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS
Penguji Ahli
14
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Penelitian
Pasar modal Indonesia dalam perkembangannya telah menunjukkan
sebagai bagian dari instrumen perekonomian, dimana indikasi yang
dihasilkannya banyak dipicu oleh para peneliti maupun praktisi dalam melihat
gambaran perekonomian Indonesia. Oleh karena itu komitmen pemerintah
Indonesia terhadap peran Pasar Modal tercermin di dalam Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1995 Tentang Pasar Modal, dimana
dinyatakan bahwa Pasar Modal mempunyai peran yang strategis dalam
pembangunan nasional, sebagai salah satu sumber pembiayaan bagi dunia
usaha dan wahana investasi bagi masyarakat. Sebagai salah satu instrumen
perekonomian, maka Pasar Modal tidak terlepas dari pengaruh yang
berkembang di lingkungannya, baik yang terjadi di lingkungan ekonomi mikro
yaitu peristiwa atau keadaan para emiten, seperti laporan kinerja, pembagian
deviden, perubahan strategi perusahaan atau keputusan strategis dalam Rapat
Umum Pemegang Saham akan menjadi informasi yang menarik bagi para
investor di Pasar Modal. Disamping lingkungan ekonomi mikro, perubahan
dipengaruhi oleh lingkungan ekonomi makro seperti nilai tukar rupiah
terhadap dollar, inflasi, tingkat pertumbuhan ekonomi, tingkat suku bunga
maupun regulasi pemerintah yang akan mempengaruhi gejolak di Pasar
Modal.
15
Variabel-variabel ekonomi makro seperti nilai tukar rupiah terhadap
dollar, SBI, inflasi dan PDB mengalami perubahan yang cukup tajam. Jika
diamati secara seksama melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dolar
Amerika disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya: spekulasi para
pedagang valuta asing (valas), jatuh tempo pembayaran utang luar negeri baik
swasta maupun pemerintah, kurang percayanya masyarakat terhadap rupiah,
dan tidak kalah pentingnya adalah lemahnya dasar (fondasi) perekonomian
Indonesia. Ekonom senior Djojohadikusumo (1999) menyatakan bahwa
lemahnya fondasi perekonomian Indonesia yang menyebabkan krisis moneter
di Indonesia berakibat lebih parah dan lebih lama dibandingkan dengan negara
ASEAN lainnya. Kelemahan fundamental ekonomi terlihat dari tingginya
utang luar negeri yang mencapai 140 miliar dolar Amerika atau dua pertiga
dari GDP (Gross Domestic Brutto) Indonesia. Dari jumlah itu, sebesar 23
miliar dolar Amerika merupakan hutang jangka pendek (Kompas, 1998a).
Oleh karena itu diperlukan dana segar untuk membeli dolar guna pelunasan
hutang tersebut. Tidak seimbangnya antara jumlah permintaan dan penawaran
dolar Amerika dalam jumlah yang relatif besar, akibatnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika terus melemah. Keadaan tersebut diperparah lagi pada
akhir tahun 1997 dengan adanya penutupan 38 bank yang tentunya sangat
mempengaruhi pasar modal. Hermanto (1999) menyatakan bahwa dampak
dari penutupan bank ini adalah sangat besar karena bank sebagai sektor
tersendiri dalam pasar modal dan proporsi nilai yang disumbangkan perbankan
terhadap indeks saham cukup besar. Selain itu, penutupan bank juga
16
mempengaruhi money supply, bukan hanya disebabkan oleh kredit macet saja
tetapi juga kesempatan peredaran uang.
Untuk meredam nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika pemerintah
menaikan suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) yang pada bulan
Juli1998 menyentuh angka 70,81% per tahun, bahkan suku bunga Pasar Uang
Antar Bank (PUAB) pada bulan Agustus 1998 menyentuh angka 81,01% per
tahun, demikian juga bunga deposito berjangka menunjukan peningkatan.
Suku bunga deposito per bulan pada tahun 1993 sebesar 13,37%; tahun 1994
sebesar 12,42%; tahun 1995 sebesar 16,72%; tahun 1996 sebesar 16,92%;
tahun 1997 sebesar 23,01% dan akhir Juni 1998 sebesar 52,92% (Bank
Indonesia : 1999). Jika suku bunga terus meningkat, maka ada kecenderungan
pemilik modal akan mengalihkan portofolionya ke deposito dan tentunya
berakibat negatif terhadap pasar modal. Investor tidak tertarik menanamkan
modalnya di pasar modal, karena pengembalian (return) saham yang diterima
lebih kecil dibandingkan dengan pengembalian (return) dari bunga deposito.
Hal ini menyebabkan harga saham di pasar modal mengalami penurunan yang
sangat drastis, bahkan ada saham yang harganya hanya 25 per lembar
(Kompas, 1998b). Keadaan ini diperburuk lagi oleh kenyataan bahwa sekitar
90% emiten secara teknis sudah bangkrut karena ekuitasnya minus akibat
kerugian selisih kurs dan menurunnya penjualan (Nazarudin: 1998). Hal ini
terlihat dari Indeks Harga Gabungan (IHSG) yang terus menurun
Inflasi dapat didefinisikan sebagai kenaikan harga secara umum, atau
penurunan nilai rupiah (di Indonesia). Jika ada kenaikan harga barang-barang
17
dan jasa, maka sejumlah rupiah tertentu tidak dapat dibelikan sebanyak barang
dan jasa yang dibeli sebelumnya. Dengan kata lain, nilai rupiah sekarang
mengalami penurunan daya beli, atau nilai nominalnya mengalami
penyesuaian terhadap tingkat inflasi sekarang. Analisis keuangan sering
memandang saham biasa merupakan salah satu sekuritas yang berfungsi
menghindari risiko inflasi. Suatu definisi yang dipegang secara luas, tentang
saham biasa sebagai inflation hedge adalah jika sekuritas tersebut memiliki
return rill yang independen terhadap tingkat inflasi (Fama dan Mcbeth :1974).
Pandangan umum ini sejalan dengan hipotesis Fisher, yang menyatakan
bahwa tingkat bunga nominal itu merefleksikan secara penuh informasi yang
berhubungan dengan tingkat inflasi yang mungkin terjadi di masa yang akan
datang. Oleh karena itu jika saham biasa berfungsi sebagai inflation hedge,
semestinya return rillnya independen terhadap inflasi dan return nominalnya
berhubungan positif dengan inflasi.
Hubungan kausal antara tingkat inflasi dan return saham masih sebagai
suatu puzzle. Pernyataan ini didasarkan pada literatur, baik teoritis maupun
empiris yang menunjukan perbedaan pandangan mengenai keterkaitan antara
return saham dan inflasi. Independensi return saham rill terhadap inflasi, atau
hubungan positif antara return saham nominal dan inflasi harapan, seperti
dinyatakan dalam hipotesis Fisher, banyak ditolak dalam pengujian empiris di
pasar-pasar besar dunia, seperti U.S, U.K dan pasar lainnya. Kebanyakan studi
justru menemukan hubungan negatif antara return saham rill dan inflasi
18
harapan. Kenyataan ini mengisyaratkan bahwa hubungan return saham dan
inflasi masih merupkan fenomena yang perlu diteliti lebih lanjut.
Menurut (I Sutopo dan Sudarto : 1999) inflasi berpengaruh terhadap
pergerakan harga saham melalui return saham. Hal ini menunjukan bahwa
secara agregatif naiknya inflasi akan menurunkan return pasar. Merosotnya
nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika menyebabkan inflasi yang tinggi.
Hal ini mendorong pemerintah untuk menarik rupiah yang ada di masyarakat
dengan cara menaikan tingkat suku bunga. Tingginya tingkat suku bunga
menyebabkan berkurangnya investasi dan hal tersebut mendorong turunnya
IHSG di bursa saham (Pancaka : 2000)
Sedangkan variabel makro selanjutnya adalah pertumbuhan ekonomi.
pertumbuhan ekonomi diukur berdasarkan pendapatan nasional bersih.
Pendapatan nasional bersih merupakan ukuran kemampuan ekonomi nasional
yang sesungguhnya. Perkembangan pendapatan nasional bersih dihitung
berdasarkan Produk Nasional Bruto (PDB) rill. Peningkatan PDB merupakan
indikasi terjadinya pertumbuhan nasional.
PDB adalah nilai keluaran yang diproduksi oleh faktor-faktor produksi
yang berlokasi di dalam negeri. PDB dapat dihitung dengan dua cara. Pertama
dengan menjumlahkan pengeluaran untuk mendapatkan semua barang akhir
selama satu periode tertentu. Perhitungan itu disebut pendekatan pengeluaran.
Kedua, dengan menjumlahkan pendapatan gaji, sewa, bunga, dan laba yang
diterima oleh semua faktor produksi yang digunakan untuk memproduksi
barang-barang akhir.Perhitungan itu disebut pendekatan pendapatan. Jika
19
melihat kondisi pertumbuhan ekonomi (PDB) Indonesia, berdasarkan data dari
Badan Pusat Statistik (BPS), PDB Indonesia dari tahun 2003 hingga 2008
mengalami kenaikan yang cukup tajam, hal tersebut menarik untuk ditinjau
kembali, apakah kenaikan PDB tersebut mempengaruhi terhadap return
saham.
Beberapa hasil penelitian tentang pasar modal di Indonesia
menunjukan tingkat pengembalian investasi saham yang dihitung dari
pendapatan deviden dan selisih harga ternyata lebih banyak dipengaruhi oleh
variabel makro daripada variabel mikro. Penelitian di Bursa Efek Indonesia
tentang faktor-faktor penentu tingkat resiko yang diukur dari nilai variabilitas
tingkat pendapatan saham menunjukan hasil bahwa tingkat resiko dipengaruhi
secara nyata oleh variabel-variabel ekonomi makro, yaitu pertumbuhan
ekonomi, tingkat inflasi dan kurs valuta asing (Hidayat, 2003).
Perkembangan pasar modal syariah menunjukkan kemajuan seiring
dengan meningkatnya indeks yang ditunjukkan dalam Jakarta Islamic Index.
(JII). Peningkatan indeks pada JII walaupun nilainya tidak sebesar pada Indeks
Harga Saham Gabungan (IHSG) tetapi kenaikan secara prosentase indeks pada
JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah
dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham
syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi,
instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam.
Perdagangan beberapa jenis sekuritas, baik pada pasar modal
konvensional maupun pasar modal syariah mempunyai tingkat return dan
20
risiko yang berbeda. Saham merupakan salah satu sekuritas diantara sekuritassekuritas lainnya yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Risiko tinggi
tercermin dari ketidakpastian return yang akan diterima oleh investor di masa
datang. Hal ini sejalan dengan definisi investasi menurut Sharpe bahwa
investasi merupakan komitmen dana dengan jumlah yang pasti untuk
mendapatkan return yang tidak pasti di masa depan. Dengan demikian, ada
dua aspek yang melekat dalam suatu investasi, yaitu return yang diharapkan
dan risiko tidak tercapainya return yang diharapkan. Return dan risiko secara
teoritis pada berbagai sekuritas mempunyai hubungan yang positif. Semakin
besar return yang diharapkan diterima, maka semakin besar risiko yang akan
diperoleh, begitu pula sebaliknya. Return dan risiko yang tinggi pada saham
berhubungan dengan kondisi karakteristik perusahaan, industri dan ekonomi
makro.
Penelitian dengan obyek pasar modal syariah khususnya di Indonesia
tidak banyak dilakukan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Beberapa penelitian
dengan obyek pasar modal syariah dilakukan oleh Aruzzi dan Bandi (2003)
serta Hamzah (2005). Penelitian dengan obyek pasar modal syariah mengenai
return yang dipengaruhi oleh variabel-variabel ekonomi makro merupakan hal
yang menarik untuk dilakukan karena sifat dari return dan risiko ini yang akan
selalu melekat pada setiap investasi terutama investasi dalam setiap saham,
baik saham biasa maupun saham yang sesuai dengan kaidah syariah.
Sedangkan penelitian dengan objek pasar modal konvensional telah banyak
dilakukan oleh para peneliti sebelumnya.
