BAB II KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, RERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1. Kajian Pustaka
2.1.1. Manajemen Pemasaran
Pemasaran merupakan suatu kegiatan yang sangat penting bagi perusahaan
baik yang menyediakan barang maupun jasa. Pemasaran menjadi sumber inspirasi
bagi perusahaan dalam mewujudkan tujuannya. Dengan melakukan berbagai riset
dan pemahaman kondisi aktual, pengembangan ide dan inovasi terbaru merupakan
peran penting yang dijalankan pemasaran. Menurut Kotler dan Keller (2016:27)
dalam buku Marketing Management edisi 15, pemasaran mengenai bagaimana
mengidentifikasi dan memenuhi kebutuhan manusia dan sosial. Secara singkat,
pemasaran
dapat
diartikan
sebagai
“memenuhi
kebutuhan
secara
menguntungkan”.
American Marketing Association (AMA) mendefinisikan pemasaran
sebagai
aktifitas,
rangkaian
institusi,
dan
proses
untuk
menciptakan,
mengkomunikasikan, menyampaikan, dan melakukan pertukaran penawaran yang
bernilai terhadap pelanggan, klien, mitra dan masyarakat pada umumnya. Menurut
Mahmud Machfoedz (2010:140) pemasaran merupakan sebuah proses yang
diterapkan oleh perusahaan guna memenuhi kemutuhan dan keinginan konsumen.
9
http://digilib.mercubuana.ac.id/
10
Dalam menjalani proses penawaran dari produsen kepada konsumen
dibutuhkan biaya dan keterampilan yang tidak sedikit. Manajemen pemasaran
akan terjadi saat setidaknya terdapat satu pihak yang melakukan pemikiran
potensial mengenai cara mencapai tanggapan yang diinginkan dari pihak lain. Hal
ini menjelaskan bahwa pemasaran merupakan kolaborasi seni dan sains dalam
memilih pasar sasaran, mendapatkannya, menjaga, dan memperluas pelanggan
melalui penciptaan, pelayanan, dan mengkomunikasikan nilai pelanggan.
2.1.1.1. Produk
Menurut Philip Kotler (2012:325) produk adalah segala sesuatu yang
ditawarkan ke pasar untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan yang dapat
berupa barang, jasa, pengalaman, kegiatan, orang, tempat, properti, organisasi,
informasi dan ide. Swatsha dan Irawan dalam Mukti (2012) menyebutkan bahwa
produk adalah suatu sifat kompleks, baik dapat diraba maupun tidak dapat diraba,
termasuk bungkus, warna, harga, prestise perusahaan, pelayanan pengusaha dan
pengecer, yang diterima pembeli untuk memuaskan keinginan dan kebutuhan.
Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk
diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai
pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan (Tjiptono, 2008:
95). Sutanto (2013) berpendapat
meningkatkan
penjualan,
setiap
bahwa dalam rangka mempertahankan dan
perusahaan
perlu
mengadakan
usaha
pengembangan produk yang dihasilkan kearah yang lebih baik, sehingga
memberikan daya guna, daya pemuas dan daya tarik yang lebih besar.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
11
Kotler dan Keller (2012) menyatakan bahwa dalam merencanakan
penawaran suatu produk, pemasar perlu memahami lima tingkatan produk, yaitu;
1. Level fundamental yaitu manfaat inti (core benefit): manfaat sebenarnya
yang dibeli oleh konsumen.
2. Level kedua yaitu produk dasar (basic product): kebutuhan yang umum
diperlukan oleh konsumen.
3. Level ketiga yaitu produk yang diharapkan (expected product): atribut dan
kondisi yang diinginkan oleh konsumen saat membeli produk.
4. Level keempat yaitu pelengkap produk (augmented product): produk yang
memberikan sesuatu yang melebihi dari harapan konsumen.
5. Dan level kelima yaitu produk potensial (potential product): segala macam
tambahan dan perubahan yang mungkin dikembangkan untuk suatu produk
dimasa yang akan datang.
Berdasarkan kebiasaan konsumsi konsumen, produk dapat dikelompokkan
menjadi empat yaitu;
1. Convenience goods: merupakan produk yang sering dibeli oleh
konsumen, tanpa pertimbangan yang kompleks, dan tanpa mengeluarkan
usaha yang besar untuk memperolehnya.
