skripsi fakultas ekonomi dan bisnis universitas dian nuswantoro

advertisement
ANALISA PENGENDALIAN INTERN PIUTANG USAHA UNTUK
MEMINIMALKAN PIUTANG TAK TERTAGIH (BAD DEBT)
PADA PT. INDOMOBIL FINANCE INDONESIA CABANG SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaiakan Program Sarjana (S1)
pada Program Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Dian Nuswantoro
Disusun Oleh :
DYAH AYU SUSILOWATI
B12.2013.02478
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO
SEMARANG
2017
i
ii
iii
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
“Maka sesungguhnya bersama kesulitan pasti ada kemudahan. Sesungguhnya
bersama kesulitan ada kemudahan. Maka apabila engkau telah selesai (dari suatu
urusan), tetaplah bekerja keras (untuk urusan yang lain). Dan hanya kepada
Tuhanmulah engkau berharap.”
(QS. Al-Insyirah,6-8)
“Pendidikan merupakan senjata paling ampuh yang bisa kamu gunakan untuk
merubah dunia.”
(Nelson Mandela)
Persembahan
Alhamdulillah atas berkat rahmat hidayah serta innayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan skripsi dengan baik. Skripsi ini aku persembahkan untuk:
 Kedua orang tua tercinta (Bapak M. Saiful Umar dan Ibu Jasimah)
 Kakakku tercinta Sifaudma Sarina Astutik
 Adikku tercinta (Ahmad Ari Susanto dan M. Fathoni Latief)
 Teman-temanku (Da’e, Dina, Yunita, Puput)
 Ibu kos Nakula 1/39 Nyonya Usman
v
ABSTRAK
Banyak perusahaan memilih untuk melakukan penjualan secara kredit, karena
lebih menarik bagi para konsumen yang membeli. Namun penjualan secara kredit
mempunyai banyak resiko, di antaranya adanya piutang tak tertagih. Oleh karena itu
manajemen atau perusahaan sangat memerlukan pengendalian intern terhadap
piutang usaha agar resiko piutang dapat diminimalkan. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui : (1) pengendalian intern piutang usaha yang diterapkan PT. Indomobil
Finance Indonesia (IMFI) agar jumlah piutang tak tertagihnya dapat diminimalkan
sekecil mungkin dan (2) tingkat perputaran piutang usaha pada PT. Indomobil
Finance Indonesia (IMFI). Objek penelitian ini adalah PT. Indomobil Finance
Indonesia Cabang Semarang yang beralamat di Jl. M.H Thamrin No.69A Semarang.
Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dan jenis data yang digunakan adalah
primer dan sekunder. Metode pengumpulan data dilakukan melalui wawancara dan
dokumentasi. Dari hasil penelitian dapat diperoleh simpulan bahwa pengendalian
intern piutang usaha untuk meminimalkan piutang tak tertagih (bad debt) yang
diterapkan oleh PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang sudah berjalan
efektif dan memadai meskipun tingkat piutang tak tertagihnya menunjukan
kelemahan.
Kata Kunci : Pengendalian Intern,Piutang Usaha
vi
ABSTRACT
Many companies choose to do the credit sales, because it is more attractive
to the consumers. However, credit sales have many risks, which is the bad debts.
Therefore the management or the company is in need of internal control over
accounts receivable so that the credit risk can be minimized. This research aims to
understand (1) Internal control of accounts receivable that applied by PT. Indomobil
Finance Indonesia (IMFI) in order to mitigate the bad debts and (2) The turnover
rate of accounts receivable at PT. Indomobil Finance Indonesia (IMFI). This
research object is PT. Indomobil Finance Indonesia - Semarang branch office, which
located at 69A M.H Thamrin Street Semarang. Method of data analysis used in this
study is descriptive qualitative analysis. This study uses primary data and secondary
data which collected by doing interviews and documentation. The result shows that
internal control of accounts receivable to mitigate the bad debts that applied by PT.
Indomobil Finance Indonesia - Semarang branch office is adequate and has been
running effectively, although the rate of the bad debts dispose weak.
Keywords: Internal Control, Account Receivable
vii
KATA PENGANTAR
Assalammu’alaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas semua
berkat dan kasih sayang yang diberikan-Nya, sehingga penulis dapat meyelesaikan
skripsi ini dengan judul ANALISA PENGENDALIAN INTERN PIUTANG
USAHA UNTUK MEMINIMALKAN PIUTANG TAK TERTAGIH (BAD
DEBT)
PADA
PT.
INDOMOBIL
FINANCE
INDONESIA
CABANG
SEMARANG yang merupakan syarat untuk menyelesaikan Program Strata satu
(S1), Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro
Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, penulis mendapat banyak bimbingan, petunjuk
dan bantuan dari berbagai pihak. Atas bantuan dan dukungan yang telah diberikan
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Natalistyo TAH, M.Si., Ak., CA selaku Dosen Pembimbing yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis dalam penyusunan
skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. Edi Noersasongko, M.Kom selaku Rektor Universitas
Dian Nuswantoro Semarang.
3. Bapak Prof. Vincent Didiek Wiet Aryanto. MBA. Ph. D selaku Dekan
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
viii
4. Bapak Yulita Setiawanta, M.Si., Ak., CA selaku Ketua Program Studi
Akuntansi Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
5. Bapak Bambang SE., M.Si., Akt selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu selama proses perwalian.
6. Kepala Unit PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang serta para
karyawan yang telah membantu dalam melakukan penelitian.
7. Bapak dan Ibu dosen yang telah memberikan ilmunya kepada penulis selama
mengikuti kuliah di Universitas Dian Nuswantoro Semarang.
8. Kedua Orang Tuaku yang selalu memberikan dukungan moral maupun
materi, serta selalu mendo’akan dalam penyusunan skripsi ini.
9. Teman-temanku yang ngeselin tapi ngangenin Puput Juniar, Ike Apriyanti,
Nely Carolina dan Heni Istiawati.
10. Teman Kos Nakula 1/39 Apdina Riantini, Dewi Rahmayunita dan khususnya
Da’e Oktiva H yang membantu memberikan arahan dalam penyelesaian
skripsi ini.
Akhir kata, semoga Allah SWT memberikan hidayah serta inayah-Nya serta
membalas budi baik Bapak, Ibu dan Saudara sekalian. Kepada para pembaca, walau
masih banyak kekurangan penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi
semua khususnya pihak PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang, semoga
dapat memperoleh manfaat dari skripsi ini.
Wassalamua’alaikum Wr. Wb.
Semarang, 24 Juli 2017
ix
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .......................................................
ii
PENGESAHAN SKRIPSI .............................................................................
iii
PENGESAHAN KELULUSAN UJIAN SKRIPSI ......................................
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN .................................................................
v
ABSTRAK ......................................................................................................
vi
ABSTRACT ....................................................................................................
vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................
viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................
x
DAFTAR TABEL...........................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
xiv
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
xv
BAB 1 PENDAHULUAN ..............................................................................
1
1.1
Latar Belakang.................................................................................
1
1.2
Rumusan Masalah............................................................................
7
1.3
Tujuan Penelitian .............................................................................
7
1.4
Manfaat Penelitian ...........................................................................
7
1.5
Sistematika Penulisan ......................................................................
8
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .....................................................................
10
2.1
Telaah Teori .....................................................................................
x
10
2.1.1. Pengendalian Intern .............................................................
10
2.1.3.1 Pengertian Pengendalian Intern ...............................
10
2.1.3.2 Tujuan Pengendalian Intern .....................................
10
2.1.3.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern............................
11
2.1.3.4 Keterbatasan Pengendalian Intern............................
13
2.1.3.5 Pengendalian Intern Piutang ....................................
13
2.1.2. Piutang .................................................................................
14
2.1.2.1 Pengertian Piutang ...................................................
14
2.1.2.2 Penggolongan Piutang .............................................
15
2.1.2.3 Akuntansi Piutang ....................................................
17
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang mempengaruhi Besarnya
Piutang Tak Tertagih................................................
17
2.1.2.5 Resiko Kerugian Piutang .........................................
19
2.1.2.6 Pengakuan Kerugian Atas Piutang...........................
20
2.1.2.6.1 Piutang Tak Tertagih ...............................
20
2.1.2.6.2 Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih
20
2.1.2.7 Rasio yang Berhubungan Dengan Piutang ..............
24
2.1.2.7.1 Tingkat Perputaran Piutang (Receivable
Turn Over) ...............................................
24
2.1.2.7.2 Average Collection Period (ACP) ...........
24
2.1.2.7.3 Rasio Tunggakan .....................................
25
2.1.2.7.4 Rasio Penagihan ......................................
25
2.1.2.8 Pengakuan Piutang Usaha ........................................
26
2.1.2.9 Penyajian Piutang.....................................................
26
2.1.3. Kredit ...................................................................................
27
2.1.3.1 Pengertian Kredit .....................................................
27
2.1.3.2 Tehnik Analisis Kredit .............................................
28
2.1.3.3 Persyaratan Kredit ....................................................
29
2.1.3.4 Kebijakan Kredit ......................................................
30
2.1.3.5 Penyajian Para Langganan dalam Penjualan Kredit
31
2.1.3.6 Kolektibilitas Kredit.................................................
33
2.1.3.7 Penyebab Kredit Bermasalah ...................................
33
xi
2.1.3.8 Penyelamatan Kredit Bermasalah ............................
34
2.2
Hasil Penelitian Terdahulu ..............................................................
35
2.3
Kerangka Pemikiran ........................................................................
40
BAB III METODE PENELITIAN ...............................................................
41
3.1
Objek Penelitian ..............................................................................
41
3.2
Jenis dan Sumber Data ....................................................................
41
3.2.1 Jenis Data .............................................................................
41
3.2.2 Sumber Data ........................................................................
41
3.3
Metode Pengumpulan Data .............................................................
42
3.4
Metode Analisis ...............................................................................
42
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..............................
44
4.1
Hasil Analisis ...................................................................................
44
4.1.1 Gambaran Umum Responden ..............................................
44
4.1.2 Sejarah Singkat Perusahaan .................................................
44
4.1.3 Visi dan Misi PT. Indomobil Finance ..................................
46
4.1.4 Struktur Organisasi ..............................................................
46
4.1.5 Deskripsi Tugas dan Uraian Jabatan Pada PT. Indomobil
4.2
Finance Indonesia Cabang Semarang ..................................
47
Pembahasan .....................................................................................
52
4.2.1. Sistem Pengendalian Intern Atas Piutang ............................
52
4.2.2. Bagan Alur Pemberian Kredit..............................................
71
4.2.3. Analis Jumlah Piutang Tak Tertagih ...................................
73
4.2.4. Perbandingan Unsur Pengendalian Intern Berdasarkan Teori
dengan Temuan pada PT. Indomobil Finance Cab. Semarang .......
74
BAB V PENUTUP ..........................................................................................
79
5.1
Kesimpulan ......................................................................................
79
5.2
Saran ................................................................................................
80
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
81
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Hasil Penelitian Terdahulu .........................................................
35
Tabel 4.1 Langkah-langkah untuk menangani over due ............................
67
Tabel 4.2 Daftar Piutang PT. IMFI Cab. Semarang ...................................
73
Tabel 4.3 Perbandingan Unsur Pengendalian Intern ..................................
74
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1
Kerangka Konspetual ..........................................................
40
Gambar 4.1
Struktur Organisasi..............................................................
45
Gambar 4.2
Bagan Alur Pemberian Kredit .............................................
71
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1
Tabel Pertanyaan .................................................................
83
Lampiran 2
Pertanyaan ...........................................................................
85
Lampiran 3
Jawaban................................................................... ............
86
xv
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Persaingan bisnis pada dunia usaha yang semakin kompetitif seiring
bertumbuhnya perekonomian dan teknologi kini menuntut perusahaan untuk bekerja
lebih keras dalam meningkatkan kinerja, melakukan inovasi dan melakukan
perluasan usahanya agar mampu bertahan dan menghadapi persaingan dalam
mencapai tujuan dari perusahaan. Ketatnya persaingan tidak hanya dialami oleh
perusahaan yang bergerak dalam bidang dagang saja, tetapi juga perusahaan yang
bergerak dalam bidang industri dan jasa. Ketatnya persaingan membuat pihak
manajemen
dan
pimpinan
perusahaan
berusaha
untuk
mempertahankan
kelangsungan usahanya. Pada umumnya tujuan dari sebuah perusahaan adalah
memperoleh laba (profit oriented) untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,
kesinambungan operasi perusahaanya dan memuaskan kebutuhan dari konsumenya,
sehingga mampu berkembang menjadi perusahaan yang besar dan tangguh.
Kesuksesan perusahaan dalam bisnis hanya dapat dicapai melalui pengelolaan yang
baik, khususnya pengelolaan manajemen keuangan, sehingga modal yang dimiliki
bisa berfungsi sebagaimana mestinya.
Laba yang maksimal dapat diperoleh melalui peningkatanvolume penjualan.
Menurut Sulaiman (2012) dalam Habibie (2013) mengungkapkan semakin tinggi
volume penjualan maka semakin besar pula laba yang akan diperoleh. Dalam
kegiatan penjualan, perusahaan dapat menerapkan pembayaran dengan dua cara yaitu
dengan membayar secara langsung dan secara kredit.
1
2
Berbagai cara sudah ditempuh pihak manajemen untuk meningkatkan volume
penjualan, mulai dari memvariasi produk, melakukan potongan harga, hingga
melakukan penjualan secara kredit. Karena persaingan pangsa pasar yang semakin
ketat, membuat perusahaan harus mempertahankan usahanya dengan menghasilkan
laba. Sehingga diperlukan adanya suatu manajemen strategi bisnis. Strategi
merupakan rencana untuk mencapai tujuan perusahaan. Salah satu strategi yang
dapat dilakukan untuk mencapai suatu tujuan perusahaan dalam meningkatkan laba
adalah dengan melakukan penjualan secara kredit.
Menurut Nurjannah (2009) dalam Habibie (2013) mengungkapkan bahwa
penjualan secara kredit tidak segera menghasilkan penerimaan
kas, tetapi
menimbulkan piutang kepada konsumen atau disebut piutang usaha, dan barulah
kemudian pada hari jatuh temponya, terjadi aliran kas masuk (cash in flow) yang
berasal dari pengumpulan piutang tersebut.
Piutang usaha terjadi karena perusahaan menjual barang atau jasa kepada
konsumen secara kredit. Kebanyakan perusahaan lebih menyukai penjualan secara
tunai dibandingkan secara kredit, karena tidak banyak resiko yang akan ditanggung
yang dapat merugikan perusahaan. Akan tetapi karena persaingan dalam dunia bisnis
semakin ketat dan dengan adanya keterbatasan daya beli masyarakat, atau alasan
lain, kini telah memaksa perusahaan untuk melakukan penjualan secara kredit,
sehingga menimbulkan adanya piutang. Piutang usaha perlu diperhatikan karena
merupakan faktor penting yang mempengaruhi likuiditas modal kerja. Piutang ini
merupakan aset lancar yang diharapkan dapat ditagih dan dicairkan dalam waktu
dekat yang pembayarannya pada umumnya dilakukan dalam tempo 30 sampai
dengan 90 hari. Piutang merupakan uang, barang atau jasa yang diklaim oleh
3
perusahaan, individu, dan organisasi lain yang harus dilakukan penagihan pada
waktu jatuh temponya. Untuk itu sebelum suatu perusahaan memutuskan untuk
melakukan penjualan secara kredit, maka terlebih dahulu diperhitungkan mengenai
jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran
yang diinginkan, kemungkinan kerugian piutang tak tertagih dan biaya-biaya yang
akan timbul dalam menangani piutang. Oleh karena itu penangannya memerlukan
perlakuan yang khusus sehingga kerugian piutang tak tertagih dapat dihindari.
Pengelolaan piutang sebagian besar dipengaruhi oleh kebijakan kredit dan prosedur
penagihan terhadap piutang itu sendiri.
Banyak perusahaan memilih untuk melakukan penjualan secara kredit
dibandingkan secara tunai karena penjualan secara kredit lebih menarik bagi para
konsumen yang membeli, seperti halnya adanya keterbatasan ekonomi masyarakat
yang membuatnya tidak mampu membeli suatu barang secara tunai dengan lunas,
tetapi dapat membeli suatu barang tersebut dengan mengangsurnya atau dengan
kredit yang biasanya akan dikenai DP (down payment) atau uang muka sebagai
syarat awal melakukan pengajuan kredit. Penjualan secara kredit dapat menambah
tingkat penjualan sehingga dapat meningkatkan pendapatan perusahaan. Namun
penjualan secara kredit mempunyai banyak resiko, di antaranya adanya piutang tak
tertagih, piutang yang terlambat bayar dan kecurangan dalam suatu siklus kerja,
seperti tidak mencatat pembayaran dari debitur dan mengantongi uangnya, menunda
pencatatan dengan melakukan kas lapping(kecurangan yang timbul karena pencatat
piutang merangkap sebagai penerima kas), melakukan pembukuan palsu atas mutasi
piutang, dan lain sebagainya, sehingga sangat merugikan perusahaan. Oleh karena itu
4
manajemen atau perusahaan sangat memerlukan pengendalian intern terhadap
piutang usaha agar resiko piutang dapat diminimalkan.
Pengendalian intern harus dilakukakan dan diterapkan di dalam setiap kegiatan
yang berhubungan dengan penjualan dan piutang perusahaan karena apabila
pengelolaan kegiatan penjualan dan piutang perusahaan kurang baik, dapat
mengakibatkan kerugian terhadap perusahaan dan dapat berimbas terhadap perolehan
laba, sehingga pada akhirnya dapat mengurangi pendapatan perusahaan. Kerugian
piutang tersebut dalam istilah akuntansi dikenal dengan (uncollectible account
expense, doubtful account expense, atau bad debt expense). Sebaliknya jika
pengendalian intern dilakukan dengan baik maka pengelolaan piutang dapat
dilakukan dengan mudah dan lancar yang akan mempengaruhi keberhasilan
perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Pengendalian
intern bertujuan untuk memastikan dilaksanakan dan ditaatinya sistem dan prosedur
kebijakan perusahaan, serta untuk mengawasi dan mengontrol siklus penjualan dan
penagihan, dari mulai diterimanya pesanan, pengiriman barang atau jasa, pengakuan
pendapatan, diterbitkannya faktur, pencatatan buku piutang, penagihan dan
penerimaan kas.
Runtu dan Elim (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis Pengendalian
Internal Piutang Usaha Pada PT. Bussan Auto Finance (BAF) Manado” yang
hasilnya menunjukan pengendalian piutang usaha pada PT. BAF Manado berjalan
dengan baik.
Dera, dkk. (2016) melakukan penelitian tentang “Analisis Efektivitas Sistem
Pengendalian Internal Piutang dan Kerugian Piutang Tak Tertagih Pada PT. Surya
Wenang Indah Manado” yang menunjukan sistem pengendalian internal di PT. Surya
5
Wenang Indah Manado sudah berjalan efektif sesuai dengan pengendalian intern
model COSO.
Ramadanty, dkk. (2015) melakukan penelitian tentang “Analisis Sistem
Pengendalain Intern Piutang Pada CV. Cahaya Niaga Tani” yang hasilnya
menunjukan sistem pengendalian intern piutang pada CV. Cahaya Niaga Tani
Palembang menunjukan kelemahan diakibatkan seringnya terjadi kelalaian dalam
melakukan penagihan kepada konsumen, terlihat masih banyak piutang yang tidak
dapat ditagih.
Widiasmara (2014) melakukan penelitian tentang “Analisis Pengendalian
Intern Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada
PT. Wahana Otomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun” yang hasilnya menunjukan
prosedur pengendalian intern terhadap piutang usaha PT. WOM Finance, Tbk
Cabang Madiun berjalan efektif.
Hamel (2013) melakukan penelitian tentang “Evaluasi Sistem Pengendalian
Intern Terhadap Piutang pada PT. Nusantara Surya Sakti” yang hasilnya menunjukan
sistem pengendalian intern yang diterapkan PT. Nusantara Surya Sakti berjalan
kurang efektif diakibatkan kurangnya pemeriksaan yang dilakukan audit intern untuk
mengatasi praktek pelaporan keuangan dan membantu struktur keuangan dalam
menyelesaikan fungsi pertanggung jawaban, sehingga dapat membuka peluang
kecurangan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penelitian terdahulu yang
telah memberikan hasil penelitian berbeda, maka penulis bermaksud mereplika
penelitian Widiasmara (2014) yang meneliti tentang Analisis Pengendalian Intern
6
Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT.
