BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian B

advertisement
BAB III
METODE PENELITIAN
A.Waktu dan Tempat Penelitian
Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan (SAP) Nomor 71 Tahun 2010 pada Laporan Keuangan Pemerintah ( Studi
Kasus Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta) yang
beralamat Jl. Taman Jatibaru No.01 Jakarta Pusat.
B.Desain Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif , Deskriptif yaitu
penelitian yang dilakukan
terhadap variabel
mandiri, yaitu tanpa membuat
perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. adapun
data bisa
menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh
dengan survey lapangan sedangkan Data Sekunder
adalah data
yang telah
dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat
(Mudrajad kuncoro, 2003:127 )
Maka peneliti mengunakan teknik untuk mendapatkan data Subjek Penelitian ini
adalah Penerapan Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) Nomor 71 Tahun 2010 pada
74
Laporan Keuangan Pemerintah ( Studi Kasus Dinas Pengawasan dan Penertiban
Bangunan Provinsi DKI Jakarta) dalam menyusun , data yang dibutuhkan setelah
semua data yang berhubungan dengan masalah terkumpul
a)
Riset Kepustakaan ( Library Research )
b)
Yaitu metode
penelitian ini dilakukan dengan cara memperoleh data
sekunder yaitu penelitian dilakukan dengan cara membaca, meneliti, atau
menelaah dan dan mengkajian dari buku - buku atau tulisan ilmiah para
ahli, majalah, bulletin dan bahan lain yang dapat digunakan sebagai
penunjang dalam melakukan penelitian.
c)
Observasi Langsung yaitu metode penelitian ini dilakukan dengan cara
melakukan pengamatan secara fisik hadir dan memantau kejadian yang
sedang berlangsung(Cooper dan Emory,1996 : 360 )
d)
Browsing internet, mengunjungi sebuah situs internet untuk memperoleh
data dan informasi mengenai hal – hal yang berkaitan dengan masalah
yang akan diteliti.
e)
Wawancara, merupakan
teknik
Pengambilan
data dimana
peneliti
langsung berdialog dengan responden (Suliyanto,2006 : 137) dalam hal ini
responden adalah Staf Bagian Keuangan Dinas Pengawasan dan Penertiban
Bangunan Provinsi DKI Jakarta
75
C.Definisi dan Operasional Variabel
Adapun sub variabel operasional yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan
adalah sebagai berikut :
1.Pendapatan
Pendapatan adalah semua penerimaan rekening Kas Umum Daerah yang
menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan,
yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah daerah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas
Umum Daerah. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu
dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah
dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis
pendapatan.
2.Belanja
Belanja adalah semua pengeluaran rekening Kas Umum Daerah yang
mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan, yang
tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja diakui
pada saat terjadi pengeluaran kas dari rekening Kas Umum Daerah. Khusus
pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat
76
pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai
fungsi perbendaharaan.
3.Pembiayaan
Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik
penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali,
dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup
defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat kas
diterima pada rekening Kas Umum Daerah serta pada saat terjadinya pengeluaran
kas dari rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan
dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto,
dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran).
Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan rekening kas umum
daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman dan obligasi, transfer
dari/pencairan dana cadangan, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan.
Sedangkan pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran rekening kas umum
daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal
pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman, transfer ke/pembentukan dana
cadangan.
77
4.Dana Cadangan
Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan
yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun
anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya.
5.Aset
Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat
ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh
pemerintah daerah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang,
termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi
masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan
budaya. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah.
Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap dan Aset
Lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Aset Lancar
Aset Lancar terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang dan
persediaan.
1). Kas
78
Kas merupakan aset lancar yang diharapkan segera untuk
direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal pelaporan. Kas dinilai dengan meng-gunakan nominal kas.
Kas berupa valuta asing dikonversi ke rupiah berdasarkan kurs tengah Bank
Indonesia pada tanggal neraca. Kas Dinas terdiri dari:
i.