Contoh: sabun, shampoo, minuman, dan sebagainya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
12
2. Selain produk yang dijelaskan diatas, convenience goods juga dibagi atas
dua, yaitu;
1. Impulse goods yaitu produk yang dibeli tanpa rencana sebelumnya
atau tanpa usaha untuk menemukannya. Produk ini tiba-tiba menarik
perhatian konsumen saat dalam kegiatan mencari produk yang
diinginkannya dan konsumen kemudian memutuskan untuk ikut
membelinya.
Contoh: permen, cokelat, majalah.
2. Emergency goods yaitu produk yang dibeli karena konsumen benarbenar memerlukannya saat itu.
3. Shopping goods: merupakan produk yang dalam proses pembeliannya
melibatkan pembandingan dengan beberapa produk lainnya yang sama
dimana dalam membandingkan dapat berdasarkan kecocokan, kualitas,
harga dan selera.
Misalkan dalam membeli sebuah alat elektronik, konsumen cenderung
akan melakukan pembandingan untuk mengukur kecocokan fungsi
produk dengan apa yang dibutuhkan, kualitas antar produk yang sama,
harga dan selera konsumen akan produk yang dipilih.
4. Specialty goods: merupakan produk yang memiliki karakteristik yang
unik
atau
identifikasi
merek
yang
menyebabkan
menginginkannya bahkan dengan usaha yang lebih kompleks.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
konsumen
13
Contoh: produk edisi terbatas.
5. Unsought goods: merupakan produk dimana konsumen seringkali tidak
menyadari kebutuhannya akan produk tersebut.
Contoh: detektor asap, asuransi, tanah pemakaman.
Munculnya berbagai jenis produk yang berbeda dan tingkat persaingan yang
semakin ketat mendorong produsen untuk mencari cara lain untuk memuaskan
konsumen dan meyakinkan konsumen bahwa produk merekalah yang dibutuhkan
oleh konsumen. Dengan terus memperhatikan bagaimana selera konsumen
berubah, produsen mulai memperkirakan produk apa yang akan dibutuhkan oleh
konsumen di kemudian hari.
Dasar pengambilan keputusan dapat dilihat melalui atribut produk yaitu
unsur-unsur produk yang dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar
pengambilan keputusan pembelian yang meliputi merek, kemasan, jaminan,
pelayanan, dan lain-lain (Tjiptono, 2008: 103). Menurut Tjiptono, dimensi dan
indikator produk terdiri atas:
a. Desain produk
b. Warna produk
c. Merek
d. Kemasan
e. Pemberian label
f. Harga
g. Kualitas
http://digilib.mercubuana.ac.id/
14
h. Layanan pelengkap
i.
Jaminan
2.1.1.2.Gaya Hidup
Kotler dan Keller (2012:157) menjelaskan bahwa gaya hidup merupakan
pola hidup seseorang dalam kesehariaannya yang diekspresikan dalam aktifitas,
ketertarikan dan pendapat. Menurut Setiadi dalam Habibi (2013) gaya hidup
secara luas sebagai cara hidup yang diidentifikasi oleh bagaimana orang
menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka anggap penting dalam
lingkungannya (ketertarikan), dan apa yang mereka pikirkan tentang diri mereka
sendiri dan dunia sekitarnya (pendapat).
Gaya hidup (life style) adalah adaptasi aktif individu terhadap kondisi sosial
dalam rangka memenuhi kebutuhan untuk menyatu dan bersosialisasi dengan
orang lain khususnya yang berkaitan dengan citra diri untuk merefleksikan status
sosialnya
(Sugihartati,
2010:43).
Nugroho
dalam
Wisudawati
(2014)
mendefinisikan gaya hidup secara luas sebagai cara hidup yang diidentifikasi oleh
bagaimana orang menghabiskan waktu mereka (aktivitas), apa yang mereka
anggap penting dalam lingkungannya (keterkaitan) dan apa yang mereka
perkirakan tentang diri mereka sendiri dan dunia sekitarnya.