Wahana Otomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun. Persamaan penelitian ini dengan
Widiasmara (2014) yaitu dalam melakukan analisis ke lapangan atau survei analisis.
Sedangkan perbedaan penelitian adalah pada objek penelitian, penelitian Widiasmara
(2014) dilakukan di PT. Wahana Otomitra Multiartha, Tbk Cabang Madiun dan
penelitian ini pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang.
PT. Indomobil Finance Indonesia merupakan badan usaha milik swasta yang
bergerak dalam bidang pembiayaan kendaraan roda 2 (dua) dan roda 4 (empat).
Dalam mengoptimalkan layanan terhadap para nasabahnya, PT. Indomobil Finance
telah membuka kantor cabang atau perwakilan di beberapa tempat. Keseluruhan dari
penjualan yang dilakukan dari perusahaan adalah dengan cara kredit, sehingga PT.
Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang mempunyai piutang usaha.
Piutang usaha yang diterapkan PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang
Semarang mengalami kendala, yaitu adanya overdue (keterlambatan dalam
pembayaran piutang) dan piutang tak tertagih. Terlihat dari kenaikan piutang tak
tertagih pada tahun 2016 yang semula 6,8% menjadi 22,2% pada tahun 2017.
Keterlambatan pembayaran tersebut sangat berpengaruh terhadap kelangsungan
hidup perusahaan. Oleh karena itu, pengendalian intern terhadap piutang usaha
sangat dibutuhkan karena mempunyai resiko piutang yang tinggi dan dapat
menyebabkan tidak tertagihnya piutang.
Dari uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti lebih jauh guna mengetahui
bagaimana sebenarnya pengendalian intern piutang usaha PT. IMFI Cabang
Semarang, sehingga penulis tertarik untuk mengangkat sebuah skripsi dengan judul
“ANALISA
PENGENDALIAN
INTERN
PIUTANG
USAHA
UNTUK
7
MEMINIMALKAN PIUTANG TAK TERTAGIH (BAD DEBT) PADA PT.
INDOMOBIL FINANCE INDONESIA (IMFI) CABANG SEMARANG”.
1.2
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, maka penulis
merumuskan masalah yang akan diteliti yaitu:
1. Apakah pengendalian intern piutang usaha yang diterapkanpada PT.
Indomobil Finance Indonesia (IMFI) sudah efektif?
2. Bagaimanakah tingkat piutang usaha pada PT. Indomobil Finace Indonesia?
1.3
Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk:
1. Mengetahui pengendalian intern piutang usaha yang diterapkan PT.
Indomobil Finance Indonesia (IMFI) agar jumlah piutang tak tertagihnya
dapat diminimalkan sekecil mungkin.
2. Menganalisis tingkat piutang usaha pada PT. Indomobil Finance Indonesia
(IMFI).
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagi Peneliti
Penelitian ini merupakan salah satu sarana untuk menambah ilmu
pengetahuan dalam merumuskan, menganalisa dan memecahkan masalah
dengan cara menerapkan ilmu yang telah didapatkan selama belajar di
perguruan tinggi.
b. Bagi Perusahaan
8
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perusahaan sebagai
bahan evaluasi, sumbangan pikiran berupa pemahaman dan saran pada PT.
Indomobil Finance Indonesia mengenai penerapan pengendalian intern
piutang usaha untuk meminimalkan jumlah piutang tak tertagih.
c. Bagi Umum
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca dan
bahan informasi mengenai penerapan pengendalian intern piutang usaha
untuk meminimalkan jumlah piutang tak tertagih dan juga sebagai
pembanding apabila pembaca ingin melakukan penelitian yang serupa.
1.5
Sistematika Penulisan
Penyusun skripsi ini mengikuti sistematika sebagai berikut:
BAB I
:
PENDAHULUAN
Dalam bab ini berisikan latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II
: TINJAUAN PUSTAKA
Dalam bab ini berisikan tinjauan pustaka dan beberapa yang
berhubungan dengan masalah yang diteliti.
BAB III
: METODE PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang langkah-langkah yang akan
dilakukan, tehnik pengumpulan data dan metode analisis.
BAB IV
: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Dalam bab ini diuraikan objek dari penelitian mengenai sejarah dan
struktur organisasi perusahaan, gambaran masalah yang dihadapi,
dianalisis maupun pembahasan dengan judul yang dipilih.
9
BAB V
: SIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini akan dilihat persoalan yang dapat ditarik dari
pembahasan pada bab-bab sebelumnya dan saran-saran yang perlu
disampaikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Telaah Teori
2.1.1 Pengendalian Intern
2.1.1.1 Pengertian Pengendalian Intern
Pengendalian intern adalah proses, kebijakan, dan prosedur yang dirancang
oleh manajemen untuk memastikan pelaporan keuangan yang andal dan pembuatan
laporan
keuangan
sesuai
dengan
kerangka
akuntansi
yang
berlaku.
(Tuanakotta,2015).
Menurut Mulyadi (2016), sistem pengendalian intern merupakan struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga
kekayaan organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi serta mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.
Menurut Arens, dkk (2011), sistem pengendalian internal adalah sistem yang
terdiri dari beberapa kebijaksanaan dan prosedur spesifikasi yang dirancang untuk
memberikan manajemen kepastian yang wajar bahwa sasaran dan tujuan penting
bagi perusahaan untuk dipenuhi.
2.1.1.2 Tujuan Pengendalian Intern
Tujuan pengendalian intern menurut Anastasia & Lilis (2011) COSO
(Committee of Sponsoring Organization) yaitu:
1. Efektivitas dan efisiensi operasi
2. Reliabilitas pelaporan keuangan
3. Kesesuaian dengan aturan dan regulasi yang ada
10
11
Menurut Mulyadi (2013), tujuan pengendalian intern adalah untuk memberikan
keyakinan memadai dalam pencapaian tiga golongan tujuan sebagai berikut:
1. Keandalan informasi keuangan
2. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku
3. Efektivitas efisiensi operasi
Menurut Arens, dkk (2011), tujuan pengendalian intern yaitu:
1. Keandalan laporan keuangan
2. Efisiensi dan efektivitas kegiatan operasi
3. Kepatuhan terhadap hukum dan peraturan
2.1.1.3 Unsur-Unsur Pengendalian Intern
Dalam mencapai tujuan pengendalian intern, perusahaan dapat menerapkan
fungsi-fungsi dan unsur-unsur dari pengendalian intern. Menurut Mulyadi (2016),
unsur-unsursistem pengendalian intern terdiri atas empat fungsi sebagai berikut:
1. Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara
tegas.
2. Sistem
wewenang
dan
prosedur
pencatatan
yang
memberikan
perlindungan yang cukup terhadap asset, utang, pendapatan, dan beban.
3. Praktik yang sehat dalam melaksanakan tugas dan fungsi setiap unit
organisasi.
4. Karyawan yang mutunya sesuai tanggung jawabnya.
Menurut Mulyadi (2013) pengendalian intern terdiri dari lima unsur
yang saling terikat yaitu:
a. Llingkungan Pengendalian
12
Lingkungan
pengendalian
danmempengaruhi
kesadaran
Lingkunganpengendalian
pengendalian
menetapkan
suatu
pengendalian
merupakan
internalmembentuk
corak
dasar
disiplin
untuk
dan
organisasi
orang-orangnya.
semua
struktur.
komponen
Lingkungan
pengendalian mencakupintegritas dan nilai etika, komitmen terhadap
kompentensi, partisipasi dewankomisaris atau komite audit, filosofi dan gaya
operasi manajemen, strukturorganisasi, pembagian wewenang dan tanggung
jawab, kebijakan dan praktiksumber daya manusia.
b. Penaksiran Risiko
Penaksiran risiko untuk tujuan pelaporan keuangan adalah identifikasi,
analisisdan pengelolaan risiko yang berkaitan dengan penyusunan laporan
keuangan,sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
c. Informasi dan Komunikasi
Sistem akuntansi yang relevan dengan tujuan pelaporan keuangan
yangmeliputi sistem akuntansi terdiri dari metode dan catatan yang dibangun
untukmencatat, mengolah, meringkas dan melaporkan transaksi.
d. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas
pengendalian
adalah
kebijakan
dan
prosedur
yang
membantumemastikan bahwa arahan manajemen dilaksanakan untuk
menanggulangirisiko dalam pencapaian tujuan.
e. Pemantauan
Pemantauan adalah proses penetapan kualitas kinerja pengendalian
internalsepanjang waktu. Pemantauan ini dilaksanakan oleh personel yang
semestinyamelakukan pekerjaan tersebut, baik pada tahap desain maupun
13
pengoperasianpengendalian, pada waktu yang tepat untuk menentukan
apakah pengendalian internal beroperasi sebagaimana yang diharapkan dan
untuk menentukan apakah pengendalian internal telah memerlukan perubahan
karena terjadinya perubahan keadaan.
2.1.1.4 Keterbatasan Pengendalian Intern
Menurut Wareen, dkk (2015), sistem pengendalian intern hanya dapat
memberikan keyakinan memadai untuk menjaga aset, pengelolaan informasi yang
akurat, dan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan. Dengan kata lain,
pengendalian intern tidak menjadi jaminan. Hal ini disebabkan faktor-faktor berikut:
1. Pengendalian Elemen Manusia
Elemen manusia mengakui bahwapengendalian yang diterapkan dan
digunakan oleh manusia. Akibatnya, kesalahan manusia dapat terjadi karena
kelelahan, kecerobohan, kebingungan, atau salah perhitungan.
2. Pertimbangan Biaya Manfaat
Pertimbangan biaya manfaat mengakui bahwa biaya pengendalian intern
boleh melebihi manfaatnya.
2.1.1.5 Pengendalian Intern Piutang
Menurut Firdaus (2013) beberapa aspek dari pengendalian intern yang baik
atas piutang adalah sebagai berikut:
1) Memisahkan fungsi pegawai atau bagian yanag menangani transaksi
penjualan (operasi) dan “fungsi akuntansi untuk piutang”. Dengan demikian
pegawai yang menangani akuntansi untuk piutang dagang dan wesel tagih
tidak boleh dilibatkan dengan aspek operasi seperti menyetujui kredit.
14
2) Pegawai yang menangani akuntansi piutang harus dipisahkan dari fungsi
penerimaan hasil tagihan piutang.
3) Semua transaksi pemberian kredit, pemberian potongan, dan penghapusan
piutang harus mendapat persetujuan dari pejabat yang berwenang.
4) Piutang harus dicatat
dalam buku-buku tambahan piutang (accounts
receivable subsidiaty ledger). Total dari saldo-saldo buku tambahan ini harus
dicocokan dengan buku besar yang bersangkutan, paling tidak sebulan sekali.
Di samping itu, pada akhir bulan para pelanggan (debitur) harus dikirimkan
surat pernyataan piutang (statement of account).
5) Perusahaan harus membuat daftar piutang berdasarkan umurnya (aging
schedule).
2.1.2 Piutang
2.1.2.1 Pengertian Piutang
Piutang merupakan klaim perusahaan kepada pihak perusahaan lain dalam
bentuk uang, barang, jasa atau dalam bentuk aktiva non kas lainya yang harus
dilakukan penagihan pada waktu jatuh temponya (Syakur, 2015).
Menurut Wareen, dkk (2015), piutang mencakup seluruh uang yang diklaim
terhadap entitas lain, termasuk perorangan, perusahaan, dan organisasi lain.
Sedangkan menurut Margaretha (2011) piutang adalah aktiva atau kekayaan
yang timbul karena akibat dari dilakukanya penjualan secara kredit.
Adapun menurut Jusup (2011), piutang merupakan hak untuk menerima
sejumlah uang di waktu yang akan datang yang timbul dari transaksi pada saat ini.
Menurut Rudianto (2012), piutang adalah klaim perusahaan atas uang, barang,
atau jasa kepada pihak lain akibat transaksi di masa lalu.
15
2.1.2.2 Penggolongan Piutang
Menurut Dedhy Yie Ke (2006), penggolongan piutang dikelompokan menjadi
tiga hal berdasarkan asal transaksi, bentuk dan jatuh temponya. Penggolongan
piutang tersebut sebagai berikut:
a. Berdasarkan asal transaksi
1) Piutang usaha adalah piutang yang dihasilkan dari transaksi penjualan
produk perusahaan dengan pembayaran setelah barang tersebut
diserahkan.
2) Piutang lain-lain adalah piutang yang bukan berasal dari transaksi
penjualan produk atau jasa utama perusahaan, misalnya :
a) Piutang kepada karyawan, direksi atau pemegang saham
b) Piutang deviden hasil investasi atau piutang deviden dari anak
perusahaan
c) Piutang kepada anak atau induk perusahaan
b. Berdasarkan bentuk
1) Piutang tanpa janji tertulis adalah pemberian piutang yang secara formal
atas dasar kepercayaan tanpa ada perjanjian tertulis dan penagihan
piutang berdasarkan bukti transaksi berupa invoice/faktur.
2) Piutang dengan janji tertulis (piutang wesel) adalah janji tertulis dari
debitur untuk membayar sejumlah uang tertentu pada waktu yang telah
ditentukan.
c. Berdasarkan jatuh temponya
1) Berdasarkan jangka pendek adalah piutang yang jatuh kurang dari satu
periode akuntansi atau satu siklus operasi normal.
16
2) Berdasarkan jangka panjang adalah piutang yang jatuh temponya tidak
termasuk dalam piutang jangka pendek.
Selanjutnya menurut Jusup (2011), piutang dikelompokkan menjadi tiga
golongan, yaitu:
1) Piutang Usaha adalah adalah tagihan perusahaan kepada konsumen yang
melakukan transaksi secara kredit.
2) Piutang Wesel adalah tagihan perusahaan yang didukung dengan instrumen
formal sebagai bukti tagihan yang disebut surat wesel.
3) Piutang lain-lain, mencakup semua tagihan yang bukan piutang usaha.
Termasuk dalam jenis piutang ini adalah:
a. Piutang yang timbul dari pinjaman kepada pihak lain.
b. Pinjaman kepada para karyawan.
c. Uang muka gaji kepada karyawan.
d. Uang muka pajak (pajak yang ditangguhkan).
Menurut Rudianto (2012), berdasarkan jenis dan asal piutang dalam
perusahaan dapat diklasifikasikan menjadi dua kelompok, diantaranya adalah:
1. Piutang Usaha, yaitu piutang yang timbul dari penjualan barang atau jasa
yang dihasilkan perusahaan. Dalam kegiatan normal perusahaan, piutang
usaha biasanya akan dilunasi dalam tempo kurang dari satu tahun, sehingga
piutang usaha dikelompokan kedalam kelompok aset lancar.
2. Piutang Bukan Usaha, yaitu piutang yang timbul bukan sebagai akibat dari
penjualan barang atau jasa yang dihasilkan perusahaan. Termasuk dalam
kelompok:
a. Persekot dalam kontrak pembelian
17
b. Klaim terhadap perusahaan angkutan atas barang yang rusak atau hilang
c. Klaim
terhadap
perusahaan
asuransi
atas
kerugian
yang
ditanggungjawabkan
d. Klaim terhadap karyawan perusahaan
e. Klaim terhadap restitusi pajak
f. Piutang deviden
g. Dan lain-lain
2.1.2.3 Akuntansi Piutang
Menurut Jusup (2011), masalah akuntasi yang berkaitan dengan piutang usaha
meliputi tiga hal diantaranya:
1. Pengakuan piutang usaha
2. Penilaian piutang usaha
3. Penyelesaian piutang usaha
Menurut Rudianto (2012), sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang
berlaku di Indonesia, piutang dicatat dan diakui sebesar jumlah bruto (nilai jatuh
tempo) dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak akan diterima. Itu berarti
piutang harus dicatat sebesar jumlah yang diharapkan akan dapat ditagih.
2.1.2.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Besarnya Piutang Tak Tertagih
Menurut Riyanto (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi besar kecilnya
dana yang diinvestasikan dalam piutang adalah sebagai berikut:
1. Volume Penjualan Kredit
Makin besar proporsi penjualan kredit dari keseluruhan penjualan akan
memperbesar jumlah investasi dalam piutang. Dengan demikian, semakin
besar volume penjualan kredit setiap tahunnya berarti bahwa perusahaan itu
18
harus menyediakan investasi yang lebih besar lagi dalam piutang. Makin
besar jumlah piutang berarti makin besar risiko tidak tertagihnya piutang,
tetapi bersamaan dengan itu juga memperbesar profitabilitasnya.
2. Syarat Pembayaran Penjualan Kredit
Syarat pembayaran penjualan kredit biasanya dinyatakan dengan term
tertentu, misalnya: 3/15/net 30, yang artinya bahwa apabila pembayaran
dialakukan dalam waktu 15 hari sesudah waktu penyerahan barang, pembeli
akan mendapatkan potongan tunai (cash discount) sebesar 3% dari harga
penjualan, dan pembayaran paling lambat dilakukan dalam waktu 30 hari
sesudah waktu penyerahan barang.
3. Ketentuan Tentang Pembatasan Kredit
Dalam penjualan kredit, perusahaan dapat menetapkan batasan maksimum
kredit yang diberikan kepada para langganannya. Makin tinggi batas
maksimal kredit yang ditetapkan bagi masing-masing langganan, berarti
semakin besar pula dana yang diinvestasikan dalam piutang. Dengan
demikian pula ketentuan mengenai siapa yang dapat diberi kredit. Makin
selektif para langganan yang diberi kredit akan memperkecil jumlah investasi
dalam piutang. Dengan demikian maka pembatasan kredit disini bersifat baik
kuantitatif maupun kualitatif.
4. Kebijaksanaan Dalam Pengumpulan Piutang
Perusahaan dapat menjalankan kebijaksanaan dalam pengumpulan piutang
secra aktif atau pasif. Perusahaan yang melakukan kebijaksanaan secara aktif,
maka perusahaan harus mengeluarkan uang yang lebih besar untuk
membiayai aktivitas pengumpulan piutang, tetapi dalam menggunakan cara
19
ini, maka piutang yang adaakan cepat tertagihsehingga akan lebih
memperkecil jumlah piutang perusahaan. Sebaliknya, jika perusahaan
menggunakan kebijaksanaan secara pasif, maka pengumpulan piutang akan
lebih lama, sehingga jumlah piutang perusahaan akan lebih besar.
5. Kebijaksanaan Membayar dari Para Langganan
Kebiasaan para langganan untuk membayar dalam cash discount period atau
sesudahnya akan mempunyai efek terhadap besarnya investasi dalam piutang.
apabila sebagian besar para langganan membayar dalam waktu selama
discount period maka dana yang tertanam dalam piutang akan lebih cepat
bebas, yang artinya makin kecilnya investasi dalam piutang.
2.1.2.5 Risiko Kerugian Piutang
Menurut Jusup (2011) kerugian piutang yaitu apabila si debitur tidak mau atau
tidak mampu melaksanakan kewajibannya. Kerugian ini dalam akuntansi disebut
dengan kerugian piutang. Dalam akuntansi, kerugian akibat piutang tak dapat ditagih
dicatat dengan mendebet akun kerugian piutang. Kerugian semacam ini merupakan
hal normal dan risiko yang sudah selayaknya bagi perusahaan yang melakukan
penjualan secara kredit. Ditinjau dari sudut pandang manajemen, adanya kerugian
piutang dalam jumlah yang wajar menunjukan bahwa kebijakan kredit yang
ditetapkan perusahaan sudah tepat. Sebaliknya, kerugian piutang yang terlalu tinggi
dapat diartikan bahwa kebijakan kredit perusahaan terlalu longgar.
20
2.1.2.6 Pengakuan Kerugian Atas Piutang
2.1.2.6.1 Piutang Tak Tertagih
Piutang tak tertagih adalah kerugian pendapatan yang memerlukan ayat jurnal
yang tepat dalam akun, penurunan aktiva piutang dan penurunan yang berkaitan
dengan laba dan ekuitas pemegang saham (Kieso, dkk: 2008).
Menurut Wareen, dkk (2015), beban operasi yang dicatat dalam piutang yang
tak tertagih disebut beban piutang tak tertagih (bad debt expense). Istilah lainya
adalah beban piutang ragu-ragu (uncollectible account expense atau doubtful account
expense. Tidak ada aturan umum untuk menentukan kapan piutang tersebut dianggap
tidak tertagih. Namun ada beberapa indikasi bahwa suatu piutang tidak dapat ditagih,
diantaranya:
1. Saat piutang sudah jatuh tempo.
2. Pelanggan tidak menanggapi usaha perusahaan untuk menagih.
3. Pelanggan pailit.
4. Usaha pelanggan tutup.
5. Kegagalan dalam mencari lokasi atau menghubungi pelanggan.
Jika pelanggan tidak membayar, perusahaan dapat menyewa jasa agensi
penagihan (debt collector). Setelah debt collector melakukan upaya penagihan,
seluruh saldo piutang yang tersisa dianggap tidak tertagih.