Kas di Bendahara Penerimaan adalah uang yang diterima Bendahara
Penerimaan berupa kas di brankas yang berasal dari penerimaan
retribusi. Berdasarkan prosesnya, retribusi Dinas Pengawasan dan
Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta diterima secara langsung
oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah (KPKD) dari para Wajib
Retribusi. Oleh karenanya, saldo Kas di Bendahara Penerimaan selalu
bernilai nihil (nol).
ii.
Kas di Bendahara pengeluaran adalah uang yang dikuasai Bendahara
Pengeluaran berupa kas di brankas dan kas di rekening Bank.
2). Piutang
Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar
kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai
dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan
perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. Hak/tagihan tersebut
diestimasi dapat diterima dalam masa 12 (dua belas) bulan. Piutang dinilai
79
berdasarkan nilai nominal dan akan diterima pembayarannya pada saat jatuh
tempo. Tidak ada kebijakan untuk penyisihan piutang tak tertagih.
3). Persediaan
Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan
yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan
barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam
rangka pelayanan kepada masyarakat. dalam waktu satu tahun.
Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau
penguasaannya berpindah. Persediaan dinilai berdasarkan metode “Masuk
Pertama Keluar Pertama” (First-In First-Out/FIFO). Pada akhir periode
akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik (stock
opname).
b. Investasi
Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat
ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat
meningkatkan kemampuan pemerintah dalam
rangka pelayanan
kepada
masyarakat. Investasi pemerintah daerah diklasifikasikan ke dalam investasi
jangka pendek dan investasi jangka panjang.
Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan
dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi
80
jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari
satu tahun. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya,
yaitu non permanen dan permanen.
1). Investasi Nonpermanen
Investasi
Nonpermanen
adalah
investasi
jangka
panjang
yang
dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Pengertian tidak
berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari
12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau
ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali.
2). Investasi Permanen
Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan
untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk
mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam jangka
panjang.
Investasi permanen meliputi seluruh penyertaan Modal Pemerintah Daerah
(PMP) pada perusahaan daerah, lembaga internasional dan badan usaha lainnya
yang bukan milik daerah. PMP dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu
perseroan terbatas dan non surat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam
bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan.
81
Metode penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu:
metode biaya, metode ekuitas dan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan.
1). Metode Biaya
Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya
perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang
diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan
hukum berkait.
2). Metode Ekuitas
Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal
sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau
rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam
bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi
pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan.
Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi
kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul
akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap.
3). Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan
82
Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama
kepemilikan
yang
akan
dilepas/dijual
dalam
jangka
waktu
untuk
dekat.
Penggunaan ketiga metode tersebut didasarkan pada kriteria berikut:
i. Kepemilikan kurang dari 20 persen menggunakan metode biaya;
ii. Kepemilikan 20 persen sampai 50 persen, atau kepemi-likan kurang dari
20 persen, tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan
metode ekuitas; dan
iii. Kepemilikan lebih dari 50 persen menggunakan metode ekuitas.
c. Aset Tetap
Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah daerah
maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu
tahun. Aset tetap terdiri dari:
1). Tanah
Tanah yang diperoleh melalui pengadaan sebelum tahun 2007
dinilai berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB tahun 2007 atas tanah
tersebut atau tanah di sekitarnya. Sedangkan tanah yang diperoleh melalui pengadaan
sesudah tahun 2007 dicatat/dinilai berdasarkan bukti-bukti perolehan.
2). Peralatan dan Mesin
83
Peralatan dan Mesin mencakup seluruh barang inventaris Dinas
Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta yang mencakup alat-alat
besar, alat angkutan, alat bengkel dan alat ukur, alat kantor dan rumah tangga, alat
studio dan komunikasi dan alat laboratorium.
Peralatan dan Mesin selain alat angkutan (kendaraan) dinilai dengan menggunakan nilai
perolehan. atau jika tidak ditemukan harga perolehannya, maka dilakukan berdasarkan
tak-siran dengan membandingkan dengan data harga barang yang sejenis.