Gaya hidup suatu masyarakat akan berbeda dengan masyarakat lainnya,
bahkan dari waktu ke waktu gaya hidup dapat berubah tergantung kepada sifat
dan sikap hidup perseorangan atau kelompok masyarakat. Dari beberapa
pendapat yang sudah dibahas, secara umum gaya hidup merupakan pola hidup
http://digilib.mercubuana.ac.id/
15
yang dipilih seseorang untuk dijalaninya baik dalam jangka pendek maupun
jangka panjang yang dituangkan dalam aktifitas, minat dan opininya dalam
membelanjangan uang ataupun mengalokasikan waktu yang dimiliki. Simamora
dalam Wisudawati (2014) membagi gaya hidup kedalam dua bagian, yaitu:
1. Gaya Hidup Normatif (Normative Lifestyle)
Menggambarkan pengharapan akan budaya yang dibebankan kepada
individu oleh masyarakat sekitarnya yang merujuk kepada nilai sistem
ekonomi dan konsumen dalam sebuah lingkungan masyarakat. Sistem nilai
ini terdiri atas pengaruh sistem gabungan dari agama, penerimaan akan
pembangunan, ekonomi, hukum dan sebagainya.
2. Gaya Hidup Pribadi (Personal Lifestyle)
Merujuk kepada keyakinan individu tentang aktivitas konsumen individu di
dalam kultur atau sub kultur mereka. Hal-hal seperti perilaku berbelanja,
kesadaran harga dan keterlibatan keluarga serta proses pembelian yang
terlaksana merupakan akibat dari gaya hidup pribadi, sikap psikologis,
pengalaman, situasi sosial dan ekonomi yang spesifik, lingkungan fisik dan
lainnya.
Solomon dalam Wisudawati (2014) menyatakan bahwa gaya hidup mencakup
aktifitas, minat, opini dan demografis.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
16
Tabel 2: Dimensi Lifestyle menurut Solomon
Dimensi
Aktivitas
Minat
Opini/ Pendapat
Contoh
Pekerjaan, hobi, acara sosial, liburan, hiburan, jelajah internet,
olahraga, berbelanja
Keluarga, rumah tangga, pekerjaan, rekreasi, selera berpakaian,
makanan, media, prestasi
Diri sendiri, isu sosial, politik, produk, masa depan, budaya
1. Aktivitas merupakan kegiatan yang dilakukan oleh konsumen dalam
menghabiskan waktunya. Aktivitas dapat berupa kegiatan yang rutin
dilakukan seperti bekerja, sekolah, dan dapat pula berupa kegiatan yang
tidak dilakukan secara rutin seperti berolahraga, melakukan hobi dan
kegiatan lainnya dalam mengisi waktu luang.
2. Minat merupakan apa saja yang ada di sekeliling konsumen yang dianggap
penting dalam kehidupannya dan dalam berinteraksi dengan lingkungan
sosialnya. Minat merupakan faktor pribadi konsumen yang mempengaruhi
dalam pengambilan keputusan.
3. Opini merupakan cara konsumen dalam menilai diri sendiri dan kondisi di
sekitarnya. Berlandaskan pada informasi apa yang didapat konsumen dari
sekitarnya seperti isu, berita, bacaan,
lingkungan hidup, bahkan
pengalaman, konsumen membentuk pendapatnya sendiri.
Mengutip Anne dalam Zahra (2016) gaya hidup sehat merupakan gaya
hidup dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu yang mempengaruhi
kesehatan, antara lain makanan dan olahraga. Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) pada tahun 2015 kembali membahas pencanangan gaya hidup sehat bagi
seluruh masyarakat dunia tanpa terkecuali sebagai bagian dari pola hidup dalam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
17
kesehariannya. Menurut WHO, gaya hidup sehat merupakan cara hidup yang
akan menurunkan resiko terjangkit penyakit serius atau kematian di usia muda.
Gaya hidup sehat merupakan cara hidup yang akan membantu seseorang dalam
menikmati lebih banyak aspek dalam hidup dengan berumur lebih panjang dan
gaya hidup sehat merupakan cara hidup yang dapat membantu seluruh keluarga
untuk menciptakan lingkungan yang sehat.
2.1.1.3. Harga
Harga merupakan nilai atas suatu barang ataupun jasa yang ditentukan
dengan sejumlah alat tukar. Menurut Kotler dan Keller (2012:383) harga
merupakan salah satu unsur dari bauran pemasaran yang menghasilkan
pendapatan. Harga juga menjadi cara berkomunikasi dari produsen kepada
konsumen mengenai bagaimana mereka memposisikan produk atau mereknya di
mata konsumen. Menurut Kotler dan Amstrong (2008:345) harga dalam arti
sempit merupakan jumlah yang ditagihkan atas suatu produk atau jasa.