2.1.2.6.2 Metode Pencatatan Piutang Tak Tertagih
Piutang yang tidak dapat ditagih merupakan risiko dari penjualan kredit. Tetapi
secara akuntansi hal tersebut tetap harus dilaporkan dan dilakukan pencatatan untuk
kepentingan manajemen dan pihak luar berkaitan dengan pajak.
21
Menurut Wareen, dkk (2015), terdapat dua metode akuntansi untuk piutang tak
tertagih yaitu:
1) Metode Penghapusan Langsung (Direct Write-Off Method)
Pada metode penghapusan langsung, beban piutang tak tertagih tidak akan
dicatat sampai piutang pelanggan dianggap benar-benar tidak bisa ditagih.
Pada saat ini piutang pelanggan akan dihapus.
Sebagai contoh, piutang sebesar Rp 4.200.000 atas nama D.L
Rosslina diputuskan tidak dapat ditagih. Ayat jurnal untuk menghapus
piutang tak tertagih adalah sebagai berikut:
Beban Piutang Tak Tertagih
Piutang Usaha
4.200.000
4.200.000
Piutang usaha yang telah dihapus mungkin dapat ditagih kemudian.
Dalam kasus tersebut, piutang akan dicatat kembali dengan sebuah ayat jurnal
yang membalik ayat jurnal penghapusan piutang. Kas yang diterima dalam
pembayaran kemudian dicatat sebagai penerimaan atas pembayaran piutang.
ayat jurnal yang digunakan untuk mencatat kembali piutang yang telah
dihapuskan dan penerimaan kas atas pembayaran piutang tersebut adalah
sebagai berikut:
Piutang Usaha
Beban Piutang Tak Tertagih
Kas
4.200.000
4.200.000
4.200.000
Piutang Usaha
2) Metode Penyisihan (Allowance Method)
4.200.000
22
Metode penyisihan mengestimasi jumlah piutang yang tidak dapat ditagih dan
mencatat beban piutang tak tertagih berdasarkan estimasi tersebut setiap akhir
periode akuntansi. Berdasarkan estimasi tersebut, beban piutang tak tertagih
kemudian dicatat dengan ayat jurnal penyesuaian.
Sebagai contoh, perusahaan Indotone memualai operasinya pada
bulan Agustus dan memilih menggunakan tahun kalender sebagi tahun
fisiknya. Pada tanggal 31 Desember 2014, Indotone memiliki saldo piutang
usaha sebesar Rp 200.000.000 termasuk beberapa piutang yang telah lewat
jatuh temponya. Berdasarkan data industry sejenis, Indotone mengestimasi
sebesar Rp 30.000.000 dari piutang usahanya yang tidak akan dapt ditagih.
Akan tetapi, Indotone belum mengetahui utang pelanggan mana yang
dianggap tak tertagih. Oleh karena itu, akun pelanggan tertentu tidak dapat
dikreditkan atau dikurangkan. Sebagai gantinya, akun kontra aset, Penyisihan
Piutang Tak Tertagih (Allowance for Doubtful Accounts) dikreditkan untuk
mengestimasi piutang tak tertagih.
Dengan menggunakan estimasi sebesar Rp 30.000.000, ayat jurnal
penyesuaian berikut ini dibuat pada tanggal 31 Desember 2014.
Beban Piutang Tak Tertagih
Penyisihan Piutang Tak Tertagih
30.000.000
30.000.000
Estimasi Piutang Tak Tertagih
Ayat jurnal penyesuaian tersebut akan mempengaruhi laporan posisi
keuangan dan laporan laba rugi. Pada laporan laba rugi, ayat jurnal
penyesuaian mencatat beban piutang tak tertagih sebesar Rp 30.000.000 yang
akan dipadankan atau ditandingkan dengan pendapatan terkait periode
23
tersebut dilaporan laba rugi. Pada laporan posisi keungan, ayat jurnal
penyesuaian mengurangi nilai piutang yang diharapkan dapat direalisasikan
menjadi kas. Jumlah ini yaitu Rp 170.000.000 (Rp 200.000.000 – Rp
30.000.000), disebut nilai realisasi bersih dari piutang.
Menurut Rudianto (2012), untuk menghapus suatu piutang terdapat dua
metode yang bisa digunakan, yaitu:
1. Metode Cadangan Kerugian Piutang
Dalam membuat cadangan kerugian piutang/piutang tidak tertagih, terdapat
dua dasar utama yang dapat digunakan, yaitu:
1) Jumlah penjualan (persentase tertentu dari penjualan), yang berarti
cadangan kerugian piutang pada persentase tertentu dari saldo akun
penjualan pada saat cadangan kerugian piutang tersebut ditetapkan, atau
didasarkan pada persentase tertentu dari taksiran jumlah penjualan atau
jumlah penjualan kredit selama periode bersangkutan. Selain didasarkan
pada saldo akun penjualan atau saldo akun penjualan kredit, penetapan
besarnya cadangan kerugian piutang juga dapat didasarkan pada
persentase tertentu dari anggaran penjualan atau didasarkan pada
persentase tertentu dari anggaran penjualan kredit di tahun bersangkutan.
2) Saldo Piutang:
a. Persentase tertentu dari saldo piutang, yang berarti cadangan kerugian
piutang didasarkan pada saldo akun piutang pada saat piutang tersebut
diterapkan atau didasarkan pada taksiran penjualan kredit pada
periode bersangkutan.
24
b. Analisis umur piutang, yaitu metode pembuatan cadangan kerugian
piutang di mana cadangan piutang yang tidak dapat ditagih dari suatu
perusahaan didasarkan pada besarnya risiko atau kemungkinan tidak
tertagihnya suatu piutang. dasar dari metode ini adalah pemikiran
bahwa semakin lama umur piutang, semakin besar kemungkinan
terjadinya kemacetan proses penagihan piutang tersebut.
2. Metode Penghapusan Langsung, yaitu metode penghapusan piutang dengan
cara menunggu sampai diperoleh kepastian bahwa piutang tersebut benarbenar tidak dapat ditagih, tanpa perlu dibuat estimasi terlebih dahulu.
2.1.2.7 Rasio Yang Berhubungan Dengan Piutang
2.1.2.7.1
Tingkat Perputaran Piutang (Receivable Turn Over)
Menurut Sutrisno (2009) account receivable turn over dimaksudkan untuk
mengukur likuiditas dan efisiensi piutang. Tingkat perputaran piutang tergantung
dari syarat pembayaran yang diberikan oleh perusahaan. Makin lama syarat
pembayaran semakin lama dana atau modal terikat dalam piutang, yang berarti
semakin rendah tingkat perputaran piutang.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Penjualan Kredit Per Tahun
Tingkat perputaran piutang =
Rata-Rata Piutang
2.1.2.7.2
Average Collection Period (ACP)
Menurut
Sutrisno (2009)
Average Collection Period
(ACP) adalah
perbandingan antara piutang usaha dan rata-rata penjualan per hari. ACP mengukur
rata-rata waktu penagihan atas penjulan. Semakin pendek ACP, semakin baik kinerja
perusahaan tersebut karena modal yang yang tertanam dalam bentuk piutang kecil
25
sekaligus mencerminkan system penagihan piutang berjalan dengan baik. Jika ACP
terlalu panjang, kemungkinan yang terjadi yaitu:
a. Perusahaan memberikan term of payment yang terlalu panjang kepada
konsumen atau distributor.
b. Piutang perusahaan banyak yang macet.
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
360
ACP =
Tingkat Perputaran Piutang
2.1.2.7.3
Rasio Tunggakan
Menurut Keown (2008), rasio ini digunakan untuk mengetahui berapa besar
jumlah piutang yang telah jatuh tempo dan belum tertagih dari sejumlah penjualan
kredit yang dilakukan. Perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah Piutang Tertunggak Pada Akhir Periode
Rasio Tunggakan =
X 100%
Total Piutang Pada Periode yang Sama
2.1.2.7.4
Rasio Penagihan
Menurut Keown (2008) rasio ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana
aktivitas penagihan yang dilakukan atau berapa besar piutang yang tertagih dari total
piutang yang dimiliki perusahaan. perhitungannya adalah sebagai berikut:
Jumlah Piutang Tak Tertagih
Rasio Penagihan =
X 100%
Total Piutang
Semakin besar nilai piutang yang tertagih berarti semakin besar nilai persentase
dari rasio penagihan, sebaliknya semakin kecil nilai piutang yang tertagih berarti
semakin kecil pula nilai persentase dari rasio penagihan tersebut. Atau besar kecilnya
26
nilai persentase dari rasio penagihan berbanding lurus dengan total piutang yang
tertagih.
2.1.2.8 Pengakuan piutang usaha
Menurut Kieso (2008) dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang
harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran
adalah jumlah yang terutang dari debitur (seorang pelanggan atau peminjam) dan
umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur
(invoice).
1. Diskon Dagang
Harga barang biasanya dapat dikenakan diskon dagang atau kuantitas.
Diskon dagang semacam ini digunakan untuk menghindari perubahan
yang sering terjadi dalam katalog, untuk mengutip harga yang berbeda
atau untuk menyembunyikan harga faktur yang sebenarmya.
2. Diskon Tunai (Diskon Penjualan)
Diskon tunai diberikan sebagai perangsang agar pembeli melakukan
pembayaran secepatnya. Diskon semacam ini dinyatakan dalam bentuk
istilah seperti 4/10, n/30 (diskon 4% jika dibayarkan dalam 10 hari,
jumlah kotor jatuh tempo dalam 30hari), atau 4/10 E.O.M. net 30, E.O.M.
(diskon 2% jika dibayarkan dalam 10 hari dari akhir bulan dengan
pembayaran penuh dilakukan pada hari ke 30 bulan berikutnya.
2.1.2.9 Penyajian Piutang
Menurut Kieso (2008), aturan umum dalam pengklasifikasian piutang yaitu:
1. Memisahkan berbagai jenis piutang yang dimiliki perusahaan, jika material.
27
2. Menjamin bahwa akun penilaian secara tepat mengoffset akun piutang yang
terkait.
3. Menentukan bahwa piutang yang diklasifikasikan dalam kelompok aktiva
lancar akan dikonversikan kedalam kas dalam satu tahun atau satu siklus
operasi, tergantung mana yang kebih panjang.
4. Mengungkapkan setiap kontijensi kerugian yang ada pada piutang.
5. Mengungkapkan setiap piutang yang digadaikan sebagai jaminan.
6. Mengungkapkan semua konsentrasi yang signifikan dari risiko yang berasal
dari piutang.
2.1.3
Kredit
2.1.3.1 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu Credere yang memiliki arti
kepercayaan (faith atau trust). Secara umum, keredit berarti pemberian fasilitas
pinjaman (bukan berdasarkan prinsip syariah) kepada nasabah, baik berupa fasilitas
pinjaman tunai (cash loan) maupun pinjaman non tunai (non-cash loan)
(Budisantoso dan Nuritomo, 2014).
Menurut Iskandar (2013), kredit adalah piutang bagi bank atau lembaga
keuangan bukan bank, maka pelunasannya (repayment) merupakan kewajiban yang
harus dilakukan oleh debitur terhadap utangnya, sehingga risiko kredit macet dapat
dihindarkan.
Menurut Kasmir (2012), kredit merupakan kepercayaan pemberi kredit kepada
penerima kredir, bahwa kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai
perjanjian. Sedangkan si penerima kredit berarti menerima kepercayaan, sehingga
28
mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut sesuai dengan
jangka waktunya.
2.1.3.2 Tehnik Analisis Kredit
Dalam menjalankan aktivitas kredit yang sehat, terdapat prinsip 5C yang
digunakan untuk menghindari dan memperkecil risiko kredit yang mungkin terjadi.
Menurut Margaretha (2011), metode analisis 5C yang digunakan untuk mengukur
kualitas kredit yaitu:
1. Karakter (Character)
Merupakan penelitian atas kepribadian pelanggan yang menunjukan
kemungkinan bahwa pelanggan secara jujur dan sadar mau memenuhi
kewajibanya. Semua itu menjadi ukuran “kemauan” membayar.
2. Kemampuan (Capacity)
Merupakan penelitian subjektif atas pelanggan untuk membayar kredit
beserta bunganya tepat pada waktu yang telah disepakati. Alat ukurnya
adalah catatan prestasi bisnis yang telah dilengkapi dengan pengamatan
langsung di pabrik/kantor pelanggan.
3. Modal (Capital)
Merupakan penilaian kekuatan financial yang dilengkapi oleh pelanggan.
Alat ukurnya adalah laporan keuangan.
4. Jaminan (Collateral)
Merupakan bentuk aktiva yang diberikan oleh pelanggan sebagai jaminan
keamanan atas kredit yang diberikan.
5. Kondisi (Condition)
29
Merupakan gambaran atau dampak kondisi perekonomian perusahaan secara
umum maupun industri terhadap kemampuan pelanggan untuk memenuhi
kewajibannya.
2.1.3.3Persyaratan Kredit
Dalam menetapkan persyaratan kredit, perusahaan perlu mempertimbangkan
beberapa hal berikut ini:
a. Standar Kredit
Menurut Syamsudin (2009), standar kredit dari suatu perusahaan dapat
didenefisikan sebagai kriteria minimum yang harus dipenuhi oleh seorang
pelanggan sebelum dapat diberikan kredit. Hal-hal seperti nama baik
pelanggan sehubungan dengan kredit, atau pembayaran utang-utang
dagangnya, baik kepada perusahaan sendiri maupun kepada perusahaanperusahaan lain, referensi-referensi kredit, rata-rata jangka waktu pembayaran
utang dagang dan beberapa rasio keungan tertentu dari perusahaan pelanggan
akan dapat memberikan suatu dasar penilaian bagi perusahaan sebelum
memberikan atau melakukan penjualan kredit.
Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan apabila perusahaan bermaksud
mengubah standar kredit yang diterapkan yaitu:
1. Biaya administrasi, bilamana perusahaan memperlunak standar kredit
yang diterapkan, berarti banyak kredit yang diberikan dan tugas-tugas
yang tidak dapat dipisahkan dengan adanya pertambahan penjualan kredit
tersebut juga akan semakin kecil dan tugas-tugas itu semakin sedikit.
Dengan demikian, dapat diperkirakan bahwa perlunakan standar kredit
yang lebih ketat akan mengurangi biaya administrasi.
30
2. Investasi dalam piutang, semakin besar piutang semakin besar pula biayabiayanya. Perlunakan standar kredit diharapkan dapat meningkatkan
volume penjualan, sedangkan standar kredit yang semakin ketat akan
menurunkan volume penjualan.
3. Kerugian piutang, akan semakin meningkat dengan diperlukannya standar
kredit, dan akan menurun apabila standar kredit diperketat.
4. Volume penjualan, apabila standar kredit diperlunak maka diharapkan
akan dapat meningkatkan volume penjualan, dan sebaliknya jika
perusahaan memperketat standar kredit yang diterapkan maka dapat
diperkirakan bahwa volume penjualan akan menurun.
b. Syarat Kredit (Credit Term)
Syarat kredit adalah ketentuan yang ditetapkan perusahaan terhadap
pelanggan untuk untuk membayar utangnya. Persyaratan kredit meliputi hal
sebagai berikut:
1. Potongan tunai, besarnya potongan tunai yang diberikan dapat ditentukan
oleh titik di mana biaya yang dikeluarkan sama dengan manfaat yang
akan diterima oleh perusahaan.
2. Periode kredit, perubahan dalam periode kredit (misalnya dari net 30 hari
menjadi 60 hari) juaga akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan.
Perpanjangan periode kredit dapat meningkatkan volume penjulan tetapi
baik rata-rata pengumpulan piutang maupun kerugian piutang juga akan
meningkat.
2.1.3.4 Kebijakan Kredit
Menurut Atmaja (2008), kebijakan kredit terdiri atas empat variabel:
31
1. Periode kredit, yaitu jangka waktu kredit yang diberikan. Menaikkan periode
kredit pada umumnya dapat mendongkarak penjualan, namun ada biaya
perubahan bagi perusahaan, misalnya pembayaran tertunda.
2. Standar kredit, yaitu merujuk pada kemmampuan keuangan minimal yang
harus dimiliki calon penerima kredit serta jumlah kredit yang tersedia bagi
masing-masing pelanggan.
3. Kebijakan pengumpulan, yaitu merujuk pada prosedur-prosedur yang
digunakan oleh perusahaan untuk menagih piutang yang sudah jatuh tempo.
4. Kebijakan diskon untuk pembayaran yang dipercepat, termasuk didalamnya
jumlah dan periode diskon.
Jika perusahaan hanya memberikan kredit kepada sejumlah kecil pelanggan
yang terbaik, ia tidak pernah mengalami bad debt, namun disisi lain penjualan tidak
bisa maksimal. Dalam menentukan standar kredit, manajer kredit memerlukan suatu
ukuran tentang kualitas kredit. Kualitas kredit berbicara tentang probabilitas
penerima kredit tidak dapat membayar hutangnya (probability of default). Pada
umumnya probabilitas kegagalan tersebut dilakukan secara subyektif terhadap
masing-masing pelanggan.
2.1.3.5 Penyajian Para Langganan dalam Penjualan Kredit
Riyanto
(2010)
mengungkapkan
langkah-langkah
yang
perlu
untuk
penyaringan para langganan dalam rangka usaha preventif untuk memperkecil risiko
tertunda atau tidak terkumpulnya piutang yang tidak diharapkan, yaitu sebagai
berikut:
1. Penentuan Besarnya Risiko yang Akan Ditanggung oleh Perusahaan
32
Penentuan besarnya risiko yang akan ditanggung oleh perusahaan harus
ditentukan lebih dahulu “batas risiko” yang ditanggung oleh perusahaan, yang
akan disediakan sebagai cadangan piutang, misalnya ditentukan bahwa risiko
yang akan ditanggung oleh perusahaan tersebut adalah 10% dari jumlah piutang
tidak terbayar, hal tersebut tidaklah dianggap sebagai hal yang tidak terduga.
Ketentuan persentase ini perlu untuk memperhitungkan keuntungan yang
diharapkan akan diterima.
2. Penyelidiakn Tentang Kemampuan Perusahaan untuk Memenuhi Kewajibannya
Penyelidikn Tentang Kemampuan Perusahaan untuk Memenuhu Kewajibannya
dapat mengadakan klasifikasi dari langganan, apakah mereka termasuk golongan
risiko 5%, 10%, 15%, atau lebih, perlulah perusahaan mengadakan penyelidikan
mengenai kempampuan perusahaan tersebut untuk memenuhi kewajiban
finansialnya. Selain itu juga tidak hanya menyangkut bidang matetial saja, akan
tetapi mengenai sifat dan watak dari para langganan, apakah mereka mempunyai
kebiasaan dan kesediaan untuk selalu memenuhi kewajibannya.
3. Mengadakan
Klasifikasi
dari
Para
Langganan
Berdasarkan
Risiko
Pembayarannya
Setelah
mengadakan
penyelidikan
mengenai
kemampuan
dan
keadaan
perusahaan, sifat, kebiasaan, dan moril dari pemimpin perusahaan yang
bersangkutan, maka dapat mengklasifikasikan para langganan berdasarkan risiko
tidak memenuhi kewajibannya tepat pada waktunya terdapat risiko 5%, 10%,
15%, dan seterusnya.
4. Mengadakan Seleksi Para Langganan
33
Berdasarkan penggolongan tersebut perusahaan dapat memutuskan untuk tidak
memberikan kredit penjual atau memperberat syarat pembayaran kepada
langganan-langganan yang termasuk dalam golongan risiko yang lebih tinggi dari
10%, sehingga kredit penjual hanya diberikan kepada para langganan dari
golongan 10% ke bawah.
2.1.3.6 Kolektibilitas Kredit
Menurut Kasmir (2012) kolektibilitas kredit dapat di kelompokan sebagai
berikut:
1. Kredit lancar, yaitu kredit yang tidak mengalami penundaan pembayaran
tagihan dalam jangka waktu 8 hari samapai dengan 30 hari.
2. Kredit kurang lancar, yaitu kredit yang mengalamai penundaan pembayaran
tagihan dalam jangka waktu 31 hari sampai dengan 90 hari.
3. Kredit diragukan, yaitu kredit yang mengalami penundaan pembayran tagihan
dalam jangka waktu 91 hari sampai dengan 200 hari.
