BAB III METODE PENELITIAN A.Waktu dan Tempat Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) Nomor 71 Tahun 2010 pada Laporan Keuangan Pemerintah ( Studi Kasus Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta) yang beralamat Jl. Taman Jatibaru No.01 Jakarta Pusat. B.Desain Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif , Deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan terhadap variabel mandiri, yaitu tanpa membuat perbandingan, atau menghubungkan dengan variabel lain. adapun data bisa menggunakan data primer dan data sekunder. Data Primer adalah data yang diperoleh dengan survey lapangan sedangkan Data Sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat (Mudrajad kuncoro, 2003:127 ) Maka peneliti mengunakan teknik untuk mendapatkan data Subjek Penelitian ini adalah Penerapan Standar Akuntasi Pemerintahan (SAP) Nomor 71 Tahun 2010 pada 74 Laporan Keuangan Pemerintah ( Studi Kasus Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta) dalam menyusun , data yang dibutuhkan setelah semua data yang berhubungan dengan masalah terkumpul a) Riset Kepustakaan ( Library Research ) b) Yaitu metode penelitian ini dilakukan dengan cara memperoleh data sekunder yaitu penelitian dilakukan dengan cara membaca, meneliti, atau menelaah dan dan mengkajian dari buku - buku atau tulisan ilmiah para ahli, majalah, bulletin dan bahan lain yang dapat digunakan sebagai penunjang dalam melakukan penelitian. c) Observasi Langsung yaitu metode penelitian ini dilakukan dengan cara melakukan pengamatan secara fisik hadir dan memantau kejadian yang sedang berlangsung(Cooper dan Emory,1996 : 360 ) d) Browsing internet, mengunjungi sebuah situs internet untuk memperoleh data dan informasi mengenai hal – hal yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. e) Wawancara, merupakan teknik Pengambilan data dimana peneliti langsung berdialog dengan responden (Suliyanto,2006 : 137) dalam hal ini responden adalah Staf Bagian Keuangan Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta 75 C.Definisi dan Operasional Variabel Adapun sub variabel operasional yang mendasari penyusunan Laporan Keuangan adalah sebagai berikut : 1.Pendapatan Pendapatan adalah semua penerimaan rekening Kas Umum Daerah yang menambah ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan, yang menjadi hak pemerintah daerah dan tidak perlu dibayar kembali oleh pemerintah daerah. Pendapatan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi pendapatan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasikan dengan pengeluaran). Pendapatan disajikan sesuai dengan jenis pendapatan. 2.Belanja Belanja adalah semua pengeluaran rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam periode tahun anggaran bersangkutan, yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh pemerintah daerah. Belanja diakui pada saat terjadi pengeluaran kas dari rekening Kas Umum Daerah. Khusus pengeluaran melalui bendahara pengeluaran, pengakuan belanja terjadi pada saat 76 pertanggungjawaban atas pengeluaran tersebut disahkan oleh unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan. 3.Pembiayaan Pembiayaan adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah daerah, baik penerimaan maupun pengeluaran yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, dalam penganggaran pemerintah daerah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan diakui pada saat kas diterima pada rekening Kas Umum Daerah serta pada saat terjadinya pengeluaran kas dari rekening Kas Umum Daerah. Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya (setelah dikompensasi dengan pengeluaran). Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan rekening kas umum daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman dan obligasi, transfer dari/pencairan dana cadangan, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran rekening kas umum daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman, transfer ke/pembentukan dana cadangan. 