8 BAB II LANDASAN TEORI II.1 Biaya II.1.1 Definisi Biaya Sebelum

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1
Biaya
II.1.1 Definisi Biaya
Sebelum membahas activity based costing, ada baiknya kita mengerti pengertian
dari biaya. Carter dan Usry yang diterjemahkan oleh Krista (2006:29) mendefinisikan
biaya sebagai berikut:
Biaya sebagai nilai tukar, pengeluaran, pengorbanan untuk memperoleh
manfaat. Dalam akuntansi keuangan, pengeluaran atau pengorbanan pada saat akuisisi
diwakili oleh penyusutan saat ini atau di masa yang akan datang dalam bentuk kas atau
aktiva lain.
Sedangkan Hansen dan Mowen yang diterjemahkan Fitriasari, D. (2006:40)
mendefinisikan biaya sebagai berikut:
Biaya adalah kas atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk mendapatkan
barang atau jasa yang diharapkan memberi manfaat saat ini atau dimasa mendatang bagi
organisasi. Dikatakan sebagai ekuivalen kas karena sumber nonkas dapat ditukar
dengan barang atau jasa yang diinginkan.
Jadi menurut dua pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa biaya
adalah suatu pengorbanan perusahaan yang berbentuk kas atau ekuivalen kas yang
8
dikeluarkan perusahaan untuk mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan untuk
memberikan suatu manfaat dan tujuan bagi perusahaan, yaitu untuk meningkatkan laba.
II.1.2 Klasifikasi Biaya
Mengacu kepada pendapat Witjaksono (2006) yang menggolongkan dan
mengklasifikasikan konsep informasi berkenaan dengan biaya adalah sebagai berikut:
1) Konsep biaya untuk perencanaan dan pengendalian.
A. Konsep Harga Pokok (cost).
Harga Pokok adalah sejumlah nilai aktiva (asset), tetapi jika selama
tahun aktiva tersebut dimanfaatkan untuk membantu memperoleh
penghasilan, aktiva tersebut harus dikonversikan menjadi beban
(expense). Contohnya adalah pengorbanan sumber daya berupa bahan
baku, tenaga kerja, dan operasi mesin pabrik yang bertujuan untuk
menghasilkan suatu produk, sehingga terjadi konversi dari sumber daya
tersebut menjadi suatu bentuk barang jadi (finished good).
B. Konsep Beban (expense).
Beban adalah arus keluar aktiva (aset) terhadap penghasilan karena
perusahaan menggunakan sumber daya ekonomi yang ada. Beban terjadi
berasal dari aktiva atau tanpa melalui aktiva. Contohnya adalah beban
yang berasal langsung dari aktiva seperti beban penyusutan. Sedangkan
beban langsung tanpa melalui aktiva adalah beban reklame.
9
C. Konsep Biaya Pabrikasi atau Biaya Produk.
Terdapat biaya yang disebut prime cost atau disebut juga biaya utama.
Mengacu pada pendapat Horngren, Datar, dan Foster, prime cost adalah
seluruh biaya manufaktur langsung. Biaya manufaktur langsung adalah
direct materials dan direct labour. Biaya yang termasuk konsep biaya
pabrikasi atau biaya produk adalah sebagai berikut:
1. Bahan Langsung (Direct Materials).
Adalah semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang
jadi. Contohnya adalah tepung terigu sebagai bahan baku dari
pembuatan roti.
2. Tenaga Kerja Langsung (Direct Labour).
Adalah tenaga kerja yang digunakan untuk membuat bahan langsung
untuk menjadi barang jadi. Contohnya adalah upah pekerja pabrik
bagi pengolahan tepung terigu menjadi roti, dimulai dari mengolah
campuran bahan baku hingga pengemasan.
3. Biaya Overhead Pabrik (BOP).
Adalah biaya-biaya produk selain biaya bahan langsung dan biaya
tenaga kerja. BOP sendiri dibagi menjadi:
a. Bahan tidak langsung, adalah bahan yang dibutuhkan guna
menyelesaikan suatu produk, tetapi pemakaiannya sedemikian
kecil dan sulit untuk diukur per unit produk.
10
b. Tenaga kerja tidak langsung, adalah tenaga kerja yang
dikerahkan
dan
secara
tidak
langsung
mempengaruhi
pembuatan barang jadi. Contohnya adalah supervisor produksi
yang mengawasi mutu proses pembuatan suatu produk dan
melakukan pengujian atas kualitas apabila produk tersebut jadi.
c. Biaya tidak langsung lainnya, adalah BOP selain BOP bahan
tidak langsung dan BOP tenaga kerja tidak langsung.
Contohnya adalah pemakaian air tanah dan kebersihan.
D. Konsep Biaya Komersial.
Secara umum biaya komersial dibagi menjadi:
1. Beban pemasaran, adalah beban pada saat barang jadi yang telah siap
untuk dijual. Contohnya adalah seperti biaya ekspedisi atau biaya
pengiriman.
2. Beban administrasi, adalah beban yang dikeluarkan dalam mengatur
dan mengendalikan organisasi. Contohnya adalah gaji pegawai
bagian keuangan atau akuntansi.