4. Kredit macet, yaitu kredit yang mengalami penundaan pembayaran tagihan
dalam jangka waktu 201 selesai.
2.1.3.7 Penyebab Kredit Bermasalah
Menurut jurnal Widiasmara (2014), penyebab kredit bermasalah adalah sebagai
berikut:
1) Faktor Kelemahan
a. Kelemahan perusahaan dalam menganalisis, sehingga salah dalam
membuat keputusan pemberian kredit.
b. Kelemahan perusahaan dalam melakukan pengawasan.
c. Kelemahan nasabah dalam menggunakan dana pinjaman.
34
2) Faktor Moral
a. Tindakan intern perusahaan yang dengan sengaja tidak menerapkan
prinsip kehati-hatian.
b. Tindakan intern perusahaan yang dengan sengaja tidak menerapkan
praktek perbankan yang sehat.
3) Faktor Keadaan
a. Adanya risiko bisnis yang tidak terelakan
b. Adanya kebijakan pemerintah yang berpengaruh buruk terhadap bisnis
atau aktivitas nasabah.
c. Adanya musibah atau bencana yang tidak dapat dihindari.
2.1.3.8 Penyelamatan Kredit Bermasalah
Menurut jurnal Widiasmara (2014), dalam usaha mengatasi timbulnya kredit
bermasalah, pihak perusahaan dapat melakukan beberapa tindakan penyelamatan
sebagai berikut:
a. Penjadwalan Ulang (Rescheduling)
Rescheduling adalah penjadwalan kembali sebagian atau seluruh kewajiban
debitur.
b. Persyaratan Ulang (Reconditioning)
Reconditioning adalah perubahan sebagian atau seluruh syarat-syarat kredit
yang tidak terbatas pada perubahan jadwal pembayaran.
c. Penataan Ulang (Restructuring)
Restructuring adalah usaha penyelamatan kredit yang terpaksa harus
dilakukan bank dengan cara mengubah komposisi pembiayaan yang
mendasari pemberian kredit.
35
d. Eksekusi Barang Jaminan
Adalah penjulan barang-barang yang dijadikan jaminan dalam rangka
pelunasan utang.
2.2
Hasil Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang relevan menjadi acuan bagi penulis dalam melakukan
penelitian ini. Dalam hal ini akan dijelaskan beberapa penelitian terdahulu yang
relevan.
Tabel 2.1
Hasil Penelitian Terdahulu
N
o
1.
2.
Nama dan
Tahun
Penelitian
Risky Donald
Runtu, Ingriani
Elim (2016)
Arya Pratama
Dera, Juri J
Sondakh, Jessy
D.L Warongan
(2016)
Judul
Penelitian
Tujuan dan Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
Analisis
Pengendalian
Internal
Piutang Usaha
Pada PT.
Bussan Auto
Finance
(BAF)
Manado
Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui
pengendalian
internal piutang
usaha pada PT.
Bussan Auto
Finance (BAF)
Manado
Menunjukan
bahwa
pengendalian
internal piutang
usaha pada PT.
BAF Manado
berjalan dengan
baik. Diketahui
dari perusahaan
memiliki SOP
yang jelas. Selain
itu perusahaan
juga di tunjang
dengan karyawan
yang kompeten.
Analisis
Efektivitas
Sistem
Pengendalian
Internal
Piutang dan
Kerugian
Piutang Tak
Tertagih Pada
Metode penelitian:
Metode deskriptif
dengan
menggambarkan
dan
menginterpretasika
n objek sesuai
dengan apa adanya.
Tujuan penelitian:
Menganalisis dan
mengetahui
efektivitas system
pengendalian
internal piutang
dan perlakuan atas
kerugian piutang
tak tertagih pada
Menunjukan
bahwa
sistem
pengendalian
internal
yang
diterapkan pada
PT.
Surya
Wenang
Indah
Manado
sudah
berjalan efektif
36
3.
4.
Natalia Nur
Afifah,
Santirianingru
m Soebandhi,
Rony
Wardhana
(2015)
Putri
Ramadanty,
Maulan Irwadi,
Muhammad
Hidayat (2015)
PT. Surya
PT. Surya Wenang
Wenang Indah Indah Manado.
Manado
Metode penelitian:
Analisa deskriptif
kualitatif dengan
menganalisa dan
membandingkan
data yang diperoleh
oleh PT.Surya
Wenang Indah
Manado.
Analisis
Tujuan penelitian:
Sistem
Untuk mengetahui
Pengendalian implementasi
Internal Atas
sistem
Piutang Pada
pengendalian
PT. GIS
internal atas
piutang pada PT
GIS sudah sesuai
atau tidak dengan
SPAP (Standar
Profesional
Akuntan Publik).
Analisis
Sistem
Pengendalain
Intern Piutang
Pada CV.
Cahaya Niaga
Metode penelitian:
Metode
pengumpulan data
yang digunakan
dalam penelitian
ini adalah dengan
cara:
Penelitian
kepustakaan
(Library
Research),
Penelitian lapangan
(Field Research)
(Observasi,
Dokumentasi,
Wawancara).
Tujuan penelitian:
Untuk mengetahui
dan menganalisis
sistem
pengendalian intern
piutang
sesuai
dengan
pengendalian
intern
model
COSO.
Menunjukan
bahwa sistem
pengendalian
internal atas
piutang pada PT.
GIS belum
berjalan sesuai
dengan
komponen sistem
pengendalian
internal yang
dijelaskan dalam
SPAP (Standar
Profesional
Akuntan Publik)
SA seksi 319
(IAPI DSP,
2013:2).
Dikarenakan
lingkungan
pengendaliannya
tidak sesuai
dengan SPAP SA
seksi 319.
Menunjukan
bahwa sistem
pengendalian
intern
piutang
pada CV. Cahaya
Niaga
37
Tani
5.
Anny
Widiasmara
(2014)
Analisis
Pengendalian
Intern Piutang
Usaha Untuk
Meminimalka
n Piutang Tak
Tertagih (Bad
Debt) Pada
PT. Wahana
Ottomitra
Multiartha,
Tbk Cabang
Madiun
pada CV.Cahaya
Niaga Tani
diterapkan.
Tani Palembang
menunjukan
kelemahan.Diket
ahui
seringnya
Metode penelitian: terjadi kelalaian
Analisa kualitatif
dalam melakukan
dilakukan terhadap penagihan
data yang berupa
terhadap
informasi, uraian
konsumen,
dalam bentuk
terlihat
masih
bahasa prosa atau
banyak piutang
bahasa baku,
yang tak tertagih
kemudian dikaitkan dan masih adanya
dengan data
perangkapan
lainnya untuk
fungsi dan tugas
mendapatkan
antara
fungsi
kejelasan terhadap penjualan
dan
suatu
fungsi
petugas
kebenaran atau
lapangan
yang
sebaliknya
hanya dilakukan
sehingga
oleh satu orang
memperoleh
yaitu
fungsi
gambaran baru
penjualan.
ataupun
menguatkan suatu
gambaran
yang sudah ada dan
sebaliknya.
Tujuan penelitian:
Menunjukan
Untuk menegetahui bahwa secara
pelaksanaan
keseluruhan
pengendalian intern prosedur
piutangn usaha
pengendalian
untuk
intern piutang
meminimalkan
usaha PT. WOM
piutang tak tertagih Finance, Tbk
(bad debt) pada
Cabang Madiun
PT. Wahana
berjalan efektif.
Ottomitra
Diketahui dari
Multiartha, Tbk
pembagian tugas
Cabang Madiun .
dan wewenang
sudah sesuai
Metode penelitian: dengan job
Pendekatan
description
kualitatif dengan
masing-masing,
melakukan analisis penerapan SOP
pengendalian intern dilakukan pada
38
6.
7.
Nabila Habibie
(2013)
Gary Hamel
(2013)
Analisis
Pengendalian
Intern Piutang
Usaha Pada
PT. Adira
Finance
Cabang
Manado
piutang usaha
dengan melakukan
analisi terhadap
rasio Receivable
Turn Over,
Average Collection
Peirod, Aging of
Account
Receivable.
Tujuan penelitian:
Untuk mengentahui
apakah
pengendalian intern
piutang usaha PT.
Adira Finance
Manado sudah
efektif.
Evaluasi
Sistem
Pengendalian
Intern
Terhadap
Piutang pada
PT. Nusantara
Surya Sakti
Metode penelitian:
Metode deskriptif
yaitu metode
analisis dengan
terlebih dahulu
mengumpulkan
data yang ada
kemudian
diklarifikasi,
dianalisis,
selanjutnya
diinterpretasikan
sehingga dapat
memberikan
gambaran yang
jelas mengenai
keadaan yang
diteliti.
Tujuan penelitian:
Untuk
menganalisis
efektifitas system
pengendalian intern
piutang usaha pada
PT. Nusantara
Surya Sakti
Metode penelitian:
Metode deskriptif
semua divisi
untuk
meminimalkan
kecurangan/fraud
.
Menunjukan
bahwa
Pengendalian
intern piutang
usaha pada PT.
Adira Finance
Manado sudah
berjalan efektif.
Diketahui
manajemen
perusahaan sudah
menerapkan
konsep dan
prinsipprinsip
pengendalian
intern, namun
disisi lain
terdapat beberapa
prosedur yang
belum
mencerminkan
konsep
pengendalian
intern.
Menunjukan
bahwa
sistem
pengendalian
intern
pada
piutang
PT.
Nusantara Sakti
berjalan kurang
efektif.
Dilihat
dari kurangnya
pemeriksaan
yang dilakukan
39
data yang
digunakan peneliti
untuk
menggambarkan
system
pengendalian intern
terhadap piutang
usaha pada PT.
Nusantara Sakti
dengan
membandingkan
unsur-unsur
pengendalian
intern.
audit intern untuk
mengatasi
praktek pelaporan
keuangan
dan
membantu
struktur keuangan
dalam
menyelesaikan
fungsi
pertanggung
jawaban,
sehingga
dapat
membuka
peluang
kecurangan.
40
2.3
Kerangka Pemikiran
Langkah yang dilakukan diawali dengan menguji keberadaan unsure-unsure
pengendalian intern dan sistem informasi
yang
seharusnya
berlaku dan
membandingkannya dengan teori kajian pustaka.
PT. INDOMOBBIL FINANCE
CAB. SEMARANG
PENGENDALIAN INTERN
MENURUT TEORI
PENGENDALIAN INTERN PADA
PT. INDOMOBIL FINANCE
INDONESIA CAB. SEMARANG
ANALISIS
PERBANDINGAN
HASIL PENELITIAN
SIMPULAN DAN SARAN
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan
tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid dan reliable tentang
suatu hal (variabel tertentu) (Sugiyono,2013).
3.2 Jenis dan Sumber Data
3.2.1
Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas:
a. Data kualitatif, analisis yang dilakukan terhadap data-data non angka
seperti hasil wawancara, atau catatan laporan bacaan dan buku-buku,
artikel. Data-data ini akan digunakan untuk pengembangan analisis itu
sendiri. Pada dasarnya kegunaan data tersebut adalah sebagai dasar
objektif
dalam
proses
pembuatan
keputusan-keputusan
atau
kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka memecahkan persoalan yang
ada.
b. Data kuantitatif, analisis yang dilakukan terhadap data yang berbentuk
angka dan diperoleh dalam bentuk laporan keuangan.
3.2.2
Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini terbagi atas:
1. Data primer adalah sumber data yang diperoleh secara langsung dari
sumber asli. Data ini dapat berupa hasil wawancara mengenai prosedur
41
42
atas pemberian kredit pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang
Semarang.
2. Data Sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak langsung
melalui media perantara, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen.
Data ini dapat berupa dokumen-dokumen yang terdapat dalam PT.
Indomobil Finance Indonesia Cab. Semarang seperti sejarah berdirinya
perusahaan,
bagan
struktur
organisasi,
data
karyawan,
formulir
permohonan kredit dan bagaimana pengendalian intern dalam pemberian
kredit.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data, penulis melakukan beberapa teknik pengumpulan
data diantaranya:
1. Tehnik Wawancara
Adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui Tanya
jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam satu topik tertentu
(Sugiyono, 2013).
2. Tehnik Dokumentasi
Adalah mencari data mengenai hal-hal maupun variabel berupa catatan,
transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan
sebagainya.
3.4 Metode Analisis
Tehnik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tehnik analisis
kualitatif deskriptif. Analisis kualitatif deskriptif adalah metode analisi dengan
terlebih dahulu mengumpulkan data yang kemudian diklaifikasi, dianalisis,
43
selanjutnya diintrepetasikan sehingga dapat memberikan gambaran yang jelas
mengenai keadaan yang diteliti. Metode analisi data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah (Sugiyono, 2013):
1. Mendiskripsikan gambaran umum pada PT. Indomobil Finance Indonesia
Cabang Semarang yang berkaitan dengan tugas dan tanggung jawab masingmasing bagian.
2. Memahami sistem pengendalian intern atas pemberian kredit pada PT.
Indomobil Finance Indonesia Cab. Semarang melalui wawancara dan
dokumantasi guna mengetahui prosedur, pengawasan dan dokumen kredit.
3. Menganalisis sistem pengendalian intern yang terdapat pada perusahaan serta
membandingkan dengan teori-teori yang ada sebagi bahan pertimbangan
apakah pengendalian intern di PT. Indomobil Finance Indonesia Cab.
Semarang telah berjalan efektif.
4. Menarik simpulan dari pengendalian intern atas piutang usaha, apakah
pengendaliannya telah sesui dengan unsur-unsur pengendalian intern yang
baik.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Perusahaan
Objek penelitian pada skripsi ini pada PT. Indomobil Finance Indonesia
Cabang Semarang di Jl. M. H Thamrin No. 69A Semarang. Telp (024) 3567123,
3588688. Dimana perusahaan tersebut merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang penjualan secara kredit.
4.1.1
Sejarah Singkat Perusahaan
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perseroan) merupakan suatu
kelompok usaha terpadu yang memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di
bidang otomotif yang terkemuka di Indonesia. Perseroan didirikan pada tahun 1976
dengan nama PT. Indomobil Investment Corporation dan pada tahun 1997 dilakukan
penggabungan usaha (merger) dengan PT. Indomulti Inti Industri Tbk. Sejak saat
itulah status Perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk, dengan kantor pusatnya di Wisma Indomobil I,
lantai 6, Jl. MT. Haryono Kav 8, Jakarta Timur - 13330.
Bidang usaha utama Perseroan dan anak perusahaan meliputi: pemegang
lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa pembiayaan
kendaraan bermotor, distributor suku cadang dengan merek “IndoParts”, perakitan
kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif serta kelompok usaha pendukung
lainnya. Semua produk dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan dengan standar kualitas yang dijamin oleh perusahaan prinsipal serta
44
45
didukung oleh layanan purna jual yang prima melalui jaringanjaringan 3S (Sales,
Service, dan Spareparts) yang tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan mengelola
merk-merk terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Foton, Great
Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, Renault Trucks, Suzuki,
Volkswagen, Volvo, Volvo Trucks, dan Mack Trucks.
Produk-produk yang ditawarkan meliputi jenis kendaraan bermotor roda dua,
kendaraan bermotor roda empat, bus, truk, forklift, dan alat berat lainnya. Melalui
sinergi dari 4.224 karyawan tetap yang tersebar di seluruh anak perusahaan di
Indonesia telah mampu menopang Perseroan menjadi salah satu perusahaan di
bidang Otomotif yang terkemuka.
Perseroan secara terus menerus mengembangkan kemampuan, pengetahuan,
ketrampilan, dan pemahaman nilai-nilai yang secara terus menerus dijalankan
melalui program pelatihan baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar
Perseroan, program konseling, coaching, seminar, dan praktek kerja lapangan (on the
job training).
Pengembangan kompetensi, dan jenjang karir, telah menjadi satu prioritas
kegiatan Perseroan dan telah dikemas dalam suatu sistem yang dievaluasi secara
terus menerus. Usaha keras tersebut membuahkan hasil yang sangat baik melalui
pencapaian laba bersih Perseroan sebesar Rp. 448,67 milyar dalam tahun buku 2010
ini.
46
4.1.2
Visi dan Misi PT. Indomobil Finance
Visi PT. Indomobil Finance adalah Menjadi perusahaan otomotif terhandal dan
terpercaya di dalam negeri.
Misi PT. Indomobil Finance, adalah:
1.) Mengembangkan
seluruh
sumber
daya
yang
dimiliki
secara
berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalisme bagi kepuasan
pelanggan.
2.) Memberikan konstribusi dan berupaya sepenuhnya bagi pengembangan usaha
Indomobil.
3.) Memberikan komitmen dan nilai terbaik bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
4.1.3
Struktur Organisasi
Kepala Unit
Kepala Divisi
Divisi
Tecnology &
Information
Divisi
Finance
,Accounting,
Tax
Divisi Legal &
Corporate
Communication
Divisi
Operational
Gambar 4.1 Struktur Organisasi
Divisi Human
Resource
Development
& General
Affair
47
4.1.4
Deskripsi Tugas dan Uraian Jabatan Pada PT. Indomobil Finance
Indonesia Cabang Semarang
1) Kepala Unit
a. Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perusahaan sesuai
dengan norma pedoman dan instruksi dari pimpinan umum.
(2) Melaporkan data serta kegiatan yang ada ke Direksi.
(3) Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan kepada Asisten.
(4) Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya
kegiatan operasi.
(5) Mengkoordinasikan dan bertanggungjawab terhadap penyusunan
rencana anggaran belanja perusahaan kantor cabang.
(6) Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai
dengan sistem prosedur yang berlaku.
(7) Membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial karyawan.
(8) Membina suasana kekeluargaan dan kerja sama yang baik antara
asisten, karyawan serta memelihara keamanan.
2) Divisi Teknologi & Informasi
a. Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Perencanaan dan pengembangan strategi sistem dan teknologi
informasi sesuai kebutuhan perusahaan
(2) Perancangan implementasi serta pemeliharaan sistem informasi
perusahaan yang terintegrasi yang mampu mendukung upaya
perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja
48
(3) Pengelolaan Data Center dan Disaster Recovery Center
(4) Penyusunan laporan unit kerja
(5) Pencapaian kinerja di unit kerjanya.
3) Divisi Keuangan, Akuntansi & Pajak
Adapun pada divisi ini berkaitan dengan piutang yang terjadi akibat dari
penjualan secara kredit. Divisi tersebut terdiri dari beberapa job description,
yaitu:
a. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian AMU (Asset Management Unit)
(1) Mengurus tarikan kendaraan dari konsumen yang telah lewat jatuh
tempo pembayarannya dan telah menerima surat tarik kendaraan.
(2) Mengurus lelang kendaraan dari konsumen yang telah ditarik
kendaraannya.
b. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian HRGA (Human Resource Genaral
Affair)
(1) Buiding management dan karyawan
(2) Pelaksanaan keamanan Satpam/Security, ketertiban dan kebersihan
(3) Recepsionist dan operator telepon, serta keluar masuk Tamu
c. Tugas dan tanggung jawab BagianPO (Purchase Order)
(1) Mencari dan menganalisa Dealer yang sesuai dengan unit yang
dibutuhkan
(2) Melakukan koordinasi dengan pihak Dealer mengenai kelengkapan
dokumen
(3) Melakukan pemesanan
(4) Membuat laporan pembelian & pengeluaran unit
49
(5) Pembayaran faktur
(6) Bekerjasama dengan Dealer terkait untuk memastikan kelancaran
operasional perusahaan
d. Tugas dan Tanggung Jawab BagianFinance
(1) Mengurus pencairan program penjualan dan pameran
(2) Mengurus dana yang keluar untuk pembelian produk dari Dealer.
(3) Berperan langsung terhadap persiapan analisa operasional perusahaan,
termasuk laporan keuangan
e. Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Kolektor
(1) Membantu proses pembayaran dari nasabah ke perusahaan serta
sebagai fasilitator dalam serah terima unit
(2) Melakukan kunjungan, memberikan solusi pembayaran kepada semua
konsumen yang menjadi tanggung jawab wilayahnya untuk menjaga
proses pembayaran dari konsumen lancar
(3) Melaporkan hasil kunjungan kepada Koordinator Kolektor mengenai
kondisi konsumen di lapangan sehingga dapat dicarikan solusi yang
terbaik
(4) Melakukan penagihan atau penarikan unit dari konsumen yang
tertunggak
f. Tugas dan Tangung Jawab Bagian Kasir
(1) Menjalankan proses penjualan dan pembayaran
(2) Melakukan pencatatan atas semua transaksi
(3) Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada
atasan
50
g. Tugas dan Tangung Jawab Bagian BPKB
(1) Menerima BPKB dari konsumen
(2) Mengeluarkan BPKB dari konsumen
h. Tugas dan Tangung Jawab Bagian Asuransi
(1) Mengurus polis
(2) Mengurus cover asuransi
i. Tugas dan Tangung Jawab Bagian Fidusia dan Filling
(1) Mengurus pendaftaran Fidusia
(2) Mengurus berkas Filling (kearsipan)
4) Divisi Komunikasi Hukum & Perusahaan
a. Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Sebagai konsultan hukum perusahaan, yaitu memberikan nasihat atau
opini hukum kepada pemimpin perusahaan.
