BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1. Manajemen Pemasaran Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan baik yang menyediakan barang maupun jasa. Pemasaran menjadi sumber inspirasi bagi perusahaan dalam mewujudkan tujuannya. Dengan melakukan berbagai riset dan pemahaman kondisi aktual, pengembangan ide dan inovasi terbaru merupakan peran penting yang dijalankan pemasaran. Menurut Kotler dan Keller (2016:27) dalam buku Marketing Management edisi 15, pemasaran mengenai bagaimana mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Secara singkat, pemasaran dapat diartikan sebagai “memenuhi kebutuhan secara menguntungkan”. American Marketing Association (AMA) mendefinisikan pemasaran sebagai aktifitas, rangkaian institusi, dan proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, menyampaikan, dan melakukan pertukaran penawaran yang bernilai terhadap pelanggan, klien, mitra dan masyarakat pada umumnya. Menurut Mahmud Machfoedz (2010:140) pemasaran merupakan sebuah proses yang diterapkan oleh perusahaan guna memenuhi kemutuhan dan keinginan konsumen. 9 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 10 Dalam menjalani proses penawaran dari produsen kepada konsumen dibutuhkan biaya dan keterampilan yang tidak sedikit. Manajemen pemasaran akan terjadi saat setidaknya terdapat satu pihak yang melakukan pemikiran potensial mengenai cara mencapai tanggapan yang diinginkan dari pihak lain. Hal ini menjelaskan bahwa pemasaran merupakan kolaborasi seni dan sains dalam memilih pasar sasaran, mendapatkannya, menjaga, dan memperluas pelanggan melalui penciptaan, pelayanan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan. 2.1.1.1. Produk Menurut Philip Kotler (2012:325) produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan yang dapat berupa barang, jasa, pengalaman, kegiatan, orang, tempat, properti, organisasi, informasi dan ide. Swatsha dan Irawan dalam Mukti (2012) menyebutkan bahwa produk adalah suatu sifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba, termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha dan pengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan. Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono, 2008: 95). Sutanto (2013) berpendapat meningkatkan penjualan, setiap bahwa dalam rangka mempertahankan dan perusahaan perlu mengadakan usaha pengembangan produk yang dihasilkan kearah yang lebih baik, sehingga memberikan daya guna, daya pemuas dan daya tarik yang lebih besar. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 11 Kotler dan Keller (2012) menyatakan bahwa dalam merencanakan penawaran suatu produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan produk, yaitu; 1. Level fundamental yaitu manfaat inti (core benefit): manfaat sebenarnya yang dibeli oleh konsumen. 2. Level kedua yaitu produk dasar (basic product): kebutuhan yang umum diperlukan oleh konsumen. 3. Level ketiga yaitu produk yang diharapkan (expected product): atribut dan kondisi yang diinginkan oleh konsumen saat membeli produk. 4. Level keempat yaitu pelengkap produk (augmented product): produk yang memberikan sesuatu yang melebihi dari harapan konsumen. 5. Dan level kelima yaitu produk potensial (potential product): segala macam tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk dimasa yang akan datang. Berdasarkan kebiasaan konsumsi konsumen, produk dapat dikelompokkan menjadi empat yaitu; 1. Convenience goods: merupakan produk yang sering dibeli oleh konsumen, tanpa pertimbangan yang kompleks, dan tanpa mengeluarkan usaha yang besar untuk memperolehnya. Contoh: sabun, shampoo, minuman, dan sebagainya. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 12 2. Selain produk yang dijelaskan diatas, convenience goods juga dibagi atas dua, yaitu; 1. Impulse goods yaitu produk yang dibeli tanpa rencana sebelumnya atau tanpa usaha untuk menemukannya. Produk ini tiba-tiba menarik perhatian konsumen saat dalam kegiatan mencari produk yang diinginkannya dan konsumen kemudian memutuskan untuk ikut membelinya. Contoh: permen, cokelat, majalah. 