BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Manajemen Manajemen merupakan proses pengkoordinasian kegiatan-kegiatan pekerjaan, sehingga pekerjaan tersebut terselesaikan secara efektif dan efisien melalui orang lain. Efisiensi mengacu pada memperoleh output terbesar dengan input yang terkecil. Namun, tidaklah cukup menjadi sekedar efisien. Manajemen juga memfokuskan pada efektivitas. Efektivitas sering digambarkan sebagai ‘melakukan pekerjaan yang benar’ yaitu, menyelasaikan aktivitas-aktivitas kerja yang membantu organisasi mencapai sasaran (Robbin, 2010). Manajemen menurut Hasibuan (2006) adalah ilmu dan seni yang mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dari beberapa definisi diatas, dapat disimpulkan bahwan Manajemen adalah sebuah proses yang mengatur suatu kegiatan-kegiatan organisasi agar dapat mencapai tujuan organisasi dengan menekankan pada tindakan yang dapat menjaga keefektifan dan efisiensi suatu organisasi atau perusahaan. 2.1.1 Fungsi-fungsi Manajemen Menurut Hasibuan (2006) fungsi-fungsi manajemen adalah: 1. Fungsi Perencanaan (Planning) Merupakan fungsi manajemen yang mendefinisikan sasaran-sasaran, menetapkan strategi, dan mengembangkan rencana kerja untuk mengelola aktivitas-aktivitas. 2. Fungsi Pengorganisasian (Organizing) Merupakan fungsi manajemen yang menentukan apa yang harus diselesaikan, bagaimana caranya, dan siapa yang akan mengerjakannya. 11 12 3. Fungsi Memimpin (Leading) Merupakan fungsi manajemen yang memotivasi, memimpin, dan tindakantindakan lainnya yang melibatkan interaksi dengan orang lain. 4. Fungsi Pengendalian (Controlling) Merupakan fungsi manajemen yang mengawasi aktivitas-aktivitas demi memastikan segala sesuatunya terselesaikan sesuai rencana. 2.2 Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia Menurut Mathis & Jackson (2006) manajemen sumber daya manusia adalah sebuah rancangan sistem-sistem formal dalam sebuah organisasi untuk memastikan penggunaan bakat manusia secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan-tujuan organisasional. Menurut Snell dan Bohlander (2010) manajemen sumber daya manusia adalah sebuah proses dalam mengelola bakat seseorang atau manuasia dalam rangka mencapai tujuan sebuah organisasi. Manajemen penting digunakan dalam suatu organisasi, karena manajemen merupakan suatu landasan dalam melakukan kegiatan organisasi, sehingga suatu organisasi dapat melaksanakan kegiatan operasional dari organisasi tersebut Selanjutnya menurut Veithzal Rivai (2004) menjelaskan bahwa MSDM merupakan salah satu bidang dari manajemen yang meliputi segi - segi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam fungsi/ bidang produksi pemasaran, keuangan, maupun kepegawaian. Karena sumber daya manusia (SDM) dianggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan perusahaan, maka berbagai pengalaman dan hasil penelitian dalam bidang SDM dikumpulkan secara sistematis dalam apa yang disebut manajemen sumber daya manusia. Istilah “manajemen” mempunyai arti sebagai kumpulan manusia. Jadi, manajemen sumber daya manusia adalah sebuah proses mengelola kemampuan dan bakat seseorang dan dikoordinasi secara baik dan tepat agar dapat 13 Berdasarkan pengertian diatas, sebagian besar mengandung unsur-unsur persamaan sebagai berikut bahwa manajemen sumber daya manusia adalah sebuah proses mengelola kemampuan dan bakat seseorang dan dikoordinasi secara baik dan tepat agar dapat mencapai hasil yang maksimal bagi organisasi itu sendiri. 2.2.1 Fungsi-fungsi Sumber Daya Manusia Menurut Snell dan Bohlander (2010) manajemen sumber daya manusia terbagi ke dalam 5 fungsi, yaitu : 1. Rekruitmen. Rekruitmen merupakan suatu proses yang dilakukan organisasi untuk mencari calon karyawan. Proses yang dilakukan harus sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh organisasi. Kriteria yang pada umumnya dibutuhkan seperti, karyawan harus memiliki kemampuan intelektual, mempu bekerja dengan baik, dan mempu berkominikasi dengan baik. 2. Seleksi. Seleksi merupakan proses recruitment. Calon karyawan penyeleksian calon karyawan dari hasil yang sudah menyerahkan data akan dikualifikasikan sesuai dengan kriteria yang dibutuhkan oleh organisasi. Dalam proses ini organisasi akan mengkategorikan calon karyawan ke dalam job description 3. Pelatihan dan Pengembangan. Pelatihan merupakan proses lanjutan setelah seleksi, di mana calon karyawan sudah diterima oleh perusahaan. Proses ini dilakukan untuk melatih kemampuan karyawan. Sedangkan pengembangan merupakan proses untuk memperbaiki kemampuan konseptual karyawan 4. Kinerja. Kinerja merupakan bentuk dari hasil kerja karyawan terhadap organisasi. Kinerja harus didukung dengan kemampuan dan keahlian. Karyawan yang mampu menjalankan tugas sesuai target akan memperoleh penghargaan dari organisasi. 