BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Konsep Emosi

advertisement
15
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1
Landasan Teori
2.1.1 Konsep Emosi
a.
Pengertian Emosi
Sebuah organisasi yang berjalan dengan baik adalah organisasi
yang berhasil meniadakan frustasi, takut, marah, benci, sedih, dan
perasaan serupa. Orang yang mengetahui emosi mereka sendiri dan bisa
dengan baik membaca emosi orang lain menjadi lebih efektif dalam
pekerjaan mereka.
Secara harfiah, Oxford English Dictionary mendefinisikan emosi
sebagai “Setiap kegitatan atau pergolakan pikiran, perasaan, nafsu, setiap
keadaan mental yang hebat atau meluap-luap” (Goleman, 1998:411). Akar
kata emosi itu sendiri adalah movere, kata kerja Bahasa Latin yang berarti
“ Menggerakkan, bergerak”, ditambah awalan “e-“ untuk member arti
“bergerak menjauh”, menyiratkan bahwa kecenderungan bertindak
merupakan hal mutlak dalam emosi (Goleman, 1998:7). Hal serupa
diungkapkan oleh N.H. Frieda (1993:381)
bahwa “Emosi adalah
perasaan-perasaan intens yang ditunjukkan kepada seseorang atau
sesuatu”.
Menurut M. Alisuf Sabri (1993:74) batas perbedaan antara emosi
dan perasaan terletak pada sifat kontak yang terjadi. Dalam perasaan
ditemukan kesediaan kontak dengan situasi (baik positif maupun negatif).
Adapun dalam emosi kontak itu seolah-olah menjadi retak atau terputus
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
16
misalnya pada saat kita sangat terkejut, ketakutan, mengantuk, dan
sebagainya. Menurut Sulaeman (1995:51) emosi adalah merasakan sesuatu
yang berarti “digerakkan”, biasanya mengandung :
a. Perasaan, misalnya takut.
b. Impuls atau dorongan, misalnya dorongan untuk melarikan diri
c. Persepsi, atau pengamatan tentang apa yang membangkitkan emosi
Kebahagiaan, rasa takut, marah sedih, dan rasa muak merupakan
lima pola emosi yang sering dinyatakan sebagai pola dasar emosi umum
pada . Menurut Robert J. Stenberg (dalam Shaleh, 2004:177). karakteristik
dari kelima pola emosi umum diatas adalah sebagai berikut:
a. Kebahagiaan atau rasa senang
Kebahagiaan atau rasa senang atau setidaknya kepuasan hati
merupakan emosi yang paling mendasar. Ekspresi atas perasaan bebas
dari ketegangan, yang biasanya disebabkan oleh hal-hal yang bersifat
tiba-tiba atau surprise
b. Ketakutan dan kecemasan
Ketakutan adalah karakterisitik emosi ketika merasa takut akan suatu
ancaman bahaya atau suatu kejahatan, dan sifatnya spesifik pada
beberapa objek atau pengalaman tertentu.
c. Kemarahan
Kemarahan dapat diaktifkan melalui perasaan frustasi atau karena ada
sesuatu hal yang mengganggu dalam pencapaian tujuan atau maksud
seseorang
d. Kesedihan
Secara relatif, kesedihan berdifat lembut, dangkal, dan sering kali
merupakan ungkapan emosi yang singkat dari penderitaaan, dimana
duka cita terasa tajam, dalam dan rasa kehilangan yang begitu lama.
e. Kemuakan
Kemuakan ini dapat memunculkan tujuan adaptif, yaitu dapat
memotivasi kita untuk menggerakkan (menghindari) diri seniri dari
sesuatu yang bisa menyebabkan kesakitan.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
17
b. Ciri emosi
Untuk lebih mengetahui secara spesifik bagaimana ciri-ciri utama
dari pikiran emosional ini, Ekman dan Epstein (Goleman, 1998:414) telah
memberikan
daftar pokok cirri-ciri yang membedakan emosi dengan
bagian lain kehidupan mental, diantaranya yaitu :
a. Respon yang cepat tetapi ceroboh
Pikiran emosional melampaui pikiran rasional dalam bertindak,
sehingga terkadang dengan kecepatannya itu pikiran emosional
mengesampingkan pemikiran hati-hati dan analitis yang merupakan
cirri khas dari pikiran rasional. Pikiran emosional dapat membaca
realitas emosi dalam sekejap, tetapi karena kesam-kean dan penilianpenilaian dibuat dalam sekejap, maka dapat keliru atau salah araha.
b. Pertama adalah perasaan, kedua adalah pemikiran
Karena pikiran rasional membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk
mendata dan menanggapi daripada waktu yng dibuthkan oleh pikiran
emosional, maka dorngan pertama dalam situasi emosioanl adalah
dorongan hati bukan dorongan kepala. Dalam urutan respon cepat,
perasaan agaknya mendahului atau berjalan serempak dengan pikiran.
Reaksi emosional gerak cepat ini lebih menonjol dalam situasi-situasi
yang mendesak yang mendahulukan tindakan penyelamtan diri.
c. Realitas simbolik yang seperti kanak-kanak
Logika pikirn emosional itu bersifat asosiatif menganggap bahwa
unsur-unsur yang melambangkan suatu realitas atau memicu kenangan
terhadap realitas itu merupakan hal yang sama dengan realitas tersebut.
Dan banyak segi dimana akal emosional itu mirip perilaku kanakkanak, semakin mirip kanan-kanak, semakin kuatlah tumbuhnya emosi
tersebut. Salah satu seginya adalah kategoris, dimana segala sesuatu
menjadi hitam putih, tidak ada warna kelabu. Cara mirip kanak-kanak
ini bersifat menegaskan diri sendiri, dengan menekankan atau
mengabaiakan ingatan atau fakta yang akan menggoyahkan keyakinan
dan memanfaatkan ingatan serta fakta yang mendukung.
d. Masa lampau diposisikan sebagai masa sekarang
Apabila sejumlah ciri suatu persitiwa tampak serupa dengan kenangan
masa lampau yang mengandung muatan emosi, akal emosional
menganggapinya dengan memicu perasaan-perasaan yang berkaitan
dengan peristiwa yang diingat itu. Akal emosional bereaksi terhadap
keadaan sekarang seolah-olah keadaan itu adlah masa lampau. Pikiran
dan rekasi masa sekarang akan diwarbai pikiran-pikiran dan reaksi di
masa lalu, meskipun barang kali agaknya rekasi tersebut disebabkan
oleh keadaan lingkungan pada saat itu, akal emosional akan
memanfaatkan akal rasional agar tujuannya tercapai.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
18
e. Realitas yang ditentukan oleh keadaan
Bekerjanya akal emosional itu untuk sebagian besar ditentukan oleh
keadaan, ditekan oleh perasaan tertentu yang sedang menonjol pada
saat tersebut. Dalam mekanika emosi, setiap perasaan mempunyai
repeator pikiran, reaksi, bahkan ingatannya sendiri-sendiri. Repeator
itu ditentukan oleh keadaan menjadi paling menonjol dalam momenmomen dengan intensitas emosi yang tinggi. Salah satu tanda bahwa
salah satu repeator sedang aktif adalah ingatan selektif. Salah satu
tugas dari respon pikiran terhadap emosi adalah mengocok kenangan
dan pilihan untuk bertindak agar pilihan dan ingatan paling relevan
berada di puncak hierarki dan dengan demikian lebih siap dijalankan.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa emosi memiliki
peran penting bagi rasionalitas, contohnya saat bagaimana kemampuan
emosional membimbing kepututsan seseorang dari waktu ke waktu. Bagitu
pun sebaliknya, otak nalar (rasionalitas) memainkan peran eksekutif dalam
emosi manusia. Manusia didorong untuk menemukan keseimbangan
cerdas antara emosi dan nalar serta untuk menyesuaikan kepala dengan
hati.
c.
Gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi
Menurut Salovey Mayer (Goleman, 1998:90), orang cenderung
menganut gaya – gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi
mereka diantaranya:
a. Sadar diri
Peka terhadap suasana hati ketika mengalaminya, memilki kepintaran
tersendiri dalam kehidupan emosional. Kejernihan pikiran mereka
tentang emosi melandasi cirri-ciri kepribadia lain: mandiri dan yakin
akan batas-batas yang mereka bangun, kesehatan jiwanya baik dan
cenderung berpendapat positif akan kehidupan.
b. Tenggelam dalam permasalahan
Mereka adalah orang-orang yang sering kali merasan dikuasai oleh
emosi dan tidak berdaya untuk melepaskan diri, seolah – olah suasana
hati mereka telah mengambil kekuasaan.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
19
c. Pasrah
Peka akan apa yang mereka rasakan, cenderung menerima bagitu saja
suasana hati mereka, sehingga tidak berusaha untuk mengubahnya.
Ada dua cabang jenis pasrah yaitu : mereka yang terbiasa dalam
suasana hati yang menyenangkan, dan dengan demikian motivasi
untuk mengubahnya tendah dan mereka yang kendati peka akan
perasaanya, rawan terhadap suasana hati yang jelek tetapi
menerimanya dengan sikap tidak hirau, tidak melakukan apapun untuk
mengubahnya meskkipun tertekan.
2.1.2 Konsep Kecerdasan Emosional
a. Pengertian Kecerdasan Emosional
Selama ini banyak orang menganggap bahwa jika seseorang
memiliki tingkat kecerdasan intelektual (IQ) yang tinggi, maka orang
tersebut memiliki peluang untuk meraih kesuksesan yang lebih besar di
banding orang lain. Pada kenyataannya, ada banyak kasus di mana
seseorang yang memiliki tingkat kecerdasan intelektual yang tinggi
tersisih dari orang lain yang tingkat kecerdasan intelektualnya lebih
rendah. Ternyata IQ (Intelligence Quotient) yang tinggi tidak menjamin
seseorang akan meraih kesuksesan.
Kecerdasan
Emosional
(EQ)
tumbuh seiring
pertumbuhan
seseorang sejak lahir hingga meninggal dunia. Pertumbuhan EQ
dipengaruhi oleh lingkungan, keluarga, dan contoh-contoh yang didapat
seseorang sejak lahir dari orang tuanya
Ada beberapa ahli psikologi yang mencoba untuk merumuskan
emotional intelligence, diantaranya adalah Mayer dan Salovey (dalam
Sternberg, 2001:412) menyatakan bahwa kecerdasan emosional adalah
The ability to perceive accurately, appraise, and express emotion;
the ability to acces and/or generate feelings when they facilitate
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
20
thought;the ability to understand emotion and emotional knowledge;
and the ability to regulate emotions to promote emotional and
intellectual growth
Pernyataan di atas menjelaskan bahwa kecerdasan emosional
merupakan kemampuan untuk merasakan engan tepat, menilai serta
mengekspresikan emosi; kemampuan untuk mengakses atau memunculkan
perasaan saat berpikir; kemampuan untuk memahami emosi dan
pengetahuan emosional ; serta kemampuan untuk meregulasi emosi
sehingga dapat membantu dalam kematangan emosi dan intelektual.
Robert. K. Cooper dan Ayman Sawaf (dalam Ary Ginanjar
2002:44) mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai berikut :
Kecerdasan emosional adalah kemampuan merasakan,
memahami, dan secara efektif menerapkan daya dan kepekaan emosi
sebagai sumber energy, informasi, koneksi, dan pengaruh yang
manusiawi. Pengertian ini menyatakan bahwa emosi yang baik dan
buruk sudah ada sejak lahir, sehingga sangat penting dalam eksistensi
kepribadian untuk mendukung kemampuan bertindak cerdas, hasilnya
berbeda jika dilakukan hanya dengan memberdayakan intelegensi.
Menurut organisasi leadership non profit (6 seconds), Emotionall
Intellegence is the capacity to creat positive oatcomes ini your
relationship with yourself and with others. Positive outcomes include
joy, optimsm, and success at work, school. And life.
Kecerdasan emosional merujuk pada satu keanekaragaman
keterampilan,
kapabilitas,
dan
kompetensi
nonkognitif,
yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil dalam menghadapi
tuntutan dan tekanan lingkundan, tiga unsure penting kecerdasan
emosional terdiri dari kecakapan pribadi (mengelola diri sendiri);
kecakapan social (menangani suatu hubungan) dan keterampilan social
(kepandaian menggunggah tanggapan yang dikehendaki pada orang lain).
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
21
Menurut Reuven Bar-On (dalam Steven J. Stein & Howard E.
Book,2002:30) berpendapat bahwa “ Kecerdasan emosional adalah
serangkaian kemampuan kompetensi, dan kecakapan non-kognitif yang
mempengaruhi kemampuan seseorang untuk berhasil mengatasi tuntutan
dan tekanan lingkungan”.
Berdasarkan uraian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
kecerdasan emosional adalah kemampuan menuntut diri untuk belajar
mengakui dan menghargai perasaan diri sendiri dan orang lain dan untuk
menanggapinya dengan tepat, menerapkan dengan efektif energi emosi
dalam kehidupan dan pekerjaan sehari-hari.
b. Aspek Kecerdasan Emosional
Menurut Salovey (dalam Goleman, 1998:58-59) menempatkan
menempatkan kecerdasan pribadi Gardner dalam definisi dasar tentang
kecerdasan emosional yang dicetuskannya dan memperluas kemapuan
tersebut menjadi lima kemampuan utama, yaitu :
1. Mengenali Emosi Diri
Mengenali emosi diri sendiri merupakan suatu kemampuan untuk
mengenali perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini
merupakan dasar dari kecerdasan emosional, para ahli psikologi
menyebutkan kesadaran diri sebagai metamood, yakni kesadaran
seseorang akan emosinya sendiri. Menurut Mayer (dalam
Goleman,1998 : 64) kesadaran diri adalah waspada terhadap suasana
hati maupun pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka
individu menjadi mudah larut dalam aliran emosi dan dikuasai oleh
emosi. Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosi,
namun merupakan salah satu prasyarat penting untuk mengendalikan
emosi sehingga individu mudah menguasai emosi.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
22
2. Mengelola Emosi
Mengelola emosi merupakan kemampuan individu dalam menangani
perasaan agar dapat terungkap dengan tepat atau selaras, sehingga
tercapai keseimbangan dalam diri individu. Menjaga agar emosi yang
merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kesejahteraan
emosi. Emosi berlebihan, yang meningkat dengan intensitas terlampau
lama akan mengoyak kestabilan kita. Kemampuan ini mencakup
kemampuan untuk menghibur diri sendiri, melepaskan kecemasan,
kemurungan atau ketersinggungan dan akibat-akibat yang
ditimbulkannya serta kemampuan untuk bangkit dari perasaanperasaan yang menekan.