77 4.Dana Cadangan Dana cadangan adalah dana yang disisihkan untuk menampung kebutuhan yang memerlukan dana relatif besar yang tidak dapat dipenuhi dalam satu tahun anggaran. Dana cadangan dirinci menurut tujuan pembentukannya. 5.Aset Aset adalah sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun oleh masyarakat, serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya non-keuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat umum dan sumber-sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah dan budaya. Aset diakui pada saat diterima atau pada saat hak kepemilikan berpindah. Aset diklasifikasikan menjadi Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap dan Aset Lainnya, dengan penjelasan sebagai berikut: a. Aset Lancar Aset Lancar terdiri dari kas dan setara kas, investasi jangka pendek, piutang dan persediaan. 1). Kas 78 Kas merupakan aset lancar yang diharapkan segera untuk direalisasikan, dipakai, atau dimiliki untuk dijual dalam waktu 12 (dua belas) bulan sejak tanggal pelaporan. Kas dinilai dengan meng-gunakan nominal kas. Kas berupa valuta asing dikonversi ke rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. Kas Dinas terdiri dari: i. Kas di Bendahara Penerimaan adalah uang yang diterima Bendahara Penerimaan berupa kas di brankas yang berasal dari penerimaan retribusi. Berdasarkan prosesnya, retribusi Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta diterima secara langsung oleh Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah (KPKD) dari para Wajib Retribusi. Oleh karenanya, saldo Kas di Bendahara Penerimaan selalu bernilai nihil (nol). ii. Kas di Bendahara pengeluaran adalah uang yang dikuasai Bendahara Pengeluaran berupa kas di brankas dan kas di rekening Bank. 2). Piutang Piutang adalah jumlah uang yang wajib dibayar kepada pemerintah daerah dan/atau hak pemerintah daerah yang dapat dinilai dengan uang sebagai akibat perjanjian atau akibat lainnya berdasarkan peraturan perundang-undangan atau akibat lainnya yang sah. Hak/tagihan tersebut diestimasi dapat diterima dalam masa 12 (dua belas) bulan. Piutang dinilai 79 berdasarkan nilai nominal dan akan diterima pembayarannya pada saat jatuh tempo. Tidak ada kebijakan untuk penyisihan piutang tak tertagih. 3). Persediaan Persediaan adalah aset lancar dalam bentuk barang atau perlengkapan yang dimaksudkan untuk mendukung kegiatan operasional pemerintah, dan barang-barang yang dimaksudkan untuk dijual dan/atau diserahkan dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. dalam waktu satu tahun. Persediaan diakui pada saat diterima atau hak kepemilikannya dan/atau penguasaannya berpindah. Persediaan dinilai berdasarkan metode “Masuk Pertama Keluar Pertama” (First-In First-Out/FIFO). Pada akhir periode akuntansi, persediaan dicatat berdasarkan hasil inventarisasi fisik (stock opname). b. Investasi Investasi adalah aset yang dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti bunga, dividen dan royalti, atau manfaat sosial sehingga dapat meningkatkan kemampuan pemerintah dalam rangka pelayanan kepada masyarakat. Investasi pemerintah daerah diklasifikasikan ke dalam investasi jangka pendek dan investasi jangka panjang. Investasi jangka pendek adalah investasi yang dapat segera dicairkan dan dimaksudkan untuk dimiliki selama 12 (dua belas) bulan atau kurang. Investasi 80 jangka panjang adalah investasi yang dimaksudkan untuk dimiliki selama lebih dari satu tahun. Investasi jangka panjang dibagi menurut sifat penanaman investasinya, yaitu non permanen dan permanen. 1). Investasi Nonpermanen Investasi Nonpermanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara tidak berkelanjutan. Pengertian tidak berkelanjutan adalah kepemilikan investasi yang berjangka waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan, dimaksudkan untuk tidak dimiliki terus menerus atau ada niat untuk memperjualbelikan atau menarik kembali. 