gambaran sikap kerja dan keluhan kesehatan pada pekerja bagian

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tanaman Karet
Hasil tanaman karet tidak hanya berupa getah, namun juga kayu dan bijinya.
Lateks merupakan hasil utama tanaman karet mempunyai hasil akhir seperti SIR,
RSS. Dalam pengolahan karet remah digunakan dua macam bahan baku yaitu lateks
dan lower ditambah gumpalan mutu rendah.
Pada Industri karet pengolahan menjadi penting karena getahnya tidak dapat
dikonsumsi langsung oleh konsumen tetapi harus diolah terlebih dahulu oleh unit
pengolahan menjadi berbagai macam barang kebutuhan konsumen.
Pada setiap tahap pengolahan lateks untuk produksi crumb rubber mulai dari
penerimaan lateks dari lapangan, pengolahan (breding), pensortiran, pencampuran,
penggilingan, pengeringan, sampai pengempaan bandela dan membungkus (packing)
harus dipastikan bahwa produksi yang diolah tidak tercemar dengan benda asing
(foreign matter) dan karet kering masak dengan sempurna dan mutu seragam sesuai
dengan standar yang berlaku (standart Indonesia rubber) atau permintaan pembeli
(kontrak).
7
Universitas Sumatera Utara
2.2. Ergonomi
2.2.1. Definisi Ergonomi
Ergonomi (ergonomics) berasal dari kata Yunani yaitu ergo yang berarti kerja
dan nomos yang berarti hukum, dimana ergonomi sebagai disiplin keilmuan yang
mempelajari manusia dalam kaitannya dengan pekerjaannya. Istilah ergonomi lebih
populer digunakan oleh beberapa negara Eropa Barat, dan di Amerika istilah ini lebih
dikenal
sebagai
Human
Faktors
Engineerings
atau
Human
Engineering
(Wignjosoebroto, 2000). Istilah ergonomi didefinisikan sebagai studi tentang aspekaspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi,
engineering, manajemen dan desain peralatan (Nurmianto dalam Santoso, 2004).
Dari survei pendahuluan yang dilakukan pekerja mengalami gangguan
kesehatan yang diakibatkan oleh sikap kerja yang tidak ergonomis. Keluhan yang
dialami antara lain: sakit pada pinggang, lelah seluruh badan, nyeri lutut dan kaki,
keluhan pada lengan dan tangan, dan nyeri bahu dan punggung (Notoadmojo, 1997).
Beberapa prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari cedera antara lain:
1. Gunakan tenaga seefisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi atau
dihilangkan, perhitungkan gaya berat yang mengacu pada berat badan dan bila
perlu gunakan pengungkit sebagai alat bantu.
2. Sikap tubuh berdiri, duduk dan jongkok hendaknya disesuaikan dengan prinsipprinsip ergonomi.
3. Panca indera dapat dimanfaatkan sebagai alat kontrol, bila susah harus istirahat
(jangan dipaksa) dan bila lapar atau haus harus makan /minum (jangan ditahan).
Universitas Sumatera Utara
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maksimum
yang diperbolehkan (Wignjosoebroto, 2000).
Ergonomi juga dapat digunakan dalam menelaah sistem manusia dan poduksi
yang kompleks. Dapat ditentukan tugas-tugas apa yang diberikan kepada tenaga kerja
dan yang mana kepada mesin. Dibawah ini dikemukakan beberapa prinsip ergonomi
sebagai pegangan, antara lain :
1. Sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk, susunan, ukuran
dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, cara-cara harus
melayani mesin (macam, gerak, arah dan kekuatan).
2. Dari sudut otot sikap duduk yang paling baik adalah sedikit membungkuk.
Sedangkan dari sudut tulang duduk yang baik adalah duduk tegak agar punggung
tidak bungkuk dan otot perut tidak lemas. Maka dianjurkan memilih sikap duduk
yang tegak yang diselingi istirahat dan sedikit membungkuk.
3. Pekerjaan berdiri sedapat mungkin dirubah menjadi pekerjaan duduk. Dalam hal
tidak mungkin kepada pekerja diberi tempat dan kesempatan untuk duduk.
4. Arah penglihatan untuk pekerjaan berdiri adalah 23-37o kebawah. Arah
penglihatan ini sesuai dengan sikap kepala yang istirahat (relaxed).
