BAB III KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 3.1 Kajian Teori Di bawah ini penulis akan membahas teori yang berhubungan dengan variabel penelitian, yaitu: manajemen sumber daya manusia, motivasi dan kinerja karyawan. 3.1.1. Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia Sumber daya manusia (SDM) sebagai salah satu unsur dalam organisasi dapat diartikan sebagai manusia yang bekerja dalam suatu organisasi. Menurut H.M Yani (2012:1), Sumber daya manusia (SDM) dapat disebut juga sebagai personil, tenaga kerja, pekerja, karyawan, potensi manusiawi sebagai penggerak organisasi dalam mewujudkan eksistensinya. Atau potensi yang merupakan aset dan berfungsi sebagai modal non material dalam organisasi bisnis, yang dapat diwujudkan menjadi potensi nyata secara fisik dan non fisik dalam mewujudkan eksistensi organisasi. Di era globalisasi pengelolaan sumber daya manusia bukan merupakan hal yang mudah, oleh karena berbagai suprastruktur dan infrastruktur perlu disiapkan untuk mendukung terwujudnya proses sumber daya manusia yang berkualitas. Organisasi yang ingin tetap eksis dan memiliki citra positif di mata masyarakat tidak akan mengabaikan aspek pengembangan kualitas sumber daya manusianya. 36 http://digilib.mercubuana.ac.id/ 37 Oleh karena itu peran manjemen sumber daya manusia dalam organisasi tidak kecil, bahkan sebagai sentral pengelola maupun penyedia sumber daya manusia bagi departemen lainnya. Lebih lanjut Flippo sebagai dikutip oleh H.M Yani (2012:1-2), mengemukakan bahwa: Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dapat diartikan sebagai ilmu yang mengatur hubungan dan peranan tenaga kerja secara efektif dan efisien sehingga tercapai tujuan organisasi. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) dapat juga diartikan sebagai kegiatan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian atas pengadaan tenaga kerja, pengembangan, kompensasi, integrasi pemeliharaan dan pemutusan hubungan kerja dengan sumber daya manusia untuk mencapai sasaran perorangan, organisasi dan masyarakat. Atau dengan kata lain secara lugas Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM) memiliki pengertian sebagai kegiatan perencanaan, pengadaan, pengembangan, pemeliharaan, dan penggunaan sumber daya manusia dalam upaya mencapai tujuan individu ataupun organisasional. Menurut Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008:1), manajemen sumber daya manusia merupakan bagian dari ilmu manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan perananan sumber daya manusia dalam kegiatan suatu organisasi. Manajemen sumber daya manusia (human resources management) berbeda dengan manajemen personalia (personnel management). Manajemen sumber daya manusia menganggap bahwa karyawan adalah kekayaan (asset) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 38 utama organisasi yang harus dikelola dengan baik, jadi MSDM sifatnya lebih strategis bagi organisasi dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan manajemen personalia menganggap karyawan sebagai salah satu faktor produksi yang harus dimanfaatkan secara produktif atau manajemen personalia lebih menekankan pada sistem dan prosedur. Beberapa pakar MSDM memberikan pandangan yang beragam tentang MSDM. Schuler, Dowling, Smart dan Huber dalam Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008:2), menyatakan bahwa: Human resources management (HRM) is the recognition of the importance of an organization’s workforce as vital human resources contributing to the goals of the organization, and the utilization of several functions and activities to ensure that they are used effectivelv and fairly for the benefit of the individual the organization, and society. Pernyataan tersebut menegaskan bahwa manajemen sumber daya manusia memberikan pengakuan tentang pentingnya tenaga kerja organisasi sebagai sumber daya manusia utama yang memberi kontribusi bagi pencapaian tujuantujuan organisasi serta memberikan kepastian bahwa pelaksanaan fungsi dan kegiatan organisasi dilaksanakan secara efektif dan adil bagi kepentingan individu, organisasi dan masyarakat. Karena pentingnya peran SDM dalam pelaksanaan dan pencapaian tujuan organisasi maka pengelolaan sumber daya manusia harus memperhatikan beberapa aspek seperti aspek staffing, pelatihan dan pengembangan, motivasi dan pemeliharaannya yang secara lebih mendetail dikemukakan oleh De Cenzo and http://digilib.mercubuana.ac.id/ 39 Robbins sebagaimana dikutip oleh Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008:2), yang menyatakan bahwa: “Human resources management is the part of the organization that is concerned with the “people” or human resources aspect of management position, including recruiting, screening, training, rewarding, and appraising”. Karena mengelola SDM merupakan suatu sistem maka beberapa aspek yang menjadi perhatian di atas dalam pelaksanaannya saling bergantung (bersinergi) satu sama lain jangan merupakan aktivitas yang berjalan sendirisendiri seperti dikemukakan oleh Werther and Davis seperti dikutip oleh Tjutju Yuniarsih dan Suwatno (2008:2), menyatakan bahwa: “Human resources management is a system that consists of many interdependent activities. This activities do not occur in isolation virtually every one affects another human resources activity”. Dan karena setiap aktivitas yang bersinergi tersebut merupakan pelaksanaan dari setiap keputusan yang diambil maka MSDM itu pada dasarnya merupakan integrasi keputusan yang membentuk hubungan antar karyawan. Kualitas sinergi mereka memberikan kontribusi terhadap kemampuan SDM dan organisasi dalam mencapai tujuan. Garry Dessler (2007:58), menyatakan bahwa: Manajemen Sumber Daya Manusia merupakan kebijakan dan praktek menentukan aspek “manusia” atau SDM dalam posisi manajemen, termasuk merekrut, menyaring, melatih, memberi penghargaan dan penilaian. Selain itu, Manajemen Sumber Daya Manusia juga dapat diartikan sebagai suatu proses memperoleh, melatih, menilai, dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 40 memberikan kompensasi kepada pegawai, memperhatikan hubungan kerja mereka, kesehatan dan keamanan serta masalah keadilan. Menurut Sadili Samsudin (2009:117), bahwa: Manajemen Sumber Daya Manusia adalah suatu kegiatan pengelolaan yang meliputi pendayagunaan, pengembangan, penilaian, pemberi balas jasa, cara-cara mendesain sistem perencanaan, penyusunan pegawai, pengelolaan karier, evaluasi kinerja, kompensasi pegawai dan hubungan ketenagakerjaan. Arep Ishak dan Henri Tanjung (2008:98), mengemukakan bahwa: Manajemen Sumber Daya Manusia adalah ilmu dan seni yang mengatur unsur manusia (cipta, rasa, dan karsa) sebagai asset suatu organisasi dengan cara memperoleh, mengembangkan dan memelihara tenaga kerja secara efektif dan efisien. Menurut Edy Sutrisno (2009:12), menyatakan bahwa strategi sumber daya manusia berkaitan dengan misi, visi, strategi organisasi, SBU (Strategy Business Unit) dan juga strategi fungsional. Penentuan strategi sumber daya manusia perlu memperhatikan dan mempertimbangkan misi, visi, strategi korporat, serta perlu dirumuskan secara logis, jelas dan aplikatif. Strategi sumber daya manusia mendukung pengimplementasian strategi korporat dan perlu diterjemahkan dalam aktivitas-aktivitas SDM, kebijakan-kebijakan, program-program yang sejalan dengan strategi organisasi akan mempengaruhi pencapaian sasaran organisasi. Strategi SDM berkaitan antara lain dengan pembentukan suatu budaya organisasi yang tepat, perencanaan SDM, mengaudit SDM baik dari segi kualitatif maupun kuantitatif, serta mencakup pula aktivitas SDM seperti pengadaan SDM http://digilib.mercubuana.ac.id/ 41 (dari rekruitmen sampai seleksi), orientasi, pemeliharaan, pelatihan dan pengembangan SDM, penilaian SDM. Organisasi harus memilih strategi