14 5. Kompensasi. Kompensasi merupakan segala bentuk pembayaran yang diberikan organisasi kepada karyawan karena adanya hubungan kerja. Hal ini merupakan salah satu tujuan yang ingin dicapai karyawan atas kinerja. Organisasi membutuhkan karyawan sebagai juga penggerak kegiatan produksi sehingga kompensasi menjadi salah satu kewajiban yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Sementara fungsi dasar Manajemen 2.3 Konsep Lingkungan Kerja Kehidupan manusia tidak terlepas dari berbagai keadaan lingkungan sekitarnya, antara manusia dan lingkungan terdapat hubungan yang sangat erat. Dalam hal ini, manusia akan selalu berusaha untuk beradaptasi dengan berbagai keadaan lingkungan sekitarnya. demikian pula halnya ketika melakukan pekerjaan, karyawan sebagai manusia tidak dapat dipisahkan dari berbagai keadaan disekitar tempat mereka bekerja, yaitu lingkungan kerja.Selama melakukan pekerjaan, setiap karyawan akan berinteraksi dengan berbagai kondisiyang terdapat dalam lingkungan kerja. Menurut Sedarmayanti dalam Norianggono, Hamid dan Ruhana (2014) lingkungan kerja adalah keseluruhan alat perkakas dan bahanyang dihadapi, lingkungan sekitarnya dimana seseorang bekerja, metode kerjanya, sertapengaturan kerjanya baik sebagai perserorangan maupun sebagai kelompok Terdapat beberapa pengertian lingkungan kerja menurut para ahli, diantaranya: 1. Lingkungan kerja merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dan jenis dan lokasi pekerjaan dimana individu karyawan berada dan beraktivitas. Produktifitas karyawan dan pekerjaan bergantung pada tempat dan lingkungan tempat individu karyawan bekerja. Oleh karenanya, lingkungan kerja perlu mendapat perhatian yang sangat serius dan utama karena merupakan rumah kedua setelah tempat tinggal (Subaris dan Haryono 2008, 1) 2. Lingkungan kerja adalah menyangkut tata ruang, cahaya alam dan pengaruh suara yang mempengaruhi konsentrasi seseorang karyawan sewaktu bekerja. (Zainuddin dkk, 2006) 15 Berdasarkan pengertian diatas, sebagian besar mengandung unsur-unsur persamaan sebagai berikut bahwa lingkungan kerja adalah segala sesuatu yang ada disekitar tempat karyawan bekerja(baik fisik maupun nonfisik) dan dapat mempengaruhi proses penyelesaian pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan tersebut. 2.3.1 Indikator Lingkungan Kerja Menurut Sedarmayanti dalam Norianggono, Hamid dan Ruhana (2014) menguraikan indikator dari lingkungan kerja, yaitu: 1. Lingkungan kerja fisik Lingkungan kerja fisik yaitu semua keadaan yang terdapat di sekitar tempat kerja, akanmempengaruhi pegawai baik secara langsung maupun secara tidak langsung. Lingkungankerja fisik dapat dibagi dalam dua kategori, yaitu: a. Lingkungan yang langsung berhubungan dengan pegawai (seperti: kursi,meja, dan sebagainya.) b. Lingkungan perantara atau lingkungan umum (seperti: rumah, kantor, pabrik, sekolah, kota, sistem jalan raya, dan lain-lain). Lingkungan perantara, dapat juga disebutlingkungan kerja yang mempengaruhi kondisi manusia, misalnya: temperatur, sirkulasi udara, pencahayaan, kebisingan, bau tidak sedap, dan lain-lain. 2. Lingkungan kerja non fisik Lingkungan kerja non fisik adalah semua keadaan yang terjadi yang berkaitan denganhubungan kerja, baik dengan atasan maupun dengan sesama rekan kerja, ataupun dengan bawahan 16 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lingkungan Kerja Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi terbentuknya suatu kondisi lingkungan kerja dikaitkan dengan kemampuan manusia / pegawai, diantaranya adalah : 1. Penerangan/Cahaya di Tempat Kerja Cahaya atau penerangan sangat besar manfaatnya bagi pegawai guna mendapat keselamatandan kelancaran kerja. Oleh sebab itu perlu diperhatikan adanya penerangan (cahaya) yang terang tetapi tidak menyilaukan. Cahaya yang kurang jelas (kurang cukup) mengakibatkanpenglihatan menjadi kurang jelas, sehingga pekerjaan akan berjalan lambat, banyakmengalami kesalahan, dan pada akhirnya menyebabkan kurang efisiensi dalam melaksanakan pekerjaan, sehingga tujuan organisasi sulit dicapai. 