BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Proses Produksi Proses produksi diartikan sebagai suatu cara, metode dan teknik bagaimana sesungguhnya sumber-sumber (tenaga kerja, mesin, bahan dan dana) yang ada diubah untuk memperoleh suatu hasil. Menurut Gaspersz, Vincent (2004;4) Proses Produksi adalah integrasi sekuasial dari tenaga kerja, material, informasi, metode kerja dan mesin atau peralatan dalam suatu lingkungan yang kompetitif dipasar. Sedangkan proses produksi menurut Zulian Yamit (2003;123) adalah suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusi, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna Proses juga diartikan sebagai cara, metode ataupun teknik bagaimana produksi itu dilaksanakan. Produksi adalah kegiatan untuk menciptakan dana menambah kegunaan (Utility) suatu barang dan jasa. Menurut Ahyari (2002) proses produksi adalah suatu cara, metode ataupun teknik menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan faktor produksi yang ada. Melihat kedua definisi di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa proses produksi merupakan kegiatan untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan menggunakan faktor-faktor yang ada seperti tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana agar lebih bermanfaat bagi kebutuhan manusia. 2.1.1.1 Jenis-Jenis Proses Produksi Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi. Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses perubahan bentuk, proses assembling, proses transportasi dan proses penciptaan jasajasa adminstrasi (Ahyari, 2002). Proses produksi dilihat dari arus atau flow bahan mentah sampai menjadi produk akhir, terbagi menjadi dua yaitu proses produksi terus-menerus (Continous processes) dan proses produksi terputus-putus (Intermettent processes). Perusahaan menggunakan proses produksi terus-menerus apabila di dalam perusahaan terdapat urutan-urutan yang pasti sejak dari bahan mentah sampai proses produksi akhir. Proses produksi terputus-putus apabila tidak terdapat urutan atau pola yang pasti dari bahan baku sampai dengan menjadi produk akhir atau urutan selalu berubah (Ahyari, 2002). Penentuan tipe produksi didasarkan pada faktor-faktor seperti: 1. volume atau jumlah produk yang akan dihasilkan 2. kualitas produk yang diisyaratkan 3. peralatan yang tersedia untuk melaksanakan proses. Berdasarkan pertimbangan cermat mengenai faktor-faktor tersebut ditetapkan tipe proses produksi yang paling cocok untuk setiap situasi produksi. Macam tipe proses produksi dari berbagai industri dapat dibedakan sebagai berikut (Yamit, 2002): 2.1.1.2 Proses produksi terus-menerus Proses produksi terus-menerus adalah proses produksi barang atas dasar aliran produk dari satu operasi ke operasi berikutnya tanpa penumpukan disuatu titik dalam proses. Pada umumnya industri yang cocok dengan tipe ini adalah yang memiliki karakteristik yaitu output direncanakan dalam jumlah besar, variasi atau jenis produk yang dihasilkan rendah dan produk bersifat standar. 2.1.1.3 Proses produksi terputus-putus Produk diproses dalam kumpulan produk bukan atas dasar aliran terus-menerus dalam proses produk ini. Perusahaan yang menggunakan tipe ini biasanya terdapat sekumpulan atau lebih komponen yang akan diproses atau menunggu untuk diproses, sehingga lebih banyak memerlukan persediaan barang dalam proses. 2.1.1.4 Proses produksi campuran Proses produksi ini merupakan penggabungan dari proses produksi terus-menerus dan terputus-putus. Penggabungan ini digunakan berdasarkan kenyataan bahwa setiap perusahaan berusaha untuk memanfaatkan kapasitas secara penuh. Dalam hal ini penulis ingin mengemukakan proses produksi mengenai proses produksi Jus buah. 2.1.1.5 Proses Produksi Jus Buah Tahapan proses pengolahan pembuatan jus buah terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah proses pembuatan pulp beku (puree) atau biasa disebut bubur buah, dan kedua adalah proses lanjut konsentrat buah beku menjadi jus buah asli yang siap dikonsumsi. 