Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan

advertisement
PROSEDUR PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL
PANCASILA
Oleh :
Suwardjo,SH., M.Hum.
Dosen Fakultas Hukum Universitas Surakarta
ABSTRAKSI
Hubungan Industrial Pancasila adalah sistem hubungan antara mereka yang terjadi
antara para pelaku produksi yang terdiri dari pengusaha, pekerja dan pemerintah agar
tercapai kehidupan yang harmonis. Pereselisihan hubungan Industrial sering kali terjadi
karena adanya, permasalahan yang berhubungan dengan hak-hak yang sering dilanggar,
adanya kepentingan yang tidak terpenuhi, adanya pemutusan hubungan Kerja dan
masalah yang berhubungan dengan perselisihan antar serikat pekerja dalam satu
perusahaan. Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pancasila dapat diselesaikan
melalui jalur di luar pengadilan atau melalui Pengadilan Hubungan industrial.
Kata Kunci; Hubungan Industrial, Perselisihan
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial.
Hubungan
Industrial,
A. Latar Belakang Masalah
Sebagai mahkluk sosial manusia selalu berhubungan dengan manusia lain,
adalah merupakan suatu hal yang wajar jika dalam hubungan itu dapat terjadi kesalah
pahaman yang dapat menimbulkan konflik diantara mereka. Demikian pula yang terjadi
dalam hubungan industrial Pancasila, walaupun dalam hubungan tersebut telah diikat
oleh suatu perjanjian diantara mereka.
Menurut Hardijan Rusli yang dimaksud dengan perselisihan hubungan industrial
adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara pengusaha atau
gabungan pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh karena
adanya perselisihan mengenai hak, mengenai kepentingan,dan perselisihan pemutusan
hubungan kerja serta perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu perusahaan.
(Harjian Rusli, 2003:158)
Adapun yang banyak terjadi adalah perselisihan antara pengusaha dengan para
pekerja atau serikat pekerja, sedangkan perselihan antar serikat pekerja dalam satu
perusahaan jarang terjadi atau boleh dikatakan tidak pernah terjadi.
27
Yang dimaksud dengan perselisihan hak adalah perselisihan perorangan antara
pengusaha atau serikat pengusaha dengan serikat pekerja atau pekerja peroroangn akibat
pelaksanaan perjanjian kerja atau kesepakatan kerja bersama. Perselisihan hak ini
disebut pula dengan istilah perselisihan hukum karena perselisihan ini terjadi akibat
pelanggaran
kesepakatan
dalam
perjanjian
kerja
atu
kesepakatan
kerja
bersama.Terhadap perselisihan hak yang merupakan perselisihan hukum dapat
diselesaikan di depan Pengadilan negeri apabila perselisihan itu sifatnya perseorangan
dan perselisihan yang sifatnya kolektif yaitu antara serikat pekerja dengan pengusaha
atau serikat pengusaha maka penyelesaiannya dilakukan melalui Panitia Penyelesaian
Perselisihan Perburuhan yang disingkat dengan istilah P4.(Lalu Husni, 2000: 84).
Perselisihan kepentingan adalah perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh
atau beberapa serikat pekerja dengan pengusaha atau gabungan pengusaha karena tidak
adanya persesuaian paham atau keadaan perburuhan. Misalnya perselisihan dalam
pembuatan kesepakatan kerja bersama yang tidak mencapai titik temu, eksistensi serikat
pekerja di perusahaan, mengubah atau memperpanjang kesepakatan kerja bersama yang
sedang berlaku maka penyelesaiannya dilakukan dihadapan Panitia Penyelesaian
Perselisian Ketenagakerjaan.(Lalu Husni, 2000:84)
Perselisihan pemutusan hubungan kerja yaitu perselisihan antara pengusaha
dengan pekerja yang akhirnya pekerja dapat diberhentikan dari pekerjaannya sehingga
segala hak-haknya dan kewajibannya terhadap pengusaha juga terhenti. Kondisi seperti
ini biasanya sangat memukul bagi pekerja dan keluarganya, oleh karena itu disarankan
agar segala upaya dilakukan untuk tidak sampai terjadi pemutusan hubungan kerja,
penyelesaiannya dengan cara memperoleh penetapan dari lembaga penyelesaian
hubungan industrial.