bisnis yang tepat supaya mampu memanfaatkan peluang bisnis dan mengantisipasi kendala-kendala yang terjadi sebagai dampak dari perubahan lingkungan yang cepat. Salah satu kunci yang sangat penting dalam meraih keuntungan kompetitif adalah melalui pengelolaan strategi sumber daya manusia secara efektif. Pengembangan dan pengimplementasian strategi sumber daya manusia yang tercermin pada kegiatankegiatan SDM seperti pengadaan, pemeliharaan dan pengembangan harus sejalan dengan strategi bisnis dan budaya organisasi. Kemitraan dengan organisasi lain merupakan karateristik untuk meningkatkan produktivitas dan prestasi organisasi. Sebab itu network structure dan budaya organisasi yang mengacu pada inovasi, kreativitas dan belajar berkesinambungan akan merupakan pilihan yang tepat bagi organisasi-organisasi yang ingin survive dan berkembang. Desain ulang SDM acap kali perlu dilakukan dengan seksama dan bijak agar sasaran organisasi dapat dicapai. Desain SDM berkaitan dengan desain pekerjaan yang mengacu pada job charateristic model. Hacman dan Oldham dalam Edy Sutrisno (2009:13), mengemukakan bahwa job chateristic model terdiri dari task identity, task, significance, task variety, authority dan feedback yang berimplikasi pada struktur organisasi. Dengan perkataan lain desain ulang pekerjaan dapat dilakukan dengan mengacu pada peningkatan kelima karateristik tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 42 Berdasarkan pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen sumber daya manusia adalah proses mengatur sumber daya manusia dengan sistem formal secara efektif dan efisien di dalam suatu organisasi melalui proses perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, penggerakkan dan pengendalian. 3.1.1.1. Pendekatan Terhadap Konsep Manajemen Sumber Daya Manusia Pendekatan-pendekatan terhadap konsep manajemen sumber daya manusia sangat membantu para pimpinan dan para ahli manajemen sumber daya manusia untuk tetap mempertahankan fungsi sumber daya manusia dengan segala aktivitasnya dalam gambaran yang benar. Pendekatan-pendekatan tersebut menurut Herman Sofyandi (2008:22-23), meliputi: 1. Pendekatan Strategis (Strategic Approach) Manajemen sumber daya manusia harus memberikan kontribusi kepada keberhasilan strategi organisasi. Jika aktivitas-aktivitas para pimpinan dan departemen sumber daya manusia tidak mendukung pada pencapaian tujuan-tujuan strategis organisasi, maka sumber daya manusia tidak dimanfaatkan secara efektif. 2. Pendekatan Sumber Daya Manusia (Human Resource Approach) Manajemen sumber daya manusia merupakan manajemen manusia. Martabat dan kepentingan hidup manusia hendaknya tidak diabaikan demi kesejahteraan. Hanya melalui perhatian yang hati-hati terhadap kebutuhan-kebutuhan pegawai dapat membuat organisasi tumbuh dan berkembang ke arah keberhasilan. 3. Pendekatan Manajemen (Management Approach) Manajemen sumber daya manusia merupakan tanggung jawab setiap pimpinan. Keberadaan departemen sumber daya manusia adalah melayani para pimpinan dan pegawai melalui keahlian yang dimilikinya. 4. Pendekatan Sistem (Systems Approach) http://digilib.mercubuana.ac.id/ 43 Manajemen SDM merupakan suatu subsistem dari sistem yang lebih besar yaitu organisasi. Oleh karena itu, manajemen sumber daya manusia harus dievaluasi kontribusinya terhadap organisasi. Dalam praktiknya, para ahli profesional harus menyadari bahwa model manajemen sumber daya manusia merupakan sistem yang terbuka (open system) yang terdiri dari bagian-bagian yang saling berhubungan dan dipengaruhi oleh lingkungan eksternal. 5. Pendekatan Reaktif-Proaktif (Reactive-Proactive Approach) Para pimpinan dan departemen sumber daya manusia tidak dapat selalu menunggu umpan balik dan kemudian memberikan respon/tanggapan atas umpan balik tersebut. Menunggu hingga suatu masalah yang aktual terjadi dan kemudian memberikan reaksi, mungkin dapat menjadi langkah yang kurang tepat dan membutuhkan biaya yang besar. Manajemen sumber daya manusia yang reaktif terjadi ketika pengambil keputusan merespon masalah sumber daya manusia. Sedangkan manajemen SDM yang proaktif terjadi ketika masalah-masalah sumber daya manusia diantisipasi dan dilakukan tindakan perbaikan/korektif sebelum permasalahan tersebut timbul ke permukaan. Penyelesaian masalah akan efektif dan efisien apabila pimpinan dan departemen sumber daya manusia menggunakan pendekatan proaktif. Dengan menerapkan pendekatan proaktif dalam menyelesaikan masalah tersebut, maka pimpinan dapat mengambil tindakan preventif sebelum masalah tersebut menjadi serius. Oleh karena itu, departemen sumber daya manusia harus senantiasa melakukan tindakan monitoring terhadap perubahan lingkungan agar produktivitas kerja akan selalu meningkat. 3.1.1.2 Fungsi-Fungsi Manajemen Manajemen sumber daya manusia memiliki tujuan yang ingin dicapai, untuk dapat berjalan dengan baik diperlukan fungsi manajemen. Salam (2007:16), menyatakan bahwa fungsi manajemen terdiri dari: 1. Perencanaan adalah usaha membuat suatu tindakan dari beberapa alternatif yang mungkin dapat tersedia yang meliputi strategi, kebijakan, program, proyek dan prosedur dalam rangka mencapai tujuan organisasi. 2. Pengorganisasian adalah suatu usaha untuk mengelompokkan pekerjaan yang diatur melalui struktur organisasi sehingga setiap unit kerja mempunyai sasaran dalam rangka mencapai tujuan secara nyata. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 44 3. Penyusunan staf adalah suatu usaha penempatan orang-orang yang tepat ke dalam unit-unit kerja yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi. 4. Penggerakkan dapat diartikan sebagai suatu usaha mempengaruhi dan mengarahkan anggota organisasi (pegawai) untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan. 5. Pengendalian adalah suatu usaha mengawasi, membimbing dan membina gerak pegawai dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Berdasarkan pendapat di atas, fungsi manajemen dilaksanakan dalam mendukung kegiatan yang diatur secara sistematis sehingga tujuan tersebut dapat dicapai dengan tertib, efisien dan efektif. Fungsi manajemen berati sebuah kegiatan yang dilaksanakan untuk mencapai tujuan yang telah dietapkan. George R. Terry dan Leslie W. Rue (2005:9), menyebutkan lima fungsi utama manajemen, yang terdiri dari: 1. Planning. Menentukan tujuan-tujuan yang hendak dicapai selama suatu masa yang akan datang dan apa yang harus diperbuat agar dapat mencapai tujuan-tujuan. 2. Organizing. Mengelompokkan dan menentukan berbagai kegiatan penting dan memberikan kekuasaan untuk melaksanakan kegiatankegiatan. 3. Staffing. Menentukan keperluan-keperluan sumber daya manusia, pengerahan, penyaringan, latihan dan pengembangan tenaga kerja. 4. Motivating. Mengarahkan atau menyalurkan perilaku manusia ke arah tujuan-tujuan. 5. Controlling. Mengukur pelaksanaan dengan tujuan-tujuan menentukan sebab-sebab penyimpangan dan mengambil tindakan-tindakan kolektif. Fungsi manajemen merupakan suatu elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh pimpinan dalam melasanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 45 Fungsi manajemen sumber daya manusia yang dimaksud Edy Sutrisno (2009:8-10), adalah sebagai berikut: 1. Perencanaan adalah kegiatan memperkirakan tentang keadaan tenaga kerja, agar sesuai dengan kebutuhan organisasi secara efektif dan efisien dalam membantu terwujudnya tujuan. 2. Pengorganisasian adalah kegiatan untuk mengatur pegawai dengan menetapkan pembagian kerja, hubungan kerja, delegasi wewenang, integrasi, dalam bentuk badan organisasi. 3. Pengarahan dan pengadaan. Pengarahan adalah kegiatan memberi petunjuk kepada pegawai, agar mau bekerja sama dan bekerja efektif serta efisien dalam membantu tercapainya tujuan organisasi. Sedangkan pengadaan merupakan proses penarikan, seleksi, penempatan, orientasi dan induksi untuk mendapatkan pegawai yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. 