2.1.1.2.1 Pembuatan puree (bubur buah) Untuk membuat puree, buah dilumatkan atau dihancurkan dengan cara di blender kemudian menyaringnya hingga menjadi berbentuk seperti bubur. Tujuan proses ini adalah untuk menghasilkan bubur buah, sehingga dapat mempermudah proses selanjutnya untuk mendapatkan sari buah asli. 2.1.1.2.2 Sortasi bahan baku (buah fresh) Sortasi bahan baku dilakukan dengan cara memisahkan buah yang matang, mentah, dan bususk. Tujuan sortasi ini agar dihasilkan mutu produk yang baik dan terhindar dari kontaminasi silang. 2.1.1.2.3 Pencucian dan pembersihan Pencucian dilakukan dengan tujuan untuk menghilangkan kotoran dari buah. Karena kotoran tersebut dapat menurunkan mutu produk. Pembersihan ini dilakukan dengan menggunakan air dan dicuci sebersih mungkin. 2.1.1.2.4 Trimming Trimming adalah suatu proses pembuangan bagian buah yang tidak berguna, seperti kulit, biji, dan sebagainya. 2.1.1.2.5 Ekstraksi atau pengepresan Ekstraksi memiliki tujuan untuk mendapatkan sari buah asli atau pulp dari bubur buah. 2.1.1.2.6 Pemanasan atau pemasakan Tujuan dan proses pemanasan adalah untuk membunuh mikroorganisme yang terdapat dalam sari buah. 2.1.1.2.7 Pendinginan Setelah proses pemanasan, sari buah tersebut didinginkan dan dikemas dalam plastik yang kemudian dibekukan. Tujuan dari pembekuan adalah untuk mencegah terjadinya kerusakan mutu jus buah. 2.1.1.3. Pembuatan Jus Buah Siap Konsumsi 2.1.1.3.1 Penghancuran Puree yang telah dibekukan, selanjutnya dihancurkan terlebih dahulu. Tujuan dari pengahancuran ini adalah untuk efisiensi waktu kerja dan mempercepat serta memudahkan proses-proses selanjutnya. 2.1.1.3.2 Pengenceran Pengenceran puree dilakukan dengan penambahan air. Pengenceran bertujuan untuk memperoleh jus buah dengan kekentalan yang telah diperhitungkan dan diinginkan oleh konsumen. 2.1.1.3.3 Homogenisasi Pencampuran bahan-bahan seperti puree, air, gula, asam sitrat, dan natrium benzoate. 2.1.1.3.4 Proses pengemasan dan pengepakan Proses pengemasan merupakan proses lanjutan dari jus buah yang siap dikonsumsi sehingga siap untuk dipasarkan. Tahapan pengemasan produk hasil olahan adalah pengisian dalam kemasan gallon 5 liter dan botol 1 liter yang kemudian dimasukkan ke dalan karton. 2.1.1.4 Jus Buah Jus buah dapat didefinisikan sebagai cairan yang diperas dengan tekanan alat atau cara mekanis lain dari bagian yang dapat dimakan dari buah. Jus seringkali keruh, mengandung komponen-komponen seluler dalam suspense koloidal dengan beberapa jumlah jaringan terpecah dengan baik. Jus juga mengandung material berminyak dan berlilin, pigmen karotenoid yang berasal dari kulit atau daging buah. Semua tipe jus bersifat tidak stabil. Jus dengan cepat mengalami serangan mikroorganisme selama proses pembuatan. Buah yang dimaksudkan untuk produksi jus harus cukup matang dengan keseimbangan asam dan gula yang sesuai, dan aroma serta flavor yang bekembang secara penuh. Dalam perdagangan internasional, minuman jus buah dibedakan atas empat jenis yaitu: 2.1.1.4.1. Fruit juice yaitu dihasilkan dari 100% buah tanpa pengawet. Biasanya jus buah ini perlu ditambah air dalam ukuran tertentu untuk bisa dikonsumsi. Jenis jus ini biasanya dimpor oleh industry minuman untuk selanjutnya diolah menjadi jus buah (fruit juice drink). 2.1.1.4.2 Fruit juice nectar yaitu jus buah dengan kadar 25-30% ditambah gula dan air. Jenis minuman ini biasanya mengandung 50% jus buah untuk jus jeruk dan apel, 40% untuk jus apricot dan 25% untuk buah markisa dan Jambu. 