3. Memotivasi Diri Sendiri
Presatasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri
individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri
terhadap kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta
mempunyai perasaan motivasi yang positif, yaitu antusianisme, gairah,
optimis dan keyakinan diri.
4. Mengenali Emosi Orang Lain
Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut juga empati.
kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau peduli,
menunjukkan kemampuan empati seseorang. Individu yang memiliki
kemampuan empati lebih mampu menangkap sinyal-sinyal sosial yang
tersembunyi yang mengisyaratkan apa-apa yang dibutuhkan orang lain
sehingga ia lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka
terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan
orang lain.
5. Membina Hubungan
Kemampuan dalam membina hubungan merupakan suatu keterampilan
yang menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar
pribadi. Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan
dasar dalam keberhasilan membina hubungan. Individu sulit untuk
mendapatkan apa yang diinginkannya dan sulit juga memahami
keinginan serta kemauan orang lain.
Orang-orang yang hebat dalam keterampilan membina hubungan
ini akan sukses dalam bidang apapun. Orang berhasil dalam pergaulan
karena mampu berkomunikasi dengan lancar dengan orang lain. Orangorang ini populer dalam lingkungannya dan menjadi teman yang
menyenangkan karena kemampuannya berkomunikasi. Ramah tamah, baik
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
23
hati, hormat dan disukai orang lain dapat dijadikan petunjuk positif
bagaimana pegawai mampu membina hubungan dengan orang lain.
Sejauhmana kepribadian pegawai berkembang dilihat dari banyaknya
hubungan interpersonal yang dilakukannya.
Berdasarkan uraian tersebut di atas, penulis mengambil komponenkomponen utama dan prinsip-prinsip dasar dari kecerdasan emosional
sebagai indikator untuk mengembangkan instrumen kecerdasan emosional
c. Faktor yang Mempengaruhi Kecerdasan Emosional
Menurut Goleman (1998:214) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor
yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang yaitu :
1. Lingkungan keluarga. Kehidupan keluarga merupakan sekolah
pertama dalam mempelajari emosi. Kecerdasan emosi dapat diajarkan
pada masih bayi dengan cara mencontoh berbagai emosi. Peristiwa
emosional yang terjadi pada masa anak-anak akan melekat dan
menetap secara permanen hingga dewaa kehidupan emosional yang
dipupuk dalam keluarga sangat berguna bagi anak kelak di kemudian
hari.
2. Lingkungan non keluarga. Hal ini yang terkait adalah lingkungan
masyarakt dan pendidikan. Kecerdasan emosi ini berkembang sejalan
dengan perkembangan fisik dan mental. Ini biasanya ditunjukkan
dalam suatu aktivitas mengenal dunia luar dalam memahami kondisi
orang lain.
Sedangkan Menurut Shapiro (1998:25) menjelaskan bahwa “
Kecerdasan emosional sangat dipengaruhi oleh lingkunganm tidak bersifat
menetap, dapat berubah-ubah setiap saat”. Untuk itu peranan lingkungan
sangat berpengaruh besar dalam pembentukan kecerdasan emosional.
2.1.2 Konsep Komunikasi
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
24
a. Pengertian komunikasi
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas dari kegiatan
komunikasi. Pada kenyataannya komunikasi secara mutlak merupakan
bagian yang integral dari kehidupan kita, terlebih pada seorang
pegawai yang setiap hari berhubungan dengan orang di kantor maupun
relasinya. Komunikasi merupakan sarana yang sangat efektif dalam
memudahkan pegawai melaksanakan peran dan fungsinya dengan baik.
Beberapa ahli memberikan pengertian komunikasi yang
berbeda beda, berikut ini beberapa definisi komunikasi dari beberapa
ahli, Ig. Wursanto (2003:153) mengemukakan bahawa
Istilah komunikasi (bahasa inggris; communication)
mempunyai banyak arti. Asal katanya (etimologi), istilah
komunikasi berasal dari bahasa lain, yaitu communis, yang berarti
sama (common). Dari kata communis berubah menjadi kata kerja
kommunicare, yang berarti menyebarkan atau memberitahukan.
Jadi menurut asal katanya, komunikasi berari menyebarkan atau
memberitahukan informasi kepada pihak lain guna mendapatkan
pengertian yang sama.
Carl I Hovland (dalam Widjaja, 2000: 26) mengatakan bahwa
komunikasi adalah “Suatu proses di mana seseorang memindahkan
perangsang yang biasanya berupa lambang kata- kata untuk mengubah
tingkah laku orang lain”. Adapun pengertian komunikasi lain menurut
Rogers bersama D. Lawrance Kincaid (dalam Cangara, 2005 :
19)mendefenisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang
atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan
satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saling
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
25
pengertian yang mendalam . Dan menurut Raymod S. Ross (1983:8)
“Komunikasi
adalah
suatu
proses
menyortir,
memilih,
dan
mengirimkan symbol-simbol sedemikian rupa sehingga membantu
pendengar membangkitkan makna atau respon dari pikirannya yang
serupa dengan yang dimaksudkan komunikator”.
Jadi dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah suatu proses
penyampaian pesan dari pihak pertama atau yang disebut komunikator
kepada pihak kedua dapat disebut juga komunikan yang terdapat suatu
lambang-lambang tertentu melalui media tertentu.
b. Proses komunikasi
Komunikasi merupakan hal yang utama dalam semua
hubungan antar pribadi dan kelompok. Proses komunikasi dapat terjadi
jika ada dua orang atau lebih melakukan interaksi, semakin banyak
orang yang melakukan interaksi, maka proses komunikasi akan
semakin beragam. Di bawah ini beberapa proses komunikasi menurut
para ahli yang divisualisasikan ke dalam gambar. Menurut David K
Berlo (dalam Michael Burgoon,1974:16) proses komunikasi dikenal
sebagai Model Berlo yang terdiri atas S-M-C-R.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
26
Gambar 2.1
Model BERLO
Source
1.
2.
3.
4.
5.
Message
Commu
nication
skills
Attitude
s
Knowle
dge
Social
system
Culture
1.
2.
3.
4.
5.
Elements
Content
Treatmen
t
Structure
Code
Channel
1.
2.
3.
4.
5.
Seeing
Hearing
Touching
Smelling
tasting
Receiver
1. Communi
acation
skills
2. Attitudes
3. Knowledg
e
4. Social
system
5. culture
Berdasarkan gambar model proses komunikasi di atas, Model
ini dikenal dengan model SMCR, kepanjangan Source (Sumber),
Message (Pesan), Channel (Saluran), dan Receiver (Penerima), sumber
adalah pihak yang menciptakan pesan, baik seseorang ataupun suatu
kelompok. Pesan adalah terjemahan gagasan ke dalam kode simbolik,
seperti bahasa atau isyarat saluran adalah medium yang membawa
pesan dan penerima adalah orang yang menjadi sasaran komunikasi..
Model komunikasi lain yang banyak digunakan dikemukakan
oleh Harold Lasswel (Arni Muhammad, 2009:6). Model ini merupakan
model yang tua tetapi masih digunakan untuk tujuan tertentu.
Gambar 2.2
Model Proses Komunikasi Menurut Harold Lasswell
Siapa
Apa
(Pembicara)
Dynna Widyawati, 2012 (Pesan)
Saluran
Siapa
(Medium)
(Audien)
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Efek
27
Berdasarkan gambar model proses komunikasi di atas, dapat
ditangkap bahawa terdapat lima pertanyaan untuk menjawab proses
komunikasi, yaitu : who (siapa yang memulai komunikasi ), says what
(mengatakan apa), in which medium(dalam media apa), to whom
(kepada siapa) dan what effect (apa efeknya).