2. Temperatur di Tempat Kerja Dalam keadaan normal, tiap anggota tubuh manusia mempunyai temperatur berbeda. Tubuhmanusia selalu berusaha untuk mempertahankan keadaan normal, dengan suatu sistem tubuhyang sempurna sehingga dapat menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi di luar tubuh. Tetapi kemampuan untuk menyesuaikan diri tersebut ada batasnya, yaitu bahwa tubuhmanusia masih dapat menyesuaikan dirinya dengan temperatur luar jika perubahan temperatur luar tubuh tidak lebih dari 20% untuk kondisi panas dan 35% untuk kondisi dingin, dari keadaan normal tubuh. 3. Kelembaban di Tempat Kerja Kelembaban adalah banyaknya air yang terkandung dalam udara, biasa dinyatakan dalam presentase. Kelembaban ini berhubungan atau dipengaruhi oleh temperatur udara,dan secarabersama-sama antara temperatur, kelembaban, kecepatan udara bergerak, dan radiasi panasdari udara tersebut akan mempengaruhi keadaan tubuh manusia pada saat menerima atau melepaskan panas dari tubuhnya. Suatu keadaan dengan temperatur udara sangat panas dan kelembaban tinggi, akan menimbulkan pengurangan panas dari tubuh secara besar-besaran,karena sistem penguapan. Pengaruh lain 17 adalah makin cepatnya denyut jantung karena makinaktifnya peredaran darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen, dan tubuh manusia selalu berusaha untuk mencapai keseimbangan antara panas tubuh dengan suhu di sekitarnya. 4. Sirkulasi Udara di Tempat Kerja Oksigen merupakan gas yang dibutuhkan oleh makhluk hidup untuk menjaga kelangsunganhidup, yaitu untuk proses metabolisme. Udara di sekitar dikatakan kotor apabila kadaroksigen dalam udara tersebut telah berkurang dan telah bercampur dengan gas atau baubauanyang berbahaya bagi kesehatan tubuh. Kotornya udara dapat dirasakan dengan sesak napas, dan ini tidak boleh dibiarkan berlangsung terlalu lama, karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh dan akan mempercepat proses kelelahan. Sumber utama adanya udara segar adalah adanya tanaman di sekitar tempat kerja. Tanamanmerupakan penghasil oksigen yang dibutuhkan oleh manusia. Dengan cukupnya oksigen disekitar tempat kerja, ditambah dengan pengaruh secara psikologis akibat adanya tanaman disekitar tempat kerja, keduanya akan memberikan kesejukan dan kesegaran pada jasmani. Rasa sejuk dan segar selama bekerja akan membantu mempercepat pemulihan tubuh akibatlelah setelah bekerja. 5. Kebisingan di Tempat Kerja Salah satu polusi yang cukup menyibukkan para pakar untuk mengatasinya Adalah kebisingan, yaitu bunyi yang tidak dikehendaki oleh telinga. Tidak dikehendaki, karena terutama dalam jangka panjang bunyi tersebut dapat mengganggu ketenangan bekerja,merusak pendengaran, dan menimbulkan kesalahan komunikasi, bahkan menurut penelitian,kebisingan yang serius bisa menyebabkan kematian. Karena pekerjaan membutuhkan konsentrasi, maka suara bising hendaknya dihindarkan agar pelaksanaan pekerjaan dapat dilakukan dengan efisien sehingga produktivitas kerja meningkat. Ada tiga aspek yangmenentukan kualitas suatu bunyi, yang bisa menentukan tingkat gangguan terhadap manusia,yaitu: lamanya kebisingan, intensitas kebisingan, dan frekuensi kebisingan. 18 6. Getaran Mekanis di Tempat Kerja Getaran mekanis artinya getaran yang ditimbulkan oleh alat mekanis, yang sebagian darigetaran ini sampai ke tubuh pegawai dan dapat menimbulkan akibat yang tidak diinginkan.Getaran mekanis pada umumnya sangat mengganggu tubuh karena ketidakteraturannya, baiktidak teratur dalam intensitas maupun frekuensinya. Secara umum getaran mekanis dapat mengganggu tubuh dalam hal konsentrasi bekerja, datangnya kelelahan, timbulnya beberapapenyakit diantaranya karena gangguan terhadap: mata, syaraf, peredaran darah, otot, tulang,dan lain-lain 7. Bau-bauan di Tempat Kerja Adanya bau-bauan di sekitar tempat kerja dapat dianggap sebagai pencemaran, karena dapatmengganggu konsentrasi bekerja, dan bau-bauan yang terjadi terus menerus dapatmempengaruhi kepekaan penciuman. Pemakaian “air condition” yang tepat merupakan salahsatu cara yang dapat digunakan untuk menghilangkan bau-bauan yang menggangu di sekitartempat kerja. 8. Tata Warna di Tempat Kerja Menata warna di tempat kerja perlu dopelajari dan direncanakan dengan sebaik baiknya.Pada kenyataannya tata warna tidak dapat dipisahkan dengan penataan dekorasi. Hal inidapat dimaklumi karena warna mempunyai pengaruh besar terhadap perasaan. Sifat danpengaruh warna kadang-kadang menimbulkan rasa senang, sedih, dan lain-lain, karena dalamsifat warna dapat merangsang perasaan manusia. Selain warna merangsang emosi atau perasaan, warna dapat memantulkan sinar yang diterimanya. Banyak atau sedikitnya pantulan dari cahaya tergantung dari macam warna itu sendiri. 