ANALISA PENGENDALIAN INTERN PIUTANG USAHA UNTUK MEMINIMALKAN PIUTANG TAK TERTAGIH (BAD DEBT) PADA PT. INDOMOBIL FINANCE INDONESIA CABANG SEMARANG SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1) pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Disusun Oleh : DYAH AYU SUSILOWATI B12.2013.02478 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO SEMARANG 2017 i ii iii iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN Motto “Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada Tuhanmulah engkau berharap.” (QS. Al-Insyirah,6-8) “Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk merubah dunia.” (Nelson Mandela) Persembahan Alhamdulillah atas berkat rahmat hidayah serta innayah-Nya, saya dapat menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini aku persembahkan untuk: Kedua orang tua tercinta (Bapak M. Saiful Umar dan Ibu Jasimah) Kakakku tercinta Sifaudma Sarina Astutik Adikku tercinta (Ahmad Ari Susanto dan M. Fathoni Latief) Teman-temanku (Da’e, Dina, Yunita, Puput) Ibu kos Nakula 1/39 Nyonya Usman v ABSTRAK Banyak perusahaan memilih untuk melakukan penjualan secara kredit, karena lebih menarik bagi para konsumen yang membeli. Namun penjualan secara kredit mempunyai banyak resiko, di antaranya adanya piutang tak tertagih. Oleh karena itu manajemen atau perusahaan sangat memerlukan pengendalian intern terhadap piutang usaha agar resiko piutang dapat diminimalkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui : (1) pengendalian intern piutang usaha yang diterapkan PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI) agar jumlah piutang tak tertagihnya dapat diminimalkan sekecil mungkin dan (2) tingkat perputaran piutang usaha pada PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI). Objek penelitian ini adalah PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang yang beralamat di Jl. M.H Thamrin No.69A Semarang. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dan jenis data yang digunakan adalah primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat diperoleh simpulan bahwa pengendalian intern piutang usaha untuk meminimalkan piutang tak tertagih (bad debt) yang diterapkan oleh PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang sudah berjalan efektif dan memadai meskipun tingkat piutang tak tertagihnya menunjukan kelemahan. Kata Kunci : Pengendalian Intern,Piutang Usaha vi ABSTRACT Many companies choose to do the credit sales, because it is more attractive to the consumers. However, credit sales have many risks, which is the bad debts. Therefore the management or the company is in need of internal control over accounts receivable so that the credit risk can be minimized. This research aims to understand (1) Internal control of accounts receivable that applied by PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI) in order to mitigate the bad debts and (2) The turnover rate of accounts receivable at PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI). This research object is PT. Indomobil Finance Indonesia - Semarang branch office, which located at 69A M.H Thamrin Street Semarang. Method of data analysis used in this study is descriptive qualitative analysis. This study uses primary data and secondary data which collected by doing interviews and documentation. The result shows that internal control of accounts receivable to mitigate the bad debts that applied by PT. Indomobil Finance Indonesia - Semarang branch office is adequate and has been running effectively, although the rate of the bad debts dispose weak. Keywords: Internal Control, Account Receivable vii KATA PENGANTAR Assalammu’alaikum Wr.Wb Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua berkat dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini dengan judul ANALISA PENGENDALIAN INTERN PIUTANG USAHA UNTUK MEMINIMALKAN PIUTANG TAK TERTAGIH (BAD DEBT) PADA PT. INDOMOBIL FINANCE INDONESIA CABANG SEMARANG yang merupakan syarat untuk menyelesaikan Program Strata satu (S1), Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Natalistyo TAH, M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Bapak Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 3. Bapak Prof. Vincent Didiek Wiet Aryanto. MBA. Ph. D selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang. viii 4. Bapak Yulita Setiawanta, M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 5. Bapak Bambang SE., M.Si., Akt selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu selama proses perwalian. 6. Kepala Unit PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang serta para karyawan yang telah membantu dalam melakukan penelitian. 7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama mengikuti kuliah di Universitas Dian Nuswantoro Semarang. 8. Kedua Orang Tuaku yang selalu memberikan dukungan moral maupun materi, serta selalu mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini. 9. Teman-temanku yang ngeselin tapi ngangenin Puput Juniar, Ike Apriyanti, Nely Carolina dan Heni Istiawati. 10. Teman Kos Nakula 1/39 Apdina Riantini, Dewi Rahmayunita dan khususnya Da’e Oktiva H yang membantu memberikan arahan dalam penyelesaian skripsi ini. Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan hidayah serta inayah-Nya serta membalas budi baik Bapak, Ibu dan Saudara sekalian. Kepada para pembaca, walau masih banyak kekurangan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua khususnya pihak PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang, semoga dapat memperoleh manfaat dari skripsi ini. Wassalamua’alaikum Wr. Wb. Semarang, 24 Juli 2017 ix Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ....................................................... ii PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................................. iii PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ...................................... iv MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................. v ABSTRAK ...................................................................................................... vi ABSTRACT .................................................................................................... vii KATA PENGANTAR .................................................................................... viii DAFTAR ISI ................................................................................................... x DAFTAR TABEL........................................................................................... xiii DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xiv DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xv BAB 1 PENDAHULUAN .............................................................................. 1 1.1 Latar Belakang................................................................................. 1 1.2 Rumusan Masalah............................................................................ 7 1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................. 7 1.4 Manfaat Penelitian ........................................................................... 7 1.5 Sistematika Penulisan ...................................................................... 8 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................... 10 2.1 Telaah Teori ..................................................................................... x 10 2.1.1. Pengendalian Intern ............................................................. 10 2.1.3.1 Pengertian Pengendalian Intern ............................... 10 2.1.3.2 Tujuan Pengendalian Intern ..................................... 10 2.1.3.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern............................ 11 2.1.3.4 Keterbatasan Pengendalian Intern............................ 13 2.1.3.5 Pengendalian Intern Piutang .................................... 13 2.1.2. Piutang ................................................................................. 14 2.1.2.1 Pengertian Piutang ................................................... 14 2.1.2.2 Penggolongan Piutang ............................................. 15 2.1.2.3 Akuntansi Piutang .................................................... 17 2.1.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Besarnya Piutang Tak Tertagih................................................ 17 2.1.2.5 Resiko Kerugian Piutang ......................................... 19 2.1.2.6 Pengakuan Kerugian Atas Piutang........................... 20 2.1.2.6.1 Piutang Tak Tertagih ............................... 20 2.1.2.6.2 Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih 20 2.1.2.7 Rasio yang Berhubungan Dengan Piutang .............. 24 2.1.2.7.1 Tingkat Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) ............................................... 24 2.1.2.7.2 Average Collection Period (ACP) ........... 24 2.1.2.7.3 Rasio Tunggakan ..................................... 25 2.1.2.7.4 Rasio Penagihan ...................................... 25 2.1.2.8 Pengakuan Piutang Usaha ........................................ 26 2.1.2.9 Penyajian Piutang..................................................... 26 2.1.3. Kredit ................................................................................... 27 2.1.3.1 Pengertian Kredit ..................................................... 27 2.1.3.2 Tehnik Analisis Kredit ............................................. 28 2.1.3.3 Persyaratan Kredit .................................................... 29 2.1.3.4 Kebijakan Kredit ...................................................... 30 2.1.3.5 Penyajian Para Langganan dalam Penjualan Kredit 31 2.1.3.6 Kolektibilitas Kredit................................................. 33 2.1.3.7 Penyebab Kredit Bermasalah ................................... 33 xi 2.1.3.8 Penyelamatan Kredit Bermasalah ............................ 34 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu .............................................................. 35 2.3 Kerangka Pemikiran ........................................................................ 40 BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 41 3.1 Objek Penelitian .............................................................................. 41 3.2 Jenis dan Sumber Data .................................................................... 41 3.2.1 Jenis Data ............................................................................. 41 3.2.2 Sumber Data ........................................................................ 41 3.3 Metode Pengumpulan Data ............................................................. 42 3.4 Metode Analisis ............................................................................... 42 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN .............................. 44 4.1 Hasil Analisis ................................................................................... 44 4.1.1 Gambaran Umum Responden .............................................. 44 4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan ................................................. 44 4.1.3 Visi dan Misi PT. Indomobil Finance .................................. 46 4.1.4 Struktur Organisasi .............................................................. 46 4.1.5 Deskripsi Tugas dan Uraian Jabatan Pada PT. Indomobil 4.2 Finance Indonesia Cabang Semarang .................................. 47 Pembahasan ..................................................................................... 52 4.2.1. Sistem Pengendalian Intern Atas Piutang ............................ 52 4.2.2. Bagan Alur Pemberian Kredit.............................................. 71 4.2.3. Analis Jumlah Piutang Tak Tertagih ................................... 73 4.2.4. Perbandingan Unsur Pengendalian Intern Berdasarkan Teori dengan Temuan pada PT. Indomobil Finance Cab. Semarang ....... 74 BAB V PENUTUP .......................................................................................... 79 5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 79 5.2 Saran ................................................................................................ 80 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 81 xii DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu ......................................................... 35 Tabel 4.1 Langkah-langkah untuk menangani over due ............................ 67 Tabel 4.2 Daftar Piutang PT. IMFI Cab. Semarang ................................... 73 Tabel 4.3 Perbandingan Unsur Pengendalian Intern .................................. 74 xiii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Konspetual .......................................................... 40 Gambar 4.1 Struktur Organisasi.............................................................. 45 Gambar 4.2 Bagan Alur Pemberian Kredit ............................................. 71 xiv DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Tabel Pertanyaan ................................................................. 83 Lampiran 2 Pertanyaan ........................................................................... 85 Lampiran 3 Jawaban................................................................... ............ 86 xv BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan bisnis pada dunia usaha yang semakin kompetitif seiring bertumbuhnya perekonomian dan teknologi kini menuntut perusahaan untuk bekerja lebih keras dalam meningkatkan kinerja, melakukan inovasi dan melakukan perluasan usahanya agar mampu bertahan dan menghadapi persaingan dalam mencapai tujuan dari perusahaan. Ketatnya persaingan tidak hanya dialami oleh perusahaan yang bergerak dalam bidang dagang saja, tetapi juga perusahaan yang bergerak dalam bidang industri dan jasa. Ketatnya persaingan membuat pihak manajemen dan pimpinan perusahaan berusaha untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Pada umumnya tujuan dari sebuah perusahaan adalah memperoleh laba (profit oriented) untuk mempertahankan kelangsungan usahanya, kesinambungan operasi perusahaanya dan memuaskan kebutuhan dari konsumenya, sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh. Kesuksesan perusahaan dalam bisnis hanya dapat dicapai melalui pengelolaan yang baik, khususnya pengelolaan manajemen keuangan, sehingga modal yang dimiliki bisa berfungsi sebagaimana mestinya. Laba yang maksimal dapat diperoleh melalui peningkatanvolume penjualan. Menurut Sulaiman (2012) dalam Habibie (2013) mengungkapkan semakin tinggi volume penjualan maka semakin besar pula laba yang akan diperoleh. Dalam kegiatan penjualan, perusahaan dapat menerapkan pembayaran dengan dua cara yaitu dengan membayar secara langsung dan secara kredit. 1 2 Berbagai cara sudah ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan volume penjualan, mulai dari memvariasi produk, melakukan potongan harga, hingga melakukan penjualan secara kredit. Karena persaingan pangsa pasar yang semakin ketat, membuat perusahaan harus mempertahankan usahanya dengan menghasilkan laba. Sehingga diperlukan adanya suatu manajemen strategi bisnis. Strategi merupakan rencana untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu strategi yang dapat dilakukan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan dalam meningkatkan laba adalah dengan melakukan penjualan secara kredit. Menurut Nurjannah (2009) dalam Habibie (2013) mengungkapkan bahwa penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan kas, tetapi menimbulkan piutang kepada konsumen atau disebut piutang usaha, dan barulah kemudian pada hari jatuh temponya, terjadi aliran kas masuk (cash in flow) yang berasal dari pengumpulan piutang tersebut. Piutang usaha terjadi karena perusahaan menjual barang atau jasa kepada konsumen secara kredit. Kebanyakan perusahaan lebih menyukai penjualan secara tunai dibandingkan secara kredit, karena tidak banyak resiko yang akan ditanggung yang dapat merugikan perusahaan. Akan tetapi karena persaingan dalam dunia bisnis semakin ketat dan dengan adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan lain, kini telah memaksa perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit, sehingga menimbulkan adanya piutang. Piutang usaha perlu diperhatikan karena merupakan faktor penting yang mempengaruhi likuiditas modal kerja. Piutang ini merupakan aset lancar yang diharapkan dapat ditagih dan dicairkan dalam waktu dekat yang pembayarannya pada umumnya dilakukan dalam tempo 30 sampai dengan 90 hari. Piutang merupakan uang, barang atau jasa yang diklaim oleh 3 perusahaan, individu, dan organisasi lain yang harus dilakukan penagihan pada waktu jatuh temponya. Untuk itu sebelum suatu perusahaan memutuskan untuk melakukan penjualan secara kredit, maka terlebih dahulu diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan kerugian piutang tak tertagih dan biaya-biaya yang akan timbul dalam menangani piutang. Oleh karena itu penangannya memerlukan perlakuan yang khusus sehingga kerugian piutang tak tertagih dapat dihindari. Pengelolaan piutang sebagian besar dipengaruhi oleh kebijakan kredit dan prosedur penagihan terhadap piutang itu sendiri. Banyak perusahaan memilih untuk melakukan penjualan secara kredit dibandingkan secara tunai karena penjualan secara kredit lebih menarik bagi para konsumen yang membeli, seperti halnya adanya keterbatasan ekonomi masyarakat yang membuatnya tidak mampu membeli suatu barang secara tunai dengan lunas, tetapi dapat membeli suatu barang tersebut dengan mengangsurnya atau dengan kredit yang biasanya akan dikenai DP (down payment) atau uang muka sebagai syarat awal melakukan pengajuan kredit. Penjualan secara kredit dapat menambah tingkat penjualan sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Namun penjualan secara kredit mempunyai banyak resiko, di antaranya adanya piutang tak tertagih, piutang yang terlambat bayar dan kecurangan dalam suatu siklus kerja, seperti tidak mencatat pembayaran dari debitur dan mengantongi uangnya, menunda pencatatan