Sedangkan dalam arti luas harga merupakan jumlah nilai yang diberikan oleh
produsen untuk mendapatkan keuntungan dari kepemilikan atau penggunaan
suatu produk atau jasa.
Produsen menggunakan harga sebagai salah satu alat dalam mendapatkan
perhatian konsumen terhadap produknya. Apalagi dengan adanya anggapan yang
muncul dari opini masyarakat bahwa harga merupakan gambaran dari kualitas
produk. Produsen dapat menggunakan pendapat tersebut dalam menarik minat
konsumen untuk membeli produk yang mereka tawarkan. Begitu pula oleh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
18
sebagian konsumen yang menggunakan harga sebagai salah satu faktor penentu
dalam pengambilan keputusan. Dengan banyaknya jenis produk yang
menawarkan nilai yang sama, konsumen menjadi lebih leluasa dalam melilih
produk mana yang mereka butuhkan. Saat konsumen memilih suatu produk
dengan nilai yang sama, harga menjadi faktor penentu dalam menetapkan
keputusan pembeliannya.
Mursid (2014: 83-84) menyatakan bahwa terdapat 3 hal yang perlu
diperhatikan dalam penetapan harga, yaitu:
1.Cost oriented pricing, yaitu penetapan harga yang dilakukan hanya untuk
memperhitungkan biaya-biaya dan tidak berorentasi pada pasar.terdiri dari
dua macam:
a. Mark up pricing dan cost plus pricingmerupakan cara
penetapan harga yang sama, yaitu dengan menambahkan biaya
perunit dengan laba yang diharapkan. Mark up pricing
digunakan dikalangan pedagang pengecer sedangkan cost plus
pricing digunakan oleh produsen.
b. Target pricing, yaitu suatu penetapan harga jual berdasarkan
target rate of return dari biaya total yang dikeluarkan
ditambahkan dengan laba yang diharapkan pada volume
penjualan yang diperkirakan. Ini ditetapkan dalam jangka
panjang. Kelemahan metode ini (target pricing) yaitu tidak
memperhitungkan permintaan, yang dapat menunjukan berapa
unit dapat dijual pada masing-masing tingkat harga.Jadi,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
19
apabila target tidak tercapai, maka laba yang akan diharapkan
tidak mencapai sebagaimana target semula.
2.
Demand oriented pricing, penentuan harga dengan mempertimbangkan
keadaan permintaan, keadaan pasar dan keinginan konsumen.
Terdiri dari:
a. Perceived value pricing, yaitu berapa nilai produk dalam
pandangan konsumen terhadap yang dihasilkan perusahaan.
b. Demand differential pricing atau price discrimination, yaitu
penetapan harga jual produk dua macam harga atau lebih.
Ini dapat didasarkan pada:
 Customer basis
 Product version basis
 Place basis
 Time basis
3.
Competition oriented pricing, yaitu dengan menetapkan harga jual yang
berorientasi pada pesaing. Terdiri dari :
a. Going rate pricing, suatu penetapan harga dimana perusahaan
berusaha menetapkan harga setingkat dengan rata-rata industri.
b. Sealed bid pricing, yaitu suatu penetapan harga didasarkan pada
penawaran yang diajukan pedagang.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
20
Menurut Mursid (2014:83-84) indikator untuk harga terdiri atas:
1.
Harga yang kompetitif yaitu harga yang ditawarkan lebih kompetitif dari
pesaing.
2.
Kesesuaian harga dengan harga pasar yaitu kesesuaian harga dengan harga
pasar.
3.
Kesesuaian harga dengan kualitas produk yaitu harga yang ditawarkan
sesuai dengan kualitas produk.
2.1.1.4. Keputusan Pembelian
Menurut Schiffman dan Kanuk (2010:23) perilaku konsumen didefinisikan
sebagai perilaku menggunakan, mengevaluasi dan menghabiskan produk dan jasa
yang mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka. Kotler dan Amstrong
(2012:154) mengungkapkan bahwa keputusan pembelian merupakan keputusan
konsumen mengenai pilihan merek yang akan dibeli, namun dapat dipengaruhi
oleh dua faktor yaitu sikap orang lain dan situasi yang tidak diharapkan.