2. Emergency goods yaitu produk yang dibeli karena konsumen benarbenar memerlukannya saat itu. 3. Shopping goods: merupakan produk yang dalam proses pembeliannya melibatkan pembandingan dengan beberapa produk lainnya yang sama dimana dalam membandingkan dapat berdasarkan kecocokan, kualitas, harga dan selera. Misalkan dalam membeli sebuah alat elektronik, konsumen cenderung akan melakukan pembandingan untuk mengukur kecocokan fungsi produk dengan apa yang dibutuhkan, kualitas antar produk yang sama, harga dan selera konsumen akan produk yang dipilih. 4. Specialty goods: merupakan produk yang memiliki karakteristik yang unik atau identifikasi merek yang menyebabkan menginginkannya bahkan dengan usaha yang lebih kompleks. http://digilib.mercubuana.ac.id/ konsumen 13 Contoh: produk edisi terbatas. 5. Unsought goods: merupakan produk dimana konsumen seringkali tidak menyadari kebutuhannya akan produk tersebut. Contoh: detektor asap, asuransi, tanah pemakaman. Munculnya berbagai jenis produk yang berbeda dan tingkat persaingan yang semakin ketat mendorong produsen untuk mencari cara lain untuk memuaskan konsumen dan meyakinkan konsumen bahwa produk merekalah yang dibutuhkan oleh konsumen. Dengan terus memperhatikan bagaimana selera konsumen berubah, produsen mulai memperkirakan produk apa yang akan dibutuhkan oleh konsumen di kemudian hari. Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat melalui atribut produk yaitu unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar pengambilan keputusan pembelian yang meliputi merek, kemasan, jaminan, pelayanan, dan lain-lain (Tjiptono, 2008: 103). Menurut Tjiptono, dimensi dan indikator produk terdiri atas: a. Desain produk b. Warna produk c. Merek d. Kemasan e. Pemberian label f. Harga g. Kualitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 14 h. Layanan pelengkap i. Jaminan 2.1.1.2.Gaya Hidup Kotler dan Keller (2012:157) menjelaskan bahwa gaya hidup merupakan pola hidup seseorang dalam kesehariaannya yang diekspresikan dalam aktifitas, ketertarikan dan pendapat. Menurut Setiadi dalam Habibi (2013) gaya hidup secara luas sebagai cara hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya (pendapat). Gaya hidup (life style) adalah adaptasi aktif individu terhadap kondisi sosial dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan orang lain khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status sosialnya (Sugihartati, 2010:43). Nugroho dalam Wisudawati (2014) mendefinisikan gaya hidup secara luas sebagai cara hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam lingkungannya (keterkaitan) dan apa yang mereka perkirakan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya. Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainnya, bahkan dari waktu ke waktu gaya hidup dapat berubah tergantung kepada sifat dan sikap hidup perseorangan atau kelompok masyarakat. Dari beberapa pendapat yang sudah dibahas, secara umum gaya hidup merupakan pola hidup http://digilib.mercubuana.ac.id/ 15 yang dipilih seseorang untuk dijalaninya baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang yang dituangkan dalam aktifitas, minat dan opininya dalam membelanjangan uang ataupun mengalokasikan waktu yang dimiliki. Simamora dalam Wisudawati (2014) membagi gaya hidup kedalam dua bagian, yaitu: 1. Gaya Hidup Normatif (Normative Lifestyle) Menggambarkan pengharapan akan budaya yang dibebankan kepada individu oleh masyarakat sekitarnya yang merujuk kepada nilai sistem ekonomi dan konsumen dalam sebuah lingkungan masyarakat. Sistem nilai ini terdiri atas pengaruh sistem gabungan dari agama, penerimaan akan pembangunan, ekonomi, hukum dan sebagainya. 2. Gaya Hidup Pribadi (Personal Lifestyle) Merujuk kepada keyakinan individu tentang aktivitas konsumen individu di dalam kultur atau sub kultur mereka. Hal-hal seperti perilaku berbelanja, kesadaran harga dan keterlibatan keluarga serta proses pembelian yang terlaksana merupakan akibat dari gaya hidup pribadi, sikap psikologis, pengalaman, situasi sosial dan ekonomi yang spesifik, lingkungan fisik dan lainnya. Solomon dalam Wisudawati (2014) menyatakan bahwa gaya hidup mencakup aktifitas, minat, opini dan demografis. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 16 Tabel 2: Dimensi Lifestyle menurut Solomon Dimensi Aktivitas Minat Opini/ Pendapat Contoh Pekerjaan, hobi, acara sosial, liburan, hiburan, jelajah internet, olahraga, berbelanja Keluarga, rumah tangga, pekerjaan, rekreasi, selera berpakaian, makanan, media, prestasi Diri sendiri, isu sosial, politik, produk, masa depan, budaya 1. Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh konsumen dalam menghabiskan waktunya. Aktivitas dapat berupa kegiatan yang rutin dilakukan seperti bekerja, sekolah, dan dapat pula berupa kegiatan yang tidak dilakukan secara rutin seperti berolahraga, melakukan hobi dan kegiatan lainnya dalam mengisi waktu luang. 2. Minat merupakan apa saja yang ada di sekeliling konsumen yang dianggap penting dalam kehidupannya dan dalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya. Minat merupakan faktor pribadi konsumen yang mempengaruhi dalam pengambilan keputusan. 3. Opini merupakan cara konsumen dalam menilai diri sendiri dan kondisi di sekitarnya. Berlandaskan pada informasi apa yang didapat konsumen dari sekitarnya seperti isu, berita, bacaan, lingkungan hidup, bahkan pengalaman, konsumen membentuk pendapatnya sendiri. Mengutip Anne dalam Zahra (2016) gaya hidup sehat merupakan gaya hidup dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2015 kembali membahas pencanangan gaya hidup sehat bagi seluruh masyarakat dunia tanpa terkecuali sebagai bagian dari pola hidup dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 17 kesehariannya. Menurut WHO, gaya hidup sehat merupakan cara hidup yang akan menurunkan resiko terjangkit penyakit serius atau kematian di usia muda. Gaya hidup sehat merupakan cara hidup yang akan membantu seseorang dalam menikmati lebih banyak aspek dalam hidup dengan berumur lebih panjang dan gaya hidup sehat merupakan cara hidup yang dapat membantu seluruh keluarga untuk menciptakan lingkungan yang sehat. 2.1.1.3. Harga Harga merupakan nilai atas suatu barang ataupun jasa yang ditentukan dengan sejumlah alat tukar. Menurut Kotler dan Keller (2012:383) harga merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan. Harga juga menjadi cara berkomunikasi dari produsen kepada konsumen mengenai bagaimana mereka memposisikan produk atau mereknya di mata konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:345) harga dalam arti sempit merupakan jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa. Sedangkan dalam arti luas harga merupakan jumlah nilai yang diberikan oleh produsen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan atau penggunaan suatu produk atau jasa. Produsen menggunakan harga sebagai salah satu alat dalam mendapatkan perhatian konsumen terhadap produknya. Apalagi dengan adanya anggapan yang muncul dari opini masyarakat bahwa harga merupakan gambaran dari kualitas produk. Produsen dapat menggunakan pendapat tersebut dalam menarik minat konsumen untuk membeli produk yang mereka tawarkan. Begitu pula oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 18 sebagian konsumen yang menggunakan harga sebagai salah satu faktor penentu dalam pengambilan keputusan. Dengan banyaknya jenis produk yang menawarkan nilai yang sama, konsumen menjadi lebih leluasa dalam melilih produk mana yang mereka butuhkan. Saat konsumen memilih suatu produk dengan nilai yang sama, harga menjadi faktor penentu dalam menetapkan keputusan pembeliannya. Mursid (2014: 83-84) menyatakan bahwa terdapat 3 hal yang perlu diperhatikan dalam penetapan harga, yaitu: 1.Cost oriented pricing, yaitu penetapan harga yang dilakukan hanya untuk memperhitungkan biaya-biaya dan tidak berorentasi pada pasar.terdiri dari dua macam: a. Mark up pricing dan cost plus pricingmerupakan cara penetapan harga yang sama, yaitu dengan menambahkan biaya perunit dengan laba yang diharapkan. Mark up pricing digunakan dikalangan pedagang pengecer sedangkan cost plus pricing digunakan oleh produsen. b. Target pricing, yaitu suatu penetapan harga jual berdasarkan target rate of return dari biaya total yang dikeluarkan ditambahkan dengan laba yang diharapkan pada volume penjualan yang diperkirakan. Ini ditetapkan dalam jangka panjang. Kelemahan metode ini (target pricing) yaitu tidak memperhitungkan permintaan, yang dapat menunjukan berapa unit dapat dijual pada masing-masing tingkat harga.Jadi, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 19 apabila target tidak tercapai, maka laba yang akan diharapkan tidak mencapai sebagaimana target semula. 