B. PERMASALAHAN
Tidak dipungkiri bahwa pada suatu saat dapat terjadi perselisIhan hubungan
industrial antara pekerja disatu pihak dan pengusaha dipihak lain, bagaimanakah
prosedur penyelesaiannya apabila terjadi perselisihan hubungan industrial tersebut.
28
C. PEMBAHASAN
I. Hubungan Industrial Pancasila
a. Pengertian
Hubungan industrial berdasarkan Pasal 1 angka 16 Undang-Undang No.13
Tahun 2003 adalah suatu system hubungan yang terjadi antara pelaku proses produksi
barang dan/atau jasa yang terdiri dari unsur Pengusaha, Pekerja dan Pemerintah yang
didasarkan pada nilai-nilai Pancasila dan Undang Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945.(Asri Wijayanti, 2009:56)
b. Ciri-ciri Khas Hubungan Industrial Pancasila :
1. Hubungan Industrial Pancasila di dasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa,
Kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan dan
Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia secara bulat dan utuh.
2. Hubungan Industrial Pancasila adalah hubungan Industrial yang secara
keseluruhan dijiwai oleh kelima sila dari Pancasila, yang maknanya sebagai
berikut :
a) Suatu hubunngan industrial yang berdasarkan atas Ketuhanan yang maha Esa,
yaitu hubungan industrial yang mengakui dan meyakini bahwa kerja sebagai
pengabdian manusia kepada Tuhan Yang maha Esa dan sesame manusia.
b) Suatu hubungan industrial yang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan
beradab yaitu tidak menganggap bahwa pekerja hanya sekedar sebagai faktor
produksi tetapi harus dianggap sebagai manusia yang harus dihargai harkat
dan martabatnya.
c) Suatu hubungan Industrial yang didalamnya mengandung asas yang dapat
mendorong kearah persatuan diantara bangsa Indonesia, tidak membedakan
golongan, tidak membedakan keyakinan politik, tidak membedakan agama,
tidak membedakan suku maupun jenis kelamin.
d) Suatu hubungan industrial yang berdasarkan atas prinsip musyawarah untuk
mencapai mufakat, berusaha memperkecil perbedaan-perbedaan dan mencari
persamaan-persamaan kearah kesepakatan antara pekerja dengan pengusaha
29
serta meyakini bahwa setiap permasalahan/ perbedaan tidak akan diselesaikan
dengan paksaan sepihak.
e) Suatu hubungan Industrial yang mendorong kearah terciptanya keadilan sosial
bagi seluruh rakyat Indonesia, bahwa seluruh hasil upaya bangsa harus dapat
dinikmati bersama secara serasi, seimbang (ini berarti mereka akan
mendapatkan bagian yang
memadai sesuai dengan fungsi dan prestasi para
pelaku) dan merata (ini berarti dapat dinikmati seluruh daerah dan seluruh
kelompok masyarakat).
3. Hubungan industrial Pancasila adalah hubungan industrial yang didasarkan atas
suasana serba keserasian, keselarasan dan keseimbangan diatara mereka yang
tersangkut dalam proses produksi yaitu pekerja/buruh, pengusaha dan
pemerintah.