4. Pengendalian merupakan kegiatan mengendalikan pegawai agar menaati peraturan organisasi dan bekerja sesuai dengan rencana. 5. Pengembangan. Proses peningkatan keterampilan teknis, teoritis, konseptual, dan moral pegawai melalui pendidikan dan pelatihan. 6. Kompensasi. Pemberian balas jasa langsung berupa uang atau barang kepada pegawai sebagai imbalan jasa yang diberikan kepada organisasi. 7. Pengintegrasian. Kegiatan untuk mempersatukan kepentingan organisasi dan kebutuhan pegawai, agar tercipta kerjasama yang serasi dan saling menguntungkan. 8. Pemeliharaan merupakan kegiatan pemeliharaan atau meningkatkan kondisi fisik, mental, dan loyalitas agar mereka tetap mau bekerjasama sampai pensiun. 9. Pemberhentian. Putusan hubungan kerja seorang pegawai dari suatu organisasi. Fungsi manajemen dalam suatu instansi atau organisasi berbeda dikarenakan kompleksnya organisasi serta jumlahnya yang banyak, maupun karena perkembangan lapangan usaha dan organisasi yang berbeda-beda. Prakteknya pembagian fungsi manajemen dalam suatu organisasi, yang paling penting adalah untuk mengetahui aktivitas-aktivitas yang http://digilib.mercubuana.ac.id/ 46 harus dilakukan dalam melaksanakan fungsi tersebut. Fungsi operasional manajemen sumber daya manusia menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008:1-8), meliputi: 1. Perencanaan tenaga kerja. Perencanaan tenaga kerja merupakan operasi dari manjemen sumber daya manusia. Perencanaan sumber daya manusia dimaksudkan dalam upaya untuk merencanakan jumlah dan jenis tenaga kerja yang tepat untuk memenuhi kebutuhan yang dibutuhkan dalam pencapaian tujuan. 2. Pengembangan tenaga kerja. Pengembangan tenaga kerja merupakan suatu kondisi yang menunjukkan adanya peningkatan-peningkatan kualitas tenaga kerja. Pengembangan kualitas sumber daya manusia diarahkan untuk mengubah sumber daya manusia yang berpotensi menjadi sumber daya manusia yang produktif sehingga sumber daya manusia mampu dan terampil sehingga menjadi lebih efektif serta efisien dalam mencapai tujuan organisasi. 3. Penilaian prestasi kerja. Penilaian prestasi kerja merupakan salah satu aspek yang sangat penting dalam pengelolaan sumber daya manusia. Adanya penilaian prestasi kerja akan mengetahui sumber daya manusia yang mempunyai prestasi kerja yang baik maupun yang kurang, dengan demikian akan juga menentukan besarnya kompensasi yang akan diterima. 4. Pemberian kompensasi. Fungsi pemberian kompensasi meliputi kegiatan pemberian balas jasa, dapat berupa finansial dan non finansial. Pemberian kompensasi dapat meningkatkan motivasi dalam melaksanakan tugas. 5. Pemeliharaan tenaga kerja. Pemeliharaan tenaga kerja diharapkan dapat memberikan ketenangan kerja dan konsentrasi penuh dalam menghasilkan prestasi kerja yang diharapkan organisasi. Kegiatan pemeliharaan tenaga kerja bertujuan untuk memberikan jaminan kesehatan, kesejahteraan dan keamanan serta memperkecil adanya konflik antar individu dalam organisasi. 6. Pemberhentian. Fungsi pemberhentian harus mendapat perhatian yang serius dari pimpinan sumber daya manusia karena telah diatur oleh undang-undang dan mengikat bagi instasi atau organisasi. Istilah pemberhentian atau separation, pemisahan merupakan suatu putusnya hubungan kerja seseorang dengan organisasi yang disebabkan oleh keinginan pegawai, keinginan organisasi, pensiun atau disebabkan oleh undang-undang. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 47 3.1.2 Pengertian Motivasi Secara etimologis, motif atau dalam bahasa inggrisnya motive, berasal dari kata motion, yang berarti gerakan atau sesuatu yang bergerak. Menurut Sobur (2009:16), istilah motif erat kaitannya dengan gerak, yakni gerakan yang dilakukan oleh manusia atau disebut juga dengan perbuatan atau tingkah laku. Motif dalam psikologi berarti rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga bagi terjadinya suatu tingkah laku. Sobur (2009:17), juga mengatakan bahwa motivasi itu berarti membangkitkan motif, membangkitkan daya gerak, atau menggerakkan seseorang atau diri sendiri untuk berbuat sesuatu dalam rangka mencapai suatu kepuasan atau tujuan. Santrock (2008:42), memberikan penjelasan tentang motivasi yaitu proses yang memberi semangat, arah atau kegigihan perilaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energi, terarah dan bertahan lama. Motivasi mempersoalkan bagaimana cara mendorong gairah kerja bawahan, agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilan untuk mewujudkan tujuan organisasi, Edy Sutrisno (2009:115), mengemukakan bahwa: Motivasi adalah suatu faktor yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu aktivitas tertentu, oleh karena itu motivasi seringkali diartikan pula sebagai faktor pendorong perilaku seseorang. Setiap aktivitas yang dilakukan oleh sesorang pasti memilki sesuatu faktor yang mendorong aktivitas tersebut. Oleh karena itu, faktor pendorong dari seseorang untuk melakukan sesuatu aktivitas tertentu pada umumnya adalah kebutuhan serta keinginan orang tersebut. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 48 Edy Sutrisno (2009:116), mengemukakan bahwa: Motif seringkali dilaksanakan dengan dorongan-dorongan. Dorongan merupakan gerak jiwa dan jasmani untuk berbuat, sehingga motif tersebut merupakan suatu driving force yang menggerakkan manusia untuk bertingkah laku dan perbuatan itu mempunyai tujuan tertentu. Moenir (2006:136), mengemukakan bahwa motivasi adalah rangsangan dari luar dalam bentuk benda atau bukan benda yang dapat menumbuhkan dorongan pada orang untuk memiliki, menikmati, menguasai atau mencapai benda/bukan benda tersebut. Dalam motivasi orang bekerja seolah-olah ada “generator dipasang di dalam diri” orang itu. Generator dimaksud adalah adanya “tantangan pekerjaan”, karena “senang kerja berhasil” atau “karena cinta pekerjaan” dan sebagainya. Lebih lanjut menurut Sopiah (2008:169), pada dasarnya ada tiga karateristik pokok motivasi yaitu: 1. Usaha: karateristik pertama dari motivasi, yakni usaha, menunjuk kepada kekuatan perilaku kerja seseorang atau jumlah yang ditunjukkan oleh seseorang dalam pekerjaannya. Tegasnya hal ini melibatkan berbagai macam kegiatan atau upaya baik yang nyata maupun yang kasat mata. 2. Kemauan keras: karateristik pokok motivasi yang kedua menujukkan kepada kemauan keras yang ditunjukkan oleh seseorang ketika menerapkan usahanya kepada tugas-tugas pekerjaannya. Dengan kemauan yang keras, maka segala usaha akan dilakukan. Kegagalan tidak akan membuatnya patah arang untuk terus berusaha sampai tercapainya tujuan. 3. Arah dan tujuan: karateristik motivasi yang ketiga berkaitan dengan arah yang dituju oleh usaha dan kemauan keras yang dimiliki oleh seseorang. Riduwan (2007:45), dalam bukunya menyatakan bahwa motivasi kerja memiliki indikator berupa motif, harapan, loyalitas dan insentif. Soekidjo Notoatmodjo (2009:115), mengemukakan bahwa motivasi adalah suatu alasan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 49 (reasoning), seseorang untuk bertindak dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Blanchard & Thacker (2010:21), mendefinisikan motivasi sebagai suatu arahan, dorongan, persistensi dan sejumlah usaha yang dikeluarkan seseorang untuk mencapai tujuan yang spesifik. Lahey (2007:47), mengemukakan bahwa motivasi adalah keadaan internal atau suatu kondisi yang aktif dan memberikan pengarahan kepada pikiran, perasaan dan tindakan seseorang. Matthis & Jackson dikutip oleh Wilson Bangun (2008:115), menyatakan bahwa: Motivasi merupakan hasrat di dalam seseorang menyebabkan orang tersebut melakukan tindakan. Seseorang melakukan tindakan untuk sesuatu hal mencapai tujuan. Oleh sebab itu motivasi merupakan penggerak yang mengarah pada tujuan itu jarang muncul dengan sia-sia. Maslow, seorang ahli psikologi telah mengembangkan teori motivasi mendasarkan pada kebutuhan manusia yang dibedakan antara kebutuhan biologis dan kebutuhan psikologis, atau disebut kebutuhan materiil (biologis) dan kebutuhan non material (psikologis). Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2009:120), mengembangkan teorinya setelah ia mempelajari kebutuhan-kebutuhan manusia itu bertingkatbertingkat atau sesuai dengan “hierarki” dan menyatakan bahwa: 1. Manusia adalah suatu makhluk sosial “berkeinginan”, dan keinginan ini menimbulkan kebutuhan yang perlu dipenuhi. Keinginan atau kebutuhan ini bersifat terus-menerus, dan selalu meningkat. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 50 2. Kebutuhan yang telah terpenuhi (dipuaskan), mempunyai pengaruh untuk menimbulkan keinginan atau kebutuhan lain dan yang lebih meningkat. 3. Kebutuhan manusia tersebut tampakanya berjenjang akan bertingkattingkat. Tingkatan tersebut menunjukkan urutan kebutuhan yang harus dipenuhi dalam suatu waktu tertentu. Suatu motif yang lebih tinggi tidak akan dapat mempengaruhi atau mendorong tindakan seseorang, sebelum kebutuhan dasar terpenuhi. Dengan kata lain, motif-motif yang bersifat psikologis tidak akan mendorong perbuatan seseorang, sebelum kebutuhan dasar (biologis) tersebut terpenuhi. 4. Kebutuhan yang satu dengan kebutuhan yang lain saling kait mengait, tetapi tidak terlalu dominan keterkaitan tersebut. Misalnya kebutuhan untuk pemenuhan berprestasi tidak harus dicapai sebelum pemenuhan kebutuhan berafiliasi dengan orang lain, meskipun kedua kebutuhan saling berkaitan. Sadili Samsudin (2006:281), mengemukakan bahwa: Motivasi adalah proses mempengaruhi atau mendorong dari luar terhadap seseorang atau kelompok kerja agar mereka mau melaksanakan sesuatu yang telah ditetapkan. Motivasi atau dorongan (driving force) dimaksudkan sebagai desakan yang alami untuk memuaskan dan mempertahankan kehidupan. Teori tingkatan kebutuhan menurut Maslow dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2009:120-121), dapat digambarkan sebagai berikut: http://digilib.mercubuana.ac.id/ 51 Gambarr 3.1 Masloow’s Hierarrchy Theorry Sumber: Hiierarki Kebutu uhan Maslow (Soekidjo Nootoatmojo, 20001:157-158 Menurut Sardiman S A.M A (2011:118), istilah motivasi berasal b darii kata motif yanng dapat diaartikan sebaagai kekuattan yang teerdapat dalaam diri indiividu, yang menyyebabkan inndividu terssebut bertinndak atau beerbuat. Mottif tidak dappat di amati secara langsunng, tetapi dapat d diinteerprestasikaan dalam tingkah t laku kunya, berupa ran ngsangan, ddorongan, atau a pembanngkit tenag ga munculny ya suatu tinngkah laku tetenttu. Hamzah (2010:28), ( menyatakaan bahwa motivasi adalah proses p psikologiss yang dappat menjelaaskan perillaku seseorrang. Perillaku hakekkatnya merupakann orientasi pada satu tuujuan. Untuuk mencapaai tujuan tersebut diperlukan proses intteraksi darii beberapa unsur. Deengan demiikian, motiivasi meruppakan kekuatan yang y menddorong seseo orang melakkukan sesu uatu untuk mencapai m tuujuan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 52 Kekuatan-kekuatan ini pada dasarnya dirangsang oleh adanya berbagai macam kebutuhan, seperti; keinginan yang hendak dipenuhinya; tujuan; umpan balik. Dari pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa motivasi kerja adalah interaksi seseorang dengan situasi tertentu yang dihadapinya karena adanya motif, harapan, loyalitas dengan tujuan untuk memperoleh insentif yang memadai. Di dalam diri seseorang terdapat “kebutuhan” (needs) atau “keinginan” (wants) terhadap obyek di luar dirinya yang menghubungkan antara kebutuhan dengan situasi di luar obyek tersebut dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Motivasi Edy Sutrisno (2009:124-129), motivasi sebagai proses psikologis dalam diri seseorang akan dipengaruhi oleh beberapa faktor dan dibedakan atas faktor intern dan faktor ekstern yang berasal dari pegawai: 1. Faktor Intern Faktor intern yang dapat mempengaruhi pemberian motivasi pada seseorang antara lain: a. Keinginan untuk bertahan hidup; b. Kenginan untuk dapat memiliki; c. Keinginan untuk memperolah penghargaan; d. Keinginan untuk memperoleh pengakuan; e. Keinginan untuk berkuasa. 2. Faktor Ekstern http://digilib.mercubuana.ac.id/ 53 Faktor ekstern juga tidak kalah perannya dalam meningkatkan atau melemahkan motivasi kerja pegawai. Faktor ekstern itu adalah : a. Kondisi lingkungan bekerja; b. Kompensasi yang memadai; c. Surfey yang baik; d. Adanya jaminan pekerjaan; e. Status dan tanggung jawab; f. Peraturan yang fleksibel. Hierarki Kebutuhan McClelland Dalam studi motivasi lainnya, McClelland dikutip Riduwan (2007:262-263), mengemukakan adanya 3 macam kebutuhan adalah sebagai berikut: 1. Kebutuhan untuk Berprestasi Menurut McClelland , Need for Achievement, adalah kebutuhan untuk berprestasi yang merupakan refleksi dari dorongan akan tanggung jawab untuk memecahkan masalah. Seorang pegawai yang mempunyai kebutuhan akan berpartisipasi tinggi cenderung untuk berani mengambil resiko. Kebutuhan untuk berprestasi adalah kebutuhan untuk melakukan pekerjaan lebih baik daripada sebelumnya, selalu berkeinginan mencapai prestasi lebih tinggi. 2. Kebutuhan untuk Berhubungan Sosial. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 54 Need For Affiliantion adalah kebutuhan untuk berhubungan social, yang merupakan dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain atau berada bersama orang lain, tidak mau melakukan sesuatu yang merugikan orang lain. 3. Kebutuhan dan Kekuasaan Need for Power adalah kebutuhan untuk kekuasaan yang merupakan refleksi dari dorongan untuk mencapai otoritas dan untuk memiliki pengaruh orang lain. 3.1.3. Pengertian Kinerja Karyawan Kinerja karyawan/pegawai merupakan hasil kerja perorangan dalam satu organisasi. Tercapainya tujuan organisasi tidak bisa dilepaskan dari sumber daya yang dimiliki oleh organisasi yang digerakkan atau dijalankan pegawai yang berperan aktif sebagai pelaku dalam upaya mencapai tujuan organisasi tersebut. Tercapainya kinerja yang maksimal tidak terlepas dari peran pemimpin dalam memotivasi bawahan dalam melaksanakan pekerjaan secara efisien dan efektif. Menurut Lawyer dan Porter dikutip oleh Edy Sutrisno (2009:170), yang menyatakan bahwa kinerja adalah kesuksesan seseorang dalam melaksanakan tugas. Mahsun Mohammad (2009:25), mengemukakan bahwa: Kinerja (performance) adalah gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam http://digilib.mercubuana.ac.id/ 55 mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi organisasi yang tertuang dalam strategic planning suatu organisasi. Irham Fahmi (2010:2), menyatakan bahwa kinerja pegawai adalah hasil kerja yang diperoleh seorang pegawai dalam suatu organisasi baik organisasi yang bersifat profit oriented dan non profit oriented yang dihasilkan selama satu periode tertentu. Wirawan (2009:5), menyatakan bahwa kinerja adalah keluaran yang dihasilkan oleh fungsi – fungsi atau indikator – indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Mangkunegara (2009:22), mengatakan bahwa dalam rangka peningkatan kinerja pegawai, terdapat tujuh langkah yang dapat dilakukan sebagai berikut: 1) mengetahui adanya kekurangan dalam kinerja; 2) mengenal kekurangan dan tingkat keseriusan; 3) mengidentifikasi hal – hal yang mungkin menjadi penyebab kekurangan, 4) baik berhubungan dengan sistem maupun yang berhubungan dengan pegawai itu sendiri, 5) mengembangkan rencana tindakan untuk menanggulangi penyebab kekurangan tersebut, 6) melakukan rencana tindakan tersebut, 7) melakukan evaluasi apakah masalah tersebut sudah teratasi atau belum, mulai dari awal, apabila perlu. Bila langkah – langkah tersebut