(2) Sebagai advokat perusahaan, yaitu mewakili perusahaan jika terjadi
masalah di pengadilan, dan
(3) Sebagai pelaksana perusahaan, yaitu menyiapkan dan mengurus
perizinan.
5) Divisi Operasi
a. Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi seluruh pelaksanaan
operasional perusahaan
(2) Membuat stategi dalam pemenuhan target perusahaan dan cara
mencapai target tersebut
51
(3) Mengecek, mengawasi dan menentukan semua kebutuhan dalam
proses operasional perusahaan
(4) Merencanakan, menentukan, mengawasi, mengambil keputusan dan
mengkoordinasi dalam hal keuangan untuk kebutuhan operasional
perusahaan
(5) Mengawasi seluruh karyawan apakah tugas yang dilakukan sesuai
dengan standar operasional perusahaan
6) Divisi Pengembangan SDM & Umum
a. Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Mengkoordinasikan
perumusan
perencanaan
dan
pemberdayaan pegawai (man power planning), sesuai kebutuhan
Perusahaan.
(2) Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan
dan pengembangan pegawai.
(3) Mengkoordinasikan
perumusan
sistem
dan
kebijakan
imbal
jasa pegawai dengan mempertimbangkan "internal / external equity".
(4) Bersama
Manajemen
merumuskan
pola
pengembangan
organisasi Perusahaan.
(5) Menyelenggarakan Sistem Informasi SDM dalam suatu data
base Kepegawaian.
(6) Menyelenggarakan penyediaan dan distribusi air, listrik, AC, telepon
dan Faksimili untuk keperluan kantor.
(7) Menyelenggarakan
administrasi,
penempatan,
dan penggunaan peralatan, inventaris, fasilitas kantor.
penyimpanan
52
(8) Melakukan kajian dan evaluasi terhadap efektifitas program
dan kontribusi peraturan bagi perkembangan Perusahaan.
(9) Mengevaluasi Hasil penilaian kinerja seluruh Pegawai.
(10)
Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja /
perjalanan dinas
dan penerimaan tamu perusahaan.
(11)
Menyelenggarakan data base inventaris perusahaan.
(12)
Menyiapkan laporan kegiatan Divisi secara benar dan tepat
waktu.
4.2 Pembahasan
4.2.1
Sistem Pengendalian Intern Atas Piutang
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di PT. Indomobil Finance
Indonesia Cabang Semarang, penulis dapat memperoleh serta mengumpulkan data
yang berkaitan dengan sistem pengendalian intern atas piutang terutama yang
berkaitan dengan penerapan fungsi dan unsur-unsur pengendalian, penetapan
pemberian kredit dan penagihan piutang, sebagai berikut:
a. Fungsi dan Unsur-unsur Pengendalian Intern
1) Lingkungan Pengendalian
Sesuai dengan motto perusahaan yaitu memberikan komitmen dan
nilai
terbaik
bagi
seluruh
pihak
yang
berkepentingan
dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat menggambarkan lingkungan
pengendalian gaya operasional yang ingin dilaksanakan oleh pimpinan
perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapakan.
Dalam menjalankan usahanya, manajemen perusahaan sangat
mengacu pada tatanan etika yang dibakukan pada peraturan perusahaan,
53
dimana
membentuk
karyawan
dalam
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya. Kode etik yang harus ditaati oleh seluruh karyawan adalah
kejujuran,
kedisiplinan
dan
kepuasan
pelanggan.Nilai-nilai
etika
dilakukan dengan menerapkan kebijakan dalam menegakkan kedisiplinan
dalam berpakaian, dalam kehadiran, jam kerja dan cara berkomunikasi.
PT. IMFI merekrut karyawan yang memiliki kompetensi, jujur dan
memiliki pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya sedangkan untuk
karyawan
yang
tidak
memiliki
pengalaman
kerja,
perusahaan
memperhatikan latar belakang pendidikannya, dimana PT. IMFI hanya
merekrut karyawan yang memiliki gelar minimal S1/Diploma. Karyawan
yang mempunyai gelar sarjana S1/Diploma di tempatkan pada bagian
administrasi yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan
laporan keuangan. Sedangkan untuk lulusan SMA di tempatkan di bagian
sales dan collection. Perusahaan menerapkan uji kompetensi berupa tes
tertulis dan pelatihan skill.Perusahaan juga rutin melakukan potensial
review bagi semua karyawan yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dan mendorong terciptanya SDM yang baik. Selain itu
perusahaan juga memiliki SOP (Standart Operating Procedure)yang
terpisah antara SOP Pencairan, SOP Penjualandan SOP Penagihan.
Perusahaan juga memiliki PP (Peraturan Perusahaan)yang harus
dijalankan oleh setiap karyawan.
Struktur
organisasi
pada
PT.
IMFI
menganut
sistem
departementalisasi dimana terdapat beberapa divisi atau departemen
54
sesuai dengan fungsinya misalnya divisi finance, accounting, HRD, divisi
Marketing.
2) Penaksiran Risiko
(1) Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan dapat diminimalkan dengan pemberian kredit
yang seksama dan penuh kehati-hatian berdasarkan survey lapangan
maupun analisis kredit sesuai standar yang ditetapkan. Perusahaan
sudah
memiliki
prosedur
dengan
menugaskan
sales
untuk
mengevaluasi terlebih dahulu apakah konsumen layak diberikan kredit
atau tidak dengan cara melihat rumahnya, berapa gaji perbulannya,
apakah usaha atau toko konsumen ramai pelanggan.
Pengelolaan penagihan dapat dilakukan melalui SMSreminder, atau
melalui telepon, maupun kunjungan langsung ke konsumen jika ada
keterlambatan pembayaran dalam jangka waktu tertentu. Dan jika
masih tidak tertagih, kendaraan akan diambil alih sebagai jaminan.
Sebagai langkah akhir, kendaraan yang diambil alih akan dibantu
penjualannya untuk meminimalkan kerugian dan melindungi hak-hak
konsumen yang bersangkutan.
(2) Risiko Opersional
Seiring dengan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat, beragam
perubahan situasi senantiasa muncul dalam dunia usaha. Oleh sebab
itu, peninjauan kembali terhadap sistem dan prosedur operasional
Perseroan senantiasa dilakukan agar sesuai dengan dinamika bisnis
Perseroan. Melalui departemen khusus yang disebut businessprocess,
55
Perseroan telah menetapkan standard operationalprocedure(SOP)
sebagai pedoman dalam menjalankan usahanya.Dalam hal ini,
Departemen Audit Internal bertanggung jawab untuk menjalankan
fungsi pengendalian terhadap kesesuaian pelaksanaan operasional
dengan SOP tersebut.
(3) Risiko Terhadap Pesaing
Dalam mengelola risiko persaingan, PT. IMFI telah melakukan
antisipasi untuk bertahan dan tetap berkembang dalam dunia bisnis.
Hal yang dilakukan perusahaan adalah dengan tidak meninggalkan
aspek kepatutan dengan memberikan bunga yang wajar dan
kemudahan sesuai dengan PP dan OJK. Selain itu perusahaan terus
berupaya untuk meningkatkan pembiayaan melalui kerja sama dengan
distributor dan dealer, penawaran paket pembiayaan yang inovatif,
serta perluasan jaringan penjualan dan pelayanan di seluruh Indonesia.
(4) Risiko Terhadap Kecurangan Oleh Karyawan
Dalam mengantisipasi adannya risiko kecurangan seperti penjualan
fiktif dan menggunakan kas perusahaan. PT. IMFI melakukan
pemberlakukan aturan perusahaan dengan melakukan pemeriksaan
secara berkala atas penjualan dan piutang perusahaan dan memeriksa
kas perusahaan setiap harinya. Selain melakukan hal tersebut,
perusahaan juga menetapkan bisnis tertentu dengan DP (Down
Payment) tertentu dan unit tertentu melalui CA (Credit Analys).
(5) Risiko Terhadap Piutang Usaha
56
Pada proses pembayaran piutang, PT. IMFI melakukan tindakan yang
memadai dengan meminta pelanggan untuk membayar piutangnya
dengan cara melakukan transfer langsung ke rekening bank
perusahaan melalui teller perusahaan atau bisa dengan transfer
melalui Kantor Pos, Virtual Account melalui (ATM BCA, ATM
Mandiri, ATM BRI dan ATM Bersama), Autocollection melalui
(Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI), Payment Point melalui
(Kantor Pos Indonesia, Indomaret/Ceriamart, Alfamart/Alfamidi.
Kemudian bagian kasir dan administrasi akan mengecek adanya
angsuran yang sudah masuk atau angsuran yang belum dibayarkan
melalui sistem sintrik.
3) Informasi dan Komunikasi
PT. IMFI sangat menjamin keamanan dan kebenaran dari data dan
informasi
yang
terdapat
dalam
perusahaan
dengan
cara
tidak
memperbolehkan mengekspose data sembarangan. Data dan informasi
perusahaan hanya boleh diekspose dengan tujuan untuk penyidikan dan
OJK saja.
Pemrosesan informasi transaksi angsuran perusahaan dilakukan
secara online dengan sistem terkompeterisasi dengan nama SINTRIK.
Informasi mengenai piutang pada perusahaan adalah sebagai berikut:
a. Informasi dari sales mengenai kondisi calon konsumen.
Informasi ini bertujuan untuk menilai apakah calon konsumen
tersebut layak diberikan kredit atau tidak.
57
b. Data riwayat calon konsumen yang ingin menambah permohonan
pembelian kredit.
Informasi ini bertujuan untuk menilai apakah konsumen layak
diberikan perpanjangan kredit atau tidak.
Informasi-informasi tersebut kemudian diberikan kepada staff
melalui meeting kemudian dijadikan sebagai alat untuk mengambil
keputusan oleh setiap bagian dalam menentukan langkah selanjutnya
yang akan ditempuh oleh perusahaan.
4) Aktivitas Pengendalian
(1) Pemisahan Tugas
Aktivitas pengendalian terhadap pemisahan tugas pada PT. IMFI
sudah dipisahkan pada tanggung jawab masing-masing karyawan.
Jadi tidak ada karyawan yang merangkap tugas ganda. Aktivitas
pengendaliannya adalah sebagai berikut:
a. Bagian penerimaan kas (kasir) terpisah dengan bagian akuntansi.
b. Bagian piutang terpisah dengan bagian survey.
c. Bagian akuntansi terpisah dengan bagian piutang.
d. Petugas yang menyetorkan kas ke bank, terpisah dengan
pemegang buku piutang.
(2) Pengendalian Pemrosesan Informasi
Pengendalian pemrosesan akuntansi mencakup pengamanan akses
terhadap data dan program. Pada PT. IMFI dalam pengamananan
terhadap data, perusahaan telah memasang password untuk setiap data
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
58
(3) Review Kinerja
PT. IMFI selalu melakukan review atas setiap kegiatan yang
dilakukannya. Review tersebut dilakukan secara mingguan, bulanan,
mid semester, dan tahunan. Review mingguan dilakukan untuk
meriview
pekerjaan
karyawan
yang
dilakukan
oleh
kepala
perusahaan, review bulanan dilakukan oleh cabang, review mid
semesteran dilakukan oleh kepala area dalam dua tahun sekali, dan
review tahunan dilakukan oleh pusat. Selain review yang dilakukan
tersebut, direktur setiap harinya memeriksa dan memonitor realisasi
penerimaan piutang yang setiap minggunya dibuat ke dalam laporan
rencana dan realisasi penerimaan piutang mingguan. Selain itu,
direktur juga mendapatkan laporan hasil penjualan dan laporan laba
rugi setiap bulannya. Dengan begitu, perusahaan telah melakukan
kegiatan review kinerja yang baik terhadap kegiatan penjualan dan
piutang usahanya. Hal ini dapat terlihat dari review yang secara rutin
dilakukan. Dengan adanya pemeriksaan rutin yang dilakukan terhadap
review kinerja, perusahaan dapat menghindari adanya tindakan
kecurangan dan kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan oleh
karywan-karyawannya.
5) Pemantauan
PT. IMFI telah menetapkan tanggung jawab kepada masing-masing
karyawan secara jelas. Kelancaran piutang usaha menjadi tanggung jawab
bagian collection head. Collector dituntut untuk bekerja secara maksimal
agar dapat meminimalkan piutang tak tertagih. Kepala bagian piutang
59
selalu memantau pencapaian dari collector setiap hari berdasarkan umur
piutang
sebelumnya,
sehingga
dari
hasil
pencapaian
terhadap
pengumpulan piutang dapat dilakukan evaluasi untuk dijadikan agenda
rapat para kepala bagian setiap akhir tahun.
Penilaian secara berkala juga dilakukan perusahaan dengan memverifikasi
setiap transaksi yang terjadi yang dilakukan oleh Internal Control setiap
hari. Setiap tahun dilakukan audit oleh auditor independen dari Kantor
Akuntan Publik (KAP).
b. Penetapan Pemberian Kredit
Pemeberian kredit dimulai dengan adanya pengajuan permohonan kredit dari
konsumen yang disampaikan melalui Dealer yang menjadi rekanan dari
perusahaan. Setelah itu perusahaan akan menindaklanjuti permohonan
konsumen tersebut dengan langkah-langkah sebagai berikut ini:
1) Syarat Kredit
a) Perorangan
(1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit
(2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin
(3) Fotocopy Kartu Keluarga
(4) Slip Gaji
(5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir
(6) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir
b) Profesi
(1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit
(2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin
60
(3) Fotocopy Kartu Keluarga
(4) Slip Gaji
(5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir
(6) Fotocopy Ijin Praktek
(7) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir
(8) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c) Perusahaan
(1) Fotocopy KTP Direktur / Komisaris/Yang Diberi Kuasa
(2) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir
(3) Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
(4) Fotocopy Akte Notaris Pendirian dan Perubahannya
(5) Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
(6) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(7) Fotocopy Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi Laba) 3 tahun
terakhir atau minimal 1 tahun terakhir (bila baru berdiri)
2) Survey
Survey perlu dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari
pemohon atau pihak lain yang akan digunakan dalam melakukan analisa
kredit terhadap kelayakan pemohon memperoleh kredit. Proses tersebut
dimulai pada saat Credir Marketing Officer (CMO) membuat janji dengan
pemohon dan diakhiri dengan pembuatan hasil survey.
Survey yang baik akan memperoleh informasi yang menyeluruh tentang
kemampuan pemohon kredit, karena jika tidak dilakukan dengan tepat
61
akan mengakibatkan kesalahan informasi yang mempunyai dampak
seperti berikut:
a) Menolak pemohon yang sebenarnya layak untuk diberikan kredit.
b) Menyetujui permohonan kredit pemohon yang sebenarnya tidak layak
untuk diberikan kredit.
Survey dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
(1) Memperoleh data awal
Pada saat memperoleh data awal, biasanya data yang diperoleh sangat
minim sekali, yaitu terdiri dari:
a) Fotokopi
identitas
(KTP/SIM/Paspor/Kitas)
pemohon
dan
pasangan (bila telah menikah).
b) Fotokopi kartu keluarga pemohon.
c) Fotokopi bukti kepemilikan rumah, misalnya serifikat rumah,
rekening atau rekening listrik.
d) Fotokopi bukti penghasilan, misalnya rekening tabungan, slip gaji
atau surat keterangan penghasilan.
e) Struktur pembiayaan yang diajukan.
(2) Persiapan interview dengan pemohon, terdiri dari berikut:
a) Perencanaan
b) Pembuatan janji dengan pemohon
c) Persiapan
(3) Interview dengan pemohon
Hal yang diperlukan dalam tahap ini sebagai berikut:
a) Pembukuan
62
b) Pengamatan
c) Pembicaraan
d) Perpisahan
(4) Credit Checking
Salah satu cara dalam melakukan survey untuk mengecek kebenaran
keterangan
yang
diberikan
oleh
pemohon
adalah
dengan
menggunakan credit cheking.
Dalam melakukan credit checking terdapat beberapa cara sebagai
berikut:
a) Data yang diperoleh dari pemohon.
b) Melakukan pengecekan berdasarkan data yang diperoleh dari
pemohon.
c) Dari hasil interview dengan pemohon.
d) Melakukan pengecekan terhadap keterangan yang diperoleh dari
pemohon.
e) Dari lingkungan sekitar rumah pemohon.
Melakukan pengecekan ke tetangga dan lingkungan sekitar rumah
untuk mengetahui karakter dan reputasi pemohon di lingkungan
sekitar rumahnya.
3) Analisa kelayakan pemohon
Dalam menganalisa kelayakan pemohon dapat dilakukan dengan
menggunakan konsep 1P + 5C sebagai brikut:
a) Purpose
63
Tujuan pemohon untuk mendapatkan kredit harus benar-benar jelas,
antara lain adalah:
(1) Membeli kendaraan untuk kepentingan pribadi.
(2) Membeli kendaraan untuk menunjang kegiatan usaha.
(3) Keinginan pemohon untuk mendapatkan dana tunai (direct
financing).
b) Character
Character merupakan karakter, reputasi dan pengalaman pemohon,
yang informasinya diperoleh selama interview dan melalui credit
checking. Jika merupakan existing customer dari perusahaan, maka
historical payment maupun rekomendasi dari bagian collection
mengenai karakter pemohon dapat digunakan sebagai sumber
informasi. Karakter tersebut dapat dibagi sebagi berikut:
(1) Secara perorangan
(2) Secara Badan Hukum (PT)
c) Capacity
Capacity adalah kemampuan pemohon untuk dapat membayar
kewajibannya setiap bulan kepada PT. IMFI.
Capacity dapat dilihat dari:
(1) Rekening Koran dan tabungan
(2) Nota-nota/bon penjulan
(3) Slip gaji/surat keterangan penghasilan
(4) Estimasi pendapatan
64
Pemohon dengan karakter perorangan, besarnya pendapatan dan
pengeluaran setiap bulan dapat dilihat dari rekening Koran/tabungan
atau slip gaji atau surat keterangan penghasilan dan dari estimasi
pendapatan. Sedangkan pemohon dengan karakter Badan Hukum (PT)
selain menggunakan Rekening Koran dan estimasi pendapatan, juga
dilihat dari laporan keungan (baik audited maupun unaudited) pada
laporan Neraca (menjelaskan posisi aktiva dan passive) dan
Laba/Rugi (menjelaskan pendapatan, pengeluaran dan keuntungan).
d) Capital
Untuk menganalisa mengenai modal pemohon, dapat dibagi menjadi
dua diantaranya:
(1) Modal yang dapat dengan cepat dicairkan
(2) Modal yang tidak dapat dengan cepat dicairkan
e) Condition
Kondisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
faktor politik, keamanan, cuaca, lingkungan dan social budaya. Tetapi
hal
tersebut
dapat
dianggap
tetap
selama
jangka
waktu
kredit/pembiayaan (jangka pendek).
Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil dari analisa ini yaitu:
(1) Analisa secara makro (umum)
Apakah pemohon memiliki pengalaman yang cukup dalam
menangani bisnis yang dijalaninya.
(2) Analisa secara mikro
65
Apakah bisnis atau pekerjaan pemohon memiliki masa depan yang
baik.
f) Collateral
Collateral berkaitan dengan nilai nominal dari kendaraan yang akan
dibiayai, besar kecilnya uang muka (down payment) akan sangat
mempengaruhi nilai pembiayaan. Jika uang muka yang dibayarkan
pemohon itu kecil, dapat mengakibatkan perusahaan tersebut macet
dan kendaraannya ditarik, harga jual dari kendaraan tersebut menjadi
menurun bisa diakibatkan karena kendaraan mengalami kerusakan
sehingga harga pasarnya turun.
Penyebab lain yang dapat mengakibatkan penurunan nilai collateral
secara ekonomis dan taktis adalah dari tujuan permohonan
pembiayaan, terutama untuk pemakaian yang over time/load atau
yang disewakan.