21
Berdasarkan pemaparan tersebut, penulis merasa tertarik untuk
melakukan penelitian kembali tentang pengaruh variabel makro ekonomi
terhadap return saham syariah dan non syariah yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Penelitian ini mengangkat judul “Analisis Pengaruh
Variabel Makroekonomi terhadap Return Saham Syariah dan Non
Syariah”.
B. Perumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang penelitian serta hasil penelitian
terdahulu, maka pokok permasalahan yang diangkat yaitu:
1. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari variabel makroekonomi
(nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham syariah?
2. Apakah terdapat pengaruh secara parsial dari variabel makroekonomi
(nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham non
syariah?
3. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dari variabel makroekonomi
(nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham syariah?
4. Apakah terdapat pengaruh secara simultan dari variabel makroekonomi
(nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham non
syariah ?
22
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah diatas maka tujuan dan manfaat
penelitian ini adalah:
1. Tujuan penelitian ini adalah
a. Menganalisis pengaruh variabel makroekonomi (nilai tukar Rp/US$,
SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham syariah secara parsial.
b. Menganalisis pengaruh variabel makroekonomi (nilai tukar Rp/US$,
SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham non syariah secara
parsial.
c. Menganalisis pengaruh variabel makroekonomi (nilai tukar Rp/US$,
SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham syariah secara simultan.
d. Menganalisis pengaruh variabel makroekonomi (nilai tukar Rp/US$,
SBI, inflasi dan PDB) terhadap return saham non syariah secara
simultan.
2. Sedangkan manfaat dari penelitian ini adalah
1. Secara teoritis bagi akademisi berguna
untuk perkembangan
pengetahuan khususnya di bidang Pasar Modal
2. Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan atau bahan
pertimbangan bagi pemodal dalam menanamkan modalnya di Pasar
Modal untuk mendapatkan keuntungan dengan analisa yang lebih baik.
3. Bagi penulis untuk mengaplikasikan teori-teori ekonomi dan
manajemen pasar modal yang telah diperoleh dalam perkuliahan.
23
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pasar Modal Syariah
Pasar modal Syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep
Syariah, di mana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan
transaksi sesuai dengan basis Syariah. Pasar modal Syariah tidak hanya ada
dan berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Lembaga
keuangan yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan
portofolionya dengan manajemen portofolio Syariah di pasar modal Syariah
adalah Amanah Income Fund yang didirikan bulan Juni 1986 oleh para
anggota the North American Islamic Trust yang bermarkas di Indiana,
Amerika Serikat. Wacana mengenai pasar modal Syariah ini disambut dengan
antusias di seluruh belahan bumi ini mulai dari kawasan Timur Tengah, Eropa,
Asia dan Amerika. Beberapa negara yang proaktif dalam mengembangkan
pasar modal yang berprinsipkan Syariah dan konsisten dalam menerapkan
Syariah Islam dalam sendi kehidupannya adalah Bahrain Stock di Bahrain,
Amman Financial Market di Amman, Muscat Securities Kuwait Stock
Exchange di Kuwait dan Kuala Lumpur Stock Exchange di Malaysia.
Perkembangan pasar modal Syariah di Indonesia secara tidak langsung
juga dipengaruhi pasar modal yang berpegang pada konsep syariah yang
terlebih dahulu dijalankan oleh negara-negara lain. Pasar modal Syariah di
24
Indonesia diperkenalkan pada bulan Juli 2000 ditandai dengan berdirinya
Jakarta Islamic Index.
B.
Instrumen Pasar Modal Syariah
Investasi keuangan Syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil
atau transaksi yang mendasari (underlying transaction). Untuk itu, penciptaan
instrumen investasi Syariah dalam pasar modal adalah dari sekuritasi
aset/proyek (asset securitisation) yang merupakan bukti penyertaan, sekuritasi
utang (debt securitisation) atau penerbitan surat utang yang timbul atas
transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi
perusahaan, sekuritasi modal (equity securitisation), merupakan emisi surat
berharga oleh perusahaan emiten yang telah terdaftar dalam pasar modal
Syariah dalam bentuk saham.
Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan Syariah dalam pasar
perdana adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock),
muqaradah/mudharabah Bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut
diperdagangkan di pasar perdana, maka prinsip dasar pasar perdana adalah
semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak boleh
menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al
dayn), dana atau hasil penjualan efek akan diterima oleh perusahaan, hasil
investasi akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan
jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu (Harahap,
2001).
25
Sedangkan untuk pasar sekunder ada beberapa tambahan dari prinsip
dasar pasar perdana, yaitu tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks),
suatu efek dapat diperjualbelikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari
efek tersebut berupa kupon atau deviden tidak boleh diperjual belikan, tidak
boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan menjadikan objek
transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrumen pasar modal yang jelas
diharamkan Syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward
contract, option.
C.
Saham Syariah
Saham Syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang
memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan
ruang lingkup kegiatan usaha. Saham syariah dimasukkan dalam perhitungan
Jakarta Islamic Index (JII) merupakan indeks yang dikeluarkan oleh PT.
Bursa Efek Jakarta yang merupakan subset dari Indeks Harga Saham
Gabungan (IHSG). JII diluncurkan pada tanggal 3 Juli 2000 dan menggunakan
tahun 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan
yang terdaftar di Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah
memenuhi penyaringan Syariah dan kriteria untuk indeks.
Penyaringan secara Syariah yang difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional
No. 20 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untuk Reksa Dana Syariah.
Kriteria untuk indeks adalah Kapitalisasi Pasar (market capitalization) dari
saham dimana JII menggunakan kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu
26
tahun. Dari kedua penilaian tersebut, untuk perusahaan emiten dapat
digolongkan dalam daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu saham dari emiten
dipilih yang tidak bertentangan dengan Syariah dan telah listing minimum 3
bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi pasar.
Saham dipilih dengan kapitalisasi pasar tertinggi sejumlah 60 saham. Saham
dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian sejumlah 30 saham.
Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap 6 bulan sekali.
D.
Pasar Modal
Dalam arti sempit, pasar modal dapat didefinisikan sebagai suatu pasar
(tempat, berupa gedung) yang disiapkan guna memperdagangkan sahamsaham, obligasi-obligasi dan jenis surat berharga lainnya dengan memakai jasa
perantara pedagang efek (Sunariyah, 20003: 4-5).
Menurut Suad Husnan dan Pudjiastuti (1998:1) pasar modal adalah pasar
untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan
baik dalam bentuk hutang ataupun modal sendiri, baik yang diterbitkan
pemerintah, perusahaan swasta, maupun public authorities.
David L. Scoot (1988) menjelaskan bahwa pasar modal adalah pasar
untuk dana jangka panjang dimana saham biasa, saham preferen, dan obligasi
diperdagangkan.
Siswanto Sudomo (1990) mendefinisikan pasar modal sebagai tempat
diterbitkan serta diperdagangkan surat-surat berharga jangka panjang,
khususnya obligasi dan saham.
27
Sedangkan menurut UU no. 8 tahun 1995 tentang pasar modal, bursa
efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan atau
sarana untuk mempertemukan penawaran jual beli efek pihak-pihak lain
dengan tujuan memperdagangkan efek diantara mereka.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pasar modal merupakan
suatu institusi dengan sistem yang terorganisir dengan rapi, dimana
diperjualbelikannya berbagai instrumen keuangan yang diterbitkan oleh
pemerintah, perusahaan swasta, dan public authorities yang dilakukan secara
langsung maupun tidak langsung.
E.
Instrumen Pasar Modal
Menurut Tandelilin, (2001) Beberapa Sekuritas yang yang umumnya
diperjualbelikan di pasar modal adalah:
1). Saham
Saham merupakan surat bukti bahwa kepemilikan atas aset-aset
perusahaan yang menerbitkan saham.
2). Obligasi
Obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah
tetap
kepada pemiliknya.
3). Reksadana (mutual fund)
Reksadana adalah sertifiakt yang menjelaskan pemiliknya menitipkan
sejumlah dana kepada perusahaan reksadana, untuk digunakan sebagai
modal berinvestasi baik di pasar modal maupun di pasar uang.
28
4). Instrumen Derivatif (opsi & futures)
Instrumen derivatif adalah sekuritas yang nilainya turunan dari harga
sekuritas lain, sehingga nilai instrumen derivatif target dari harga sekuritas
lain yang ditetapkan sebagai patokan.
F.
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara
umum dan terus menerus. Dalam praktek, inflasi bisa diamati dengan
mengamati gerak dari indeks harga. Tetapi disini harus diperhitungkan ada
tidaknya ”suppressed inflation” atau inflasi yang ditutupi, yang pada suatu
waktu akan timbul dan menunjukan dirinya karena harga-harga resmi makin
tidak relevan bagi kenyataan.
Terdapat beberapa cara menggolongkan inflasi. Penggolongan pertama,
didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut. Di sini kita bedakan beberapa
macam inflasi :
-
Inflasi ringan (di bawah 10% setahun)
-
Inflasi sedang (antara 10 – 30% setahun)
-
Inflasi berat (antara 30 – 100% setahun)
-
Hiperinflasi (diatas 100% setahun)
Penggolongan yang kedua adalah atas dasar sebab musabab awal dari
inflasi. Atas dasar ini kita bedakan dua macam inflasi :
1. Inflasi yang timbul karena permintaan masyarakat akan berbagai barang
terlalu kuat. Inflasi semacam ini disebut demand inflation.
29
2. Inflasi yang timbul karena kenaikan ongkos produksi. Ini disebut cost
inflation.
Penggolongan yang ketiga adalah berdasarkan asal dari inflasi :
a. Inflasi yang berasal dari dalam negeri (domestic inflation), misalnya
karena defisit anggaran belanja yang dibiayai dengan pencetakan uang
baru, panen yang gagal dan sebagainya.
b. Inflasi yang berasal dari luar negeri (imported inflation), adalah inflasi yang
timbul karena kenaikan harga-harga (inflasi) di luar negeri atau di negaranegara langganan berdagang negara kita.
G.
Nilai Tukar
Menurut Salvatore Dominick (1997:140) kar atau sering disebut dengan
kurs adalah jumlah atau harga mata uang domestik dari mata uang luar negeri
(asing). Kurs ini dipertahankan sama disemua pasar melalui arbitrase.
Arbitrase Valuta asing adalah pembelian mata uang asing bila harganya
rendah dan menjual bilamana harganya tinggi. Suatu penurunan dalam nilai
mata uang dalam negeri terhadap mata uang asing disebut dengan depresiasi.
Sedangkan kenaikan dalam nilai mata uang dalam negeri terhadap mata uang
asing disebut apresiasi. Karena mata uang suatu negara dapat diapresiasikan
terhadap mata uang dan apresiasi terhadap yang lain maka biasanya dapat
dihitung suatu kurs efektif. Kurs efektif merupakan rata-rata tertimbang dari
nilai tukar mata uang suatu negara.
30
Pada umumnya kurs ditentukan oleh perpotongan kurva permintaan
pasar dan kurva penawaran dari mata uang asing tersebut.
H.
Produk Domestik Bruto
Menurut Herlambang (2002:22) PDB adalah total pendapatan yang
dihasilkan dalam suatu negara, termasuk pendapatan orang asing yang bekerja
di negara tersebut. PDB suatu negara sama dengan :
-
Total pendapatan seluruh penduduk dalam perekonomian
-
Total pengeluaran atas barang dan jasa dalam perekonomian
PDB dapat dihitung berdasarkan tiga pendekatan sebagi berikut
a) Pendekatan
Produksi
(production
approach),
diperoleh
dengan
menjumlahkan nilai tambah dari semua produksi.
b) Pendekatan Pendapatan, diperoleh dengan menghitung jumlah balas jasa
bruto (sebelum dipotong pajak) dari faktor produksi yang dipakai. Jika
dalam pendekatan produksi, perhitungan menggunakan aliran barang maka
dalam
pendekatan
pendapatan
perhitungan
menggunakan
aliran
dilakukan
dengan
pendapatannya.
c) Pendekatan
pengeluaran,
dimana
perhitungan
menjumlahkan permintaan akhir dari unit-unit ekonomi, yaitu rumah
tangga berupa konsumsi (C), perusahaan berupa investasi (I) dan
pemerintah disebut pengeluaran pemerintah (G).