2.1.1.4.3. Fruit juice drink yaitu jenis minuman yang memiliki kadar jus buahnya antara 10- 25%. Kadangkadang minuman ini ditambah asam sitrat, asam mah'c, essential oil, aroma, dan zat pengawet diantaranya yang paling popular adalah carbonated juice yang mengandung 10 persen jus buah. 2.1.1.4.4. Multi fruit juice dan multi vitamin beverage, yaitu jenis minuman jus yang dicampur berbagai jenis jus buah seperti jeruk, apel, nanas, guava, strawberry dll. 2.1.2 Lokasi Menurut Lamb (2001), pemilihan lokasi yang baik, merupakan keputusan yang sangat penting. Pertama, karena keputusan lokasi mempunyai dampak yang permanen dan jangka panjang, apakah lokasi tersebut telah dibeli atau hanya disewa. Kedua, lokasi akan mempengaruhi pertumbuhan usaha di masa mendatang. Lokasi yang dipilih haruslah mampu mengalami pertumbuhan ekonomi sehingga usahanya dapat bertahan. Dan yang terakhir, apabila nilai lokasi memburuk akibat perubahan lingkungan yang dapat terjadi setiap waktu, mungkin saja usaha tersebut harus dipindahkan atau ditutup. Dalam memilih lokasi untuk menjalankan suatu usaha, para pengusaha/pelaku usaha perlu mempertimbangkan beberapa faktor, diantaranya : 1. Akses yaitu kemudahan untuk menjangkau 2. Visibilitas yaitu kemudahan untuk dilihat 3. Lalu lintas, ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu banyaknya orang yang lalulalang bisa memberikan peluang yang besar tejadinya impuls buying dan kepadatan serta kemacetan bisa menjadi hambatan 4. Ekspansi yaitu tersedia tempat yang luas untuk perluasan di kemudian hari 5. Lingkungan yaitu daerah sekitar yang mendukung jasa yang ditawarkan 6. Persaingan yaitu lokasi dengan pesaing sejenis 7. Peraturan pemerintah (Tjiptono, 2006). Lokasi merupakan saluran distribusi yaitu jalur yang dipakai untuk perpindahan produk dari produsen ke konsumen. Lokasi adalah keputusan yang dibuat perusahaan berkaitan dengan dimana operasi dan stafnya akan ditempatkan (Rambat Lupiyoadi, 2001). Komponen yang menyangkut lokasi (Tjiptono, 2001) meliputi: pemilihan lokasi yang strategis (mudah dijangkau), di daerah sekitar pusat perbelanjaan, dekat pemukiman penduduk, aman, dan nyaman bagi pelanggan, adanya fasilitas yang mendukung seperti adanya lahan parkir, serta faktor-faktor yang lainnya. Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa lokasi memegang peranan yang penting dalam melakukan usaha. Karena berkaitan dengan dekatnya lokasi usaha dengan pusat keramaian, mudah dijangkau (aksesbilitas), aman, dan tersedianya tempat parkir yang luas, pada umumnya lebih disukai konsumen. 2.1.3 Teknologi Produk Teknologi dapat diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu pengetahuan. Menurut Prayitno dalam Ilyas (2001), teknologi adalah seluruh perangkat ide, metode, teknik benda-benda material yang digunakan dalam waktu dan tempat tertentu maupun untuk memenuhi kebutuhan manusia. Capra (2004, 107) mendefinisikan teknologi sebagai ‘kumpulan alat, aturan dan prosedur yang merupakan penerapan pengetahuan ilmiah terhadap suatu pekerjaan tertentu dalam cara yang memungkinkan pengulangan. Menurut Miarso (2007 : 62) teknologi adalah proses yang meningkatkan nilai tambah, proses tersebut menggunakan atau menghasilkan suatu produk , produk yang dihasilkan tidak terpisah dari produk lain yang telah ada, dan karena itu menjadi bagian integral dari suatu sistem. Menurut Wasono (2008) menguraikan makna teknologi dalam tiga wujud yaitu cara lebih baik, pemakai peralatan baru dan penambahan input pada usaha. Lebih lanjut dikatakan bahwa teknologi hendaknya memiliki syarat-syarat sebagai berikut: 1. Teknologi baru hendaknya lebih unggul dari sebelumnya 2. Mudah digunakan 3. Tidak memberikan resiko yang besar jika diterapkan. Sedangkan untuk mengintroduksi suatu teknologi baru pada suatu usaha ada empat faktor yang perlu diperhatikan yaitu 1. Secara teknis dapat dilaksanakan 2. Secara ekonomi menguntungkan 3. Secara sosial dapat diterima 4. Sesuai dengan peraturan pemerintah. Suatu teknologi atau ide baru akan diterima jika: 1. Memberi keuntungan ekonomi bila teknologi tersebut diterapkan (profitability) 2. Teknologi tersebut sesuai dengan lingkungan budaya setempat (cultural compatibility) 3. Kesesuain dengan lingkungan fisik (physical compatibility) 4. Teknologi tersebut memiliki kemudahan jika diterapkan 5. Penghematan tenaga kerja dan waktu 6. Tidak memerlukan biaya yang besar jika teknologi tersebut diterapkan Dari beberapa pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa teknologi dapat diartikan sebagai ilmu terapan dari rekayasa yang diwujudkan dalam bentuk karya cipta manusia yang didasarkan pada prinsip ilmu pengetahuan adalah hal-hal yang baru yang belum diketahui, diterima dan digunakan banyak orang dalam suatu lokasi tertentu baik berupa ide maupun berupa benda atau barang. Suatu teknologi dapat diterima oleh masyarakat jika teknologi tersebut memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: 1. Segi teknis mudah digunakan 2. Segi ekonomi dapat memberi keuntungan 3. Segi sosial budaya dapat diterima serta tidak bertentangan dengan norma- norma yang ada/berlaku. 