4. Hubungan industrial Pancasila berpegang pada tri dharma (tiga kewajiban)
dimana antara pekerja/buruh, pengusaha dan pemerintah harus menciptakan
suasana saling merasa ikut memilik (rumongso handarbeni), ikut memelihara
dan mempertahankan (melu hangrungkebi) dan terus menerus mawas diri
(mulat sariro hangroso wani).
c. Tujuan Hubungan industrial Pancasila ;
Hubungan industrial Pancasila bertujuan mengemban cita-cita proklamasi
kemerdekaan negara Republik Indonesia tanggal 17 agustus 1945 yaitu untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila serta ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan social melalui penciptaan ketenangan, ketentraman dan ketertiban
kerja serta ketenangan dalam berusaha. (Andrian Sutedi, 2009:24)
d. Landasan Hubungan Industrial Pancasila :
1. Hubungan industrial Pancasila berdasarkan landasan idiil, konstitusionil dan
operasionil,
- Landasan idiil adalah Pancasila
- Landasan konstitusionil adalah Undang Undang Dasar 1945
30
2. Hubungan industrial Pancasila berdasarkan kebijakan-kebijakan pemerintah
untuk menciptakan keamanan nasional, stabilitas nasional serta adanya
partisipasi social dan kontinuitas pembangunan nasional.
3. Hubungan industrial Pancasila dalam mencapai tujuannya mendasarkan diri pada
asas kerjasama yaitu :
- Pekerja/buruh dan pengusaha harus merasa sebagai teman seperjuangan di
dalam proses produksi, yang berarti baik pekerja maupun pengusaha wajib
bekerjasama serta bantu membantu dalam kelancaran usaha dengan
meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan produksi.
- Pekerja/buruh dan pengusaha harus merasa sebagai teman seperjuangan di
dalam keuntungan, yang berarti bahwa keuntungan yang diterima perusahaan
harus dapat dinikmati bersama dengan bagian yang layak dan serasi.
- Pekerja/buruh dan pengusaha harus merasa sebagai teman seperjuangan di
dalam pertanggungan jawab yang meliputi :
a) Tanggung jawab kepada Tuhan Yang maha Esa.
b) Tanggung jawab kepada bangsa dan negara.
c) Tanggung jawab kepada masyarakat sekelilingnya.
d) Tanggung jawab kepada buruh dan keluarganya.
e) Tanggung jawab kepada perusahaan dimana dia bekerja.
II. Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial Pancasila.
Undang-undang ketenagakerjaan No. 13 tahun 2003 mengatur tentang
penyelesaian perselisihan hubungan industrial dalam pasal 136:
Pasal 136 ayat 1 menyebutkan : perselisihan hubungan industrial dilakukan oleh
pengusaha dengan pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh secara musyawarah
untuk mencapai mufakat.
Pasal 136 ayat 2 menyebutkan : dalam hal penyelesaian secara musyawarah untuk
mufakat sebagaimana diatur pada ayat (1) tidak tercapai, maka pengusaha dan
pekerja/buruh atau serikat pekerja/serikat buruh menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial melalui prosedur penyelesaikan hubungan industrial yang diatur dengan
undang-undang.
31
Dengan ketentuan yang tercantum dalam undang-undang No.13 tahun 2003
pemerintah telah mengeluarkan UU tentang
penyelesaian perselisihan hubungan
industrial yaitu Undang-Undang No 2 tahun 2004. Adapun penyelesaian perselisihan
hubungan industrial dapat dilangsungkan melalui pengadilan hubungan industrial atau
diluar pengadilan hubungan industrial.
Penyelesaian Hubungan Industrial Di Luar Pengadilan Hubungan Industrial
Adalah Sebagai Berikut :
1. Bipartit.
Sebelum perselisihan diajukan kepada lembaga penyelesaian perselisihan, setiap
perselisihan wajib diupayakan penyelesaiannya secara bipartite yaitu musyawarah
diantara kedua belah pihak.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 10 Unadng-Undang No. 2 tahun 2004,
perundingan bipartite adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat
pekerja/buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan hubungan
industrial. Prosedur penyelesaiannya sebagai berikut :
Perselisihan hubungan industrial wajib diupayakan penyelesaiannya melalui
perundingan bipartite secara musyawarah untuk mencapai mufakat. Penyelesaian
secara bipartite ini harus diselesaikan paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak
tanggal dimulainya perundingan. Apabila dalam perundingan gagal maka salah satu
pihak atau kedua belah pihak mencatatkan perselisihannya kepada dinas
ketenagakerjaan
setempat
dengan
melampirkan
bukti
bahwa
upaya-upaya
penyelesaian melalui perundingan bipartite telah dilakukan. Apabila bukti-bukti tidak
dilampirkan maka dinas ketenagakerjaan akan mengembalikan berkas untuk
dilengkapi paling lambat 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak tanggal diterimanya
pengembalian berkas.