31
I.
Tingkat Suku Bunga SBI (Sertifikat Bank Indonesia)
Menurut Boediono (1994:75) pengertian dasar dari teori tingkat suku
bunga yaitu harga dari penggunaan uang untuk jangka waktu tertentu.
Pengertian tingkat suku bunga sebagai harga dapat juga dinyatakan sebagai
sebagai harga yang harus dibayar apabila terjadi pertukaran antara satu rupiah
sekarang dengan satu rupiah nanti. Hutang piutang timbul karena terjadi
pertukaran semacam ini. Pembeli dari satu rupiah sekarang sekaligus penjual
dari satu rupiah nanti adalah peminjam (debitur). Sedangkan penjual dari satu
rupiah sekarang yang sekaligus juga pembeli dari satu rupiah nanti adalah
orang yang meminjamkan (kreditur). Debitur harus membayar kepada kreditur
harga dan pertukaran tersebut dan harga ini adalah bunga yang dibayar debitur
dan diterima oleh kreditur.
Sertiifkat Bank Indonesia menurut Surat Keputusan Direksi Bank
Indonesia adalah surat berharga atas unjuk dalam rupiah yang diterbitkan
Bank Indonesia sebagai pengakuan utang berjangka waktu pendek dengan
diskonto.
J.
Pengertian Return
Return merupakan hasil yang diperoleh dari investasi. Return dapat
berupa return realisasi yang sudah terjadi dan return ekspektasi yang belum
terjadi, tetapi diharapkan terjadi di masa yang akan datang (exected return).
dalam pengukuran return realisasi banyak digunakan return total yang
merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu periode
32
tertentu. dalam return ini juga perhitungannya didasarkan pada data historis.
Return realisasi ini dapat digunakan sebagai salah satu pengukur kinerja
perusahaan serta dapat sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko
pada masa yang akan datang.
Sebaliknya, return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan
diperoleh oleh investor pada masa yang akan datang. Jadi perbedaan antara
keduanya adalah return realisasi sifatnya sudah terjadi, sedangkan return
ekspektasi sifatnya belum terjadi.
Jogianto (1998; 85) mengemukakan bahwa return sebagai hasil yang
diperoleh dari investasi dapat berupa return realisasi dan return ekspektasi.
Return realisasi (realized return) merupakan return yang telah terjadi
dan dihitung berdasarkan data historis. Return realisasi tersebut dapat
berfungsi, baik sebagai salah satu pengukur kinerja perusahaan maupun
sebagai dasar penentuan return ekspektasi dan resiko pada masa yang akan
datang. Salah satu jenis pengukuran return realisasi yang sering digunakan
adalah return total, yaitu return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu.
Return realisasi (Rt) =
Pt – Pt-1 + Dt
Pt-1
Keterangan :
Rt
= Return saham pada periode t
Pt
= Harga saham pada periode t
Pt-1 = Harga saham pada periode t-1
33
D1
= Dividen pada periode t
Return ekspektasi (expected retun) adalah return yang diharapkan akan
diperoleh investor pada masa yang akan datang. Secara matematika return
ekspektasi dapat dirumuskan :
N
E ( Ri ) = ∑ ( R.i. pi)
i =1
Keterangan :
E (Ri) = Ekspektasi suatu sekuritas
Ri
= Return masa depan ke-i
Pi
= probabilitas hasil masa depan ke-i
N
= jumlah periode waktu observasi
Berbeda dengan Husnan (2001;51) yang menyebutkan bahwa return
ekspektasi dengan probabilitas kejadian setiap periode yang sama dapat
dirumuskan sebagai berikut :
N
E ( Ri ) = ∑
j =1
Rij
n
Keterangan :
E(Ri) = Return ekspektasi suatu aktiva atau sekuritass ke-i
Rij
= Hasil masa depan ke-j dari sekuritas i
n
= Jumlah dari hasil masa depan.
34
Return portopolio saham merupakan rata-rata tertimbang dari return tiaptiap saham yang termasuk di dalamnya. Oleh karena itu, expected return
portopolio merupakan rata-rata tertimbang dari expected return saham yang
ada di dalamnya. Hal ini dapat dirumuskan sebagai berikut
RPi = ∑ Xi.Ri
Keterangan
Rp = Expected return portopolio
Xi = Proporsi saham i
Ri = Rata-rata return saham i
K.
Pengertian Resiko
Resiko merupakan penyimpangan tingkat keuntungan yang diperoleh
dari nilai yang diharapkan oleh seorang investor. Markowitz seperti yang
dikutip sunariyah menyatakan bahwa resiko yang diharapkan tergantung pada
keanekaragaman kemungkinan hasil yang diharapkan. Sunariyah (2000:184)
menggunakan standar deviasi untuk menyatakan besar resiko yang
diharapkan.
Hal ini diformulasikan sebagai berikut:
σ
= P [r – E(r)]2
Keterangan :
σ
= Standar deviasi
35
P
= Probabilitas kejadian dari setiap hasil yang diharapkan
r
= Kemungkinan tingkat hasil
E(r) = Hasil yang diharapkan
Jones (1998: 162) menyebutkan bahwa resiko adalah kemungkinan
terjadinya perbedaan antara return yang sesungguhnya dengan return yang
diharapkan.
Pada prinsipnya resiko dapat dikelompokan menjadi dua bagian, yaitu
sebagai berikut:
1) Resiko Tidak Sistimatik (Unsystematic Risk)
Merupakan resiko yang terkait dengan suatu saham tertentu yang
umumnya dapat dihindari (avoidable) atau diperkecil mealui diversifikasi
(diversifiable).
2) Resiko Sistematik (Systematic Risk)
Merupakan resiko pasar yang bersifat umum dan berlaku bagi semua
saham dalam pasar modal yang bersangkutan. Resiko ini tidak mungkin
dapat dihindari oleh investor melalui diversifikasi sekalipun.
Selain dua bagian resiko tersebut, ternyata sikap investor terhadap
menghadapi resiko yang muncul dapat dibedakan menjadi tiga yaitu sebagai
berikut :
1)
Risk Averse adalah sikap seorang investor yang akan memilih
investasi yang memiliki resiko yang lebih rendah dengan tingkat return yang
diharapkan sama besar.
36
2) Risk Neutral adalah sikap seorang investor yang akan memilih investasi
yang tingkat return-nya sesuai dengan resiko yang dihadapi.
3) Risk Seeker adalah sikap seorang investor yang akan memilih investasi
yang memiliki resiko investasi yang lebih tinggi dengan tingkat return
yang diharapkan sama besar.
L.
Risiko, Return, dan Hubungannya
Risiko terjadi akibat adanya unsur ketidakpastian dalam semua investasi
saham. Berapa hasil yang akan diperoleh dari investasi tidak diketahui dengan
pasti, sehingga investor hanya dapat memperkirakan besar keuntungan yang
diharapkan dan kemungkinan hasil yang sebenarnya akan menyimpang dari
yang diharapkan. Jadi risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan Return
yang diperoleh menyimpang dari Return yang diharapkan. Perbedaan antara
Return yang diharapkan (Return yang diantisipasi investor di masa
mendatang) dengan Return yang benar-benar diterima (Return yang diperoleh
investor) merupakan risiko yang harus selalu dipertimbangkan dalam proses
investasi. Beberapa sumber risiko yang berkaitan dengan besar risiko investasi
di antaranya adalah:
1) Risiko Suku Bunga
Jika suku bunga naik maka return investasi yang terkait dengan suku
bunga, misalnya deposito akan naik. Ini dapat menarik minat investor
saham untuk memindahkan dana ke deposito, sehingga banyak yang
37
akan menjual saham dan harga saham akan turun. Oleh karena itu
perubahan suku bunga mempengaruhi variabilitas return suatu investasi.
2) Risiko Pasar
Perubahan pasar yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti resesi
ekonomi, kerusuhan, dan lain-lain menyebabkan perubahan indeks pasar
saham.
3) Risiko Inflasi
Inflasi akan mengurangi daya beli uang, sehingga tingkat pengembalian
setelah disesuaikan dengan inflasi dapat menurunkan hasil investasi
tersebut.
4) Risiko Nilai Tukar
Perubahan nilai investasi yang disebabkan oleh nilai tukar mata uang asing
menjadi risiko dalam investasi.
5) Risiko Likuiditas
Semakin tidak likuid suatu sekuritas, semakin besar risiko yang dihadapi
perusahaan.
6) Risiko Negara
Risiko negara berkaitan dengan kondisi politik suatu negara. Semua risiko
yang dapat menyebabkan penyimpangan tingkat pengembalian investasi
dapat dikelompokkan ke dalam dua jenis, yaitu: Risiko Sistematik dan
Risiko Unsistematik.
Melalui investasi, investor berkeinginan untuk memperoleh
keuntungan sebesar mungkin. Akan tetapi harus dipahami adanya hubungan
38
antara Return dan Risk yang terkandung dalam suatu investasi. Hubungan
Return dan risiko searah dan linier, artinya semakin besar Return yang
diharapkan, maka semakin besar pula risiko yang harus ditanggung. Dengan
kata lain investor yang berharap memperoleh tingkat keuntungan yang tinggi,
berarti bersedia menanggung risiko yang tinggi pula. Oleh karena itu tidak
relevan mengharapkan keuntungan yang sebesar-besarnya melalui investasi
pada aset yang menawarkan Return paling tinggi, karena harus juga
mempertimbangkan tingkat risiko yang harus ditanggung.
M.
Estimasi Risiko dan Return
Menurut Radcliffe (1997, 217-218), beberapa ukuran statistik yang dapat
digunakan untuk menggambarkan suatu risiko, di antaranya adalah :
1) Range
Range menunjukkan interval kemungkinan Return tertinggi dengan Return
terendah. Perhitungannya dilakukan dengan cara mengurangi nilai real
Return tertinggi dengan yang terendah sehingga diperoleh suatu angka
interval. Kelemahan dalam menggunakan cara ini adalah tidak dapat
menggambarkan kemungkinan-kemungkinan yang terdapat di antara
kedua ekstrem nilai tersebut, serta tidak menunjukkan perimbangan antara
kemungkinan terjadinya Return tertinggi dengan return terendah. Dengan
kelemahan ini, range tidak dapat dipakai untuk membandingkan risiko
antara dua portofolio, karena portofolio yang memiliki range yang sama
tidak berarti memiliki risiko yang sama.
39
2) Mean Absolute Deviation
Mean absolute deviation menunjukkan kemungkinan perbedaan antara
return yang mungkin diterima dengan expected return-nya. Meskipun cara
ini cukup masuk akal untuk menunjukkan tingkat risiko suatu portofolio,
namun secara statistik cukup sulit digunakan. Selain itu sangat sulit untuk
mengetahui hubungan atau correlation di antara return sekuritas.
3) Probability of Negative Return
Probability of Negative Return menunjukkan kemungkinan persentase
Return yang berada di bawah nilai nol. Meskipun sangat mudah dilakukan,
namun perhitungan dengan cara ini tidak dapat mengetahui secara
menyeluruh aspek-aspek dari suatu risiko.
4) Semivariance
Semivariance adalah perhitungan statistik yang menghitung variasi dari
Return yang berada di bawah expected return-nya. Kelemahannya angka
ini tidak mencakup ketidakpastian ketika return yang dihasilkan lebih
besar dari expectednya. Di samping sulit, perhitungan ini tidak dapat
melihat Correlation antara Return masing-masing saham.
5) Standard Deviation
Standard Deviation mengukur volatilitas dari Return, cara ini sering
digunakan untuk mengukur risiko. Secara statistik metode standar deviasi
memiliki beberapa kelebihan diantaranya pengukurannya dilakukan
dengan cara menyebarkan Return (memperhitungkan nilai yang terjadi di
atas dan di bawah Expected Return). Di samping itu standar deviasi juga
40
dapat digunakan dengan menggunakan data aktual return masa lalu (Ex
Post Standard Deviation) atau dari estimasi potensial returnnya.