2). Investasi Permanen Investasi Permanen adalah investasi jangka panjang yang dimaksudkan untuk dimiliki secara berkelanjutan. Investasi permanen dimaksudkan untuk mendapatkan dividen atau menanamkan pengaruh yang signifikan dalam jangka panjang. Investasi permanen meliputi seluruh penyertaan Modal Pemerintah Daerah (PMP) pada perusahaan daerah, lembaga internasional dan badan usaha lainnya yang bukan milik daerah. PMP dapat berupa surat berharga (saham) pada suatu perseroan terbatas dan non surat berharga, yaitu kepemilikan modal bukan dalam bentuk saham pada perusahaan yang bukan perseroan. 81 Metode penilaian investasi pemerintah dilakukan dengan 3 (tiga) metode, yaitu: metode biaya, metode ekuitas dan metode nilai bersih yang dapat direalisasikan. 1). Metode Biaya Dengan menggunakan metode biaya, investasi dicatat sebesar biaya perolehan. Penghasilan atas investasi tersebut diakui sebesar bagian hasil yang diterima dan tidak mempengaruhi besarnya investasi pada badan usaha/badan hukum berkait. 2). Metode Ekuitas Dengan menggunakan metode ekuitas, pemerintah mencatat investasi awal sebesar biaya perolehan dan ditambah atau dikurangi sebesar bagian laba atau rugi pemerintah setelah tanggal perolehan. Bagian laba kecuali dividen dalam bentuk saham yang diterima pemerintah akan mengurangi nilai investasi pemerintah dan tidak dilaporkan sebagai pendapatan. Penyesuaian terhadap nilai investasi juga diperlukan untuk mengubah porsi kepemilikan investasi pemerintah, misalnya adanya perubahan yang timbul akibat pengaruh valuta asing serta revaluasi aset tetap. 3). Metode Nilai Bersih yang Dapat Direalisasikan 82 Metode nilai bersih yang dapat direalisasikan digunakan terutama kepemilikan yang akan dilepas/dijual dalam jangka waktu untuk dekat. Penggunaan ketiga metode tersebut didasarkan pada kriteria berikut: i. Kepemilikan kurang dari 20 persen menggunakan metode biaya; ii. Kepemilikan 20 persen sampai 50 persen, atau kepemi-likan kurang dari 20 persen, tetapi memiliki pengaruh yang signifikan menggunakan metode ekuitas; dan iii. Kepemilikan lebih dari 50 persen menggunakan metode ekuitas. c. Aset Tetap Aset tetap mencakup seluruh aset yang dimanfaatkan oleh pemerintah daerah maupun untuk kepentingan publik yang mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Aset tetap terdiri dari: 1). Tanah Tanah yang diperoleh melalui pengadaan sebelum tahun 2007 dinilai berdasarkan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) PBB tahun 2007 atas tanah tersebut atau tanah di sekitarnya. Sedangkan tanah yang diperoleh melalui pengadaan sesudah tahun 2007 dicatat/dinilai berdasarkan bukti-bukti perolehan. 2). Peralatan dan Mesin 83 Peralatan dan Mesin mencakup seluruh barang inventaris Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta yang mencakup alat-alat besar, alat angkutan, alat bengkel dan alat ukur, alat kantor dan rumah tangga, alat studio dan komunikasi dan alat laboratorium. Peralatan dan Mesin selain alat angkutan (kendaraan) dinilai dengan menggunakan nilai perolehan. atau jika tidak ditemukan harga perolehannya, maka dilakukan berdasarkan tak-siran dengan membandingkan dengan data harga barang yang sejenis. Alat-alat angkut (kendaraan) yang pembeliannya sampai dengan tahun 2007 dinilai dengan nilai jual kendaraan bermotor (NJKB) sesuai dengan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta, sedangkan alat-alat angkut (kendaraan) yang diperoleh setelah tahun 2007 dinilai dengan harga perolehan. 3). Gedung dan Bangunan Gedung dan bangunan yang dibeli/diperoleh sampai dengan tahun 2007 dengan nilai wajar yaitu harga berdasarkan Daftar Harga Jual Per Meter yang dikeluarkan oleh Asosiasi Masyarakat Penilai Indonesia, jika diperoleh setelah tahun 2007 dinilai dengan nilai historis yaitu harga perolehannya. 