Setelah menerima pencatatan dari salah satu pihak atau kedua belah pihak. Dinas
ketenagakerjaan setempat wajib menawarkan kepada para pihak untuk menyesaikan
melalui konsiliasi atau arbitrase dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja, dinas
ketenagakerjaan setempat melimpahkan penyelesaian perselisihan hubungan
industrial kepada mediator. Setiap perundingan bipartit harus dibuat risalah yang
ditandatangani oleh para pihak. Risalah perundingan sekurang-kurangnya harus
memuat :
32
a. nama lengkap dan alamat para pihak.
b. tanggal dan tempat perundingan.
c. pokok masalah atau alasan perselisihan
d. pendapat para pihak,
e. kesimpulan dan hasil perundingan,
f, tanggal serta tanda tangan para pihak yang melakukan perundingan.
Apabila perundingan dapat mencapai kesepaktan penyelesaian, maka dibuat
perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak. Perjanjian itu mengikat dan
menjadi hukum serta wajib dilaksanakan oleh para pihak. Perjanjian itu wajib
didaftarkan oleh para pihak yang membuat perjanjian bersama pada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri diwilayah dimana para pihak membuat
perjanjian bersama. Perjanjian bersama yang telah didaftarkan diberikan akta bukti
pendaftaran perjanjian bersama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
perjanjian bersama.
Apabila perjanjian bersama tidak dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak
yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi kepada Pengadilan
Hubungan Industrial untuk mendapatkan eksekusi. Dalam hal pemohon eksekusi
berdomisili di luar Pengadilan Negeri tempat pendaftaran perjanjian bersama maka
mpemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi
untuk diteruskan pada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang
berwenang melaksanakan eksekusi.
2. Mediasi
berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka !! Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 yang
disebut mediasi adalah penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat
buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh
seorang atau lebih mediator yang netral.
Pasal 1 angka 12 Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 mediator Hubungan industrial
adalah pegawai instansi dinas ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai
mediator yang ditetapkan oleh Menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan
mempunyai kewajiban memberkan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih
33
untuk menyelesaikan perselisihan hak, perselisihan kepentingan, perselisihan
pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh
hanya dalam satu perusahaan.
Penyelesaian perselisihan melalui mediasi dilakukan oleh mediator yang berada di
setiap kantor dinas tenaga kerja yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
Kabupaten/Kota. Dalam waktu selambat- lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah
menerima pelimpahan penyelesaian perselisihan, mediator harus sudah mengadakan
penelitian tentang duduknya perkara dan segera mengadakan sidang mediasi.
Mediator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk hadir dalam siding guna
diminta dan didengar keterangan.
Apabila tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
mediasi, maka dibuat perjanjian bersama yang ditanda tangani para pihak dan
disaksikan oleh mediator serta didaftar Di Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak yang mengadakan perjanjian untuk
mendapatkan akta bukti pendaftaran.
Apabila dalam mediasi tidak tercapai kesepakatan, maka :
a. mediator mengeluarkan anjuran tertulis,
b. anjuran tertulis sebagimana dimaksud dalam waktu selambat-lambatnya
10(sepuluh) hari kerja sejak sidang mediasi pertama harus sudah disampaikan
kepada para pihak.
c. para pihak harus sudah member jawaban secara tertulis kepada mediator yang
isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu selambat-lambatnya
10(sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran tertulis,
d. pihak yang tidak memberikan pendapatnya sebagaimana dimaksud dianggap
menolak anjuran tertulis,
e. dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis, maka dalam waktu selambatlambatnya 3(tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui, mediator harus sudah
selesai membantu para pihak membuat perjanjian bersama untuk kemudian
didaftar di Pengadilan Negeri di wilayah hukum dimana pihak-pihak mengadakan
perjanjian untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
34
3. Konsiliasi.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 13
Undang-Undang No. 2 tahun 2004,
konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan,perselisihan pemutusan
hubungan kerja atau perselisiah antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu
perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator
yang netral.
