MODUL PERKULIAHAN PERTEMUAN III PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN PROTESTAN POKOK BAHASAN : Gereja Sesudah Jaman Para Rasul I Fakultas Program Studi Psikologi Psikologi Tatap Muka Pertemuan 03 Kode MK Disusun Oleh 90039 Drs. Sugeng Baskoro, M.M. Abstract Kompetensi Dinamika gereja sesudah jaman para rasul awal serta perjuangannya Mahasiswa mampu memahami perkembangan gereja awal terutama masa para rasul Gereja Sesudah Jaman Para Rasul I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja di segala abad dan tempat menghadapi berbagai tantangan dan pertanyaan, baik yang bersifat klasik maupun yang baru sejalan dengan perkembangan zaman dan konteksnya. Terhadap semua itu gereja harus memberi jawab, jawaban itu harus bersumber dari dan didasarkan pada Firman Tuhan di dalam Alkitab sebagai satu-satunya sumber ajaran dan norma yang benar. Dalam kepercayaan Iman Kristen, Yesus Kristus adalah Kepala Gereja. Persekutuan orang-orang yang percaya kepada Yesus Kristus disebut Gereja. Gereja didirikan oleh-Nya, sementara Roh Kudus-Nya tentu berkarya dalam mengembangkan serta memelihara gereja di dunia. Tanda penyertaan Tuhan bagi gereja-Nya nampak pada saat Ia berjanji bahwa Ia akan menyertai kita sampai akhir zaman (Matius 28:20b). Dalam menjalankan misinya bagi dunia, gereja diperlengkapi dengan berbagai karunia melalui umat yang Tuhan tempatkan dalam gereja untuk menjadi para pelayanNya. Dalam panggilan misinya bagi dunia, gereja mengalami berbagai tantangan dan hambatan, namun dalam keadaan demikian, gereja terus bertumbuh dan semakin bertumbuh. Untuk mengetahuinya dengan lebih baik, kita akan menelusuri hakikat gereja, serta sejarah tentang perkembangan gereja setelah zaman para rasul pada tahap - tahap yang akan dijelaskan kemudian. B. Pengertian Gereja Istilah gereja yang kita sering sebut, berasal dan bahasa Portugis, “Igreya”, yang berarti kawanan domba yang dikumpulkan oleh gembala. Dalam pemakaiannya saat ini, kata Igreya merupakan bentuk terjemahan dan bahasa Yunani, “Kyriake”, sebutan bagi orang-orang yang menjadi milik Tuhan. Artinya, mereka yang percaya dalam iman yang sungguh kepada Yesus Kristus sebagai Juruselamat. Istilah Kyriake baru dipakai setelah zaman para rasul untuk memaknai Gereja dalam arti lembaga yang dekat dengan segala macam peraturan. Itu berarti, dalam Perjanjian Baru sendiri, istilah itu belum ada. Untuk menyebut persekutuan orang-orang beriman, Perjanjian Baru menggunakan istilah “Ekklesia”. Istilah ini dapat diartikan sebagai perkumpulan yang dihadiri oleh orang-orang yang dipanggil untuk berkumpul bersama. Dalam sudut pandang teologis, istilah Ekklesia sering dimaknai sebagai orang-orang yang dipanggil keluar dan dunia. Bukankah Gereja justru harus ada di dalam dunia untuk menjalankan misinya bagi dunia? Dipanggil keluar dan dunia dapat dimaknai sebagai bagaimana seorang hidup dalam kekudusan, tidak tercemar, hidup sebagai manusia baru dan sebagai anak-anak terang (Galatia 3:26, Efesus 4:17-5:21). Itulah gereja yang sesungguhnya. Sementara itu, dalam bahasa Ibrani, kata yang sejajar. dengan Ekklesia adalah “Kahaal” yang berarti umat yang berkumpul untuk berbakti. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa gereja adalah suatu persekutuan atau perkumpulan orangorang yang beriman kepada Yesus Kristus dalam karya Roh Kudus. Oleh karena itu, Gereja adalah persekutuan orang-orang yang beriman, di dalam gereja tidak ada lagi pemisahan berdasarkan status atau derajat, tidak ada lagi perbedaan suku, negara atau pun ras, tidak ada lagi diskriminasi antara perempuan dan laki-laki sebab semua yang menjadi bagian dari gereja, yang dibaptis di dalam nama Kristus, telah dengan sendirinya mengakui Kristus adalah Kepala Gereja dan di dalam Dia, semua manusia sama dan tidak ada perbedaan (Galatia 3:27-28). Demikianlah, Gereja tidak bisa dipahami hanya terbatas pada bangunan, tetapi Gereja terdiri dari manusia, umat kepunyaan Allah dalam Yesus Kristus. Gereja adalah tubuhNya yang memenuhi semua dan segala sesuatu (Efesus 1:23). Dalam pemahaman umat Tuhan, kata “Kepala” memiliki dua pengertian. Pertama adalah, Kepala Suku atau Pemimpin. Dan kedua adalah, Awal atau Pemulaan, yang banyak diterjemahkan menunjuk pada pemimpin atau penguasa. Pengertian awal atau permulaan mengandung arti representasi atau unsur perwakilan. Artinya orang yang menjadi pemimpin mewakili yang dipimpin karena orang-orang yang dipimpin telah dengan sendirinya digambarkan dalam diri seorang pemimpin. Pemahaman teologis dalam kaitannya dengan Gereja adalah bahwa apabila jemaat dipandang sebagai tubuh Kristus, itu berarti bahwa jemaat diwakili di dalam Kristus atau dalam keberadaan Kristus sebagai wujud manusia yang memiliki tubuh. Berbagai perbedaan yang menyatu ini juga sering digambarkan oleh Paulus dengan ungkapan banyak anggota tetapi satu tubuh, namun semua anggota mempunyai tugas yang sama (Roma 12:4). Oleh karenanya dalam gereja terdapat berbagai karunia yang berbeda-beda, dan semua diperhambakan kepada satu kesatuan sebab tidak ada anggota yang mampu berdiri sendiri dan yang memiliki tujuan pada dirinya sendiri. C. Gereja Didirikan Oleh Yesus Kristus Banyak hal yang terjadi dalam sejarah Gereja pada abad pertama. Namun sebelum membahas hal itu, kita harus mengingat kembali awal mulanya Gereja berdiri. Ketika membaca Alkitab, kita menemukan bahwa Tuhan Yesus mengatakan, “Dan Aku pun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya” (Mat. 16:18). Tuhan Yesus mendirikan Gereja-Nya di dunia ini dan mengatakan bahwa alam maut tidak akan menguasainya. Apakah arti perkataan Tuhan Yesus ini? Hal ini adalah jaminan yang diberikan kepada Gereja-Nya dan memang jaminan ini sudah dibuktikan kebenarannya di sepanjang sejarah Gereja pada satu abad pertama. Begitu banyak hal yang terjadi dan kalau dilihat dari kacamata dunia, seharusnya Gereja tidak dapat bertahan sama sekali. Dikatakan bahwa Gereja pada abad pertama berdiri menghadapi begitu banyak tantangan, yaitu serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke dalam Gereja, penolakan-penolakan dari agama-agama lain, perpecahan di dalam Gereja sendiri, dan tekanan serta penganiayaan dari politik atau negara. Namun sejarah mencatat bahwa ketika Gereja yang didirikan oleh Tuhan Yesus mengalami tantangan-tantangan ini, Gereja terus dipelihara oleh Tuhan sendiri sehingga bukan saja bisa bertahan tetapi malah berkembang dengan pesat. Apakah yang menyebabkan hal ini bisa terjadi? Orang dunia