Selain itu untuk menghindari terjadinya penurunan harga jual kembali
kendaraan yang dibiayai, maka sangat perlu diperhatikan kondisi fisik
kendaraan, seperti kerusakan karena karat, bekas tabrakan, merk
,jenis, tahun kendaraan, plat nomor kendaraan. Jika kondisi fisik
kendaraan kurang memadai, maka dapat diambil alternatife sebagai
berikut:
(1) Mengganti unit kendaraan yang akan dibiayai
(2) Menaikkan uang muka
(3) Menjaminkan unit lain yang merupakan milik pemohon sebagai
jaminan tambahan
66
Tehnik analisa 1P + 5C menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena pemohon dapat dibagi menjadi 4 tipe, dan
tergantung CMO (Credit Marketing Officer) untuk dapat memilihnya,
yaitu:
(1) Mampu tetapi tidak mau membayar
(2) Mampu dan mau membayar
(3) Tidak mampu dan tidak mau membayar
(4) Tidak mampu tetapi mau membayar atau terlambat
c. Penagihan (Collection)
Akibat adanya perjanjian piutang maka perlu adanya penagihan. Penagihan
diperlukan pada saat terjadi hal-hal seperti berikut:
(1) Over Due
Tagihan yang telah lewat jatuh tempo sampai batas waktu yang telah
ditentukan dan belum tertagih.
(2) Bad Account
Konsumen yang telah dinyatakan sebagi konsumen yang tidak tepat
waktu dalam membayar hutangnya dan sering melakukan keterlambatan
pembayaran meskipun belum sampai menjadi Bad Debt.
(3) Bad Debt
Konsumen yang telah dinyatakan sebagai konsumen yang kurang atau
tidak baik berdasarkan kebijakan perusahaanPT. Indomobil Finance
Indonesia dengan klasifikasi over due up 90 hari dikategorikan sebagai
Bad Customer (Bad Debt) dan sudah tidak layak untuk diberikan fasilitas
kredit dikemudian hari.
67
Tujuan Penagihan (Collection):
(1) Mengusahakan agar pembayaran dari konsumen sesuai dengan
tanggal ajatuh tempo
(2) Mengoptimalkan laba
(3) Meminimalkan kerugian atas angsuran yang tertunggak
(4) Menjaga kestabilan dan kesehatan keuangan perusahaan
Langkah-langkah untuk menangani over due adalah sebagai berikut:
Tabel 4.1
Langkah-langkah untuk menangani over due
Maksimum
Toleransi Over Due
Hari
>1 hari
>3 hari
>7 hari
>14 hari
60 < hari ≤ 90
Langkah-langkah minimum yang sudah
dilakukan
Umum (Starter) Over
Non starter Over Due
Due > 6 bulan
muncul antara
angsuran 1-6 (berlaku
khusus untuk
konsumen awal-non
exizting customer)
Telepon
Kunjungan pertama
Kunjungan pertama
Kunjungan kedua
Surat pemberitahuan
Surat peringatan
Kunjungan kedua
Kunjungan ketiga
Surat peringatan
Surat peringatan
Kunjungan ketiga
Surat
tugas
tarik
Surat
peringatan kendaraan
terakhir
Surat
tugas
tarik Penarikan kendaraan
kendaraan
Penarikan kendaraan
Penjualan kendaraan tarikan
90 < hari ≤ 120
7 hari setelah
penarikan (R2)
14 hari setelah
Penjualan kendaraan tarikan
penarikan (R4)
Sumber : PT. IMFI Internal Information
68
Penarikan kendaraan dilakukan jika perusahaan melakukan langkah terakhir, seperti:
pengiriman surat pemberitahuan, surat peringatan, surat peringatan terakhir tetapi
tidak mendapatkan tanggapan dari konsumen, maka langkah selanjutnya adalah
melakukan penarikan kendaraan tersebut.
Sebelum kendaran ditarik, perlu adanya persiapan terlebih dahulu untuk
menentukan strategi, yaitu:
(1) Mengetahui lokasi penarikan kendaran
(2) Cara menghadapi konsumen saat melakukan penarikan kendaraan
(3) Berbagai pertimbangan dalam melakukan penarikan
Selain itu petugas eksekutor perlu mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
konsumen dan kendaraan yang akan ditarik, yaitu:
(1) Analisa data konsumen, meliputi:
a) Status social konsumen
b) Pekerjaan/jabatan konsumen
c) Alamat konsumen
(2) Melakukan analisa, yaitu:
a) Kebiasaan konsumen dalam melakukan pembayaran angsuran
b) Historical Payment (pernah berapa kali terlambat dan denda sudah
lunas apa belum)
c) Karakter konsumen dari penanganan sebelumnya
d) Aspek resale value dari kendaraan tarikan
(3) Keberadaan kendaran secara jelas dan pasti:
a) Kunjungan ke lokasi
b) Analisa kendaraan lapangan
69
(4) Analisa kekuatan konsumen
(5) Melakukan koordinasi dengan aparat setempat jika diperlukan
(6) Analisa/estimasi biaya yang akan timbul dari penarikan tersebut
(7) Melakukan koordinasi dengan berbagai pihak
(8) Melakukan penarikan kendaraan
(9) Menyimpan kendaraan di lokasi yang aman
Persiapan yang perlu dilakukan oleh eksekutor dalam melaksanakan
penarikan kendaran, yaitu:
(1) Persiapan administrative, meliputi:
a) Dokumen legal
b) Surat tugas yang ditanda tangani pimpinan cabang
c) Fotokopi surat-surat pemberitahuan yang pernah dikirim kepada
konsumen
d) Dokumen pendukung lainya jika diperlukan
(2) Persiapan pendukung
a) Eksekutor harus memahami tentang pasal-pasal yang tercantum dalam
dokumen perjanjian.
b) Mempersiapkan fotokopi data/dokumen yang lengkap mengenai
konsumen tersebut.
c) Meningkatkan kemampuan komunikasi, negoisasi dan personal
approach.
Hal-hal yang harus diusahakan oleh eksekutor dalam mendatangi
konsumen, yaitu:
1) Menimbulkan kesan yang baik, tidak bersifat pemaksaan atau kasar.
70
2) Menerangkan dengan jelas permasalahannya tanpa emosi.
3) Melakukan
pendekatan
untuk
setiap
pembicaraan
dengan
mempertimbangkan karakter konsumen. Ekskutor harus mampu
menciptakan keadaan agar konsumen mau membayar angsurannya
atau mau menyerahkan kendaraannya dengan kesadaran sendiri.
(3) Menyusun strategi
Strategi yang perlu dilakukan saat melakukan eksekusi penarikan
kendaraan, yaitu:
a) Menemukan keberadaan konsumen dan kendaraannya
b) Menguasai medan yang akan dihadapi
c) Menemui konsumen dan menjelaskan keperluannya secara baik-baik
d) Menunjukan surat tugas dan menjelaskan isinya
e) Melakukan pengecekan terhadap fisik nomor rangka dan nomor mesin
kendaraan tersebut
f) Meminta kunci dan STNK kendaraan tersebut
g) Melakukan penarikan apabila konsumen tidak mau menyerahkan
STNK
h) Membuatkan tanda terima kendaraan
i) Memberikan atensi dan empati dari permasalahan yang dialami
konsumen
j) Mengajukan
alternatif-alternatif
peneyelesaian
masalah
dan
melakukan negoisasi
k) Jika ada hal-hal yang membahayakan, maka perlu menghubungi
aparat
71
l) Bila kendaraan berhasil dibawa, kendaraan tarikan tersebut secara
fisik harus diserahkan ke kantor untuk diregristasikan
m) Jika konsumen keberatan menyerahkan STNK dan tidak mau
menandatangani Berita Acara Serah Terima Kendaraan, ekesekutor
harus mengupayakan kendaraan tetap ditarik.
4.2.2
Bagan Alur Pemberian Kredit (Flowchart)
Calon Debitur
Marketing
Mulai
Form kredit
Mengajukan
permohonan
kredit
1
Form kredit
Kk, ktp, slip gaji,
rek listrik
Form kredit
Kk, ktp, slip gaji,
rek listrik
1
Survey
6
Form kredit
Kwitansi
penagihan
Kk, ktp, slip gaji, rek listrik
Laporan hasil survey
7
Kendaraan
2
R
p
Ttd
penerimaa
8
Gambar 4.2
Flowchart pemberian kredit selanjutnya
72
Credit Analys
2
Form kredit
Admin
Dealer
Cetak PO
4
Rp
PO
Rp
PO
Kk, ktp, slip gaji, rek listrik
Laporan hasil survey
Verifikasi
Kwitansi penagihan
Daftar
piutang
Kwitansi penagihan
sistem
4
5
Scoring
BSTK
Kendaraan
5
N
Kwitansi
penagihan
7
N
8
6
9
Ttd
penerimanaan
Ttd
penerimanaan
N
Gambar 4.2
Flowchart pemberian kredit selanjutnya
9
N
73
4.2.3
Analisis Jumlah Piutang Tak Tertagih
Berikut ini adalah tabel yang menunjukan kondisi piutang pada PT. Indomobil
Finance Indonesia Cabang Semarang selama 2 tahun terbagi atas:
Tabel 4.2Daftar Piutang PT. IMFI Cab. Semarang
Periode 2016-2017
Tahun
Merek
2016
Honda
Penjualan
Kredit/Tahun
Rp. 1.100.000.000
Tertagih
Tertunggak
89%
11%
Rp. 700.000.000
92%
8%
Biojio
0
100%
0
Suzuki
Rp. 450.000.000
96%
4%
Yamaha
Rp.7.000.000.000
89%
11%
Rp. 9.250.000.000
93,2%
6,8%
Honda
Rp. 18.000.000.000
85%
15%
Kawasaki
Rp. 1.300.000.000
70%
30%
Biojio
Rp. 300.000.000
94%
6%
Suzuki
Rp. 300.000.000
70%
30%
Yamaha
Rp. 11.000.000
70%
30%
77,8%
22,2%
Kawasaki
Total
2017
Total
Rp 19.911.000.000
Sumber: PT.IMFI Semarang
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa tingkat jumlah tunggakan pada
tahun 2016 sebesar 6,8% dan tahun 2017 sebesar 22,2%. Data tersebut menunjukan
bahwa rasio tunggakan tertinggi terjadi pada tahun 2017 yaitu sebesar 22,2%. Hal ini
menunjukan bahwa pada tahun tersebut tunggakan sangat tinggi dan dapat
74
mengganggu arus kas perusahaan, karena dana yang seharusnya kembali berputar
menjadi kas tetap tertanam dalam piutang. keadaan ini lebih buruk jika dibandingkan
dengan tahun 2016. Dari tabel tersebut juga dapat diketahui bahwa rasio penagihan
tertinggi terjadi pada tahun 2016 yaitu sebesar 93,2%. Hal ini menunjukan bahwa
piutang yang tertagih pada saat itu lebih besar dibandingkan dengan tahun 2017 yang
menunjukan lemahnya atau kurangnya pengumpulan piutang. Terjadi peningkatan
pada piutang tak tertagih disebabkan karena faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu performance kolektor dalam menagih piutang kepada konsumen turun
dan faktor internal yaitu debitur terlambat membayar piutangnya.
Rasio tunggakan tersebut dari tahun ke tahun mengalami fluktuasi atau
ketidaktetapan. Pada tahun 2017 rasio tunggakan sangat tinggi, hal ini akan berakibat
terhadap pengembalian modal perusahaan. Semakin kecil rasio tunggakan maka
semakin kecil perusahaan dalam mengelola piutangnya. Rasio penagihan juga
mengalami hal yang serupa yaitu terjadinya fluktuasi atau ketidaktetapan. Untuk
mengatasi hal ini perusahaan telah mengantisipasinya. Tindakan yang dilakukan
yaitu dengan menarik fisik kendaran kemudian menjualnya kembali, selanjutnya
hasil penjualan tersebut digunakan untuk menutupi sisa hutang konsumen pada
perusahaan.
4.2.4
Perbandingan Unsur Pengendalian Intern Berdasarkan Teori dengan
Temuan pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cab. Semarang
Tabel 4.3 Perbandingan Unsur Pengendalian Intern
No.
1.
Unsur Pengendalian Intern
Piutang Usaha Menurut Teori
Lingkungan Pengendalian:
Penerapan Piutang
Keterangan
Usaha pada PT. IMFI
(Sesuai/Tidak
Cab. Semarang
Sesuai)
Karyawan
padaPT. Sesuai
Indomobil
Finance
75
a. Nilai Integritas dan Etika
Nilai integritas dan etika
dikomunikasikan
oleh
manajer melalui personal
behavior dan operational
behavior. Melalui personal
behavior tersebut maka
manajer
akan
mengkomunikasikan
nilai
integritas dan etika melalui
tindakan individual mereka
sehingga nilai-nilai tersebut
dapat diamati oleh karyawan
entitas
serta
melalui
operational
behavior,
manajer akan mendesain
sistem yang digunakan untuk
membentuk perilaku yang
diinginkan yang berdasarkan
nilai integritas dan etika.
Indonesia
Cab.
Semarang,
harus
menjunjung tinggi nilai
kejujuran. Bagian Asset
Management Unit harus
jujur dalam mengurus
tarikan dan lelang dari
kendaraan konsumen,
bagian Purchase Order Sesuai
harus
jujur
dalam
membuat
laporan
pembelian
dan
pengeluaran unit, bagian
Finance harus jujur
dalam
mengurus
pencairan
program
penjualan, seminar, dana
yang dikeluarkan untuk
dealer serta membuat
laporan
keuangan,
bagian Kolektor harus
jujur dalam membantu
proses pembayaran dan
penagihan
piutang
konsumen, bagian Kasir
harus
jujur
dalam
mencatat transaksi dari
konsumen.
b. Komitmen
Terhadap
Kompetensi
Mencakup
pertimbangan
manjemen atas pengetahuan
dan
ketrampilan
yang
diperlukan
dan
paduan
antara kecerdasan, pelatihan
dan
pengalaman
yang
dituntut
dalam
pengembangan kompetensi.
Adanya program uji Sesuai
kompetensi berupa tes
tertulis
untuk
mengungkap
kompetensi karyawan
berhubungan
dengan
pemahaman wawasan
tentang
kependidikan
maupun keilmuan teknis
sesuai bidangnya dan
pelatihan bagi karyawan
baru berupa skill yaitu
jenis training karyawan
untuk memberikan skill
dan pengetahuan baru.
Review
potensial
dengan hasilkebutuhan
76
c. Struktur Organisasi
Memberikan rerangka untuk
perencanaan,
pelaksanaan
dan pengendalian aktivitas
entitas.
Pengembangan
struktur organisasi suatu
entitas mencakup pembagian
wewenang dan pembebanan
tanggung jawab di dalam
suatu
organisasi
dalam
mencapai tujuan organisasi.
d. Pelimpahan Wewenang dan
Tanggung Jawab
Dengan adanya pelimpahan
wewenang dan tanggung
jawab yang jelas, maka
organisasi
akan
mengalokasikan
berbagai
sumber
daya
yang
dimilikinya untuk mencapai
tujuan organisasi.
e. Kebijakan dan Praktik SDM
Karyawan merupakan unsur
terpenting di dalam setiap
pengembangan
karyawan
dapat
diidentifikasi.
Terdapat
pembagian Sesuai
tugas
yang
sesuai
dengan
bidangnya
masing-masing. Asset
Management
Unit
bertugas
mengurus
tarikan dan lelang dari
kendaraan konsumen,
bagian Purchase Order
bertugas
membuat
laporan pembelian dan
pengeluaran unit, bagian
Finance
bertugas
mengurus
pencairan
progam
penjualan,
seminar dan dana yang
keluar untuk dealer serta
membuat
laporan
keuangan,
bagian
Kolektor
bertugas
membantu
proses
pembayaran
dan
penagihan
piutang
konsumen, bagian Kasir
bertugas
mencatat
transaksi
dari
konsumen.
Dilengkapi
tanggung Sesuai
jawab dan pengawasan
melalui peraturan yang
berlaku.
Tanggung
jawab
Asset
Management Unit dan
Kolektor diatur dalam
SOP Penagihan, bagian
Purchase Order diatur
dalam SOP Penjualan,
bagian
Financediatur
dalam SOP Pencairan,
bagian Kasir diatur
dalam SOP Pencatatan.
Penerimaan karyawan Sesuai
melalui seleksi yang
ketat. Karyawan yang
77
pengendalian intern. Jika
perusahaan
memiliki
karyawan yang kompeten
dan jujur, maka umsur
pengendalian intern lainnya
dapat dikurangi sampai batas
minimum dan perusahaan
akan
menghasilkan
pertanggungjawaban
keuangan
yang
dapat
diandalkan.
diterima
akan
mendapatkan pelatihan
agar
dapat
bekerja
dengan baik sesuai
tuntutan pekerjaannya.
Latar
belakang Tidak Sesuai
pendidikan
tidak
menjadi
penghalang,
karena apabila diterima
akan
mendapatkan
pelatihan.
Rutin dilakukan review Sesuai
1 minggu sekali untuk
mereview
pekerjaan
karyawan.
Mutasi bidang kerja Sesuai
Admin dilakukan 6
bulan sekali
Karyawan
yang Sesuai
melakukan
tindakan
tidak
jujur
akan
mendapatkan
sanksi
berupa teguran sampai
dengan pemecatan.
2.
Penaksiran Risiko
Bertujuan untuk pelaporan
keungan yaitu identifikasi,
analisis dan pengelolaan risiko
entitas yang berkaitan dengan
penyusunan laporan keuangan.
3.
Aktivitas Pengendalian
Adalah kebijakan dan prosedur
yang dibuat untuk memberikan
keyakinan bahwa petunjuk yang
dibuat
oleh
manajemen
dilaksanakan. Kebijakan dan
perosedur ini
memberikan
keyakinan bahwa tindakan yang
Performance
kolektor Tidak Sesuai
meningkat
dalam
meminimalkan kerugian
atas angsuran yang
tertunggak
Menggunakan prinsip Sesuai
1P + 5C untuk menilai
kelayakan kredit yaitu
Purpose,
Character,
Capacity,
Capital,
Condition
dan
Collateral.
Adanya password dalam Sesuai
pengamanan
akses
terhadap
data
dan
pogram
78
4.
5.
diperlukan telah dilaksanakan
untuk mengurangi risiko dalam
pencapaiam tujuan entitas.
Informasi dan Komunikasi
Sistem akuntansi diciptakan
untuk
mengidentifikasi,
merakit,
menggolongkan,
menganalisis, mencatat dan
melaporkan transaksi suatu
entitas serta menyelenggarakan
pertanggungjawaban kekayaan
dan utang entitas tersebut.
Pemantauan
Merupakan proses penilaian
kualitas kinerja pengendalian
intern
sepanjang
waktu.
Pemantauan ini dilakukan oleh
personel
yang
semestinya
melakukan pekerjaan tersebut,
baik pada tahap desain maupun
pengeropasian
pengendalian
pada waktu yang tepat untuk
menentukan
apakah
pengendalian intern beroprasi
sebagaimana yang diharapkan.
Adanya
SINTRIK Sesuai
(sistem
informasi
angsuran)
untuk
menegecek pembayaran
piutang konsumen.
Dilakukan pemantauan Sesuai
perbulan, persemesteran
atau 2 kali dalam
setahun dan 1 tahun
sekali.
BAB V
PENUTUP
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil pembahasan yang dilakukan sebelumnya mengenai Analisa
Pengendalian Intern Piutang Usaha Untuk Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad
Debt)
Pada PT. Indomobil Finance Indonsia Cabang Semarang, penulis dapat
mengambil simpulan sebagai berikut:
1. Pengendalian intern piutang usaha untuk meminimalkan piutang tak tertagih
(bad debt)pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang sudah
berjalan efektif dan memadai. Terlihat dari pembagian tugas yang sesuai
dengan pekerjaannya masing-masing. Perusahaan juga memiliki SOP (Standar
Operasional Perusahaan) yang dijalankan oleh semua karyawan.
2. Tingkat piutang tak tertagih pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang
Semarang menunjukan kelemahan. Pada tahun 2016 tingkat piutang yang tak
tertagih sebesar 6,8%, yang berarti hanya 93,2% yang dapat tertagih sedangkan
ditahun 2017 terjadi peningkatan dengan tingkat piutang yang tak tertagih
sebesar 22,2% yang berarti hanya 77,8% saja yang dapat tertagih. Peningkatan
piutang tak tertagih disebabkan karena faktor internal dan eksternal. Faktor
internal yaitu performance kolektor turun dan faktor eksternal yaitu konsumen
terlambat membayar piutangnya.