Konsiliator adalah seorang atau lebih yang memenuhi syarat- syarat sebagai
konsiliator yang ditetapkan Menteri Tenaga kerja yang bertugas melakukan konsiliasi
dan wajib memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan kerja dan
perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan.
Penyelesaian perselisihan melalui konsiliasi dilakukan oleh konsiliator yang terdapat
pada kantor Disnaker kabupaten/kota. Penyelesaian perselisihan kepentingan,
perselisihan
pemutusan
hubungan
kerja
atau
perselisihan
antara
serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui konsiliasi dilakukan oleh
konsiliator yang wilayah kerjanya meliputi tempat pekerja/buruh bekerja.
Penyelesaian perselisihan oleh konsiliator dilaksanakan setelah mengajukan
permintaan secara tertulis kepada konsiliator yang ditunjuk dan disepakati oleh para
pihak. Para pihak mengetahui nama konsiator yang akan dipilih
dari nama
konsiliator yang dipasang dan diumumkan pada kantor dinas tenaga kerja setempat.
Dalam waktu selambat-lambatna 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima permintaan
secara tertulis, konsiliator harus sudah mengadakan penelitian tentang duduknya
perkara dan selambat-lambatnya pada hari kerja kedelapan harus sudah diadakan
sidang konsiliasi pertama. Konsiliator dapat memanggil saksi atau saksi ahli untuk
hadir dalam siding untuk diminta dan didengar keterangannya.
Apabila tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui
konsiliasi, maka dibuat perjanjian bersama yang ditandatangani oleh para pihak
disaksikan oleh konsiliator dan didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri di wilayah hukum pihak-pihak mengadakan perjanjian bersama
untuk mendapatkan akta bukti pendaftaran.
Apabila tidak tercapai kesepakatan penyelesaian melalui konsiliasi, maka;
35
a. konsiliator mengeluarkan anjuran tertulis ;
b. anjuran tertulis tersebut dalam waktu selambat-lambatnya 10(sepuluh) hari kerja
sejak sidang konsiliasi pertama harus sudah disampaikan kepada para pihak;
c. para pihak harus sudahmemberikan jawaban secara tertulis kepada konsiliator yang
isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam waktu selambat-lambatnya
10(sepuluh) hari kerja setelah menerima anjuran tertulis;
d. dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis tersebut dalam huruf a, dalam
waktu selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui,
konsiliator harus sudah selesai membantu para pihak membuat perjanjian bersama,
untuk kemudian didaftar di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan
Negeri
di
wilayah
pihak-pihak
mengadakan
perjanjian
bersama
untuk
mendapatkan bukti pendaftaran.
Perjanjian bersama yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftaran dan
merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian bersama . Apanila tidak
dilaksanakan oleh salah satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
permohonan eksekusi di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
yang di wilayah hukumnya perjanjian bersama didaftarkan untuk mendapat
penetapan eksekusi. Apabila pemohon eksekusi berdomisili diluar wilayah hukum
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri tempat pendaftaran
perjanjian bersama, maka pemohon eksekusi dapat mengajukan permohonan
eksekusi melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri dimana
pemohon berdomisili untuk diteruskan ke Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri yang berkompeten melaksanakan eksekusi. Apabila eksekusi
ditolak oleh salah satu pihak atau para pihak, maka salah satu pihak atau para pihak
dapat melanjutkan penyelesaian perselisihan ke Pengadilan Hubungan Industrial
pada Pengadilan setempat dengan membuat gugatan.
Konsiliator menyelesaikan tugasnya dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja terhitung sejak menerima permintaan penyelesaian perselisihan.