9. Dekorasi di Tempat Kerja Dekorasi ada hubungannya dengan tata warna yang baik, karena itu dekorasi tidak hanyaberkaitan dengan hiasan ruang kerja saja tetapi berkaitan juga dengan cara mengatur tataletak, tata warna, perlengkapan dan lainnya untuk bekerja. 19 10. Musik di Tempat Kerja Menurut para pakar,musik yang nadanya lembut sesuai dengan suasana, waktu dan tempatdapat membangkitkan dan merangsang pegawai untuk bekerja. Oleh karena itu lagu-lagu perlu dipilih dengan selektif untuk dikumandangkan di tempat kerja. Tidak sesuainya music yang diperdengarkan di tempat kerja akan mengganggu konsentrasi kerja. 11. Keamanan di Tempat Kerja Guna menjaga tempat dan kondisi lingkungan kerja tetap dalam keadaan aman maka perludiperhatikan adanya keamanan dalam bekerja. Oleh karena itu faktor keamanan perlu diwujudkan keberadaannya. Salah satu upaya untuk menjaga keamanan di tempat kerja, dapat memanfaatkan tenaga Satuan Petugas Keamanan (SATPAM). 2.4 Konsep Komunikasi Komunikasi tidak lepas dari penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Hal yang harus di ingat adalah komunikasi sering diartikan sebagai persetujuan terhadap pesan bukannya memahami dengan jelas pesan tersebut. Beberapa penelitian telah menulis defisini mengenai komunikasi, diantaranya komunikasi merupakan penekanan dan penyampaian maksud menurut Robbins dan Coulter (2012) “Communications is the transfer and understanding of meaning. Note the emphasis on the transfer of meaning: if information or ideas have not been conveyed, communication hasn’t taken place. The speaker who isn’t heard or the writer whose materials aren’t read hasn’t communicated.” Komunikasi adalah penyampaian dan pemahaman suatu maksut. Hal pertama yang harus diperhatikan tentang definisi itu adalah penekanan pada penyampaian maksud. Itu artinya bahwa jika tidak ada informasi atau ide yang disampaikan, komunikasi tidak terjadi. Namun menurut Himstreet dan Baty dalam Djoko (2006;p3) Komunikasi adalah suatu proses pertukaran informasi antar individu melalui suatu system yang biasa (lazim), baik dengan simbol-simbol, sinyal-sinyal, maupun perilaku atau 20 tindakan Selain itu menurut Bovee dalam Djoko (2006;p3) Komunikasi adalah suatu proses pengiriman dan penerimaan pesan Jadi dapat disimpulkan bahwa, komunikasi adalah penyampaian dan pemahaman suatu maksud. Hal pertama yang harus diperhatikan tentang definisi itu adalah penekanan pada penyampaian maksud. Itu artinya bahwa jika tidak ada informasi atau ide yang disampaikan, komunikasi tidak terjadi. Hal yang harus diingat adalah komunikasi yang baik sering kali diartikan secara keliru oleh komunikator sebagai persetujuan terhadap pesan bukannya memahami dengan jelas pesan tersebut. Menurut Kiswanto (2010) komunikasi adalah cara-cara yang dilakukan oleh pimpinan kepada karyawannya untuk melakukan hubungan komunikasi yang baik secara tertulis maupun secara lisan. Komunikasi adalah suatu penyampaian informasi kepada orang lain, yang diharapkan dapat dimengerti dan dipahami apa yang diharapkan oleh si penyampai informasi. Dengan adanya komunikasi dapat memudahkan seseorang dalam mengerjakan sesuatu karena mendapat informasi dan arahan yang sudah diterima dengan salah satunya melalui komunikasi. Komunikasi dilakukan oleh manusia, hewan maupun tumbuhan tetapi yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah komunikasi yang terjadi antara sesama karyawan maupun terhadap atasan 2.4.1 Indikator Komunikasi yang Efektif Indikator yang digunakan menurut Kiswanto (2010) yaitu : a. Komunikasi tertulis : merupakan komunikasi yang dapat disebarluaskan dan dalam dokumentasi yang tertulis b. Komunikasi lisan : komunikasi antar karyawan maupun dengan pimpinan yang dilakukan dengan lebih mendetail serta dapat menimbulkan partisipasi secara langsung 21 2.4.2 Hambatan Komunikasi yang Efektif Hambatan dalam komunikasi yang efektif dijelaskan MenurutRobbins (2012:437-438) Terdapat beberapa hambatan-hambatan yang lebihtermuka terhadap komunikasi yang efektif, yaitu sebagai berikut: 1. Penyaringan (filtering) Penyaringan adalah manipulasi yang disengaja untuk membuatnyatampak, lebih menguntungkan bagi penerima.Mengacu pada pengirim yangmemanipulasi informasi sedemikian rupa sehingga akan tampak lebihmenguntungkan di mata si penerima. 