Model proses komunikasi yang lain adalah yang dikemukakan
oleh Philip Kotler (dalam Onong Uchjana Effendy 2004:18) sebagai
berikut
Gambar 2.3
Model Proses Komunikasi Menurut Philip Kotler
Sender
Encoding
Message
Decoding
Media
Response
Feedback
Response
Unsur-unsur dalam proses komunikasi menurut Philip Kotler (dalam Onong
Uchjana Effendy 2004:18) sebagai berikut :
a. Sender : komunikator yang menyampaikan pesan kepada seseorang
atau sejumlah orang.
b. Encoding : penyandian, yakni peoses pengalhan pikiran ke dalam
bentuk lambang.
c. Message : pesan yang merupakan seperangkat lambing bermakna yang
disampaikan oleh komunikator.
d. Media : saluran komunikasi tempat berlalunya pesan dari komunikator
kepada komunikan.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Receiver
28
e. Decoding : pengawasandian, yaitu proses dimana komunikan
menetapkan makna pada lambanng yang disampaikan oleh
komunikator kepadanya.
f. Receiver : komunikan yang menerima pesan dari komunikator.
g. Responses : tanggapan, seperangkat rekasi pada komunikan setelah
diterima pesan.
h. Feedback : umpan balik, yakni tanggapan komunikan apabila
tersampaikan atau disampaikan kepada komunikator.
i. Noise : gangguan tak terencana yang terjadi dalam proses komunikasi
sebagai akibat diterimanya pesan lain oleh komunikan yang berbeda
dengan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepadanya.
Model komunikasi lain yang banyak digunakan adalah model
komunikasi dari Claudie Shanon atau yang lebih dikenal dengan Shanon
dan Wever (dalam Mulyana 2007:149) di bawah ini :
Gambar 2.4
Model Proses Komunikasi Menurut Shanon dan Wever
Information
Source
Transmitter
Kotak Kecil
Receiver
Destination
Noise Source
Model di atas menggambarkan suatu sumber yang menciptakan
pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran kepada seorang
penerima yang menjadi pencipta pesan tersebut. Beberapa istilah
dalam model ini dapat penulis jelaskan menurut Shanon dan Wever
(dalam Mulyana 2007:149), sebagai berikut:
a. Sumber informasi
Dalam komunikasi manusia, yang menjadi sumber informasi
adalah otak. Pada otak ini terdapat kemungkinan message/pesan
yang tidak terbatas jumlahnya. Tugas utama dari otak adalah
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
29
b.
c.
d.
e.
f.
menghasilkan suatu pesan atau set kecil pesan dari berjuta-juta
pesan yang ada.
Transmitter
Pemilihan transmitter ini tergantung pada jenis komunikasi yang
digunakan serta dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu
komunikasi tatap muka an komunikasi menggunakan alat dan
mesin.
Penyandian
Penyandian (encoding) diperlukan untuk mengubah ide dalam otak
ke dalam suatu sandi yang cocok dengan transmitter.
Penerimaan dan decoding
Penerimaan dan decoding yaitu bagaimana si penerima (receiver)
menginterpretasikan pesan yang masuk
Tujuan (destination)
Komponen terakhir adalah destination (tujuan) yang dimaksud oleh
si komunikator. Destination ini adalah otak manusia yang
menerima pesan yang berisi macam-macam, ingatan atau
pemikiran mengenai kemungkinan dari arti pesan.
Sumber gangguan (noise)
Dalam model komunikasi Shannon terlihat adanya faktor sumber
gangguan, yakni setiap rangsangan tambahan dan tidak
dikehendaki yang dapat mengganggu kecermatan pesan yang
disampaikan. Menurut Shannon dan Weaver, gangguan ini selalu
ada dalam saluran bersama pesan tersebut yang diterima oleh
receiver.
Dari penjelasan diatas maka penulis dapat menyimpulkan
bahwa suatu proses komunikasi melewati beberapa tahap, dimulai dari
sumber ide yang berisi pesan atau informasi, diproses dalam beragam
bentuk, dikirim melakui berbagai media saluran pesan yang digunakan
oleh pengirim. Penerima menginterprestasikan pesan tersebut melalui
proses tertentu, untuk dapat diterima dan dimengerti dengan baik,
sehingga akan menjadi suatu tindakan.
c. Fungsi komunikasi
Dalam terjadinya komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan
fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
30
fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Menurut Scott dan
Mitchell (dalam Badri Munir Sukoco, 2007:50) menyebutkan fungsi
komunikasi diantaranya :
1. Fungsi control. Komunikasi formal dapat dilakukan untuk
mengontrol karyawan dengan menanyakan ulang deskripsi
pekerjaannya, kepada siapa melaporkan hasil pekerjaannya, dan
hal-hal lain yang membutuhkan komunikasi dengan atasan mereka.
2. Fungsi motivasi. Fungsi ini biasanya dilakukan melalui pemberian
feedback kepada bawahan mengenai apa yang telah mereka
lakukan, sebaik apa mereka mengerjakannya, dan apa yang
sebaiknya dilakukan untuk meningkatkan kinerjanya di masa
depan.
3. Fungsi emosi. Pada dasarnya salah satu tujuan bekerja adalah
melakukan interaksi social. Salah satu bentuk interaksi social
tersebut adalah komunikasi (formal maupun informal) di mana
masing-masing anggota organisasi dapat mengekspresikan emosi
yang negative, misalnya frustasi atau tidak puas dengan pekerjaan
yang dikerjakannya selama ini kepada teman kerja.
4. Fungsi informasi. Fungsi ini berhubungan dengan memperlancar
pengambilan keputusan yang dapat dilakukan oleh pihak
manajemen. Dengan mentransfer data dan alternatif pilihan yang
ada, individu atau organisasi akan dengan mudah mengambil
keputusan.
Mengenai fungsi komunikasi, Mc. Bride (dalam Widjaja,
2000:64-66) menjelaskan dalam arti yang lebih luas, tidak hanya
diartikan sebagai pertukaran berita atau pesan tetapi sebagai kegiatan
individu atau kelompok mengenai tukar menukar data, fakta dan ide.
d. Faktor penghambat komunikasi
Proses komunikasi organisasi yang berlangsung dalam sebuah
organisasi tidak selamanya berjalan efektif sesuai dengan yang
diharapkan, tetapi terkadang banyak hambatan yang merintangi
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
31
kelancaran proses komunikasi seperti yang diungkapkan oleh Maman
Ukas (2004:334) sebagai berikut :
1. Hambatan fisik
Faktor-faktor lingkungan yang mengganggu dan penerimaan dari
pada pesan.
2. Hambatan pribadi
Hambatan inti terdiri dari sosial dan psikologi dan juga termasuk
pertimbangan, emosi dan nilai-nilai sosial.
3. Hambatan semantic
Muncul dari perbedaan arti dan penggunaan kata-kata dan simbol:
terjadinya penafsiran kata yang berbeda mungkin karena
mempunyai arti yang banyak atau orangnya kurang pengalaman
sehingga salah paham.