4). Jalan, Irigasi dan Jaringan 84 Jalan, irigasi dan jaringan yang diperoleh melalui pengadaan sebelum tahun 2007 dinilai berdasarkan perkiraan sesuai harga aset Pemda yang dikeluarkan oleh Departemen Pekerjaan Umum atau Dinas Pekerjaan Umum. 5). Aset Tetap Lainnya Aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam kelompok aset tetap di atas, yang diperoleh dan dimanfaatkan untuk kegiatan operasional pemerintah dan dalam kondisi siap digunakan. Aset tetap lainnya di neraca antara lain meliputi koleksi perpustakaan/ buku dan barang bercorak seni/budaya/olahraga serta hewan/ ternak dan tumbuhan. 6).Konstruksi dalam Pengerjaan Konstruksi dalam pengerjaan adalah aset-aset yang sedang dalam proses pembangunan. Aset-aset ini mencakup tanah, peralatan dan mesin, gedung dan bangunan, jalan, irigasi dan jaringan, dan aset tetap lainnya yang proses perolehannya dan/atau pembangunannya membutuhkan suatu periode waktu tertentu dan belum selesai. Konstruksi dalam pengerjaan dipindahkan ke pos aset tetap yang bersangkutan jika kriteria berikut ini terpenuhi: 85 i. Konstruksi secara substansi telah selesai dikerjakan; dan ii. Dapat memberikan manfaat/jasa sesuai dengan tujuan perolehan. Pengeluaran setelah perolehan awal suatu aset tetap yang memperpanjang masa manfaat atau yang kemungkinan besar memberi manfaat ekonomis di masa yang akan datang dalam bentuk kapasitas, mutu produksi, atau peningkatan standar kinerja, harus ditambahkan pada nilai tercatat aset yang bersangkutan. Kapitalisasi aset tetap berupa suatu batasan jumlah biaya (capitalization thresholds) tertentu untuk dapat digunakan dalam penentuan apakah suatu pengeluaran harus dikapitalisasi atau tidak. Kriteria material/batasan minimal kapitalisasi aset tetap Non Belanja Modal sebagai berikut: No. Jumlah Harga Lusin/Set/Satuan (Rp) 1 Akun Aset Tetap 1 Tanah 2 Peralatan dan Mesin, terdiri dari: 2.1. 2.2. 2.3. 2.4. 2.5. Alat-alat Berat Alat-alat Angkutan Alat-alat Bengkel dan Alat Ukur Alat-alat Pertanian/Peternakan Alat-alat Kantor dan Rumah Tangga - Alat-alat Kantor - Alat-alat Rumah Tangga 86 5.000.000 1.500.000 600.000 1.000.000 500.000 300.000 No. 2.6 2.7. 2.8. 2.9. 3 Jumlah Harga Lusin/Set/Satuan (Rp) 500.000 1.600.000 1.000.000 1.000.000 Akun Aset Tetap Alat Studio dan Alat Komunikasi Alat-alat Kedokteran Alat-alat Laboratorium Alat Keamanan Gedung dan Bangunan, terdiri dari: 3.1. Bangunan Gedung 3.2. Bangunan Monumen 4 Jalan, Irigasi dan Jaringan, terdiri dari: 10.000.000 10.000.000 4.1. 4.2. 4.3. 4.4. 5 10.000.000 10.000.000 10.000.000 10.000.000 Jalan dan Jembatan Bangunan Air/Irigasi Instalasi Jaringan Aset Tetap Lainnya, terdiri dari: 5.1. Buku dan Perpustakaan 5.2. Barang Bercorak Kesenian/Kebudayaan/ Olahraga 5.3. Hewan/Ternak dan Tumbuhan 5.4. Konstruksi dalam Pengerjaan 100.000 200.000 200.000 1 Pengeluaran belanja pemeliharaan akan diperlakukan sebagai belanja modal (dikapitalisasi menjadi aset tetap) jika manfaat ekonomi atas barang/aset tetap yang dipelihara bertambah ekonomis/efisien, dan/atau bertambah umur ekonomis, dan/atau bertambah volume, dan/atau bertambah kapasitas produksi, dan/atau bertambah estetika/ keindahan/ kenyamanan. 87 d. Aset Lainnya Aset lainnya merupakan aset yang tidak masuk dalam kelompok aset lancar, investasi jangka panjang, dan aset tetap. Aset lainnya mencakup Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan/Tuntutan Ganti Rugi, Kemitraan dengan Pihak Ketiga dan Aset Lain-lain. Pos Aset Lain-lain digunakan untuk mencatat aset lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan/ Tuntutan Ganti Rugi dan Kemitraan dengan Pihak Ketiga. Contoh dari Aset Lain-lain adalah Aset Tetap yang sudah dihentikan penggunaannya dikarenakan rusak tetapi belum ada Surat Keputusan Penghapusan. 6.Kewajiban Kewajiban adalah utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi pemerintah daerah. Kewajiban umumnya timbul karena konsekuensi pelaksanaan tugas atau tanggung jawab untuk bertindak di masa lalu. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak yang mengikat atau peraturan perundangundangan. Penyajian utang pemerintah di neraca dapat diklasifikasi-kan menjadi kewajiban jangka pendek dan kewajiban jangka panjang. Utang pemerintah harus diungkapkan secara 88 rinci dalam bentuk Daftar Skedul Utang, untuk memberikan informasi yang lebih baik mengenai kewajiban pemerintah. Suatu kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek jika diharapkan dibayar dalam waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan, misalnya: Utang Fihak Ketiga, Utang Perhitungan Fihak Ketiga, Bagian Lancar Utang Jangka Panjang, baik pokok maupun bunganya, dan Utang Jangka Pendek Lainnya. Sedangkan kewajiban yang diharapkan dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang, misalnya: Utang Luar Negeri dan Utang Dalam Negeri yang dikelola Badan Pengelola Keuangan Daerah sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. Kewajiban diakui pada saat dana pinjaman diterima dan/atau pada saat kewajiban timbul. Kewajiban dicatat sebesar nilai nominal. Pada tanggal neraca, kewajiban dalam mata uang asing dijabarkan dan dinyatakan dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tengah Bank Indonesia pada tanggal neraca. 7.Ekuitas Dana Ekuitas Dana merupakan pos pada neraca pemerintah yang menampung selisih antara Aset dan Kewajiban Pemerintah. Pos Ekuitas Dana terdiri dari 3 (tiga) kelompok, yaitu: Ekuitas Dana Lancar, Ekuitas Dana Investasi dan Ekuitas Dana Cadangan. 89 a. Ekuitas Dana Lancar adalah selisih antara aset lancar dan kewajiban jangka pendek, antara lain: Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran (SILPA), Cadangan Piutang, Cadangan Persediaan dan Dana yang Harus Disediakan untuk Pembayaran Utang Jangka Pendek. b. Ekuitas Dana Investasi mencerminkan kekayaan pemerintah yang tertanam dalam dalam investasi jangka panjang, aset tetap dan aset lain-lain, dikurangi dengan kewajiban jangka panjang. c. Ekuitas Dana Cadangan mencerminkan kekayaan pemerintah yang dicadangkan untuk tujuan tertentu sesuai dengan peraturan perundangundangan. D.Teknik Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara langsung terhadap responden yang terpilih (face to face) . Pertanyaan yang dilakuan merupakan pertanyaan yang bersifat ekploratif terhadap permasalahan. Data Primer yang diperoleh melalui wawancara dengan pejabat dan pegawai Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta. Pera pejabat dan Pegawai yang berkedudukan dibagian keuangan secara sengaja ( purposive ) adalah mereka yang telibat langsung dalam proses pembuatan Laporan Keuangan yang berlaku di Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta. 90 Informasi tentang Laporan Keuangan dapat diperoleh dari Sub. Bagian Keuangan dan beberapa Staf Sub. Bagian Keuangan Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta. Data Sekunder diperoleh dari Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang pelaporan Keuangan dan kinerja instansi Pemerintah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah yang telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 tahun 2007 ,SKPD diwajibkan menyusun laporan Realisasi Anggaran , Neraca dan Catatan atas Laporan Keuangan sebagai bentuk pertanggungjawaban pengguna Anggaran dan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan. E. Metode Analisis Data Setelah turun kelapangan maka dikumpulkan data – data primer dan sekunder. Data sekunder sebagian besar diperoleh dari Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta. Data tersebut berupa bahan tertulis yang ada kaitan dengan Laporan Keuangan dalam bentuk peeraturan petunjuk pelaksanaan ,surat keputusan , maupun bentuk angka – angka seperti laporan realisasi, Neraca, data tersebut diperoleh secara kualitatif dan kuantitatif. Data Primer yang dihasil diperoleh dilapangan berdasarkan hasil Wawancara dengan menggunakan pedoman wawancara. Maka peneliti mengunakan teknik untuk mendapatkan data Subjek Penelitian ini adalah Penerapan Standar Akuntasi 91 Pemerintahan (SAP) Nomor 71 Tahun 2010 pada Laporan Keuangan Pemerintah ( Studi Kasus Dinas Pengawasan dan Penertiban Bangunan Provinsi DKI Jakarta) dalam menyusun data yang dibutuhkan yang berhubungan dengan masalah terkumpul. 92