dengan melakukan kas lapping(kecurangan yang timbul karena pencatat piutang merangkap sebagai penerima kas), melakukan pembukuan palsu atas mutasi piutang, dan lain sebagainya, sehingga sangat merugikan perusahaan. Oleh karena itu 4 manajemen atau perusahaan sangat memerlukan pengendalian intern terhadap piutang usaha agar resiko piutang dapat diminimalkan. Pengendalian intern harus dilakukakan dan diterapkan di dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan penjualan dan piutang perusahaan karena apabila pengelolaan kegiatan penjualan dan piutang perusahaan kurang baik, dapat mengakibatkan kerugian terhadap perusahaan dan dapat berimbas terhadap perolehan laba, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi pendapatan perusahaan. Kerugian piutang tersebut dalam istilah akuntansi dikenal dengan (uncollectible account expense, doubtful account expense, atau bad debt expense). Sebaliknya jika pengendalian intern dilakukan dengan baik maka pengelolaan piutang dapat dilakukan dengan mudah dan lancar yang akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Pengendalian intern bertujuan untuk memastikan dilaksanakan dan ditaatinya sistem dan prosedur kebijakan perusahaan, serta untuk mengawasi dan mengontrol siklus penjualan dan penagihan, dari mulai diterimanya pesanan, pengiriman barang atau jasa, pengakuan pendapatan, diterbitkannya faktur, pencatatan buku piutang, penagihan dan penerimaan kas. Runtu dan Elim (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Manado” yang hasilnya menunjukan pengendalian piutang usaha pada PT. BAF Manado berjalan dengan baik. Dera, dkk. (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Piutang dan Kerugian Piutang Tak Tertagih Pada PT. Surya Wenang Indah Manado” yang menunjukan sistem pengendalian internal di PT. Surya 5 Wenang Indah Manado sudah berjalan efektif sesuai dengan pengendalian intern model COSO. Ramadanty, dkk. (2015) melakukan penelitian tentang “Analisis Sistem Pengendalain Intern Piutang Pada CV. Cahaya Niaga Tani” yang hasilnya menunjukan sistem pengendalian intern piutang pada CV. Cahaya Niaga Tani Palembang menunjukan kelemahan diakibatkan seringnya terjadi kelalaian dalam melakukan penagihan kepada konsumen, terlihat masih banyak piutang yang tidak dapat ditagih. Widiasmara (2014) melakukan penelitian tentang “Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT. Wahana Otomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun” yang hasilnya menunjukan prosedur pengendalian intern terhadap piutang usaha PT. WOM Finance, Tbk Cabang Madiun berjalan efektif. Hamel (2013) melakukan penelitian tentang “Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang pada PT. Nusantara Surya Sakti” yang hasilnya menunjukan sistem pengendalian intern yang diterapkan PT. Nusantara Surya Sakti berjalan kurang efektif diakibatkan kurangnya pemeriksaan yang dilakukan audit intern untuk mengatasi praktek pelaporan keuangan dan membantu struktur keuangan dalam menyelesaikan fungsi pertanggung jawaban, sehingga dapat membuka peluang kecurangan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu yang telah memberikan hasil penelitian berbeda, maka penulis bermaksud mereplika penelitian Widiasmara (2014) yang meneliti tentang Analisis Pengendalian Intern 6 Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT. Wahana Otomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun. Persamaan penelitian ini dengan Widiasmara (2014) yaitu dalam melakukan analisis ke lapangan atau survei analisis. Sedangkan perbedaan penelitian adalah pada objek penelitian, penelitian Widiasmara (2014) dilakukan di PT. Wahana Otomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun dan penelitian ini pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang. PT. Indomobil Finance Indonesia merupakan badan usaha milik swasta yang bergerak dalam bidang pembiayaan kendaraan roda 2 (dua) dan roda 4 (empat). Dalam mengoptimalkan layanan terhadap para nasabahnya, PT. Indomobil Finance telah membuka kantor cabang atau perwakilan di beberapa tempat. Keseluruhan dari penjualan yang dilakukan dari perusahaan adalah dengan cara kredit, sehingga PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang mempunyai piutang usaha. Piutang usaha yang diterapkan PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang mengalami kendala, yaitu adanya overdue (keterlambatan dalam pembayaran piutang) dan piutang tak tertagih. Terlihat dari kenaikan piutang tak tertagih pada tahun 2016 yang semula 6,8% menjadi 22,2% pada tahun 2017. Keterlambatan pembayaran tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan hidup perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian intern terhadap piutang usaha sangat dibutuhkan karena mempunyai resiko piutang yang tinggi dan dapat menyebabkan tidak tertagihnya piutang. Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh guna mengetahui bagaimana sebenarnya pengendalian intern piutang usaha PT. IMFI Cabang Semarang, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat sebuah skripsi dengan judul “ANALISA PENGENDALIAN INTERN PIUTANG USAHA UNTUK 7 MEMINIMALKAN PIUTANG TAK TERTAGIH (BAD DEBT) PADA PT. INDOMOBIL FINANCE INDONESIA (IMFI) CABANG SEMARANG”. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu: 1. Apakah pengendalian intern piutang usaha yang diterapkanpada PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI) sudah efektif? 2. Bagaimanakah tingkat piutang usaha pada PT. Indomobil Finace Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk: 1. Mengetahui pengendalian intern piutang usaha yang diterapkan PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI) agar jumlah piutang tak tertagihnya dapat diminimalkan sekecil mungkin. 2. Menganalisis tingkat piutang usaha pada PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI). 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Bagi Peneliti Penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menambah ilmu pengetahuan dalam merumuskan, menganalisa dan memecahkan masalah dengan cara menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama belajar di perguruan tinggi. b. Bagi Perusahaan 8 Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan sebagai bahan evaluasi, sumbangan pikiran berupa pemahaman dan saran pada PT. Indomobil Finance Indonesia mengenai penerapan pengendalian intern piutang usaha untuk meminimalkan jumlah piutang tak tertagih. c. Bagi Umum Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan bahan informasi mengenai penerapan pengendalian intern piutang usaha untuk meminimalkan jumlah piutang tak tertagih dan juga sebagai pembanding apabila pembaca ingin melakukan penelitian yang serupa. 1.5 Sistematika Penulisan Penyusun skripsi ini mengikuti sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN Dalam bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Dalam bab ini berisikan tinjauan pustaka dan beberapa yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. BAB III : METODE PENELITIAN Dalam bab ini berisikan tentang langkah-langkah yang akan dilakukan, tehnik pengumpulan data dan metode analisis. BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini diuraikan objek dari penelitian mengenai sejarah dan struktur organisasi perusahaan, gambaran masalah yang dihadapi, dianalisis maupun pembahasan dengan judul yang dipilih. 9 BAB V : SIMPULAN DAN SARAN Dalam bab ini akan dilihat persoalan yang dapat ditarik dari pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang perlu disampaikan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Telaah Teori 2.1.1 Pengendalian Intern 2.1.1.1 Pengertian Pengendalian Intern Pengendalian intern adalah proses, kebijakan, dan prosedur yang dirancang oleh manajemen untuk memastikan pelaporan keuangan yang andal dan pembuatan laporan keuangan sesuai dengan kerangka akuntansi yang berlaku. (Tuanakotta,2015). Menurut Mulyadi (2016), sistem pengendalian intern merupakan struktur organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen. Menurut Arens, dkk (2011), sistem pengendalian internal adalah sistem yang terdiri dari beberapa kebijaksanaan dan prosedur spesifikasi yang dirancang untuk memberikan manajemen kepastian yang wajar bahwa sasaran dan tujuan penting bagi perusahaan untuk dipenuhi. 2.1.1.2 Tujuan Pengendalian Intern Tujuan pengendalian intern menurut Anastasia & Lilis (2011) COSO (Committee of Sponsoring Organization) yaitu: 1. Efektivitas dan efisiensi operasi 2. Reliabilitas pelaporan keuangan 3. Kesesuaian dengan aturan dan regulasi yang ada 10 11 Menurut Mulyadi (2013), tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan sebagai berikut: 1. Keandalan informasi keuangan 2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku 3. Efektivitas efisiensi operasi Menurut Arens, dkk (2011), tujuan pengendalian intern yaitu: 1. Keandalan laporan keuangan 2. Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi 3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan 2.1.1.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern Dalam mencapai tujuan pengendalian intern, perusahaan dapat menerapkan fungsi-fungsi dan unsur-unsur dari pengendalian intern. Menurut Mulyadi (2016), unsur-unsursistem pengendalian intern terdiri atas empat fungsi sebagai berikut: 1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas. 2. Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang memberikan perlindungan yang cukup terhadap asset, utang, pendapatan, dan beban. 3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit organisasi. 4. Karyawan yang mutunya sesuai tanggung jawabnya. Menurut Mulyadi (2013) pengendalian intern terdiri dari lima unsur yang saling terikat yaitu: a. Llingkungan Pengendalian 12 Lingkungan pengendalian danmempengaruhi kesadaran Lingkunganpengendalian pengendalian menetapkan suatu pengendalian merupakan internalmembentuk corak dasar disiplin untuk dan organisasi orang-orangnya. semua struktur. komponen Lingkungan pengendalian mencakupintegritas dan nilai etika, komitmen terhadap kompentensi, partisipasi dewankomisaris atau komite audit, filosofi dan gaya operasi manajemen, strukturorganisasi, pembagian wewenang dan tanggung jawab, kebijakan dan praktiksumber daya manusia. b. Penaksiran Risiko Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi, analisisdan pengelolaan risiko yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan,sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia. c. Informasi dan Komunikasi Sistem akuntansi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan yangmeliputi sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang dibangun untukmencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan transaksi. d. Aktivitas Pengendalian Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang membantumemastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan untuk menanggulangirisiko dalam pencapaian tujuan. e. Pemantauan Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian internalsepanjang waktu. Pemantauan ini dilaksanakan oleh personel yang semestinyamelakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun 13 pengoperasianpengendalian, pada waktu yang tepat untuk menentukan apakah pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan untuk menentukan apakah pengendalian internal telah memerlukan perubahan karena terjadinya perubahan keadaan. 2.1.1.4 Keterbatasan Pengendalian Intern Menurut Wareen, dkk (2015), sistem pengendalian intern hanya dapat memberikan keyakinan memadai untuk menjaga aset, pengelolaan informasi yang akurat, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Dengan kata lain, pengendalian intern tidak menjadi jaminan. Hal ini disebabkan faktor-faktor berikut: 1. Pengendalian Elemen Manusia Elemen manusia mengakui bahwapengendalian yang diterapkan dan digunakan oleh manusia. Akibatnya, kesalahan manusia dapat terjadi karena kelelahan, kecerobohan, kebingungan, atau salah perhitungan. 2. Pertimbangan Biaya Manfaat Pertimbangan biaya manfaat mengakui bahwa biaya pengendalian intern boleh melebihi manfaatnya. 2.1.1.5 Pengendalian Intern Piutang Menurut Firdaus (2013) beberapa aspek dari pengendalian intern yang baik atas piutang adalah sebagai berikut: 1) Memisahkan fungsi pegawai atau bagian yanag menangani transaksi penjualan (operasi) dan “fungsi akuntansi untuk piutang”. Dengan demikian pegawai yang menangani akuntansi untuk piutang dagang dan wesel tagih tidak boleh dilibatkan dengan aspek operasi seperti menyetujui kredit. 14 2) Pegawai yang menangani akuntansi piutang harus dipisahkan dari fungsi penerimaan hasil tagihan piutang. 3) Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan, dan penghapusan piutang harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang. 4) Piutang harus dicatat dalam buku-buku tambahan piutang (accounts receivable subsidiaty ledger). Total dari saldo-saldo buku tambahan ini harus dicocokan dengan buku besar yang bersangkutan, paling tidak sebulan sekali. Di samping itu, pada akhir bulan para pelanggan (debitur) harus dikirimkan surat pernyataan piutang (statement of account). 5) Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging schedule). 2.1.2 Piutang 2.1.2.1 Pengertian Piutang Piutang merupakan klaim perusahaan kepada pihak perusahaan lain dalam bentuk uang, barang, jasa atau dalam bentuk aktiva non kas lainya yang harus dilakukan penagihan pada waktu jatuh temponya (Syakur, 2015). Menurut Wareen, dkk (2015), piutang mencakup seluruh uang yang diklaim terhadap entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain. Sedangkan menurut Margaretha (2011) piutang adalah aktiva atau kekayaan yang timbul karena akibat dari dilakukanya penjualan secara kredit. Adapun menurut Jusup (2011), piutang merupakan hak untuk menerima sejumlah uang di waktu yang akan datang yang timbul dari transaksi pada saat ini. Menurut Rudianto (2012), piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang, atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu. 15 2.1.2.2 Penggolongan Piutang Menurut Dedhy Yie Ke (2006), penggolongan piutang dikelompokan menjadi tiga hal berdasarkan asal transaksi, bentuk dan jatuh temponya. Penggolongan piutang tersebut sebagai berikut: a. Berdasarkan asal transaksi 1) Piutang usaha adalah piutang yang dihasilkan dari transaksi penjualan produk perusahaan dengan pembayaran setelah barang tersebut diserahkan. 2) Piutang lain-lain adalah piutang yang bukan berasal dari transaksi penjualan produk atau jasa utama perusahaan, misalnya : a) Piutang kepada karyawan, direksi atau pemegang saham b) Piutang deviden hasil investasi atau piutang deviden dari anak perusahaan c) Piutang kepada anak atau induk perusahaan b. Berdasarkan bentuk 1) Piutang tanpa janji tertulis adalah pemberian piutang yang secara formal atas dasar kepercayaan tanpa ada perjanjian tertulis dan penagihan piutang berdasarkan bukti transaksi berupa invoice/faktur. 2) Piutang dengan janji tertulis (piutang wesel) adalah janji tertulis dari debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu yang telah ditentukan. c. Berdasarkan jatuh temponya 1) Berdasarkan jangka pendek adalah piutang yang jatuh kurang dari satu periode akuntansi atau satu siklus operasi normal. 16 2) Berdasarkan jangka panjang adalah piutang yang jatuh temponya tidak termasuk dalam piutang jangka pendek. Selanjutnya menurut Jusup (2011), piutang dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1) Piutang Usaha adalah adalah tagihan perusahaan kepada konsumen yang melakukan transaksi secara kredit. 2) Piutang Wesel adalah tagihan perusahaan yang didukung dengan instrumen formal sebagai bukti tagihan yang disebut surat wesel. 3) Piutang lain-lain, mencakup semua tagihan yang bukan piutang usaha. Termasuk dalam jenis piutang ini adalah: a. Piutang yang timbul dari pinjaman kepada pihak lain. b. Pinjaman kepada para karyawan. c. Uang muka gaji kepada karyawan. d. Uang muka pajak (pajak yang ditangguhkan). Menurut Rudianto (2012), berdasarkan jenis dan asal piutang dalam perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, diantaranya adalah: 1. Piutang Usaha, yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan normal perusahaan, piutang usaha biasanya akan dilunasi dalam tempo kurang dari satu tahun, sehingga piutang usaha dikelompokan kedalam kelompok aset lancar. 2. Piutang Bukan Usaha, yaitu piutang yang timbul bukan sebagai akibat dari penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Termasuk dalam kelompok: a. Persekot dalam kontrak pembelian 17 b. Klaim terhadap perusahaan angkutan atas barang yang rusak atau hilang c. Klaim terhadap perusahaan asuransi atas kerugian yang ditanggungjawabkan d. Klaim terhadap karyawan perusahaan e. Klaim terhadap restitusi pajak f. Piutang deviden g. Dan lain-lain 2.1.2.3 Akuntansi Piutang Menurut Jusup (2011), masalah akuntasi yang berkaitan dengan piutang usaha meliputi tiga hal diantaranya: 1. Pengakuan piutang usaha 2. Penilaian piutang usaha 3. Penyelesaian piutang usaha Menurut Rudianto (2012), sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, piutang dicatat dan diakui sebesar jumlah bruto (nilai jatuh tempo) dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak akan diterima. Itu berarti piutang harus dicatat sebesar jumlah yang diharapkan akan dapat ditagih. 2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang Tak Tertagih Menurut Riyanto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya dana yang diinvestasikan dalam piutang adalah sebagai berikut: 1. Volume Penjualan Kredit Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, semakin besar volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu 18 harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin besar jumlah piutang berarti makin besar risiko tidak tertagihnya piutang, tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya. 2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit Syarat pembayaran penjualan kredit biasanya dinyatakan dengan term tertentu, misalnya: 3/15/net 30, yang artinya bahwa apabila pembayaran dialakukan dalam waktu 15 hari sesudah waktu penyerahan barang, pembeli akan mendapatkan potongan tunai (cash discount) sebesar 3% dari harga penjualan, dan pembayaran paling lambat dilakukan dalam waktu 30 hari sesudah waktu penyerahan barang. 