E. Perilaku Biaya (cost behaviour).
Perilaku biaya dibagi menjadi empat macam biaya, yaitu:
1. Biaya Variabel (Variable Cost).
Biaya variabel merupakan biaya yang berubah-ubah sebanding
dengan perubahan volume produksi atau penjualan. Contohnya
11
adalah biaya pemakaian bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja
langsung. Semakin banyak unit yang diproduksi, maka kebutuhan
terhadap bahan baku akan semakin banyak pula.
2. Biaya Tetap (Fixed Cost).
Biaya tetap merupakan biaya yang jumlah totalnya tetap walaupun
jumlah yang diproduksi atau dijual berubah-ubah dalam kapasitas
normal. Contohnya adalah biaya penyusutan mesin dan peralatan
serta gaji pokok karyawan.
3. Biaya Semi Variabel (Mixed Cost).
Biaya semi variabel merupakan biaya yang jumlahnya berubah-ubah
dalam hubungannya dengan perubahan kuantitas yang diproduksi
tetapi perubahan yang terjadi tidak proposional. Contohnya adalah
pada departemen pengiriman yang biaya operasinya terdiri atas biaya
tetap (fixed cost) seperti penyusutan kendaraan, pajak kendaraan dan
sebagainya, serta biaya operasi seperti bensin, tol, dan sebagainya.
Semakin banyak produksi, maka aktivitas pengiriman akan semakin
meningkat, dan akan meningkatkan biaya operasional, tetapi pada
biaya tetap (fixed cost) tidak mengalami perubahan.
4. Biaya Bertingkat (Step Cost)
Biaya bertingkat merupakan biaya tetap dalam suatu rentang
produksi. Terdapat dua macam biaya bertingkat, yaitu biaya
12
bertingkat tetap (fixed step cost) dan biaya bertingkat variabel
(variabel step cost).
F. Konsep Biaya berdasarkan pertanggung jawaban.
Konsep biaya ini digunakan dalam sistem pengendalian manajemen
(SPM) yang terdiri atas:
1. Biaya Terkendali (Controllable Cost).
Biaya terkendali merupakan biaya yang dikeluarkan oleh suatu
tempat biaya dan atas pengeluaran biaya tersebut seseorang harus
bertanggung jawab. Contohnya adalah untuk pusat biaya seperti
departemen produksi, seorang manajer produksi bertanggung jawab
atas biaya produksi yang masih dalam kendali kekuasaannya,
misalnya saja total pemakaian bahan baku dalam unit, total jam kerja
karyawan dan sebagainya.
2. Biaya Tak Terkendali (Uncontrollable Cost).
Biaya tak terkendali merupakan biaya yang tidak bisa dibebankan
tanggung jawab pengeluarannya pada seorang manajer atau
pimpinan pusat biaya. Contohnya adalah seorang manajer produksi
tidak dapat diminta pertanggung jawabannya apabila terjadi
kelebihan upah karyawan dari yang direncanakan karena keputusan
pemerintah.
13
G. Berdasarkan Pengambilan Keputusan.
Manajer membutuhkan informasi yang relevan dalam mengambil
keputusan. Informasi yang baik adalah informasi yang mengurangi
ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Dalam kaitannya dengan
informasi akuntansi biaya, dikenal dua tipe informasi biaya pengambilan
keputusan, yaitu:
1. Biaya Relevan.
Merupakan biaya yang diperkirakan akan muncul, yang berbeda di
antara berbagai alternatif. Contohnya adalah untuk memutuskan
apakah yang menerima atau menolak suatu pesanan khusus, maka
informasi biaya yang relevan antara lain adalah biaya set up mesin
untuk pengerjaan pesanan.
2. Biaya Tidak Relevan.
Misalnya adalah untuk memutuskan apakah yang menerima atau
menolak suatu pesanan khusus, maka informasi biaya yang tidak
relevan adalah biaya penyusutan, karena baik keputusan menolak
atau menerima pesanan tersebut tidak akan berpengaruh pada biaya
penyusutan.
14
2) Konsep biaya kesempatan (opportunity cost)
Didefinisikan sebagai: “Benefit forgone as a result of choosing one course of
action rather than another”. Contohnya pada pesanan khusus, apabila
pengerjaan pesanan khusus harus mengorbankan pengerjaan produk lain,
maka ada biaya kesempatan berupa hilangnya kesempatan menjual produk
yang dikorbankan tersebut.
Carter dan Usry (2006) menyatakan bahwa biaya tetap dan variabel harus
dipisahkan dalam hal merencanakan, menganalisis, dan mengendalikan. Biaya-biaya
yang seluruhnya tetap atau variabel dalam rentang aktivitas yang diantisipasi harus
diidentifikasi, dan komponen tetap dan variabel dari biaya semivariabel harus
diestimasikan.