2. Emosi (emotion) Bagaimana penerima merasa ketika pesan diterima mempengaruhibagaimana dia atau dia menafsirkannya. Emosi ekstrem yang paling mungkinuntuk menghambatkomunikasi efektifitas. Dalam hal demikian, kita sering mengabaikan proses-proses berpikir rasional dan obyektif dan penggantipenilaian emosional. 3. Kelebihan Informasi (information overload) Informasi yang berlebihan, yang ketika informasi melebihi kapasitaspengolahan kami. Suatu kondisi ketika informasi mengalir masuk melebihi kemampuan pengolahan seorang individu. Individu-individu memiliki suatukapasitas terbatas untuk mengolah data. 4. Defensif (defensiveness) Ketika orang merasa mereka sedang threated, mereka cenderung bereaksi dengan cara yang menghambat komunikasi yang efektif dan reduncekemampuan mereka untuk mencapai saling pengertian. Mereka menjadidefensif-verbal menyerang lainnya, membuat komentar sinis, menjadi terlalumenghakimi, atau mempertanyakan motif orang lain. Bila orang merasa terancam, mereka cenderung bereaksi dengan cara yang mengurangikemampuan mereka untuk mencapai pemahaman timbal balik. 22 5. Bahasa (language) Dalam sebuah organisasi, karyawan berasal dari latar belakang yang beragam dan memiliki pola yang berbeda dari pidato. Bahkan karyawan yangbekerjauntuk organisasi yang sama tetapi dalam departemen yang berbeda sering memiliki bahasa istilah atau jargon teknis-khusus yang berbeda bahwa anggota penggunaan kelompok untuk berkomunikasi di antara mereka. 6. Budaya Nasional (national culture) Dalam sebuah negara individualistis seperti Amerika Serikat,komunikasi adalah lebih formal dan jelas dibilang. Manajer sangatbergantung pada laporan, memo, dan bentuk formal lainnya komunikasi.Dalam komunikasi tidak selalu berjalan dengan mulus, pasti adahambatan di awal atau tengah atau akhir dari proses sebuah komunikasi.Dengan adanya hambatan tersebut dapat mengakibatkan komunikasi tidak 2.4.3 Bentuk Dasar Komunikasi Menurut Djoko Purwanto (2006;p5) ada dua bentuk dasar komunikasi yang lazim digunakan dalam bisnis, yaitu : 1. Komunikasi Verbal Komunikasi verbal merupakan salah satu bentuk komunikasi lazim digunakan dalam dunia bisnis untuk menyampaikan pesan-pesan bisnis kepada pihak lain baik secara tertulis (written) maupun lisan (oral). Bentuk komunikasi verbal ini memiliki struktur yang teratur dan terorganisasi dengan baik, sehingga tujuan penyampaian pesan-pesan bisnis dapat tercapai dengan baik. 2. Komunikasi Nonverbal Bentuk komunikasi yang paling mendasar dalam komunikasi bisnis adalah komunikasi nonverbal. Menurut teori antropologi, sebelum manusia menggunakan katakata, mereka telah menggunakan gerakan-gerakan tubuh, bahasa tubuh (body language) sebagai alat komunikasi dengan orang lain. 23 2.4.4 Proses Komunikasi Menurut Bovee dan Thill dalam Djoko proses komunikasi terdiri dari enam fase yang sering disingkat 6e, yaitu: 1. Tahap Pertama : Pengirim Mempunyai Suatu Ide/Gagasan Sebelum proses penyampaian pesan dapat dilakukan, pengirim pesan harus menyiapkan ide atau gagasan apa yang ingin disampaikan kepada pihak lain atau audiens. Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan kita. 2. Tahap Kedua : Pengirim Mengubah Ide Menjadi Suatu Pesan Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna, pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audiens, gaya personal, dan latar belakang budaya. 3. Tahap Ketiga : Pengirim Mengajukan Pesan Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima pesan. Saluran komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan terkadang relatif pendek, tetapi ada juga yang cukup panjang. Panjangpendeknya saluran komunikasi yang digunakan akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan. 4. Tahap Keempat : Penerima Menerima Pesan Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim (komunikator) mengirim suatu pesan dan penerima (komunikan) menerima pesan tersebut. 5. Tahap Kelima : Penerima Menafsirkan Pesan Suatu pesan yang disampaikan pengirim harus mudah dimengerti dan tersimpan di dalam benak pikiran si penerima pesan. Selanjutnya, suatu pesan dapat ditafsirkan secara benar bila penerima pesan telah memahami isi pesan sebagaimana yang dimaksud oleh pengirim pesan. 6. Tahap Keenam : Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan Balik ke Pengirim Umpan balik (feedback) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Umpan balik tersebut merupakan tanggapan penerima 24 pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. PENERIMA MENGIRIM IDE PESAN PENGIRIM MEMPUNYAI GAGASAN SALURAN DAN MEDIA PENERIMA MENAFSIRKAN PESAN PENGIRIM MENGUBAH IDE MENJADI PESAN PENERIMA MENERIMA PESAN PENGIRIM MENGIRIM PESAN Gambar 2. 