T. Hani Handoko (2003:283) mengungkapkan bahwa hambatahambatan teradap komunikasi yang efektif dikelompokkan menjadi
dua bagian yaitu hambatan organisasional dan hambatan antar pribadi:
1. Hambatan organisasional:
a. Tingkat hierarki, bila suatu organisasi tumbuh strukturnya
berkembang akan menimbulkan berbagai masalah komunikasi.
Berita yang akan disampaikan akan melalui tingkatan
tambahan yang memerlukan waktu lebih lama untuk mencapai
tempat tujuan dan cenderung menjadi berkurang ketepatannya.
b. Wewenang manajerial, tanpa wewenang untuk membuat
keputusan, tidak mungkin atasan dapat mencapai tujuan yang
efektif.
c. Spesialisasi, meskipun spesialisasi adalah prinsip dasar
organisasi, tetapi juga menciptakan masalah-masalah
komunikasi. Dimana perbedaan fungsi, kepentingan dan istilahistilah pekerjaan dapat membuat orang-orang hidup dalam
dunia yang berbeda.
2. Hambatan-hambatan antar pribadi
a. Persepsi selektif, pengharapan yang mengarahkan seseorang
untuk melihat atau mendengar kejadian, orang, objek dan
situasi adalah sesuatu yang ingin dia lihat atau dengar.
b. Status
komunikator,
kecenderungan
untuk
menilai,
mempertimbangkan dan membentuk pendapat atas dasar
karakterisitk pengirim.
c. Keadaan membela diri, perasaan pembelaan diri pada pengirim,
penerima berota atau keduanya juga menimbulkan hambatan
komunikasi.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
32
d. Pendengaran lemah, setiap alasan perlu mendengar secara
efektif agar mampu mengatasi hambatan ini. Berbagai
kebiasaan sehubungan dengan penengaran lemah meliputi :
mendengar hanya permukaan saja dengan sedikit perhatian
pada apa yang sedang dilakatakan.
e. Ketidaktepatan penggunaan bahasa, salah satu kesalahan
terbesar yang dibuat dalam komunikasi adalah anggapan bahwa
pengertian terletak dalam kata-kata yang digunakan.
2.1.3 Konsep Efektivitas Komunikasi
a. Pengertian
Komunikasi efektif adalah hasil pemahaman antara komunikator
dan penerima, komunikasi berhasil hanya bila komunikator dapat
menyampaikan pengertian
yang
dimaksdud
kepada
penerima.
Komunikasi yang efketif akan mampu mewujudkan timbulnya
kemahiran kerja antra personil dalam organisasi timbulnya kemauan
kerja dan timbulnya kerja dan timbulnya kerjasama.
Selanjutnya Alo Liliweri (2001:64) menyatakan :
Efektivitas komunikasi terletak pada keberhasilan komunikator
dan komunikan yang membentuk makna yang sama atas pesan
yang mereka tukarkan. Kebersamaan dalam makna itu merupakan
hasil proses pambagian informasi, melalui tindakan, pertukaran
pikiran saling mengisi dan melengkapi kekurangan satu sama yang
lainnya.
Efektivitas komunikasi yaitu kegiatan komunikasi yang mampu
mengubah sikap, pandangan atau perilaku komunikan sesuai dengan
tujuan komunikator (Effendi, O. U 2002:62). Jadi, komunikasi efektif
dari seorang manajer atau pemimpin dalam suatu organisasi sangat
penting dan harus dilakukan , jika proses komunikasi tidak
berlangsung dengan baik maka usaha dalam suatu organisasi tidak
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
33
sesuai dengan yang diharapkan. Selanjutnya Hardjana (2003:88)
mengatakan tentang komunikasi efektif yaitu:
Suatu komunikasi dikatakan efektif apabila pesan diterima
dan dimengerti sebagaimana dimaksud oleh pengirim pesan, pesan
ditindaklanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh
penerima pesan, dapat meningkatkan kualitas hubungan
antarpribadi, dan tidak ada hambatan untuk hal itu.
Dari beberapa pendapat mengenai pengertian efektivitas
komunikasi tersebut dapat disimpulkan bahwa efektivitas komunikasi
adalah komunikasi yang dilaksanakan antara pengirm pesan dan
penerima pesan yang mempunyai kualitas baik dan mengakibatkan
terjadinya perubahan tingkah laku dalam mencapai tujuan individu dan
tujuan bersama dengan organisasi. Begitu juga dengan pimpinan
organisasi tentunya aktivitas komunikasi yang dilakukan dapat
menggerakkan anggota organisasnya kepada pegawai lain untuk
meningkatkan kinerjanya dan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dan proses pengorganisasi berlangsung sebagaimana
mestinya.
b. Karaktersitik komunikasi efektif
Sebagaimana telah disinggung di bagian sebelumnya, yaitu bahwa
komunikasi merupakan sebuah ilmu yang multidisiplin, hal ini juga
dapat
disebabkan
karena
adanya
proses
akumulasi
dalam
perkembangan ilmu pengetahuan serta semakin integratifnya ilmu
antara yang satu dengan yang lainnya.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
34
Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia
Moss (dalam Deddy Mulyana,2005:69) bahwa : “komunikasi yang
efektif paling tidak menimbulkan lima hal, yaitu :
1. Pengertian
Pengertian artinya pengerimaan yang cermat dari isi stimulus
seperti yang dimaksud oleh komunikator. Kegagalan menerima isi
pesan secara cermat disebut kegagalan komunikasi primer
(primary breakdown in communication) untuk menghindari hal
tersebut maka diperlukan pemahaman paling tidak dari psikologi
pesan dan psikologi komunikasi
2. Kesenangan
Tidak semua komunikasi ditujukan untuk menyampaikan informasi
dan bentuk pengertian. Komunikasi fatis (phatic communication)
dimaksudkan untuk menimbulkan kesenangan, komunikasi inilah
yang menjadikan hubungan hangat, akrab dan menyenangkan.
3. Pengaruh pada sikap
Paling sering kita berkomunikasi untuk mempengaruhi sikap orang
lain. Komunikasi persuasif memerlukan pemahaman tentang
faktor-faktor pada diri komunikator dan pesan yang menimbulkan
efek pada komunikan. Persuasif didefinisikan sebagai “proses
mempengaruhi pendapat, sikap dan tindakan orang yang
menggunakan manipulasi psikologi sehingga orang tersebut
bertindak seperti atas kehendaknya sendiri”
4. Hubungan yang makin baik
Komunikasi juga ditinjukkan menumbuhkan hubungan sosial yang
baik, kebutuhan sosial adalah kebutuhan untuk menumbuhkan dan
mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan orang lain
dalam hal ini interaksi dan asosiasi (inclusion) pengendalian dan
kekuasaan (control) dan cinta serata kasih saying (affection)
5. Tindakan
Menimbulkan tindakan nyata memang indikator yang baik untuk
mengukur seberapa besar efektivitas yang terjalin selama
komunikasi berlangsung karena untuk menimbulkan tindakan, kita
harus berhasil terlebih dahulu menanamkan pengertian,
membentuk dan mengubah sikap atau menumbuhkan hubungan
yang baik. Tindakan adalah hasil kumulatif seluruh proses
komunikasi. Hal ini bukan saja memerlukan pemahaman tentang
seluruh mekanisme psikologis yang terlibat dalam proses
komunikasi, tetapi juga faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
35
c. Faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi
Agar
efektivitas
komunikasi
dapat
dicapai,
hendaknya
memperlihatkan beberapa faktor yang dapat menunjang efektivitas
komunikasi. Menurut Joseph A. Devito (dalam Suranto Aw,2001:82)
faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas komunikasi antar pribadi
adalah sebagai berikut:
1. Keterbukaan (openness)
Keterbukaan ialah sikap dapat menerima masukan dari orang lain,
serta berkenaan menyampaikan irnformasi penting kepada orang
lain. Sikap keterbukaan ditandai adanya kejujuran dalam merespon
segala stimuli komunikasi.