2. Demand oriented pricing, penentuan harga dengan mempertimbangkan keadaan permintaan, keadaan pasar dan keinginan konsumen. Terdiri dari: a. Perceived value pricing, yaitu berapa nilai produk dalam pandangan konsumen terhadap yang dihasilkan perusahaan. b. Demand differential pricing atau price discrimination, yaitu penetapan harga jual produk dua macam harga atau lebih. Ini dapat didasarkan pada: Customer basis Product version basis Place basis Time basis 3. Competition oriented pricing, yaitu dengan menetapkan harga jual yang berorientasi pada pesaing. Terdiri dari : a. Going rate pricing, suatu penetapan harga dimana perusahaan berusaha menetapkan harga setingkat dengan rata-rata industri. b. Sealed bid pricing, yaitu suatu penetapan harga didasarkan pada penawaran yang diajukan pedagang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 20 Menurut Mursid (2014:83-84) indikator untuk harga terdiri atas: 1. Harga yang kompetitif yaitu harga yang ditawarkan lebih kompetitif dari pesaing. 2. Kesesuaian harga dengan harga pasar yaitu kesesuaian harga dengan harga pasar. 3. Kesesuaian harga dengan kualitas produk yaitu harga yang ditawarkan sesuai dengan kualitas produk. 2.1.1.4. Keputusan Pembelian Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:23) perilaku konsumen didefinisikan sebagai perilaku menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Kotler dan Amstrong (2012:154) mengungkapkan bahwa keputusan pembelian merupakan keputusan konsumen mengenai pilihan merek yang akan dibeli, namun dapat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu sikap orang lain dan situasi yang tidak diharapkan. Sikap orang lain dapat mempengaruhi pendapat seseorang akan apa yang dibutuhkan ataupun tidak. Misalnya konsumen memutuskan untuk membeli produk minuman berperisa, namun karena pengaruh seseorang yang dekat dengannya dan memiliki pola piker hemat dan sederhana maka konsumen dapat merubah keputusannya dengan membeli produk minuman mineral atau bahkan membawa sendiri minuman dari rumah. Begitu pula dengan situasi yang tidak diharapkan. Misalnya seorang konsumen terjebak dalam kemacetan parah dan mengalami rasa haus. Pada kondisi ini konsumen akan sulit untuk berhenti dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 21 membeli minuman, maka minuman yang ditawarkan oleh penjaja di jalanan menjadi pilihan untuk meredakan rasa hausnya. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:177), perilaku keputusan pembelian dapat dibagi atas empat bagian yaitu: 1. Perilaku Pembelian Kompleks Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, beresiko, jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan eskpresi diri. Umumnya konsumen harus mempelajari banyak hal tentang kategori produk. Pada tahap ini, pembeli akan melewati proses pembelajaran, mula-mula mengembangkan keyakinan tentang produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan pembelian yang dipikirkan masak-masak. Pemasar produk yang memerlukan keterlibatan tinggi harus memahami pengumpulan informasi dan perilaku evaluasi yang dilakukan konsumen dengan keterlibatan tinggi. Para pemasar perlu membantu konsumen untuk membelajari atribut produk dan kepentingan relatif atribut tersebut. 2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi (ketidaknyamanan) Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi hanya melihat sedikit perbedaan antarmerek. Setelah pembelian, konsumen mungkin mengalami ketidaknyamanan pascapembelian ketika mereka http://digilib.mercubuana.ac.id/ 22 mengetahui kerugian tertentu dari merek yang dibeli atau mendengar hal-hal menyenangkan tentang merek yang tidak dibeli. Untuk menghadapi disonansi semacam itu, komunikasi pascapenjualan yang dilakukan pemasar harus memberikan bukti dan dukungan untuk membantu konsumen merasa nyaman dengan pilihan merek mereka. 3. Perilaku Pembelian Kebiasaan Perilaku pembelian kebiasaan terjadi ketika dalam keadaan keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Konsumen hanya mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini, mereka hanya pergi ke toko dan mengambil satu merek. Jika mereka terus mengambil merek yang sama, hal ini lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang kuat terhadap sebuah merek. Konsumen seperti ini memiliki keterlibatan rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli. Pengulangan iklan menciptakan kebiasaan akna suatu merek dan bukan keyakinan merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap sebuah merek, mereka memilih merek karena terbiasa dengan merek tersebut, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah melakukan pembelian. Oleh karena itu, proses pembelian melibatkan keyakinan merek yang dibentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti oleh perilaku pembelian, yang mungkin diikuti oleh evaluasi atau mungkin tidak. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 23 4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman Perilaku pembelian mencari keragaman dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah, tetapi anggapan perbedaan merek yang signifikan. Dalam kasus ini, konsumen sering melakukan banyak pertukaran merek. Pemimpin pasar akan mencoba mendorong perilaku pembeli kebiasaan dengan mendominasi ruang rak, membuat rak tetap penuh, dan menjalankan iklan untuk mengingatkan konsumen sesering mungkin. Perusaahan penantang akan mendorong pencarian keragaman dengan menawarkan harga yang lebih murah, kesepakatan kupon khusus, sampel gratis, dan iklan yang menampilkan alasan untuk mencoba sesuatu yang baru. Proses pengambilan keputusan oleh Kotler dan Keller (2012:166) digambarkan menjadi lima tahapan seperti berikut: Pengenalan Masalah Pencarian Informasi Evaluasi Alternatif Keputusan Pembelian Perilaku Pasca Pembelian Gambar 4: Tahapan proses pengambilan keputusan pembelian (Kotler, 2012:166) 1. Pengenalan Masalah Proses membeli dimulai dengan tahap pengenalan masalah atau kebutuhan yang dipicu oleh stimuli internal maupun eksternal. Stimuli internal merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti lapar, haus yang naik hingga ke ambang batas yang menimbulkan kebutuhan yang harus dipenuhi. Stimuli juga dapat dating dari luar. Misalnya saat seseorang mengagumi sesuatu yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 24 dimiliki oleh orang lain yang menimbulkan keinginan untuk turut memiliki benda tersebut. 2. Pencarian Informasi Kebanyakan konsumen mencari informasi yang terbatas. Pencarian yang lebih ringan atau disebut juga dengan menanamkan perhatian. Pada level ini seseorang cenderung mudah menerima informasi apa yang diberikan kepada mereka. Namun pada level berikutnya, mereka akan menjadi lebih aktif dan agresif dalam mendapatkan informasi terkait dengan hal yang mereka inginkan. Secara garis besar, sumber informasi yang menjadi referensi konsumen dibagi atas empat grup yaitu: 1. Personal Misalnya keluarga, sahabat, kenalan dekat. 2. Commercial Misalnya iklan di media cetak maupun elektronik, web sites, penjual produk, kemasan, display. 3. Public Misalnya media massa, organisasi statistik. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 25 4. Experiential Misalnya testimoni pengguna sebelumnya. Semakin banyak informasi yang dikumpulkan oleh konsumen, maka akan semakin mengecilkan pilihan dan mempermudah dalam menetapkan pengambilan keputusan. 3. Evaluasi Alternatif Setiap konsumen memiliki cara tersendiri untuk menilai produk apa yang mereka inginkan. Keinginan dan kebutuhan seseorang belum tentu sama dengan orang lain. Untuk itu, produsen perlu menyediakan beberapa alternatif dalam penawaran produk. Terdapat beberapa alas an yang mejadi dasar konsumen dalam melakukan evaluasi dalam pemilihan produk yang diinginkan, yaitu: a. Kepercayaan dan sikap Melalui pengalaman dan pembelajaran, seseorang memperoleh keyakinan dan sikap. Pada waktu tertentu hal ini akan mempengaruhi perilaku pembelian. Seseorang akan memegang keyakinan dan pemikirannya. Sama pentingnya dengan menetapkan sikap dalam memilih seseuatu yang menguntungkan atau tidak, perasaan emosional, dan tindakan kecenderungan terhadap beberapa objek atau ide/ pendapat.Misalnya agama, politik, selera. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 26 b. Model harapan-nilai Konsumen memiliki sikap pengharapan-nilai akan berbagai merek melalui prosedur evaluasi atribut, pengembangan kenyakinan akan masing-masing merek. Konsumen akan menilai sebuah produk berdasarkan merek dan nilainya tergantung akan tingkat keperluannya. 4. Keputusan Pembelian Dalam menetapkan keputusan pembelian konsumen seringkali menilai kesukaan diantara merek yang ditawarkan dan menyakini merek apa yang lebih disukainya. Proses ini merupakan langkah dimana konsumen benarbenar menetapkan pilihan dan membeli produk yang diinginkan setelah melakukan serangkaian proses dalam memilih. 