5. Ruang gerak lengan ditentukan oleh punggung lengan seluruhnya dan lengan
bawah. Pegangan-pegangan harus diletakkan, lebih-lebih bila sikap tubuh tidak
berubah.
6. Macam gerakan yang kontinu dan berirama lebih diutamakan, sedangkan gerakan
yang sekonyong-konyong pada permulaan dan berhenti dengan paksa sangat
melelahkan. Gerakan ke atas harus dihindarkan, berilah papan penyokong pada
Universitas Sumatera Utara
sikap lengan yang melelahkan. Hindarkan getaran-getaran kuat pada kaki dan
lengan.
7. Pembebanan sebaiknya dipilih yang optimum, yaitu beban yang dapat dikerjakan
dengan pengerahan tenaga paling efisien. Beban fisik maksimum telah ditentukan
oleh ILO sebesar 50kg.Cara mengangkat dan menolak hendaknya memperhatikan
hukum-hukum ilmu gaya dan dihindarkan penggunaan tenaga yang tidak perlu.
Beban hendaknya menekan langsung pada pinggul yang mendukungnya.
8. Kemampuan seseorang bekerja seharinya adalah 8-10 jam, lebih dari itu efisien
dan kualitas kerja sangat menurun (Suma’mur, 1996).
Dalam ergonomi akan dipelajari cara-cara penyesuaian pekerjaan, alat kerja
dan lingkungan kerja dengan manusia, dengan memperhatikan kemampuan dan
keterbatasan manusia itu sehingga tercapai suatu keserasian antara manusia dan
pekerjaannya yang akan meningkatkan kenyamanan kerja dan produktifitas kerja. Di
dalam ergonomi terbagi dalam 3 aspek, yaitu antropometri, sikap kerja dan
lingkungan kerja. Dan disini akan dibahas mengenai sikap kerja (Adeyani, 2010).
2.2.3. Sikap Kerja
Sikap kerja merupakan penilaian kesesuaian antara alat kerja yang digunakan
oleh pekerja dalam bekerja dengan ukuran antropometri pekerja dengan ukuranukuran yang telah ditentukan (Budiono dalam Rahayu, 2005). Sikap kerja adalah
tindakan yang akan diambil pekerja dan segala sesuatu yang harus dilakukan pekerja
tersebut yang hasilnya sebanding dengan usaha yang dilakukan (Sada dalam
Purwanto, 2008).
Universitas Sumatera Utara
Sikap kerja juga diartikan sebagai kecenderungan pikiran dan perasaan puas
atau tidak puas terhadap pekerjaannya (Aniek dalam Purwanto, 2008). Kemudian
pada saat bekerja perlu diperhatikan postur tubuh dalam keadaan seimbang agar dapat
bekerja dengan nyaman dan tahan lama (Merulalia, 2010). Berdasarkan beberapa
definisi di atas dapat dikatakan sikap kerja adalah proses kerja yang sesuai ditentukan
oleh anatomi tubuh dan ukuran peralatan yang digunakan pada saat bekerja.
Sikap tubuh merupakan faktor resiko ditempat kerja. Manusia di muka bumi
ini untuk dapat makan harus bekerja, sikap tubuh saat melakukan setiap pekerjaan
dapat berpengaruh terhadap keberhasilan suatu pekerjaan, mari kita mempelajari
bagaimana sikap kerja yang efektif untuk menghasilkan produk yang maksimal
(Anonim, 2010).
Sikap tubuh dalam bekerja berhubungan dengan tempat duduk, meja kerja
dan luas pandangan. Untuk merencanakan tempat kerja dan perlengkapannya
diperlukan ukuran-ukuran tubuh yang menjamin sikap tubuh paling alamiah dan
memungkinkan dilakukannya gerakan-gerakan yang dibutuhkan. Pada posisi berdiri
dengan pekerjaan ringan, tinggi optimum area kerja adalah 5-10 cm dibawah siku.
Agar tinggi optimum ini dapat diterapkan, maka perlu diukur tinggi siku yaitu
jarak vertikal dari lantai ke siku dengan keadaan lengan bawah mendatar dan lengan
atas vertikal. Tinggi siku pada laki-laki misalnya 100 cm dan pada wanita misalnya
95 cm, maka tinggi meja kerja bagi laki-laki adalah antara 90-95 cm dan bagi wanita
adalah antara 85-90 cm.