Dalam melakukan estimasi Return, harus dibedakan antara Return
realisasi yaitu return yang telah terjadi dan Return ekspetasi (Expected Return)
yaitu Return yang belum terjadi tetapi yang diharapkan akan terjadi di masa
mendatang. Return realisasi yang dihitung berdasarkan data historis penting
sebagai salah satu ukuran kinerja suatu perusahaan. Rate of Return saham
yang merupakan keuntungan dari capital gain dan dividen dalam periode
tertentu diperoleh dengan persamaan berikut:
Rt =
Dt + (Pt − Pt −1 )
Pt −1
Di mana:
Rt
= Rate of Return (Return realisasi) saham pada bulan ke-t
Pt
= Harga saham pada bulan ke-t
Pt-1 = Harga saham pada satu bulan sebelum bulan ke-t
Dt
= Dividen pada bulan ke-t
Return realisasi ini berguna sebagai dasar penentuan tingkat keuntungan
yang diharapkan (Expected Return). Expected Return sangat mungkin
berlainan dengan return yang diterima, karena adanya suatu ketidakpastian.
Perhitungan Expected Return dapat dilakukan dengan menggunakan rata-rata
41
aritmatik dan rata-rata geometrik. Metode rata-rata aritmatik dinyatakan dalam
persamaan berikut :
N
E ( Ri ) = ∑
i =1
Ri
………………….
n
Untuk metode rata-rata geometrik, persamaannya dinyatakan sebagai berikut :
1/ n
E ( Ri ) = [(1 + R1)(1 + R 2)......(1 + Rn)] - 1 …………
Penggunaan perhitungan rata-rata aritmatik dan rata-rata geometrik
adalah tergantung pada tujuan investor. Rata-rata aritmatik diterapkan untuk
mengukur kinerja rata-rata selama satu periode, dan merupakan cara yang
bagus untuk memperkirakan Expected Return pada periode berikutnya.
Sedangkan perhitungan rata-rata geometrik digunakan untuk mengukur
perubahan kekayaan yang terjadi pada periode-periode sebelumnya (Multiple
Periods). Rata-rata geometrik mengukur tingkat pertumbuhan majemuk
(Compound Rate of Growth) selama periode yang ditentukan. Hal ini sering
digunakan dalam investasi dan keuangan untuk merefleksikan tingkat
pertumbuhan (Growth Rate) yang konsisten (Steady) dari dana yang telah
diinvestasikan selama periode-periode sebelumnya (Jones, 2004:153).
Mengacu kepada kedua metode perhitungan tersebut, maka rata-rata
geometrik merupakan metode perhitungan yang sesuai untuk digunakan dalam
penelitian ini. Dengan kata lain, rata-rata aritmatik tidak digunakan
42
N.
Analisis Fundamental
Investasi dalam aktiva keuangan dapat berupa investasi langsung
maupun investasi tidak langsung. Investasi aktiva langsung dapat dilakukan
dengan pembelian langsung aktiva keuangan suatu perusahaan. Sedangkan
investasi tidak langsung dilakukan dengan membeli saham (surat-surat
berharga) dari perusahaan investasi yang diperdagangkan di pasar modal.
Beberapa penulis memberikan sumbangan pemikiran terhadap model
dalam menganalisis dan menilai saham dengan istilah yang beragam; Karen
(1971) menyebut dengan istilah ”A Flow Diagram of Stock Price
Determination”; Husnan (1998) menyebut dengan analisis teknikal;
sedangkan Sharpe, Alexander dan Bailey (1999) menyebut dengan istilah
”The Big Picture”. Dari ketiga analisis tersebut, secara umum bahwa untuk
menganalisis
dan
menilai
harga
saham
dapat
dilakukan
dengan
memperhatikan kondisi ekonomi atau kondisi pasar yang terdiri dari variabel
makroekonomi maupun kondisi spesifik perusahaan. Arbitrage pricing theory
Ross (1976) merumuskan model keseimbangan yang disebut Arbitrage
Pricing Theory (APT), yang menyatakan bahwa dua kesempatan investasi
yang mempunyai sifat yang identik sama tidak dapat dijual dengan harga yang
berbeda. Dalam hal ini hukum yang dianut oleh APT adalah hukum satu harga
(The Law of One Price). Suatu aktiva yang memiliki karakteristik sama
(identik sama) jika dijual dengan harga yang berbeda, maka akan terdapat
kesempatan untuk melakukan Arbitrage dengan membeli aktiva yang berharga
43
murah dan pada saat yang sama menjualnya dengan harga yang lebih tinggi
sehingga memperoleh laba tanpa risiko (Husnan, 1994).
Dalam perekonomian suatu negara terdapat empat pasar yang telah
dikenal yaitu: pasar modal, pasar uang, pasar valuta asing maupun pasar
barang. Dari keempat pasar tersebut yang saling terkait erat serta yang
mencerminkan hukum satu harga (The Law of One Price) umumnya tiga pasar
yaitu: pasar modal, pasar uang, dan pasar valuta asing. Ketiga pasar
mempunyai keseimbangan dan identik sama sehingga tidak dapat dijual
dengan harga yang berbeda. Jika tidak terjadi keseimbangan dari pasar-pasar
tersebut, maka akan terjadi proses Arbitrage dari pasar yang satu ke pasar
yang lain sebagaimana diuraikan di atas.
Terkait dengan pasar modal, model APT dinyatakan bahwa tingkat
keuntungan dari saham yang diperdagangkan di pasar modal terdiri dari dua
komponen, yaitu: tingkat keuntungan normal atau tingkat keuntungan yang
diharapkan dan tingkat keuntungan yang tidak pasti atau berisiko (Husnan,
1994). Tingkat keuntungan yang diharapkan merupakan bagian dari tingkat
keuntungan sesungguhnya yang diharapkan oleh investor. Tingkat keuntungan
ini sangat dipengaruhi oleh informasi yang dimiliki oleh investor. Sedangkan
tingkat keuntungan yang tidak pasti atau sebagian tingkat keuntungan yang
bersumber dari informasi yang bersifat tidak diharapkan.
Investor dalam menjalankan aktivitasnya menghadapi dua macam risiko,
yaitu: risiko sistematis dan risiko tidak sistematis. Kedua risiko tersebut
mempengaruhi tingkat keuntungan yang diharapkan investor. Risiko tidak
44
sistematis dari satu perusahaan tidak berkorelasi dengan perusahaan lainnya.
Sebaliknya, risiko sistematis akan berkorelasi terhadap setiap perusahaan
(saham). Hal ini disebabkan karena faktor-faktor yang mempengaruhi risiko
sistematis adalah sama, misalnya: tingkat inflasi, tingkat bunga dan variabelvariabel lainnya atau sering disebut dengan variabel makroekonomi. Oleh
karena itu perubahan variabel makroekonomi akan berdampak pada seluruh
perusahaan (saham). Namun demikian perlu diperhatikan bahwa kemungkinan
terdapat perbedaan besar kecilnya perubahan variabel makroekonomi terhadap
harga saham.
Model faktor mendasarkan diri pada anggapan bahwa adanya hubungan
linear antara harga suatu saham dengan harga seluruh saham yang ada di bursa
yang diwakili oleh indeks pasar (IHSG). Atas dasar anggapan itu, maka
tingkat keuntungan suatu saham akan berkorelasi dengan perubahan harga
pasar (Sharpe, Alexander, Bailey (1999). Sebagai proses penghasil imbalan,
model faktor berusaha untuk mencakup kekuatan-kekuatan perekonomian
utama yang secara sistematis menggerakkan atau mempengaruhi harga semua
saham.
Secara implisit, dalam susunan model faktor terdapat asumsi bahwa
imbalan antara dua saham akan berkorelasi, yaitu bergerak bersama hanya
melalui reaksi yang sama terhadap satu atau lebih faktor yang ditentukan oleh
model. Model faktor dapat memberikan informasi yang diperlukan untuk
menghitung imbalan harapan, varian, maupun kovarian dari setiap saham.
Hasilnya, model faktor adalah alat yang bermanfaat untuk manajemen
45
portofolio (Sharpe, Alexander, Bailey : 1999). Model multi faktor
mengasumsikan bahwa proses penentuan harga saham melibatkan beberapa
faktor. Artinya terdapat beberapa kemungkinan bahwa lebih dari satu faktor
penyebab (Pervasive Factor) dalam perekonomian yang mempengaruhi harga
saham. Situasi ekonomi mempengaruhi hampir semua perusahaan. Jadi
perubahan dari perekonomian yang diramalkan memiliki dampak yang besar
terhadap harga sebagian besar saham.
O.
Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu mengenai hubungan inflasi, tingkat suku bunga,
exchange rate, dan harga saham dilakukan oleh Solnik (1984), Gultekin
(1983) untuk pasar modal Amerika. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa
korelasi perubahan tingkat bunga dan Stock Return adalah besar dan signifikan
untuk setiap negara. Solnik pada tahun 1973 sampai dengan tahun 1983
melakukan penelitian tentang pergerakan infasi, exchange rate, tingkat bunga
pada mata uang Dollar amerika, Yen, dan Deutch, Mark, British Pound, hasil
penelitian ini ditulis dalam bukunya Internasional Investment. Penelitian ini
membuktikan bahwa tingkat bunga dan inflasi bergerak dalam besar dan arah
yang sama, sedangkan Exchange Rate bergerak lebih besar dalam arah yang
berlawanan. Hal ini menunjukan bahwa exchange rate merupakan variabel
yang penting untuk dipertimbangkan.
Farrel (1997) menyatakan bahwa variabel-variabel yang signifikan
mempengaruhi Return saham adalah tingkat inflasi, pertumbuhan ekonomi,
46
tingkat bunga, nilai tukar mata uang asing terhadap mata uang domestik dan
premi resiko. Penelitian lain yaitu Sharpe (1995) mengemukakan bahwa
variabel-variabel Multi-Iindex Model yang mempengaruhi Return saham
adalah pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB), tingkat bunga, tingkat
inflasi, dan harga minyak.
Haruman, Setiawan dan Ariyanti (2005) yang melakukan penelitian di
BEJ menunjukan bahwa indikator makro yang terwakili oleh nilai tukar rupiah
berpengaruh positif signifikan terhadap return saham, sedangkan tingkat
inflasi berpengaruh negatif signifikan terhadap return saham.
Muhammad Imron (2005) meneliti tentang pengaruh Variabel makro
terhadap tingkat pengembalian pasar di Bursa Efek Jakarta (BEJ). adapun
variabel makro yang diteliti adalah (1) tingkat pengembalian pasar, dalam hal
ini diwakili oleh IHSG ((2) tingkat inflasi (3) tingkat suku bunga deposito dan
(4) persentase perubahan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah. Ia
menggunakan analisis Regresi Linear Berganda dengan Uji F, maka hasilnya
adalah bahwa variabel : tingkat inflasi, tingkat bunga deposito bulanan, dan
persentase perubahan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah secara
bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian pasar.
sedangkan dengan menggunakan Uji T, maka dinyatakan bahwa variabel :
tingkat bunga deposito bulanan mempunyai pengaruh paling besar terhadap
tingkat pengembalian pasar.
Heliyanti (2007), meneliti tentang pengaruh tingkat suku bunga (SBI)
dan inflasi terhadap Return saham perusahaan farmasi, dengan periode
47
penelitian dari tahun 2001 sampai tahun 2005. dengan menggunakan metode
regresi linear berganda, diperoleh hasil penelitian yang menunjukan bahwa
inflasi dan tingkat suku bunga (SBI) berpengaruh positif terhadap Return
saham pada industri farmasi. Artinya kenaikan inflasi dan tingkat suku bunga
(SBI) akan mengakibatkan kenaikan Return saham pada industri farmasi.
P.
Kerangka Pemikiran
Sebagai salah satu instrumen perekonomian, maka kondisi pasar modal
yang dalam hal ini diwakili oleh Return saham (pasar modal Syariah dan Non
syariah) akan selalu dipengaruhi oleh kondisi perekonomian secara makro
yang dalam penelitian ini diwakili oleh kurs rupiah, inflasi, SBI dan PDB.