Pemisahan biaya tetap dan biaya variabel diperlukan untuk tujuan perhitungan
tarif biaya overhead predeterminasi dan analisis varians, persiapan anggaran fleksibel
dan analisis varians, perhitungan biaya langsung dan analisis varians, analisis titik
impas dan analisis biaya-volume-laba, analisis biaya diferensial dan komparatif, analisis
maksimisasi laba dan minimisasi biaya jangka pendek, analisis anggaran modal, dan
analisis profitabilitas pemasaran berdasarkan daerah, produk, dan pelanggan.
15
II.2
Sistem Akuntansi Biaya Tradisional (Traditional Costing)
Sebelum masa modernisasi seperti pada saat ini, komponen terbesar dari biaya
produk adalah tenaga kerja langsung (TKL). Para Manajer perusahaan pada saat itu
percaya bahwa adanya hubungan yang positif antara biaya tenaga kerja langsung
dengan biaya overhead. Sehingga TKL digunakan sebagai basis alokasi overhead.
Hansen dan Mowen yang diterjemahkan oleh Fitriasari, D. (2006:142)
mendefinisikan sistem akuntansi biaya tradisional atau metode konvensional sebagai
berikut:
Sistem akuntansi biaya tradisional adalah perhitungan biaya produk berdasarkan
fungsi membebankan biaya dari bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung ke
produk dengan menggunakan penelusuran langsung. Biaya overhead di lain pihak
dibebankan dengan menggunakan penelusuran gerak dan alokasi.
Perhitungan biaya dalam sistem biaya tradisional menggunakan penggerak
aktivitas tingkat unit (unit activity cost drivers). Penggerak aktivitas tingkat unit adalah
faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring dengan perubahan jumlah unit
yang diproduksi. Contoh penggerak aktivitas tingkat unit yang pada umumnya
digunakan untuk membebankan overhead meliputi unit yang diproduksi, jam tenaga
kerja langsung, biaya tenaga kerja langsung, jam mesin, dan biaya bahan baku
langsung. Tujuan dari sistem akuntansi biaya tradisional adalah untuk menilai secara
tepat persediaan serta harga pokok penjualan (HPP) pada pelaporan keuangan eksternal.
16
Tetapi pada saat ini, tarif overhead tunggal berdasarkan tenaga kerja langsung
tidak lagi memuaskan. Mengacu pada pendapat Islahuzzaman (2011) yang menyatakan
bahwa alasan mengapa tarif overhead tunggal berdasarkan tenaga kerja langsung tidak
lagi memuaskan, karena:
a.
Tenaga kerja langsung tidak lagi memiliki hubungan yang tinggi dengan
biaya overhead.
b.
Overhead memiliki aktivitas yang sangat bervariasi, tarif tunggal
berdasarkan tenaga kerja langsung tidak mampu lagi mencerminkan kondisi
sebenarnya.
c.
Pekerjaan manual yang telah tergantikan oleh mesin.
d.
Produk dan jasa pada saat ini memiliki volume, batch size, serta
kompleksitas yang berbeda-beda.
Namun, sistem tradisional pada saat ini tetaplah masih dibutuhkan karena masih
digunakannya tenaga kerja sebagai dasar untuk membebankan biaya overhead ke
produk terutama untuk pelaporan eksternal. Selain itu, masih tingginya hubungan antara
biaya overhead dengan tenaga kerja langsung pada beberapa perusahaan. Dan masih
banyak perusahaan yang menggunakan tenaga kerja langsung dan jam mesin sebagai
dasar untuk mengalokasikan biaya overhead pada perusahaan mereka.
17
II.3
Metode Activity Based Costing (ABC)
II.3.1 Definisi Activity Based Costing
Activity Based Costing (ABC) merupakan suatu metode yang menerapkan
akuntansi berdasarkan aktivitas untuk menghasilkan perhitungan harga pokok produk
yang lebih akurat. Namun dari perspektif manajerial, sistem ABC bukan hanya
menyediakan tentang informasi biaya produk yang akurat, tetapi juga menyediakan
informasi tentang biaya dan kinerja dari aktivitas dan sumber daya serta dapat
menelusuri biaya-biaya secara akurat ke objek biaya selain produk.
Garrison dan Norren yang diterjemahkan oleh Budisantoso, A, T. (2000:292)
mendefinisikan activity based costing sebagai berikut:
Metode costing yang dirancang untuk menyediakan informasi biaya untuk
keputusan strategis yang akan mempengaruhi kapasitas dan juga biaya tetap.
Pengambilan keputusan yang berpengalaman pasti mempertimbangkan ketidak
akuratannya. Data yang tidak akurat dapat menghasilkan kesalahan yang berpotensi
mengasilkan pengambilan keputusan strategis yang kurang optimal. Dengan activity
based costing dapat dihitung harga pokok suatu produk atau jasa yang dapat digunakan
oleh manajemen sebagai salah satu alternatif menentukan harga jual.
Sedangkan Witjaksono, A. (2006:209), mendefinisikan activity based costing
sebagai berikut:
Activity based costing adalah suatu metode pengukuran biaya produk atau jasa
yang didasarkan atas penjumlahan biaya (cost accumulation) dari pada kegiatan atau
aktivitas yang timbul berkaitan dengan produksi atau jasa tersebut. Aktivitas atau
transaksi yang menyebabkan terjadinya biaya produksi barang atau jasa disebut cost
driver.