3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batasan maksimum kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi batas maksimal kredit yang ditetapkan bagi masing-masing langganan, berarti semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Dengan demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin selektif para langganan yang diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian maka pembatasan kredit disini bersifat baik kuantitatif maupun kualitatif. 4. Kebijaksanaan Dalam Pengumpulan Piutang Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang secra aktif atau pasif. Perusahaan yang melakukan kebijaksanaan secara aktif, maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dalam menggunakan cara 19 ini, maka piutang yang adaakan cepat tertagihsehingga akan lebih memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar. 5. Kebijaksanaan Membayar dari Para Langganan Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam cash discount period atau sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang. apabila sebagian besar para langganan membayar dalam waktu selama discount period maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat bebas, yang artinya makin kecilnya investasi dalam piutang. 2.1.2.5 Risiko Kerugian Piutang Menurut Jusup (2011) kerugian piutang yaitu apabila si debitur tidak mau atau tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini dalam akuntansi disebut dengan kerugian piutang. Dalam akuntansi, kerugian akibat piutang tak dapat ditagih dicatat dengan mendebet akun kerugian piutang. Kerugian semacam ini merupakan hal normal dan risiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan yang melakukan penjualan secara kredit. Ditinjau dari sudut pandang manajemen, adanya kerugian piutang dalam jumlah yang wajar menunjukan bahwa kebijakan kredit yang ditetapkan perusahaan sudah tepat. Sebaliknya, kerugian piutang yang terlalu tinggi dapat diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar. 20 2.1.2.6 Pengakuan Kerugian Atas Piutang 2.1.2.6.1 Piutang Tak Tertagih Piutang tak tertagih adalah kerugian pendapatan yang memerlukan ayat jurnal yang tepat dalam akun, penurunan aktiva piutang dan penurunan yang berkaitan dengan laba dan ekuitas pemegang saham (Kieso, dkk: 2008). Menurut Wareen, dkk (2015), beban operasi yang dicatat dalam piutang yang tak tertagih disebut beban piutang tak tertagih (bad debt expense). Istilah lainya adalah beban piutang ragu-ragu (uncollectible account expense atau doubtful account expense. Tidak ada aturan umum untuk menentukan kapan piutang tersebut dianggap tidak tertagih. Namun ada beberapa indikasi bahwa suatu piutang tidak dapat ditagih, diantaranya: 1. Saat piutang sudah jatuh tempo. 2. Pelanggan tidak menanggapi usaha perusahaan untuk menagih. 3. Pelanggan pailit. 4. Usaha pelanggan tutup. 5. Kegagalan dalam mencari lokasi atau menghubungi pelanggan. Jika pelanggan tidak membayar, perusahaan dapat menyewa jasa agensi penagihan (debt collector). Setelah debt collector melakukan upaya penagihan, seluruh saldo piutang yang tersisa dianggap tidak tertagih. 2.1.2.6.2 Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih Piutang yang tidak dapat ditagih merupakan risiko dari penjualan kredit. Tetapi secara akuntansi hal tersebut tetap harus dilaporkan dan dilakukan pencatatan untuk kepentingan manajemen dan pihak luar berkaitan dengan pajak. 21 Menurut Wareen, dkk (2015), terdapat dua metode akuntansi untuk piutang tak tertagih yaitu: 1) Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method) Pada metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak akan dicatat sampai piutang pelanggan dianggap benar-benar tidak bisa ditagih. Pada saat ini piutang pelanggan akan dihapus. Sebagai contoh, piutang sebesar Rp 4.200.000 atas nama D.L Rosslina diputuskan tidak dapat ditagih. Ayat jurnal untuk menghapus piutang tak tertagih adalah sebagai berikut: Beban Piutang Tak Tertagih Piutang Usaha 4.200.000 4.200.000 Piutang usaha yang telah dihapus mungkin dapat ditagih kemudian. Dalam kasus tersebut, piutang akan dicatat kembali dengan sebuah ayat jurnal yang membalik ayat jurnal penghapusan piutang. Kas yang diterima dalam pembayaran kemudian dicatat sebagai penerimaan atas pembayaran piutang. ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat kembali piutang yang telah dihapuskan dan penerimaan kas atas pembayaran piutang tersebut adalah sebagai berikut: Piutang Usaha Beban Piutang Tak Tertagih Kas 4.200.000 4.200.000 4.200.000 Piutang Usaha 2) Metode Penyisihan (Allowance Method) 4.200.000 22 Metode penyisihan mengestimasi jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dan mencatat beban piutang tak tertagih berdasarkan estimasi tersebut setiap akhir periode akuntansi. Berdasarkan estimasi tersebut, beban piutang tak tertagih kemudian dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian. Sebagai contoh, perusahaan Indotone memualai operasinya pada bulan Agustus dan memilih menggunakan tahun kalender sebagi tahun fisiknya. Pada tanggal 31 Desember 2014, Indotone memiliki saldo piutang usaha sebesar Rp 200.000.000 termasuk beberapa piutang yang telah lewat jatuh temponya. Berdasarkan data industry sejenis, Indotone mengestimasi sebesar Rp 30.000.000 dari piutang usahanya yang tidak akan dapt ditagih. Akan tetapi, Indotone belum mengetahui utang pelanggan mana yang dianggap tak tertagih. Oleh karena itu, akun pelanggan tertentu tidak dapat dikreditkan atau dikurangkan. Sebagai gantinya, akun kontra aset, Penyisihan Piutang Tak Tertagih (Allowance for Doubtful Accounts) dikreditkan untuk mengestimasi piutang tak tertagih. Dengan menggunakan estimasi sebesar Rp 30.000.000, ayat jurnal penyesuaian berikut ini dibuat pada tanggal 31 Desember 2014. Beban Piutang Tak Tertagih Penyisihan Piutang Tak Tertagih 30.000.000 30.000.000 Estimasi Piutang Tak Tertagih Ayat jurnal penyesuaian tersebut akan mempengaruhi laporan posisi keuangan dan laporan laba rugi. Pada laporan laba rugi, ayat jurnal penyesuaian mencatat beban piutang tak tertagih sebesar Rp 30.000.000 yang akan dipadankan atau ditandingkan dengan pendapatan terkait periode 23 tersebut dilaporan laba rugi. Pada laporan posisi keungan, ayat jurnal penyesuaian mengurangi nilai piutang yang diharapkan dapat direalisasikan menjadi kas. Jumlah ini yaitu Rp 170.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp 30.000.000), disebut nilai realisasi bersih dari piutang. Menurut Rudianto (2012), untuk menghapus suatu piutang terdapat dua metode yang bisa digunakan, yaitu: 1. Metode Cadangan Kerugian Piutang Dalam membuat cadangan kerugian piutang/piutang tidak tertagih, terdapat dua dasar utama yang dapat digunakan, yaitu: 1) Jumlah penjualan (persentase tertentu dari penjualan), yang berarti cadangan kerugian piutang pada persentase tertentu dari saldo akun penjualan pada saat cadangan kerugian piutang tersebut ditetapkan, atau didasarkan pada persentase tertentu dari taksiran jumlah penjualan atau jumlah penjualan kredit selama periode bersangkutan. Selain didasarkan pada saldo akun penjualan atau saldo akun penjualan kredit, penetapan besarnya cadangan kerugian piutang juga dapat didasarkan pada persentase tertentu dari anggaran penjualan atau didasarkan pada persentase tertentu dari anggaran penjualan kredit di tahun bersangkutan. 2) Saldo Piutang: a. Persentase tertentu dari saldo piutang, yang berarti cadangan kerugian piutang didasarkan pada saldo akun piutang pada saat piutang tersebut diterapkan atau didasarkan pada taksiran penjualan kredit pada periode bersangkutan. 24 b. Analisis umur piutang, yaitu metode pembuatan cadangan kerugian piutang di mana cadangan piutang yang tidak dapat ditagih dari suatu perusahaan didasarkan pada besarnya risiko atau kemungkinan tidak tertagihnya suatu piutang. dasar dari metode ini adalah pemikiran bahwa semakin lama umur piutang, semakin besar kemungkinan terjadinya kemacetan proses penagihan piutang tersebut. 2. Metode Penghapusan Langsung, yaitu metode penghapusan piutang dengan cara menunggu sampai diperoleh kepastian bahwa piutang tersebut benarbenar tidak dapat ditagih, tanpa perlu dibuat estimasi terlebih dahulu. 2.1.2.7 Rasio Yang Berhubungan Dengan Piutang 2.1.2.7.1 Tingkat Perputaran Piutang (Receivable Turn Over) Menurut Sutrisno (2009) account receivable turn over dimaksudkan untuk mengukur likuiditas dan efisiensi piutang. Tingkat perputaran piutang tergantung dari syarat pembayaran yang diberikan oleh perusahaan. Makin lama syarat pembayaran semakin lama dana atau modal terikat dalam piutang, yang berarti semakin rendah tingkat perputaran piutang. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Penjualan Kredit Per Tahun Tingkat perputaran piutang = Rata-Rata Piutang 2.1.2.7.2 Average Collection Period (ACP) Menurut Sutrisno (2009) Average Collection Period (ACP) adalah perbandingan antara piutang usaha dan rata-rata penjualan per hari. ACP mengukur rata-rata waktu penagihan atas penjulan. Semakin pendek ACP, semakin baik kinerja perusahaan tersebut karena modal yang yang tertanam dalam bentuk piutang kecil 25 sekaligus mencerminkan system penagihan piutang berjalan dengan baik. Jika ACP terlalu panjang, kemungkinan yang terjadi yaitu: a. Perusahaan memberikan term of payment yang terlalu panjang kepada konsumen atau distributor. b. Piutang perusahaan banyak yang macet. Perhitungannya adalah sebagai berikut: 360 ACP = Tingkat Perputaran Piutang 2.1.2.7.3 Rasio Tunggakan Menurut Keown (2008), rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa besar jumlah piutang yang telah jatuh tempo dan belum tertagih dari sejumlah penjualan kredit yang dilakukan. Perhitungannya adalah sebagai berikut: Jumlah Piutang Tertunggak Pada Akhir Periode Rasio Tunggakan = X 100% Total Piutang Pada Periode yang Sama 2.1.2.7.4 Rasio Penagihan Menurut Keown (2008) rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana aktivitas penagihan yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tertagih dari total piutang yang dimiliki perusahaan. perhitungannya adalah sebagai berikut: Jumlah Piutang Tak Tertagih Rasio Penagihan = X 100% Total Piutang Semakin besar nilai piutang yang tertagih berarti semakin besar nilai persentase dari rasio penagihan, sebaliknya semakin kecil nilai piutang yang tertagih berarti semakin kecil pula nilai persentase dari rasio penagihan tersebut. Atau besar kecilnya 26 nilai persentase dari rasio penagihan berbanding lurus dengan total piutang yang tertagih. 2.1.2.8 Pengakuan piutang usaha Menurut Kieso (2008) dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur (invoice). 1. Diskon Dagang Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang atau kuantitas. Diskon dagang semacam ini digunakan untuk menghindari perubahan yang sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarmya. 2. Diskon Tunai (Diskon Penjualan) Diskon tunai diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk istilah seperti 4/10, n/30 (diskon 4% jika dibayarkan dalam 10 hari, jumlah kotor jatuh tempo dalam 30hari), atau 4/10 E.O.M. net 30, E.O.M. (diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari dari akhir bulan dengan pembayaran penuh dilakukan pada hari ke 30 bulan berikutnya. 2.1.2.9 Penyajian Piutang Menurut Kieso (2008), aturan umum dalam pengklasifikasian piutang yaitu: 1. Memisahkan berbagai jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika material. 27 2. Menjamin bahwa akun penilaian secara tepat mengoffset akun piutang yang terkait. 3. Menentukan bahwa piutang yang diklasifikasikan dalam kelompok aktiva lancar akan dikonversikan kedalam kas dalam satu tahun atau satu siklus operasi, tergantung mana yang kebih panjang. 4. Mengungkapkan setiap kontijensi kerugian yang ada pada piutang. 5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan. 6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari risiko yang berasal dari piutang. 2.1.3 Kredit 2.1.3.1 Pengertian Kredit Istilah kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu Credere yang memiliki arti kepercayaan (faith atau trust). Secara umum, keredit berarti pemberian fasilitas pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman non tunai (non-cash loan) (Budisantoso dan Nuritomo, 2014). Menurut Iskandar (2013), kredit adalah piutang bagi bank atau lembaga keuangan bukan bank, maka pelunasannya (repayment) merupakan kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur terhadap utangnya, sehingga risiko kredit macet dapat dihindarkan. Menurut Kasmir (2012), kredit merupakan kepercayaan pemberi kredit kepada penerima kredir, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga 28 mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan jangka waktunya. 2.1.3.2 Tehnik Analisis Kredit Dalam menjalankan aktivitas kredit yang sehat, terdapat prinsip 5C yang digunakan untuk menghindari dan memperkecil risiko kredit yang mungkin terjadi. Menurut Margaretha (2011), metode analisis 5C yang digunakan untuk mengukur kualitas kredit yaitu: 1. Karakter (Character) Merupakan penelitian atas kepribadian pelanggan yang menunjukan kemungkinan bahwa pelanggan secara jujur dan sadar mau memenuhi kewajibanya. Semua itu menjadi ukuran “kemauan” membayar. 2. Kemampuan (Capacity) Merupakan penelitian subjektif atas pelanggan untuk membayar kredit beserta bunganya tepat pada waktu yang telah disepakati. Alat ukurnya adalah catatan prestasi bisnis yang telah dilengkapi dengan pengamatan langsung di pabrik/kantor pelanggan. 3. Modal (Capital) Merupakan penilaian kekuatan financial yang dilengkapi oleh pelanggan. Alat ukurnya adalah laporan keuangan. 4. Jaminan (Collateral) Merupakan bentuk aktiva yang diberikan oleh pelanggan sebagai jaminan keamanan atas kredit yang diberikan. 5. Kondisi (Condition) 29 Merupakan gambaran atau dampak kondisi perekonomian perusahaan secara umum maupun industri terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi kewajibannya. 2.1.3.3Persyaratan Kredit Dalam menetapkan persyaratan kredit, perusahaan perlu mempertimbangkan beberapa hal berikut ini: a. Standar Kredit Menurut Syamsudin (2009), standar kredit dari suatu perusahaan dapat didenefisikan sebagai kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang pelanggan sebelum dapat diberikan kredit. Hal-hal seperti nama baik pelanggan sehubungan dengan kredit, atau pembayaran utang-utang dagangnya, baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaanperusahaan lain, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran utang dagang dan beberapa rasio keungan tertentu dari perusahaan pelanggan akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum memberikan atau melakukan penjualan kredit. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud mengubah standar kredit yang diterapkan yaitu: 1. Biaya administrasi, bilamana perusahaan memperlunak standar kredit yang diterapkan, berarti banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas yang tidak dapat dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit tersebut juga akan semakin kecil dan tugas-tugas itu semakin sedikit. Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa perlunakan standar kredit yang lebih ketat akan mengurangi biaya administrasi. 30 2. Investasi dalam piutang, semakin besar piutang semakin besar pula biayabiayanya. Perlunakan standar kredit diharapkan dapat meningkatkan volume penjualan, sedangkan standar kredit yang semakin ketat akan menurunkan volume penjualan. 3. Kerugian piutang, akan semakin meningkat dengan diperlukannya standar kredit, dan akan menurun apabila standar kredit diperketat. 4. Volume penjualan, apabila standar kredit diperlunak maka diharapkan akan dapat meningkatkan volume penjualan, dan sebaliknya jika perusahaan memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapat diperkirakan bahwa volume penjualan akan menurun. b. Syarat Kredit (Credit Term) Syarat kredit adalah ketentuan yang ditetapkan perusahaan terhadap pelanggan untuk untuk membayar utangnya. Persyaratan kredit meliputi hal sebagai berikut: 1. Potongan tunai, besarnya potongan tunai yang diberikan dapat ditentukan oleh titik di mana biaya yang dikeluarkan sama dengan manfaat yang akan diterima oleh perusahaan. 2. Periode kredit, perubahan dalam periode kredit (misalnya dari net 30 hari menjadi 60 hari) juaga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan. Perpanjangan periode kredit dapat meningkatkan volume penjulan tetapi baik rata-rata pengumpulan piutang maupun kerugian piutang juga akan meningkat. 2.1.3.4 Kebijakan Kredit Menurut Atmaja (2008), kebijakan kredit terdiri atas empat variabel: 31 1. Periode kredit, yaitu jangka waktu kredit yang diberikan. Menaikkan periode kredit pada umumnya dapat mendongkarak penjualan, namun ada biaya perubahan bagi perusahaan, misalnya pembayaran tertunda. 2. Standar kredit, yaitu merujuk pada kemmampuan keuangan minimal yang harus dimiliki calon penerima kredit serta jumlah kredit yang tersedia bagi masing-masing pelanggan. 3. Kebijakan pengumpulan, yaitu merujuk pada prosedur-prosedur yang digunakan oleh perusahaan untuk menagih piutang yang sudah jatuh tempo. 4. Kebijakan diskon untuk pembayaran yang dipercepat, termasuk didalamnya jumlah dan periode diskon. Jika perusahaan hanya memberikan kredit kepada sejumlah kecil pelanggan yang terbaik, ia tidak pernah mengalami bad debt, namun disisi lain penjualan tidak bisa maksimal. Dalam menentukan standar kredit, manajer kredit memerlukan suatu ukuran tentang kualitas kredit. Kualitas kredit berbicara tentang probabilitas penerima kredit tidak dapat membayar hutangnya (probability of default). Pada umumnya probabilitas kegagalan tersebut dilakukan secara subyektif terhadap masing-masing pelanggan. 