10 pembatal keislaman

advertisement
10 PEMBATAL KEISLAMAN
1. Syirik kepada Allah Ta’ala dalam ibadah
Pembatal keIslaman yang pertama dan paling besar ialah syirik
kepada Allah Ta’ala. “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa
syirik, dan Dia mengampuni dosa di bawah itu (syirik), bagi siapa yang
dikehendaki-Nya” (QS. An Nisa’ : 48).
2. Menetapkan adanya perantara antara seseorang dengan Allah, dalam
rangka memohon syafaat dan bertawakkal kepadanya.
Padahal, Allah telah berfirman (yang artinya), “Berdoalah kepadaKu,
niscaya akan Aku kabulkan.” (QS. Ghafir : 60), dan Allah tidaklah berfirman,
“Berdoalah kepadaKu melalui perantara Fulan, atau dengan perantara ini,
itu!”. Sungguh, inilah keyakinan kaum kafir Quraisy, yang Allah turunkan
Rasul kepada mereka dalam rangka membantah keyakinan sesat tersebut.
Allah berfirman (yang artinya), “Dan orang-orang yang mengambil
pelindung selain Allah (berkata): “Kami tidak menyembah mereka
melainkan supaya mereka mendekatkan Kami kepada Allah dengan
sedekat- dekatnya” (QS. Az Zumar : 3).
3. Tidak mengkafirkan kaum musyrikin, atau ragu dengan kekafiran mereka,
atau (bahkan) membenarkan keyakinan mereka.
4. Meyakini bahwasanya ada petunjuk selain dari Nabi yang lebih sempurna,
atau meyakini bahwa ada hukum yang lebih baik dari hukum beliau.
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya sebaik-baik perkataan ialah
kalamullah (Al Quran), dan sebaik-baik petunjuk ialah petunjuk
Muhammad shallallaahu ‘alaihi wa sallam” (HR. Muslim).
Sebagian dari kaum muslimin, bermudah-mudahan dalam
mengkafirkan sesama kaum muslimin yang tidak berhukum dengan hukum
Allah, dengan berdalil pada ayat “Barangsiapa yang tidak berhukum
dengan hukum Allah, maka mereka adalah orang-orang kafir.” (QS. Al
Maidah : 44). Maka masalah mengkafirkan secara mu’ayyan (personal),
perlu dikembalikan kepada para ulama. Masalah ini juga memiliki banyak
rincian dan batasan-batasan lebih lanjut. Semoga Allah Ta’ala memberi
taufiq kepada para penguasa di negeri-negeri kaum muslimin, untuk
berhukum dengan hukum Allah.
5. Membenci suatu perkara yang merupakan ajaran Nabi , walaupun ia sendiri
mengamalkannya.
Perbuatan ini merupakan jenis nifaq i’tiqadiy (munafik dalam hal
keyakinan). Dalilnya ialah firman Allah (yang artinya), “Yang demikian itu
adalah karena sesungguhnya mereka membenci apa yang diturunkan Allah
(Al Quran) lalu Allah menghapuskan (pahala-pahala) amal-amal mereka.”
(QS. Muhammad : 9). Walaupun pelakunya hanya membenci satu saja
diantara ajaran Nabi, dan meskipun ia sendiri juga mengamalkannya, maka
ia terancam kafir.
6. Mengolok-olok salah satu ajaran Rasul , atau mengolok-olok pahala atau
adzabnya.
Allah berfirman (yang artinya) , “Katakanlah: “Apakah dengan Allah,
ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu selalu berolok-olok? Tidak usah kamu
minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman.” (QS. At Taubah : 65-66).
7. Sihir
Dalilnya ialah firman Allah (yang artinya), “Sedang keduanya (yaitu
malaikat Harut dan Marut) tidak mengajarkan (sesuatu) kepada
seorangpun sebelum mengatakan: “Sesungguhnya kami hanyalah cobaan
(bagimu), sebab itu janganlah kamu kafir” (QS. Al Baqarah : 102). Contoh
sihir yang populer di zaman kita ialah santet, pelet, guna-guna, pengasihan,
dan sebagainya. Barangsiapa yang mempraktekkan atau menyetujui
praktek sihir, maka dia kafir.
8. Mendukung orang-orang musyrik dan membantu mereka memusuhi kaum
muslimin.
Allah berfirman (yang artinya), “Barangsiapa diantara kamu
mengambil mereka (orang-orang kafir itu) menjadi pemimpin, maka
sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim.” (QS. Al Maidah :
51). Mendukung orang-orang kafir dalam memusuhi kaum muslimin tidak
hanya melalui harta atau tenaga, tetapi juga termasuk andil dalam
menyebarkan propaganda mereka seperti pluralisme dan liberalisme, atau
ide-ide kufur lainnya. Maka hendaknya kita mewaspadai perbuatan
tersebut.
9. Meyakini bahwa sebagian orang bisa keluar dari syariat Muhammad
dengan leluasa.
Hal ini bertentangan dengan firman Allah yang menyatakan bahwa
syariat telah sempurna, tidak ada lagi penambahan atau pengurangan.
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untukmu agamamu, dan telah Kucukupkan bagimu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam menjadi agama
bagimu” (QS. Al Maidah : 3).
10.Berpaling dari agama Allah, tidak mau mempelajari dan mengamalkannya.
“Dan siapakah yang lebih zalim daripada orang yang telah
diperingatkan dengan ayat-ayat Tuhannya, kemudian ia berpaling
daripadanya? Sesungguhnya Kami akan memberikan pembalasan kepada
orang-orang yang berdosa” (QS. As Sajdah : 22). Mempelajari agama Islam
terbagi menjadi dua, yaitu yang hukumnya fardhu ‘ain dan fardhu kifayah.
Fardhu ‘ain yaitu kita dituntut untuk mempelajari pokok-pokok agama,
aqidah yang benar, rincian rukun Islam seperti shalat, zakat, puasa. Inilah
ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap muslim. Adapun mengetahui rincian
ilmu seperti tafsir, ushul fiqh, mustahalah hadits, maka hukumnya fardhu
kifayah.
Download