Untuk menerapkan sikap kerja didalam ergonomi maka ada beberapa
persyaratan yang harus dilaksanakan antara lain :
Universitas Sumatera Utara
a. Posisi duduk atau bekerja dengan duduk, ada beberapa persyaratan :
1. Terasa nyaman selama melaksanakan pekerjaannya.
2. Tidak menimbulkan gangguan psikologis.
3. Dapat melakukan pekerjaannya dengan baik dan memuaskan.
b. Posisi bekerja dengan berdiri :
Berdiri dengan posisi yang benar dengan tulang punggung yang lurus dan
bobot badan terbagi rata pada kedua tungkai.
Selain itu sikap tubuh dalam pekerjaan sangat dipengaruhi oleh bentuk,
susunan, ukuran dan penempatan mesin-mesin, penempatan alat-alat penunjuk, caracara harus melayani mesin (macam gerak, arah dan kekuatan) (Suma’mur, 1996).
Terdapat 3 macam sikap dalam bekerja, yaitu:
1. Kerja posisi duduk
Ukuran tubuh yang penting adalah tinggi duduk, panjang lengan atas,
panjang lengan bawah dan tangan, jarak lekuk lutut dan garis punggung, serta
jarak
lekuk lutut dan telapak kaki. Posisi duduk pada otot rangka
(musculoskletal) dan tulang belakang terutama pada pinggang harus dapat
ditahan oleh sandaran kursi agar terhindar dari nyeri dan cepat lelah (Santoso,
2004).
Pada
posisi duduk, tekanan tulang belakang akan meningkat
dibanding berdiri atau berbaring, jika posisi duduk tidak benar. Tekanan
posisi tidak duduk 100%, maka tekanan akan meningkat menjadi 140%
bila sikap duduk tegang dan kaku, dan tekanan akan meningkat menjadi
190% apabila saat duduk dilakukan membungkuk kedepan. Oleh karena
itu
Universitas Sumatera Utara
perlu sikap duduk yang benar dapat relaksasi (tidak statis) (Nurmianto dalam
Santoso, 2004).
Sikap kerja yang baik dengan duduk yang tidak berpengaruh buruk
terhadap sikap tubuh dan tulang belakang adalah sikap duduk dengan sedikit
lordosa pada pinggang dan sedikit kifosa pada punggung dimana otot-otot
punggung menjadi terasa enak dan tidak menghalangi pernafasan. Pekerjaan
sejauh mungkin dilakukan sambil duduk.
Keuntungan bekerja sambil duduk adalah sebagai berikut: kurangnya
kelelahan pada kaki, terhindarnya sikap-sikap
yang tidak alamiah,
berkurangnya pemakaian energi, dan kurangnya tingkat keperluan sirkulasi
darah (Suma’mur, 1989).
Duduk memerlukan lebih sedikit energi dari pada berdiri, karena hal
itu dapat mengurangi banyaknya beban otot statis pada kaki. Seorang operator
bekerja yang bekerja sambil duduk memerlukan sedikit istirahat dan secara
potensial lebih produktif dan operator juga lebih kuat bekerja sehingga lebih
cekatan dan mahir. Namun sikap duduk yang keliru akan merupakan
penyebab adanya masalah-masalah punggung.
Operator dengan sikap duduk yang salah akan menderita pada bagian
punggungnya. Tekanan pada bagian tulang belakang akan meningkat pada
saat duduk, dibandingkan dengan saat berdiri atau pun berbaring. Jika
diasumsikan tekanan tersebut sekitar 100%, maka cara duduk yang tegang
atau kaku (erect posture) dapat menyebabkan tekanan tersebut mencapai
Universitas Sumatera Utara
140% dan cara yang dilakukan dengan membungkuk kedepan menyebabkan
tekanan tersebut sampai 190%.
Sikap duduk yang tegang lebih banyak memerlukan aktivitas otot atau
urat saraf belakang dari pada sikap duduk yang condong kedepan. Kenaikan
tekanan tersebut dapat meningkat dari suatu perubahan dalam suatu lekukan
tulang belakang pada saat duduk. Suatu keletihan pada pinggul sekitar 90o
tidak akan dicapai hanya dengan rotasi dari tulang pada sambungan paha.
