1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan matematika sebagai ilmu
yang berhubungan dengan cara berpikir, berkomunikasi, dan menyelesaikan
masalah dalam kehidupan sehari-hari. Terlebih dalam era globalisasi masa kini,
berbagai penemuan dalam bidang matematika membuat kehidupan manusia
mengalami perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat pesat.
Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari pola
keteraturan dan konsep-konsep dalam matematika tersusun secara hierarkis,
terstruktur, logis, dan sistematis (Suherman, 2001:25). Ruseffendi (Suherman,
2001:25) menyatakan bahwa pola kestrukturan dalam matematika dimulai dari
unsur-unsur yang tidak terdefinisikan (undefined terms) sampai kepada unsur
yang didefinisikan ke aksioma/postulat, dan akhirnya teorema. Konsep-konsep
matematika tersusun hierarkis mulai dari konsep yang paling sederhana sampai
konsep yang paling kompleks, artinya dalam matematika terdapat konsep
prasyarat sebagai dasar untuk memahami konsep selanjutnya.
Matematika memiliki peranan penting dalam dunia pendidikan. Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 Pasal 7 menetapkan bahwa
matematika merupakan salah satu mata pelajaran kelompok ilmu pengetahuan dan
teknologi yang wajib diajarkan di berbagai tingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MA,
dan SMK/MAK. Sedangkan dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 23 Tahun 2006 dinyatakan bahwa kelompok mata pelajaran ilmu
pengetahuan dan teknologi bertujuan mengembangkan logika, kemampuan
berpikir dan analisis peserta didik. Jadi, matematika sekolah di berbagai tingkat
pendidikan memegang peranan penting untuk mewujudkan generasi yang mampu
berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif.
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
1
2
Para ahli mengemukakan berbagai definisi tentang matematika sekolah.
Salah satu definisi matematika sekolah yang dikemukakan oleh Ebbutt dan
Straker (BSNP, 2007:1) sebagai berikut.
Matematika sebagai kreativitas yang memerlukan imajinasi, intuisi
dan penemuan. Implikasi dari pandangan ini terhadap pembelajaran
matematika adalah guru perlu: (1) mendorong inisiatif siswa dan
memberikan kesempatan berpikir berbeda; (2) mendorong rasa ingin
tahu, keinginan bertanya, kemampuan menyanggah dan kemampuan
memperkirakan; (3) menghargai penemuan yang di luar perkiraan
sebagai hal bermanfaat daripada menganggapnya sebagai kesalahan;
(4) mendorong siswa menemukan struktur dan desain matematika; (5)
mendorong siswa menghargai penemuan siswa yang lainnya; (6)
mendorong siswa berpikir reflektif; dan (7) tidak menyarankan hanya
menggunakan satu metode saja.
Namun demikian, berbagai hasil analisis menunjukkan bahwa kemampuan
matematis siswa sekolah menengah Indonesia masih tergolong rendah. Hasil
penelitian Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS) tahun
2011 menunjukkan Indonesia berada di peringkat 38 dari 42 negara dengan soal
yang diujikan meliputi materi bilangan, aljabar, geometri, data dan peluang serta
aspek kognitif knowing, applying, reasoning. Hasil survei lain oleh Programme
for International Student Assessment (PISA) tahun 2012 menempatkan Indonesia
di peringkat ke-64 dari 65 negara peserta dengan kriteria penilaian kemampuan
matematis siswa sekolah menengah. Beberapa soal yang berhubungan dengan
kemampuan berpikir kreatif yang terdapat pada tes PISA adalah sebagai berikut:
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
3
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
4
Gambar 1.1
Contoh Soal Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis (PISA, 2012)
Soal tersebut mengenai persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel
yang memerlukan kemampuan penalaran dan kemampuan berpikir kreatif
matematis. Hal ini dapat terlihat pada pembahasan soal tes PISA, terdapat
beberapa alternatif cara atau solusi dalam menyelesaikan masalah matematika,
yaitu (1) cara pertama menggunakan persamaan linear satu variabel; (2) cara
kedua menggunakan pertidaksamaan linear satu variabel; (3) cara ketiga
menggunakan perhitungan manual yakni perhitungan trial and error. Jika dilihat,
materi yang diujikan adalah soal yang tidak rutin dan siswa Indonesia belum
dibiasakan dengan soal seperti itu. Selama ini, penekanan pembelajaran
matematika adalah pada pemberian rumus, contoh soal, dan latihan soal rutin
sehingga ketika diberikan soal non rutin yang membutuhkan kemampuan
penalaran dan kemampuan berpikir kreatif matematis.