2.1.4 Keputusan Pembelian Keputusan pembelian konsumen terhadap suatu produk pada dasarnya erat kaitannya dengan perilaku konsumen. Perilaku konsumen merupakan unsur penting dalam kegiatan pemasaran suatu produk yang perlu diketahui oleh perusahaan, karena perusahaan pada dasarnya tidak mengetahui mengenai apa yang ada dalam pikiran seorang konsumen pada waktu sebelum, sedang, dan setelah melakukan pembelian produk tersebut. Adanya kecenderungan pengaruh proses produksi, lokasi dan teknologi produk terhadap keputusan pembelian yang dilakukan oleh konsumen tersebut, mengisyaratkan bahwa manajemen perusahaan perlu mempertimbangkan aspek perilaku konsumen, terutama proses pengambilan keputusan pembeliannya. Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap produk yang ditawarkan oleh penjual. Pengertian keputusan pembelian, menurut Kotler & Armstrong (2001: 226) adalah tahap dalam proses pengambilan keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli. Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan barang yang ditawarkan. Keputusan pembelian menurut Schiffman, Kanuk (2004, p.547) adalah pemilihan dari dua atau lebih alternatif pilihan keputusan pembelian, artinya bahwa seseorang dapat membuat keputusan, haruslah tersedia beberapa alternatif pilihan. Ada tiga aktivitas yang berlangsung dalam proses keputusan pembelian oleh konsumen yaitu ( Hahn, 2002 : 69 ) : 1. Rutinitas konsumen dalam melakukan pembelian. 2. Kualitas yang diperoleh dari suatu keputusan pembelian. 3. Komitmen atau loyalitas konsumen yang sudah biasa beli dengan produk pesaing. Pelayanan yang ditawarkan Menurut Kotler ( 2002 : 183 ), perilaku pembelian konsumen dipengaruhi oleh: 2.1.4.1. Faktor budaya Yang terdiri dari : 1. Budaya, merupakan penentu keinginan dan perilaku yang paling mendasar. 2. Sub-budaya, masing-masing budaya memiliki sub-budaya yang lebih kecil yang memberikan lebih banyak ciri-ciri sosialisasi khusus bagi anggotanya. 3. Kelas sosial, adalah pembagian masyarakat yang relative homogen dan permanent, yang tersusun secara hierarkis dan anggotanya menganut nilai-nilai, minat dan perilaku yang sama. 2.1.4.2. Faktor Sosial 1. Kelompok acuan, yaitu kelompok yang memiliki pengaruh langsung (tatap muka) atau tidak langsung terhadap sikap atau perilaku seseorang. 2. Keluarga 3. Peran dan Status, dimana peran adalah kegiatan yang diharapkan akan dilakukan oleh seseorang dan masing-masing peran tersebut menghasilkan status. 2.1.4.3. Faktor Pribadi Yang terdiri dari usia dan tahap siklus hidup; pekerjaan dan lingkungan ekonomi; gaya hidup dan kepribadian dan konsep diri. 2.1.4.4 Faktor Psikologis Yang terdiri dari motivasi, persepsi, pembelajaran,keyakinan dan sikap. Gambar 2.1 Model Lima Tahap Proses Membeli pe Pengenalan masalah Pencarian informasi Penilaian alternatif Keputusan membeli Perilaku setelah membeli Sumber : Kotler, 2007 Dari tahap-tahap proses pembelian tersebut, maka dapat diketahui bahwa dalam mengambil suatu keputusan pembelian pembeli melalui beberapa proses. Awalnya dilakukan pengenalan masalah yaitu kebutuhan atau keinginan, dimana pembeli sendirilah yang dapat mengenali masalah mereka. Tahap berikutnya mencari informasi-informasi yang berhubungan dengan masalah atau kebutuhan tersebut, seperti mencari alternatif-aternatif pilihan untuk pemecahan masalah atau pemenuhan kebutuhan. Setelah mendapatkan alternatif pilihan yang cukup, pembeli akan menilai