2.1.3.5 Penyajian Para Langganan dalam Penjualan Kredit Riyanto (2010) mengungkapkan langkah-langkah yang perlu untuk penyaringan para langganan dalam rangka usaha preventif untuk memperkecil risiko tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak diharapkan, yaitu sebagai berikut: 1. Penentuan Besarnya Risiko yang Akan Ditanggung oleh Perusahaan 32 Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan harus ditentukan lebih dahulu “batas risiko” yang ditanggung oleh perusahaan, yang akan disediakan sebagai cadangan piutang, misalnya ditentukan bahwa risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan tersebut adalah 10% dari jumlah piutang tidak terbayar, hal tersebut tidaklah dianggap sebagai hal yang tidak terduga. Ketentuan persentase ini perlu untuk memperhitungkan keuntungan yang diharapkan akan diterima. 2. Penyelidiakn Tentang Kemampuan Perusahaan untuk Memenuhi Kewajibannya Penyelidikn Tentang Kemampuan Perusahaan untuk Memenuhu Kewajibannya dapat mengadakan klasifikasi dari langganan, apakah mereka termasuk golongan risiko 5%, 10%, 15%, atau lebih, perlulah perusahaan mengadakan penyelidikan mengenai kempampuan perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajiban finansialnya. Selain itu juga tidak hanya menyangkut bidang matetial saja, akan tetapi mengenai sifat dan watak dari para langganan, apakah mereka mempunyai kebiasaan dan kesediaan untuk selalu memenuhi kewajibannya. 3. Mengadakan Klasifikasi dari Para Langganan Berdasarkan Risiko Pembayarannya Setelah mengadakan penyelidikan mengenai kemampuan dan keadaan perusahaan, sifat, kebiasaan, dan moril dari pemimpin perusahaan yang bersangkutan, maka dapat mengklasifikasikan para langganan berdasarkan risiko tidak memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya terdapat risiko 5%, 10%, 15%, dan seterusnya. 4. Mengadakan Seleksi Para Langganan 33 Berdasarkan penggolongan tersebut perusahaan dapat memutuskan untuk tidak memberikan kredit penjual atau memperberat syarat pembayaran kepada langganan-langganan yang termasuk dalam golongan risiko yang lebih tinggi dari 10%, sehingga kredit penjual hanya diberikan kepada para langganan dari golongan 10% ke bawah. 2.1.3.6 Kolektibilitas Kredit Menurut Kasmir (2012) kolektibilitas kredit dapat di kelompokan sebagai berikut: 1. Kredit lancar, yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan pembayaran tagihan dalam jangka waktu 8 hari samapai dengan 30 hari. 2. Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang mengalamai penundaan pembayaran tagihan dalam jangka waktu 31 hari sampai dengan 90 hari. 3. Kredit diragukan, yaitu kredit yang mengalami penundaan pembayran tagihan dalam jangka waktu 91 hari sampai dengan 200 hari. 4. Kredit macet, yaitu kredit yang mengalami penundaan pembayaran tagihan dalam jangka waktu 201 selesai. 2.1.3.7 Penyebab Kredit Bermasalah Menurut jurnal Widiasmara (2014), penyebab kredit bermasalah adalah sebagai berikut: 1) Faktor Kelemahan a. Kelemahan perusahaan dalam menganalisis, sehingga salah dalam membuat keputusan pemberian kredit. b. Kelemahan perusahaan dalam melakukan pengawasan. c. Kelemahan nasabah dalam menggunakan dana pinjaman. 34 2) Faktor Moral a. Tindakan intern perusahaan yang dengan sengaja tidak menerapkan prinsip kehati-hatian. b. Tindakan intern perusahaan yang dengan sengaja tidak menerapkan praktek perbankan yang sehat. 3) Faktor Keadaan a. Adanya risiko bisnis yang tidak terelakan b. Adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh buruk terhadap bisnis atau aktivitas nasabah. c. Adanya musibah atau bencana yang tidak dapat dihindari. 2.1.3.8 Penyelamatan Kredit Bermasalah Menurut jurnal Widiasmara (2014), dalam usaha mengatasi timbulnya kredit bermasalah, pihak perusahaan dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan sebagai berikut: a. Penjadwalan Ulang (Rescheduling) Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban debitur. b. Persyaratan Ulang (Reconditioning) Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran. c. Penataan Ulang (Restructuring) Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang mendasari pemberian kredit. 35 d. Eksekusi Barang Jaminan Adalah penjulan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka pelunasan utang. 2.2 Hasil Penelitian Terdahulu Hasil penelitian yang relevan menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan penelitian ini. Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang relevan. Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu N o 1. 2. Nama dan Tahun Penelitian Risky Donald Runtu, Ingriani Elim (2016) Arya Pratama Dera, Juri J Sondakh, Jessy D.L Warongan (2016) Judul Penelitian Tujuan dan Metode Penelitian Hasil Penelitian Analisis Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Manado Tujuan penelitian: Untuk mengetahui pengendalian internal piutang usaha pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Manado Menunjukan bahwa pengendalian internal piutang usaha pada PT. BAF Manado berjalan dengan baik. Diketahui dari perusahaan memiliki SOP yang jelas. Selain itu perusahaan juga di tunjang dengan karyawan yang kompeten. Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Piutang dan Kerugian Piutang Tak Tertagih Pada Metode penelitian: Metode deskriptif dengan menggambarkan dan menginterpretasika n objek sesuai dengan apa adanya. Tujuan penelitian: Menganalisis dan mengetahui efektivitas system pengendalian internal piutang dan perlakuan atas kerugian piutang tak tertagih pada Menunjukan bahwa sistem pengendalian internal yang diterapkan pada PT. Surya Wenang Indah Manado sudah berjalan efektif 36 3. 4. Natalia Nur Afifah, Santirianingru m Soebandhi, Rony Wardhana (2015) Putri Ramadanty, Maulan Irwadi, Muhammad Hidayat (2015) PT. Surya PT. Surya Wenang Wenang Indah Indah Manado. Manado Metode penelitian: Analisa deskriptif kualitatif dengan menganalisa dan membandingkan data yang diperoleh oleh PT.Surya Wenang Indah Manado. Analisis Tujuan penelitian: Sistem Untuk mengetahui Pengendalian implementasi Internal Atas sistem Piutang Pada pengendalian PT. GIS internal atas piutang pada PT GIS sudah sesuai atau tidak dengan SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik). Analisis Sistem Pengendalain Intern Piutang Pada CV. Cahaya Niaga Metode penelitian: Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan cara: Penelitian kepustakaan (Library Research), Penelitian lapangan (Field Research) (Observasi, Dokumentasi, Wawancara). Tujuan penelitian: Untuk mengetahui dan menganalisis sistem pengendalian intern piutang sesuai dengan pengendalian intern model COSO. Menunjukan bahwa sistem pengendalian internal atas piutang pada PT. GIS belum berjalan sesuai dengan komponen sistem pengendalian internal yang dijelaskan dalam SPAP (Standar Profesional Akuntan Publik) SA seksi 319 (IAPI DSP, 2013:2). Dikarenakan lingkungan pengendaliannya tidak sesuai dengan SPAP SA seksi 319. Menunjukan bahwa sistem pengendalian intern piutang pada CV. Cahaya Niaga 37 Tani 5. Anny Widiasmara (2014) Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Untuk Meminimalka n Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT. Wahana Ottomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun pada CV.Cahaya Niaga Tani diterapkan. Tani Palembang menunjukan kelemahan.Diket ahui seringnya Metode penelitian: terjadi kelalaian Analisa kualitatif dalam melakukan dilakukan terhadap penagihan data yang berupa terhadap informasi, uraian konsumen, dalam bentuk terlihat masih bahasa prosa atau banyak piutang bahasa baku, yang tak tertagih kemudian dikaitkan dan masih adanya dengan data perangkapan lainnya untuk fungsi dan tugas mendapatkan antara fungsi kejelasan terhadap penjualan dan suatu fungsi petugas kebenaran atau lapangan yang sebaliknya hanya dilakukan sehingga oleh satu orang memperoleh yaitu fungsi gambaran baru penjualan. ataupun menguatkan suatu gambaran yang sudah ada dan sebaliknya. Tujuan penelitian: Menunjukan Untuk menegetahui bahwa secara pelaksanaan keseluruhan pengendalian intern prosedur piutangn usaha pengendalian untuk intern piutang meminimalkan usaha PT. WOM piutang tak tertagih Finance, Tbk (bad debt) pada Cabang Madiun PT. Wahana berjalan efektif. Ottomitra Diketahui dari Multiartha, Tbk pembagian tugas Cabang Madiun . dan wewenang sudah sesuai Metode penelitian: dengan job Pendekatan description kualitatif dengan masing-masing, melakukan analisis penerapan SOP pengendalian intern dilakukan pada 38 6. 7. Nabila Habibie (2013) Gary Hamel (2013) Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT. Adira Finance Cabang Manado piutang usaha dengan melakukan analisi terhadap rasio Receivable Turn Over, Average Collection Peirod, Aging of Account Receivable. Tujuan penelitian: Untuk mengentahui apakah pengendalian intern piutang usaha PT. Adira Finance Manado sudah efektif. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang pada PT. Nusantara Surya Sakti Metode penelitian: Metode deskriptif yaitu metode analisis dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang ada kemudian diklarifikasi, dianalisis, selanjutnya diinterpretasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Tujuan penelitian: Untuk menganalisis efektifitas system pengendalian intern piutang usaha pada PT. Nusantara Surya Sakti Metode penelitian: Metode deskriptif semua divisi untuk meminimalkan kecurangan/fraud . Menunjukan bahwa Pengendalian intern piutang usaha pada PT. Adira Finance Manado sudah berjalan efektif. Diketahui manajemen perusahaan sudah menerapkan konsep dan prinsipprinsip pengendalian intern, namun disisi lain terdapat beberapa prosedur yang belum mencerminkan konsep pengendalian intern. Menunjukan bahwa sistem pengendalian intern pada piutang PT. Nusantara Sakti berjalan kurang efektif. Dilihat dari kurangnya pemeriksaan yang dilakukan 39 data yang digunakan peneliti untuk menggambarkan system pengendalian intern terhadap piutang usaha pada PT. Nusantara Sakti dengan membandingkan unsur-unsur pengendalian intern. audit intern untuk mengatasi praktek pelaporan keuangan dan membantu struktur keuangan dalam menyelesaikan fungsi pertanggung jawaban, sehingga dapat membuka peluang kecurangan. 40 2.3 Kerangka Pemikiran Langkah yang dilakukan diawali dengan menguji keberadaan unsure-unsure pengendalian intern dan sistem informasi yang seharusnya berlaku dan membandingkannya dengan teori kajian pustaka. PT. INDOMOBBIL FINANCE CAB. SEMARANG PENGENDALIAN INTERN MENURUT TEORI PENGENDALIAN INTERN PADA PT. INDOMOBIL FINANCE INDONESIA CAB. SEMARANG ANALISIS PERBANDINGAN HASIL PENELITIAN SIMPULAN DAN SARAN Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian merupakan sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang suatu hal (variabel tertentu) (Sugiyono,2013). 3.2 Jenis dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas: a. Data kualitatif, analisis yang dilakukan terhadap data-data non angka seperti hasil wawancara, atau catatan laporan bacaan dan buku-buku, artikel. Data-data ini akan digunakan untuk pengembangan analisis itu sendiri. Pada dasarnya kegunaan data tersebut adalah sebagai dasar objektif dalam proses pembuatan keputusan-keputusan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka memecahkan persoalan yang ada. b. Data kuantitatif, analisis yang dilakukan terhadap data yang berbentuk angka dan diperoleh dalam bentuk laporan keuangan. 3.2.2 Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas: 1. Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari sumber asli. Data ini dapat berupa hasil wawancara mengenai prosedur 41 42 atas pemberian kredit pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang. 2. Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung melalui media perantara, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data ini dapat berupa dokumen-dokumen yang terdapat dalam PT. Indomobil Finance Indonesia Cab. Semarang seperti sejarah berdirinya perusahaan, bagan struktur organisasi, data karyawan, formulir permohonan kredit dan bagaimana pengendalian intern dalam pemberian kredit. 3.3 Metode Pengumpulan Data Untuk memperoleh data, penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan data diantaranya: 1. Tehnik Wawancara Adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam satu topik tertentu (Sugiyono, 2013). 2. Tehnik Dokumentasi Adalah mencari data mengenai hal-hal maupun variabel berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. 3.4 Metode Analisis Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis kualitatif deskriptif. Analisis kualitatif deskriptif adalah metode analisi dengan terlebih dahulu mengumpulkan data yang kemudian diklaifikasi, dianalisis, 43 selanjutnya diintrepetasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai keadaan yang diteliti. Metode analisi data yang digunakan dalam penelitian ini adalah (Sugiyono, 2013): 1. Mendiskripsikan gambaran umum pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab masingmasing bagian. 2. Memahami sistem pengendalian intern atas pemberian kredit pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cab. Semarang melalui wawancara dan dokumantasi guna mengetahui prosedur, pengawasan dan dokumen kredit. 3. Menganalisis sistem pengendalian intern yang terdapat pada perusahaan serta membandingkan dengan teori-teori yang ada sebagi bahan pertimbangan apakah pengendalian intern di PT. Indomobil Finance Indonesia Cab. Semarang telah berjalan efektif. 4. Menarik simpulan dari pengendalian intern atas piutang usaha, apakah pengendaliannya telah sesui dengan unsur-unsur pengendalian intern yang baik. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Objek penelitian pada skripsi ini pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang di Jl. M. H Thamrin No. 69A Semarang. Telp (024) 3567123, 3588688. Dimana perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak dibidang penjualan secara kredit. 4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perseroan) merupakan suatu kelompok usaha terpadu yang memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang terkemuka di Indonesia. Perseroan didirikan pada tahun 1976 dengan nama PT. Indomobil Investment Corporation dan pada tahun 1997 dilakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT. Indomulti Inti Industri Tbk. Sejak saat itulah status Perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, dengan kantor pusatnya di Wisma Indomobil I, lantai 6, Jl. MT. Haryono Kav 8, Jakarta Timur - 13330. Bidang usaha utama Perseroan dan anak perusahaan meliputi: pemegang lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa pembiayaan kendaraan bermotor, distributor suku cadang dengan merek “IndoParts”, perakitan kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif serta kelompok usaha pendukung lainnya. Semua produk dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan dengan standar kualitas yang dijamin oleh perusahaan prinsipal serta 44 45 didukung oleh layanan purna jual yang prima melalui jaringanjaringan 3S (Sales, Service, dan Spareparts) yang tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan mengelola merk-merk terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Foton, Great Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, Renault Trucks, Suzuki, Volkswagen, Volvo, Volvo Trucks, dan Mack Trucks. Produk-produk yang ditawarkan meliputi jenis kendaraan bermotor roda dua, kendaraan bermotor roda empat, bus, truk, forklift, dan alat berat lainnya. Melalui sinergi dari 4.224 karyawan tetap yang tersebar di seluruh anak perusahaan di Indonesia telah mampu menopang Perseroan menjadi salah satu perusahaan di bidang Otomotif yang terkemuka. Perseroan secara terus menerus mengembangkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman nilai-nilai yang secara terus menerus dijalankan melalui program pelatihan baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar Perseroan, program konseling, coaching, seminar, dan praktek kerja lapangan (on the job training). Pengembangan kompetensi, dan jenjang karir, telah menjadi satu prioritas kegiatan Perseroan dan telah dikemas dalam suatu sistem yang dievaluasi secara terus menerus. Usaha keras tersebut membuahkan hasil yang sangat baik melalui pencapaian laba bersih Perseroan sebesar Rp. 448,67 milyar dalam tahun buku 2010 ini. 46 4.1.2 Visi dan Misi PT. Indomobil Finance Visi PT. Indomobil Finance adalah Menjadi perusahaan otomotif terhandal dan terpercaya di dalam negeri. Misi PT. Indomobil Finance, adalah: 1.) Mengembangkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalisme bagi kepuasan pelanggan. 2.) Memberikan konstribusi dan berupaya sepenuhnya bagi pengembangan usaha Indomobil. 3.) Memberikan komitmen dan nilai terbaik bagi seluruh pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. 4.1.3 Struktur Organisasi Kepala Unit Kepala Divisi Divisi Tecnology & Information Divisi Finance ,Accounting, Tax Divisi Legal & Corporate Communication Divisi Operational Gambar 4.1 Struktur Organisasi Divisi Human Resource Development & General Affair 47 4.1.4 Deskripsi Tugas dan Uraian Jabatan Pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang 1) Kepala Unit a. Tugas dan Tanggung Jawab (1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perusahaan sesuai dengan norma pedoman dan instruksi dari pimpinan umum. (2) Melaporkan data serta kegiatan yang ada ke Direksi. (3) Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan kepada Asisten. (4) Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya kegiatan operasi. (5) Mengkoordinasikan dan bertanggungjawab terhadap penyusunan rencana anggaran belanja perusahaan kantor cabang. (6) Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku. (7) Membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial karyawan. (8) Membina suasana kekeluargaan dan kerja sama yang baik antara asisten, karyawan serta memelihara keamanan. 2) Divisi Teknologi & Informasi a. Tugas dan Tanggung Jawab (1) Perencanaan dan pengembangan strategi sistem dan teknologi informasi sesuai kebutuhan perusahaan (2) Perancangan implementasi serta pemeliharaan sistem informasi perusahaan yang terintegrasi yang mampu mendukung upaya perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja 48 (3) Pengelolaan Data Center dan Disaster Recovery Center (4) Penyusunan laporan unit kerja (5) Pencapaian kinerja di unit kerjanya. 