Urat-urat lutut dan otot gluteal pada bagian belakang paha
dihubungkan sampai bagian belakang pinggul dan menghasilkan suatu rotasi
parsial dari pinggul (pelvis), termasuk tulang ekor atau (sacrum). Hal tersebut
hanya menghasilkan 60o-90o kelebihan putar pinggul dengan rotasi pada
persendian tulang paha itu sendiri. Oleh sebab itu perolehan 30o dari rotasi
pinggul searah dengan lekukan tulang belakang (lordosis)
dan bahkan
memperkenalkan suatu lekukan tulang belakang kearah depan (kyphosis).
Lihat gambar berikut:
Gambar 1. Rotasi pinggul (pelvis) pada posisi duduk
(Sumber data : Mandall, 1981)
Universitas Sumatera Utara
Dua bagian ruas tulang belakang (lumbar) yaitu gambar a dan b adalah
yang paling sering dipengaruhi dan termasuk dalam ”slipped disc syndrome”.
Kliphosis dapat sering terjadi akibat sikap duduk pada saat membaca dimeja
yang terlalu kedepan.
Tekanan antar ruas tulang belakang akan meningkat pada saat duduk
jika dihubungkan oleh rata-rata degenerasi dari bagian-bagian tulang yang
saling bertekanan. Seperti cara duduk di kendaraan dimana ada getaran
(vibrasi), dan dimana seseorang tidak siap untuk mengubah sikap duduknya.
Bangkit dan bergerak-gerak adalah sangat berpengaruh bagi ruas tulangtulang karena meningkatkan difusi nutrisi bagi tulang tersebut. Oleh karena
itu sikap duduk yang benar sangat diharapkan. Hal ini dapat dicapai dalam
situasi kantor jika kursi-kursinya disandari oleh seseorang, dan selanjutnya
terjadi perubahan dari kyphosis (lekukan ruas tulang belakang kearah
belakang). Dan yang pasti seseorang tidak dapat melakukan hal ini pada saat
mengendarai kendaraan.
KDC Troup (Applied Ergonomics, 1978, V 9, P.207). memberi suatu
catatan yang sangat baik “nyeri atau sakit di punggung dan pencegahannya
(“Driver’s back pain its prevention”). Beliau menyelesaikan studi yang
menunjukkan bahwa ”seseorang yang menghabiskan lebih banyak waktunya
dalam mengemudi kendaraan adalah tiga kali lebih mudah terjadinya bagian
yang bengkok atau turun dari pada yang tidak mengemudi”.
Universitas Sumatera Utara
2. Kerja posisi berdiri
Ukuran tubuh yang penting dalam bekerja dengan posisi berdiri adalah
tinggi badan berdiri, tinggi bahu, tinggi siku, tinggi pinggul, panjang lengan.
Bekerja dengan posisi berdiri terus menerus sangat mungkin akan
mengakibatkan penumpukan darah dan beragai cairan tubuh pada kaki dan ini
akan membuat bertambahnya biola berbagai bentuk dan ukuran sepatu yang
tidak sesuai, seperti pembersih (clerks), dokter gigi, penjaga tiket, tukang
cukur pasti memerlukan sepatu ketika bekerja (Santoso, 2004).
Apabila sepatu tidak pas maka sangat mungkin akan sobek dan terjadi
bengkak pada jari kaki, mata kaki, dan bagian sekitar telapak kaki. Sepatu
yang baik adalah yang dapat manahan kaki (tubuh) dan kaki tidak direpotkan
untuk menahan sepatu, desain sepatu harus lebih longgar dari ukuran telapak
kaki dan apabila bagian sepatu dikaki terjadi penahanan yang kuat pada tali
sendi (ligaments) pergelangan kaki, dan itu terjadi dalam waktu yang lama,
maka otot rangka akan mudah mengalami kelelahan (Santoso, 2004).
Beberapa penelitian telah berusaha untuk mengurangi kelelahan pada
tenaga kerja dengan posisi berdiri, contohnya yaitu seperti yang diungkapkan
Granjean (dalam Santoso, 2004) merekomendasikan bahwa untuk jenis
pekerjaan teliti, letak tinggi meja diatur 10 cm di atas siku. Untuk jenis
pekerjaan ringan, letak tinggi meja diatur sejajar dengan tinggi siku, dan untuk
pekerjaan berat, letak tinggi meja diatur 10 cm di bawah tinggi siku (Santoso,
2004).