18
Sementara itu Burton dan Macarthur (2003:5-3) dalam jurnalnya memberikan
pandangannya mengenai activity based costing sebagai berikut: “Activity based costing
was originally developed by companies to deal with the problem of product cost
subsidization in traditional costing system. ABC has been found useful for several other
purposes, such as costing non value added activities, long term pricing, and capacity
management”.
II.3.2 Bagian-bagian dari Activity Based Costing
Activity based costing terdiri dari beberapa macam aktivitas, elemen biaya, serta
driver. Mengacu kepada Islahuzzaman (2011), beberapa bagian dari ABC yang perlu
kita pahami artinya adalah:
1.
Aktivitas, adalah pekerjaan yang dilakukan berupa tindakan, gerakan, serta
rangkaian pekerjaan. Kumpulan tindakan yang dilakukan dalam organisasi
yang berguna untuk tujuan penentuan biaya berdasarkan aktivitas.
Contohnya adalah pemindahan bahan merupakan aktivitas pergudangan.
2.
Activity center. Aktivitas yang berkaitan biasanya digabung ke dalam suatu
pusat aktivitas (activity center), bertujuan melaporkan informasi yang
berkaitan dengan aktivitas dalam suatu fungsi dan proses.
3.
Sumber daya (resourcers). Sumber daya merupakan unsur ekonomis yang
dibebankan atau digunakan untuk melakukan aktivitas. Sumber daya inilah
yang dapat menimbulkan biaya. Contohnya adalah gaji dan bahan baku,
SDM, teknologi, dan modal.
19
4.
Obyek biaya (cost objects). Merupakan bentuk akhir dimana pengukuran
biaya diperlukan. Contohnya adalah pelanggan, produk, jasa, kontrak,
proyek, atau unit kerja.
5.
Activity cost pool. Merupakan pengelompokkan dari semua elemen biaya
yang berkaitan dengan suatu aktivitas.
6.
Elemen biaya (cost element). Merupakan jumlah yang dibayarkan untuk
sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas dan terkandung di dalam cost
pool. Contohnya adalah biaya tenaga kerja listrik, biaya perekayasaan, dan
penyusutan dapat merupakan elemen biaya dalam activity cost pool untuk
suatu aktivitas mesin.
7.
Resource driver (pemicu sumber daya) adalah dasar yang digunakan untuk
mengalokasikan biaya dari suatu sumber daya ke berbagai aktivitas berbeda
yang menggunakan sumber daya tersebut.
8.
Cost driver (pemicu biaya) adalah faktor-faktor yang menyebabkan
perubahan biaya aktivitas. Cost driver merupakan faktor yang dapat diukur
yang digunakan untuk membebankan biaya ke aktivitas dan dari aktivitas ke
aktivitas lainnya. Terdapat dua jenis cost driver, yaitu:
a.
Pemicu sumber daya (resources driver). Merupakan ukuran kuantitas
sumber daya yang dikonsumsi oleh aktivitas. Cost driver ini
digunakan untuk membebankan biaya sumber daya yang dikonsumsi
oleh aktivitas ke cost pool tertentu. Contoh resources driver adalah
persentase dari total yang digunakan oleh suatu aktivitas.
20
b.
Pemicu aktivitas (activity driver). Merupakan ukuran frekuensi dan
intensitas permintaan terhadap suatu aktivitas berdasarkan obyek
biaya. Pemicu aktivitas digunakan untuk membebankan biaya dari
cost pool ke obyek biaya. Contoh activity driver adalah jumlah suku
cadang yang digunakan dalam produk akhir untuk mengukur
konsumsi aktivitas penanganan bahan untuk setiap produk.
Untuk dapat lebih memahami tentang elemen dan bagian dari activity based
costing, mari kita lihat ilustrasi gambar berikut ini:
Gambar 2.1
Sumber: Stout, D. E. dan Bedenis G. P.
21
II.3.3 Tahap-tahap Penerapan Activity Based Costing
Dalam penerapan activity based costing, terdapat beberapa tahapan dan langkahlangkah yang perlu dilakukan untuk mendesain sistem ABC. Mengacu pada Bustami
dan Nurlela (2009) yang menerapkan langkah-langkah dalam mendesain sistem ABC,
yaitu sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi, mendefinisikan, dan pool aktivitas.
Tahapan yang utama dan pertama dalam menerapkan activity based costing
adalah mengidentifikasi aktivitas yang menjadi dasar dari sistem tersebut..
Prosedur yang biasanya dilakukan pada tahap ini adalah dengan melakukan
wawancara terhadap semua orang yang terlibat yang menimbulkan
overhead dan meminta mereka menggambarkan aktivitas utama yang
mereka lakukan. Biasanya akan diperoleh catatan aktivitas yang cukup
beragam. Adapun aktivitas yang cukup beragam tersebut dapat digabungkan
menjadi lima tingkat aktivitas, yaitu sebagai berikut:
a.
Aktivitas tingkat unit (unit level activity).