3) Divisi Keuangan, Akuntansi & Pajak Adapun pada divisi ini berkaitan dengan piutang yang terjadi akibat dari penjualan secara kredit. Divisi tersebut terdiri dari beberapa job description, yaitu: a. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian AMU (Asset Management Unit) (1) Mengurus tarikan kendaraan dari konsumen yang telah lewat jatuh tempo pembayarannya dan telah menerima surat tarik kendaraan. (2) Mengurus lelang kendaraan dari konsumen yang telah ditarik kendaraannya. b. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian HRGA (Human Resource Genaral Affair) (1) Buiding management dan karyawan (2) Pelaksanaan keamanan Satpam/Security, ketertiban dan kebersihan (3) Recepsionist dan operator telepon, serta keluar masuk Tamu c. Tugas dan tanggung jawab BagianPO (Purchase Order) (1) Mencari dan menganalisa Dealer yang sesuai dengan unit yang dibutuhkan (2) Melakukan koordinasi dengan pihak Dealer mengenai kelengkapan dokumen (3) Melakukan pemesanan (4) Membuat laporan pembelian & pengeluaran unit 49 (5) Pembayaran faktur (6) Bekerjasama dengan Dealer terkait untuk memastikan kelancaran operasional perusahaan d. Tugas dan Tanggung Jawab BagianFinance (1) Mengurus pencairan program penjualan dan pameran (2) Mengurus dana yang keluar untuk pembelian produk dari Dealer. (3) Berperan langsung terhadap persiapan analisa operasional perusahaan, termasuk laporan keuangan e. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Kolektor (1) Membantu proses pembayaran dari nasabah ke perusahaan serta sebagai fasilitator dalam serah terima unit (2) Melakukan kunjungan, memberikan solusi pembayaran kepada semua konsumen yang menjadi tanggung jawab wilayahnya untuk menjaga proses pembayaran dari konsumen lancar (3) Melaporkan hasil kunjungan kepada Koordinator Kolektor mengenai kondisi konsumen di lapangan sehingga dapat dicarikan solusi yang terbaik (4) Melakukan penagihan atau penarikan unit dari konsumen yang tertunggak f. Tugas dan Tangung Jawab Bagian Kasir (1) Menjalankan proses penjualan dan pembayaran (2) Melakukan pencatatan atas semua transaksi (3) Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada atasan 50 g. Tugas dan Tangung Jawab Bagian BPKB (1) Menerima BPKB dari konsumen (2) Mengeluarkan BPKB dari konsumen h. Tugas dan Tangung Jawab Bagian Asuransi (1) Mengurus polis (2) Mengurus cover asuransi i. Tugas dan Tangung Jawab Bagian Fidusia dan Filling (1) Mengurus pendaftaran Fidusia (2) Mengurus berkas Filling (kearsipan) 4) Divisi Komunikasi Hukum & Perusahaan a. Tugas dan Tanggung Jawab (1) Sebagai konsultan hukum perusahaan, yaitu memberikan nasihat atau opini hukum kepada pemimpin perusahaan. (2) Sebagai advokat perusahaan, yaitu mewakili perusahaan jika terjadi masalah di pengadilan, dan (3) Sebagai pelaksana perusahaan, yaitu menyiapkan dan mengurus perizinan. 5) Divisi Operasi a. Tugas dan Tanggung Jawab (1) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi seluruh pelaksanaan operasional perusahaan (2) Membuat stategi dalam pemenuhan target perusahaan dan cara mencapai target tersebut 51 (3) Mengecek, mengawasi dan menentukan semua kebutuhan dalam proses operasional perusahaan (4) Merencanakan, menentukan, mengawasi, mengambil keputusan dan mengkoordinasi dalam hal keuangan untuk kebutuhan operasional perusahaan (5) Mengawasi seluruh karyawan apakah tugas yang dilakukan sesuai dengan standar operasional perusahaan 6) Divisi Pengembangan SDM & Umum a. Tugas dan Tanggung Jawab (1) Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan pemberdayaan pegawai (man power planning), sesuai kebutuhan Perusahaan. (2) Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan dan pengembangan pegawai. (3) Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal jasa pegawai dengan mempertimbangkan "internal / external equity". (4) Bersama Manajemen merumuskan pola pengembangan organisasi Perusahaan. (5) Menyelenggarakan Sistem Informasi SDM dalam suatu data base Kepegawaian. (6) Menyelenggarakan penyediaan dan distribusi air, listrik, AC, telepon dan Faksimili untuk keperluan kantor. (7) Menyelenggarakan administrasi, penempatan, dan penggunaan peralatan, inventaris, fasilitas kantor. penyimpanan 52 (8) Melakukan kajian dan evaluasi terhadap efektifitas program dan kontribusi peraturan bagi perkembangan Perusahaan. (9) Mengevaluasi Hasil penilaian kinerja seluruh Pegawai. (10) Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja / perjalanan dinas dan penerimaan tamu perusahaan. (11) Menyelenggarakan data base inventaris perusahaan. (12) Menyiapkan laporan kegiatan Divisi secara benar dan tepat waktu. 4.2 Pembahasan 4.2.1 Sistem Pengendalian Intern Atas Piutang Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang, penulis dapat memperoleh serta mengumpulkan data yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern atas piutang terutama yang berkaitan dengan penerapan fungsi dan unsur-unsur pengendalian, penetapan pemberian kredit dan penagihan piutang, sebagai berikut: a. Fungsi dan Unsur-unsur Pengendalian Intern 1) Lingkungan Pengendalian Sesuai dengan motto perusahaan yaitu memberikan komitmen dan nilai terbaik bagi seluruh pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat menggambarkan lingkungan pengendalian gaya operasional yang ingin dilaksanakan oleh pimpinan perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapakan. Dalam menjalankan usahanya, manajemen perusahaan sangat mengacu pada tatanan etika yang dibakukan pada peraturan perusahaan, 53 dimana membentuk karyawan dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Kode etik yang harus ditaati oleh seluruh karyawan adalah kejujuran, kedisiplinan dan kepuasan pelanggan.Nilai-nilai etika dilakukan dengan menerapkan kebijakan dalam menegakkan kedisiplinan dalam berpakaian, dalam kehadiran, jam kerja dan cara berkomunikasi. PT. IMFI merekrut karyawan yang memiliki kompetensi, jujur dan memiliki pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya sedangkan untuk karyawan yang tidak memiliki pengalaman kerja, perusahaan memperhatikan latar belakang pendidikannya, dimana PT. IMFI hanya merekrut karyawan yang memiliki gelar minimal S1/Diploma. Karyawan yang mempunyai gelar sarjana S1/Diploma di tempatkan pada bagian administrasi yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan laporan keuangan. Sedangkan untuk lulusan SMA di tempatkan di bagian sales dan collection. Perusahaan menerapkan uji kompetensi berupa tes tertulis dan pelatihan skill.Perusahaan juga rutin melakukan potensial review bagi semua karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mendorong terciptanya SDM yang baik. Selain itu perusahaan juga memiliki SOP (Standart Operating Procedure)yang terpisah antara SOP Pencairan, SOP Penjualandan SOP Penagihan. Perusahaan juga memiliki PP (Peraturan Perusahaan)yang harus dijalankan oleh setiap karyawan. Struktur organisasi pada PT. IMFI menganut sistem departementalisasi dimana terdapat beberapa divisi atau departemen 54 sesuai dengan fungsinya misalnya divisi finance, accounting, HRD, divisi Marketing. 2) Penaksiran Risiko (1) Risiko Pembiayaan Risiko pembiayaan dapat diminimalkan dengan pemberian kredit yang seksama dan penuh kehati-hatian berdasarkan survey lapangan maupun analisis kredit sesuai standar yang ditetapkan. Perusahaan sudah memiliki prosedur dengan menugaskan sales untuk mengevaluasi terlebih dahulu apakah konsumen layak diberikan kredit atau tidak dengan cara melihat rumahnya, berapa gaji perbulannya, apakah usaha atau toko konsumen ramai pelanggan. Pengelolaan penagihan dapat dilakukan melalui SMSreminder, atau melalui telepon, maupun kunjungan langsung ke konsumen jika ada keterlambatan pembayaran dalam jangka waktu tertentu. Dan jika masih tidak tertagih, kendaraan akan diambil alih sebagai jaminan. Sebagai langkah akhir, kendaraan yang diambil alih akan dibantu penjualannya untuk meminimalkan kerugian dan melindungi hak-hak konsumen yang bersangkutan. (2) Risiko Opersional Seiring dengan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat, beragam perubahan situasi senantiasa muncul dalam dunia usaha. Oleh sebab itu, peninjauan kembali terhadap sistem dan prosedur operasional Perseroan senantiasa dilakukan agar sesuai dengan dinamika bisnis Perseroan. Melalui departemen khusus yang disebut businessprocess, 55 Perseroan telah menetapkan standard operationalprocedure(SOP) sebagai pedoman dalam menjalankan usahanya.Dalam hal ini, Departemen Audit Internal bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi pengendalian terhadap kesesuaian pelaksanaan operasional dengan SOP tersebut. (3) Risiko Terhadap Pesaing Dalam mengelola risiko persaingan, PT. IMFI telah melakukan antisipasi untuk bertahan dan tetap berkembang dalam dunia bisnis. Hal yang dilakukan perusahaan adalah dengan tidak meninggalkan aspek kepatutan dengan memberikan bunga yang wajar dan kemudahan sesuai dengan PP dan OJK. Selain itu perusahaan terus berupaya untuk meningkatkan pembiayaan melalui kerja sama dengan distributor dan dealer, penawaran paket pembiayaan yang inovatif, serta perluasan jaringan penjualan dan pelayanan di seluruh Indonesia. (4) Risiko Terhadap Kecurangan Oleh Karyawan Dalam mengantisipasi adannya risiko kecurangan seperti penjualan fiktif dan menggunakan kas perusahaan. PT. IMFI melakukan pemberlakukan aturan perusahaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala atas penjualan dan piutang perusahaan dan memeriksa kas perusahaan setiap harinya. Selain melakukan hal tersebut, perusahaan juga menetapkan bisnis tertentu dengan DP (Down Payment) tertentu dan unit tertentu melalui CA (Credit Analys). (5) Risiko Terhadap Piutang Usaha 56 Pada proses pembayaran piutang, PT. IMFI melakukan tindakan yang memadai dengan meminta pelanggan untuk membayar piutangnya dengan cara melakukan transfer langsung ke rekening bank perusahaan melalui teller perusahaan atau bisa dengan transfer melalui Kantor Pos, Virtual Account melalui (ATM BCA, ATM Mandiri, ATM BRI dan ATM Bersama), Autocollection melalui (Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI), Payment Point melalui (Kantor Pos Indonesia, Indomaret/Ceriamart, Alfamart/Alfamidi. Kemudian bagian kasir dan administrasi akan mengecek adanya angsuran yang sudah masuk atau angsuran yang belum dibayarkan melalui sistem sintrik. 3) Informasi dan Komunikasi PT. IMFI sangat menjamin keamanan dan kebenaran dari data dan informasi yang terdapat dalam perusahaan dengan cara tidak memperbolehkan mengekspose data sembarangan. Data dan informasi perusahaan hanya boleh diekspose dengan tujuan untuk penyidikan dan OJK saja. Pemrosesan informasi transaksi angsuran perusahaan dilakukan secara online dengan sistem terkompeterisasi dengan nama SINTRIK. Informasi mengenai piutang pada perusahaan adalah sebagai berikut: a. Informasi dari sales mengenai kondisi calon konsumen. Informasi ini bertujuan untuk menilai apakah calon konsumen tersebut layak diberikan kredit atau tidak. 57 b. Data riwayat calon konsumen yang ingin menambah permohonan pembelian kredit. Informasi ini bertujuan untuk menilai apakah konsumen layak diberikan perpanjangan kredit atau tidak. Informasi-informasi tersebut kemudian diberikan kepada staff melalui meeting kemudian dijadikan sebagai alat untuk mengambil keputusan oleh setiap bagian dalam menentukan langkah selanjutnya yang akan ditempuh oleh perusahaan. 4) Aktivitas Pengendalian (1) Pemisahan Tugas Aktivitas pengendalian terhadap pemisahan tugas pada PT. IMFI sudah dipisahkan pada tanggung jawab masing-masing karyawan. Jadi tidak ada karyawan yang merangkap tugas ganda. Aktivitas pengendaliannya adalah sebagai berikut: a. Bagian penerimaan kas (kasir) terpisah dengan bagian akuntansi. b. Bagian piutang terpisah dengan bagian survey. c. Bagian akuntansi terpisah dengan bagian piutang. d. Petugas yang menyetorkan kas ke bank, terpisah dengan pemegang buku piutang. (2) Pengendalian Pemrosesan Informasi Pengendalian pemrosesan akuntansi mencakup pengamanan akses terhadap data dan program. Pada PT. IMFI dalam pengamananan terhadap data, perusahaan telah memasang password untuk setiap data perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. 58 (3) Review Kinerja PT. IMFI selalu melakukan review atas setiap kegiatan yang dilakukannya. Review tersebut dilakukan secara mingguan, bulanan, mid semester, dan tahunan. Review mingguan dilakukan untuk meriview pekerjaan karyawan yang dilakukan oleh kepala perusahaan, review bulanan dilakukan oleh cabang, review mid semesteran dilakukan oleh kepala area dalam dua tahun sekali, dan review tahunan dilakukan oleh pusat. Selain review yang dilakukan tersebut, direktur setiap harinya memeriksa dan memonitor realisasi penerimaan piutang yang setiap minggunya dibuat ke dalam laporan rencana dan realisasi penerimaan piutang mingguan. Selain itu, direktur juga mendapatkan laporan hasil penjualan dan laporan laba rugi setiap bulannya. Dengan begitu, perusahaan telah melakukan kegiatan review kinerja yang baik terhadap kegiatan penjualan dan piutang usahanya. Hal ini dapat terlihat dari review yang secara rutin dilakukan. Dengan adanya pemeriksaan rutin yang dilakukan terhadap review kinerja, perusahaan dapat menghindari adanya tindakan kecurangan dan kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan oleh karywan-karyawannya. 5) Pemantauan PT. IMFI telah menetapkan tanggung jawab kepada masing-masing karyawan secara jelas. Kelancaran piutang usaha menjadi tanggung jawab bagian collection head. Collector dituntut untuk bekerja secara maksimal agar dapat meminimalkan piutang tak tertagih. Kepala bagian piutang 59 selalu memantau pencapaian dari collector setiap hari berdasarkan umur piutang sebelumnya, sehingga dari hasil pencapaian terhadap pengumpulan piutang dapat dilakukan evaluasi untuk dijadikan agenda rapat para kepala bagian setiap akhir tahun. Penilaian secara berkala juga dilakukan perusahaan dengan memverifikasi setiap transaksi yang terjadi yang dilakukan oleh Internal Control setiap hari. Setiap tahun dilakukan audit oleh auditor independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). b. Penetapan Pemberian Kredit Pemeberian kredit dimulai dengan adanya pengajuan permohonan kredit dari konsumen yang disampaikan melalui Dealer yang menjadi rekanan dari perusahaan. Setelah itu perusahaan akan menindaklanjuti permohonan konsumen tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut ini: 1) Syarat Kredit a) Perorangan (1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit (2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin (3) Fotocopy Kartu Keluarga (4) Slip Gaji (5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir (6) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir b) Profesi (1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit (2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin 60 (3) Fotocopy Kartu Keluarga (4) Slip Gaji (5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir (6) Fotocopy Ijin Praktek (7) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir (8) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) c) Perusahaan (1) Fotocopy KTP Direktur / Komisaris/Yang Diberi Kuasa (2) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir (3) Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) (4) Fotocopy Akte Notaris Pendirian dan Perubahannya (5) Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) (6) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (7) Fotocopy Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi Laba) 3 tahun terakhir atau minimal 1 tahun terakhir (bila baru berdiri) 2) Survey Survey perlu dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari pemohon atau pihak lain yang akan digunakan dalam melakukan analisa kredit terhadap kelayakan pemohon memperoleh kredit. Proses tersebut dimulai pada saat Credir Marketing Officer (CMO) membuat janji dengan pemohon dan diakhiri dengan pembuatan hasil survey. Survey yang baik akan memperoleh informasi yang menyeluruh tentang kemampuan pemohon kredit, karena jika tidak dilakukan dengan tepat 61 akan mengakibatkan kesalahan informasi yang mempunyai dampak seperti berikut: a) Menolak pemohon yang sebenarnya layak untuk diberikan kredit. b) Menyetujui permohonan kredit pemohon yang sebenarnya tidak layak untuk diberikan kredit. Survey dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) Memperoleh data awal Pada saat memperoleh data awal, biasanya data yang diperoleh sangat minim sekali, yaitu terdiri dari: a) Fotokopi identitas (KTP/SIM/Paspor/Kitas) pemohon dan pasangan (bila telah menikah). b) Fotokopi kartu keluarga pemohon. c) Fotokopi bukti kepemilikan rumah, misalnya serifikat rumah, rekening atau rekening listrik. d) Fotokopi bukti penghasilan, misalnya rekening tabungan, slip gaji atau surat keterangan penghasilan. e) Struktur pembiayaan yang diajukan. (2) Persiapan interview dengan pemohon, terdiri dari berikut: a) Perencanaan b) Pembuatan janji dengan pemohon c) Persiapan (3) Interview dengan pemohon Hal yang diperlukan dalam tahap ini sebagai berikut: a) Pembukuan 62 b) Pengamatan c) Pembicaraan d) Perpisahan (4) Credit Checking Salah satu cara dalam melakukan survey untuk mengecek kebenaran keterangan yang diberikan oleh pemohon adalah dengan menggunakan credit cheking. Dalam melakukan credit checking terdapat beberapa cara sebagai berikut: a) Data yang diperoleh dari pemohon. b) Melakukan pengecekan berdasarkan data yang diperoleh dari pemohon. c) Dari hasil interview dengan pemohon. d) Melakukan pengecekan terhadap keterangan yang diperoleh dari pemohon. e) Dari lingkungan sekitar rumah pemohon. Melakukan pengecekan ke tetangga dan lingkungan sekitar rumah untuk mengetahui karakter dan reputasi pemohon di lingkungan sekitar rumahnya. 