banyak menanyakan apa rahasia di balik hal ini? Mari kita mempelajarinya dengan saksama sehingga kita, sebagai Gereja di abad ke-21, juga dapat meneruskan perjuangan Gereja yang sudah dimulai dengan sangat baik di dalam pemeliharaan Tuhan. Hal ini diperlukan demi melanjutkan sejarah Gereja sampai pada generasi yang akan datang sehingga kita dipakai Tuhan menjadi mata rantai yang meneruskan pekerjaan Tuhan melalui Gereja-Nya dan bukan menjadi pemutus rantai sejarah Gereja Tuhan. PERKEMBANGAN GEREJA MULA-MULA DAN SESUDAH ZAMAN PARA RASUL A. Gereja pada Abad Pertama Sejarah dapat mengajarkan begitu banyak hal kepada manusia, baik melalui halhal baik dan indah maupun tidak baik dan bencana sekalipun. Ada satu macam sejarah yang sangat penting yang harus dipelajari oleh seluruh umat Tuhan, yaitu sejarah Gereja. Melalui sejarah Gereja, Allah menyatakan diri sebagai Allah yang memegang kuasa atas seluruh sejarah. Gereja pada abad pertama biasa disebut sebagai Gereja pada zaman rasul-rasul (Apostolic Age). Hal ini dimulai dari hari Pentakosta (setelah kenaikan Tuhan Yesus) sampai pada kematian rasul terakhir yaitu Rasul Yohanes. Periode Apostolik ini berlangsung kurang lebih 70 tahun, dari kira-kira tahun 30-100 M. Tempat berlangsungnya adalah di tanah Palestina dan secara bertahap meluas ke daerah Siria, Asia Minor, Yunani, dan Italia dengan gereja yang pusat terdapat di kota Yerusalem, Antiokhia, dan Roma. Perkembangan Gereja ini merupakan hasil perjuangan para Rasul yang diwakili oleh Rasul Petrus yang banyak mempertobatkan orang Yahudi dan Rasul Paulus yang banyak mempertobatkan orang-orang nonYahudi. Rasul-rasul lain pun tentu saja turut berbagian dalam memberitakan Injil Yesus Kristus ke seluruh dunia. Namun di tengah-tengah kisah perkembangan Gereja Mula-mula ini, ada beberapa hal yang disayangkan terjadi seperti perpecahan di dalam gereja di Korintus. Hal ini terjadi karena adanya beberapa orang yang mengagung-agungkan orang-orang yang memberitakan Injil dan melayani jemaat di sana sehingga muncul golongan-golongan di antara jemaat. Selain itu, Gereja juga mengalami serangan dari ajaran-ajaran sesat yang menyusup ke dalam Gereja. Paulus dan Yohanes adalah rasul yang dengan sangat jelas berjuang melawan ajaran sesat ini. Paulus mencatat hal ini di dalam suratnya kepada jemaat Galatia yang mencampuradukkan Injil Yesus Kristus dengan tradisi Yahudi. Sedangkan Rasul Yohanes berperang melawan ajaran Gnostik yang mulai muncul di akhir abad pertama. Selain itu Gereja juga mengalami penolakan dari agama-agama lain yang sudah ada pada zaman itu. Namun, satu tantangan yang sangat berpengaruh terhadap Gereja adalah tekanan dan penganiayaan dari politik. Di dalam Kisah Para Rasul, kita melihat bahwa para rasul sering kali diadili secara tidak adil, dihukum penjara, cambuk, dan sebagainya. Dicatat mulai dari pasal 5 bahwa para pemimpin agama Yahudi merasa iri dengan perkembangan kekristenan saat itu dan akhirnya memasukkan rasul-rasul ke penjara. Ini diperkirakan terjadi pada tahun 30-40 M. Dimulai dari periode inilah penganiayaan kepada Gereja Mula-mula banyak sekali terjadi. Para Rasul adalah sekelompok orang Kristen yang mengalami penganiayaan terlebih dahulu. Kira-kira sepuluh tahun kemudian baru