Aktivitas unit level dilakukan untuk setiap unit produksi. Biaya
aktivitas unit level bersifat proposional dengan jumlah unit produksi.
Sebagai contoh, menyediakan tenaga untuk menjalankan peralatan
menjadi aktivitas unit level karena tenaga tersebut cenderung
dikonsumsi secara proposional dengan jumlah unit produksi. Selain
itu aktivititas lainnya dalam unit level adalah seperti pemakaian bahan,
pemakaian jam kerja langsung, serta inspeksi setiap unit.
22
Contoh cost driver dari aktivitas unit level adalah jam dan biaya
tenaga kerja langsung, jam mesin, bahan baku langsung, biaya bahan
baku langsung, jumlah komponen bahan baku, total biaya utama, total
biaya langsung, dan unit diproduksi.
Sedangkan contoh biaya dari aktivitas unit level adalah biaya
bahan baku, biaya TKL, biaya energi. Contoh biaya aktivitas berlevel
unit pada rumah sakit adalah seperti biaya listrik dan air, biaya bahan
medis habis pakai, obat-obatan, konsumsi pasien, dan biaya honor
dokter.
b.
Aktivitas tingkat batch (batch level activity).
Aktivitas batch level dilakukan setiap kali batch diproses, tanpa
memperhatikan berapa unit yang ada di dalam batch tersebut. Contoh
aktivitas pada aktivitas batch level adalah membuat order produksi,
set up peralatan, penjadwalan produksi, inspeksi untuk setiap batch,
memproses suatu pesanan, dan pengaturan pengiriman kepada
konsumen.
Contoh cost driver pada tingkat batch ini adalah seperti
persiapan, jam persiapan, pesanan produksi, serta permintaan bahan
baku. Sedangkan biaya pada batch level lebih tergantung pada batch
yang diproses dan bukannya pada jumlah unit produksi, jumlah unit
dijual, atau ukuran volume yang lain.
23
Contoh biaya dalam batch level activity seperti biaya untuk set up
mesin, biaya persiapan, dan biaya penanganan bahan baku untuk
memproses batch tanpa memperhatikan apakah batch terdiri dari satu
ataupun banyak item. Contoh biaya dalam rumah sakit seperti biaya
kebersihan, alat makan pasien, biaya laundry, sterilisasi instrumen,
pengolahan limbah cair, dan pembakaran sampah medik.
c.
Aktivitas tingkat produk (product level activity).
Aktivitas product level berkaitan dengan produk spesifik dan
biasanya dikerjakan tanpa memperhatikan berapa batch atau berapa
unit yang diproduksi atau dijual. Aktivitas yang dilakukan untuk
mendukung produksi produk yang berbeda. Contoh aktivitas dari
product level adalah aktivitas untuk merancang produk, mengiklankan
produk, memelihara spesifikasi produk, pengujian khusus, penelitian
dan pengembangan produk tertentu, dan biaya untuk manajer dan staf
produksi.
Pemicu tingkat produk (product level driver) adalah ukuran
aktivitas yang bervariasi dengan bermacam-macam jumlah produk
yang diproduksi dan dijual. Contohnya adalah jumlah perubahan
mesin, jam desain, dan jumlah komponen berbeda yang diperlukan.
Biaya tingkat produk (product level cost) adalah biaya yang
terjadi untuk mendukung sejumlah produk berbeda yang dihasilkan.
Biaya ini tidak dipengaruhi oleh jumlah unit dan batch produk. Biaya
24
ini dibebankan kepada produk bedasarkan taksiran jumlah unit
produksi tertentu yang akan dihasilkan selama umur produk tersebut
(product life cycle). Contoh biaya tingkat produk adalah biaya desain
produk, biaya pengembangan produk, biaya pembuatan prototipe,
biaya teknik produksi, serta biaya-biaya untuk mempertahankan suatu
produk atau jasa.
Contoh aktivitas product level dalam rumah sakit adalah seperti
biaya desain produk, desain proses pengelolaan produk, pengujian
produk, dan biaya jumlah dokter spesialis.
d.
Aktivitas tingkat pelanggan (customer level activity).
Aktivitas customer level berkaitan dengan konsumen khusus dan
meliputi aktivitas seperti telepon untuk penjualan, pengiriman katalog,
dukungan teknis yang tidak terpaku pada produk tertentu.
e.
Aktivitas pemeliharaan organisasi (organization sustaining activity).
Aktivitas
organization
sustaining
yang
dilakukan
tanpa
memperhatikan konsumen mana yang dilayani, barang apa yang
diproduksi, berapa batch yang dijalankan, atau berapa unit yang
dibuat, tetapi lebih memfokuskan kepada berjalannya dan masa depan
dari perusahaan tersebut agar tetap bertahan.
Contoh
aktivitasnya
adalah
kebersihan
kantor
eksekutif,
penyediaan jaringan komputer, pengaturan pinjaman, penyusunan
25
laporan tahunan untuk pemegang saham, keamanan, depresiasi pabrik,
dan pembayaran pajak properti.