3) Analisa kelayakan pemohon Dalam menganalisa kelayakan pemohon dapat dilakukan dengan menggunakan konsep 1P + 5C sebagai brikut: a) Purpose 63 Tujuan pemohon untuk mendapatkan kredit harus benar-benar jelas, antara lain adalah: (1) Membeli kendaraan untuk kepentingan pribadi. (2) Membeli kendaraan untuk menunjang kegiatan usaha. (3) Keinginan pemohon untuk mendapatkan dana tunai (direct financing). b) Character Character merupakan karakter, reputasi dan pengalaman pemohon, yang informasinya diperoleh selama interview dan melalui credit checking. Jika merupakan existing customer dari perusahaan, maka historical payment maupun rekomendasi dari bagian collection mengenai karakter pemohon dapat digunakan sebagai sumber informasi. Karakter tersebut dapat dibagi sebagi berikut: (1) Secara perorangan (2) Secara Badan Hukum (PT) c) Capacity Capacity adalah kemampuan pemohon untuk dapat membayar kewajibannya setiap bulan kepada PT. IMFI. Capacity dapat dilihat dari: (1) Rekening Koran dan tabungan (2) Nota-nota/bon penjulan (3) Slip gaji/surat keterangan penghasilan (4) Estimasi pendapatan 64 Pemohon dengan karakter perorangan, besarnya pendapatan dan pengeluaran setiap bulan dapat dilihat dari rekening Koran/tabungan atau slip gaji atau surat keterangan penghasilan dan dari estimasi pendapatan. Sedangkan pemohon dengan karakter Badan Hukum (PT) selain menggunakan Rekening Koran dan estimasi pendapatan, juga dilihat dari laporan keungan (baik audited maupun unaudited) pada laporan Neraca (menjelaskan posisi aktiva dan passive) dan Laba/Rugi (menjelaskan pendapatan, pengeluaran dan keuntungan). d) Capital Untuk menganalisa mengenai modal pemohon, dapat dibagi menjadi dua diantaranya: (1) Modal yang dapat dengan cepat dicairkan (2) Modal yang tidak dapat dengan cepat dicairkan e) Condition Kondisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor politik, keamanan, cuaca, lingkungan dan social budaya. Tetapi hal tersebut dapat dianggap tetap selama jangka waktu kredit/pembiayaan (jangka pendek). Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil dari analisa ini yaitu: (1) Analisa secara makro (umum) Apakah pemohon memiliki pengalaman yang cukup dalam menangani bisnis yang dijalaninya. (2) Analisa secara mikro 65 Apakah bisnis atau pekerjaan pemohon memiliki masa depan yang baik. f) Collateral Collateral berkaitan dengan nilai nominal dari kendaraan yang akan dibiayai, besar kecilnya uang muka (down payment) akan sangat mempengaruhi nilai pembiayaan. Jika uang muka yang dibayarkan pemohon itu kecil, dapat mengakibatkan perusahaan tersebut macet dan kendaraannya ditarik, harga jual dari kendaraan tersebut menjadi menurun bisa diakibatkan karena kendaraan mengalami kerusakan sehingga harga pasarnya turun. Penyebab lain yang dapat mengakibatkan penurunan nilai collateral secara ekonomis dan taktis adalah dari tujuan permohonan pembiayaan, terutama untuk pemakaian yang over time/load atau yang disewakan. Selain itu untuk menghindari terjadinya penurunan harga jual kembali kendaraan yang dibiayai, maka sangat perlu diperhatikan kondisi fisik kendaraan, seperti kerusakan karena karat, bekas tabrakan, merk ,jenis, tahun kendaraan, plat nomor kendaraan. Jika kondisi fisik kendaraan kurang memadai, maka dapat diambil alternatife sebagai berikut: (1) Mengganti unit kendaraan yang akan dibiayai (2) Menaikkan uang muka (3) Menjaminkan unit lain yang merupakan milik pemohon sebagai jaminan tambahan 66 Tehnik analisa 1P + 5C menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena pemohon dapat dibagi menjadi 4 tipe, dan tergantung CMO (Credit Marketing Officer) untuk dapat memilihnya, yaitu: (1) Mampu tetapi tidak mau membayar (2) Mampu dan mau membayar (3) Tidak mampu dan tidak mau membayar (4) Tidak mampu tetapi mau membayar atau terlambat c. Penagihan (Collection) Akibat adanya perjanjian piutang maka perlu adanya penagihan. Penagihan diperlukan pada saat terjadi hal-hal seperti berikut: (1) Over Due Tagihan yang telah lewat jatuh tempo sampai batas waktu yang telah ditentukan dan belum tertagih. (2) Bad Account Konsumen yang telah dinyatakan sebagi konsumen yang tidak tepat waktu dalam membayar hutangnya dan sering melakukan keterlambatan pembayaran meskipun belum sampai menjadi Bad Debt. (3) Bad Debt Konsumen yang telah dinyatakan sebagai konsumen yang kurang atau tidak baik berdasarkan kebijakan perusahaanPT. Indomobil Finance Indonesia dengan klasifikasi over due up 90 hari dikategorikan sebagai Bad Customer (Bad Debt) dan sudah tidak layak untuk diberikan fasilitas kredit dikemudian hari. 67 Tujuan Penagihan (Collection): (1) Mengusahakan agar pembayaran dari konsumen sesuai dengan tanggal ajatuh tempo (2) Mengoptimalkan laba (3) Meminimalkan kerugian atas angsuran yang tertunggak (4) Menjaga kestabilan dan kesehatan keuangan perusahaan Langkah-langkah untuk menangani over due adalah sebagai berikut: Tabel 4.1 Langkah-langkah untuk menangani over due Maksimum Toleransi Over Due Hari >1 hari >3 hari >7 hari >14 hari 60 < hari ≤ 90 Langkah-langkah minimum yang sudah dilakukan Umum (Starter) Over Non starter Over Due Due > 6 bulan muncul antara angsuran 1-6 (berlaku khusus untuk konsumen awal-non exizting customer) Telepon Kunjungan pertama Kunjungan pertama Kunjungan kedua Surat pemberitahuan Surat peringatan Kunjungan kedua Kunjungan ketiga Surat peringatan Surat peringatan Kunjungan ketiga Surat tugas tarik Surat peringatan kendaraan terakhir Surat tugas tarik Penarikan kendaraan kendaraan Penarikan kendaraan Penjualan kendaraan tarikan 90 < hari ≤ 120 7 hari setelah penarikan (R2) 14 hari setelah Penjualan kendaraan tarikan penarikan (R4) Sumber : PT. IMFI Internal Information 68 Penarikan kendaraan dilakukan jika perusahaan melakukan langkah terakhir, seperti: pengiriman surat pemberitahuan, surat peringatan, surat peringatan terakhir tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari konsumen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kendaraan tersebut. Sebelum kendaran ditarik, perlu adanya persiapan terlebih dahulu untuk menentukan strategi, yaitu: (1) Mengetahui lokasi penarikan kendaran (2) Cara menghadapi konsumen saat melakukan penarikan kendaraan (3) Berbagai pertimbangan dalam melakukan penarikan Selain itu petugas eksekutor perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan konsumen dan kendaraan yang akan ditarik, yaitu: (1) Analisa data konsumen, meliputi: a) Status social konsumen b) Pekerjaan/jabatan konsumen c) Alamat konsumen (2) Melakukan analisa, yaitu: a) Kebiasaan konsumen dalam melakukan pembayaran angsuran b) Historical Payment (pernah berapa kali terlambat dan denda sudah lunas apa belum) c) Karakter konsumen dari penanganan sebelumnya d) Aspek resale value dari kendaraan tarikan (3) Keberadaan kendaran secara jelas dan pasti: a) Kunjungan ke lokasi b) Analisa kendaraan lapangan 69 (4) Analisa kekuatan konsumen (5) Melakukan koordinasi dengan aparat setempat jika diperlukan (6) Analisa/estimasi biaya yang akan timbul dari penarikan tersebut (7) Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak (8) Melakukan penarikan kendaraan (9) Menyimpan kendaraan di lokasi yang aman Persiapan yang perlu dilakukan oleh eksekutor dalam melaksanakan penarikan kendaran, yaitu: (1) Persiapan administrative, meliputi: a) Dokumen legal b) Surat tugas yang ditanda tangani pimpinan cabang c) Fotokopi surat-surat pemberitahuan yang pernah dikirim kepada konsumen d) Dokumen pendukung lainya jika diperlukan (2) Persiapan pendukung a) Eksekutor harus memahami tentang pasal-pasal yang tercantum dalam dokumen perjanjian. b) Mempersiapkan fotokopi data/dokumen yang lengkap mengenai konsumen tersebut. c) Meningkatkan kemampuan komunikasi, negoisasi dan personal approach. Hal-hal yang harus diusahakan oleh eksekutor dalam mendatangi konsumen, yaitu: 1) Menimbulkan kesan yang baik, tidak bersifat pemaksaan atau kasar. 70 2) Menerangkan dengan jelas permasalahannya tanpa emosi. 3) Melakukan pendekatan untuk setiap pembicaraan dengan mempertimbangkan karakter konsumen. Ekskutor harus mampu menciptakan keadaan agar konsumen mau membayar angsurannya atau mau menyerahkan kendaraannya dengan kesadaran sendiri. (3) Menyusun strategi Strategi yang perlu dilakukan saat melakukan eksekusi penarikan kendaraan, yaitu: a) Menemukan keberadaan konsumen dan kendaraannya b) Menguasai medan yang akan dihadapi c) Menemui konsumen dan menjelaskan keperluannya secara baik-baik d) Menunjukan surat tugas dan menjelaskan isinya e) Melakukan pengecekan terhadap fisik nomor rangka dan nomor mesin kendaraan tersebut f) Meminta kunci dan STNK kendaraan tersebut g) Melakukan penarikan apabila konsumen tidak mau menyerahkan STNK h) Membuatkan tanda terima kendaraan i) Memberikan atensi dan empati dari permasalahan yang dialami konsumen j) Mengajukan alternatif-alternatif peneyelesaian masalah dan melakukan negoisasi k) Jika ada hal-hal yang membahayakan, maka perlu menghubungi aparat 71 l) Bila kendaraan berhasil dibawa, kendaraan tarikan tersebut secara fisik harus diserahkan ke kantor untuk diregristasikan m) Jika konsumen keberatan menyerahkan STNK dan tidak mau menandatangani Berita Acara Serah Terima Kendaraan, ekesekutor harus mengupayakan kendaraan tetap ditarik. 4.2.2 Bagan Alur Pemberian Kredit (Flowchart) Calon Debitur Marketing Mulai Form kredit Mengajukan permohonan kredit 1 Form kredit Kk, ktp, slip gaji, rek listrik Form kredit Kk, ktp, slip gaji, rek listrik 1 Survey 6 Form kredit Kwitansi penagihan Kk, ktp, slip gaji, rek listrik Laporan hasil survey 7 Kendaraan 2 R p Ttd penerimaa 8 Gambar 4.2 Flowchart pemberian kredit selanjutnya 72 Credit Analys 2 Form kredit Admin Dealer Cetak PO 4 Rp PO Rp PO Kk, ktp, slip gaji, rek listrik Laporan hasil survey Verifikasi Kwitansi penagihan Daftar piutang Kwitansi penagihan sistem 4 5 Scoring BSTK Kendaraan 5 N Kwitansi penagihan 7 N 8 6 9 Ttd penerimanaan Ttd penerimanaan N Gambar 4.2 Flowchart pemberian kredit selanjutnya 9 N 73 4.2.3 Analisis Jumlah Piutang Tak Tertagih Berikut ini adalah tabel yang menunjukan kondisi piutang pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang selama 2 tahun terbagi atas: Tabel 4.2Daftar Piutang PT. IMFI Cab. Semarang Periode 2016-2017 Tahun Merek 2016 Honda Penjualan Kredit/Tahun Rp. 1.100.000.000 Tertagih Tertunggak 89% 11% Rp. 700.000.000 92% 8% Biojio 0 100% 0 Suzuki Rp. 450.000.000 96% 4% Yamaha Rp.7.000.000.000 89% 11% Rp. 9.250.000.000 93,2% 6,8% Honda Rp. 18.000.000.000 85% 15% Kawasaki Rp. 1.300.000.000 70% 30% Biojio Rp. 300.000.000 94% 6% Suzuki Rp. 300.000.000 70% 30% Yamaha Rp. 11.000.000 70% 30% 77,8% 22,2% Kawasaki Total 2017 Total Rp 19.911.000.000 Sumber: PT.IMFI Semarang Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat jumlah tunggakan pada tahun 2016 sebesar 6,8% dan tahun 2017 sebesar 22,2%. Data tersebut menunjukan bahwa rasio tunggakan tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 22,2%. Hal ini menunjukan bahwa pada tahun tersebut tunggakan sangat tinggi dan dapat 74 mengganggu arus kas perusahaan, karena dana yang seharusnya kembali berputar menjadi kas tetap tertanam dalam piutang. keadaan ini lebih buruk jika dibandingkan dengan tahun 2016. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa rasio penagihan tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 93,2%. Hal ini menunjukan bahwa piutang yang tertagih pada saat itu lebih besar dibandingkan dengan tahun 2017 yang menunjukan lemahnya atau kurangnya pengumpulan piutang. Terjadi peningkatan pada piutang tak tertagih disebabkan karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu performance kolektor dalam menagih piutang kepada konsumen turun dan faktor internal yaitu debitur terlambat membayar piutangnya. Rasio tunggakan tersebut dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi atau ketidaktetapan. Pada tahun 2017 rasio tunggakan sangat tinggi, hal ini akan berakibat terhadap pengembalian modal perusahaan. Semakin kecil rasio tunggakan maka semakin kecil perusahaan dalam mengelola piutangnya. Rasio penagihan juga mengalami hal yang serupa yaitu terjadinya fluktuasi atau ketidaktetapan. Untuk mengatasi hal ini perusahaan telah mengantisipasinya. Tindakan yang dilakukan yaitu dengan menarik fisik kendaran kemudian menjualnya kembali, selanjutnya hasil penjualan tersebut digunakan untuk menutupi sisa hutang konsumen pada perusahaan. 4.2.4 Perbandingan Unsur Pengendalian Intern Berdasarkan Teori dengan Temuan pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cab. Semarang Tabel 4.3 Perbandingan Unsur Pengendalian Intern No. 1. Unsur Pengendalian Intern Piutang Usaha Menurut Teori Lingkungan Pengendalian: Penerapan Piutang Keterangan Usaha pada PT. IMFI (Sesuai/Tidak Cab. Semarang Sesuai) Karyawan padaPT. Sesuai Indomobil Finance 75 a. Nilai Integritas dan Etika Nilai integritas dan etika dikomunikasikan oleh manajer melalui personal behavior dan operational behavior. Melalui personal behavior tersebut maka manajer akan mengkomunikasikan nilai integritas dan etika melalui tindakan individual mereka sehingga nilai-nilai tersebut dapat diamati oleh karyawan entitas serta melalui operational behavior, manajer akan mendesain sistem yang digunakan untuk membentuk perilaku yang diinginkan yang berdasarkan nilai integritas dan etika. Indonesia Cab. Semarang, harus menjunjung tinggi nilai kejujuran. Bagian Asset Management Unit harus jujur dalam mengurus tarikan dan lelang dari kendaraan konsumen, bagian Purchase Order Sesuai harus jujur dalam membuat laporan pembelian dan pengeluaran unit, bagian Finance harus jujur dalam mengurus pencairan program penjualan, seminar, dana yang dikeluarkan untuk dealer serta membuat laporan keuangan, bagian Kolektor harus jujur dalam membantu proses pembayaran dan penagihan piutang konsumen, bagian Kasir harus jujur dalam mencatat transaksi dari konsumen. b. Komitmen Terhadap Kompetensi Mencakup pertimbangan manjemen atas pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan dan paduan antara kecerdasan, pelatihan dan pengalaman yang dituntut dalam pengembangan kompetensi. Adanya program uji Sesuai kompetensi berupa tes tertulis untuk mengungkap kompetensi karyawan berhubungan dengan pemahaman wawasan tentang kependidikan maupun keilmuan teknis sesuai bidangnya dan pelatihan bagi karyawan baru berupa skill yaitu jenis training karyawan untuk memberikan skill dan pengetahuan baru. Review potensial dengan hasilkebutuhan 76 c. Struktur Organisasi Memberikan rerangka untuk perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian aktivitas entitas. Pengembangan struktur organisasi suatu entitas mencakup pembagian wewenang dan pembebanan tanggung jawab di dalam suatu organisasi dalam mencapai tujuan organisasi. d. Pelimpahan Wewenang dan Tanggung Jawab Dengan adanya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang jelas, maka organisasi akan mengalokasikan berbagai sumber daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan organisasi. e. Kebijakan dan Praktik SDM Karyawan merupakan unsur terpenting di dalam setiap pengembangan karyawan dapat diidentifikasi. Terdapat pembagian Sesuai tugas yang sesuai dengan bidangnya masing-masing. Asset Management Unit bertugas mengurus tarikan dan lelang dari kendaraan konsumen, bagian Purchase Order bertugas membuat laporan pembelian dan pengeluaran unit, bagian Finance bertugas mengurus pencairan progam penjualan, seminar dan dana yang keluar untuk dealer serta membuat laporan keuangan, bagian Kolektor bertugas membantu proses pembayaran dan penagihan piutang konsumen, bagian Kasir bertugas mencatat transaksi dari konsumen. Dilengkapi tanggung Sesuai jawab dan pengawasan melalui peraturan yang berlaku. Tanggung jawab Asset Management Unit dan Kolektor diatur dalam SOP Penagihan, bagian Purchase Order diatur dalam SOP Penjualan, bagian Financediatur dalam SOP Pencairan, bagian Kasir diatur dalam SOP Pencatatan. Penerimaan karyawan Sesuai melalui seleksi yang ketat. Karyawan yang 77 pengendalian intern. Jika perusahaan memiliki karyawan yang kompeten dan jujur, maka umsur pengendalian intern lainnya dapat dikurangi sampai batas minimum dan perusahaan akan menghasilkan pertanggungjawaban keuangan yang dapat diandalkan. diterima akan mendapatkan pelatihan agar dapat bekerja dengan baik sesuai tuntutan pekerjaannya. Latar belakang Tidak Sesuai pendidikan tidak menjadi penghalang, karena apabila diterima akan mendapatkan pelatihan. Rutin dilakukan review Sesuai 1 minggu sekali untuk mereview pekerjaan karyawan. Mutasi bidang kerja Sesuai Admin dilakukan 6 bulan sekali Karyawan yang Sesuai melakukan tindakan tidak jujur akan mendapatkan sanksi berupa teguran sampai dengan pemecatan. 2. Penaksiran Risiko Bertujuan untuk pelaporan keungan yaitu identifikasi, analisis dan pengelolaan risiko entitas yang berkaitan dengan penyusunan laporan keuangan. 3. Aktivitas Pengendalian Adalah kebijakan dan prosedur yang dibuat untuk memberikan keyakinan bahwa petunjuk yang dibuat oleh manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan perosedur ini memberikan keyakinan bahwa tindakan yang Performance kolektor Tidak Sesuai meningkat dalam meminimalkan kerugian atas angsuran yang tertunggak Menggunakan prinsip Sesuai 1P + 5C untuk menilai kelayakan kredit yaitu Purpose, Character, Capacity, Capital, Condition dan Collateral. Adanya password dalam Sesuai pengamanan akses terhadap data dan pogram 78 4. 