dapat dilaksanakandengan baik, maka kinerja pegawai dapat ditingkatkan. Joko Widodo (2006:78), mengemukakan bahwa kinerja adalah melakukan suatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti itu diharapkan. Selanjutnya Joko http://digilib.mercubuana.ac.id/ 56 Widodo (2006:79), menyatakan bahwa kinerja sebagaimana telah digambarkan, hakikatnya berkaitan dengan tanggung jawab individu atau organisasi dalam menjalankan apa yang menjadi wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Handari Nawawi (2006:66), mengemukakan bahwa kinerja adalah sebagai apa yang dikerjakan atau tidak oleh pegawai dalam melaksanakan tugas – tugas pokoknya. Pendapat lainnya Gibson dalam Harbani Pasolong (2008:176) bahwa kinerja seseorang ditentukan oleh kemampuan dan motivasinya untuk melaksanakan pekerjaan. Pendapat Gilbert dikutip oleh Soekidjo Notoatmodjo (2009:124), mengidentifikasikan bahwa: Kinerja adalah apa yang dapat dikerjakan oleh seseorang sesuai dengan tugas dan fungsinya. Dari batasan-batasan yang ada dapat dirumuskan bahwa kinerja (performance) adalah hasil kerja yang dapat ditampilkan atau penampilan kerja seorang pegawai. Dengan demikian kinerja seseorang pegawai dapat diukur dari hasil kerja, hasil tugas, atau hasil kegiatan dalam kurun waktu tertentu. Lebih lanjut Sinambela (2006:136), mendefinisikan kinerja pegawai sebagai kemampuan pegawai dalam melakukan sesuatu dengan keahlian tetentu. Hadari Nawawi (2006:66), menyatakan bahwa: Kinerja bukan sifat atau karateristik individu, tetapi kemampuan kerja yang ditunjukkan melalui proses atau cara bekerja dan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 57 hasilnya yang dicapai di dalamnya terdapat tiga unsur penting terdiri dari (a) unsur kemampuan, (b) unsur usaha, dan (c) unsur kesempatan, yang bermuara pada hasil kerja yang dicapai. Wibowo (2007:67) mengemukakan bahwa kinerja adalah suatu proses tentang bagaimana pekerjaan berlangsung untuk mencapai hasil kerja. A. Dale Timpe (1998) dikutip oleh Harbani Pasolong (2008:197), menyatakan bahwa: Kinerja adalah prestasi kerja, yang ditentukan oleh faktor lingkungan dan perilaku manajemen. Hasil penelitian Timpe menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang menyenangkan begitu penting untuk mendorong tingkat kinerja pegawai yang paling efektif dan produktif dalam interaksi sosial organisasi akan senantiasa terjadi adanya harapan bawahan terhadap atasan dan sebaliknya. Minner dikutip oleh Edy Sutrisno (2009:170), mengemukakan bahwa kinerja adalah bagaimana seseorang diharapkan dapat berfungsi dan berperilaku sesuai dengan tugas yang telah diberikan kepadanya. Moeheriono (2009:60), mengemukakan bahwa: Kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi, dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategi suatu organisasi. Moh. Pabundu Tika (2006:121), menyatakan mendefinisikan kinerja sebagai hasil-hasil fungsi kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 58 Sedarmayanti (2007:260), menyatakan bahwa : Kinerja adalah hasil kerja seorang pegawai, sebuah proses manajemen atau suatu organisasi secara keseluruhan, dimana hasil kerja tersebut harus ditunjukkan buktinya secara konkrit dan dapat diukur (dibandingkan dengan standar yang telah ditentukan). Dari definisi di atas dapat disimpulkan kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh karyawan atau sekelompok karyawan dalam suatu organisasi dalam upaya mencapai tujuan dan sasaran organisasi yang bersangkutan secara legal, tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika melalui efektivitas dan efisiensi, otoritas dan tanggung jawab, disiplin serta memiliki inisiatif dalam kegiatan kerja. 3.1.3.1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kinerja Karyawan Instansi sebagai suatu organisasi mempunyai tujuan yakni memperoleh hasil. Organisasi dapat beroperasi karena kegiatan atau aktivitas yang dilakukan oleh para pegawai yang ada di dalam organisasi tersebut. Menurut Prawirosentono dikutip oleh Edy Sutrisno (2009:176178), faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah sebagai berikut: 1. Efektivitas dan Efisien Dalam hubungannya dengan kinerja organisasi, maka ukuran baik buruknya kinerja diukur oleh efektivitas dan efisiensi. Masalahnya adalah bagaimana proses terjadinya efisiensi dan efektivitas organisasi. Dikatakan efektif bila mencapai tujuan, dikatakan efisiensi bila hal itu memuaskan sebagai pendorong mencapai tujuan, terlepas apakan efektif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 59 atau tidak. Artinya, efektivitas dari kelompok (organisasi) bila tujuan kelompok tersebut dapat dicapai sesuai dengan kebutuhan yang direncanakan. Sedangkan efisien berkaitan dengan jumlah pengorbanan yang dikeluarkan dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Agar tercapai tujuan yang diinginkan organisasi, salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah hal yang berkaitan dengan wewenang dan tanggung jawab para peserta yang mendukung organisasi tersebut. 2. Otoritas dan Tanggung Jawab Dalam organisasi yang baik wewenang dan tanggung jawab telah didelegasikan dengan baik, tanpa adanya tumpang tindih tugas. Masingmasing pegawai yang ada dalam organisasi mengetahui apa yang menjadi haknya dan tanggung jawabnya dalam rangka mencapai tujuan organisasi. Kejelasan wewenang dan tanggung jawab setiap orang dalam suatu organisasi akan mendukung kinerja pegawai. Kinerja karyawan akan dapat terwujud bila karyawan mempunyai komitmen dengan organisasinya dan ditunjang disiplin kerja yang tinggi. 3. Disiplin Secara umum, disiplin menunjukkan suatu kondisi atau sikap hormat yang ada pada diri karyawan terhadap peraturan ketetapan organisasi. Disiplin meliputi ketaatan dan hormat terhadap perjanjian dibuat antara organisasi dan pegawai. Dengan demikian bila peraturan atau ketepatan yang ada dalam organisasi itu diabaikan atau sering dilanggar, maka karyawan mempunyai disiplin yang buruk. Sebaliknya, http://digilib.mercubuana.ac.id/ 60 bila karyawan tunduk pada ketetapan organisasi, menggambarkan adanya kondisi disiplin yang baik. Disiplin juga berkaitan erat dengan sanksi yang perlu dijatuhkan kepada pihak yang melanggar. Dalam hal seorang yang melanggar peraturan yang berlaku dalam organisasi, maka karyawan bersangkutan harus sanggup menerima hukuman yang telah disepakati. Masalah disiplin para yang ada di dalam organisasi baik atasan maupun bawahan memberi corak terhadap kinerja organisasi. Kinerja organisasi akan tercapai, apabila kinerja individu mamupun kinerja kelompok ditingkatkan. Untuk itu diperlukan inisiatif dari para karyawannya dalam melaksanakan tugas. 4. Inisiatif Inisiatif seseorang berkaitan dengan daya pikir, kreativitas dalam bentuk ide untuk merencanakan sesuatu yang berkaitan dengan tujuan organisasi. Setiap inisiatif sebaiknya mendapat perhatian atau tanggapan positif dari atasan kalau memang dia atasan yang baik. Atasan yang buruk akan selalu mencegah inisiatif bawahan, lebih-lebih bawahan yang kurang disenangi. Bila atasan selalu menghambat setiap insiatif, tanpa memberikan penghargaan berupa argumentasi yang jelas dan mendukung menyebabkan organisasi akan kehilangan energi atau daya dorong untuk maju. Dengan perkataan lain, inisiatif karyawan yang ada di dalam organisasi merupakan daya dorong kemajuan yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 61 Disini tampak jelas bahwa pengertian kinerja itu lebih sempit sifatnya, yaitu hanya berkenaan dengan apa yang dihasilkan seseorang dari tingkah laku kerjanya. Biasa orang yang mempunyai tingkat prestasi tinggi disebut sebagai orang yang produktif, dan sebaliknya orang yang tinggi prestasinya rendah, dikatakan sebagai tidak produktif atau dikatakan kinerja rendahnya. 