dengan Gejala Mirip Tungro

advertisement
Waspadai Penyakit "Baru”
dengan Gejala Mirip Tungro
(naskah ini disalin sesuai aslinya untuk kemudahan navigasi)
(sumber : SINAR TANI Edisi 4 – 10 Juni 2008)
Awas, rumpun tanaman padi Anda terserang penyakit 'baru' yang
gejala serangannya mirip serangan tungro. Penyakit ini sudah mulai
menyerang tanaman padi di Jawa Barat.
G
ejala penyakit 'baru' ini adalah daun tanaman padi berwarna kuning yang mirip
dengan gejala penyakit tungro. Secara visual, gejala yang ditunjukkan oleh tanaman
terserang penyakit ini adalah: 1) Dalam satu rumpun yang terserang kadang hanya
beberapa anakan atau bahkan gejala hanya pada beberapa daun saja, 2) Gejala daun
berwarna kuning kadang hanya terjadi pada daun bahwh/daun tua, daun yang menguning
pada akhirnya akan mengering yang dimulai dari bagian ujungnya, 3) Tanaman yang
terserang pada stadia dewasa, menunjukkan daun berwarna kuning-oranye tetapi lebar
daun normal dan jumlah anakan serta tinggi tanaman sama dengan tanaman sehat.
Hanya saja, apabila tanaman padi terinfeksi sejak awal stadia vegetatif, biasanya tanaman
akan mati.
Dari hasil pemantauan tim peneliti BB
Padi, penyakit dengan gejala menguning
tersebut sudah nampak sejak musim
tanam 2006 dan akhir-akhir ini sudah
menyebar di Jawa Barat seperti Subang,
Karawang, Purwakarta, Bandung, Cianjur,
Indramayu, Cirebon, dan Kuningan.
Penyakit tersebut juga sudah ditemukan di
Serang-Banten. Bahkan menurut Dr.
Baehaki peneliti wereng coklat BB Padi,
penyakit ini juga sudah ditemukan di
daerah
Simalungun-Sumatera
Utara.
Penyakit tersebut dapat menyerang pada
varietas populer yang ditanam petani,
seperti Ciherang, Mekongga, dan Muncul.
Untuk itulah keberadaan penyakit ini
perlu diwaspadai sejak awal pertanaman.
Pemantauan di Kebun Percobaan BB Padi
Sukamandi pada musim kemarau 2007
pada beberapa varietas padi berumur 5-6
minggu setelah tanam menunjukkan
keberadaan penyakit mencapai 16%
(Table 1). Bahkan pemantauan di lahan
petani sekitar Sukamandi keberadaan
penyakit kerdil rumput tipe 2 ini mencapai
lebih dari 30%.
Virus Kerdil Rumput
Hasil pengujian yang dilakukan di Balai Besar
Penelitian Tanaman Padi menunjukkan bahwa
penyakit dengan gejala menguning tersebut bukan
penyakit tungro, melainkan satu jenis penyakit yang
disebabkan oleh virus kerdil rumput tipe-2 (Rice
grassy stunt virus 2). Indikasi ini ditunjukkan oleh
hasil pengujian bahwa penyakit ini dapat ditularkan
oleh wereng coklat (Nilaparvata lugens Stal.) tetapi
tidak ditularkan oleh wereng hijau yang merupakan
vektor pembawa penyakit tungro.
Wereng coklat yang telah menghisap cairan
pada tanaman terserang penyakit kerdil rumput ini,
setelah kurang lebih satu minggu kemudian dapat
menularkan virus penyebab penyakit kerdil rumput
pada tanaman sehat. Perlu diketahui bahwa sekali
menghisap pada tanaman padi sakit tersebut, maka
selama hidupnya wereng coklat tersebut akan
membawa dan dapat menyebarkan virus pada
tanaman padi lainnya. Tanaman yang telah terinfeksi tidak dapat disembuhkan. Meskipun
tanaman sakit tidak mati dan tetap menghasilkan malai, tetapi pengisian gabahnya akan
sangat terganggu. Tanaman sakit tersebut juga akan menjadi sumber inokulum untuk
penularan pada tanaman padi lainnya dengan perantara wereng coklat.
Penyakit semacam ini sebenarnya pernah muncul di Jawa Barat pada sekitar tahun
1980-an, namun seiring dengan menurunnya populasi wereng coklat, penyakit kemudian
tidak pernah menjadi masalah dan bahkan hilang dengan sendirinya. Baru kemudian pada
akhir-akhir ini, seiring dengan perkembangan populasi wereng coklat yang meningkat,
penyakit kerdil rumput tipe 2 muncul kembali.
Keberadaan penyakit ini perlu diwaspadai karena pada akhir-akhir ini populasi wereng
cenderung selalu ditemukan pada pertanaman padi di Jawa Barat dan sekitarnya. Varietas
tahan terhadap penyakit virus kerdil rumput tipe 2, sampai saat ini belum ada.
Pengendalian penyakit ini hanya dapat dilakukan seiring dengan pengendalian wereng
coklat sebagai vektor penyebarnya.
Beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi berkembangnya penyakit di
lapangan adalah dengan menghilangkan sumber inokulum penyakit di lapangan dan
mengendalikan wereng coklat. Menghilangkan sumber inokulum penyakit di lapangan
dapat dilakukan dengan memangkas habis singgang bekas tanaman terserang dan
mencabut tanaman terserang yang ditemukan sejak awal pertanaman.
Untuk mengendalikan populasi wereng coklatnya dapat digunakan varietas padi tahan
wereng (Memberamo, Widas, Cimelati, Ciapus, Cigeulis), pergiliran varietas, tanam
secara serempak, penanaman padi dengan jarak tanam yang tidak terlalu rapat, dan
penyemprotan insektisida. Berbagai insektisida yang efektif untuk pengendalian wereng
coklat antara lain yang berbahan aktif: amitraz, bufopresin, fipronil, imidakloprid,
karbofuran, karbosulfan, dan tiametoksan.
• Suprihanto, SP, MSi - Balai Besar Penelitian Tanaman Padi
Download