3. Prosedur atas pemberian kredit yang diterapkan pada PT. Indomobil Finance
Indonesia Cabang Semarang terdiri atas beberapa tahap diantaranya adalah
syarat kredit, survey, analisa kelayakan pemohon dan tahap penagihan.
79
80
5.2 Saran
Saran yang penulis berikan pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang
Semarang adalah sebagai berikut :
1. Pengendalian intern atas piutang usaha yang diterapkan oleh PT. Indomobil
Finance Indonesia Cabang Semarang sudah berjalan efektif meskipun terjadi
peningkatan piutang yang tidak dapat tertagih pada tahun 2017 yang disebabkan
oleh performance kolektor yang turun. Sebaiknya kolektor lebih meningkatkan
performance dalam mengusahakan pembayaran debitur sesuai dengan jatuh
temponya agar jumlah piutang yang tak tertagih atau kredit yang macet pada PT.
Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang dapat dihindari.
2. Sebaiknya
PT. Indomobil
Finance Indonesia Cabang Semarang
lebih
meningkatkan pengawasan kredit dan lebih teliti dalam menganalisa usaha atau
pekerjaan yang dijalankan oleh debitur agar piutang yang tak tertagih dapat
diminimalkan sekecil mungkin, atas kondisi situasional masing-masing debitur.
3. Perusahaan dapat tetap memertahankan pengendalian intern yang dilakukan,
karena pengendalian yang diterapkan pada perusahaan sudah efektif dan sesuai.
81
DAFTAR PUSTAKA
Afifah, Natalia Nur, dkk. 2015. Analisis Sistem Pengendalian Internal Atas Piutang
Pada PT. GIS. Universitas Narotama Surabaya..
Arens, Alvin A., Randal J. Elder, dan Mark S. Beasley. 2011. Jasa Audit dan
Assurance: Pendekatan Terpadu. Terjemahan oleh Amir Abadi Yusuf.
Buku 1. Edisi Indonesia. Jakarta: Salemba Empat.
Atmaja, Lukas. Setia. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Jakarta:
ANDI.
Budisantoso, Totok dan Nuritomo. 2014. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta: Salemba Empat.
Diana Anastasia & Setiawati Lilis, 2010. Sistem Informasi Akuntansi. Yogyakarta:
Andy.
Dedhy Sulistiawan, dan Yie ke Feliana. 2006. Akuntansi Keuangan Menengah I.
Edisi 1. Malang: Banyumedia.
Dera, Arya Pratama, dkk. 2016. Analisis Efektivitas Sistem Pengendalian Internal
Piutang dan Kerugian Piutang Tak Tertagih Pada PT. Surya Wenang Indah
Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Dunia, A. Firdaus. 2013. Pengantar Akuntansi. Edisi Keempat. Jakarta: Lembaga
Penerbit FEUI.
Habibie, Nabila. 2013. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT. Adira
Finance Cabang Manado.Universitas Sam Ratulangi Manado.
Hamel, Gerry. 2013. Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Terhadap Piutang pada
PT. Nusantara Surya Sakti. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Iskadar, Syamsu. 2013. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: Inmedia.
Jusup, Al. Haryono. 2011. Dasar-Dasar Akuntansi. Jilid 2, Edisi ke-7. Yogyakarta:
Bagian Penerbitan Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi YKPN.
Kasmir. 2012. Dasar-Dasar Perbankan. Edisi Revisi. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.
Keown, J. 2008. Manajemen Keungan: Prisnsip dan Penerapan. Macanan: Jaya
Cemerlang.
Kieso, Donald E., Jerry J. Weygant, dan Terry D. Warfield. 2008. Akuntansi
Intermediate. Edisi Keduabelas. Jilid 1. Jakarta: Erlangga.
82
Margaretha, Faarah. 2011.Manajemen Keuangan Untuk Manajemen Non Keuangan.
Jakarta: Erlangga.
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi. Edisi Empat. Jakarta: Salemba Empat.
. 2013. Auditing. Edisi Keenam. Buku 1. Jakarta: Salemba Empat.
Nabila Habibie. 2013. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Pada PT.
Adira Finance Cabang Manado. Universitas Samratulangi.
Ramadanty, Putri, dkk. 2015. Analisis Sistem Pengendalain Intern Piutang Pada CV.
Cahaya Niaga Tani.Universitas Indo Global Mandiri Palembang.
Riyanto, Bambang. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi 4.
Yogyakarta: BPFE Yogyakarta.
Rudianto. 2012. Pengantar Akuntansi. Konsep dan Tehnik Penyusunan Laporan
Keuangan. Jakarta: Erlangga.
Runtu dan Elim.2016. Analisis Pengendalian Internal Piutang Usaha Pada PT.
Bussan Auto Finance (BAF) Manado. Universitas Sam Ratulangi Manado.
Sugiyono, Danang. 2013. Metode Penelitian Pendidikan: Pendidikan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung. Alfabeta.
Sutrisno. 2009. Manajemen Keuangan: Teori, Konsep dan Aplikasi. Edisi Pertama.
Cetakan 1. Yogyakarta: Ekonisia.
Syakur, Syafi’i Ahmad. 2015, Intermediate Accounting. Jakarta: AV Publisher.
Syamsudin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan: Konsep Aplikasi
dan dalam Perencanaan, Pengawasan dan Pengambilan Keputusan (Edisi
Baru). Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Tuanakotta, Theodorus. M, 2015, Audit Kontemporer, Jakarta: Salemba Empat.
Warren S. Carl., James M. Reeve., Philip E. Fees. 2015. Pengantar Akuntansi.
Adaptasi Indonesia. Edisi 25. Jakarta: Salemba Empat.
Widiasmara, Anny. 2014. Analisis Pengendalian Intern Piutang Usaha Untuk
Meminimalkan Piutang Tak Tertagih (Bad Debt) Pada PT. Wahana
Otomitra Tbk, Cabang Madiun. STIE Dharma Iswara Madiun
www.indomobil.com
83
Tabel Pertanyaan
No
Pertanyaan
1.
Apakah karyawan memiliki integritas
yang tinggi pada perusahaan?
Apakah ada tindakan manajemen yang
dilaksanakan secara intensif untuk
mengurangi tindakan karyawan yang
berbuat tidak jujur?
Apakah penyaluran dan kebijakn
pemberian kredit yang telah ditetapkan
dilaksanakan oleh orang yang
berkompeten dibidangnya?
Apakah dalam perusahaan memiliki
struktur
organisasi
yang
jelas
menerangkan pembagian tugas dan
tanggung jawab?
Apakah latar belakang karyawan
mendukung pekerjaanya?
Apakah karyawan selama menjadi
karyawan perusahaan telah sesuai
dengan
tuntutan
perkembangan
pekerjaannya?
Apakah terdapat evaluasi secara
periodik
berdasarkan
pekerjaan
karyawan?
Apakah terdapat deskripsi tugas
karyawan dan kebijakan terkait dalam
hubungannya pelimpahan wewenang
dan tanggung jawab?
Apakah terdapat kebijakan dan
prosedur
kepegawaian
dalam
upayanya mendapatkan sumber daya
manusia yang jujur dan kompeten
terhadap tugasnya?
Apakah dalam proses pemberian
kredit
karyawan
konsisten
menjalankan prinsip kehati-hatian?
Apakah dalam penilaian risiko kredit
terdapat penilaian 1P + 5C?
Apakah terdapat pengamanan terhadap
data perusahaan?
Apakah terdapat sistem informasi
yang memadai?
Apakah
perusahaan
melakukan
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
Jawaban
Ya
Tidak
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
√
84
15.
aktivitas pemantauan untuk
efektivitas rancangan dan
pengendalian inter terhadap
usaha?
Apakah terdapat perputaran
(mutasi) di dalam perusahaan?
menilai
operasi
piutang
jabatan
√
85
Pertanyaan
PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang
1. Bagaimana sejarah berdirinya PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang
Semarang?
2. Bagaimana visi dan misi PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang
Semarang?
3. Bagaimana struktur organisasi beserta tugas yang terdapat pada PT.
Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang?
4. Bagaimana fungsi dan unsur-unsur pengendalian intern pada PT. Indomobil
Finance Indonesia Cabang Semarang?
5. Bagaimana langkah penetapan pemberian kredit pada PT. Indomobil Finance
Indonesia Cabang Semarang?
6. Apakah tujuan penagihan piutang terhadap debitur pada PT. Indomobil
Finance Indonesia Cabang Semarang?
7. Konsumen yang dinyatakan sebagai Bad Customer, biasanya yang past duenya lebih dari berapa hari?
8. Apa yang dilakukan perusahaan jika kondisi fisik kendaraan tidak memadai?
9. Bagaimana langkah-langkah penanganan Account Over Due pada PT.
Indomobil Finance Indonesia Cabang Semarang?
10. Bagaimana daftar piutang pada PT. Indomobil Finance Indonesia Cabang
Semarang?
86
Jawaban
1. Sejarah Berdirinya
PT Indomobil Sukses Internasional Tbk (Perseroan) merupakan suatu
kelompok usaha terpadu yang memiliki beberapa anak perusahaan yang bergerak di
bidang otomotif yang terkemuka di Indonesia. Perseroan didirikan pada tahun 1976
dengan nama PT. Indomobil Investment Corporation dan pada tahun 1997 dilakukan
penggabungan usaha (merger) dengan PT. Indomulti Inti Industri Tbk. Sejak saat
itulah status Perseroan berubah menjadi perusahaan terbuka dengan nama PT.
Indomobil Sukses Internasional Tbk, dengan kantor pusatnya di Wisma Indomobil I,
lantai 6, Jl. MT. Haryono Kav 8, Jakarta Timur - 13330.
Bidang usaha utama Perseroan dan anak perusahaan meliputi: pemegang
lisensi merek, distributor penjualan kendaraan, layanan purna jual, jasa pembiayaan
kendaraan bermotor, distributor suku cadang dengan merek “IndoParts”, perakitan
kendaraan bermotor, produsen komponen otomotif serta kelompok usaha pendukung
lainnya. Semua produk dipersiapkan untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
pelanggan dengan standar kualitas yang dijamin oleh perusahaan prinsipal serta
didukung oleh layanan purna jual yang prima melalui jaringanjaringan 3S (Sales,
Service, dan Spareparts) yang tersebar di seluruh Indonesia. Perseroan mengelola
merk-merk terkenal dengan reputasi internasional yang meliputi Audi, Foton, Great
Wall, Hino, Kalmar, Liugong, Manitou, Nissan, Renault, Renault Trucks, Suzuki,
Volkswagen, Volvo, Volvo Trucks, dan Mack Trucks.
87
Produk-produk yang ditawarkan meliputi jenis kendaraan bermotor roda dua,
kendaraan bermotor roda empat, bus, truk, forklift, dan alat berat lainnya. Melalui
sinergi dari 4.224 karyawan tetap yang tersebar di seluruh anak perusahaan di
Indonesia telah mampu menopang Perseroan menjadi salah satu perusahaan di
bidang Otomotif yang terkemuka.
Perseroan secara terus menerus mengembangkan kemampuan, pengetahuan,
ketrampilan, dan pemahaman nilai-nilai yang secara terus menerus dijalankan
melalui program pelatihan baik yang diselenggarakan di dalam maupun di luar
Perseroan, program konseling, coaching, seminar, dan praktek kerja lapangan (on the
job training).
Pengembangan kompetensi, dan jenjang karir, telah menjadi satu prioritas
kegiatan Perseroan dan telah dikemas dalam suatu sistem yang dievaluasi secara
terus menerus. Usaha keras tersebut membuahkan hasil yang sangat baik melalui
pencapaian laba bersih Perseroan sebesar Rp. 448,67 milyar dalam tahun buku 2010
ini.
2. Visi dan Misi
Visi PT. Indomobil Finance adalah Menjadi perusahaan otomotif terhandal dan
terpercaya di dalam negeri.
Misi PT. Indomobil Finance, adalah:
4.) Mengembangkan
seluruh
sumber
daya
yang
dimiliki
secara
berkesinambungan untuk meningkatkan profesionalisme bagi kepuasan
pelanggan.
88
5.) Memberikan konstribusi dan berupaya sepenuhnya bagi pengembangan usaha
Indomobil.
6.) Memberikan komitmen dan nilai terbaik bagi seluruh pihak yang
berkepentingan dengan memperhatikan kepentingan masyarakat.
3. Struktur Organisasi
Kepala Unit
Kepala Divisi
Divisi
Tecnology &
Information
Divisi
Finance
,Accounting,
Tax
Divisi Legal &
Corporate
Communication
Divisi
Operational
Divisi Human
Resource
Development
& General
Affair
1) Kepala Unit
Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Menyusun dan melaksanakan kebijakan umum perusahaan sesuai
dengan norma pedoman dan instruksi dari pimpinan umum.
(2) Melaporkan data serta kegiatan yang ada ke Direksi.
(3) Mengarahkan dan mengawasi kegiatan-kegiatan kepada Asisten.
(4) Membina dan mengawasi serta mempertanggung jawabkan jalannya
kegiatan operasi.
89
(5) Mengkoordinasikan dan bertanggungjawab terhadap penyusunan
rencana anggaran belanja perusahaan kantor cabang.
(6) Menandatangani dan mengecek dokumen, formulir dan laporan sesuai
dengan sistem prosedur yang berlaku.
(7) Membina dan meningkatkan kesejahteraan sosial karyawan.
(8) Membina suasana kekeluargaan dan kerja sama yang baik antara
asisten, karyawan serta memelihara keamanan.
2) Divisi Teknologi & Informasi
Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Perencanaan dan pengembangan strategi sistem dan teknologi
informasi sesuai kebutuhan perusahaan
(2) Perancangan implementasi serta pemeliharaan sistem informasi
perusahaan yang terintegrasi yang mampu mendukung upaya
perusahaan dalam rangka meningkatkan kinerja
(3) Pengelolaan Data Center dan Disaster Recovery Center
(4) Penyusunan laporan unit kerja
(5) Pencapaian kinerja di unit kerjanya.
3) Divisi Keuangan, Akuntansi & Pajak
Adapun pada divisi ini berkaitan dengan piutang yang terjadi akibat dari
penjualan secara kredit. Divisi tersebut terdiri dari beberapa job description,
yaitu:
Tugas dan Tanggung JawabBagian AMU (Asset Management Unit)
(1) Mengurus tarikan kendaraan dari konsumen yang telah lewat jatuh
tempo pembayarannya dan telah menerima surat tarik kendaraan.
90
(2) Mengurus lelang kendaraan dari konsumen yang telah ditarik
kendaraannya.
Tugas dan tanggung jawab Bagian HRGA (Human Resource Genaral Affair)
(1) Buiding management dan karyawan
(2) Pelaksanaan keamanan Satpam/Security, ketertiban dan kebersihan
(3) Recepsionist dan operator telepon, serta keluar masuk Tamu
Tugas dan tanggung jawab Bagian PO (Purchase Order)
(1) Mencari dan menganalisa Dealer yang sesuai dengan unit yang
dibutuhkan
(2) Melakukan koordinasi dengan pihak Dealer mengenai kelengkapan
dokumen
(3) Melakukan pemesanan unit
(4) Membuat laporan pembelian & pengeluaran unit
(5) Pembayaran faktur
(6) Bekerjasama dengan Dealer terkait untuk memastikan kelancaran
operasional perusahaan
Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Finance
(1) Mengurus pencairan program penjualan dan pameran
(2) Mengurus dana yang keluar untuk pembelian produk dari Dealer.
(3) Berperan langsung terhadap persiapan analisa operasional perusahaan,
termasuk laporan keuangan
Tugas dan Tanggung Jawab Bagian Kolektor
(1) Membantu proses pembayaran dari nasabah ke perusahaan serta
sebagai fasilitator dalam serah terima unit
91
(2) Melakukan kunjungan, memberikan solusi pembayaran kepada semua
konsumen yang menjadi tanggung jawab wilayahnya untuk menjaga
proses pembayaran dari konsumen lancar
(3) Melaporkan hasil kunjungan kepada Koordinator Kolektor mengenai
kondisi konsumen di lapangan sehingga dapat dicarikan solusi yang
terbaik
(4) Melakukan penagihan atau penarikan unit dari konsumen yang
tertunggak
Tugas dan Tangung Jawab Bagian Kasir
(1) Menjalankan proses penjualan dan pembayaran
(2) Melakukan pencatatan atas semua transaksi
(3) Melakukan pencatatan kas fisik serta melakukan pelaporan kepada
atasan
Tugas dan Tangung Jawab Bagian BPKB
(1) Menerima BPKB dari konsumen
(2) Mengeluarkan BPKB dari konsumen
Tugas dan Tangung Jawab Bagian Asuransi
(1) Mengurus polis
(2) Mengurus cover asuransi
Tugas dan Tangung Jawab Bagian Fidusia dan Filling
(1) Mengurus pendaftaran Fidusia
(2) Mengurus berkas Filling (kearsipan)
4) Divisi Komunikasi Hukum & Perusahaan
Tugas dan Tanggung Jawab
92
(1) Sebagai konsultan hukum perusahaan, yaitu memberikan nasihat atau
opini hukum kepada pemimpin perusahaan.
(2) Sebagai advokat perusahaan, yaitu mewakili perusahaan jika terjadi
masalah di pengadilan, dan
(3) Sebagai pelaksana perusahaan, yaitu menyiapkan dan mengurus
perizinan.
5) Divisi Operasi
Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi seluruh pelaksanaan
operasional perusahaan
(2) Membuat stategi dalam pemenuhan target perusahaan dan cara
mencapai target tersebut
(3) Mengecek, mengawasi dan menentukan semua kebutuhan dalam
proses
operasional
perusahaanMerencanakan,
menentukan,
mengawasi, mengambil keputusan
(4) Mengkoordinasi dalam hal keuangan untuk kebutuhan operasional
perusahaan
(5) Mengawasi seluruh karyawan apakah tugas yang dilakukan sesuai
dengan standar operasional perusahaan
6) Divisi Pengembangan SDM & Umum
Tugas dan Tanggung Jawab
(1) Mengkoordinasikan
perumusan
perencanaan
dan
pemberdayaan pegawai (man power planning), sesuai kebutuhan
Perusahaan.
93
(2) Mengkoordinasikan perumusan sistem pengadaan, penempatan
dan pengembangan pegawai.
(3) Mengkoordinasikan perumusan sistem dan kebijakan imbal
jasa pegawai dengan mempertimbangkan "internal / external
equity".
(4) Bersama
Manajemen
merumuskan
pola
pengembangan
organisasi Perusahaan.
(5) Menyelenggarakan Sistem Informasi SDM dalam suatu data
base Kepegawaian.
(6) Menyelenggarakan penyediaan dan distribusi air, listrik, AC,
telepon dan Faksimili untuk keperluan kantor.
(7) Menyelenggarakan
administrasi,
penempatan,
penyimpanan
dan penggunaan peralatan, inventaris, fasilitas kantor.
(8) Melakukan kajian dan evaluasi terhadap efektifitas program
dan kontribusi peraturan bagi perkembangan Perusahaan.
(9) Mengevaluasi Hasil penilaian kinerja seluruh Pegawai.
(10)
Menyelenggarakan kegiatan rapat kerja, kunjungan kerja /
perjalanan dinas
dan penerimaan tamu perusahaan.
(11)
Menyelenggarakan data base inventaris perusahaan.
(12)
Menyiapkan laporan kegiatan Divisi secara benar dan tepat
waktu.
4. Fungsi dan Unsur-Unsur Pengendalian Intern
1) Lingkungan Pengendalian
94
Sesuai dengan motto perusahaan yaitu memberikan komitmen dan
nilai
terbaik
bagi
seluruh
pihak
yang
berkepentingan
dengan
memperhatikan kepentingan masyarakat menggambarkan lingkungan
pengendalian gaya operasional yang ingin dilaksanakan oleh pimpinan
perusahaan dalam mencapai tujuan yang diharapakan.
Dalam menjalankan usahanya, manajemen perusahaan sangat
mengacu pada tatanan etika yang dibakukan pada peraturan perusahaan,
dimana
membentuk
karyawan
dalam
melaksanakan
hak
dan
kewajibannya. Kode etik yang harus ditaati oleh seluruh karyawan adalah
kejujuran, kedisiplinan dan kepuasan pelanggan. Nilai-nilai etika
dilakukan dengan menerapkan kebijakan dalam menegakkan kedisiplinan
dalam berpakaian, dalam kehadiran, jam kerja dan cara berkomunikasi.