5. Perilaku Pasca Pembelian Setelah proses pembelian produk selesai, konsumen akan mengalami kepuasan atau ketidakpuasan akan produk yang dibelinya. Hal ini akan membuat konsumen menambahkan pengalamannya dalam daftar referensi untuk pembelian berikutnya. 2.1.1.5. Metode PLS (Partial Least Square) Partial Least Square dalam Ghozali (2014: 30) merupakan factor indeterminacy metode analisis yang kuat karena tidak mengasumsikan sebuah data harus dilakukan dengan pengukuran skala tertentu dan jumlah sampel yang sedikit. PLS juga dapat digunakan sebagai pembuktian dari teori yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 27 diajukan.Dengan menggunakan pendekatan PLS, diasumsikan bahwa semua ukuran varian merupakan varian yang bermanfaat untuk dijelaskan. PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary least square yang menyebabkan identifikasi model dapat berupa model recursive, dan juga tidak mengasumsikan ukuran tertentu untuk skala ukuran variable. Jumlah sampel yang digunakan dapat diketahui dengan perkiraan: a. Sepuluh kali dari jumlah indikator b. Sepuluh kali dari jumlah indikator terbesar dari salah satu dimensi. PLS digunakan dengan tujuan membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variable bebas dari asumsi. Model yang digunakan mendefinisikan variable laten atau dimensi pengukuran dengan indikator-indikatornya. Model analisis jalur semua semua variable bebas dalam PLS terditi atas 3 bagian yaitu: 1. Inner model, yang menspesifikasikan hubungan antar variable bebas. 2. Outer model, yang menspesifikasikan hubungan antara variable bebas dan indikator-indikatornya. 3. Weight relation, yaitu estimasi dari hasil uji. 2.1.2. Penelitian Terdahulu 1. Penelitian yang dilakukan oleh Giovanni Fatimathuz Zahra, dkk dalam Jurnal Manajemen dan Bisnis SEGMEN dengan judul Pengaruh Gaya Hidup Sehat, Harga, dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan Pembelian Susu Anlene di Kebumen menemukan bahwa gaya hidup sehat, Harga, dan kelompok referensi memberikan pengaruh positif dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 28 signifikan terhadap keputusan pembelian susu Anlene di Kebumen. Gaya hidup sehat, harga, dan kelompok referensi secara simultan (bersama-sama) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap keputusan pembelian susu Anlene di Kebumen. 2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Muanas dan Suhermin dalam Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.3 No. 12 Tahun 2014 dengan judul Pengaruh Produk, Harga, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian Mobil Buana Indomobil Trada mengemukakan bahwa variabel produk berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Suzuki pada PT. Buana Indomobil Trada Surabaya. 3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Susanti dalam tesis tahun 2010 dengan judul Pengaruh Kualitas, Kemasan, Harga dan Gaya Hidup Sehat Konsumen Teh Sosro terhadap Intensi Perilaku memberikan hasil bahwa variabel kualitas, kemasan, gaya hidup sehat dan harga sangat berpengaruh terhadap intensitas perilaku pembelian konsumen Teh Sosro. Dimana variabel yang memberikan pengaruh lebih dominan terhadap intense perilaku pembelian adalah variabel harga. 4. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Heryanto dalam Jurnal Ekonomi, Bisnis & Entenpreneurship Volume 9, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 80 – 101 yang berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian serta Implikasinya pada Kepuasan Pelanggan membahas bahwa produk merupakan pengaruh dominan terhadap keputusan pembelian karena memberikan pengaruh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 29 langsung yang paling besar diantara variabel uji. Sedangkan untuk variabel harga memberikan pengaruh terbesar kedua terhadap keputusan pembelian setelah produk. 5. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Ayu Puspita Ardy dalam Jurnal Ilmu Manajemen Vol. 1, No.1 Januari 2013 yang berjudul Pengaruh Gaya Hidup, Fitur, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian Blackberry Curve 9300 menyebutkan bahwa gaya hidup, fitur, dan harga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian Blackberry Curve 9300 di WTC Surabaya secara bersama-sama sebesar 72,6%, sedangkan sebesar 27,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar penelitiannya. Gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan pembelian dan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,210 sedangkan harga yang berkontribusi memberikan pengaruh terhadap keputusan pembelian memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,147. 