alternatif mana yang paling baik dan tepat. Tahap berikutnya, pembeli melakukan keputusan pembelian dan menunjukkan reaksi berupa perilaku setelah pembelian. Perilaku setelah pembelian dapat bermacam-macam, dipengaruhi oleh kepuasan konsumen setelah membeli suatu produk atau jasa. Dalam proses beli menurut Stanton (2004) , para pemasar berusaha untuk menentukan motif beli pelindung dari konsumen. Motif beli pelindung adalah alasanalasan seorang konsumen berbelanja di toko atau tempat tertentu. Motif ini berbeda dengan motif beli produk (product buying motives) yang berarti alasan-alasan seorang konsumen membeli sebuah produk tertentu. Beberapa motif beli pelindung yang penting dikemukakan adalah: 1. Kecepatan pelayanan 2. Kemudahan dalam mencari barang 3. Harga 4. Aneka pilihan barang 5. Pelayanan yang ditawarkan 6. Penampilan yang menarik Menurut Kotler (2007), ketika konsumen memasuki tahap evaluasi alternatif, mereka menentukan pilihan atas merek-merek yang ada dalam kumpulan alternatif pilihan. Konsumen bisa menentukan merek mana yang paling disukai dan akan dibeli. Dalam melakukan pembelian, konsumen dapat mengambil lima subkeputusan: merek, dealer, kuantitas, waktu,dan metode pembayaran. Namun dalam pembelian produk sehari-hari, pertimbangan dalam mengambil keputusannya akan lebih kecil. Tahap antara evaluasi alternatif dan keputusan pembelian, digambarkan pada gambar 2.4.2 Gambar 2.2 Tahap-Tahap Antara Evaluasi Alternatif dan Keputusan Pembelian Keputusan pembelian Sikap orang lain Faktor situasi yang tidak terantisipasi Sumber : Kotler, 2007 Niat pembelian Evaluasi alternatif 2.3 Penelitian Terdahulu Nama Penulis Judul Penelitian Tahun Septhani Rebeka Larosa Analisis Pengaruh Proses Produksi, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian pada hotel- hotel disekitar jakarta 2011 M. Rizwar Ghazali Analisis Pengaruh 2010 Hasil Penelitian Faktor yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan pembelian adalah variabel proses produksi kemudian diikuti variabel lokasi dan terakhir adalah variabel teknologi produk Variabel yang Lokasi, teknolgi produk, kualitas pelayanan, Terhadap Keputusan Membeli pada Hotel Santika Taman Mini Indonesia di Jakarta Pradana Jaka Purnama Analisis Pengaruh Proses produksi, Teknologi, dan Lokasi Terhadap Keputusan Pembelian pada Hotel Aston Kuningan Suites Jakarta paling berpengaruh adalah variabel lokasi dengan koefisien regresi sebesar 0,294, lalu teknologi produk dengan koefisien regresi sebesar 0,318, kemudian diikuti dengan kualitas layanan dengan koefisien regresi sebesar 0,299. 2011 Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses produksi memiliki pengaruh terbesar dibandingkan variabel lain dalam penelitian ini, sedangkan teknologi memiliki pengaruh paling rendah terhadap keputusan pembelian. Sumber : Data telah dimodifikasi 2.4 Model Penelitian Berdasarkan penelitian terdahulu yang meneliti tentang pengaruh proses produksi, lokasi dan teknologi produk terhadap keputusan pembelian dengan variabel independen: proses produksi,lokasi, dan teknolgi produk. Serta variabel dependen: keputusan pembelian. Maka untuk mengetahui keterikatan pengaruh antar variabel dapat dijelaskan pada kerangka pemikiran teoritis berikut ini: Gambar 2.3 Kerangka Pemikiran Teoritis Proses Produksi (X1) H1 Lokasi (X2) H2 Keputusan pembelian (Y) H3 Teknologi Produk (X3) Sumber: Penelitian terdahulu yang dimodifikasi Dari hasil rangkuman/telaah jurnal yang digunakan dalam penelitian ini menjelaskan: Pertama, proses produksi dapat mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Kedua, adanya hubungan antara variabel lokasi dengan keputusan konsumen dalam melakukan pembelian. Apabila terjadi perubahan lokasi, maka konsumen akan mempertimbangkan kembali untuk melakukan pembelian. Dan yang ketiga, teknologi produk mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan pembelian suatu produk. Jika suatu produk dapat memenuhi kebutuhan konsumen, maka konsumen akan memutuskan untuk membeli produk.