2. Empati (empathy)
Empati ialah kemampuan seseorang untuk merasakan jika menjadi
orang lain, dapat memahami sesuatu yang sedang dialamu orang
lain, dapat dirasakan apa yang dirasakan orang lain, dan dapat
memahami sesuatu persoalan dari sudut pandang orang melalui,
kacamata orang lain.
3. Sikap mendukung (supportiveness)
Hubungan interpersonal yang efektif adalah hubungan dimana
terdapat sikap mendukung. Artinya masing-masing pihak yang
berkomunikiasi
memiliki
komitmen
untuk
mendukung
terselenggaranya interaksi secara terbuka.
4. Sikap positif (positiveness)
Sikap positif ditunjukkan dalam bentuk sikap dan perilaku. Dalam
bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang terlibat
dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan
pikiran positif, buka prasangka dan curiga.
5. Kesetaraan (equality)
Kesetaraan ialah pengakuan bahwa kedua belah pihak memiliki
kepentingan, kedua belah pihak sama-sama bernilai dan berharga,
dan saling memerlukan.
Demikian pula Scott. M Cutlip dan Allen (dalam Honiatri,
2004:20) menguraikan beberapa faktor agar komunikasi berlangsung
efektif. Faktor-faktor itu dinamakan the seven c’s communication,
yaitu sebagai berikut :
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
36
1. Credibility (keterpercayaan)
Antara komunikator dan komunikan terdapat saling percaya
2. Context (pertalian)
Komunikasi dapat terjadi kalau situasi dan kondisi setempat tidak
ada gangguan antara komunikator dan komunikan serta sarana atau
media komunikasi saling berkaitan.
3. Content (isi)
Komunikator dapat menyampaikan pesan kepada komunikan,
dalam hal ini komunikator dapat memahami maksud komunikator.
Sehingga komunikan merasa puas. Begitu pula dengan
komunikator karena komunikator akan puas bila menerima
tanggapan yang baik dari komunikan.
4. Clarity (kejelasana)
Komunikator harus menyampaikan pesan atau berita atau berita
secara jelas, tujuan yang dicapai, istilahpun harus jelas
5. Continuity dan consistency (kesinambungan dan konsistensi)
Komunikasi berlangsung terus dan pesan atau berita saling
bertentangan (tidak berubah atau tetap)
6. Capabiltty of audience (kemampuan pihak penerima)
Komunikator harus memperhatikan kemampuan komunikasi dalam
menerima pesan, agar tidak terjadi kesalahpahaman.
7. Channels of distribution (saluran pengirim berita)
Komunikator harus menggunakan media atau alat komuniaksi yang
sudah biasa digunakan oleh umum misalnya media cetak atau
media elektronik dan lain-lain.
Menurut Uchjana Effendy Onong (2004:132) mengemukakan
bahwa komunikasi yang efektif dapat dipengaruhi atau ditentukan oleh
faktor-faktor sebagai berikut :
1. Kerangka Acuan (frame of reference)
Komunikasi akan berhasil, apabila pesan
yang disampaikan
komunikator cocok dengan kerangka acuan (frame of reference), yakni
perpaduan pengalaman dan pengertian (collection of experience and
meaning) yang pernah diperoleh komunikan. Jadi jelas bahwa frame of
reference yang didukung dengan fiels of experience merupakan faktor
yang penting dalam berkomunikasi. Jika bidang pengalaman
komunikator dan pengetahuaanya sesuai dengan komunikan, maka
komunikasi berjalan dengan lancar.
2. Faktor Situasi dan Kondisi
Yang dimaksud dengan situasi disini adalah situasi komunikasi pada
saat komunikan menerima pesan yang kita sampaikan. Situasi ini akan
mendukung komunikasi efektif apabila komunikator menyampaikan
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
37
informasi pada saat komunikan menanti suatu pengumuman. Begitu
pula dengan kondisi, akan mempengaruhi serta mendukung efektivitas
komunikasi.
3. Faktor Media Komunikasi
Media komunikasi merupakan alat untuk membantu lancarnya proses
komunikasi. Sehingga dapat menghasilkan komunikasi yang efektif
baik secara internal maupun eksternal. Media disini adalah
teleconference, videoconfrence,e-mail, internet, intranet, telepon
faxcimile,
presentation
graphic,
multimedia
presentation,
telecomunitinf.
4. Saluran komunikasi
Saluran komunikasi disini adalah jaringan LAN, WAN yang
mengintegritas komputer dengan media yang digunakan.
d. Faktor Penghambat Komunikasi Efektif
Selain ada faktor-faktor yang dapat menunjang efektivitas
komunikasi, ditemukan pula faktor-faktor yang dapat menghambat
efektivitas komunikasi. Hal ini dikemukakan oleh Suranto Aw
(2011:86) sebagai berikut:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kredibilitas komunikator yang rendah
Kurang memahami latar belakang social dan budaya
Kurang memahami karakteristik komunikan
Prasangka buruk
Verbalitas
Komunikasi satu arah
Tidak digunakan media yang tepat
Perbedaan bahasa
Perbedaan persepsi
Pendapat
lain
menurut
Euis Honiatri (2004:21) faktor-faktor
penghambat dalam komunikasi, adalah :
1. Masalah dalam melambangkan pesan
Ketika seseorang akan menyampaikan pesan dalam komunikasi,
biasanya orang mengalami kesulitasn dalam merumuskan pesan.
Merumuskan pesan sulit karena adanya rasa tidak percaya diri atau
ragu-ragu, belum akrab dengan pihak komunikasi, kesulitasn
mengungkap maksud, ide karena kurang terampil berbahsa adanya
pertentangan emosi dalam diri.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
38
2. Masalah dalam penyampaian pesan
Adapun faktor-faktor penghambat dalam penyampaian pesan,
antara lain:
a. Rintangan bersifat teknis
1. Kurangnua media yang dibutuhkan
2. Faktor fisik
3. Penguasaan teknik dan metode berkomunikasi yang tidak
memadai
b. Rintangan perilaku
1. Adanya pandangan yang bersifat aprioro atau ada rasa tidak
suka atau tidak mendukung
2. Adanya prasangka yang disebabkan emosi
3. Sikap yang otoriter dan keras kepala
c. Rintangan bahasa
Bahasa adalah semua bentuk yang dipergunakan dalam proses
penyampaian berita. Bahasa yang dipergunakan akan
menunjukkan intelektual seseorang sehingga orang cenderung
mempergunakan bahasa yang tinggi.
d. Rintangan struktur
Rintangan strukur artinya rintangan yan terjadi karena adanya
perbedaan tingkat perbedaan kerja dalam struktur organisasi.