Alat-alat angkut (kendaraan) yang pembeliannya sampai dengan tahun 2007 dinilai
dengan nilai jual kendaraan bermotor (NJKB) sesuai dengan Peraturan Gubernur
Provinsi DKI Jakarta, sedangkan alat-alat angkut (kendaraan) yang diperoleh setelah
tahun 2007 dinilai dengan harga perolehan.
3). Gedung dan Bangunan
Gedung dan bangunan yang dibeli/diperoleh sampai dengan
tahun 2007 dengan nilai wajar yaitu harga berdasarkan Daftar Harga Jual Per Meter
yang dikeluarkan oleh Asosiasi Masyarakat Penilai Indonesia, jika diperoleh setelah
tahun 2007 dinilai dengan nilai historis yaitu harga perolehannya.
4). Jalan, Irigasi dan Jaringan
84
Jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui pengadaan
sebelum tahun 2007 dinilai berdasarkan perkiraan sesuai harga aset Pemda yang
dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum.
5). Aset Tetap Lainnya
Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan
untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap
lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/ buku dan barang bercorak
seni/budaya/olahraga serta hewan/ ternak dan tumbuhan.
6).Konstruksi dalam Pengerjaan
Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang
dalam proses pembangunan. Aset-aset ini mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung
dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses
perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu
dan belum selesai.
Konstruksi dalam pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika
kriteria berikut ini terpenuhi:
85
i.
Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan
ii. Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan.
Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat
atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomis di masa yang akan datang
dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus
ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan.
Kapitalisasi aset tetap berupa suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds)
tertentu untuk dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus
dikapitalisasi atau tidak. Kriteria material/batasan minimal kapitalisasi aset tetap Non
Belanja Modal sebagai berikut:
No.
Jumlah Harga
Lusin/Set/Satuan
(Rp)
1
Akun Aset Tetap
1
Tanah
2
Peralatan dan Mesin, terdiri dari:
2.1.
2.2.
2.3.
2.4.
2.5.
Alat-alat Berat
Alat-alat Angkutan
Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur
Alat-alat Pertanian/Peternakan
Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga
- Alat-alat Kantor
- Alat-alat Rumah Tangga
86
5.000.000
1.500.000
600.000
1.000.000
500.000
300.000
No.
2.6
2.7.
2.8.
2.9.
3
Jumlah Harga
Lusin/Set/Satuan
(Rp)
500.000
1.600.000
1.000.000
1.000.000
Akun Aset Tetap
Alat Studio dan Alat Komunikasi
Alat-alat Kedokteran
Alat-alat Laboratorium
Alat Keamanan
Gedung dan Bangunan, terdiri dari:
3.1. Bangunan Gedung
3.2. Bangunan Monumen
4 Jalan, Irigasi dan Jaringan, terdiri dari:
10.000.000
10.000.000
4.1.
4.2.
4.3.
4.4.
5
10.000.000
10.000.000
10.000.000
10.000.000
Jalan dan Jembatan
Bangunan Air/Irigasi
Instalasi
Jaringan
Aset Tetap Lainnya, terdiri dari:
5.1. Buku dan Perpustakaan
5.2. Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/
Olahraga
5.3. Hewan/Ternak dan Tumbuhan
5.4. Konstruksi dalam Pengerjaan
100.000
200.000
200.000
1
Pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal
(dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang
dipelihara bertambah ekonomis/efisien, dan/atau bertambah umur ekonomis, dan/atau
bertambah volume, dan/atau bertambah kapasitas produksi, dan/atau bertambah estetika/
keindahan/ kenyamanan.
87
d. Aset Lainnya
Aset lainnya merupakan aset yang tidak masuk dalam kelompok aset lancar,
investasi jangka panjang, dan aset tetap. Aset lainnya mencakup Aset Tak Berwujud,
Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi,
Kemitraan dengan Pihak Ketiga dan Aset Lain-lain.