dimulailah penganiayaan terhadap jemaat Kristen. Mari kita merefleksikan hidup kita dan kembali belajar dari Gereja di abad pertama yang mendapatkan kekuatan untuk bertahan serta berkembang dalam pengenalan akan Tuhan Yesus yang benar. Mari kembali kepada panggilan kita sebagai Gereja milik Kristus yang sudah didirikan di atas dasar batu karang yang teguh, sehingga kita bisa meneruskan mata rantai Gereja Tuhan kepada generasi berikutnya. Teladan yang diberikan oleh Gereja Mula-mula harus kita ikuti dan kembangkan supaya Gereja bisa menyatakan terang Injil Kristus kepada seluruh dunia. Maka kita harus bertekun di dalam pembelajaran Firman Tuhan dan bertekun dalam ibadah serta doa kepada Tuhan untuk memberikan kita kekuatan untuk tetap setia kepada-Nya. Kiranya Tuhan memberikan Anugerah-Nya kepada kita supaya dapat hidup sebagai Gereja yang mampu meneruskan apa yang sudah dimulai dengan baik oleh Gereja di abad pertama. B. Perkembangan Gereja Sesudah Zaman Para Rasul Pada masa sesudah rasul-rasul (kira-kira 70 sampai 140 Masehi) terjadilah perubahan-perubahan besar dalam Gereja Kristen yang muda itu, baik secara lahiriah, maupun secara batiniah. Sangat cepat Gereja itu berkembang ke mana-mana. Selain dari apa yang dapat dibaca dalam kitab Kisah Para Rasul tentang pekerjaan Paulus itu, sebenarnya bagaimana cara berkembangnya Gereja itu tanah Siria, kurang Asia diketahui. Kecil, Segera dan Yunani, terdapat tetapi jemaat-jemaat juga di Mesir, Kristen di Mesopotamia, Italia dan di tempat-tempat yang lebih jauh lagi. Pada masa Paulus jemaat di Roma sudah besar. Rasul Petrus pun pernah bekerja di sana dan di sana pulalah ia mati syahid. Pusat Gereja Kristen pada waktu itu masih di negeri-negeri sekitar pantai Timur Laut Tengah. Perkembangan Gereja yang sepesat itu diakibatkan oleh rajinnya semua orang percaya dalam bersaksi tentang Nama Yesus Kristus. Walaupun demikian, Gereja Masehi itu lama tinggal "kecil" dan lemah saja, kalau melihat tetapi meski akan bilangannya kecil dan kedudukannya di hina yang antara penduduk sekalipun, tinggi. dari kafir yang permulaannya Jemaat-jemaat Kristen banyak Gereja bukan itu, sadar memandang kepada kelompoknya sendiri saja, melainkan mereka merasa dirinya terhisap kepada suatu menganggap persekutuan dirinya menyelamatkan dunia, Kristen sebagai Israel yang tujuan yang luas dan ciptaan rohani am Allah, dan ("katolik"). alat benar, yang Tuhan Gereja untuk bertentangan dengan kaum Yahudi yang durhaka itu dan umat Tuhan yang baru dari zaman akhir. Bagaimanapun secara batiniah tampak perubahan. Mula-mula kaum Kristen sungguh-sungguh sangka mereka mereka terpaksa karena Tuhan menanti-nantikan akan terjadi melengkapi belum juga kedatangan dengan diri segera. untuk datang. Yesus Oleh hidup sebab Akan kembali tetapi terus-menerus itu perlulah yang pada lama-kelamaan di dunia Gereja ini, diberi susunan yang lebih teratur dan kokoh. Setelah zaman para rasul, kita juga dapat melihat bagaimana gereja bertumbuh dalam karya Roh Kudus. Pertumbuhan gereja pada saat itu tidak hanya terbatas pada hal-hal spiritual saja, tetapi juga terangkum dalam tiga hal berikut.: A. Kuantitas Dalam perkembangannya, setelah zaman para rasul, pertumbuhan gereja secara kuantitas (jumlah) mengalami