Contoh pemicu tingkat pabrik (plant level driver) adalah luas
lantai yang ditempati. Sedangkan contoh biaya tingkat pabrik (plant
level cost) adalah biaya memelihara kapasitas di lokasi produksi, biaya
sewa, pajak properti, asuransi untuk bangunan pabrik, biaya
depresiasi, amortisasi, biaya asuransi, biaya gaji karyawan kunci, dan
keamanan. Biaya ini dibebankan kepada produk atas dasar taksiran
unit produk yang dihasilkan pada kapasitas normal divisi penjual.
Dalam rumah sakit, biaya ini berhubungan dengan kegiatan untuk
mempertahankan kapasitas yang dimiliki oleh rumah sakit.
Penggabungan aktivitas dalam activity based costing, setiap aktivitas harus
dikelompokkan dalam tingkatan yang sesuai, dengan memperhatikan aktivitasaktivitas yang mempunyai korelasi yang tinggi dalam satu tingkat. Gabungan
dari biaya overhead yang berhubungan dengan aktivitas yang sama dikenal
dengan nama cost pool, yang akan digunakan untuk menghitung tarif
pembebanan pada setiap aktivitas.
2. Menelusuri biaya overhead secara langsung ke aktivitas dan objek biaya.
Tahap kedua dalam menerapkan activity based costing adalah sejauh
mungkin menelusuri biaya overhead secara langsung ke objek biaya, yang
26
menyebabkan timbulnya biaya, kemudian menentukan pemicu biayanya
(cost driver) seperti produk, pesanan pelanggan, dan pelanggan.
3. Membebankan biaya ke pool biaya aktivitas.
Pada umumnya biaya overhead diklasifikasikan dalam sistem akuntansi
perusahaan berdasarkan departemen atau divisi, dimana biaya tersebut
terjadi. Tetapi pada beberapa kasus ada beberapa atau semua biaya
ditelusuri langsung ke pool biaya aktivitas, seperti pemrosesan pesanan,
dimana semua departemen pembelian dapat ditelusuri ke aktivitas ini.
Dalam activity based costing sangat umum overhead terkait dengan
beberapa aktivitas. Untuk kondisi seperti tersebut, biaya departemen dapat
dibagi ke beberapa kelompok atau pool aktivitas, dengan menggunakan
proses alokasi tahap pertama, yaitu membebankan biaya overhead ke pool
biaya aktivitas.
4. Menghitung tarif aktivitas.
Tarif aktivitas yang akan digunakan untuk pembebanan biaya overhead ke
produk dihitung dengan menentukan total aktivitas sesungguhnya yang
diperlukan untuk memproduksi bauran produk dan untuk melayani
pelanggan saat ini. Kemudian menentukan tarif aktivitas dengan membagi
total biaya pool aktivitas masing-masing aktivitas dengan total pemicu
aktivitas.
27
Berikut ini adalah rumus tarif pembebanan dalam pengelompokkan
aktivitas:
Tarif pembebanan/pool rate =
5.
Total biaya pool aktivitas
Total pemicu biaya
Membebankan biaya ke obyek biaya dengan menggunakan tarif aktivitas
dan ukuran aktivitas.
Langkah berikut dalam penerapan activity based costing disebut alokasi
tahap kedua, dimana tarif aktivitas digunakan untuk membebankan biaya ke
produk atau pelanggan dengan cara mengalikan tarif pool aktivitas dengan
ukuran aktivitas yang dikonsumsi masing-masing produk atau layanan jasa.
Berikut ini adalah rumus untuk menghitung tarif pembebanan unit cost:
Pembebanan
=
Pool rate x Jumlah aktivitas yang dikonsumsi
6. Menyiapkan laporan untuk manajemen.
Tahap ini adalah tahap pelaporan yang disusun, dengan menggabungkan
bahan baku langsung, tenaga kerja langsung dan overhead ke produk atau
jasa layanan berdasarkan aktivitas. Kemudian menghitung marjin produk
atau jasa, melalui laporan hasil penjualan dikurangi dengan biaya-biaya
yang dibutuhkan manajemen sebagai dasar pengambilan keputusan. Tujuan
dibuatnya laporan manajemen menurut Ellyana, Permana, Agusman, et al
28
adalah untuk mendapatkan informasi dalam laporan yang dapat membantu
para pengguna laporan keuangan untuk:
a.
Mengevaluasi kinerja dalam kurun waktu tertentu (satu periode).
b.
Menilai upaya, kemampuan, dan kesinambungan entitas dalam
memberikan jasa pelayanan kesehatan.
c.
Menilai pelaksanaan tanggung jawab dan kinerja manajemen entitas
rumah sakit.
.
II.3.4
Penerapan Activity Based Costing Pada Perusahaan Jasa
Activity based costing selain dapat digunakan pada perusahaan manufaktur,
dapat juga digunakan pada perusahaan jasa. Tetapi tentunya penerapan activity based
costing pada perusahaan jasa memiliki beberapa perbedaan dibandingkan dengan
perusahaan manufaktur. Karena perusahaan jasa memiliki beberapa sifat yang berbeda
dibandingkan dengan perusahaan manufaktur, mengacu pada pendapat Yulianti (2011)
perbedaan perusahaan jasa dengan perusahaan manufaktur adalah:
1. Output yang sering kali susah untuk didefinisikan.
2. Pengendalian aktivitas yang terjadi pada perusahaan jasa kurang dapat
didefinisikan.