PT. IMFI merekrut karyawan yang memiliki kompetensi, jujur dan
memiliki pengalaman kerja sesuai dengan bidangnya sedangkan untuk
karyawan
yang
tidak
memiliki
pengalaman
kerja,
perusahaan
memperhatikan latar belakang pendidikannya, dimana PT. IMFI hanya
merekrut karyawan yang memiliki gelar minimal S1/Diploma. Karyawan
yang mempunyai gelar sarjana S1/Diploma di tempatkan pada bagian
administrasi yang berhubungan dengan pencatatan dan pembuatan
laporan keuangan. Sedangkan untuk lulusan SMA di tempatkan di bagian
sales dan collection. Perusahaan juga menerapkan uji kompetensi, yaitu
berupa elearning untuk kompetensi basic dan pelatihan bagi kelas
koordinator dan lektor yang bertujuan untuk meningkatkan kinerja
perusahaan dan mendorong terciptanya SDM yang baik. Perusahaan juga
95
memiliki SOP (Standart Operating Procedure)dan PP (Peraturan
Perusahaan) yang harus dijalankan oleh setiap karyawan.
Struktur
organisasi
pada
PT.
IMFI
menganut
sistem
departementalisasi dimana terdapat beberapa divisi atau departemen
sesuai dengan fungsinya misalnya divisi finance, accounting, HRD, divisi
Marketing.
2) Penaksiran Risiko
(1) Risiko Pembiayaan
Risiko pembiayaan dapat diminimalkan dengan pemberian kredit
yang seksama dan penuh kehati-hatian berdasarkan survey lapangan
maupun analisis kredit sesuai standar yang ditetapkan. Perusahaan
sudah
memiliki
prosedur
dengan
menugaskan
sales
untuk
mengevaluasi terlebih dahulu apakah konsumen layak diberikan kredit
atau tidak dengan cara melihat rumahnya, berapa gaji perbulannya,
apakah usaha atau toko konsumen ramai pelanggan.
Pengelolaan penagihan dapat dilakukan melalui SMSreminder, atau
melalui telepon, maupun kunjungan langsung ke konsumen jika ada
keterlambatan pembayaran dalam jangka waktu tertentu. Dan jika
masih tidak tertagih, kendaraan akan diambil alih sebagai jaminan.
Sebagai langkah akhir, kendaraan yang diambil alih akan dibantu
penjualannya untuk meminimalkan kerugian dan melindungi hak-hak
konsumen yang bersangkutan.
(2) Risiko Opersional
96
Seiring dengan perkembangan sosial-ekonomi masyarakat, beragam
perubahan situasi senantiasa muncul dalam dunia usaha. Oleh sebab
itu, peninjauan kembali terhadap sistem dan prosedur operasional
Perseroan senantiasa dilakukan agar sesuai dengan dinamika bisnis
Perseroan. Melalui departemen khusus yang disebut businessprocess,
Perseroan telah menetapkan standard operationalprocedure(SOP)
sebagai pedoman dalam menjalankan usahanya. SOP ini selalu
diperbaharui secara berkala. Dalam hal ini, Departemen Audit Internal
bertanggung jawab untuk menjalankan fungsi pengendalian terhadap
kesesuaian pelaksanaan operasional dengan SOP tersebut.
(3) Risiko Terhadap Pesaing
Dalam mengelola risiko persaingan, PT. IMFI telah melakukan
antisipasi untuk bertahan dan tetap berkembang dalam dunia bisnis.
Hal yang dilakukan perusahaan adalah dengan tidak meninggalkan
aspek kepatutan dengan memberikan bunga yang wajar dan
kemudahan sesuai dengan PP dan OJK. Selain itu erusahaan terus
berupaya untuk meningkatkan pembiayaan melalui kerja sama dengan
distributor dan dealer, penawaran paket pembiayaan yang inovatif,
serta perluasan jaringan penjualan dan pelayanan di seluruh Indonesia.
(4) Risiko Terhadap Kecurangan Oleh Karyawan
Dalam mengantisipasi adannya risiko kecurangan seperti penjualan
fiktif dan menggunakan kas perusahaan, PT. IMFI melakukan
pemberlakukan aturan perusahaan dengan melakukan pemeriksaan
secara berkala atas penjualan dan piutang perusahaan dan memeriksa
97
kas perusahaan setiap harinya. Selain melakukan hal tersebut,
perusahaan juga menetapkan bisnis tertentu dengan DP (Down
Payment) tertentu dan unit tertentu melalui CA (Credit Analys).
(5) Risiko Terhadap Piutang Usaha
Pada proses pembayaran piutang, PT. IMFI melakukan tindakan yang
memadai dengan meminta pelanggan untuk membayar piutangnya
dengan cara melakukan transfer langsung ke rekening bank
perusahaan melalui teller perusahaan atau bisa dengan transfer
melalui Kantor Pos, Virtual Account melalui (ATM BCA, ATM
Mandiri, ATM BRI dan ATM Bersama), Autocollection melalui
(Bank BCA, Bank Mandiri, Bank BRI), Payment Point melalui
(Kantor Pos Indonesia, Indomaret/Ceriamart, Alfamart/Alfamidi.
Kemudian bagian kasir dan administrasi akan mengecek adanya
angsuran yang sudah masuk atau angsuran yang belum dibayarkan
melalui sistem sintrik.
3) Informasi dan Komunikasi
PT. IMFI sangat menjamin keamanan dan kebenaran dari data dan
informasi
yang
terdapat
dalam
perusahaan
dengan
cara
tidak
memperbolehkan mengekspose data sembarangan. Data dan informasi
perusahaan hanya boleh diekspose dengan tujuan untuk penyidikan dan
OJK saja.
Pemrosesan informasi transaksi angsuran perusahaan dilakukan
secara online dengan sistem terkompeterisasi dengan nama SINTRIK.
Informasi mengenai piutang pada perusahaan adalah sebagai berikut:
98
a. Informasi dari sales mengenai kondisi calon konsumen.
Informasi ini bertujuan untuk menilai apakah calon konsumen
b. Data riwayat calon konsumen yang ingin menambah kredit
4) Aktivitas Pengendalian
(1) Pemisahan Tugas
Aktivitas pengendalian terhadap pemisahan tugas pada PT. IMFI
sudah dipisahkan pada tanggung jawab masing-masing karyawan.
Jadi tidak ada karyawan yang merangkap tugas ganda. Aktivitas
pengendaliannya adalah sebagai berikut:
a. Bagian penerimaan kas (kasir) terpisah dengan bagian akuntansi.
b. Bagian piutang terpisah dengan bagian survey.
c. Bagian akuntansi terpisah dengan bagian piutang.
d. Petugas yang menyetorkan kas ke bank, terpisah dengan
pemegang buku piutang.
(2) Pengendalian Pemrosesan Informasi
Pengendalian pemrosesan akuntansi mencakup pengamanan akses
terhadap data dan program. Pada PT. IMFI dalam pengamananan
terhadap data, perusahaan telah memasang password untuk setiap data
perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
(3) Review Kinerja
PT. IMFI selalu melakukan review atas setiap kegiatan yang
dilakukannya. Review tersebut dilakukan secara mingguan, bulanan,
mid semester, dan tahunan. Review mingguan dilakukan untuk
meriview
pekerjaan
karyawan
yang
dilakukan
oleh
kepala
99
perusahaan, review bulanan dilakukan oleh cabang, review mid
semesteran dilakukan oleh kepala area dalam dua tahun sekali, dan
review tahunan dilakukan oleh pusat. Selain review yang dilakukan
tersebut, direktur setiap harinya memeriksa dan memonitir realisasi
penerimaan piutang yang setiap minggunya dibuat ke dalam laporan
rencana dan realisasi penerimaan piutang mingguan. Selain itu,
direktur juga mendapatkan laoran hasil penjualan dan laporan laba
rugi setiap bulannya. Dengan begitu, perusahaan telah melakukan
kegiatan review kinerja yang baik terhadap kegiatan penjualan dan
piutang usahanya. Hal ini dapat terlihat dari review yang secara rutin
dilakukan. Dengan adanya pemeriksaan rutin yang dilakukan terhadap
review kinerja, perusahaan dapat menghindari adanya tindakan
kecurangan dan kesalahan-kesalahan yang dapat dilakukan oleh
karywan-karyawannya.
5) Pemantauan
PT. IMFI telah menetapkan tanggung jawab kepada masing-masing
karyawan secara jelas. Kelancaran piutang usaha menjadi tanggung jawab
bagian collection head. Collector dituntut untuk bekerja secara maksimal
agar dapat meminimalkan piutang tak tertagih. Kepala bagian piutang
selalu memantau pencapaian dari collector setiap hari berdasarkan umur
piutang
sebelumnya,
sehingga
dari
hasil
pencapaian
terhadap
pengumpulan piutang dapat dilakukan evaluasi untuk dijadikan agenda
rapat para kepala bagian setiap akhir tahun.
100
Penilaian secara berkala juga dilakukan perusahaan dengan memverifikasi
setiap transaksi yang terjadi yang dilakukan oleh Internal Control setiap
hari. Setiap tahun dilakukan audit oleh auditor independen dari Kantor
Akuntan Publik (KAP).
5. Langkah Penetapan Pemberian Kredit
1) Syarat Kredit
a. Perorangan
(1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit
(2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin
(3) Fotocopy Kartu Keluarga
(4) Slip Gaji
(5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir
(6) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir
b. Profesi
(1) Usia 21 - 60 selama jangka waktu kredit
(2) Fotocopy KTP Pemohon dan Istri / Suami / Penjamin
(3) Fotocopy Kartu Keluarga
(4) Slip Gaji
(5) Fotocopy Rekening PBB / Listrik / Telepon 3 Bulan Terakhir
(6) Fotocopy Ijin Praktek
(7) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir
(8) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
c. Perusahaan
(1) Fotocopy KTP Direktur / Komisaris/Yang Diberi Kuasa
101
(2) Fotocopy Rekening Koran 3 Bulan Terakhir
(3) Fotocopy Surat Ijin Usaha Perdagangan (SIUP)
(4) Fotocopy Akte Notaris Pendirian dan Perubahannya
(5) Fotocopy Tanda Daftar Perusahaan (TDP)
(6) Fotocopy Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
(7) Fotocopy Laporan Keuangan (Neraca dan Rugi Laba) 3 tahun
terakhir atau minimal 1 tahun terakhir (bila baru berdiri)
2) Survey
Survey perlu dilakukan untuk memperoleh data dan informasi dari
pemohon atau pihak lain yang akan digunakan dalam melakukan analisa
kredit terhadap kelayakan pemohon memperoleh kredit. Proses tersebut
dimulai pada saat Credir Marketing Officer (CMO) membuat janji dengan
pemohon dan diakhiri dengan pembuatan hasil survey.
Survey yang baik akan memperoleh informasi yang menyeluruh tentang
kemampuan pemohon kredit, karena jika tidak dilakukan dengan tepat
akan mengakibatkan kesalahan informasi yang mempunyai dampak
seperti berikut:
a. Menolak pemohon yang sebenarnya layak untuk diberikan kredit.
b. Menyetujui permohonan kredit pemohon yang sebenarnya tidak
layak untuk diberikan kredit.
Survey dapat dilakukan dengan tahap-tahap sebagai berikut:
(1) Memperoleh data awal
Pada saat memperoleh data awal, biasanya data yang diperoleh sangat
minim sekali, yaitu terdiri dari:
102
a. Fotokopi
identitas
(KTP/SIM/Paspor/Kitas)
pemohon
dan
pasangan (bila telah menikah).
b. Fotokopi kartu keluarga pemohon.
c. Fotokopi bukti kepemilikan rumah, misalnya serifikat rumah,
rekening atau rekening listrik.
d. Fotokopi bukti penghasilan, misalnya rekening tabungan, slip gaji
atau surat keterangan penghasilan.
e. Struktur pembiayaan yang diajukan.
(2) Persiapan interview dengan pemohon, terdiri dari berikut:
a. Perencanaan
b. Pembuatan janji dengan pemohon
c. Persiapan
(3) Interview dengan pemohon
Hal yang diperlukan dalam tahap ini sebagai berikut:
a. Pembukuan
b. Pengamatan
c. Pembicaraan
d. Perpisahan
(4) Credit Checking
Salah satu cara dalam melakukan survey untuk mengecek kebenaran
keterangan
yang
diberikan
oleh
pemohon
adalah
dengan
menggunakan credit cheking.
Dalam melakukan credit checking terdapat beberapa cara sebagai
berikut:
103
a. Data yang diperoleh dari pemohon.
b. Melakukan pengecekan berdasarkan data yang diperoleh dari
pemohon.
c. Dari hasil interview dengan pemohon.
d. Melakukan pengecekan terhadap keterangan yang diperoleh dari
pemohon.
e. Dari lingkungan sekitar rumah pemohon.
Melakukan pengecekan ke tetangga dan lingkungan sekitar rumah
untuk mengetahui karakter dan reputasi pemohon di lingkungan
sekitar rumahnya.
3) Analisa kelayakan pemohon
Dalam menganalisa kelayakan pemohon dapat dilakukan demgan
menggunakan konsep 1P + 5C sebagai brikut:
a. Purpose
Tujuan pemohon untuk mendapatkan kredit harus benar-benar jelas,
antara lain adalah:
(1) Membeli kendaraan untuk kepentingan pribadi.
(2) Membeli kendaraan untuk menunjang kegiatan usaha.
(3) Keinginan pemohon untuk mendapatkan dana tunai (direct
financing).
b. Character
Character merupakan karakter, reputasi dan pengalaman pemohon,
yang informasinya diperoleh selama interview dan melalui credit
checking. Jika merupakan existing customer dari perusahaan, maka
104
historical payment maupun rekomendasi dari bagian collection
mengenai karakter pemohon dapat digunakan sebagai sumber
informasi. Karakter tersebut dapat dibagi sebagi berikut:
(1) Secara perorangan
(2) Secara Badan Hukum (PT)
c. Capacity
Capacity adalah kemampuan pemohon untuk dapat membayar
kewajibannya setiap bulan kepada PT. IMFI.
Capacity dapat dilihat dari:
(1) Rekening Koran dan tabungan
(2) Nota-nota/bon penjulan
(3) Slip gaji/surat keterangan penghasilan
(4) Estimasi pendapatan
Pemohon dengan karakter perorangan, besarnya pendapatan dan
pengeluaran setiap bulan dapat dilihat dari rekening Koran/tabungan
atau slip gaji atau surat keterangan penghasilan dan dari estimasi
pendapatan. Sedangkan pemohon dengan karakter Badan Hukum (PT)
selain menggunakan Rekening Koran dan estimasi pendapatan, juga
dilihat dari laporan keungan (baik audited maupun unaudited) pada
laporan Neraca (menjelaskan posisi aktiva dan passive) dan
Laba/Rugi (menjelaskan pendapatan, pengeluaran dan keuntungan).
d. Capital
Untuk menganalisa mengenai modal pemohon, dapat dibagi menjadi
dua diantaranya:
105
(1) Modal yang dapat dengan cepat dicairkan
(2) Modal yang tidak dapat dengan cepat dicairkan
e. Condition
Kondisi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya adalah
faktor politik, keamanan, cuaca, lingkungan dan social budaya. Tetapi
hal
tersebut
dapat
dianggap
tetap
selama
jangka
waktu
kredit/pembiayaan (jangka pendek).
Terdapat beberapa langkah yang dapat diambil dari analisa ini yaitu:
(1) Analisa secara makro (umum)
Apakah pemohon memiliki pengalaman cukup dalam menangani
bisnis yang dijalaninya.
(2) Analisa secara mikro
Apakah bisnis atau pekerjaan pemohon memiliki masa depan yang
baik.
f. Collateral
Collateral berkaitan dengan nilai nominal dari kendaraan yang akan
dibiayai, besar kecilnya uang muka (down payment) akan sangat
mempengaruhi nilai pembiayaan. Jika uang muka yang dibayarkan
pemohon itu kecil, dapat mengakibatkan perusahaan tersebut macet
dan kendaraannya ditarik, harga jual dari kendaraan tersebut menjadi
menurun bisa diakibatkan karena kendaraan mengalami kerusakan
sehingga harga pasarnya turun.
Penyebab lain yang dapat mengakibatkan penurunan nilai collateral
secara ekonomis dan taktis adalah dari tujuan permohonan
106
pembiayaan, terutama untuk pemakaian yang over time/load atau
yang disewakan.
Selain itu untuk menghindari terjadinya penurunan harga jual kembali
kendaraan yang dibiayai, maka sangat perlu diperhatikan kondisi fisik
kendaraan, seperti kerusakan karena karat, bekas tabrakan, merk
,jenis, tahun kendaraan, plat nomor kendaraan. Jika kondisi fisik
kendaraan kurang memadai, maka dapat diambil alternatife sebagai
berikut:
(1) Mengganti unit kendaraan yang akan dibiayai
(2) Menaikkan uang muka
(3) Menjaminkan unit lain yang merupakan milik pemohon sebagai
jaminan tambahan
Tehnik analisa 1P + 5C menjadi satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, karena ppemohon dapat dibagi menjadi 4 tipe, dan
tergantung CMO (Credit Marketing Officer) untuk dapat memilihnya,
yaitu:
(1) Mampu tetapi tidak mau membayar
(2) Mampu dan mau membayar
(3) Tidak mampu dan tidak mau membayar
(4) Tidak mampu tetapi mau membayar atau terlambat
6. Tujuan Penagihan Piutang
1) Mengusahakan agar pembayaran dari konsumen sesuai dengan tanggal
ajatuh tempo
2) Mengoptimalkan laba
107
3) Meminimalkan kerugian atas angsuran yang tertunggak
4) Menjaga kestabilan dan kesehatan keuangan perusahaan
7. Konsumen yang Dinyatakan Bad Customer
Konsumen yang telah dinyatakan sebagai konsumen yang kurang atau tidak
baik berdasarkan kebijakan perusahaan dengan klasifikasi over due up 90 hari
dikategorikan sebagai Bad Customer (Bad Debt) dan sudah tidak layak untuk
diberikan fasilitas kredit dikemudian hari.
8. Cara yang Dilakukan Jika Kondisi Fisik Kendaraan Tidak Memadai
1) Mengganti unit kendaraan yang akan dibiayai
2) Menaikkan uang muka
3) Menjaminkan unit lain yang merupakan milik pemohon sebagai jaminan
9. Langkah Penanganan Account Over Due
Maksimum
Toleransi Over Due
Hari
>1 hari
>3 hari
>7 hari
>14 hari
60 < hari ≤ 90
90 < hari ≤ 120
7 hari setelah
penarikan (R2)
14 hari setelah
penarikan (R4)
Langkah-langkah minimum yang sudah
dilakukan
Umum (Starter) Over
Non starter Over
Due > 6 bulan
Due(berlaku khusus
untuk konsumen awalnon exizting customer)
Telepon
Kunjungan pertama
Kunjungan pertama
Kunjungan kedua
Surat pemberitahuan
Surat peringatan
Kunjungan kedua
Kunjungan ketiga
Surat peringatan
Surat peringatan
Kunjungan ketiga
Surat
tugas
tarik
Surat
peringatan kendaraan
terakhir
Surat
tugas
tarik Penarikan kendaraan
kendaraan
Penarikan kendaraan
Penjualan kendaraan tarikan
Penjualan kendaraan tarikan
108
Penarikan kendaraan dilakukan jika perusahaan melakukan langkah terakhir,
seperti: pengiriman surat pemberitahuan, surat peringatan, surat peringatan
terakhir tetapi tidak mendapatkan tanggapan dari konsumen, maka langkah
selanjutnya adalah melakukan penarikan kendaraan tersebut.
10. Daftar Piutang PT. IMFI Cabang Semarang
Tahun
Merek
2016
Honda
Tertagih
Tertunggak
89%
11%
Rp. 700.000.000
92%
8%
Biojio
0
100%
0
Suzuki
Rp. 450.000.000
96%
4%
Yamaha
Rp.7.000.000.000
89%
11%
Rp. 9.250.000.000
93,2%
6,8%
Honda
Rp. 18.000.000.000
85%
15%
Kawasaki
Rp. 1.300.000.000
70%
30%
Biojio
Rp. 300.000.000
94%
6%
Suzuki
Rp. 300.000.000
70%
30%
Yamaha
Rp. 11.000.000
70%
30%
77,8%
22,2%
Kawasaki
Total
2017
Total
Penjualan
Kredit/Tahun
Rp. 1.100.000.000
Rp 19.911.000.000
109
Formulir Pengkinian Data Konsumen PT. IMFI
110
Surat Pernyataan Perubahan Tanggal Jatuh Tempo Angsuran
111
Surat Pengambilan BPKB Perorangan
112
Surat Pelaporan Kehilangan Kendaran
Download