1 Proses Komunikasi Sumber : Djoko Purwanto (2006:p12) 2.4.5 Pola Komunikasi Bagi perusahaan berskala kecil yang hanya memiliki beberapa karyawan, penyampaiaan informasi dapat dilakukan secara langsung kepada para karyawannya tersebut. Lain halnya dengan perusahaan besaryang memiliki ratusan bahkan ribuan karyawan, penyampaian informasi kepada mereka merupakan suatu pekerjaan yang cukup rumit. 25 Berdasarkan Djoko (2006;p40) secara umum, pola komunikasi dapat dibedakan menjadi sebagai berikut, yaitu : 1. Saluran Komunikasi Formal Dalam struktur organisasi garis, fungsional, maupun matriks, akan tampak berbagai macam posisi atau kedudukan masing-masing sesuai dengan batas tanggaung jawab dan wewenangnya. Terdapat empat saluran komunikasi formal yang terdapat didalam organisasi, yaitu : • Komunikasi dari Atas ke Bawah Komunikasi dari atas ke bawah dipakai untuk menyampaikan informasi, mengarahkan, mengoordinasikan, memotivasi, memimpin, dan mengendalikan berbagai kegiatan di level bawah. • Komunikasi dari Bawah ke Atas Idea atau gagasan penyampaian pesan dalam komunikasi dari bawah ke atas berasal dari bawahan. Bawahan terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan. • Komunikasi Horizontal Komunikasi horizontal (horizontal communications), atau sering disebut juga dengan istilah komunikasi lateral (lateral communications), adalah komunikasi yang terjadi antara bagianbagian yang memilki posisi sejajar/sederajat dalam suatu organisasi. Tujuan komunikasi horizontal antara lain untuk melakukan persuasi, mempengaruhi, dan memberikan informasi kepada bagian atau department yang memiliki kedudukan sejajar. 2. Saluran Komunikasi Informal Dalam jaringan komunikasi informal, orangorang yang ada dalam suatu organisasi, tanpa memedulikan jenjang hierarki, pangkat dan kedudukan/jabatan, dapat berkomunikasi secara luas. Komunikasi informal cenderung luwes atau fleksibel dan tidak ketat, sebagaimana komunikasi yang terjadi di saat-saat istirahat kerja kantor 26 2.5 Konsep Kompensasi Pada prinsipnya pemberian kompensasi penting bagi organisasi untuk mencerminkan suatu apresiasi dari perusahaan kepada karyawan mereka dan suatu bentuk usaha untuk mempertahankan sumber daya manusia sebagai komponen utama sekaligus pensi penting bagi suatu organisasi. Pemberian kompensasi itu merupakan hasil penjualan tenaga SDM terhadap perusahaan. Namun dalam hal ini terkandung pula pengertian bahwa para karyawan telah memberikan segala kemampuan kepada perusahaan, maka perusahaan sewajarnya menghargai jerih payah karyawan itu dengan cara memberikan balas jasa yang setimpal kepada mereka. Sebenarnya hubungan antara perusahaan dan karyawan sudah merupakan hubungan simbiosis pension tic (hubungan bersama saling menguntungkan). Sistem kompensasi dalam organisasi harus dihubungkan dengan tujuan dan strategi organsasi. Tetapi kompensasi juga mengharuskan adanya penyeimbangan kepentingan dan biaya pemberi kerja yang memiliki harapan atas para karyawan. Menurut Mathis and Jackson (2006) suatu program kompensasi dalam organisasi memiliki empat tujuan yaitu : • Kepatuhan pada hukum dan peraturan yang berlaku • Efektivitas biaya bagi organisasi • Keadilan internal, eksternal, dan individual bagi para karyawan • Peningkatan kinerja bagi organisasi Menurut Panggabean (2002), kompensasi dapat didefinisikan sebagai setiap bentuk penghargaan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa atas kontribusi yang mereka berikan kepada organisasi. Menurut Tohardi (2002),kompensasi dihitung berdasarkan evaluasi pekerjaan, perhitungan kompensasi berdasarkan evaluasi pekerjaan tersebut dimaksudkan untuk mendapatkan pemberian kompensasi yang mendekati kelayakan (worth) dan keadilan (equity). Karena bila kompensasi dirasakan tidak layak dan tidak adil oleh para karyawan, maka tidak mustahil hal tersebut merupakan sumber kecemburuan social. Untuk itulah diperlukan tindakan preventif, pemberian 27 kompensasi yang adil dan layak tersebut merupakan kata kunci dalam upaya mendekati pemberian upah yang layak dan adil tersebut. Selanjutnya menurut Singodimedjo (2000) kompensasi dapat diberikan dalam berbagai macam bentuk, seperti : dalam bentuk pemberian uang, pemberian material dan fasilitas, dan dalam bentuk pemberian kesempatan berkarier. Pada dasarnya kompensasi