BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Karet Hasil tanaman karet tidak hanya berupa getah, namun juga kayu dan bijinya. Lateks merupakan hasil utama tanaman karet mempunyai hasil akhir seperti SIR, RSS. Dalam pengolahan karet remah digunakan dua macam bahan baku yaitu lateks dan lower ditambah gumpalan mutu rendah. Pada Industri karet pengolahan menjadi penting karena getahnya tidak dapat dikonsumsi langsung oleh konsumen tetapi harus diolah terlebih dahulu oleh unit pengolahan menjadi berbagai macam barang kebutuhan konsumen. Pada setiap tahap pengolahan lateks untuk produksi crumb rubber mulai dari penerimaan lateks dari lapangan, pengolahan (breding), pensortiran, pencampuran, penggilingan, pengeringan, sampai pengempaan bandela dan membungkus (packing) harus dipastikan bahwa produksi yang diolah tidak tercemar dengan benda asing (foreign matter) dan karet kering masak dengan sempurna dan mutu seragam sesuai dengan standar yang berlaku (standart Indonesia rubber) atau permintaan pembeli (kontrak). 7 Universitas Sumatera Utara 2.2. Ergonomi 2.2.1. Definisi Ergonomi Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja dan nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih populer digunakan oleh beberapa negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih dikenal sebagai Human Faktors Engineerings atau Human Engineering (Wignjosoebroto, 2000). Istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspekaspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto dalam Santoso, 2004). Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang dialami antara lain: sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki, keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung (Notoadmojo, 1997). Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara lain: 1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu. 2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsipprinsip ergonomi. 3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat (jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan). Universitas Sumatera Utara 4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum yang diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2000). Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi sebagai pegangan, antara lain : 1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan). 2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk. Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk. 3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk. 4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed). 5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak berubah. 6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada Universitas Sumatera Utara sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan lengan. 7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan oleh ILO sebesar 50kg.Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu. Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya. 8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien dan kualitas kerja sangat menurun (Suma’mur, 1996). Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja. Di dalam ergonomi terbagi dalam 3 aspek, yaitu antropometri, sikap kerja dan lingkungan kerja. Dan disini akan dibahas mengenai sikap kerja (Adeyani, 2010). 2.2.3. Sikap Kerja Sikap kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja yang digunakan oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan ukuranukuran yang telah ditentukan (Budiono dalam Rahayu, 2005). Sikap kerja adalah tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan (Sada dalam Purwanto, 2008). Universitas Sumatera Utara Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008). Kemudian pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Berdasarkan beberapa definisi di atas dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja. Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka bumi ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita mempelajari bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang maksimal (Anonim, 2010). Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku. Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya 95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm dan bagi wanita adalah antara 85-90 cm. Untuk menerapkan sikap kerja didalam ergonomi maka ada beberapa persyaratan yang harus dilaksanakan antara lain : Universitas Sumatera Utara a. Posisi duduk atau bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan : 1. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya. 2. Tidak menimbulkan gangguan psikologis. 3. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan. b. Posisi bekerja dengan berdiri : Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai. Selain itu sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, caracara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan) (Suma’mur, 1996). Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu: 1. Kerja posisi duduk Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas, panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta jarak lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka (musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso, 2004). Pada posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140% bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi 190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena itu Universitas Sumatera Utara perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto dalam Santoso, 2004). Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot-otot punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi pernafasan. Pekerjaan sejauh mungkin dilakukan sambil duduk. Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut: kurangnya kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap yang tidak alamiah, berkurangnya pemakaian energi, dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi darah (Suma’mur, 1989). Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator bekerja yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara potensial lebih produktif dan operator juga lebih kuat bekerja sehingga lebih cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang keliru akan merupakan penyebab adanya masalah-masalah punggung. Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau pun berbaring. Jika diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk yang tegang atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai Universitas Sumatera Utara 140% dan cara yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan tekanan tersebut sampai 190%. Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam suatu lekukan tulang belakang pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90o tidak akan dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha. Urat-urat lutut dan otot gluteal pada bagian belakang paha dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi parsial dari pinggul (pelvis), termasuk tulang ekor atau (sacrum). Hal tersebut hanya menghasilkan 60o-90o kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan 30o dari rotasi pinggul searah dengan lekukan tulang belakang (lordosis) dan bahkan memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan (kyphosis). Lihat gambar berikut: Gambar 1. Rotasi pinggul (pelvis) pada posisi duduk (Sumber data : Mandall, 1981) Universitas Sumatera Utara Dua bagian ruas tulang belakang (lumbar) yaitu gambar a dan b adalah yang paling sering dipengaruhi dan termasuk dalam ”slipped disc syndrome”. Kliphosis dapat sering terjadi akibat sikap duduk pada saat membaca dimeja yang terlalu kedepan. Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-bagian tulang yang saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana ada getaran (vibrasi), dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya. Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat berpengaruh bagi ruas tulangtulang karena meningkatkan difusi nutrisi bagi tulang tersebut. Oleh karena itu sikap duduk yang benar sangat diharapkan. Hal ini dapat dicapai dalam situasi kantor jika kursi-kursinya disandari oleh seseorang, dan selanjutnya terjadi perubahan dari kyphosis (lekukan ruas tulang belakang kearah belakang). Dan yang pasti seseorang tidak dapat melakukan hal ini pada saat mengendarai kendaraan. KDC Troup (Applied Ergonomics, 1978, V 9, P.207). memberi suatu catatan yang sangat baik “nyeri atau sakit di punggung dan pencegahannya (“Driver’s back pain its prevention”). Beliau menyelesaikan studi yang menunjukkan bahwa ”seseorang yang menghabiskan lebih banyak waktunya dalam mengemudi kendaraan adalah tiga kali lebih mudah terjadinya bagian yang bengkok atau turun dari pada yang tidak mengemudi”. Universitas Sumatera Utara 2. Kerja posisi berdiri Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan. Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004). Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang kuat pada tali sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang lama, maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso, 2004). Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang diungkapkan Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso, 2004). Universitas Sumatera Utara 3. Membungkuk Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok (Santoso dalam Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam Suma’mur, 1989). Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk juga konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka sangatlah tidak nyaman. 1. Sikap Kerja Alamiah Atau Postur Normal Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan Musculoskeletal Disorders dan sistem tubuh yang lain (Baird dalam Merulalia, 2010). Universitas Sumatera Utara a. Pada tangan dan pergelangan tangan Sikap normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami fleksi atau ekstensi. Ketika penggunaan keyboard tidak ada tekanan pada pergelangan tangan. b. Pada leher Sikap atau posisi normal leher lurus dan tidak miring atau memutar ke samping kiri atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak terjadi penekanan pada discus tulang cervical. c. Pada bahu Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan mengangkat dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan lurus dan proporsional. d. Pada punggung Sikap atau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°. 2. Sikap Kerja Tidak Alamiah Atau Postur Janggal Sikap kerja tidak alamiah atau postur janggal adalah pergeseran dari gerakan tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama. Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor resiko untuk terjadinya gangguan, penyakit dan cedera pada sistem muskuloskeletal. Universitas Sumatera Utara Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan juga dapat mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat penopang otototot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan gerakan bahu yang mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang kanan (Merulalia, 2010). 2.3. Kelelahan Otot 2.3.1. Pengertian Kelelahan Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan ditentukan jumlah yang besar dari serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau diluar pembuluhpembuluhnya terjepit, sehingga peredaran darah dan pertukaran zat terganggu dan disebut dengan kelelahan otot. Kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut kontraksi dinamis sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot. Kerja terus menerus dari suatu otot sekalipun bersifat dinamik selalu diikuti dengan kelelahan, sehingga istirahat dalam bekerja atau sesudah kerja sangat penting. Kelelahan akan menurunkan kinerja dan meningkatnya kesalahan kerja yang memberi peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Kelelahan adalah suatu keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang dapat disebabkan oleh kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual), kelelahan fisik umum, kelelahan syaraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton, kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor secara menetap. Universitas Sumatera Utara Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot (perasaan nyeri pada otot), sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan karena monotoni, intensitas, lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Suma’mur, 1996). 2.3.2. Berdasar Waktu Terjadi Kelelahan 1) Kelelahan akut Yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba. 2) Kelelahan kronis Kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan “kebencian” yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan, detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain. 2.3.3. Berdasar Penyebab Kelelahan Otot 1) Kelelahan fisiologis Merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor lingkungaan fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu. Universitas Sumatera Utara 2) Kelelahan psikologis Terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan. 2.3.4. Kerja Otot Kerja fisik sering disebut kerja otot, dan otot-ototlah yang menjadi sebab gerakan tubuh, menduduki sekitar 45% dari berat tubuh dan bekerja dengan mengerut atau kontraksi. Pengerutan otot kadang-kadang dapat membuat panjang otot menjadi setengahnya dari keadaan semula, sehingga kemampuan kerja suatu otot tergantung antara lain pada panjangnya, otot dan tulang merupakan dua alat penting dalam bekerja. Keluhan pada otot merupakan salah satu indikator untuk mengevaluasi penerapan ergonomi. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi kekuatan otot dan menimbulkan keluhan otot antara lain posisi kerja yang tidak alamiah (awkward Posture), pengulangan pekerjaan pada satu jenis otot, tenaga yang berlebihan, posisi kerja yang statis, terjadi kontak bagian tubuh dengan lingkungan atau pun peralatan kerja, metode atau cara kerja, jam kerja yang terlalu panjang (Fitrihana dalam Suma’mur,1989). Universitas Sumatera Utara 2.4. Kerangka Konsep Pekerja Bagian Produksi Lateks Sikap Kerja Keluhan Kesehatan Universitas Sumatera Utara