5. diperlukan telah dilaksanakan untuk mengurangi risiko dalam pencapaiam tujuan entitas. Informasi dan Komunikasi Sistem akuntansi diciptakan untuk mengidentifikasi, merakit, menggolongkan, menganalisis, mencatat dan melaporkan transaksi suatu entitas serta menyelenggarakan pertanggungjawaban kekayaan dan utang entitas tersebut. Pemantauan Merupakan proses penilaian kualitas kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan ini dilakukan oleh personel yang semestinya melakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun pengeropasian pengendalian pada waktu yang tepat untuk menentukan apakah pengendalian intern beroprasi sebagaimana yang diharapkan. Adanya SINTRIK Sesuai (sistem informasi angsuran) untuk menegecek pembayaran piutang konsumen. Dilakukan pemantauan Sesuai perbulan, persemesteran atau 2 kali dalam setahun dan 1 tahun sekali. BAB V PENUTUP 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan sebelumnya mengenai Analisa Pengendalian Intern Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT. Indomobil Finance Indonsia Cabang Semarang, penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut: 1. Pengendalian intern piutang usaha untuk meminimalkan piutang tak tertagih (bad debt)pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang sudah berjalan efektif dan memadai. Terlihat dari pembagian tugas yang sesuai dengan pekerjaannya masing-masing. Perusahaan juga memiliki SOP (Standar Operasional Perusahaan) yang dijalankan oleh semua karyawan. 2. Tingkat piutang tak tertagih pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang menunjukan kelemahan. Pada tahun 2016 tingkat piutang yang tak tertagih sebesar 6,8%, yang berarti hanya 93,2% yang dapat tertagih sedangkan ditahun 2017 terjadi peningkatan dengan tingkat piutang yang tak tertagih sebesar 22,2% yang berarti hanya 77,8% saja yang dapat tertagih. Peningkatan piutang tak tertagih disebabkan karena faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu performance kolektor turun dan faktor eksternal yaitu konsumen terlambat membayar piutangnya. 3. Prosedur atas pemberian kredit yang diterapkan pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang terdiri atas beberapa tahap diantaranya adalah syarat kredit, survey, analisa kelayakan pemohon dan tahap penagihan. 79 80 5.2 Saran Saran yang penulis berikan pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang adalah sebagai berikut : 1. Pengendalian intern atas piutang usaha yang diterapkan oleh PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang sudah berjalan efektif meskipun terjadi peningkatan piutang yang tidak dapat tertagih pada tahun 2017 yang disebabkan oleh performance kolektor yang turun. Sebaiknya kolektor lebih meningkatkan performance dalam mengusahakan pembayaran debitur sesuai dengan jatuh temponya agar jumlah piutang yang tak tertagih atau kredit yang macet pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang dapat dihindari. 2. Sebaiknya PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang lebih meningkatkan pengawasan kredit dan lebih teliti dalam menganalisa usaha atau pekerjaan yang dijalankan oleh debitur agar piutang yang tak tertagih dapat diminimalkan sekecil mungkin, atas kondisi situasional masing-masing debitur. 3. Perusahaan dapat tetap memertahankan pengendalian intern yang dilakukan, karena pengendalian yang diterapkan pada perusahaan sudah efektif dan sesuai. 81 DAFTAR PUSTAKA Afifah, Natalia Nur, dkk. 2015. Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Piutang Pada PT. GIS. Universitas Narotama Surabaya.. Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2011. Jasa Audit dan Assurance: Pendekatan Terpadu. Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf. Buku 1. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat. Atmaja, Lukas. Setia. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Jakarta: ANDI. Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain. Jakarta: Salemba Empat. Diana Anastasia & Setiawati Lilis, 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta: Andy. Dedhy Sulistiawan, dan Yie ke Feliana. 2006. Akuntansi Keuangan Menengah I. Edisi 1. Malang: Banyumedia. Dera, Arya Pratama, dkk. 2016. Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal Piutang dan Kerugian Piutang Tak Tertagih Pada PT. Surya Wenang Indah Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. Dunia, A. Firdaus. 2013. Pengantar Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga Penerbit FEUI. Habibie, Nabila. 2013. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT. Adira Finance Cabang Manado.Universitas Sam Ratulangi Manado. Hamel, Gerry. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang pada PT. Nusantara Surya Sakti. Universitas Sam Ratulangi Manado. Iskadar, Syamsu. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Inmedia. Jusup, Al. Haryono. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi. Jilid 2, Edisi ke-7. Yogyakarta: Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN. Kasmir. 2012. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Keown, J. 2008. Manajemen Keungan: Prisnsip dan Penerapan. Macanan: Jaya Cemerlang. Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant, dan Terry D. Warfield. 2008. Akuntansi Intermediate. Edisi Keduabelas. Jilid 1. Jakarta: Erlangga. 82 Margaretha, Faarah. 2011.Manajemen Keuangan Untuk Manajemen Non Keuangan. Jakarta: Erlangga. Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Edisi Empat. Jakarta: Salemba Empat. . 2013. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat. Nabila Habibie. 2013. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT. Adira Finance Cabang Manado. Universitas Samratulangi. Ramadanty, Putri, dkk. 2015. Analisis Sistem Pengendalain Intern Piutang Pada CV. Cahaya Niaga Tani.Universitas Indo Global Mandiri Palembang. Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4. Yogyakarta: BPFE Yogyakarta. Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi. Konsep dan Tehnik Penyusunan Laporan Keuangan. Jakarta: Erlangga. Runtu dan Elim.2016. Analisis Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado. Sugiyono, Danang. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta. Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama. Cetakan 1. Yogyakarta: Ekonisia. Syakur, Syafi’i Ahmad. 2015, Intermediate Accounting. Jakarta: AV Publisher. Syamsudin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi dan dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (Edisi Baru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Tuanakotta, Theodorus. M, 2015, Audit Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat. Warren S. Carl., James M. Reeve., Philip E. Fees. 2015. Pengantar Akuntansi. Adaptasi Indonesia. Edisi 25. Jakarta: Salemba Empat. Widiasmara, Anny. 2014. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT. Wahana Otomitra Tbk, Cabang Madiun. STIE Dharma Iswara Madiun www.indomobil.com 83 Tabel Pertanyaan No Pertanyaan 1. Apakah karyawan memiliki integritas yang tinggi pada perusahaan? Apakah ada tindakan manajemen yang dilaksanakan secara intensif untuk mengurangi tindakan karyawan yang berbuat tidak jujur? Apakah penyaluran dan kebijakn pemberian kredit yang telah ditetapkan dilaksanakan oleh orang yang berkompeten dibidangnya? Apakah dalam perusahaan memiliki struktur organisasi yang jelas menerangkan pembagian tugas dan tanggung jawab? Apakah latar belakang karyawan mendukung pekerjaanya? Apakah karyawan selama menjadi karyawan perusahaan telah sesuai dengan tuntutan perkembangan pekerjaannya? Apakah terdapat evaluasi secara periodik berdasarkan pekerjaan karyawan? Apakah terdapat deskripsi tugas karyawan dan kebijakan terkait dalam hubungannya pelimpahan wewenang dan tanggung jawab? Apakah terdapat kebijakan dan prosedur kepegawaian dalam upayanya mendapatkan sumber daya manusia yang jujur dan kompeten terhadap tugasnya? Apakah dalam proses pemberian kredit karyawan konsisten menjalankan prinsip kehati-hatian? Apakah dalam penilaian risiko kredit terdapat penilaian 1P + 5C? Apakah terdapat pengamanan terhadap data perusahaan? Apakah terdapat sistem informasi yang memadai? Apakah perusahaan melakukan 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Jawaban Ya Tidak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ 84 15. aktivitas pemantauan untuk efektivitas rancangan dan pengendalian inter terhadap usaha? Apakah terdapat perputaran (mutasi) di dalam perusahaan? menilai operasi piutang jabatan √ 85 Pertanyaan PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang 1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 2. Bagaimana visi dan misi PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 3. Bagaimana struktur organisasi beserta tugas yang terdapat pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 4. Bagaimana fungsi dan unsur-unsur pengendalian intern pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 5. Bagaimana langkah penetapan pemberian kredit pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 6. Apakah tujuan penagihan piutang terhadap debitur pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 7. Konsumen yang dinyatakan sebagai Bad Customer, biasanya yang past duenya lebih dari berapa hari? 8. Apa yang dilakukan perusahaan jika kondisi fisik kendaraan tidak memadai? 9. Bagaimana langkah-langkah penanganan Account Over Due pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 10. Bagaimana daftar piutang pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang? 86 Jawaban 1. Sejarah Berdirinya PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perseroan) merupakan suatu kelompok usaha terpadu yang memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di bidang otomotif yang terkemuka di Indonesia. Perseroan didirikan pada tahun 1976 dengan nama PT. Indomobil Investment Corporation dan pada tahun 1997 dilakukan penggabungan usaha (merger) dengan PT. Indomulti Inti Industri Tbk. Sejak saat itulah status Perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT. Indomobil Sukses Internasional Tbk, dengan kantor pusatnya di Wisma Indomobil I, lantai 6, Jl. MT. Haryono Kav 8, Jakarta Timur - 13330. Bidang usaha utama Perseroan dan anak perusahaan meliputi: pemegang lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa pembiayaan kendaraan bermotor, distributor suku cadang dengan merek “IndoParts”, perakitan kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif serta kelompok usaha pendukung lainnya. Semua produk dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan pelanggan dengan standar kualitas yang dijamin oleh perusahaan prinsipal serta didukung oleh layanan purna jual yang prima melalui jaringanjaringan 3S (Sales, Service, dan Spareparts) yang tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan mengelola merk-merk terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Foton, Great Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, Renault Trucks, Suzuki, Volkswagen, Volvo, Volvo Trucks, dan Mack Trucks. 87 Produk-produk yang ditawarkan meliputi jenis kendaraan bermotor roda dua, kendaraan bermotor roda empat, bus, truk, forklift, dan alat berat lainnya. Melalui sinergi dari 4.224 karyawan tetap yang tersebar di seluruh anak perusahaan di Indonesia telah mampu menopang Perseroan menjadi salah satu perusahaan di bidang Otomotif yang terkemuka. Perseroan secara terus menerus mengembangkan kemampuan, pengetahuan, ketrampilan, dan pemahaman nilai-nilai yang secara terus menerus dijalankan melalui program pelatihan baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar Perseroan, program konseling, coaching, seminar, dan praktek kerja lapangan (on the job training). Pengembangan kompetensi, dan jenjang karir, telah menjadi satu prioritas kegiatan Perseroan dan telah dikemas dalam suatu sistem yang dievaluasi secara terus menerus. Usaha keras tersebut membuahkan hasil yang sangat baik melalui pencapaian laba bersih Perseroan sebesar Rp. 448,67 milyar dalam tahun buku 2010 ini. 2. Visi dan Misi Visi PT. Indomobil Finance adalah Menjadi perusahaan otomotif terhandal dan terpercaya di dalam negeri. Misi PT. Indomobil Finance, adalah: 4.) Mengembangkan seluruh sumber daya yang dimiliki secara berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalisme bagi kepuasan pelanggan. 88 5.) Memberikan konstribusi dan berupaya sepenuhnya bagi pengembangan usaha Indomobil. 6.) Memberikan komitmen dan nilai terbaik bagi seluruh pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat. 3. Struktur Organisasi Kepala Unit Kepala Divisi Divisi Tecnology & Information Divisi Finance ,Accounting, Tax Divisi Legal & Corporate Communication Divisi Operational Divisi Human Resource Development & General Affair 1) Kepala Unit Tugas dan Tanggung Jawab (1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perusahaan sesuai dengan norma pedoman dan instruksi dari pimpinan umum. (2) Melaporkan data serta kegiatan yang ada ke Direksi. (3) Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan kepada Asisten. (4) Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya kegiatan operasi. 89 (5) Mengkoordinasikan dan bertanggungjawab terhadap penyusunan rencana anggaran belanja perusahaan kantor cabang. (6) Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai dengan sistem prosedur yang berlaku. (7) Membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial karyawan. (8) Membina suasana kekeluargaan dan kerja sama yang baik antara asisten, karyawan serta memelihara keamanan. 2) Divisi Teknologi & Informasi Tugas dan Tanggung Jawab (1) Perencanaan dan pengembangan strategi sistem dan teknologi informasi sesuai kebutuhan perusahaan (2) Perancangan implementasi serta pemeliharaan sistem informasi perusahaan yang terintegrasi yang mampu mendukung upaya perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja (3) Pengelolaan Data Center dan Disaster Recovery Center (4) Penyusunan laporan unit kerja (5) Pencapaian kinerja di unit kerjanya. 3) Divisi Keuangan, Akuntansi & Pajak Adapun pada divisi ini berkaitan dengan piutang yang terjadi akibat dari penjualan secara kredit. Divisi tersebut terdiri dari beberapa job description, yaitu: Tugas dan Tanggung JawabBagian AMU (Asset Management Unit) (1) Mengurus tarikan kendaraan dari konsumen yang telah lewat jatuh tempo pembayarannya dan telah menerima surat tarik kendaraan. 90 (2) Mengurus lelang kendaraan dari konsumen yang telah ditarik kendaraannya. Tugas dan tanggung jawab Bagian HRGA (Human Resource Genaral Affair) (1) Buiding management dan karyawan (2) Pelaksanaan keamanan Satpam/Security, ketertiban dan kebersihan (3) Recepsionist dan operator telepon, serta keluar masuk Tamu Tugas dan tanggung jawab Bagian PO (Purchase Order) (1) Mencari dan menganalisa Dealer yang sesuai dengan unit yang dibutuhkan (2) Melakukan koordinasi dengan pihak Dealer mengenai kelengkapan dokumen (3) Melakukan pemesanan unit (4) Membuat laporan pembelian & pengeluaran unit (5) Pembayaran faktur (6) Bekerjasama dengan Dealer terkait untuk memastikan kelancaran operasional perusahaan Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Finance (1) Mengurus pencairan program penjualan dan pameran (2) Mengurus dana yang keluar untuk pembelian produk dari Dealer. (3) Berperan langsung terhadap persiapan analisa operasional perusahaan, termasuk laporan keuangan Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Kolektor (1) Membantu proses pembayaran dari nasabah ke perusahaan serta sebagai fasilitator dalam serah terima unit 91 (2) Melakukan kunjungan, memberikan solusi pembayaran kepada semua konsumen yang menjadi tanggung jawab wilayahnya untuk menjaga proses pembayaran dari konsumen lancar (3) Melaporkan hasil kunjungan kepada Koordinator Kolektor mengenai kondisi konsumen di lapangan sehingga dapat dicarikan solusi yang terbaik (4) Melakukan penagihan atau penarikan unit dari konsumen yang tertunggak Tugas dan Tangung Jawab Bagian Kasir (1) Menjalankan proses penjualan dan pembayaran (2) Melakukan pencatatan atas semua transaksi (3) Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada atasan Tugas dan Tangung Jawab Bagian BPKB (1) Menerima BPKB dari konsumen (2) Mengeluarkan BPKB dari konsumen Tugas dan Tangung Jawab Bagian Asuransi (1) Mengurus polis (2) Mengurus cover asuransi Tugas dan Tangung Jawab Bagian Fidusia dan Filling (1) Mengurus pendaftaran Fidusia (2) Mengurus berkas Filling (kearsipan) 4) Divisi Komunikasi Hukum & Perusahaan Tugas dan Tanggung Jawab 92 (1) Sebagai konsultan hukum perusahaan, yaitu memberikan nasihat atau opini hukum kepada pemimpin perusahaan. (2) Sebagai advokat perusahaan, yaitu mewakili perusahaan jika terjadi masalah di pengadilan, dan (3) Sebagai pelaksana perusahaan, yaitu menyiapkan dan mengurus perizinan. 5) Divisi Operasi Tugas dan Tanggung Jawab (1) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi seluruh pelaksanaan operasional perusahaan (2) Membuat stategi dalam pemenuhan target perusahaan dan cara mencapai target tersebut (3) Mengecek, mengawasi dan menentukan semua kebutuhan dalam proses operasional perusahaanMerencanakan, menentukan, mengawasi, mengambil keputusan (4) Mengkoordinasi dalam hal keuangan untuk kebutuhan operasional perusahaan (5) Mengawasi seluruh karyawan apakah tugas yang dilakukan sesuai dengan standar operasional perusahaan 6) Divisi Pengembangan SDM & Umum Tugas dan Tanggung Jawab (1) Mengkoordinasikan perumusan perencanaan dan pemberdayaan pegawai (man power planning), sesuai kebutuhan Perusahaan. 93 (2) Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan dan pengembangan pegawai. (3) Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal jasa pegawai dengan mempertimbangkan "internal / external equity". (4) Bersama Manajemen merumuskan pola pengembangan organisasi Perusahaan. (5) Menyelenggarakan Sistem Informasi SDM dalam suatu data base Kepegawaian. (6) Menyelenggarakan penyediaan dan distribusi air, listrik, AC, telepon dan Faksimili untuk keperluan kantor. (7) Menyelenggarakan administrasi, penempatan, penyimpanan dan penggunaan peralatan, inventaris, fasilitas kantor. (8) Melakukan kajian dan evaluasi terhadap efektifitas program dan kontribusi peraturan bagi perkembangan Perusahaan. (9) Mengevaluasi Hasil penilaian kinerja seluruh Pegawai. (10) Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja / perjalanan dinas dan penerimaan tamu perusahaan. (11) Menyelenggarakan data base inventaris perusahaan. (12) Menyiapkan laporan kegiatan Divisi secara benar dan tepat waktu. 