Pos Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat
dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan
Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contoh dari
Aset Lain-lain adalah Aset Tetap yang sudah dihentikan penggunaannya dikarenakan
rusak tetapi belum ada Surat Keputusan Penghapusan.
6.Kewajiban
Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu
yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah
daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau
tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut
hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundangundangan.
Penyajian utang pemerintah di neraca dapat diklasifikasi-kan menjadi kewajiban jangka
pendek dan kewajiban jangka panjang. Utang pemerintah harus diungkapkan secara
88
rinci dalam bentuk Daftar Skedul Utang, untuk memberikan informasi yang lebih baik
mengenai kewajiban pemerintah.
Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan
dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya: Utang
Fihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang,
baik pokok maupun bunganya, dan Utang Jangka Pendek Lainnya. Sedangkan
kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan
diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, misalnya: Utang Luar Negeri dan
Utang Dalam Negeri yang dikelola Badan Pengelola Keuangan Daerah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban
timbul. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Pada tanggal neraca, kewajiban dalam
mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan
menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca.
7.Ekuitas Dana
Ekuitas Dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang
menampung selisih antara Aset dan Kewajiban Pemerintah. Pos Ekuitas Dana terdiri
dari 3 (tiga) kelompok, yaitu: Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi dan Ekuitas
Dana Cadangan.
89
a.
Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka
pendek, antara lain: Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), Cadangan
Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang Harus Disediakan untuk
Pembayaran Utang Jangka Pendek.
b.
Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam
dalam dalam investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lain-lain, dikurangi
dengan kewajiban jangka panjang.
c.
Ekuitas
Dana
Cadangan
mencerminkan
kekayaan
pemerintah
yang
dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan.
D.Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara
langsung terhadap responden yang terpilih (face to face) . Pertanyaan yang
dilakuan merupakan pertanyaan yang bersifat ekploratif terhadap permasalahan.
Data Primer yang diperoleh melalui
wawancara
dengan pejabat dan
pegawai Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta. Pera
pejabat dan Pegawai yang berkedudukan dibagian keuangan
secara sengaja (
purposive ) adalah mereka yang telibat langsung dalam proses pembuatan Laporan
Keuangan yang berlaku di Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi
DKI Jakarta.
90
Informasi tentang Laporan Keuangan dapat diperoleh dari Sub. Bagian
Keuangan dan beberapa Staf Sub. Bagian Keuangan Dinas Pengawasan dan Penertiban
Bangunan Provinsi DKI Jakarta.
Data Sekunder diperoleh dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
tentang pelaporan Keuangan dan kinerja instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan
Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun
2007 ,SKPD diwajibkan menyusun laporan Realisasi Anggaran , Neraca dan Catatan
atas Laporan Keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengguna Anggaran dan
Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penerapan Standar Akuntansi
Pemerintahan.
E. Metode Analisis Data
Setelah turun kelapangan maka dikumpulkan data – data primer dan sekunder.
Data sekunder sebagian besar diperoleh dari Dinas Pengawasan dan Penertiban
Bangunan Provinsi DKI Jakarta. Data tersebut berupa bahan tertulis yang ada kaitan
dengan Laporan Keuangan dalam bentuk
peeraturan
petunjuk pelaksanaan ,surat
keputusan , maupun bentuk angka – angka seperti laporan realisasi, Neraca, data
tersebut diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif.
Data Primer yang dihasil diperoleh dilapangan berdasarkan hasil Wawancara
dengan menggunakan pedoman wawancara. Maka peneliti mengunakan teknik untuk
mendapatkan data Subjek
Penelitian ini adalah Penerapan Standar Akuntasi
91
Pemerintahan (SAP) Nomor 71 Tahun 2010 pada Laporan Keuangan Pemerintah (
Studi Kasus Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta) dalam
menyusun data yang dibutuhkan yang berhubungan dengan masalah terkumpul.
92
Download