4. Arbitrase
Menurut Sudikno Merto Kusumo, arbitrase atau perwasitan adalah suatu prosedur
penyelesaikan sengketa di luar pengadilan yang berdasarkan suatupersetujuan pihak-
36
pihak yang bersangkutan diserahkan kepada seorang wasit atau lebih (Sudikno, 1979:
190)
Erman Rajagukguk menyebutkan, arbitrase adalah penyelesaian atau pemutusan
sengketa oleh seorang hakim atau para hakim yang bertujuan agar mereka akan
tunduk kepada atau menaati keputusan yang telah diberikan oleh hakim atau para
hakim yang mereka pilih atau tunjuk tersebut (Erman Rajagukguk 2000:14)
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 15 Undang-Undang No. 2 tahun 2004 arbitrase
adalah penyelesaian perselisihan kepentingan dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan diluar Pengadilan hubungan
industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih untuk
menyerahkan penyelesaiannya kepada Arbiter yang putusannya mengikat dan
bersifat final.
Pengertian Arbiter menurut Pasal 1 angka 16 Undang0Undang no. 2 tahun 2004
adalah seorang atau lebih yang dipilih oleh para pihak yang berselisih dari daftar
arbiter yang ditetapkan oleh Menteri untuk memberikan putusan mengenai
perselisihan kepentingan dan perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan yang diserahkan penyelesaiannya melalui arbitrase dan
putusannya mengikat para pihak dan bersifat final.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui arbiter dilakukan atas
kesepakatan para pihak yang berselisih secara tertulis dalam surat perjanjian
arbitrase, perjanjian arbitrase dibuat rangkap 3 (tiga) dan masing-masing pihak
mendapatkan 1 (satu) yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.
Arbiter wajib menyelesaikan perselisihan hubungan industrial dalam waktu
selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari kerja sejak penandatanganan surat
penunjukan arbiter. Pemeriksaan perselisihan hubungan industrial oleh arbiter atau
majlis arbiter dilakukan secara tertutup kecuali para pihak menghendaki lain.
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial oleh arbiter harus diawali dengan
upaya mendamaikan kedua belah pihak yang berselisih. Apabila perdamaian tercapai,
arbiter dan majlis arbiter wajib membuat akta perdamaian yang ditandatangani oleh
para pihak yang berselisih dan arbiter atau majlis arbiter. Akta perdamaian
didaftarkan di Pengadilan Hubungan industrial pada Pengadilan Negeri di wilayah
37
arbiter mengadakan perdamaian. Apabila akta perdamaian tidak dilaksanakan oleh
salah satu pihak maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan permohonan eksekusi
kepada Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan negeri di wilayah akta
perdamaian didaftar untuk mendapatkan penetapan eksekusi. Apabila pemohon
eksekusi berdomisili diluar wilayah Pengadilan hubungan industrial pada Pengadilan
Negeri tempat penaftaran akta perdamaian, maka pemohon eksekusi dapat
mengajukan permohonan eksekusi melalui Pengadilan Hubungan Industrial pada
Pengadilan Negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi untuk diteruskan ke
Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang berkompeten
melaksanakan eksekusi.
Apabila upaya perdamaian gagal, arbiter atau majlis arbiter meneruskan sidang
arbitrase dan memberikan hasil keputusan, selambat-lambatnya 14 (empat belas) hari
kerja harus sudah dilaksanakan. Putusan arbitrase mempunyai kekuatan hukum tetap
dan final dan didaftarkan di Pengadilan Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri
di wilayah arbiter mengeluarkan putusan.
Terhadap putusan arbitrase, salah satu pihak dapat mengajukan permohonan
pembatalan kepada Mahkamah Agung dalam waktu selambat-lambatnya 30 (tiga
puluh) hari kerja sejak ditetapkannya putusan arbiter, dalam hal putusan diduga
mengandung unsur-unsur sebagai berikut ;
a. surat atau dokumen yang diajukan dalam pemeriksaan setelah putusan dijatuhkan,
diakui atau dinyatakan palsu;
b. setelah putusan diambil ditemukan dokumen yang bersifat menentukan yang
disembunyikan oleh pihak lawan;
c. putusan diambil daritipu muslihat yang dilakukan oleh salah satu pihak dalam
pemeriksaan perselisihan;
d. putusan melampaui kekuasaan hubungan industrial;
e. putusan bertentangan dengan perundang-undangan.