itu dapat dibagi menjadi dua aspek, yaitu kompensasi langsung dan tidak langsung. Kompensasi langsung adalah kompensasi yang diberikan langsung berhubungan dengan hasil kerja karyawan yang bersangkutan. Adapun kompensasi tidak langsung adalah pemberian kompensasi tidak dikaitkan dengan hasil kerja karyawan yang bersangkutan. Hanya sebagai kompensasi pelengkap. Menurut Nasution (2013), kompensasi merupakan balas jasa yang diberikan oleh organisasi / perusahaan kepada karyawan, yang dapat bersifat finansial maupun non-finansial, pada periode yang tetap. Kompensasi yang baik akan memberi beberapa efek positif pada organisasi / perusahaan sebagai berikut di bawah ini : a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang c. Memikat pelamar kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada d. Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek hukumnya e. Memiliki keunggulan lebih dari pesaing / competitor Jadi dapat disimpulkan bahwa definisi di atas sebagian besar mengandung unsur-unsur persamaan bahwa Kompensasi adalah sesuatu hal yang diberikan atas usaha yang dilakukan oleh karyawan dalam tujuannya untuk memberikan kontribusinya kepada organisasi sebagai upaya mencapai tujuan organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi / perusahaan tempat ia bekerja. 28 2.5.1 Komponen Kompensasi Menurut Mathis and Jackson dalam Nasution (2013) terdapat 2 komponen dalam kompensasi yaitu seperti terlihat dalam tabel 2.1 dibawah ini: Tabel 2. 1 Komponen Kompensasi Kompensasi Financial Gaji Pokok • Upah / Gaji Non Financial Tunjangan • Asuransi kesehatan / Dana pensiun Penghasilan Tidak Tetap • Bonus / Insentif Sumber : Data Peneliti, 2015 Kompensasi financial adalah kompensasi langsung, artinya pemberian imbalan dengan langsung kepada para karyawan berupa bentuk upah / gaji. Upah biasanya dibayar berdasarkan hasil kerja perjam, perhari. Sedangkan gaji diberikan secara bulanan. Menurut Rivai dalam Nasution (2013), komponen yang dapat dijadikan kompensasi financial adalah : a. Gaji Pokok : Kompensasi dasar yang diterima oleh karyawan, biasanya berupa gaji / upah b. Penghasilan tidak tetap : yaitu kompensasi yang dikaitkan dengan kinerja individu, kelompok atau kinerja organisasi. Jenis yang paling umum adalah program pembayaran bonus dan insentif. Sedangkan untuk kompensani Non Financial : kmpensasi tidak langsung adalah balas jasa yang diterima pekerja dalam bentuk selain upah atua gaji langsung seperti tunjangan. 2.6 Konsep Kinerja Karyawan Kinerja karyawan merupakan faktor penting bagi setiap perusahaan untuk dapat meningkatkan productivity dan profit. Hal inilah yang dapat menentukan perusahaan dapat tumbuh dan berkembang. Kinerja karyawan adalah hasil akhir penliaian atau hasil kerja yang dicapai dari sebuah pelaksanaan tugas dan tanggung 29 jawab yang menggambarkan seberapa baik karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya (Kiswanto, 2010). Penting bagi perusahaan dalam melakukan penilaian kinerja. Wibowo (2009), Konsep kinerja merupakan singkatan dari kinetika energi kinerja yang padanannya dalam bahasa inggris adalah performance. Kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Mathis dan Jackson (2006) berpendapat bahwa kinerja (performance) pada dasarnya adalah apa yang dilakukan atau tidak dilakukan oleh karyawan Mangkunegara dalam Syauta (2012), kinerja karyawan adalah hasil pekerjaan dalam kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melakukan tanggung jawabnya. Suwatno dan Priansa (2011,p. 196), kinerja diartikan sebagai prestasi kerja atau pelaksanaan kerja atau hasil unjuk kerja. Kinerja karyawan yang tinggi dapat dicapai berdasarkan lingkungan kerja, penerapan kompensasi yang diberikan serta komunikasi yang efektif antar anggota perusahaan. Berdasarkan definisi maka dapat disimpulkan bahwa kinerja karyawan adalah suatu hasil atau prestasi yang dicapai dari karyawan pada periode tertentu. 2.6.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi Kinerja Faktor-faktor yang memengaruhi kinerja menurut Armstrong dan Baron (1998) dalam buku Wibowo (2007), yaitu sebagai berikut: 1. Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. 2. Leadership factors, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. 3. Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. 4. System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. 