Untuk menguji variabel makroekonomi (kurs rupiah terhadap dollar,
inflasi, SBI, dan PDB) terhadap return saham (pasar modal Syariah dan Non
Syariah) dilakukan pengujian dalam model regresi linear berganda melalui uji
T dan uji F.
48
Gambar 2.1
Bagan Kerangka Pemikiran.
MAKRO
Variabel Makro
1. Kurs Rupiah
2. Inflasi
3. PDB
4. SBI
Jakarta Islamic Index (JII)
LQ45
Model Regresi Berganda
Uji Asumsi Klasik
UJI Regresi Berganda
Uji Hipotesis
• Uji T
• Uji F
INTERPRETASI
49
Q.
Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka dapat dirumuskan
hipotesis sebagai berikut :
1. Ho :
Tidak terdapat pengaruh secara signifikan variabel makroekonomi
(Nilai tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara parsial
(individu) terhadap
Ha :
Return Saham Syariah.
Terdapat pengaruh yang signifikan variabel makroekonomi (Nilai
tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara parsial (individu)
terhadap Return Saham Syariah.
Ho :
Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel makroekonomi
(Nilai tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara simultan
(bersama-sama) terhadap Return Saham Syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel makroekonomi (Nilai
tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara simultan (bersamasama) terhadap Return Saham Syariah.
50
2. Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel makroekonomi
(Nilai tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara parsial
(individu) terhadap Return Saham Non Syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel makroekonomi (Nilai
tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara parsial (individu)
terhadap Return Saham Non Syariah.
Ho : Tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel makroekonomi
(Nilai tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara simultan
(bersama-sama) terhadap Return Saham Non Syariah.
Ha : Terdapat pengaruh yang signifikan variabel makroekonomi (Nilai
tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) secara simultan (bersamasama) terhadap Return Saham Non Syariah.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan yang termasuk
dalam Jakarta Islamic Index dan LQ45 Index yang listed di BEI selama
periode April 2003 - Juni 2008. Dari perusahaan-perusahaan tersebut
dikumpulkanlah data-data yang sesuai dengan keperluan penelitian, yaitu
perubahan harga saham-saham syariah yang tercermin dari perubahan indeks
JII dan perubahan saham non syariah yang tercermin dari perubahan indeks
LQ45 selama periode penelitian yaitu April 2003 - Juni 2008.
B.
Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh indeks harga saham yang
terdaftar di BEI, dengan menggunakan metode Purposive Sampling, maka
ditentukan Indeks JII dan Indeks LQ45 sebagai sample dalam penelitian ini
yang mencerminkan Return Saham Syariah dan Return Saham Non Syariah.
Sedangkan untuk variabel independennya dibatasi pada variabel makro, yaitu
nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi dan Produk Domestik Bruto (PDB), dimana
semua data menggunakan data bulanan. Periode penelitian ini mengambil
rentang waktu selama periode April 2003 – Juni 2008.
52
C.
Metode Pengumpulan Data
Dalam mendapatkan data yang akurat, penulis menggunakan beberapa
cara yang diambil dari subjek penelitian. Menurut pendapat Prof. Dr.
Suahrsimi Arikunto (2000:134) “Tehnik pengolahan data adalah cara-cara
yang dapat digunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data”.
Menurut Sugiyono (1999:139) bila dilihat dari sumber datanya, maka
pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sekunder. Sumber
primer adalah data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data,
dan sumber sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data, seperti lewat orang lain atau melihat dokumen.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data
sekunder.
1. Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan dan disatukan secara langsung
dari objek yang diteliti untuk kepentingan penelitian. Data primer dari
penelitian ini berasal dari perusahaan-perusahaan yang menjadi objek
penelitian. Cara untuk mendapatkan data primer yaitu dengan cara meninjau
langsung ke perusahaan yang menjadi objek penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh studi-studi sebelumnya
atau yang diterbitkan oleh berbagai instansi-instansi lain yang sudah
dipublikasikan
atau memanfaatkan data yang sudah ada (Suparmako,
53
1999:67).Pengumpulan
data sekunder dari penelitian ini menggunakan
beberapa teknik, seperti dibawah ini:
a. Riset Kepustakaan (Library Research)
Penelitian kepustakaan dilakukan dengan cara mengunjungi
lembaga yang terkait dengan penelitian, seperti Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia (LIPI), Perpustakaan (UIN, UI, Trisakti), Pusat
Referensi Pasar Modal (PRPM) Bursa Efek Indonesia, kemudian
mengumpulkan,
membaca
dan
memahami
laporan/jurnal penelitian terdahulu, catatan
buku,
literatur,
perkuliahan,
internet
dan lain sebagainya yang berkaitan dengan topik pembahasan penulis.
b. Teknik Dokumentasi
Teknik Dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara
mengutip langsung data yang diperoleh dari perusahaan, yang terdiri
dari: sejarah perusahaan, struktur organisasi, dan bidang usaha.
D.
Metode Analisis Data
1. Analisis Regresi Linier Berganda
Untuk mengetahui pengaruh variabel independen terhadap variabel
dependen digunakan model regresi linear berganda dengan persamaan
sebagai berikut :
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + εi
54
Dimana :
Y : Return Saham
I : Jakarta Islamic Index (JII)
II : Indeks LQ45
X1 : Nilai tukar Rp/US$
X2 : Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
X3 : Inflasi
X4 : PDB
εi : Faktor pengganggu
b : Koefisien regresi dari Variabel independen
2. Uji F (Uji secara simultan )
Uji F dilakukan untuk melihat kemaknaan dari hasil model regresi
tersebut. Bila nilai Fhitung lebih besar dari Ftabel atau tingkat signifikannya
lebih kecil dari 5% (α : 5% = 0.05) maka hal ini menunjukan bahwa Ho
ditolak dan Ha diterima yang berarti bahwa variabel independen
mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel dependen secara
simultan, dalam penelitian ini berarti terdapat pengaruh signifikan secara
simultan (nilai tukar Rp/US$, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), inflasi dan
PDB) terhadap Return Saham Syariah dan Return Saham Non Syariah.
55
3. Uji T (Uji secara parsial )
Uji T digunkan untuk menganalisis pengaruh variabel independen
terhadap variabel dependen secara parsial. Bila Thitung lebih besar dari Ttabel
atau nilai signifikan T < α : 5% (0.05) maka Ho ditolak dan Ha diterima
yang berarti bahwa terdapat pengaruh signifikan secara parsial variabel
independen terhadap variabel dependen. Dalam penelitian ini berarti
terdapat pengaruh signifikan secara parsial (nilai tukar Rp/US$, SBI,
inflasi dan PDB) terhadap Return Saham Syariah dan Non Syariah. Semua
data diolah dengan menggunakan Minitab 14 for Windows, (hasil output
Minitab terlampir).
4. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen yang
dilihat melalui adjusted R square karena variabel independennya lebih dari
2.
5. Uji Asumsi Klasik
Dalam penggunaan analisis regresi agar menunjukan hubungan yang
valid atau tidak bias maka perlu pengujian asumsi klasik pada model
regresi yang digunakan. Adapun asumsi dasar yang harus dipenuhi antara
lain :
a. Uji multikolinearitas
56
Uji Multikolinearitas digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya
hubungan antar beberapa atau semua variabel independen dalam model
regresi. Multikolinearitas merupakan keadaan di mana satu atau lebih
variabel independen dinyatakan sebagai kondisi linear dengan variabel
lainnya. Artinya bahwa jika di antara peubah-ubah bebas yang
digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang lain maka
bisa dikatakan bahwa tidak terjadi multikolinearitas.
Untuk menguji asumsi multikolinearitas dapat digunakan VIF
(Variance Inflation Factor), di mana Gujarati (2003) mengatakan bila
nilai VIF lebih dari 10 berarti terdapat kolinearitas sangat tinggi dan
sebaliknya
apabila
VIF
lebih
kecil
dari
10
maka
terjadi
multikolinearitas.
b. Uji Autokorelasi
Menguji autokorelasi dalam suatu model bertujuan untuk
mengetahui ada tidaknya korelasi antara variabel pengganggu (e t )
pada periode tertentu dengan variabel pengganggu periode sebelumnya
(e t −1 ). Prosedur untuk mengetahui adanya masalah autokorelasi pada
model regresi dengan melakukan uji Durbin Watson (uji Dw).
Cara mudah untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dapat juga
digunakan ketentuan sebagai berikut :
a
∑ (et
DW =
2
− e t −1 )
t=2
n
∑
et
2
t =1
57
Tabel 3.1
Tabel Autokorelasi
Durbin Watson
Kesimpulan
Kurang dari 1,10
Ada Autokorelasi
1,10 dan 1,54
Tanpa Kesimpulan
1,55 dan 2,46
Tidak Ada Autokorelasi
2,46 dan 2,90
Tanpa Kesimpulan
Lebih dari 2,91
Ada Autokorelasi
Sumber : Muhammad Firdaus (2004:101)
c. Uji Heteroskesdastisitas
Asumsi ini apabila variasi dari faktor pengganggu selalu sama pada
data pengamatan yang satu ke data pengamatan yang lain. Jika ciri ini
terpenuhi, berarti variasi faktor peganggu pada kelompok data tersebut
bersifat homoskedastik. Jika asumsi itu tidak dapat dipenuhi maka
dapat dikatakan terjadi penyimpangan. Penyimpangan terhadap faktor
pengganggu sedemikian itu disebut heteroskesdasitas. Model regresi
yang baik yang homoskedastik dan tidak terjadi heteroskesdastisitas.
Menurut Bhuono (2005:62), cara untuk memprediksi ada
tidaknya heteroskesdasitas pada suatu model dapat dilihat dari pola
gambar Scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar Scatterplot
yang menyatakan model regresi linear berganda tidak terdapat
heteroskesdasitas jika :
a) Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0.
b) Titik-titik data tidak mengumpul hanya diatas atau dibawah saja.
58
c) Penyebaran
titik-titik
data
bergelombang melebar
tidak
boleh
membentuk
pola
kemudian menyempit dan melebar
kembali.
d) Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola.
E.
Operasional Variabel Penelitian
Agar setiap variabel yang terdapat dalam penelitian ini dapat dimengerti
dengan jelas, serta untuk menghindari kesalahan dalam menafsirkan
pengertian, maka perlu pembatasan pengertian dari variabel yang akan diteliti,
yaitu:
1. Variabel Bebas ( independent variabel)
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini yang terdiri dari:
a. Nilai tukar rupiah terhadap dollar (X1)
Nilai tukar Rp/US$ yang diperoleh dari perubahan kurs tengah Rp/US$
jangka waktu bulanan.
Nilai tukar Rp/US$ = Kurs tengah Rp/US$t - Kurs tengah Rp/US$t-1
Kurs tengah Rp/US$t-1
b. SBI (X2)
Surat berharga yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia sebagai
pengakuan utang berjangka waktu pendek periode bulanan dengan
sistem diskonto/bunga.
59
c. Inflasi (X3)
Inflasi diperoleh dari perubahan Indeks Harga Konsumen (indeks
umum) yang merupakan gabungan 66 kota di Indonesia per bulanan.
Inflasi
=
IHKt – IHKt-1
IHKt-1
t adalah periode bulanan.
d. PDB (X4)
Nilai keseluruhan semua barang dan jasa yang diproduksi oleh suatu
negara pada periode tertentu. PDB diperoleh berdasarkan atas dasar
harga yang berlaku periode bulanan.
PDB = C + I + G + X - M
2. Variabel Terikat (Dependen)
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
a. Return Saham Indeks Jakarta Islamic Indeks (JII)
JII merupakan kumpulan 30 saham yang masuk dalam kriteria
Syariah dan termasuk saham yang likuid. Tingkat keuntungan JII
diperoleh dari perubahan indeks JII periode bulanan. Harga indeks
saham yang digunakan adalah harga penutupan pada akhir bulan.
Return saham yang digunakan adalah return indeks saham
dengan menggunakan rumus :
60
Return JII =
Indeks JIIt – Indeks JIIt-1
Indeks JIIt-1
b. Return Saham Indeks LQ45
LQ45 Indeks merupakan kumpulan 45 saham terpilih setelah
melalui beberapa macam seleksi. Tingkat keuntungan indeks LQ45
diperoleh dari perubahan indeks LQ45 periode bulanan. Harga indeks
saham yang digunakan adalah harga penutupan pada akhir bulan.