Apabila permohonan pembatalan dikabulkan Mahkamah Agung, maka Mahkamah
agung menetapkan akibat pembatalan, baik seluruhnya atau sebagian putusan
arbitrase. Mahkamah agung memutuskan permohonan pembatalan dalam waktu
38
selambat-lambatnya 30 (tigapuluh) hari kerja terhitung sejak menerima permohonan
pembatalan.
Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang No, 2 tahun 2004 Pengadilan Hubungan
industrial bertugas dan berwenang memeriksa dan memutus ;
a. di tingkat pertama mengenai perselisihan hak;
b. di Tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan kepentingan;
c. di tingkat pertama mengenai perselisihan pemutusan hubungan kerja;
d.
di tingkat pertama dan terakhir mengenai perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh dalam satu perusahaan,
Penyelesaian perselisihan hubungan industrial melalui Pengadilan Hubungan
Industrial diawali dengan mengajukan gugatan kepada Pengadilan hubungan
industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi tempat
pekerja/buruh bekerja. Gugatan oleh pekerja/buruh atas pemutusan hubungan kerja
dapat diajukan hanya dalam tenggang 1 (satu) tahun sejak diterimanya
ataudiberitahukannya keputusan dari pihak pengusaha.
Berdasarkan Pasal 88 Ayat 1 Undang-Undang no. 2 tahun 2004, dalam waktu
selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah menerima gugatan harus sudah
menetapkan majlis hakim, terdiri 1(satu) orang hakim sebagai ketua majlis dan 2
(dua) orang hakim Ad- Hoc sebagi anggota Majlis.
Proses pemeriksaannya dapat dilakukan dengan acara sebagai berikut :
1. Acara biasa ;
Dalam waktu selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak penetapan Majlis Hakim,
maka ketua Majlis Hakim harus sudah mengadakan sidang pertama. Pemanggilan
untuk datang ke sidang dilakukan secara sah apabila disampaikan dengan surat
panggilan kepada para pihak di alamat tempat tinggalnya, atau kalau tidak diketahui
tempat tinggalnya maka disampaikan ke tempat tinggal terakhir. Apabila tempat
tinggal maupun tempat kediaman terakhir tidak dikenal, maka surat panggilan
ditempelkan pada tempat pengumuman di gedung Pengadilan Hubungan industrial
yang memeriksanya.
Menurut Pasal 92 Undang-undang No.2 tahun 2004 , sidang dianggap sah apabila
dilakukan oleh Majlis Hakim.
39
Ketidak hadiran penggugat atau kuasa hukumnya setelah dipanggil secara patut
sampai penundaan sidang yang terakhir yaitu dalam waktu 2 (dua) kali 7 (tujuh) hari
maka gugatannya dianggap gugur, tetapi penggugat berhak mengajukan gugatannya
sekali lagi. Sedangkan ketidak hadiran tergugat atau kuasa hukumnya setelah
dipanggil secara patut sampai penundaan sidang yang terakhir yaitu dalam waktu
2(dua) kali 7 (tujuh) hari, maka Majlis Hakim dapat memeriksa dan memutus
perselisihan tanpa dihadiri tergugat.
Sidang Majlis Hakim terbuka untuk umum, kecuali Majlis hakim menetapkan lain.