3. Cost memiliki proporsi yang lebih tinggi dibandingkan dengan total cost
dari seluruh kapasitas yang ada dan sulit untuk menghubungkan antara
output dengan aktivitasnya. Output dari perusahaan jasa adalah manfaat dari
29
jasa itu sendiri yang kebanyakan tidak berwujud, contohnya adalah
kecepatan suatu jasa, kualitas suatu informasi, pemuasan konsumen. Output
pada perusahaan jasa tidak berwujud membuat perhitungan menjadi sulit.
Sekalipun sulit, dewasa ini bisnis pada perusahaan jasa mulai menggunakan
metode activity based costing.
Untuk menerapkan metode activity based costing, perusahaan memerlukan
berbagai hal yang perlu diperhatikan sebelum menerapkan metode activity based
costing tersebut. Kembali mengacu kepada pendapat Yulianti (2011), berikut ini adalah
beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam penerapan activity based costing pada
perusahaan jasa, yaitu:
1. Identifying and Costing Activities. Mengidentifikasi dan memberikan harga
aktivitas dapat memberikan kesempatan untuk pengoperasian yang efisien.
2. Special Challenger. Perbedaan antara perusahaan jasa dan perusahaan
manufaktur dapat menjadikan beberapa permasalahan. Permasalahan itu
seperti sulitnya mengalokasikan biaya ke aktivitas. Selain itu jasa tidak
dapat menjadi suatu persediaan, karena kapasitas yang ada namun tidak
dapat digunakan menimbulkan biaya yang tidak dapat dihindari.
3. Output Diversity. Perusahaan jasa juga memiliki kesulitan-kesulitan dalam
mengidentifikasi output yang ada. Pada perusahaan jasa, diversity yang
menggambarkan aktivitas-aktivitas pendukung pada hal-hal yang berbeda
mungkin sulit untuk dijelaskan atau ditentukan
30
II.3.5
Manfaat dan Keterbatasan Activity Based Costing
II.3.5.1 Manfaat Activity Based Costing
Activity based costing membantu mengurangi distorsi yang disebabkan oleh
alokasi biaya tradisional. ABC juga memberikan pandangan yang jelas tentang
bagaimana komposisi perbedaan produk, jasa, dan aktivitas perusahaan yang memberi
kontribusi sampai lini yang paling besar dalam jangka panjang. Mengacu pada pendapat
Widjaja, A. (2011), manfaat utama ABC adalah:
1. ABC menyajikan biaya produk yang lebih akurat dan informatif, yang
mengarahkan kepada pengukuran profitabilitas produk yang lebih akurat dan
kepada keputusan strategis yang diinformasikan dengan lebih baik tentang
penentuan harga jual, lini produk, pasar, dan pengeluaran modal.
2. ABC menyajikan pengukuran yang lebih akurat tentang biaya yang dipicu
oleh adanya aktivitas, hal ini dapat membantu manajemen untuk
meningkatkan product value dan process value dengan membuat keputusan
yang lebih baik tentang desain produk, mengendalikan biaya secara lebih
baik dan membantu perkembangan proyek peningkatan value.
3. ABC memudahkan manajer memberikan informasi tentang biaya-biaya yang
relevan untuk pengambilan keputusan.
31
II.3.5.2 Keterbatasan Activity Based Costing
Mengacu pada pendapat Witjaksono, A. (2006) mengenai kelemahan dari
activity based costing yaitu dalam penerapannya memerlukan lebih banyak waktu,
tenaga dan juga peralatan sehingga biaya yang dibutuhkan untuk menerapkan ABC
menjadi relatif lebih mahal dibandingkan dengan sistem akuntansi biaya konvensional.
Oleh karena itu para manajer dan akuntan perusahaan sangat berharap pada manfaat
yang dapat diperoleh jika menerapkan metode activity based costing. Namun sangat
dimungkinkan bahwa penerapan activity based costing adalah hanya untuk sebagian
aktivitas produksi atau hanya untuk departemen tertentu.
Activity based costing memang memberikan alternatif penelusuran biaya ke
produk individual secara lebih baik, namun metode ABC juga mempunyai keterbatasan
yang harus diperhatikan oleh manajer sebelum menerapkan ABC untuk menghitung
biaya produk. Mengacu kepada pendapat Widjaja, A. (2011) mengenai keterbatasan dari
metode ABC yaitu sebagai berikut:
1.
Alokasi. Sekalipun data aktivitas tersedia, beberapa biaya mungkin
membutuhkan alokasi ke departemen atau produk berdasarkan ukuran
volume yang berubah-ubah sebab secara praktis tidak dapat ditemukan
aktivitas yang dapat menyebabkan biaya tersebut. Contoh beberapa biaya
untuk mempertahankan fasilitas, seperti aktivitas membersihkan pabrik dan
pengelolaan proses produksi.
2.