Sikap orang lain dapat mempengaruhi pendapat seseorang akan apa yang
dibutuhkan ataupun tidak. Misalnya konsumen memutuskan untuk membeli
produk minuman berperisa, namun karena pengaruh seseorang yang dekat
dengannya dan memiliki pola piker hemat dan sederhana maka konsumen dapat
merubah keputusannya dengan membeli produk minuman mineral atau bahkan
membawa sendiri minuman dari rumah. Begitu pula dengan situasi yang tidak
diharapkan. Misalnya seorang konsumen terjebak dalam kemacetan parah dan
mengalami rasa haus. Pada kondisi ini konsumen akan sulit untuk berhenti dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
21
membeli minuman, maka minuman yang ditawarkan oleh penjaja di jalanan
menjadi pilihan untuk meredakan rasa hausnya.
Menurut Kotler dan Amstrong (2008:177), perilaku keputusan pembelian
dapat dibagi atas empat bagian yaitu:
1. Perilaku Pembelian Kompleks
Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks ketika mereka sangat
terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar
merek. Konsumen mungkin sangat terlibat ketika produk itu mahal, beresiko,
jarang dibeli, dan sangat memperlihatkan eskpresi diri. Umumnya konsumen
harus mempelajari banyak hal tentang kategori produk. Pada tahap ini,
pembeli akan melewati proses pembelajaran, mula-mula mengembangkan
keyakinan tentang produk, lalu sikap, dan kemudian membuat pilihan
pembelian yang dipikirkan masak-masak. Pemasar produk yang memerlukan
keterlibatan tinggi harus memahami pengumpulan informasi dan perilaku
evaluasi yang dilakukan konsumen dengan keterlibatan tinggi. Para pemasar
perlu membantu konsumen untuk membelajari atribut produk dan
kepentingan relatif atribut tersebut.
2. Perilaku Pembelian Pengurangan Disonansi (ketidaknyamanan)
Perilaku pembelian pengurangan disonansi terjadi ketika konsumen sangat
terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau beresiko, tetapi
hanya melihat sedikit perbedaan antarmerek. Setelah pembelian, konsumen
mungkin mengalami ketidaknyamanan pascapembelian ketika mereka
http://digilib.mercubuana.ac.id/
22
mengetahui kerugian tertentu dari merek yang dibeli atau mendengar hal-hal
menyenangkan tentang merek yang tidak dibeli. Untuk menghadapi
disonansi semacam itu, komunikasi pascapenjualan yang dilakukan pemasar
harus memberikan bukti dan dukungan untuk membantu konsumen merasa
nyaman dengan pilihan merek mereka.
3. Perilaku Pembelian Kebiasaan
Perilaku pembelian kebiasaan terjadi ketika dalam keadaan keterlibatan
konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek. Konsumen hanya
mempunyai sedikit keterlibatan dalam kategori produk ini, mereka hanya
pergi ke toko dan mengambil satu merek. Jika mereka terus mengambil
merek yang sama, hal ini lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang
kuat terhadap sebuah merek. Konsumen seperti ini memiliki keterlibatan
rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli. Pengulangan
iklan menciptakan kebiasaan akna suatu merek dan bukan keyakinan merek.
Konsumen tidak membentuk sikap yang kuat terhadap sebuah merek, mereka
memilih merek karena terbiasa dengan merek tersebut, konsumen mungkin
tidak mengevaluasi pilihan bahkan setelah melakukan pembelian. Oleh
karena itu, proses pembelian melibatkan keyakinan merek yang dibentuk
oleh pembelajaran pasif, diikuti oleh perilaku pembelian, yang mungkin
diikuti oleh evaluasi atau mungkin tidak.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
23
4. Perilaku Pembelian Mencari Keragaman
Perilaku pembelian mencari keragaman dalam situasi yang mempunyai
karakter keterlibatan konsumen rendah, tetapi anggapan perbedaan merek
yang signifikan. Dalam kasus ini, konsumen sering melakukan banyak
pertukaran merek. Pemimpin pasar akan mencoba mendorong perilaku
pembeli kebiasaan dengan mendominasi ruang rak, membuat rak tetap
penuh, dan menjalankan iklan untuk mengingatkan konsumen sesering
mungkin. Perusaahan penantang akan mendorong pencarian keragaman
dengan menawarkan harga yang lebih murah, kesepakatan kupon khusus,
sampel gratis, dan iklan yang menampilkan alasan untuk mencoba sesuatu
yang baru.