Return saham yang digunakan adalah return indeks saham
dengan menggunakan rumus :
Return LQ45
=
Indeks LQ45t – Indeks LQ45t-1
Indeks LQ45 t-1
61
BAB IV
PENEMUAN DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah PT. Bursa Efek Indonesia (JSX Monthly 2002)
Pasar modal merupakan sebagai bagian dari sektor keuangan
bukanlah merupakan barang baru di indonesia. Sejarah pasar modal
Indonesia sebenarnya telah mulai sejak pemerintahan Hindia Belanda
mendirikan bursa efek di Batavia pada tanggal 14 desember 1912 yang
diselenggarakan oleh Vereniging Voor de Effectenhandel, dengan
mendasarkan pada pengalaman di negeri Belanda, pendirian bursa efek
(stock Exchange) di Batavia adalah dalam rangka memupuk sumber
pembiayaan bagi perkebunan milik Belanda yang tumbuh secara besarbesaran di Indonesia. Efek yang diperjual belikan merupakan saham dan
obligasi yang diterbitkan oleh pemerintah Hindia Belanda, serta efek-efek
Belanda lainnya.
Dengan perkembangan Bursa Efek di Batavia, pada tanggal 11
januari 1925 di buka Bursa Efek Surabaya, kemidian disusul dengan
pembukaan bursa efek di Semarang pada tanggal 1 Agustus 1925. Sayang
sekali, aktivitas pasar modal di Indonesia terpaksa seluruhnya terhenti
akibat terjadinya perang dunia ke dua.
Sejak tahun 956 pemerintah telah mencoba untuk mengaktifkan
kembali pasar modal sebagaimana sarana pembiayaan kegiatan ekonomi.
62
Pada awalnya pemerintah mendorong pertumbuhan pasar modal melalui
pemberian fasilitas perpajakan, baik kepada perusahaan-perusahaan yang
go publik maupun para investor serta lembaga-lembaga penunjang yang
terkait termasuk broker dan dealer. Fasilitas perpajakan kemudian
dihapuskan setelah diberlakukan peraturan perpajakan baru pada tahun
1983, sedangkan pajak penghasilan atas bunga deposito dan tabungan
berjangka lainnya ditunda pemungutannya. Keadaan ini sudah tentu
mengakibatkan iklim investasi di pasar modal kurang menarik. Oleh
karena
itu
kemudian
pemerintah
berusaha
mendorong
kembali
pertumbuhan pasar modal dengan mengeluarkan paket-paket deregulasi,
seperti paket Desember 1987, paket Oktober 1988, dan paket Desember
1988, salah satu isi paket tersebut yang terpenting adalah dinaikannya
pajak penghasilan atas bunga depositodan tabungan berjangka lainnya
sebesar 15 % final. Kebijaksanaan pengenaan pajak final atas tabungan
dimaksud ternyata berdampak sangat positif terhadap pasar pasar modal,
karena pendapatan masyarakat pemodal menjadi berkurang, sehingga
mereka cenderung mencari alternatif lainnya dalam menginvestasikan
uangnya.
Tidak sampai tahun 1977, bursa saham kembali dibuka dan
ditangani oleh Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru
dibawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi
pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangannya pada
tahun 1990, pada tahun 1991, bursa saham yang dinamis di Asia.
63
Swastanisasi bursa saham menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini
mengakibatkan beralihnya fungsi Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM).
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Jakarta (BEJ) diswastakan
dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia, sebuah awal
pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke 19.
tahun 1995 adalah Bursa Efek Jakarta meluncurkan Jakarta Automated
Trading System (JATS), sebuah sistem perdagangan manual. Sistem baru
ini dapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih
menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding sistem
perdagangan manual.
Tahun 2002 Bursa Efek Jakarta mulai menerapkan perdagangan
jarak jauh (Remote Trading), sebagai upaya meningkatkan akses pasar,
efesiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
Tahun 2007 penggabungan antara Bursa Efek Surabaya (BES) dan
Bursa Efek Jakarta (BEJ) menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Lembaga-lembaga yang terlibat di Bursa Efek Indonesia
Sebagai suatu bisnis yang berdampak sosial yang sangat luas,
Bursa Efek Indonesia melibatkan banyak lembaga masing-masing pihak
mempunyai peranan dan fungsi yang berbeda-beda dan saling menunjang
kepentingan pihak lainnya. Pihak-pihak yang terkait dalam kegiatan di
Bursa Efek Indonesia adalah
64
a. Perusahaan yang go publik (Emitmen)
Adalah perusahaan yang melakukan emisi atau yang telah melakukan
penawaran dalam surat berharga. Pihak ini membutuhkan dana guna
membelanjai operasi rencana investasi.
b. Perusahaan Efek
Perusahaan efek adalah perusahaan yang telah memperoleh izin usaha
untuk beberapa kegiatan seperti penjamin emisi efek, perantara
perdagangan efek, manajer investasi, atau penasehat investasi.
c. Lembaga Kliring dan Penyelesaian Penyimpanan
Adalah
suatu
lembaga
yang
menyelenggarakan
kliring
dan
penyelesaian transaksi yang terjadi di bursa efek, penyimpanan efek
serta penitipan harta untuk pihak lain.
d. Perusahaan Reksa Dana
Adalah pihak yang kegiatan utamanya melakukan investasi, investasi
kembali (reinvestasi atau pedagang efek).
e. Lembaga Penunjang
Lembaga penunjang meliputi tempat penitipan harta, wali amanat atau
penanggung yang menyediakan jasa, tempat penitipan harta adalah
pihak yang menyelenggarakan penyimpanan harta dalam penitipan
untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak tanpa
mempunyai hak kepemilikan atas harta tersebut. Wali amanat (trust
agent) adalah pihak yang dipercayakan untuk mewakili kepentingan
seluruh pemegang obligasi atau sertifikat kredit. Penanggung (gurator)
65
adalah pihak yang menanggung kembali jumlah pokok atau bunga
emisi obligasi atau sekritas kredit dalam emiten cidera janji.
Sedangkan Biro Administrasi Efek (BAE) yang semula berperan
penting dalam regestrasi saham, setelah skripless berperan memelihara
investasi hingga memantau peroleh deviden, penawaran perdana (IPO),
atau corporate action lainnya. dan saat ini pencatatan semua saham
investor beralih ke kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
f. Profesi Penunjang
Terdiri dari akuntan publik, notaris, perusahaan penilai (appraisal) dan
konsultan hukum. akuntan publik adalah pihak yag memiliki keahlian
dalam bidang akutansi dan pemeriksa akuntan (auditing). Fungsi
akuntan adalah memberi pendapat atas kewajaran laporan keuangan
emiten atau calon emiten. Notaris adalah pejabat yang berwenang
membuat akte otentik sebagaimana dimaksudkan dalam Staad Glad
1860 No. 3 tentang pengaturan jabatan notaris. Peran notaris adalah
membuat perjanjian, penyusunan anggaran dasar dan perubahannya,
perubahan pemilik modal dan lain-lain. Penilaian appraisal adalah
pihak yang menerbitkan dan menandatangani laporan penilai. Laporan
penilai mencangkup pendapat atas aktiva yang disusun berdasarkan
pemeriksaaan menurut keahlian penilai. Konsultan hukum adalah ahli
hukum yang memberikan dan menandatangani pendapat hukum
mengenai emisi atau emiten. fungsi utama konsultan hukum adalah
66
melindungi pemodal atau calon pemodal dari segi hukum. tugasnya
antara lain meneliti akte pendirian, izin usaha dan lain-lain.
g. Pemodal (investor)
Adalah pihak perorangan maupun lembaga yang menanamkan modal
dalam efek-efek yang diperdagangkan.
h. Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM)
Badan Pengawas pasar Modal (BAPEPAM) merupakan lembaga
pemerintahan yang mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Memonitor dan mengatur surat pasar dimana sekuritas-sekuritas
dapat diterbitkan dan diperdagangkan secara teratur, wajar, dan
efisien dengan maksud untuk melindungi kepentingan pemodal dan
masyarakat.
2. Mengawasi dan memonitor pertukaran sekuritas, clearing,
settlement, dan lembaga-lembaga penyimpanan reksa dana,
perusahaan sekuritas dan para pialang, berbagai lembaga
pendukung pasar modal dan para profesional.
3. Untuk memberikan rekomendasi tentang pasar modal kepada Mentri
Keuangan.
Dengan fungsi tersebut diharapkan Badan Pengawas Pasar
Modal (BAPEPAM) lebih bisa melaksanakan fungsi pengawasan
karena kegiatan perdagangan efek dan berbagai kegiatan yang
berkaitan dengannya diselenggarakan oleh Bursa Efek sendiri, selain
67
itu peraturan mulai dilakukan oleh Badan Pengawas Pasar Modal
(BAPEPAM) secara konsisten.
3. Mekanisme Perdagangan
a. Sistem Perdagangan PT. Bursa Efek Indonesia
Perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) terpusat di lantai
perdagangan di Jakarta Stock Exchange Building, Jl. Jenderal
Sudirman Kav 52 – 53 Jakarta 12190. Hingga saat ini, instrumeninstrumen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia adalah :
saham, bukti right, warant, obligasi, dan obligasi konversi. Sejak 22
mei 1995, sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah
menggunakan komputer. Sistem yang tergolong paling modern di
dunia ini disebut The Jakarta Automated Trading System (JATS),
sedangkan kegiatan administratif dan manajemen Bursa Efek
Indonesia terpusat di lantai empat gedung yang sama.
b. Sistem Pasar : Digerakan oleh Order dan Lelang Terbuka
Bursa Efek Indonesia menganut sistem order – driven market atau
pasar yang digerakan oleh order-order dari pialang dengan sistem
lelang secara terus menerus. Pembeli atau penjual, yang hendak
melakukan
transaksi
harus
menghubungi
perusahaan
pialang.
Perusahaan pialang membeli dan menjual efek dilantai bursa atas
perintah atau permintaan (order) investor. akan tetapi, perusahaan
68
pialang juga dapat melakukan jual efek untuk dan atas nama
perusahaan itu sendiri sebagai bagian dari investasi portofolio.
Setiap perusahaan pialang mempunyai orang yang akan memasuki
semua order yang diteria ke terminal masing-masing di lantai bursa.
Orang-orang yang bertindak di perusahaan di perusahaan pialang
tersebut disebut wakil Perantara Perdagangan Efek (WPPE). Dengan
menggunakan Jakarta Automated Trading System (JATS), order-order
tersebut diolah oleh komputer yang akan melakukan matching dengan
mempertimbangkan prioritas harga dan prioritas waktu. Dengan
demikian sistem perdagangan di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah
sistem lelang secara terbuka yang berlangsung terus menerus selama
jam bursa. Hingga saat ini, seluruh order dari pialang memang harus
dimasukan ke dalam sistem melalui terminal yang ada di lantai bursa.
Namun saat ini, Bursa Efek Indonesia (BEI) sudah mulai menetapkan
akses jarak jauh atau remote trading aces untuk Jakarta Automated
Trading System (JATS) sehingga seluruh perusahaan pialang bisa
langsung melakukan perdagangan dari luar lantai bursa, bahkan dari
luar Jakarta.
a). Penyelesaian Transaksi
Transaksi di Bursa Efek Indonesia secara umum bukan
transaksi yang bersifat tunai. Bursa menentukan apabila transaksi
dilakukan hari ini, maka penyerahan saham dan pembayaran harus
diselesaikan melalui PT. Kliring penjamin Efek Indonesia (KPEI)
69
dan PT. Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) pada hari bursa
ke lima (T+5) setelah terjadinya transaksi. Penyelesaian untuk
transaksi obligasi dilakukan antara anggota bursa yang melakukan
transaksi. Sementara itu, penyelesaian untuk transaksi right
dilakukan pada T+0 dan penyelesaian pada warant dilakukan
melalui PT. Kliring Penjamin Efek Indonesia (KPEI) dan
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
b). Sistem Otomatisasi Perdagangan
Otomasi sistem perdagangan atau Jakarta Automated Trading
System (JATS) di mulai tanggal 22 Mei 1995. Awalnya, Bursa
Efek Indonesia menyediakan 444 unit Trader Worksystem di lantai
perdagangan bursa. pada bulan Mei 2000, Bursa Efek Indonesia
melakukan perluasan lantai dengan 360 terminal di lantai 5 gedung
bursa, perluasan ini dilakukan untuk sementara. Terminal-terminal
yang dinamankan Trader Worksystem atau Booth dihubungkan
dengan mesin utama perdagangan (Trading Engine) melalui
Jakarta Stock Exchange Network.