perkembangan yang luar biasa. Antiokhia yang pada waktu itu merupakan pusat pekabaran Injil oleh karya Roh Kudus dijadikan alat perpanjangan tangan bagi terbentuknya gereja di tempat-tempat lain, bahkan sampai di India. Gereja menyadari panggilannya di tengah dunia untuk menjadi saksi Allah. Karena itu, gereja terus bertumbuh dan semakin banyak orang yang menjadi bagian di dalamnya. B. Manajemen Gereja Sebetulnya Perjanjian Baru mengajarkan kepada tiap-tiap orang yang percaya bahwa ia adalah seorang imam, sehingga untuk menghadap Allah, tak perlu seorang pengantara, selain daripada Yesus Kristus. Inilah "imamat am dari semua orang percaya". Akan tetapi sekarang pangkat atau jabatan mulai diutamakan 'klerus', segolongan dalam Gereja. imam yang Terbentuklah suatu mengetahui segala kaum pejabat seluk-beluk atau agama Kristen, sehingga dapat menguasai orang banyak, yaitu anggota Gereja yang biasa, yang bukan klerus. Mereka itu takluk kepada pimpinan imam-imam. Pejabat-pejabat memerintahkan, jemaat menurut saja. Klerus itu berkuasa karena jabatannya dipandang ilahi asalnya, bukan lagi karena pekabarannya dan pekerjaannya sendiri. Inilah bibit "pemerintahan imam" atau 'hierarkhia' dari Gereja Romawi di kemudian hari. Dan segi organisatoris, gereja juga mengalami perkembangan. Kita mengetahui kondisi gereja-gereja awal yang hanya terbatas pada perkumpulan—perkumpulan untuk beribadat. Mereka juga menyadari bahwa gereja bisa bertahan jika didukung oleh manajemen pelayanan yang baik. Mereka sadar bahwa hanya berkumpul saja tidaklah cukup untuk mewartakan kebenaran Injil Tuhan di dunia. Harus ada pembagian tugas atau manajemen pelayanan gereja. Manajemen sederhana gereja pada waktu itu nampak dalam beberapa jabatan gerejawi antara lain : 1. Episkopos/uskup, artinya penilik jemaat. Dalam pemahaman kita kini, mereka bisa disebut sebagai pendeta jemaat atau bapak gembala. 2. Penatua atau presbiter. Umumnya, mereka dipercaya memimpin bagian gereja yang lebih kedil. 3. Diaken atau syamas. Mereka membantu tugas episkopos dan penatua dalam hal pelayanan kepada orang miskin dan menjaga rurnah kebaktian. C. Tata Ibadat atau Liturgi Kebaktian Dan kesaksian Alkitab dalam Kisah Para Rasul 16:40 dan Roma 16:5, kita mengetahui bahwa pada awalnya, orang-orang Kristen pertama tidak mempunyai gedung gereja untuk beribadah. Mereka hanya tersebar di rumah-rumah anggota gereja untuk melaksanakan ibadah. Sekitar tahun 200, di sebuah desa bernama Edessa di wilayah Mesopotamia, gereja pertama dibangun. Mereka menjalankan ibadah pada hari Minggu dengan pemahaman bahwa Tuhan Yesus dibangkitkan pada hari ketiga tepat pada hari Minggu, maka jemaat Kristen berkumpul pada hari Minggu (dari kata 'dominggo', artinya Tuhan, bahasa Portugis). Menurut kebiasaan zaman itu selalu diadakan "perjamuan bersama" dalam perkumpulan itu. Kisah Para Rasul 2:46, "Dengan bertekun dan dengan sehati mereka berkumpul tiap-tiap hari dalam Bait Allah. Mereka memecahkan roti di rumah masing-masing secara bergilir dan makan bersama-sama dengan gembira dan dengan tulus hati”, waktu itu Jemaat berdoa, menyanyi dan mendengarkan pembacaan dan penjelasan Alkitab atau Firman Tuhan. Awalnya, dalam kebaktian gereja belum ada tata ibadah atau