Universitas Sumatera Utara
3. Membungkuk
Berdasarkan penelitian bahwa tenaga kerja bubut yang telah terbiasa
bekerja dengan posisi berdiri tegak dirubah menjadi posisi setengah duduk
tanpa sandaran dan setengah duduk dengan sandaran menunjukkan bahwa
terdapat perbedaan tingkat kelelahan otot biomekanik antar kelompok
(Santoso dalam Romanenko, 2004). Yang mana posisi kerja yang baik adalah
bergantian antara posisi duduk dan posisi berdiri, akan tetapi antara posisi
duduk dan berdiri lebih baik dalam posisi duduk (Romanenko dalam
Suma’mur, 1989).
Hal itu dikarenakan sebagian berat tubuh di sangga oleh tempat duduk
juga konsumsi energi dan kecepatan sirkulasi lebih tinggi dibandingkan
tiduran, tetapi lebih rendah dari pada berdiri. Posisi duduk juga dapat
mengontrol kekuatan kaki dalam pekerjaan, akan tetapi harus memberi ruang
yang cukup untuk kaki karena bila ruang yang tersedia sangat sempit maka
sangatlah tidak nyaman.
1. Sikap Kerja Alamiah Atau Postur Normal
Sikap kerja alamiah atau postur normal yaitu sikap atau postur dalam proses
kerja yang sesuai dengan anatomi tubuh, sehingga tidak terjadi pergeseran atau
penekanan pada bagian penting tubuh seperti organ tubuh, syaraf, tendon, dan tulang
sehingga keadaan menjadi relaks dan tidak menyebabkan keluhan Musculoskeletal
Disorders dan sistem tubuh yang lain (Baird dalam Merulalia, 2010).
Universitas Sumatera Utara
a. Pada tangan dan pergelangan tangan
Sikap normal pada bagian tangan dan pergelangan tangan adalah berada
dalam keadaan garis lurus dengan jari tengah, tidak miring ataupun mengalami fleksi
atau ekstensi. Ketika penggunaan keyboard tidak ada tekanan pada pergelangan
tangan.
b. Pada leher
Sikap atau posisi normal leher lurus dan tidak miring atau memutar ke
samping kiri atau kanan. Posisi miring pada leher tidak melebihi 20° sehingga tidak
terjadi penekanan pada discus tulang cervical.
c. Pada bahu
Sikap atau posisi normal pada bahu adalah tidak dalam keadaan mengangkat
dan siku berada dekat dengan tubuh sehingga bahu kiri dan kanan dalam keadaan
lurus dan proporsional.
d. Pada punggung
Sikap atau postur normal dari tulang belakang untuk bagian toraks adalah
kiposis dan untuk bagian lumbal adalah lordosis serta tidak miring ke kiri atau ke
kanan. Postur tubuh membungkuk tidak boleh lebih dari 20°.
2. Sikap Kerja Tidak Alamiah Atau Postur Janggal
Sikap kerja tidak alamiah atau postur janggal adalah pergeseran dari gerakan
tubuh atau anggota gerak yang dilakukan oleh pekerja saat melakukan aktifitas dari
postur atau posisi normal secara berulang-ulang dalam waktu yang relatif lama.
Gerakan dan postur janggal ini adalah suatu faktor resiko untuk terjadinya gangguan,
penyakit dan cedera pada sistem muskuloskeletal.
Universitas Sumatera Utara
Bahu merupakan salah satu bagian tubuh yang berfungsi sebagai penopang
otot. Karena itu postur janggal pada tangan dan pergelangan tangan juga dapat
mempengaruhi keadaan bahu dikarenakan bahu merupakan tempat penopang otototot tangan. Bentuk postur janggal pada bahu ditandai dengan gerakan bahu yang
mendekati ujung telinga bawah, baik yang kiri maupun yang kanan (Merulalia, 2010).
2.3.