Pada tahap pertama, implementasi Jakarta Automated rading
System (JATS) lebih dipusatkan pada sistem konversi dari manual ke
sistem komputerisasi. Pengembangan implemantasi Jakarta Automated
System (JAT) terdiri atas beberapa tahap, antara lain :
70
1. Implementasi perdagangan tanpa waran (scripless trading) yang
terintegrasi dengan sistem kliring dan penjamin (clearing and
guarentee system) PT. Kliring dan Penjamin Indonesia.
2. Berkenaan
dengan peningkatan transaksi,
perluasan lantai
perdagangan dengan kapasitas 804 booth dilakukan untuk
mengantisipasi kebutuhan anggota bursa terhadap
fasilitas
perdagangan pada pertengahan tahun 2000.
3. Pengembangan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading).
Dengan menggunakan fasilitas ini anggota bursa dapa secara
langsung mengakses Jakarta Automated Trading System (JATS)
dari kantornya, kantor pusat maupun kantor cabang.
c. Biaya Transaksi
Untuk membeli atau menjual saham, investor diwajibkan
membayar biaya transaksi kepada perusahaan pialang berdasarkan
kesepakatan. dalam peraturan Bursa Efek Indonesia, biaya komisi
setinggi-tingginya 1% dari total nilai transaksi (beli atau jual).
Sementara itu, pialang diwajibkan membayar biaya transaksi sebesar
0,004% dari total transaksi di bursa.
Perusahaan pialang diwajibkan membayar biaya-biaya sebagai
berikut:
1. Untuk transaksi saham dan right dikenakan sebesar 0,04% dari
kumulatif nilai transaksi setiap bulan, dan 0,01% dari biaya
71
tersebut dialokasikan untuk dana jaminan dan kliring yang dikelola
oleh PT. kliring penjamin Efek Indonesia (KPEI), dan sisanya
0,015 % untuk biaya operasional bursa dan 0,006 % untuk PT.
Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
2. Untuk trasaksi obligasi asas unjuk tidak dikenakan biaya transaksi.
3. Untuk anggota bursa yang tidak melakukan transaksi sama sekali,
wajib membayar biaya administratif kepada bursa sebeasr Rp.
250.000 per bulan (untuk anggota aktif). Pengenaan komisi dan
biaya-biaya transaksi ini belum termasuk Pajak Penambahan nilai
(PPn) sebesar 0,1 % dari kumulatif nilai transaksi penjulan (khusus
untuk saham).
72
B.
Penemuan dan Pembahasan
1. Deskripsi Data
Tabel 4.1
Statistic Descriptive Dependent Variable
Variabel
Mean
Return JII
0,03276
Return LQ45
0,03022
Sumber : Data diolah
Std. Deviasi
0,06403
0,06367
Maximum
0,172
0,165
Minimum
-0,157
-0,116
N
63
63
a. Variabel Dependen :
1) Return JII
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data bulanan JII
periode bulanan April 2003 – Juni 2008, return tertinggi JII terjadi pada
bulan September 2003 sebesar 0,172 sedangkan return terendah pada
bulan Maret 2008 yaitu sebesar -0,157 dengan jumlah data sebanyak 63
data.
2) Return LQ45
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data bulanan
indeks LQ45 periode bulanan April 2003 – Juni 2008, return tertinggi
terjadi pada bulan September 2003 yaitu sebesar 0,165 sedangkan return
terendah pada bulan Agustus 2005 yaitu sebesar -0,116 dengan jumlah
data sebanyak 63 data.
73
b. Variabel Independen :
Tabel 4.2
Statistic Descriptive Independent Variable
Variabel
Mean
Nilai
tukar
9142,7
Rp/US$
SBI
0,7632
Inflasi
0,5970
PDB
257741
Sumber : Data diolah
Std. Deviasi
Maximum
Minimum
N
450,6
10310
8279
63
0,1469
0,4990
71848
1,0600
2,46
410305
0,6100
-0,1700
168292
63
63
63
1) Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dollar AS
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data bulanan
nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS diketahui untuk nilai terendah
terjadi pada bulan Mei 2003 yaitu Rp. 8279 sedangkan nilai tertinggi
yaitu Rp. 10310 terjadi pada bulan September 2005 dengan jumlah data
sebanyak 63 data.
2) Sertifikat Bank Indonesia (SBI)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data bulanan
nilai tingkat bunga Sertifikat
Bank Indonesia diketahui untuk nilai
terendah terjadi pada bulan Mei 2004 yaitu 0,61 sedangkan tingkat
bunga tertinggi yaitu 1,06 terjadi pada bulan November 2005 dengan
jumlah data sebanyak 63 data.
3) Inflasi
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data bulanan
inflasi yang diukur dari IHK (Indeks Harga Konsumen) diperoleh indeks
terendah terjadi pada bulan Februari 2005 yaitu -0,17 sedangkan indeks
74
tertinggi yaitu 2,46 terjadi pada bulan Juni 2008 dengan jumlah data
sebanyak 63.
4) Produk Domestik Bruto (PDB)
Berdasarkan data yang diperoleh dari pengumpulan data bulanan
nilai Produk Domestik Bruto (PDB) yang terendah terjadi di April - Juni
(triwulan II) 2003 yaitu sebesar Rp. 168292 (milyar) Sedangkan nilai
tertinggi terjadi di April – Juni (triwulan II) 2008 yaitu sebesar 410305
(milyar) dengan jumlah data sebanyak 63 data.
2. Pengujian Asumsi Klasik
a). Uji Multikolinearitas
Dari hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai VIF Nilai tukar
RP/US$, inflasi, SBI dan PDB memiliki VIF masing-masing di bawah
dari 10, maka dapat dikatakan tidak terjadi multikolinearitas antara
variabel bebas..
Tabel 4.3
Hasil Uji Multikolinearitas
Variabel
Nilai tukar Rp/US$
Inflasi
SBI
PDB
Sumber : Data diolah
VIF
1,2
1,1
1,1
1,2
75
b). Pengujian Autokorelasi
Tabel 4.4
Hasil Uji Durbin Watson
Pengujian Terhadap
Return JII
Return LQ45
Sumber : Data diolah
DW
Terletak pada
1,55-2,46
2,02942
1,55-2,46
2,00950
Keterangan
Tidak AdaAutokorelasi
Tidak Ada Autokorelasi
Pengujian adanya autokorelasi dilakukan dengan melihat nilai
Durbin Watson. Hasil uji Durbin Watson untuk variabel dependen return
JII sebesar 2,02942 dan untuk variabel dependen return LQ45 sebesar
2,00950. Dengan demikian dapat disimpulan bahwa dalam model regresi
linear berganda terbebas dari asumsi klasik statistik autokorelasi dan
model ini layak untuk digunakan.
c). Pengujian Heteroskedastisitas
Output pada gambar Scatterplot menunjukan penyebaran titik-titik
data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar 0. Titik- titik data tidak
mengumpul hanya diatas atau dibawah saja. Penyebaran titik ini tidak
berbentuk pola. Maka dapat disimpulkan bahwa model regresi linear
berganda bebas dari asumsi klasik heteroskedastisitas dan layak
digunakan dalam penelitian.
76
Gambar 4.1
Hasil Uji Heteroskedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Return JII
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
Scatterplot
Dependent Variable: Retun LQ45
3
Regression Studentized Residual
Regression Studentized Residual
3
2
1
0
-1
-2
-3
-2
-1
0
1
2
3
Regression Standardized Predicted Value
77
3.
Pengujian Statistik
a. Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Return Saham Syariah
(JII)
Tabel 4.5
Resume Hasil Analisis Regresi linear Berganda
(Variabel Dependen Return JII)
Variabel
Koef.Regresi
Constanta
0,37
Nilai
tukar -0,00003809
Rp/US$ (X1)
SBI (X2)
0,04742
Inflasi (X3)
-0,01485
PDB (X4)
-0,00000006
Adj. R Square
0,064
Alpha
0,05
Sumber : Data diolah
Tsignifikan
0,028
0,048
Keterangan
0,397
0,379
0,596
(6,4%)
(5%)
UNSIGN
UNSIGN
UNSIGN
F signifikan
0.097
SIGN
(UNSIGN)
1) Uji F
Berdasarkan tabel di atas diperoleh Fsignifikan > α, dimana F
signifikan sebesar 0,097 > α ;0,05 (5%) maka dapat dikatakan bahwa Ho
diterima dan Ha ditolak yang berarti secara bersama-sama Variabel
Makro (Nilai tukar Rp/US$, Inflasi, PDB dan SBI) tidak berpengaruh
signifikan terhadap return saham Syariah yang tercermin dalam Return
JII
78
2) Uji T
Jika nilai Tsignifikan < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang
berarti terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari variabel-variabel
independen terhadap variabel dependen. Berdasarkan hasil perhitungan
diperoleh :
-
Tsignifikan variabel nilai tukar Rp/US$ sebesar 0,048 < α . 0,05 (5%),
maka variabel nilai tukar Rp/US$ berpengaruh signifikan terhadap
return saham syariah (JII)
-
Tsignifikan variabel SBI sebesar 0,397 > α 0,05 (5%), maka variabel
SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah (JII).
-
Tsignifikan variabel inflasi sebesar 0,379 > α 0,05 (5%), maka variabel
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah
(JII).
-
Tsignifikan variabel PDB sebesar 0,596 > α 0,05 (5%), maka variabel
PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah
(JII).
3) Uji Koefisien Regresi
Dari persamaan Y = 0,37 – 0,000038X1 + 0,474X2 -0,0148 X3 0,00000006X4 , dapat diartikan
-
Nilai tukar Rp/US$ berpengaruh negatif terhadap return syariah (JII)
sebesar 0,000038 yang berarti jika nilai tukar Rp/US$ mengalami
peningkatan sebesar 1% maka return syariah (JII) akan mengalami
penurunan sebesar 0,000038 dan sebaliknya dengan asumsi variabel
79
lain tetap. Hal ini dapat diartikan bahwa jika nilai tukar Rupiah
melemah terhadap US Dollar maka investor akan menjual sahamnya
dan beralih membeli US Dollar, sehingga mengakibatkan Return
saham turun dan sebaliknya.
-
SBI berpengaruh positif terhadap Return Syariah (JII) sebesar 0,474
yang berarti jika suku bunga SBI mengalami peningkatan sebesar 1%
maka akan mengalami peningkatan Return Syariah (JII) sebesar
0,474 dan sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap, namun
pengaruhnya tidak signifikan.
-
Inflasi berpengaruh negatif terhadap Return Syariah (JII) sebesar
0,0148 yang berarti jika inflasi mengalami peningkatan sebesar 1%
maka akan mengalami penurunan Return Syariah (JII) sebesar
0,0148 dan sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap, namun
pengaruhnya tidak signifikan
-
PDB berpengaruh negatif terhadap Return Syariah (JII) yang berarti
jika PDB mengalami peningkatan sebesar 1% maka Return Syariah
akan mengalami penurunan sebesar 0,00000006 dan sebaliknya
dengan asumsi variabel lain tetap, namun pengaruhnya tidak
signifikan.
4) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
80
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R2 sebesar
0,064 yang berarti bahwa variabel Return Syariah dapat dijelaskan oleh
Variabel Makro (Nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi, PDB dan IHSG)
sebesar 6,4% dan sisanya sebesar 93,6% dijelaskan oleh variabel lain
yang tidak dimasukan dalam model seperti uang beredar, suku bunga
deposito, tingkat pengangguran, dan variabel makro lainnya.
b.