e. Rintangan latar belakang
1. Taraf horizontal (Pendidikan tingkat Sarjana)
2. Taraf Vertikal (Pendidikan tingkat dasar dan menengah)
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
komunikasi tidak selamanya berjalan dengan mulus tanpa adanya
hambatan. Dalam pelaksanaan interkasi sehari-hari sering dijumpai
kendala yang menyebabkan munculnya diferensiasi komunikasi. Pada
akhirnya diferensiasi tersebut dapat menimbulkan gangguan bagi
tercapainya efektivitas komunikasi. Diferensiasi terjadi apabila respon
penerima menyimpang dari harapan pengirim. Hal ini biasanya
mumcul karena adanya perbedaan persepsi di antara kedua belah
pihak. Sebagai akibatnya, proses komunikasi akan melahirkan
informasi yang berbeda walaupun seharusnya bersumber dari fakta dan
data yang sama.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
39
2.2
Kerangka Pemikiran
Dalam sebuah instansi, peran sumber daya manusia sangat penting
artinya. Karena sumber daya manusia inilah yang memberikan seluruh
pikiran, tenaga dan waktunya untuk pencapaian tujuan perusahaan. Maka
instansi sangat membutuhkan orang yang cakap, karena dengan kecakapan
pegawai tersebut instansi dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Pegawai yang cakap di dalam perusahaan bukan hanya cakap
dalam satu kecakapan saja seperti kecerdasan intelektual, tetapi juga harus
terdapat kecerdasan lain yang dapat menunjang kerja pegawai di antarnya
yaitu kecerdasan emosional merupakan fokus kajian dalam penelitian ini.
Kecerdasan emosional adalah
kemampuan mengungkapkan perasaan,
kesadaran serta pemahaman tentang emosi dan kemampuan untuk
mengatur dan mengendalikannya.Kecerdasan emosi dapat juga diartikan
sebagai kemampuan Mental yang membantu kita mengendalikan dan
memahami perasaan-perasaan kita dan orang lain yang menuntun kepada
kemampuan untuk mengatur perasaan-perasaan tersebut. Hal ini serupa
dengan yang dikemukakan oleh Steven J Stein (2002:35), Stephen P
Robbin (2001:85), Robert K Cooper dan Ayman Sawaf (2002:xiv), Daniel
Goleman (2008:98).
Apabila seseorang telah sukses dalam menerapkan kecerdasan
emosinya maka ia akan dapat (1) membuat keputusan, (2) kepemimpinan,
(3) terobosan teknis dan strategis, (4) berkomunikasi secara terbuka dan
jujur, (5) teamwork dan hubungan saling percaya, (6) loyalitas konsumen,
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
40
(7) kreativitas dan inovasi, (8) mengatasi konflik, (9) mengendalikan
emosi, (10) memadukan aspirasi,(11) mengurangi perilaku menyimpang ,
(12) bernegosiasi dan (13) dapat memotivasi kerja. Hal ini seperti yang
dikemukakan oleh Rober K. Cooper dan Ayman Sawaf (1999:xii),
Patricia Patton (2000:165), dan Stephen P. Robbin (2009:339).
Menurut Salovey (dalam Goleman, 1998:58-59) menempatkan
kecerdasan pribadi sebagai dasar tentang kecerdasan emosional yang
diteruskannya dengan memperluas kemampuan ini menjadi lima faktor
utama yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
Kesadaran emosi
Pengendalian emosi
Motivasi diri
Empati.
Hubungan Sosial
Dari Uraian Peter Salovey dan John Mayer, selanjutnya Daniel
Goleman mendefinisikan kecerdasan emosional sebagai kemampuan
dalam mengenali perasaan-perasaan diri sendiri dan orang lain, dalam
memotivasi diri sendiri dan mengelola emosi diri sendiri dengan baik
maupun dalam melakukan hubungan sosial. Daniel Goleman (1998:58-59)
Kecerdasan emosional merupakan salah satu upaya agar kita dapat
mengelola emosi. Karena dengan mengelola emosi kita dapat menangani
rasa tertekan atau frustasi yang dapat mengakibatkan timbulnya stress.
Maka seorang individu akan lebih baik apabila berbagai tantangan dan
tuntutan yang dating pada dirinya dihadapi penuh kemandirian. Hal ini
berarti bahwa strategi yang cukup efektif adalah dengan mengembangkan
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
41
secara pribadi penanggulangan stress. Salah satunya adalah dengan
mengembangkan kecerdasan emosional dari para pegawai. Konsentrasi
yang baik merupakan modal utama individu manusia mampu mengelola
dan mendayagunakan potensi dirinya secara optimal dalam melaksanakan
kegiatan sehari-hari dalam mencapai tujuan organisasi. Dengan kata lain,
tanpa adanya konsentrasi yang baik dari individu dalam bekerja maka
mereka tidak dapat bekerja secara produktif dan kurang dapat menjalin
hubungan serta berperilaku seperti yang diharapkan perusahaan.
Perilaku adalah aktualisasi sikap seseorang atau suatu kelompok
dalam atau terhadap sesuatu (situasi dan kondisi) lingkungan (alam,
masyarakat, teknologi atau organisasi). Terbentuknya perilaku individu
atau apa yang dilakukan seseorang pegawai dipengaruhi oleh kelompok
varibel (1) individual, (2) psikologikal, dan (3) organisatoris. Hal tersebut
dikemukakan oleh Gibson et.al. (1996:52) yang dijelaskan dalam gambar
di bawah ini
Gambar 2.5
Variabel yang Mempengaruhi Perilaku dan Komunikasi
Variabel Individual
Kemampuan dan
Keterampilan
Mental
Fisik
Latar Belakang
Keluarga
Tingkat Sosial
Pengalaman
Variabel Psikologis
Perilaku Individu
(apa yang dikerjakan
orang)
Persepsi
Sikap
Kepribadian
Belajar
Motivasi
Variabel Organisasi
Sumber daya
Kepemimpinan
Imbalan
Struktur
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas
Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Desain pekerjaan
Demografis
Umur
Asal-usul
Dynna Widyawati, 2012
Jenis Kelamin
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
42
Sumber : Gibson et.al. (1996:52)
Tampak jelas dari gambar diatas ada tiga variabel dalam
menentukan perilaku individu dalam kegiatan organisasi salah satunya
adalah variabel psikologis yang meliputi persepsi, sikap, kepribadian,
belajar dan motivasi. Variabel psikologis merupakan variabel yang bersifat
sangat kepribadian pada setiap individu, salah satu
pembentukan
kepribadian individu ini sangat dipengauhi oleh keadaan emosi seseorang.
sehingga emosi seseorang menjadi peran yang sangat penting dalam
berperilaku sehari-hari maupun dalam
sebuah organisasi.
Emosi
merupakan penentu cara beripikir dan juga berpersepsi dalam semua
kegiatan beroganisasi.
Masih menurut Gibson et. al. (1996:57) bahwa : “Sikap merupakan
faktor yang menentukan perilaku, karena sikap itu berhubungan dengan
persepsi,
kepribadia,
belajar
dan
motivasi”.
Sikap
menentukan
kecenderungan orang terhadap segi tertentu dari dunia ini, sikap
memberikan dasar emosional bagi hubungan interpersonal seseorang dan
pengenalannya terhadap orang lain dan sikap diorganisasi dan dekat
dengan inti kepribadian.
Orang dengan keterampilan emosional yang berkembang baik
berarti kemungkinan besar ia akan bahagia dan berhasil dalam kehidupan,
menguasi kebiasaan pikiran yang mendorong produktivitas mereka. Orang
yang tidak dapat
menghimpun kendali tertentu atas kehidupan
emosionalnya akan mengalami pertarungan batin yang merampas
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
43
kemampuan mereka untuk memusatkan perhatian pada pekerjaan dan
memiliki pikiran yang jernih.