3.1.3.2. Pengukuran Kinerja Pengukuran kinerja pada dasarnya digunakan untuk penilaian atas keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan, program, dan atau kebijakan sesuai dengan sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan misi dan visi instansi pemerintah. Penggunaan kinerja mencakup penetapan indikator kinerja dan penetapan capaian indikator kinerja. Penilaian kinerja merupakan evaluasi keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam menjalankan tugasnya. Jika penilaian kinerja terhadap birokrasi, berarti evaluasi keberhasilan atau kegagalan birokrasi dan menjalankan tugasnya sebagai pelayan masyarakat. Gary Dessler (2000) dikutip oleh Pasolong (2008:182), menyatakan bahwa penilaian kinerja adalalah merupakan upaya sistematis untuk membandingkan apa yang dicapai seseorang dibandingkan dengan standar yang ada. Tujuannya, yaitu untuk mendorong kinerja seseorang agar bisa berada diatas rata-rata. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 62 Schuler dkk, mengatakan bahwa sistem penialaian kinerja diartikan sebagai suatu proses penilaian kinerja. Dari pandangan beliau bahwa proses penilaian kinerja dapat digunakan (1) pendekatan komparatif, (2) standar-standar absolut, (3) pendekatan tujuan, (4) indeks yang bersifat lansung atau objektif. Dwiyanto (2006:47), mengatakan bahwa penilaian kinerja merupakan suatu kegiatan yang sangat penting sebagai ukuran keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai misinya. Untuk birokrasi publik informasi mengenai kinerja tentu sangat berguna untuk menilai seberapa jauh pelayanan yang diberikan oleh birokrasi itu memenuhi harapan memuaskan masyarakat. Donovan dan Jackson dikutip oleh Pasolong (2008:182), mengatakan bahwa secara teoritik penilaian kinerja sangat erat kaitannya dengan analisis pekerjaan. Artinya, suatu penilaian tidak dapat dilakukan jika masih terdapat ketidakjelasan tentang pekerjaan itu sendiri. Karena itu, efektivitas penilaian sangat bergantung pada penjelasan batasan atau definisi suatu pekerjaan itu sendiri, yang merupakan sumber daya manusia sehingga dapat dikatakan bahwa efektivitas penialaian kinerja sangat tergantung kepada baik buruknya manajemen sumber daya manusia yang dimiliki. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 63 3.2 Penelitian Terdahulu No Judul Jurnal 1 Pengaruh Pelatihan terhadap Kemampuan Kerja dan Kinerja Karyawan ( Studi pada Karyawan AUTO 2000 Malang-Sutoyo Bagian Divisi Service ) Penulis Eriza Violananda Ekarendyka, Hamidah Nayati Utami, dan Heru Susilo Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya Ringkasan Jurnal Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan pengaruh on the job training terhadap kemampuan kerja karyawan, pengaruh off the job training terhadap kemampuan kerja karyawan, pengaruh off the job training terhadap kinerja karyawan, dan pengaruh kemampuan kerja karyawan terhadap kinerja karyawan. Penelitian ini dilakukan di AUTO 2000 Malang-Sutoyo Khususnya bagian divisi service penelitian ini menggunakan metode penjelasan ( explanatory research ). Teknik analisis yang digunakan yaitu analisis deskriptif dan analisis jalur. Bedasarkan hasil analisis terdapat pengaruh yang signifikan on the job training terhadap kemampuan kerja sebesar 0,029. Terdapat pengaruh yang signifikan on the job training terhadap kemampuan kerja sebesar 0,014. Dapat dilihat pula terdapat pengaruh signifikan on the job training terhadap kinerja karyawan sebesar 0,02. Pada off job training terhadap kienerja karyawan terdapat pengaruh yang signifikan sebesar 0,015 dan kemampuan kerja terhadap variabel kinerja karyawan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 64 2 Intellectual capital-in-Action and value Creation (A Case Study of Knowledge Transformation in an Innovation Project) Suresh Cuganesan Macquarie Graduate School of Management, Maacquarie University, Sydney, New South Wales, Australia dengan nilai signifikan sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai signifikan yang ditentukan yaitu sebesar 0,05. Kemampuan kerja berstatus sebagai variabel moderator atau penguat dalam hubungan off the job training terhadap kinerja karyawan, karena nilai pengaruh tidak langsung lebih besar dari pengaruh langsung. Hal ini berarti off the job training akan mampu menaikan kinerja lebih besar jika melalui peningkatan kemampuan. Purpose – This paper investigates the interrelationships between different components of intellectual capital (IC) And value creation. Design/methodology/approa c h – A single in-depth casestudy of an innovation project within an Australian financial services firm (“TransactCo”) is conducted. Findings – the actual IC inter-relationships and transformation that accurred were different to those originaly envisaged by organizational participants, and reflected choices about IC deployment and transformation. Considering IC- in-action interrelationship between different IC element and value creation were found to be pluralistic and temporally cantingent. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 65 Research limitations/ implication – the limitatons of the paper are as follows: the use of a single cas study design limits its generalisability; the emprical analyses was conducted at a project-level and may not be tranferable to other levels of analyses; and a narrow conception of value was utilized grounded in economic value and shareholder value terms. Extanding the analyses conducted to other settings represent future research opportunities. Originality/value – Theorecitally, in contrast to prior empirical studies which depict IC interrelationships as primarily consisting of multiple relations of cause-and-effect in a one-to-one or one-tomany manner, the narrative presented herein shows how IC resources transfrom each other, often in a pluralistic and fluid manner. In addition, the paper calls for a perspective on IC-inaction. Specifically, more narrative on the use of IC and its deployment should be incorporated within extant models to higtlight the contingent and precarious IC and value creation relationship. Firms that fail to consider this adequately may face unintented value destruction consequenses similar to those observed at http://digilib.mercubuana.ac.id/ 66 TransactCo. 3 Peran Human Capital Dalam Meningkatkan Kinerja Perusahaan: Suatu Tinjauan Teoritis dan Empiris 4 Pengaruh Kemampuan Intelektual , Pembelajaran Individual dan Internal Locus of Control terhadap Kompetensi dan Kinerja Dosen ( Studi Prodi Manajemen Terakreditasi B Pada Universitas Swasta di Surabaya ) Endri The present paper provides a review of the ABFI Institute literature focusing Perbanas/Universitas relationship between human Bakrie: capital and peformance [email protected] essentially at firm level. The implemet of review existing literature permitted to uncover three major neglegted issues : 1). Defining and measuring the inteligence and human capital, 2). The analysis of human caapital-frim performance relationship; and 3). Human resources management. A growing number of studies have attempted to show the link between human resources and firm performance. Mochammad Munir Penelitian ini bertujuan Rachman untuk menguji dan menganalisis kemampuan Sekolah Tinggi Ilmu intelektual, Ppembelajaran Ekonomi Artha individu dan internal locus Bodhi Iswara, of control pada kompetensi Surabaya dan kinerja Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Terakreditasi “B” Swasta di Surabaya. Penelitian ini tergolong jenis penelitian pada populasi. Populasi penelitian meliputi seluruh dosen tetap dari Fakultas Ekonomi Universitas Terakreditasi “B” pribadi di Surabaya, dengan 100 responden sebagai sampel penelitian. Sampel untuk penelitian ini diambil secara proposional dengan menggunakan teknik http://digilib.mercubuana.ac.id/ 