Salah satu kelemahan siswa sekolah menengah di Indonesia adalah
rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis. Hal ini dapat dilihat dari hasil
penelitian Jellen dan Urban (Nurhidayati, 2013) mengenai tingkat kreativitas
siswa-siswa Indonesia. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa tingkat
kreativitas siswa Indonesia menempati urutan terendah setelah Filipina, Amerika,
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
5
Inggris, Jerman, India, Cina, Kamerun, dan Zulu. Rendahnya kemampuan
matematis siswa sekolah menengah di Indonesia dibandingkan negara-negara
tersebut sepatutnya menjadi acuan dan dorongan untuk memperbaiki masalah
pendidikan matematika di Indonesia. Salah satu cara untuk mengatasi rendahnya
kemampuan matematis siswa adalah dengan penggunaan berbagai pendekatan dan
metode yang disesuaikan dengan kemampuan matematis tertentu yang ingin
dicapai. Dalam penelitian ini, kemampuan yang ingin dicapai adalah kemampuan
berpikir kreatif matematis.
Kemampuan berpikir kreatif matematis merupakan salah satu kemampuan
matematis. Livne (Mahmudi, 2010) berpendapat bahwa kemampuan berpikir
kreatif matematis merujuk pada kemampuan untuk menghasilkan solusi bervariasi
yang bersifat baru terhadap masalah matematis yang bersifat terbuka. Oleh karena
itu, kemampuan berpikir kreatif matematis sangat diperlukan siswa untuk
menyelesaikan masalah di masa yang akan datang, baik di dunia kerja maupun
pada tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
Munandar (2009) mengungkapkan bahwa ciri-ciri kemampuan berpikir
kreatif matematis adalah keterampilan berpikir lancar (fluency), berpikir luwes
(flexibility), berpikir orisinil (originality), memerinci (elaboration), dan berpikir
evaluatif (evaluation). Lebih lanjut dikemukakan bahwa beberapa indikator dari
kemampuan berpikir kreatif matematis adalah memberikan banyak cara untuk
melakukan berbagai hal; memikirkan lebih dari satu jawaban; memberikan
beragam penafsiran terhadap suatu gambar, cerita, atau masalah; menentukan
patokan penilaian sendiri dan menentukan apakah suatu pernyataan benar; serta
menganalisis suatu masalah atau penyelesaian secara kritis dengan selalu
menanyakan “mengapa?”.
Benyamin S. Bloom dan kawan-kawan (Suherman dan Kusumah, 1990:30)
membagi tujuan pendidikan kedalam tiga daerah/domain, yaitu kognitif, afektif,
dan psikomotorik. Ranah afektif dalam pendidikan matematika meliputi
pandangan (beliefs), sikap (attitudes), dan perasaan (emotions). Salah satu
kompetensi afektif yang penting dalam pembelajaran matematika adalah disposisi.