Pengaruh Variabel Makroekonomi Terhadap Return Saham Non
Syariah (LQ45)
Tabel 4.6
Resume Hasil Analisis Regresi linear Berganda
(Variabel Dependen Return LQ45)
Variabel
Constanta
Nilai tukar Rp/US$
SBI
Inflasi
PDB
Adj. R. Square
Alpha
Sumber : Data diolah
Koef.Regresi
T signifikan
0,3907
-0,00004042
0,05399
-0,01703
-0,00000009
0,098
0,05
0,018
0,032
0,323
0,302
0,465
(9,8%)
(5%)
Keterangan
SIGN
UNSIGN
UNSIGN
UNSIGN
F
Signifi
kan
0,04
SIGN
1) Uji F
Berdasarkan table di atas diperoleh Fsignifikan < α, dimana F signifikan
sebesar 0,04 < a ;0,05 (5%) maka dapat dikatakan bahwa Ho ditolak dan
Ha diterima yang berarti secara bersama-sama Variabel Makro (Nilai
81
tukar Rp/US$, SBI, Inflasi dan PDB) berpengaruh signifikan terhadap
Return saham Non Syariah yang tercermin dalam Return LQ 45.
2) Uji T
Jika nilai Tsignifikan < α, maka Ho ditolak dan Ha diterima yang berarti
terdapat pengaruh signifikan secara parsial dari variabel-variabel
independen terhadap dependen. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh
:
-
Tsignifikan variabel nilai tukar Rp/US$ sebesar 0,032 < α . 0,05 (5%),
maka variabel nilai tukar Rp/US$ berpengaruh signifikan terhadap
Return Non Syariah (LQ45)
-
Tsignifikan variabel SBI sebesar 0,323 > α 0,05 (5%), maka variabel
SBI tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Non Syariah
(LQ45).
-
Tsignifikan variabel inflasi sebesar 0,302 > α 0,05 (5%), maka variabel
inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Non Syariah
(LQ45)
-
Tsignifikan variabel PDB sebesar 0,465 > α 0,05 (5%), maka variabel
PDB tidak berpengaruh signifikan terhadap Return Non Syariah
(LQ45).
82
3) Uji Koefisien Regresi
Dari persamaan Y = 0,391 – 0,00004X1 + 0,0540X2 – 0,0170X3 0,00000009X4 dapat diartikan
-
Nilai tukar Rp/US$ berpengaruh negatif terhadap return syariah (JII)
sebesar 0,00004 yang berarti jika nilai tukar Rp/US$ mengalami
peningkatan sebesar 1% maka Return Non Syariah (LQ45) akan
mengalami penurunan sebesar 0,00004 dan sebaliknya dengan
asumsi variabel lain tetap. Hal ini dapat diartikan bahwa jika nilai
tukar Rupiah melemah terhadap US Dollar
maka investor akan
menjual sahamnya dan beralih membeli US Dollar, sehingga
mengakibatkan Return Saham Non Syariah (LQ45) turun dan
sebaliknya.
-
SBI berpengaruh positif terhadap Return Non Syariah (LQ45)
sebesar 0,0540 yang berarti jika suku bunga SBI mengalami
peningkatan sebesar 1% maka akan mengalami peningkatan Return
Non Syariah (LQ45) sebesar 0,0540 dan sebaliknya dengan asumsi
variabel lain tetap, namun pengaruhnya tidak signifikan.
-
Inflasi berpengaruh negatif terhadap Return Non Syariah (LQ45)
sebesar
0,0170 yang berarti jika inflasi mengalami peningkatan
sebesar 1% maka akan mengalami penurunan Return Non Syariah
(LQ45) sebesar 0,0170 dan sebaliknya dengan asumsi variabel lain
tetap, namun pengaruhnya tidak signifikan
83
-
PDB berpengaruh negatif terhadap Return Non Syariah (LQ45) yang
berarti jika PDB mengalami peningkatan sebesar 1% maka Return
Syariah akan mengalami penurunan sebesar 0,00000009
dan
sebaliknya dengan asumsi variabel lain tetap, namun pengaruhnya
tidak signifikan.
4) Uji Koefisien Determinasi (R2)
Uji Koefisien determinasi ditujukan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen.
Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai adjusted R2 sebesar
0,098 yang berarti bahwa variabel Return Non Syariah (LQ45) dapat
dijelaskan oleh variabel Makro (Nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi dan
PDB) sebesar 9,8% dan sisanya sebesar 91,2% dijelaskan oleh variabel
lain yang tidak dimasukan dalam model seperti uang beredar, suku
bunga deposito, tingkat pengangguran, dan variabel makro lainnya.
84
BAB V
KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A.
KESIMPULAN
1. Dalam pengujian terhadap variabel dependen Return Syariah
(JII),
berdasarkan Uji F dapat diketahui bahwa tidak terdapat pengaruh signifikan
secara simultan variabel nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi dan PDB terhadap
Return Syariah yang tercermin dalam Jakarta Islamic Index (JII) di BEI.
2. Berdasarkan koefisien regresi dan uji t, nilai tukar Rp/US$ berpengaruh
negatif signifikan, sehingga setiap terjadi peningkatan nilai tukar Rupiah
akan mengakibatkan penurunan terhadap Return Syariah. Hal ini dapat
diartikan bahwa jika nilai tukar Rupiah melemah terhadap US Dollar maka
investor akan menjual sahamnya dan beralih membeli US dollar, sehingga
mengakibatkan harga saham turun dan Return JII pun akan turun dan
sebaliknya. Hal ini juga mengindikasikan besarnya peranan investor asing di
pasar modal Indonesia. Hasil ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Farrel (1997 : 100) yang meneliti tentang pengaruh kurs terhadap return
saham. Variabel lain yakni PDB dan Inflasi berpengaruh negatif sehingga
setiap terjadi peningkatan PDB dan IHSG akan menyebabkan penurunan
Return Syariah, namun pengaruhnya tidak signifikan. Sedangkan SBI tidak
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap Return Syariah (JII). Hal ini
berarti bahwa kenaikan suku bunga (SBI)
tidak berpengaruh secara
langsung terhadap Return Syariah.
85
3. Pengujian terhadap variabel dependen Return Non Syariah (LQ45),
berdasarkan Uji F dapat diketahui bahwa terdapat pengaruh signifikan
secara simultan variabel nilai tukar Rp/US$, SBI, inflasi, dan PDB terhadap
Return Non Syariah, yang tercermin dalam indeks LQ45.
4. Di dalam variabel dependen Return Non Syariah (LQ45), secara parsial nilai
tukar Rupiah terhadap Dollar AS berpengaruh negatif signifikan, sehingga
setiap kejadian peningkatan Nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS akan
mengakibatkan penurunan Return Non Syariah (LQ45). Sedangkan PDB
dan Inflasi berpengaruh negatif, sehingga setiap kenaikan PDB dan Inflasi
akan mengakibatkan penurunan Return Non Syariah (LQ45), namun
pengaruhnya tidak signifikan. Sedangkan SBI berpengaruh positif terhadap
Return Non Syariah namun pengaruhnya tidak signifikan.
B. IMPLIKASI
1. Bagi Investor
Nilai tukar Rupiah dan PDB ternyata merupakan faktor yang sangat
signifikan mempengaruhi Return Syariah maupun Non Syariah sehinga
dapat dijadikan prediktor dalam mengukur Return Saham baik Syariah
maupun Non Syariah.
2. Bagi Pemerintah
Agar dapat menstabilkan nilai tukar rupiah agar tidak membuka kesempatan
kepada spekulan yang mengalihkan investasinya dari pasar modal dengan
menyimpan Dollar sehingga dapat mengganggu aktivitas pasar modal.
86
3. Bagi Akademisi
Dapat
mengembangkan
penelitian
selanjutnya
mengenai
variabel
makroekonomi lainnya yang mempengaruhi Return saham seperti uang
beredar, suku bunga deposito, tingkat pengagguran dengan melihat
rendahnya adjusted R square.
87
DAFTAR PUSTAKA
Algifari, “Analisis Regresi, Teori kasus dan Solusi”, edisi kedua, Yogyakarta,
BPFE, 2000.
Boediono, “Seri Sinopsis : Ekonomi Makro“, edisi 2, Yogyakarta, BPFE, 2000.
Dwi Astuti, Rini, “Analisis makro Kinerja Pasar Modal Indonesia Dengan
Pendekatan Error Correlation Model (ECM)”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, JEP, Vol 6, No.1, hal 13-32, 2001.
Daryono, Heliyani, “Analisis Pengaruh Variabel Ekonomi Makro Terhadap
Return Saham pada Industri Farmasi”, Jurnal STIE haji Agus Salim Bukit
Tinggi, Vol 2, No.1, 2007.
Husnan, Suad, “Dasar-Dasar Teori Portopolio dan Analisi Sekuritas”, edisi
ketiga, Yogyakarta, UPP AMP YKPN, 2001.
Irianto, Guntur, ”Pengaruh Bunga Deposito, Kurs Mata Uang dan Harga Emas
terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG)”, Journal Winners, Vol
3, N0 1, Maret 2001.
Kurniawan, Agung dan Hapsoro, Dody “Pengaruh Faktor Fundamental, Resiko
Sistematik Dan Indikator Ekonomi Makro Terhadap Return Saham
Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal Wahana, Vol 10,
No.1 hal 9-24, 2007.
Nazir, Moh, “Metode Penelitian”, Jakarta, Gahlia Indonesia, 2003.
Putra Anoraga, Fadjar, “Pengaruh Fluktuasi Nilai Rupiah Dan GDP Mitra Dagang
Indonesia Terhadap Ekspor Indonesia:, Jurnal Keuangan dan Moneter,
Vol 7, No.2, 2004.
Robiatul Auliyah dan Ardi Hamzah, “Analisis karakteristik Perusahaan Industri
dan Ekonomi Makro Terhadap Return Dan Beta Saham Syariah Di Bursa
Efek Jakarta”, Jurnal Universitas Trunijoyo, K-AKPM 06, 2006.
Ruhendi dan Johan Arifin, “Dampak Perubahan Kurs Rupiah Dan Indeks Saham
Dow Jones Di New York Stock Exchange Terhadap Indeks Harga Saham
Gabungan Di BEJ”, Jurnal Wahana, Vol 6, No.1 hal 45-57, 2003.
88
Sakhowi, Ahmad, “Analisis Pengaruh Perubahan Kurs Rupiah, Inflasi Dan
Tingkat Bunga Terhadap Kinerja Saham di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol 2, No.1, hal 1-16, 2004.
Soebagiyo, Daryono dan Prasetyo, Endah Heni, “Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Indeks Harga Saham Di Indonesia”, Jurnal Ekonomi
Pembangunan, Vol 4, Desember 2003.
Sakhowi, Ahmad “Analisis Pengaruh Perubahan Nilai Tukar Rupiah Inflasi dan
Tingkat Bunga Terhadap Kinerja Saham di Bursa Efek Jakarta”, Jurnal
Ekonomi dan Bisnis, Vol 2. No. 1 hal 1-16, Maret, 2004.
Sukirno, Sadono, “Pengantar Makro Ekonomi”, edisi kedua, Jakarta, PT Raja
Grafindo Persada, 1994.
Wirachman, Tutang, ”Analisa Pengaruh GDP, Laju Inflasi, Bunga SBI, dan Kurs
US$ terhadap Imbal Hasil Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di
Bursa Efek Jakarta Dalam Rentang Waktu Tahun 1997 – 2001”, Thesis S2
Program Studi Magister Ilmu Administrasi FEUI, Jakarta, 2002.
Wijaya, Andi, “Interaksi Risk And Return Dalam Investasi Surat Berharga”,
Jurnal Manajemen, Februari, 2002.
Usman, Wan, “Metode Kuantitatif”, Jakarta, Universitas Terbuka, 2006.
Widoatmojo, Sawidji,”Cara Sehat Investasi di Pasar Modal”, Jakarta, PT. Elex
Media Komputindo, 2008.
Publikasi :
Buletin Bank Indonesia, Bank Indonesia, beberapa penerbit.
Buletin Indikator Ekonomi bulanan, Biro Pusat Statistik, beberapa
penerbitan
JSX Montly, Bursa Efek Indonesia, beberapa penerbitan.
89
Download