liturgi sehingga terjadi kekacauan dalam ibadat (1 Korintus 14). Dan lambat-laun kebaktian dilangsungkan dengan memakai tatacara atau 'liturgia' yang lengkap. Bagian pertama terdiri atas doa, nyanyian, pembacaan Firman Tuhan dan khotbah, sesudah itu jemaat duduk dan makan bersama-sama. Sajian itu dapat dibawa sendiri, masing-masing yang dibawa menurut kesanggupannya. Hidangan itu dianggap sebagai lanjutan perjamuan Yesus dengan murid-murid-Nya. Jemaat yakin bahwa Yesus hadir di dalam roti dan anggur itu, sesuai dengan janji-Nya pada perjamuan yang terakhir. Pemimpin kebaktian mengucapkan syukur atas roti dan cawan; sebab itu dalam Gereja Lama Perjamuan itu disebut juga “Eukharistia” (yang artinya pengucapan syukur). Dalam perkembangannya, kebaktian Gereja menggunakan liturgi atau tata ibadat, bahkan liturgi itu dikembangkan sesuai dengan kebutuhan gereja itu sendiri atau dapat dirancang berdasarkan hak- hak khusus Gereja. C. Pertumbuhan Gereja Zaman Rasul – Rasul Dan Gereja Masa Kini Dalam Pertumbuhan Gereja ada dua arah yang kita harapkan dapat tercapai , yaitu pertumbuhan secara kualitas juga pertumbuhan secara kuantitas. Apabila Gereja hanya mementingkan pertumbuhan secara kualitas tanpa pertumbuhan secara kuantitas bagaimana kita menggenapkan Firman Tuhan agar kita bisa menjadi saksi di Yerusalem , Yudea , Samaria dan sampai ke ujung bumi ,tetapi apabila kita hanya mementingkan Pertumbuhan secara kuantitas tanpa memperhatikan kualitas jemaat , maka Gereja akan menjadi Gereja yang duniawi , yang tidak mungkin akan memimpin umat di dalamnya sampai pada keselamatan di Surga , sehingga pengorbanan Tuhan Yesus diatas kayu salib pun akan menjadi sia–sia. Pada zaman Rasul – Rasul ada tiga perkara yang mempengaruhi Gereja pada masa itu : 1. Peran doa yang sehati , Mereka semua bertekun dengan sehati dalam doa bersama-sama, dengan beberapa perempuan serta Maria, ibu Yesus, dan dengan saudara-saudara Yesus ( Kis 1:14 ).Tuhan Yesus sendiri menyatakan , Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apa pun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."(Matius18:19–20). Pada saat itu ada lebih kurang 120 orang yang berkumpul untuk berdoa tetapi secara hati mereka telah menjadi satu , yang mereka harapkan adalah janji Bapa , agar mereka diperlengkapi dengan kekuasaan dari tempat Maha tinggi ( Luk 24 : 49 ).Melalui doa yang bersatu hati Roh Kudus dicurahkan ( Kis 2 : 1 – 4 ) dan kemuliaan Tuhan melalui pernyataan MujizatNya dinyatakan di tengah –tengah umatNya ( Kis 2 : 43 ). 2. Peran serta Roh Kudus , Rasul – Rasul berkumpul di Yerusalem yaitu untuk menantikan janji Tuhan mengenai pencurahan Roh Kudus , tanpa Roh Kudus murid – murid saat Tuhan Yesus ditangkap dan disalibkan , mereka seperti domba yang kehilangan gembala , bahkan mereka menjadi kecil hati dan menjadi penakut , bahkan Rasul Petrus yang menyatakan rela dipenjara bahkan rela mati bersama – sama dengan Kristus , telah menyangkal Tuhan Yesus sebanyak tiga kali , tetapi apa yang terjadi sesudah hari Pentakosta , saat Roh Kudus dicurahkan ,dipelopori oleh Rasul Petrus , Rasul – rasul bangkit dan mejadi saksi – saksi Tuhan yang berani , dan melalui kuasa Roh Kudus yang bekerja dalam diri Rasul Petrus , Ia berkhotbah pada hari Pentakosta , dalam satu hari saja, ada 3000 orang yang bertobat dan dibaptis , bukan itu saja oleh Kuasa Roh Kudus yang bekerja ditengah – tengah mereka , Rasul – rasul menyatakan Kuasa Tuhan melalui pernyataan tanda heran dan Mujizat – mujizat yang luarbiasa. 