6. Penelitian yang dilakukan oleh A. Abdul Brosekhan and C. Muthu Velayatham dalam IORS ournal of Business and Management (IORSJBM) e-ISSN:2278-487X, p-ISSN:2319-7668, PP 08-16 yang berjudul Consumer Buying Behaviour menyebutkan bahwa conditions of competition are changing rapidly today and companies that strategiz and react to these changes promptly and quickly are the most successful. Sue to technological developments, physical differences of products have decreased (kondisi persaingan berubah dengan cepat saat ini dan perusahaan yang memiliki strategi dan reaksi terhadap http://digilib.mercubuana.ac.id/ 30 perubahan ini dengan segera dan cepat adalah yang paling sukses. Berdasarkan perkembangan teknologi, perbedaan fisik produk mengalami penurunan). 7. Penelitian yang dilakukan oleh Richard L. Divine and Lawrence Lepisto dalam Journal of Consumer Marketing July 2015 dengan judul Analysis of the Healthy Lifestyle Consumer memberikan hasil results of the cluster analysis suggest that the main indicators of whether or not one maintains a healthy lifestyle are fruit and vegetable consumption and exercise. To the demographic antecedents, the results indicate that people who maintain healthy lifestyle tend to be female, older in age and more educated. Ages appears to be the most influential of all the predictors used in this analysis which give a very big difference with the way they choose (Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator utama bagaimana seseorang mempertahankan gaya hidup sehat adalah dengan konsumsi buah dan sayuran dan olahraga. Dari segi demografis, hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas dari pelaksana gaya hidup sehat cenderung wanita, lebih tua dan lebih terdidik. Usia tampaknya menjadi yang paling berpengaruh dari semua prediktor yang digunakan dalam analisis ini yang memberikan perbedaan mendasar bagaimana mereka melakukan keputusan dalam pembelian). 8. Penelitian yang dilakukan oleh Manali Khaniwale dalam ISSN 23518014 Vol. 14 No.2 Apr 2015 pp. 278-286 yang berjudul Consumer Buying Behaviour menyebutkan the external and internal factors have http://digilib.mercubuana.ac.id/ 31 significant influence on consumer’s behavior which impacts their purchasing process and decision (factor-faktor eksternal dan internal memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen yang menyebabkan besarnya dampak terhadap proses pembelian dan keputusan pembelian yang dilakukan). 9. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Durmaz Yakup dan Dr. Sebastian Jablonsk dalam Global Journal of Management and Business Research Vol. 12 Issue 15 Vers. 1.0 2012 yang berjudul Integrated Approach to Factors Affecting Consumers Purchase Behaviour in Poland and an Empirical Study menyebutkan bahwa 62% Polish participants stated that generally they like shopping. Business enterprises in Poland can attract consumers by increasing their level of satisfaction and this can be possible by knowing consumers and consumers’ demands and desires very well. 10. Penelitian yang dilakukan oleh Tahmid Nayeem dalam International Journal of Business and Management Vol. 7 No. 21:2012 dengan judul Cultural Influences on Consumer Behaviour menyebutkan bahwa marketing communication messages may influence consumers’ purchase decisions through recognizing the cultural differences that have discussed previously. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 32 2.2. Rerangka Pemikiran dan Hipotesa Sugiyono (2010:91) menyebutkan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Berdasarkan teori yang telah dipaparkan diatas, berikut kerangka pemikiran untuk mencapai tujuan dari penelitian ini. Produk Gaya Hidup Sehat Keputusan Pembelian Harga Gambar 5. Model kerangka penelitian Hipotesa H1: Produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian Minuman Beroksigen Super O2 H2: Gaya hidup sehat berpengaruh terhadap keputusan pembelian Minuman Beroksigen Super O2 H3: Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian Minuman Beroksigen Super O2 http://digilib.mercubuana.ac.id/