Dengan kecerdasan emosional yang kita miliki, kita dapat megelola
emosi yang dapat mempengaruhi kecakapan-kecakapan lainnya untuk
dapat
berkomunikasi secara efektif dengan orang lain. Karena pada
kenyataanya disetiap bagian pekerjaan tidak terlepas dari kegiatan
komunikasi. Apabila pegawai dapat berkomunikasi secara efektif maka
tidak dapat dipungkiri pekerjaan akan dapat sesuai dengan tujuan yang
telah ditetapkan
Peranan komunikasi sangat penting dalam kegiatan berorganisasi.
Sehingga semua pegawai dituntut untuk dapat memiliki komunikasi yang
baik, dimana setiap kegiatan organisasi terkecil hingga terbesar peranan
komunikasi akan selalu digunakan. Pegawai yang dapat melakukan
komunikasi secara efektif adalah dimana pesan yang disampaikan oleh
komunikator dapat diartikan sama oleh komunikan sehingga terjadi
perubahan tingkah laku yang diharapkan oleh komunikan. Pendapat ini
serupa dengan Liliweri (2001:64), Effendi, O. Uchyana (2002:62), dan
Pidarta, M (2004:227).
Komunikasi yang dianggap efektif, jika orang lain memahami
pesan dengan benar, dan memberikan respon sesuai dengan yang
diinginkan. Komunikasi yang efektif berfungsi membantu untuk
membentuk dan menjaga hubungan baik antarindividu, menyampaikan
pengetahuan atau indformasi, mengubah sikap dan perilaku, pemecahan
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
44
masalah hubungan antarmanusia, citra diri menjadi lebuh baik dan jalan
menuju sukses. Dalam semua aktivitas tersebut, esensi komunikasi yang
berhasil adalah proses saling berbagi informasi yang menguntungkan
kedua belah pihak, komunikan dan komunikator.
Menurut De Vito (dalam Suranto Aw. 2011:82) pegawai yang
dapat berkomunikasi secara efektif setidaknya memiliki sifat yang sangat
menunjang dalam melakukan komunikasi diantarnya adalah keterbukaan
(Openes),
dukungan
(Supportiveness),
sikap
positif
(Positivness),
kesetaraan (Equality) dan empati (empathy).
Komunikasi yang efektif akan menimbulkan suatu makna yang
sama, tetapi tidak hanya isi pesan saja yang sama kepentingan setiap orang
memilki kesetaraan sehingga saling mengakui pentingnya kehadiran orang
lain. Orang yang dapat berempati terhadap orang lain akan mampu
memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap
mereka, serta harapan dan keinginan mereka, sehingga setelah dapat
merasakan perasaan orang lain tersebut akan merasa terbuka, keterbukaan
ialah kesediaan untuk membuka diri mengungkapkan informasi yang
biasanya disembunyikan, asalkan pengungkapan diri informasi tidak
bertentangan denga asas kepatuhan. Sifat keterbukaan ditandai dengan
adanya kejujuran dalam merespon segala stimuli komunikasi. Sifat
keterbukaan ini akan menimbulkan sikap mendukung antara komunikan
dengan komunikator, artinya masing-masing pihak yang berkomunikasi
memiliki komitmen untuk mendukung terselenggaranya interaksi secara
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
45
terbuka. Oleh karena itu respon yang relevan adalah respon yang bersifat
spontan dan lugas, sehingga timbulah sikap positif dari implikasi yang
disebutkan sebelumnya, yang ditunjukkan dalam bentuk sikap dan
perilaku. Dalam bentuk sikap, maksudnya adalah bahwa pihak-pihak yang
terlibat dalam komunikasi interpersonal harus memiliki perasaan dan
pikiran positif bukan buruk sangka sedangkan dalam bentuk perilaku
bahwa tindakan yang dipilih adalah yang relevan dengan tujuan
komunikasi yaitu secara nyata melakukan aktivitas untuk terjalinnya kerja
sama.
Komunikasi dapat berjalan efektif tentunya harus didukung oleh
komunikator yang memahami maksud dari komunikan dan terjadi feed
back atau timbal balik dari keduanya. Komunikasi yang efektif akan
menunjang jalannya komunikasi verbal maupun lisan serta ditunjang oleh
kecerdasan emosi yang dimiliki oleh komunikator maupun komunikan.
Maka Scott M Cutlip dan Allen (dalam Honiatri 2004:20) menyebutkan
the seven’s communication diantaranya adalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Credibility
Context
Content
Clarity
Continuity and consistency
Capability of audience
Channels of distribution
Komunikator harus memiliki kredibilitas yang tinggi, memiliki
daya tarik yang menarik, memiliki kemampuan intelektual yang baik,
keterpaduan sikap dan tindakan, dapat dipercayai komunikan. Sedangkan
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
46
komunikan haruslah cakap agar mudah dapat memahami pesan,
mempunyai pengetahuan yang luas, harus dapat bersikap ramah, dapat
memahami betul apa yang disampaikan komunikator. Dilihat dari sudut
pesan, pesan haruslah dapat disampaikan dengan baik dan jelas, berupa
fakta, merupakan informasi yang praktis, tidak menimbulkan multi
interpretasi dan dapat menggunakan lambing yang dapat dipahami oleh
komunikan dan komunikator. Jika dilihat dari keadaan maka kondisi pun
menjadi sangat krusial dalam proses komunikasi agar menjadi efektif,
kondisi yang mendukung akan mendukung pula terjadinya efektivitas
komunikasi dan yang terakhir dilihat dari media yang digunakan, dimana
media harus memiliki tiga criteria yakni sesuai, tersedia dan dapat
dipahami oleh komunikator dan komunikan.
Dari seluruh uraian yang dikemukakan di atas, kerangka pemikiran
dalam peneltian ini dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.6
Model Kerangka Pemikiran Penelitian
Kecerdasan Emosional
1. Mengenali Emosi
Diri
2. Mengelola Emosi
3. Memotivasi
Diri
Sendiri
4. Mengenali Emosi
Orang Lain
5. Membina hubungan
Efektivitas Komunikasi
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
Credibility
Context
Content
Clarity
Continuity and consistency
Capability of audience
Channels of distribution
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
47
2.3
Hipotesis Penelitian
Hipotesis
menurut
Sugiyono
(2004:51)
adalah kesimpulan
sementara yang masih harus diuji kebenarannya melalu penelitian.
Sedangkan menurut Suharsimi Arikunto (2010:110) hipotesis merupakan
suatu jawaban yang masih bersifat sementara terhadap masalah penelitian,
samapai terbukti kebenarannya melalui data yang terkumpul.
Dengan demikian maka hipotesis penelitian merupakan jawaban
atas kesimpulan sementara dari suatu
masalah penelitian yang
kebenarannya perlu diuji kembali melalui pengumpulan data.
Berdasarkan pengertian tersebut dan mengacu kepada kerangka
pemikiran, maka hipotesis yang dapat penulis rumuskan dalam penelitian
ini adalah : “Kecerdasan Emosional memiliki pengaruh yang
signifikan
terhadap
Efektivitas
Komunikasi
antar
Pegawai”.
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
48
Dynna Widyawati, 2012
Pengaruh Kecerdasan Emosional Terhadap Efektivitas Komunikasi Antar Pegawai Pada Bagian Tata
Usaha Puslitbang Tekmira Bandung
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Download