3. Peran dari tenaga kerja yang bekerja sama dengan Allah.Sesudah Yudas Iskariot mengkhianati dan menjual Tuhan Yesus , dalam penyesalannya saat Ia melihat Tuhan Yesus ditangkap dan akan disalibkan , Ia mengembalikan uang hasil penjualan Tuhan Yesus dan kemudian ia menggantung dirinya sendiri , dan untuk menggenapkan bilangan Rasul – rasul yang berjumlah 12 orang itu , maka dipilihlah Matias sebagai pengganti Yudas Iskariot. Dalam kitab Amsal ada pernyataan , Kalau tidak ada lembu, juga tidak ada gandum, tetapi dengan kekuatan sapi banyaklah hasil ( Amsal 14 : 4 ) ,Dalam besarnya jumlah rakyat terletak kemegahan raja, tetapi tanpa rakyat runtuhlah pemerintah.( Amsal 14 : 28 ). Dengan adanya 12 Rasul Tuhan bersama – sama dengan murid – murid Tuhan pada saat itu , mereka telah menjadi suatu Laskar yang luar biasa untuk memenangkan banyak jiwa bagi Kerajaan Allah. KESIMPULAN Gereja adalah persekutuan orang-orang yang beriman, di dalam gereja tidak ada lagi pemisahan berdasarkan status atau derajat, tidak ada lagi perbedaan suku, negara atau pun ras, tidak ada lagi diskriminasi antara perempuan dan laki-laki sebab semua yang menjadi bagian dari gereja, yang dibaptis di dalam nama Bapa, Putra dan Roh Kudus, telah dengan sendirinya mengakui Kristus adalah Kepala Gereja dan di dalam Dia, semua manusia sama dan tidak ada perbedaan. Bagaimana Gereja Mula-Mula sering terjadi penganiayaan terhadap para Rasul yang sedang memberitakan Injil, tetapi mereka tetap memperjuangkan Injil agar manusia bisa diselamatkan. Namun, satu tantangan yang sangat berpengaruh terhadap Gereja masa itu adalah tekanan dan penganiayaan dari politik. Dan Gereja juga mengalami penolakan dari agama- agama lain pada zaman itu. Pada masa sesudah Rasul-Rasul terjadilah perubahan-perubahan besar dalam Gereja Kristen yang muda, baik secara lahiriah, maupun secara batiniah. Sangat cepat Gereja itu berkembang ke mana-mana. Setelah zaman para Rasul, kita juga dapat melihat bagaimana gereja bertumbuh dalam karya Roh Kudus. Pertumbuhan gereja pada saat itu tidak hanya terbatas pada hal-hal spiritual saja, tetapi juga pada kuantitas, manajamen dan tata ibadah. Gereja pada masa kini mendambakan pertumbuhan yang luar biasa seperti yang telah terjadi pada Gereja zaman Rasuli , maka seluruh Hamba Tuhan , Pekerja Kudus dan seluruh jemaat , harus membangun Kesatuan hati , mengejar kepenuhan Roh Kudus dan tekun berdoa , agar Kuasa , kemuliaan dan mujizat Tuhan dinyatakan di tengah – tengah GerejaNya , juga kita harus peka terhadap panggilan Tuhan dan bersedia dibentuk untuk menjadi laskar yang kuat untuk membangun Kerajaan Allah di bumi seperti di Surga. Dan selalu berlandaskan akan “FIRMAN TUHAN” DAFTAR PUSTAKA Chandra Kencana, Aries “Artikel Sejarah Gereja: Pembelajaran dari Gereja Mula-Mula” http://www.buletinpillar.org (Diakses Februari 2013) Khotbah Kristen “Pertumbuhan Gereja Zaman Rasul – rasul dan Gereja Masa Kini” http://sermonword.blogspot.com (diakses 16 Desember 2008)