67 proposional sampling stratifed random, sedangkan data penelitian di analisis dengan menggunakan structural equation modeling/ SEM) dengan bantuan program komputer aplikasi AMOS versi 18,0. Output dari temuan ini menunjukkan bahwa variabel kemampuan intelektual, pembelajaran individu dan internal locus of control memiliki pengaruh langsung, positif dan signifikan terhadap kinerja dosen, dan juga tidak langsung, pengaruh signifikan dan positif terhadap kompetensi, sedangkan kompetensi memiliki langsung, signifikan dan positif berpengaruh terhadap kinerja dosen. Dengan demikian, mereka sangat kompleks. Output daari temuan ini menggabungkan atau mengintegrasikan variabel temuan empiris dari beberapa peneliti, sehingga temuan empiris tentang hubungan antara variabel yang terintegrasi ke dalam satu model yang lengkap. Temuan ini menunjukkan bahwa untuk meningkatkan kinerja para dosen dapat dilakukan melalui akademika trias (tiga layanan dari universitas) serta unsur-unsur dari pendukungnya. PTS disarankan untuk meningkatkan kompetensi dosen melalui kompetensi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 68 5 The Effect of Human Resource Management Practices on MNC Subsidiary performance in Rusia 6 Pengaruh Pelatihan dan Motivasi Kerja terhadap Kinerja Karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV Persero Medan pedagogik, kepribadian, kompetensi sosial dan profesional sehingga mereka dapat meningkatkan kinerja mereka melalui terkait program studi. Carl F . Frey This study investigates Stockholm School of the relationship between Economics and human resource Ingmar Bjorkman management (HRM) and the Swedish School of performance of 101 Economics and foreignowned subsidiaries INSEAD in Rusia. The study ‘s result provide support for the assertion that investment in HRM practices managerial and non managerial employees are found to be significantly related with firm performance. However. Only limited support is obtained for the hypothesized relationship between efforts at aligning HRM practices with firm strategy and subsidiary performance. Menyadari bahwa sumber Khairul Akhir Lubis daya manusia adalah aset 057019017/IM penting perusahaan yang memiliki kemampuan Sekolah Pasca berkembang sebagai Sarjana Univeristas penentu hasil keberhasilan Sumatra Utara perusahaan dalam jangka Medan panjang, maka peningkatan keterampilan sumber daya manusia berada di urutan tertinggi. Memiliki sumber daya manusia yang teruji kemampuan, keterampilan, setia pada perussahaan, bersemangat dalam mencapai tujuan perusahaan akan membuat perusahaan tetap mampu bersaing dalam era persaingan http://digilib.mercubuana.ac.id/ 69 global. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah pelatihan dan motivasi kerja berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan, baik secara parsial maupun secara simultan. Teori yang digunakan untuk mendukung pembahasan dalam penelitian ini adalah teori manajemen sumber daya manusia, khususnya yang berkaitan dengan pelatihan, motivasi kerja dan kinerja karyawan. Populasi penelitian ini adalah seluruh karyawan, pimpinan, pria dan wanita di kantor Pusat PT. Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan yang berjumlah 155 orang. Adapun teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling (sampel pertimbangan) karena yang akan di teliti kinerja nya adalah karyawan pelaksana yang telah mengikuti pelatihan, maka sebagai penilai kerja karyawan adalah karyawan pimpinan sehingga karyawan pimpinan yang dijadikan sampel. Metode pengumpulan data dilakukan dengan angket dan studi dokumentasi. Model analisis data yang digunakan adalah regresi killer berganda http://digilib.mercubuana.ac.id/ 70 7 Role Confict toward employee Performance (studies in Government Budgeting Team at Kendari ) dengan menggunakan sofware SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelatihan dana motivasi kerja berpengaruh terhadap kinerja karyawan baik secara parsial maupun simultan. Nilai koefisien determinasi (R) diperoleh sebesar 8,81% hal ini berarti bahwa kemampuan variabel independen ( pelatihan dan motivasi kerja ) menjelaskan pengaruh nya terhadap variabel dependen( kinerja karyawan ) sebesar 8,81% sedangkan sisa nya merupakan variabel yang tidak terungkap. This research is motivated Jalaludin Rum Doctoral Program of by phenomenos of employee’s poor Management Sciences, Brawijaya performance as a resultof University, Malang- confict is caused by factors of differents employee Indonesia knowledge. Low Eka Alnan Troenar, organizational commitment, and based interests power, Djumilah This study analysis unit is Haadiwidjono, regioanal working units at Surachman Economics Bussines regiaonal apparatus work Faculty of Brawijaya unit (RAWU). Samples University, Malang- were 131 employees and analysis method is structura Indonesia aquation Modelling (SEM) This study results showed that higher knowledge can increase employee’s performance and lower intensity confict. Organizational commitment can improve employee performance, but can not reduce confict intensity , but does not improve employee http://digilib.mercubuana.ac.id/ 71 8 Manajemen Sumber Daya Manusia Sektor Publik di Indonesi: Pengantar Pengembangan Model MSDM Sektor Publik Jusuf Irianto Departemen Administrasi, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga performance. Confict can drive employee’s performance. Study findings suggest that confict can act as a complete mediation the relation between knowledge and employees performance. Confict becomes partial mediation that improves power and employees performance practical implicalition of this study that knowledge of job procedures commitment continue, coercive power, environmental change ang quality of work is biggest indicator the effect of confict on employe performance. Human Resource Management (HRM) has a privotal role in order to achive organization’s objectives. It has a specific fuction as an organizational strategic instrument due to utilize human resources (HR) based on eficiency effectivenes, rationality, and objective principles. Indonesia’s bureacucracy experiences some HRM barriers so as to be a public servant and public services in quality phenomenon. The aim of this paper of review the oretical dimension of HRM models and to develop a hypothetical model of public sector HRM. By using a descriptive analysis and exploited secondary data, this paper concludes that public sector HRM model http://digilib.mercubuana.ac.id/ 72 9 10 Perencanaan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Berbasiskan Kearifan Lokal pada Aspek Budaya dan Motivasi Sebagai Unsur Dalam Hubungan Industrial Dewi Urip Wahyuni STIE Fatahillah Surabaya The Influence Of Personality and Organizational Culture on Employee Performance Through Organizational Citizenship Made Darsana Teman Koesmono Fakultas Ekonomi, Universitas Khatolik Widya Mandala Surabaya University Of Brawijaya, Indonesia should be integrated with specific values of sound governance paradigm as its umbrella. The purpose of this aarticle is describe the problem of planning and development of human resources based on the local wisdom to the culture aspects and motivations as an in industrial relations. Human resource development is needed on the short term an long term to prepare the workforce that is able to perforrm its duties according to their competence. Worker behavior is closely related to organizational culture and motivation. In addition , job satisfaction makes the drive to improve performance and organization culture as social glue is used as the basis to implement industrial relations activities. In industrial relations should be based on local wisdom through the elements of culture, motivation and able to change employee