Soal Capres, Rektor UGM: Kesederhanaan dan Komitmen Kuat

advertisement
Soal Capres, Rektor UGM: Kesederhanaan dan Komitmen
Kuat Bagi Kemajuan Bangsa
Kamis, 24 April 2014 WIB, Oleh: Gusti
YOGYAKARTA – Pengamat Ilmu Pemerintahan sekaligus Rektor UGM, Prof. Dr. Pratikno, M.Soc.Sc.,
menegaskan dalam sistem presidensil yang dianut konstitusi RI, seorang presiden memiliki otoritas
penuh dalam membuat keputusan dan kebijakan bidang pembangunan nasional apalagi sudah tidak
ada rumusan konsep pembanguman semacam GBHN yang dulu pernah ada.
Pratikno mengingatkan agar masyarakat benar-benar menggunakan hak pilihnya untuk memilih
calon presiden pada pilpres yang berlangsung pada bulan Juli mendatang. “Masyarakat harus
memanfaatkan momentum ini karena demokrasi memberi ruang yang besar bagi keberlangsung
bangsa ini. Kalo tidak dimanfaatkan maka kita akan menyia-nyiakan kesempatan tersebut,” kata
Pratikno di acara wisuda program pascasarjana di Graha Sabha Pramana, Kamis (25/4).
Bagi Pratikno, Presiden RI mendatang dan tentunya menjadi pilihan rakyat diharapkan memiliki
moralitas yang tinggi, sikap keteladanan dan kesederhanaan serta komitmennya terhadap perbaikan
nasib bangsa. “Kepemimpinan dan terobosan kebijakan yang dimiliki presiden tentu memiliki
implikasi serius bagi masyarakat nantinya,” katanya.
Kendati begitu, imbuhya, siapa pun yang terpilih menjadi Presiden menghadapi tantangan yang
tidak mudah. Meski pertumbuhan ekonomi RI mencapai angka 6 persen pertahun namun dinilai
Pratikno masih rentan terhadap ancaman krisis ekonomi global. “Pertumbuhan ekonomi kita masih
ditopang oleh produk primer, apalagi masih berbasis sumber daya alam,” katanya.
Selain itu, ketimpangan ekonomi antara kelompok masyarakat ekonomi menengah ke atas dengan
masyarakat miskin bukan makin menurun justru makin bertambah, “Tiap tahun ketimpangan
ekonomi kita naik sekitar 0,1% hingga 0,14%. Artinya bahwa secara internal, kita punya masalah
sangat serius. Kehidupan masyarakat sangat timpang, ditambah harga barang kebutuhan juga
sangat timpang antar pulau,” katanya.
Persoalan konektivitas logistik lewat pembangunan dan perbaikan infratruktur seharusnya menjadi
perhatian serius presiden mendatang. “Konektivitas masih sangat lemah. Kita butuh pemimpin yang
kuat dan punya komitmen pada kemajuan Indonesia, memenangkan Indonesia di persaingan global
termasuk di rumahnya sendiri,” katanya.
Luluskan 1.074 Pascasarjana
Periode Wisuda kali ini, UGM kembali meluluskan 1.074 lulusan pascasarjana, terdiri 958 Master, 80
Spesialis, dan 36 Doktor. Direktur Akademik UGM, Dr. Agr. Ir. Sri Peni Wastutiningsih, melaporkan
lama studi rata-rata jenjang S2 adalah 2 tahun 9 bulan, jenjang Spesialis 4 tahun 2 bulan, dan
jenjang S3 4 tahun 8 bulan.
Masa studi tersingkat diraih Al Jalali Muhammad, dari prodi Fisika, Fakultas MIPA, yang lulus
dalam waktu 1 tahun 4 bulan. Sementara untuk jenjang Spesialis, studi tersingkat diraih oleh Ricky
Ferdian Raja dari prodi Ilmu Konservasi Gigi, FKG, yang lulus 2 tahun 4 bulan. Sedangkan jenjang
doktor diraih Dyah Wulan Sumekar Rengganis Wardani dari prodi Ilmu Kedokteran yang lulus dalam
waktu 2 tahun 5 bulan.
Lulusan S2 termuda diraih Cindy Novaria Nada Karina dari Prodi Teknik Sipil yang lulus dalam usia
22 tahun 4 bulan 10 hari. Lulusan spesialis termuda diraih Ricky Ferdian Raja dari prodi Ilmu
Konservasi Gigi, FKG dalam usia 26 tahun. Lalu untuk jenjang doktor, lulusan termuda diraih Erwan
Wahyudi yang lulus dalam usia 35 tahun. (Humas UGM/Gusti Grehenson)
Berita Terkait
●
●
●
●
●
UGM dan PT Kukuh Mandiri Lestari Jalin Kerja Sama
BEM KM UGM Gelar Debat Capres Mahasiswa dengan Capres RI
Guru Besar FMIPA Prof. Drs. R. Soemantri Meninggal Dunia
Sri Sultan, Figur Kuat Capres 2009
Rektor: UGM Komitmen Menjaga Kebebasan Mimbar Akademik
Download