Proses pengambilan keputusan oleh Kotler dan Keller (2012:166)
digambarkan menjadi lima tahapan seperti berikut:
Pengenalan
Masalah
Pencarian
Informasi
Evaluasi
Alternatif
Keputusan
Pembelian
Perilaku
Pasca
Pembelian
Gambar 4: Tahapan proses pengambilan keputusan pembelian (Kotler, 2012:166)
1.
Pengenalan Masalah
Proses membeli dimulai dengan tahap pengenalan masalah atau kebutuhan
yang dipicu oleh stimuli internal maupun eksternal. Stimuli internal
merupakan kebutuhan dasar seseorang seperti lapar, haus yang naik hingga ke
ambang batas yang menimbulkan kebutuhan yang harus dipenuhi. Stimuli
juga dapat dating dari luar. Misalnya saat seseorang mengagumi sesuatu yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
24
dimiliki oleh orang lain yang menimbulkan keinginan untuk turut memiliki
benda tersebut.
2.
Pencarian Informasi
Kebanyakan konsumen mencari informasi yang terbatas. Pencarian yang
lebih ringan atau disebut juga dengan menanamkan perhatian. Pada level ini
seseorang cenderung mudah menerima informasi apa yang diberikan kepada
mereka. Namun pada level berikutnya, mereka akan menjadi lebih aktif dan
agresif dalam mendapatkan informasi terkait dengan hal yang mereka
inginkan.
Secara garis besar, sumber informasi yang menjadi referensi konsumen dibagi
atas empat grup yaitu:
1. Personal
Misalnya keluarga, sahabat, kenalan dekat.
2. Commercial
Misalnya iklan di media cetak maupun elektronik, web sites, penjual
produk, kemasan, display.
3. Public
Misalnya media massa, organisasi statistik.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
25
4. Experiential
Misalnya testimoni pengguna sebelumnya.
Semakin banyak informasi yang dikumpulkan oleh konsumen, maka akan
semakin mengecilkan pilihan dan mempermudah dalam menetapkan
pengambilan keputusan.
3.
Evaluasi Alternatif
Setiap konsumen memiliki cara tersendiri untuk menilai produk apa yang
mereka inginkan. Keinginan dan kebutuhan seseorang belum tentu sama
dengan orang lain. Untuk itu, produsen perlu menyediakan beberapa alternatif
dalam penawaran produk. Terdapat beberapa alas an yang mejadi dasar
konsumen dalam melakukan evaluasi dalam pemilihan produk yang
diinginkan, yaitu:
a. Kepercayaan dan sikap
Melalui
pengalaman
dan
pembelajaran,
seseorang
memperoleh
keyakinan dan sikap. Pada waktu tertentu hal ini akan mempengaruhi
perilaku pembelian. Seseorang akan memegang keyakinan dan
pemikirannya. Sama pentingnya dengan menetapkan sikap dalam
memilih seseuatu yang menguntungkan atau tidak, perasaan emosional,
dan tindakan kecenderungan terhadap beberapa objek atau ide/
pendapat.Misalnya agama, politik, selera.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
26
b. Model harapan-nilai
Konsumen memiliki sikap pengharapan-nilai akan berbagai merek
melalui prosedur evaluasi atribut, pengembangan kenyakinan akan
masing-masing merek. Konsumen akan menilai sebuah produk
berdasarkan merek dan nilainya tergantung akan tingkat keperluannya.
4.
Keputusan Pembelian
Dalam menetapkan keputusan pembelian konsumen seringkali menilai
kesukaan diantara merek yang ditawarkan dan menyakini merek apa yang
lebih disukainya. Proses ini merupakan langkah dimana konsumen benarbenar menetapkan pilihan dan membeli produk yang diinginkan setelah
melakukan serangkaian proses dalam memilih.
5.
Perilaku Pasca Pembelian
Setelah proses pembelian produk selesai, konsumen akan mengalami
kepuasan atau ketidakpuasan akan produk yang dibelinya. Hal ini akan
membuat konsumen menambahkan pengalamannya dalam daftar referensi
untuk pembelian berikutnya.