4. Fungsi dan Unsur-Unsur Pengendalian Intern 1) Lingkungan Pengendalian 94 Sesuai dengan motto perusahaan yaitu memberikan komitmen dan nilai terbaik bagi seluruh pihak yang berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat menggambarkan lingkungan pengendalian gaya operasional yang ingin dilaksanakan oleh pimpinan perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapakan. Dalam menjalankan usahanya, manajemen perusahaan sangat mengacu pada tatanan etika yang dibakukan pada peraturan perusahaan, dimana membentuk karyawan dalam melaksanakan hak dan kewajibannya. Kode etik yang harus ditaati oleh seluruh karyawan adalah kejujuran, kedisiplinan dan kepuasan pelanggan. Nilai-nilai etika dilakukan dengan menerapkan kebijakan dalam menegakkan kedisiplinan dalam berpakaian, dalam kehadiran, jam kerja dan cara berkomunikasi. PT. IMFI merekrut karyawan yang memiliki kompetensi, jujur dan memiliki pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya sedangkan untuk karyawan yang tidak memiliki pengalaman kerja, perusahaan memperhatikan latar belakang pendidikannya, dimana PT. IMFI hanya merekrut karyawan yang memiliki gelar minimal S1/Diploma. Karyawan yang mempunyai gelar sarjana S1/Diploma di tempatkan pada bagian administrasi yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan laporan keuangan. Sedangkan untuk lulusan SMA di tempatkan di bagian sales dan collection. Perusahaan juga menerapkan uji kompetensi, yaitu berupa elearning untuk kompetensi basic dan pelatihan bagi kelas koordinator dan lektor yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja perusahaan dan mendorong terciptanya SDM yang baik. Perusahaan juga 95 memiliki SOP (Standart Operating Procedure)dan PP (Peraturan Perusahaan) yang harus dijalankan oleh setiap karyawan. Struktur organisasi pada PT. IMFI menganut sistem departementalisasi dimana terdapat beberapa divisi atau departemen sesuai dengan fungsinya misalnya divisi finance, accounting, HRD, divisi Marketing. 2) Penaksiran Risiko (1) Risiko Pembiayaan Risiko pembiayaan dapat diminimalkan dengan pemberian kredit yang seksama dan penuh kehati-hatian berdasarkan survey lapangan maupun analisis kredit sesuai standar yang ditetapkan. Perusahaan sudah memiliki prosedur dengan menugaskan sales untuk mengevaluasi terlebih dahulu apakah konsumen layak diberikan kredit atau tidak dengan cara melihat rumahnya, berapa gaji perbulannya, apakah usaha atau toko konsumen ramai pelanggan. Pengelolaan penagihan dapat dilakukan melalui SMSreminder, atau melalui telepon, maupun kunjungan langsung ke konsumen jika ada keterlambatan pembayaran dalam jangka waktu tertentu. Dan jika masih tidak tertagih, kendaraan akan diambil alih sebagai jaminan. Sebagai langkah akhir, kendaraan yang diambil alih akan dibantu penjualannya untuk meminimalkan kerugian dan melindungi hak-hak konsumen yang bersangkutan. (2) Risiko Opersional 96 Seiring dengan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat, beragam perubahan situasi senantiasa muncul dalam dunia usaha. Oleh sebab itu, peninjauan kembali terhadap sistem dan prosedur operasional Perseroan senantiasa dilakukan agar sesuai dengan dinamika bisnis Perseroan. Melalui departemen khusus yang disebut businessprocess, Perseroan telah menetapkan standard operationalprocedure(SOP) sebagai pedoman dalam menjalankan usahanya. SOP ini selalu diperbaharui secara berkala. Dalam hal ini, Departemen Audit Internal bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi pengendalian terhadap kesesuaian pelaksanaan operasional dengan SOP tersebut. (3) Risiko Terhadap Pesaing Dalam mengelola risiko persaingan, PT. IMFI telah melakukan antisipasi untuk bertahan dan tetap berkembang dalam dunia bisnis. Hal yang dilakukan perusahaan adalah dengan tidak meninggalkan aspek kepatutan dengan memberikan bunga yang wajar dan kemudahan sesuai dengan PP dan OJK. Selain itu erusahaan terus berupaya untuk meningkatkan pembiayaan melalui kerja sama dengan distributor dan dealer, penawaran paket pembiayaan yang inovatif, serta perluasan jaringan penjualan dan pelayanan di seluruh Indonesia. (4) Risiko Terhadap Kecurangan Oleh Karyawan Dalam mengantisipasi adannya risiko kecurangan seperti penjualan fiktif dan menggunakan kas perusahaan, PT. IMFI melakukan pemberlakukan aturan perusahaan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala atas penjualan dan piutang perusahaan dan memeriksa 97 kas perusahaan setiap harinya. Selain melakukan hal tersebut, perusahaan juga menetapkan bisnis tertentu dengan DP (Down Payment) tertentu dan unit tertentu melalui CA (Credit Analys). (5) Risiko Terhadap Piutang Usaha Pada proses pembayaran piutang, PT. IMFI melakukan tindakan yang memadai dengan meminta pelanggan untuk membayar piutangnya dengan cara melakukan transfer langsung ke rekening bank perusahaan melalui teller perusahaan atau bisa dengan transfer melalui Kantor Pos, Virtual Account melalui (ATM BCA, ATM Mandiri, ATM BRI dan ATM Bersama), Autocollection melalui (Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI), Payment Point melalui (Kantor Pos Indonesia, Indomaret/Ceriamart, Alfamart/Alfamidi. Kemudian bagian kasir dan administrasi akan mengecek adanya angsuran yang sudah masuk atau angsuran yang belum dibayarkan melalui sistem sintrik. 3) Informasi dan Komunikasi PT. IMFI sangat menjamin keamanan dan kebenaran dari data dan informasi yang terdapat dalam perusahaan dengan cara tidak memperbolehkan mengekspose data sembarangan. Data dan informasi perusahaan hanya boleh diekspose dengan tujuan untuk penyidikan dan OJK saja. Pemrosesan informasi transaksi angsuran perusahaan dilakukan secara online dengan sistem terkompeterisasi dengan nama SINTRIK. Informasi mengenai piutang pada perusahaan adalah sebagai berikut: 98 a. Informasi dari sales mengenai kondisi calon konsumen. Informasi ini bertujuan untuk menilai apakah calon konsumen b. Data riwayat calon konsumen yang ingin menambah kredit 4) Aktivitas Pengendalian (1) Pemisahan Tugas Aktivitas pengendalian terhadap pemisahan tugas pada PT. IMFI sudah dipisahkan pada tanggung jawab masing-masing karyawan. Jadi tidak ada karyawan yang merangkap tugas ganda. Aktivitas pengendaliannya adalah sebagai berikut: a. Bagian penerimaan kas (kasir) terpisah dengan bagian akuntansi. b. Bagian piutang terpisah dengan bagian survey. c. Bagian akuntansi terpisah dengan bagian piutang. d. Petugas yang menyetorkan kas ke bank, terpisah dengan pemegang buku piutang. (2) Pengendalian Pemrosesan Informasi Pengendalian pemrosesan akuntansi mencakup pengamanan akses terhadap data dan program. Pada PT. IMFI dalam pengamananan terhadap data, perusahaan telah memasang password untuk setiap data perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. (3) Review Kinerja PT. IMFI selalu melakukan review atas setiap kegiatan yang dilakukannya. Review tersebut dilakukan secara mingguan, bulanan, mid semester, dan tahunan. Review mingguan dilakukan untuk meriview pekerjaan karyawan yang dilakukan oleh kepala 99 perusahaan, review bulanan dilakukan oleh cabang, review mid semesteran dilakukan oleh kepala area dalam dua tahun sekali, dan review tahunan dilakukan oleh pusat. Selain review yang dilakukan tersebut, direktur setiap harinya memeriksa dan memonitir realisasi penerimaan piutang yang setiap minggunya dibuat ke dalam laporan rencana dan realisasi penerimaan piutang mingguan. Selain itu, direktur juga mendapatkan laoran hasil penjualan dan laporan laba rugi setiap bulannya. Dengan begitu, perusahaan telah melakukan kegiatan review kinerja yang baik terhadap kegiatan penjualan dan piutang usahanya. Hal ini dapat terlihat dari review yang secara rutin dilakukan. Dengan adanya pemeriksaan rutin yang dilakukan terhadap review kinerja, perusahaan dapat menghindari adanya tindakan kecurangan dan kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan oleh karywan-karyawannya. 5) Pemantauan PT. IMFI telah menetapkan tanggung jawab kepada masing-masing karyawan secara jelas. Kelancaran piutang usaha menjadi tanggung jawab bagian collection head. Collector dituntut untuk bekerja secara maksimal agar dapat meminimalkan piutang tak tertagih. Kepala bagian piutang selalu memantau pencapaian dari collector setiap hari berdasarkan umur piutang sebelumnya, sehingga dari hasil pencapaian terhadap pengumpulan piutang dapat dilakukan evaluasi untuk dijadikan agenda rapat para kepala bagian setiap akhir tahun. 100 Penilaian secara berkala juga dilakukan perusahaan dengan memverifikasi setiap transaksi yang terjadi yang dilakukan oleh Internal Control setiap hari. Setiap tahun dilakukan audit oleh auditor independen dari Kantor Akuntan Publik (KAP). 5. Langkah Penetapan Pemberian Kredit 1) Syarat Kredit a. Perorangan (1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit (2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin (3) Fotocopy Kartu Keluarga (4) Slip Gaji (5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir (6) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir b. Profesi (1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit (2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin (3) Fotocopy Kartu Keluarga (4) Slip Gaji (5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir (6) Fotocopy Ijin Praktek (7) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir (8) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) c. Perusahaan (1) Fotocopy KTP Direktur / Komisaris/Yang Diberi Kuasa 101 (2) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir (3) Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP) (4) Fotocopy Akte Notaris Pendirian dan Perubahannya (5) Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP) (6) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) (7) Fotocopy Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi Laba) 3 tahun terakhir atau minimal 1 tahun terakhir (bila baru berdiri) 2) Survey Survey perlu dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari pemohon atau pihak lain yang akan digunakan dalam melakukan analisa kredit terhadap kelayakan pemohon memperoleh kredit. Proses tersebut dimulai pada saat Credir Marketing Officer (CMO) membuat janji dengan pemohon dan diakhiri dengan pembuatan hasil survey. Survey yang baik akan memperoleh informasi yang menyeluruh tentang kemampuan pemohon kredit, karena jika tidak dilakukan dengan tepat akan mengakibatkan kesalahan informasi yang mempunyai dampak seperti berikut: a. Menolak pemohon yang sebenarnya layak untuk diberikan kredit. b. Menyetujui permohonan kredit pemohon yang sebenarnya tidak layak untuk diberikan kredit. Survey dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut: (1) Memperoleh data awal Pada saat memperoleh data awal, biasanya data yang diperoleh sangat minim sekali, yaitu terdiri dari: 102 a. Fotokopi identitas (KTP/SIM/Paspor/Kitas) pemohon dan pasangan (bila telah menikah). b. Fotokopi kartu keluarga pemohon. c. Fotokopi bukti kepemilikan rumah, misalnya serifikat rumah, rekening atau rekening listrik. d. Fotokopi bukti penghasilan, misalnya rekening tabungan, slip gaji atau surat keterangan penghasilan. e. Struktur pembiayaan yang diajukan. (2) Persiapan interview dengan pemohon, terdiri dari berikut: a. Perencanaan b. Pembuatan janji dengan pemohon c. Persiapan (3) Interview dengan pemohon Hal yang diperlukan dalam tahap ini sebagai berikut: a. Pembukuan b. Pengamatan c. Pembicaraan d. Perpisahan (4) Credit Checking Salah satu cara dalam melakukan survey untuk mengecek kebenaran keterangan yang diberikan oleh pemohon adalah dengan menggunakan credit cheking. Dalam melakukan credit checking terdapat beberapa cara sebagai berikut: 103 a. Data yang diperoleh dari pemohon. b. Melakukan pengecekan berdasarkan data yang diperoleh dari pemohon. c. Dari hasil interview dengan pemohon. d. Melakukan pengecekan terhadap keterangan yang diperoleh dari pemohon. e. Dari lingkungan sekitar rumah pemohon. Melakukan pengecekan ke tetangga dan lingkungan sekitar rumah untuk mengetahui karakter dan reputasi pemohon di lingkungan sekitar rumahnya. 3) Analisa kelayakan pemohon Dalam menganalisa kelayakan pemohon dapat dilakukan demgan menggunakan konsep 1P + 5C sebagai brikut: a. Purpose Tujuan pemohon untuk mendapatkan kredit harus benar-benar jelas, antara lain adalah: (1) Membeli kendaraan untuk kepentingan pribadi. (2) Membeli kendaraan untuk menunjang kegiatan usaha. (3) Keinginan pemohon untuk mendapatkan dana tunai (direct financing). b. Character Character merupakan karakter, reputasi dan pengalaman pemohon, yang informasinya diperoleh selama interview dan melalui credit checking. Jika merupakan existing customer dari perusahaan, maka 104 historical payment maupun rekomendasi dari bagian collection mengenai karakter pemohon dapat digunakan sebagai sumber informasi. Karakter tersebut dapat dibagi sebagi berikut: (1) Secara perorangan (2) Secara Badan Hukum (PT) c. Capacity Capacity adalah kemampuan pemohon untuk dapat membayar kewajibannya setiap bulan kepada PT. IMFI. Capacity dapat dilihat dari: (1) Rekening Koran dan tabungan (2) Nota-nota/bon penjulan (3) Slip gaji/surat keterangan penghasilan (4) Estimasi pendapatan Pemohon dengan karakter perorangan, besarnya pendapatan dan pengeluaran setiap bulan dapat dilihat dari rekening Koran/tabungan atau slip gaji atau surat keterangan penghasilan dan dari estimasi pendapatan. Sedangkan pemohon dengan karakter Badan Hukum (PT) selain menggunakan Rekening Koran dan estimasi pendapatan, juga dilihat dari laporan keungan (baik audited maupun unaudited) pada laporan Neraca (menjelaskan posisi aktiva dan passive) dan Laba/Rugi (menjelaskan pendapatan, pengeluaran dan keuntungan). d. Capital Untuk menganalisa mengenai modal pemohon, dapat dibagi menjadi dua diantaranya: 105 (1) Modal yang dapat dengan cepat dicairkan (2) Modal yang tidak dapat dengan cepat dicairkan e. Condition Kondisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah faktor politik, keamanan, cuaca, lingkungan dan social budaya. Tetapi hal tersebut dapat dianggap tetap selama jangka waktu kredit/pembiayaan (jangka pendek). Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil dari analisa ini yaitu: (1) Analisa secara makro (umum) Apakah pemohon memiliki pengalaman cukup dalam menangani bisnis yang dijalaninya. (2) Analisa secara mikro Apakah bisnis atau pekerjaan pemohon memiliki masa depan yang baik. f. Collateral Collateral berkaitan dengan nilai nominal dari kendaraan yang akan dibiayai, besar kecilnya uang muka (down payment) akan sangat mempengaruhi nilai pembiayaan. Jika uang muka yang dibayarkan pemohon itu kecil, dapat mengakibatkan perusahaan tersebut macet dan kendaraannya ditarik, harga jual dari kendaraan tersebut menjadi menurun bisa diakibatkan karena kendaraan mengalami kerusakan sehingga harga pasarnya turun. Penyebab lain yang dapat mengakibatkan penurunan nilai collateral secara ekonomis dan taktis adalah dari tujuan permohonan 106 pembiayaan, terutama untuk pemakaian yang over time/load atau yang disewakan. Selain itu untuk menghindari terjadinya penurunan harga jual kembali kendaraan yang dibiayai, maka sangat perlu diperhatikan kondisi fisik kendaraan, seperti kerusakan karena karat, bekas tabrakan, merk ,jenis, tahun kendaraan, plat nomor kendaraan. Jika kondisi fisik kendaraan kurang memadai, maka dapat diambil alternatife sebagai berikut: (1) Mengganti unit kendaraan yang akan dibiayai (2) Menaikkan uang muka (3) Menjaminkan unit lain yang merupakan milik pemohon sebagai jaminan tambahan Tehnik analisa 1P + 5C menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, karena ppemohon dapat dibagi menjadi 4 tipe, dan tergantung CMO (Credit Marketing Officer) untuk dapat memilihnya, yaitu: (1) Mampu tetapi tidak mau membayar (2) Mampu dan mau membayar (3) Tidak mampu dan tidak mau membayar (4) Tidak mampu tetapi mau membayar atau terlambat 6. Tujuan Penagihan Piutang 1) Mengusahakan agar pembayaran dari konsumen sesuai dengan tanggal ajatuh tempo 2) Mengoptimalkan laba 107 3) Meminimalkan kerugian atas angsuran yang tertunggak 4) Menjaga kestabilan dan kesehatan keuangan perusahaan 7. Konsumen yang Dinyatakan Bad Customer Konsumen yang telah dinyatakan sebagai konsumen yang kurang atau tidak baik berdasarkan kebijakan perusahaan dengan klasifikasi over due up 90 hari dikategorikan sebagai Bad Customer (Bad Debt) dan sudah tidak layak untuk diberikan fasilitas kredit dikemudian hari. 8. Cara yang Dilakukan Jika Kondisi Fisik Kendaraan Tidak Memadai 1) Mengganti unit kendaraan yang akan dibiayai 2) Menaikkan uang muka 3) Menjaminkan unit lain yang merupakan milik pemohon sebagai jaminan 9. Langkah Penanganan Account Over Due Maksimum Toleransi Over Due Hari >1 hari >3 hari >7 hari >14 hari 60 < hari ≤ 90 90 < hari ≤ 120 7 hari setelah penarikan (R2) 14 hari setelah penarikan (R4) Langkah-langkah minimum yang sudah dilakukan Umum (Starter) Over Non starter Over Due > 6 bulan Due(berlaku khusus untuk konsumen awalnon exizting customer) Telepon Kunjungan pertama Kunjungan pertama Kunjungan kedua Surat pemberitahuan Surat peringatan Kunjungan kedua Kunjungan ketiga Surat peringatan Surat peringatan Kunjungan ketiga Surat tugas tarik Surat peringatan kendaraan terakhir Surat tugas tarik Penarikan kendaraan kendaraan Penarikan kendaraan Penjualan kendaraan tarikan Penjualan kendaraan tarikan 108 Penarikan kendaraan dilakukan jika perusahaan melakukan langkah terakhir, seperti: pengiriman surat pemberitahuan, surat peringatan, surat peringatan terakhir tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari konsumen, maka langkah selanjutnya adalah melakukan penarikan kendaraan tersebut. 10. Daftar Piutang PT. IMFI Cabang Semarang Tahun Merek 2016 Honda Tertagih Tertunggak 89% 11% Rp. 700.000.000 92% 8% Biojio 0 100% 0 Suzuki Rp. 450.000.000 96% 4% Yamaha Rp.7.000.000.000 89% 11% Rp. 9.250.000.000 93,2% 6,8% Honda Rp. 18.000.000.000 85% 15% Kawasaki Rp. 1.300.000.000 70% 30% Biojio Rp. 300.000.000 94% 6% Suzuki Rp. 300.000.000 70% 30% Yamaha Rp. 11.000.000 70% 30% 77,8% 22,2% Kawasaki Total 2017 Total Penjualan Kredit/Tahun Rp. 1.100.000.000 Rp 19.911.000.000 109 Formulir Pengkinian Data Konsumen PT. IMFI 110 Surat Pernyataan Perubahan Tanggal Jatuh Tempo Angsuran 111 Surat Pengambilan BPKB Perorangan 112 Surat Pelaporan Kehilangan Kendaran