30 5. Contexual/situational factors, ditunjukkan oleh tingginya tingat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal. Menurut Mathis dan Jackson (2006) terdapat tiga faktor utama yang mempengaruhi kinerja seorang karyawan : 1. Kemauan individual untuk melakukan pekerjaan tersebut 2. Tingkat usaha yang dicurahkan 3. Dukungan organisasi Hubungan ketiga faktor ini di akui secara luas dalam literature manajemen sebagai berikut : Kinerja ( Performance - P) = Kemampuan ( Ability - A) x Usaha (Effort – E) x Dukungan ( Support – S) Kinerja individual ditingkatkan sampai tingkat di mana ketiga komponen tersebut ada dalam diri karyawan. Akan tetapi, kinerja berkurang apabila salah satu faktor di kurangi atau tidak ada. 2.6.2 Indikator Kinerja Karyawan Kiswanto (2010), menyatakan bahwa dalam mengukur kinerja karyawan digunakan indikator sebagai berikut : 1. Kualitas pekerjaan : baik atau tidaknya pekerjaan yang dilakukan oleh para karyawan, ketelitian kerja dan kerapian kerja 2. Kuantitas pekerjaan : jumlah atau banyaknya pekerjaan yang dihasilkan oleh para karyawan sesuai tugas dan tanggung jawabnya dalam memenuhi target yang ingin dicapai 3. Ketepatan waktu : ketepatan waktu kerja dan keefektifan menggunakan waktu 4. Disiplin kerja : kedisiplinan kerja karyawan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya 31 2.7 Kerangka pemikiran Berdasarkan pembahasan penelitian yang sudah dibahas diatas, maka kerangka penelitian ini ditujukan oleh model gambar sebagai berikut Lingkungan kerja (X1) • Lingkungan fisik • Lingkungan non fisik Kinerja Karyawan (Y) H1 Komunikasi (X2) • Tertulis • Lisan H2 • Kualitas pekerjaan • Kuantitas pekerjaan • Ketepatan waktu • Disiplin kerja 32 Kompensasi • Financial • Non-Financial H3 Gambar 2. 2 Kerangka Pemikiran Sumber : Data Peneliti, 2015 2.8 Hubungan lingkungan kerja (X1) dengan kinerja karyawan (Y) Lingkungan kerja yang aman dan sehat akan membawa dampak yang positif bagi orang-orang yang berada di dalamnya. Manfaat lingkungan kerja yang aman dan sehat akan meningkatkan produktivitas karena menurunnya jumlah hari yang hilang, meningkatkan efisiensi dan kualitas pekerja yang lebih berkomitmen , menurunkan biaya-biaya kesehatan dan asuransi, tingkat kompensasi pekerja dan pembayaran langsung yang lebih rendah karena menurunnya pengajuan klaim, fleksibilitas dan adaptabilitas yang lebih besar sebagai akibat dari meningkatnya partisipasi dan rasa kepemilikan, serta rasio seleksi tenaga kerja yang lebih baik karena naiknya citra perusahaan hal ini dikemukakan oleh Rivai (2009:793). Dari jurnalnya Imran, Fatima, Zaheer, Yousaf, Batool (2012) dalam penelitianya menyatakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan kepada 215 karyawan di industry manufaktur. Dari penelitian diatas, dapat ditarik sebuah hipotesis yaitu: H-1 : Terdapat pengaruh antara lingkungan kerja terhadap kinerja karyawan pada PT. Sumber Cipta Multiniaga 33 2.9 Hubungan komunikasi (X2) dengan kinerja karyawan (Y) Teknik-teknik manajemen modern saat ini untuk sebagian besar bertujuan untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan menggunakan kekuatan komunikasi (Erogluer, 2011). Penelitian juga menunjukkan bahwa komunikasi meningkatkan kinerja kerja karyawan (Goris, 2007) Dari jurnalnya Femi 2014 mengemukakan bahwa komunikasi yang efektif memiliki dampak pada kinerja karyawan. Tegasnya ini dapat dihubungkan ke dalam studinya Ayatse (2005) yaitu "mengamati bahwa komunikasi diperlukan untuk membangun dan mencapai tujuan dari perusahaan. Hal ini karena kompetensi dan keterampilan yang mereka miliki akan memungkinkan mereka untuk menunjukkan perilaku kerja yang sesuai dan relevan dengan kinerja karyawan". Dan, teori kontekstual menegaskan hasil di atas melalui pendapat (Pearce 1994, 1995, dan Cronen 1991, 1995) bahwa komunikasi secara efektif berdampak pada kinerja karyawan dan perlu adanya pesan yang dapat dipahami oleh para karyawan di organisasi sehingga dapat mencapai tujuan organisasi. Dari penelitian diatas, dapat ditarik sebuah hipotesis yaitu: H-2 : Terdapat pengaruh komunikasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Sumber Cipta Multiniaga 2.10 Hubungan kompensasi (X3) dengan kinerja karyawan (Y) Dalam jurnalnya Umar dan Gunu (2010), hasil penelitiannya menunjukan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara reward dan kinerja. Dengan adanya reward yang sesuai dengan kinerja karyawannya maka kinerja karyawan tentu akan semakin meningkat. H3 = Terdapat pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan pada PT. Sumber Cipta Multiniaga 34 35