Mengabaikan biaya (Omission of costs). Keterbatasan lain ABC adalah
beberapa biaya yang diidentifikasi pada produk tertentu diabaikan dari
32
analisis. Aktivitas yang biayanya sering diabaikan adalah pemasaran,
advertensi, riset dan pengembangan, rekayasa produk, dan klaim garansi.
Tambahan biaya secara sederhana ditambahkan ke biaya produk untuk
menentukan biaya produk total. Secara tradisional biaya pemasaran dan
administrasi tidak dimasukkan ke dalam biaya produk karena persyaratan
pelaporan
keuangan
yang dikeluarkan
oleh
GAAP
mengharuskan
memasukkan ke dalam biaya periode.
3.
Pengeluaran dan waktu yang dikonsumsi. Sistem ABC mengkonsumsi biaya
yang sangat mahal untuk dikembangkan dan diimplementasikan. Disamping
itu juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Seperti sebagian besar
sistem akuntansi dan manajemen yang inovatif, biasanya diperlukan waktu
lebih dari satu tahun untuk mengembangkan dan mengimplementasikan
ABC dengan sukses.
Metode ABC dapat menghapuskan produk yang bervolume rendah dan
menggantinya dengan produk yang memiliki tingkat keuntungan yang lebih tinggi.
Tetapi startegi ini tidaklah selalu berjalan mulus, tidak semua perlanggan menerima hal
tersebut. Selain itu, metode ABC tidak terlalu terkait dengan prinsip-prinsip akuntansi
yang berlaku umum (PABU). ABC tidak mengalokasikan biaya produk yang terikat
seperti penyusutan ke dalam alokasi produk. Karenanya, beberapa perusahaan
menggunakan metode ABC untuk analisis internal dan menggunakan sistem biaya
tradisional untuk pelaporan eksternal.
33
Terdapat beberapa alasan mengapa ABC lebih banyak digunakan untuk laporan
internal perusahaan. Garrison dan Noreen (2000) mengatakan adanya beberapa alasan
mengapa metode ABC lebih banyak digunakan untuk laporan internal, beberapa alasan
tersebut yaitu:
1.
Laporan eksternal kurang rinci dibandingkan dengan laporan internal yang
disiapkan untuk pembuat keputusan.
2.
Sangat sulit untuk melakukan perubahan sistem akuntansi pada
perusahaan.
3.
Metode ABC tidak sesuai dengan PABU (Prinsip Akuntansi Berlaku
Umum).
4.
Auditor biasanya tidak menyukai alokasi yang didasarkan pada wawancara
dengan karyawan perusahaan.
II.4
Perbedaan antara Activity Based Costing dengan Traditional Costing
Garrison dan Norren (2000) menyatakan perbedaan yang paling berbeda dari
kedua metode tersebut adalah biaya produknya. Terdapat dua alasan utama yang
menyebabkan terjadinya perbedaan. Pertama, berdasarkan sistem costing yang lama,
biaya desain disebar ke seluruh produk tanpa memperhatikan apakah produk tersebut
membutuhkan desain atau tidak. Dengan sistem ABC, biaya ini dibebankan hanya ke
produk yang membutuhkan pekerjaan desain. Konsekuensinya, berdasarkan sistem
ABC, biaya desain digeser dari produk standar berupa tiang penyangga yang tidak
membutuhkan biaya desain ke produk khusus.
34
Kedua, adalah biaya order konsumen yang merupakan batch level dibebankan
dengan dasar jam mesin dalam metode konvensional. Jam mesin adalah basis alokasi
untuk basis unit level dan bukannya batch level. Oleh karena itu, produk dengan volume
tinggi menyerap sebagian besar biaya batch level meskipun produk tersebut tidak
mempengaruhi biaya dibandingkan dengan produk yang diorder dalam jumlah sedikit.
Perbedaan yang utama dari penghitungan harga pokok produk antara kedua
metode tersebut adalah jumlah pendorong biaya (cost driver) yang digunakan. Metode
activity based costing menggunakan cost driver lebih banyak dibandingkan dengan
metode konvensional. Penghitungan suatu biaya yang benar didasarkan dari berapa
banyak faktor pendorong biaya (cost driver) yang terpakai oleh biaya itu sendiri (cost
object). Semakin sesuai cost driver yang dijadikan satuan dalam menghitung biaya dari
suatu cost object, maka penghitungan biaya tersebut akan menjadi semakin akurat.
Berikut ini adalah tabel perbedaan metode ABC dengan traditional costing:
Tabel 2.1
Perbedaan Activity Based Costing dengan Traditional Costing
Perbedaan
Tujuan
Lingkup
Fokus
Activity Based Costing
Product costing
Tahap desain
Tahap produksi
Tahap dukungan
Logistik
Biaya overhead pabrik
Periode
Daur hidup produk
Teknologi informasi yang Komputerisasi
digunakan
Komunikasi
Traditional Costing
Inventory evaluatiom
Tahap produksi
Biaya bahan baku
Biaya TKL
Periode akuntansi
Manual
Sumber: Islahuzzaman 2011:31
35
Download