2.1.1.5. Metode PLS (Partial Least Square)
Partial Least Square dalam Ghozali (2014: 30) merupakan factor
indeterminacy metode analisis yang kuat karena tidak mengasumsikan sebuah data
harus dilakukan dengan pengukuran skala tertentu dan jumlah sampel yang
sedikit. PLS juga dapat digunakan sebagai pembuktian dari teori yang
http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
diajukan.Dengan menggunakan pendekatan PLS, diasumsikan bahwa semua
ukuran varian merupakan varian yang bermanfaat untuk dijelaskan.
PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri analisis ordinary
least square yang menyebabkan identifikasi model dapat berupa model recursive,
dan juga tidak mengasumsikan ukuran tertentu untuk skala ukuran variable.
Jumlah sampel yang digunakan dapat diketahui dengan perkiraan:
a. Sepuluh kali dari jumlah indikator
b. Sepuluh kali dari jumlah indikator terbesar dari salah satu dimensi.
PLS digunakan dengan tujuan membantu peneliti untuk mendapatkan nilai
variable bebas dari asumsi. Model yang digunakan mendefinisikan variable laten
atau dimensi pengukuran dengan indikator-indikatornya. Model analisis jalur
semua semua variable bebas dalam PLS terditi atas 3 bagian yaitu:
1. Inner model, yang menspesifikasikan hubungan antar variable bebas.
2. Outer model, yang menspesifikasikan hubungan antara variable bebas dan
indikator-indikatornya.
3. Weight relation, yaitu estimasi dari hasil uji.
2.1.2. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Giovanni Fatimathuz Zahra, dkk dalam
Jurnal Manajemen dan Bisnis SEGMEN dengan judul Pengaruh Gaya
Hidup Sehat, Harga, dan Kelompok Referensi Terhadap Keputusan
Pembelian Susu Anlene di Kebumen menemukan bahwa gaya hidup
sehat, Harga, dan kelompok referensi memberikan pengaruh positif dan
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
signifikan terhadap keputusan pembelian susu Anlene di Kebumen.
Gaya hidup sehat, harga, dan kelompok referensi secara simultan
(bersama-sama) memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap
keputusan pembelian susu Anlene di Kebumen.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Muanas dan Suhermin dalam
Jurnal Ilmu & Riset Manajemen Vol.3 No. 12 Tahun 2014 dengan judul
Pengaruh Produk, Harga, dan Promosi terhadap Keputusan Pembelian
Mobil Buana Indomobil Trada mengemukakan bahwa variabel produk
berpengaruh signifikan terhadap keputusan pembelian mobil Suzuki
pada PT. Buana Indomobil Trada Surabaya.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Wahyu Susanti dalam tesis tahun 2010
dengan judul Pengaruh Kualitas, Kemasan, Harga dan Gaya Hidup
Sehat Konsumen Teh Sosro terhadap Intensi Perilaku memberikan hasil
bahwa variabel kualitas, kemasan, gaya hidup sehat dan harga sangat
berpengaruh terhadap intensitas perilaku pembelian konsumen Teh
Sosro. Dimana variabel yang memberikan pengaruh lebih dominan
terhadap intense perilaku pembelian adalah variabel harga.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Imam Heryanto dalam Jurnal Ekonomi,
Bisnis & Entenpreneurship Volume 9, Nomor 2, Oktober 2015, hlm 80
– 101 yang berjudul Analisis Pengaruh Produk, Harga, Distribusi, dan
Promosi terhadap Keputusan Pembelian serta Implikasinya pada
Kepuasan Pelanggan membahas bahwa produk merupakan pengaruh
dominan terhadap keputusan pembelian karena memberikan pengaruh
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
langsung yang paling besar diantara variabel uji. Sedangkan untuk
variabel harga memberikan pengaruh terbesar kedua terhadap keputusan
pembelian setelah produk.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Dian Ayu Puspita Ardy dalam Jurnal
Ilmu Manajemen Vol. 1, No.1 Januari 2013 yang berjudul Pengaruh
Gaya Hidup, Fitur, dan Harga terhadap Keputusan Pembelian
Blackberry Curve 9300 menyebutkan bahwa gaya hidup, fitur, dan
harga mempunyai pengaruh terhadap keputusan pembelian Blackberry
Curve 9300 di WTC Surabaya secara bersama-sama sebesar 72,6%,
sedangkan sebesar 27,4% dipengaruhi oleh variabel lain diluar
penelitiannya. Gaya hidup berpengaruh terhadap keputusan pembelian
dan memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,210 sedangkan harga
yang
berkontribusi
memberikan
pengaruh
terhadap
keputusan
pembelian memiliki nilai koefisien regresi sebesar 0,147.