Kilpatrick, et al. (2001:116) mengemukakan disposisi matematis dapat diartikan
sebagai kemampuan menumbuhkan sikap positif serta kebiasaan untuk melihat
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
6
matematika sebagai sesuatu yang masuk akal, berguna, berfaedah dalam
kehidupan; yang berhubungan dengan pandangan mengenai ketekunan dan
keberhasilan seseorang. Disposisi matematis siswa berkembang ketika mereka
mempelajari aspek kompetensi lainnya sebagai salah satu faktor utama dalam
menentukan kesuksesan pendidikan mereka (Mulyana, 2010:32). Disposisi
matematis siswa dapat ditingkatkan melalui pembelajaran yang memungkinkan
siswa untuk menyukai matematika dan menunjukkan bahwa matematika sangat
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari, menyediakan pengalaman matematis
yang membuat siswa dapat bekerja keras dan berhasil, serta membuat matematika
dapat dipahami dengan metode pembelajaran yang efektif dan bermakna
(Fatmawaty, 2011:5).
Penelitian tentang disposisi matematis yang dilakukan oleh Kesumawati
(2010) pada 297 siswa SMP di kota Palembang menyatakan bahwa persentase
perolehan skor rerata disposisi matematis siswa baru mencapai 58 persen, yang
diklasifikasikan rendah. Selain itu, ditinjau dari proses pembelajarannya, guru
masih dominan menggunakan pembelajaran konvensional sehingga guru
dipandang sebagai sumber pengetahuan dan siswa hanya menerima serta kurang
terlibat dalam proses pembelajaran di kelas. Hal ini tentu berdampak pada
rendahnya kemampuan berpikir kreatif matematis dan disposisi matematis siswa.
Salah satu kerangka pembelajaran yang diharapkan dapat meningkatkan
kemampuan berpikir kreatif siswa adalah Ang’s Framework for Mathematical
Modelling Instruction. Soon dan Ang (2013:250) menuliskan langkah-langkah
dalam Ang’s Framework for Mathematical Modelling Instruction sebagai berikut:
(1) memutuskan level pembelajaran pemodelan matematis; (2) mendaftar semua
kemampuan dan kompetensi (matematis atau pemodelan) yang ditargetkan dalam
pembelajaran; (3) menuliskan berbagai konsep atau rumus atau persamaan
matematis yang akan diperlukan dalam pembelajaran; (4) mempersiapkan dan
menyediakan berbagai solusi logis dari masalah dalam pembelajaran; (5)
mendaftar faktor-faktor dan hasil-hasil yang dapat menjelaskan mengapa
pembelajaran ini dianggap sukses.
Langkah (3) dan (4) pada Ang’s Framework for Mathematical Modelling
Instruction memungkinkan munculnya indikator kemampuan berpikir kreatif
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
7
matematis, yaitu memberikan banyak cara untuk melakukan berbagai hal dan
memikirkan lebih dari satu jawaban. Selain itu, Ang’s
Framework for
Mathematical Modelling Instruction juga menunjukkan bahwa matematika
bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari (khususnya melalui pemodelan) serta
menyediakan pengalaman matematis yang membuat siswa dapat bekerja keras dan
berhasil. Jadi, dapat disimpulkan bahwa indikator dalam kemampuan berpikir
kreatif matematis dan disposisi matematis dapat dikembangkan dengan
pembelajaran menggunakan Ang’s
Framework for Mathematical Modelling
Instruction. Berdasarkan uraian di atas, penulis melakukan penelitian yang
berjudul “Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis dan Disposisi Matematis
dalam Pembelajaran dengan Pendekatan Ang’s Framework For Mathematical
Modelling Instruction.”
B. Rumusan Masalah Penelitian
1. Apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Ang’s Framework for
Mathematical Modelling Instruction lebih besar daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Scientific?
2. Apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Ang’s Framework for
Mathematical Modelling Instruction lebih besar daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Scientific?
3. Bagaimana disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan
pendekatan
Ang’s Framework
for
Mathematical
Modelling
Instruction dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
Scientific?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui apakah pencapaian kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Ang’s Framework for
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
8
Mathematical Modelling Instruction lebih besar daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Scientific.
2. Mengetahui apakah peningkatan kemampuan berpikir kreatif matematis siswa
yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Ang’s Framework for
Mathematical Modelling Instruction lebih besar daripada siswa yang
mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan Scientific.