Di dalam putusan Pengadilan hubungan Industrial ditetapkan kewajiban yang harus
dilakukan dan hak yang harus diterima oleh para pihak atau salah satu pihak atas
setiap penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
2. Pemeriksaan dengan acara cepat;
Apabila terdapat kepentingan para pihak dan/atau salah satu pihak yang cukup
mendesak yang harus dapat disimpulkan dari alasan-alasan permohonan dari yang
berkepentingan, para pihak dan/atau salah satu pihak dapat memohon kepada
Pengadilan Hubungan Industrial supaya pemeriksaan sengketa dipercepat. Dalam
jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah diterimanya permohonan, Ketua Pengadilan
Negeri mengeluarkan penetapan tentang dikabulkan atau tidak dikabulkannya
permohonan terebut. Hasil penetapan hasil tersebut tidak dapat dilakukan upaya
hukum.
Dalam hal permohonan pemeriksaan sengketa cepat dikabulkan, Ketua Pengadilan
Negeri dalam jangka waktu 7 (tujuh) hari kerja setelah dikeluarkannya penetapan
harus menentukan majlis hakim, hari, tempat dan waktu sidang tanpa melalui
pemeriksaan. Tenggang waktu untuk jawaban dan pembuktian kedua belah pihak,
masing-masing ditentukan tidak melebihi 14 (empat belas) hari kerja.
Berdasarkan Pasal 101 Undang-Undang No.2 tahun 2004 dalam pengambilan
putusan ditentukan dalam sidang terbuka untuk umum, bilamana tidak dipenuhi,
maka putusan pengadilan tidak sah dan tidak mempunyai kekuatan hukum.
40
Kesimpulan
Prosedur Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial adalah sebagai berikut :
a. Di luar Pengadilan Hubungan industrial dengan cara ;
1. Penyelesaian secara bipartite yaitu penyelesaian perselisihan yang dilakukan
dengan musyawarah untuk mufakat antara ke dua belah pihak dan diharapkan
para pihak tidak ada yang dikalahkan atau dimenangkan sehingga bersifat
mengikat. Penyelesaiannya paling lama 30 (tiga Puluh) hari.
2. Penyelesaian melalui mediasi yaitu penyelesaian perselisihan yang ditengahi
oleh seorang atau lebih mediator yang bersifat netral, mediator adalah pegawai
pada instansi dinas ketenagakerjaan yang memenuhi syarat sebagai mediator
yang bertugas untuk melakukan mediasi dan berkewajiban memberikan
anjuran para pihak untuk menyelesaikan perselisihan hubungan industrial di
perusahaan.
3. Penyelesaian dengan konsiliasi yaitu penyelesaian perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja dan perselisihan antar serikat pekerja
hanya dalam satu perusahaan ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator
yang netral.
4. Penyelesaian perselisihan dengan arbitrase yaitu penyelesaian perselisihan
kepentingan dan perselisihan antar serikat pekerja hanya dalam satu
perusahaan melalui kesepakatan tertulis para pihak untuk menyerahkan
penyelesaiannya melalui arbiter yang putusannya bersifat final
b. Melalui Pengadilan hubungan Industrial yaitu penyelesaian
hubungan
industrial yang dilakukan dengan mengajukan gugatan kepada Pengadilan
Hubungan Industrial pada Pengadilan Negeri yang daerah hukumnya meliputi
pekerja/buruh bekerja.
41
Daftar Pustaka ;
Andrian Sutedi, Hukum Perburuhan, Sinar Grafika, Jakarta, 2009.
Asri Wijayanti, Hukum Ketenagakerjaan Pasca Reformasi, Jakarta, Sinar Grafika,
Jakarta, 2009
Erman Rajagukguk, Arbitrase dan Putusan Pengadilan, Chandra Pratama, Jakarta,
2000.
Hardijan Rusli, Hukum Ketenagakerjaan2003,Ghalia Indonesia, Jakarta, 2004.
Lalu Husni, Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia, PT. Raja Grafindo Persada,
Jakarta. 2000.
Sudikno Merto Kusumo,Hukum Acara Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, 1979.
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan ( LN Tahun 2003 No. 39,
TLN No. 4279).
Undang-Undang No. 2 Tahun 2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubungan
Industrial. (LN Tahun 2004 No. 6, TLN No.4356)
42
Download