6. Penelitian yang dilakukan oleh A. Abdul Brosekhan and C. Muthu
Velayatham dalam IORS ournal of Business and Management (IORSJBM) e-ISSN:2278-487X, p-ISSN:2319-7668, PP 08-16 yang berjudul
Consumer Buying Behaviour menyebutkan bahwa conditions of
competition are changing rapidly today and companies that strategiz
and react to these changes promptly and quickly are the most
successful. Sue to technological developments, physical differences of
products have decreased (kondisi persaingan berubah dengan cepat saat
ini dan perusahaan yang memiliki strategi dan reaksi terhadap
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
perubahan ini dengan segera dan cepat adalah yang paling sukses.
Berdasarkan
perkembangan
teknologi,
perbedaan
fisik
produk
mengalami penurunan).
7. Penelitian yang dilakukan oleh Richard L. Divine and Lawrence Lepisto
dalam Journal of Consumer Marketing July 2015 dengan judul Analysis
of the Healthy Lifestyle Consumer memberikan hasil results of the
cluster analysis suggest that the main indicators of whether or not one
maintains a healthy lifestyle are fruit and vegetable consumption and
exercise. To the demographic antecedents, the results indicate that
people who maintain healthy lifestyle tend to be female, older in age
and more educated. Ages appears to be the most influential of all the
predictors used in this analysis which give a very big difference with the
way they choose (Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator utama
bagaimana seseorang mempertahankan gaya hidup sehat adalah dengan
konsumsi buah dan sayuran dan olahraga. Dari segi demografis,
hasilnya menunjukkan bahwa mayoritas dari pelaksana gaya hidup
sehat cenderung wanita, lebih tua dan lebih terdidik. Usia tampaknya
menjadi yang paling berpengaruh dari semua prediktor yang digunakan
dalam analisis ini yang memberikan perbedaan mendasar bagaimana
mereka melakukan keputusan dalam pembelian).
8. Penelitian yang dilakukan oleh Manali Khaniwale dalam ISSN 23518014 Vol. 14 No.2 Apr 2015 pp. 278-286 yang berjudul Consumer
Buying Behaviour menyebutkan the external and internal factors have
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
significant influence on consumer’s behavior which impacts their
purchasing process and decision (factor-faktor eksternal dan internal
memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perilaku konsumen
yang menyebabkan besarnya dampak terhadap proses pembelian dan
keputusan pembelian yang dilakukan).
9. Penelitian yang dilakukan oleh Dr. Durmaz Yakup dan Dr. Sebastian
Jablonsk dalam Global Journal of Management and Business Research
Vol. 12 Issue 15 Vers. 1.0 2012 yang berjudul Integrated Approach to
Factors Affecting Consumers Purchase Behaviour in Poland and an
Empirical Study menyebutkan bahwa 62% Polish participants stated
that generally they like shopping. Business enterprises in Poland can
attract consumers by increasing their level of satisfaction and this can
be possible by knowing consumers and consumers’ demands and
desires very well.
10. Penelitian yang dilakukan oleh Tahmid Nayeem dalam International
Journal of Business and Management Vol. 7 No. 21:2012 dengan judul
Cultural Influences on Consumer Behaviour menyebutkan bahwa
marketing
communication
messages
may
influence
consumers’
purchase decisions through recognizing the cultural differences that
have discussed previously.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
2.2. Rerangka Pemikiran dan Hipotesa
Sugiyono (2010:91) menyebutkan bahwa kerangka berpikir merupakan model
konseptual bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah
diidentifikasikan sebagai masalah yang penting. Berdasarkan teori yang telah
dipaparkan diatas, berikut kerangka pemikiran untuk mencapai tujuan dari
penelitian ini.
Produk
Gaya Hidup
Sehat
Keputusan
Pembelian
Harga
Gambar 5. Model kerangka penelitian
Hipotesa
H1: Produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian Minuman Beroksigen
Super O2
H2: Gaya hidup sehat berpengaruh terhadap keputusan pembelian Minuman
Beroksigen Super O2
H3: Harga berpengaruh terhadap keputusan pembelian Minuman Beroksigen
Super O2
http://digilib.mercubuana.ac.id/
Download