Kelelahan Otot
2.3.1. Pengertian Kelelahan
Otot-otot adalah salah satu organ yang terpenting terutama untuk pekerjaan
fisik. Otot bekerja dengan jalan kontraksi dan melemas. Kekuatan ditentukan jumlah
yang besar dari serat-seratnya, daya kontraksi dan cepatnya berkontraksi. Sebelum
kontraksi (mengerut), darah diantara serat-serat otot atau diluar pembuluhpembuluhnya terjepit, sehingga peredaran darah dan pertukaran zat terganggu dan
disebut dengan kelelahan otot. Kerutan yang selalu diselingi pelemasan, disebut
kontraksi dinamis sangat tepat bagi bekerjanya otot-otot. Kerja terus menerus dari
suatu otot sekalipun bersifat dinamik selalu diikuti dengan kelelahan, sehingga
istirahat dalam bekerja atau sesudah kerja sangat penting.
Kelelahan akan menurunkan kinerja dan meningkatnya kesalahan kerja yang
memberi peluang terjadinya kecelakaan kerja dalam industri. Kelelahan adalah suatu
keadaan yang disertai penurunan efisiensi dan ketahanan dalam bekerja, yang dapat
disebabkan oleh kelelahan yang sumber utamanya adalah mata (kelelahan visual),
kelelahan fisik umum, kelelahan syaraf, kelelahan oleh lingkungan yang monoton,
kelelahan oleh lingkungan kronis terus-menerus sebagai faktor secara menetap.
Universitas Sumatera Utara
Kelelahan diklasifikasikan dalam dua jenis, yaitu kelelahan otot dan kelelahan
umum. Kelelahan otot adalah merupakan tremor pada otot (perasaan nyeri pada otot),
sedangkan kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
bekerja yang disebabkan karena monotoni, intensitas, lamanya kerja fisik, keadaan
lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Suma’mur,
1996).
2.3.2. Berdasar Waktu Terjadi Kelelahan
1) Kelelahan akut
Yaitu disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh organ tubuh secara
berlebihan dan datangnya secara tiba-tiba.
2) Kelelahan kronis
Kelelahan yang terjadi sepanjang hari dalam jangka waktu yang lama dan
kadang-kadang terjadi sebelum melakukan pekerjaan, seperti perasaan “kebencian”
yang bersumber dari terganggunya emosi. Selain itu timbulnya keluhan psikosomatis
seperti meningkatnya ketidakstabilan jiwa, kelesuan umum, meningkatnya sejumlah
penyakit fisik seperti sakit kepala, perasaan pusing, sulit tidur, masalah pencernaan,
detak jantung yang tidak normal, dan lain-lain.
2.3.3. Berdasar Penyebab Kelelahan Otot
1) Kelelahan fisiologis
Merupakan kelelahan yang disebabkan karena adanya faktor lingkungaan
fisik, seperti penerangan, kebisingan, panas dan suhu.
Universitas Sumatera Utara
2) Kelelahan psikologis
Terjadi apabila adanya pengaruh hal-hal diluar diri yang berwujud pada
tingkah laku atau perbuatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti suasana
kerja, interaksi dengan sesama pekerja maupun dengan atasan.
2.3.4. Kerja Otot
Kerja fisik sering disebut kerja otot, dan otot-ototlah yang menjadi sebab
gerakan tubuh, menduduki sekitar 45% dari berat tubuh dan bekerja dengan mengerut
atau kontraksi. Pengerutan otot kadang-kadang dapat membuat panjang otot menjadi
setengahnya dari keadaan semula, sehingga kemampuan kerja suatu otot tergantung
antara lain pada panjangnya, otot dan tulang merupakan dua alat penting dalam
bekerja.
Keluhan pada otot merupakan salah satu indikator untuk mengevaluasi
penerapan ergonomi. Faktor pekerjaan yang mempengaruhi kekuatan otot dan
menimbulkan keluhan otot antara lain posisi kerja yang tidak alamiah (awkward
Posture), pengulangan pekerjaan pada satu jenis otot, tenaga yang berlebihan, posisi
kerja yang statis, terjadi kontak bagian tubuh dengan lingkungan atau pun peralatan
kerja, metode atau cara kerja, jam kerja yang terlalu panjang (Fitrihana dalam
Suma’mur,1989).
Universitas Sumatera Utara
2.4.
Kerangka Konsep
Pekerja
Bagian Produksi
Lateks
Sikap Kerja
Keluhan Kesehatan
Universitas Sumatera Utara
Download