3. Mengetahui disposisi matematis siswa yang mendapatkan pembelajaran
dengan
pendekatan
Ang’s Framework
for
Mathematical
Modelling
Instruction dan siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan pendekatan
Scientific.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Menambah informasi dalam bidang pendidikan mengenai kemampuan
berpikir kreatif matematis dengan pembelajaran Ang’s Framework for
Mathematical Modelling Instruction dan dengan pembelajaran pendekatan
Scientific.
2. Pembelajaran Ang’s Framework for Mathematical Modelling Instruction dan
pembelajaran pendekatan Scientific dapat dijadikan sebagai salah satu
alternatif pendekatan dalam pembelajaran matematika.
3. Sebagai bekal dan pengalaman bagi penulis dalam melakukan penelitian
pendidikan dan mengembangkan pendekatan pembelajaran matematika yang
inovatif.
4. Hasil penelitian dapat dijadikan salah satu dasar dan masukan bagi peneliti
lain untuk mengembangkan penelitian selanjutnya.
E. Struktur Organisasi Skripsi
Skripsi ini tersusun dari lima bab yang terdiri dari pendahuluan, kajian
pustaka, metode penelitian, temuan dan pembahasan, serta simpulan dan
rekomendasi.
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang penelitian, rumusan masalah
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi.
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
9
Latar belakang berisi tentang hal-hal yang menjadi alasan dilakukannya penelitian
ini. rumusan masalah penelitian berisi tentang masalah-masalah yang akan diteliti
dalam penelitian berdasarkan penjelasan dalam latar belakang. Tujuan penelitian
berisi tentang tujuan dilakukannya penelitian berdasarkan rumusan masalah yang
telah dibuat. Manfaat penelitian berisi tentang kegunaan penelitian ini. Struktur
organisasi skripsi berisi tentang sistematika penulisan serta gambaran dari isi
setiap bab.
Bab II Kajian Pustaka, berisi tentang kedudukan masalah-masalah
penelitian, teori-teori yang digunakan, hasil penelitian terdahulu, dan hipotesis
penelitian. Masalah-masalah, teori-teori yang digunakan, dan hasil penelitian
terdahulu diperoleh melalui berbagai sumber literatur. Hipotesis penelitian berisi
tentang dugaan terhadap hasil penelitian berdasarkan teori-teori yang digunakan.
Bab III Metode Penelitian, berisi tentang desain penelitian, populasi dan
sampel, instrumen penelitian, teknik analisis data, dan prosedur penelitian. Desain
penelitian berisi tentang desain yang digunakan berdasarkan teori-teori yang
diperoleh. Populasi dan sampel penelitian berisi tentang subyek penelitian dan
lokasi dilaksanakannya penelitian. Instrumen penelitian berisi tentang instrumen
atau alat yang digunakan untuk memperoleh data dan kemudian diolah dengan
teknik pengolahan data dengan menggunakan statistika penelitian. Prosedur
penelitian berisi tentang tahapan-tahapan yang dilakukan mulai dari persiapan,
pelaksanaan, dan analis data.
Bab IV Temuan dan Pembahasan, berisi tentang temuan penelitian dan
pembahasan terhadap temuan penelitian. Temuan penelitian berisi tentang
penjelasan terhadap data-data yang diperoleh dari hasil pengolahan penelitian.
Hasil pengolahan data yang masih dalam bentuk statistika kemudian ditafsirkan
lebih rinci dalam pembahasan.
Bab V Simpulan, Implikasi, dan Rekomendasi, berisi tentang penjelasan
singkat mengenai hasil penelitian, penerapan, dan saran/rekomendasi yang
bermanfaat berdasarkan hasil penelitian.
Hadasa Maretisa Susanto, 2016
KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATISDAN DISPOSISI MATEMATISDALAM PEMBELAJARAN
DENGAN PENDEKATANANG’S FRAMEWORK FOR MATHEMATICAL MODELLING INSTRUCTION
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu
Download