behavior becomes stronger and more productive for the organization. This study is aimed to detemine the effect of the employee’s personality and organizational culture toward the employee’s performancce through the BPR OCB throughout the Gianyar district of Bali province. This study used a http://digilib.mercubuana.ac.id/ 73 Behavior 3.3 quantitative approach to test the hypotheses by the sampling random sampling of the 105 respondents who are employees not the leader of BPR in Gianyar Bali, the data collecting used in this study is a questionnaire. The data analysis technique used SEM analysis. The results showed that the employee’s personality and organizational culture have and indirect effect on employee performance through OCB of all BPR in Gianyar Bali Kerangka Pemikiran 3.3.1 Pengaruh Manajemen Sumber Daya Manusia (X1) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Kualitas sumber daya manusia yang baik dalam suatu organisasi akan mampu meningkatkan kinerja karyawan secara keseluruhan. Sumber daya karyawan selalu dibutuhkan dalam setiap organisasi. Pengembangan sumber daya manusia akan meningkatkan kompetensi dan keterampilan karyawan yang bersangkutan. Berdasarkan teori yang telah dibahas sebelumnya bahwa manajemen sumber daya manusia memliki dimensi: perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf, penggerakan, pengendalian dan pengetahuan. Sedangkan kinerja karyawan memiliki dimensi: efektivitas http://digilib.mercubuana.ac.id/ 74 dan efisiensi, otoritas dan tanggung jawab, disiplin serta inisiatif. Untuk melihat hubungan dimensi manajemen sumber daya manusia dengan dimensi kinerja karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.3.1.1 Hubungan Dimensi Perencanaan (X11) dengan Dimensi Efektivitas dan Efisiensi (Y1) Perencanaan kegiatan kerja dalam organisasi harus dilakukan secara seksama dan dengan perhitungan yang matang agar efektivitas dan efisiensi yang dihasilkan dapat memenuhi kesesuaian hasil anatar rencana yang ada dengan tujuan yang telah ditetapkan. 3.3.1.2 Hubungan Dimensi Perencanaan (X11) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Perencanaan kegiatan kerja dalam organisasi harus dilakukan secara seksama dan dengan perhitungan yang matang agar otoritas dan tanggung jawab karyawan dapat memenuhi kesesuaian hasil antara rencana yang ada dengan tujuan yang telah ditetapkan. 3.3.1.3 Hubungan Dimensi Perencanaan (X11) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Perencanaan kegiatan kerja dalam organisasi harus dilakukan secara seksama dan dengan perhitungan yang matang serta ditentukan oleh kedisiplinan karyawan dalam melaksanakan program kerja yang telah ditetapkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 75 3.3.1.4 Hubungan Dimensi Perencanaan (X11) dengan Dimensi Inisitaif (Y4) Perencanaan kegiatan kerja dalam organisasi harus dilakukan secara seksama dan dengan perhitungan yang matang serta inisiatif dari karyawan itu sendiri agar hasil kerja karyawan dapat diterima oleh pimpinan dalam organisasi. 3.3.1.5 Hubungan Dimensi Pengorganisasian (X12) dengan Dimensi Efektivitas dan Efisiensi (Y1) Pengorganisasian adalah suatu usaha untuk mengelompokkan pekerjaan yang diatur melalui struktur organisasi sehingga setiap unit kerja mempunyai sasaran dalam rangka mencapai tujuan secara nyata. Pengorganisasian yang baik dalam suatu organisasi merupakan hasil efektivitas dan efesiensi yang diterapkan di dalam organisasi. 3.3.1.6 Hubungan Dimensi Pengorganisasian (X12) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Pengorganisasian adalah suatu usaha untuk mengelompokkan pekerjaan yang diatur melalui struktur organisasi sehingga setiap unit kerja mempunyai sasaran dalam rangka mencapai tujuan secara nyata. Pengorganisasian yang baik dalam suatu organisasi berawal dari otoritas pimpinan dan tanggung jawab yang tinggi dari seluruh karyawan dalam organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 76 3.3.1.7 Hubungan Dimensi Pengorganisasian (X12) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Pengorganisasian adalah suatu usaha untuk mengelompokkan pekerjaan yang diatur melalui struktur organisasi sehingga setiap unit kerja mempunyai sasaran dalam rangka mencapai tujuan secara nyata. Pengorganisasian yang baik dalam suatu organisasi diharapkan dapat meningkatkan disiplin kerja karyawan secara optimal. 3.3.1.8 Hubungan Dimensi Pengorganisasian (X12) dengan Inisiatif (Y4) Pengorganisasian adalah suatu usaha untuk mengelompokkan pekerjaan yang diatur melalui struktur organisasi sehingga setiap unit kerja mempunyai sasaran dalam rangka mencapai tujuan secara nyata. Inisiatif karyawan dalam melaksanakan kegiatan kerja berawal dari pengorganisasian yang baik dalam organsisasi. 3.3.1.9 Hubungan Dimensi Penyusunan Staf (X13) dengan Dimensi Efektivitas dan Efesiensi (Y1) Penyusunan staf adalah suatu usaha penempatan orang-orang yang tepat ke dalam unit-unit kerja yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi. Penempatan sumber daya manusia yang tepat pada posisinya sesuai dengan efektivitas dan efisiensi yang diterapkan organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 77 3.3.1.10 Hubungan Dimensi Penyusunan Staf (X13) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Penyusunan staf adalah suatu usaha penempatan orang-orang yang tepat ke dalam unit-unit kerja yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi. Proses penyusunan staf dalam organisasi dilakukan berdasarkan otoritas pimpinan dan tanggung jawab yang sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya sebagai pimpinan dalam organisasi. 3.3.1.11 Hubungan Dimensi Penyusunan Staf (X13) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Penyusunan staf adalah suatu usaha penempatan orang-orang yang tepat ke dalam unit-unit kerja yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi. Kedisiplinan pegawai dalam melaksanakan kegiatan kerjanya berawal dari prosedur penyusunan staf yang sesuai dengan bidang kerjanya. 3.3.1.12 Hubungan Dimensi Penyusunan Staf (X13) dengan Dimensi Inisiatif (Y4) Penyusunan staf adalah suatu usaha penempatan orang-orang yang tepat ke dalam unit-unit kerja yang telah ditetapkan dalam struktur organisasi. Penempatan orang yang tepat pada posisi yang sesuai membuat pekerjaan dapat dilaksanakan tepat waktu khususnya karyawan yang memiliki inisitaif dalam pelaksanaan kegiatan kerja. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 78 3.3.1.13 Hubungan Dimensi Penggerakkan (X14) dengan Dimensi Efektivitas dan Efisiensi (Y1) Penggerakkan dapat diartikan sebagai suatu usaha mempengaruhi dan mengarahkan anggota organisasi (karyawan) untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan. Penggerakan karyawan dalam organisasi harus dilakukan secara efektif dan efisiensi sehingga kualitas karyawan dapat mencapai hasil yang optimal. 3.3.1.14 Hubungan Dimensi Penggerakkan (X14) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Penggerakkan dapat diartikan sebagai suatu usaha mempengaruhi dan mengarahkan anggota organisasi (karyawan) untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan. Penggerakkan karyawan dalam organisasi dilakukan oleh pimpinan berdasarkan otoritasnya dan tanggung jawab pimpinan terhadap hasil kerja bawahannya. 3.3.1.15 Hubungan Dimensi Penggerakkan (X14) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Penggerakkan dapat diartikan sebagai suatu usaha mempengaruhi dan mengarahkan anggota organisasi (karyawan) untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 79 Usaha untuk mempengaruhi dan mengarahkan anggota organisasi dengan benar dapat meningkatkan disiplin kerja karyawan. 3.3.1.16 Hubungan Dimensi Penggerakkan (X14) dengan Dimensi Inisiatif (Y3) Penggerakkan dapat diartikan sebagai suatu usaha mempengaruhi dan mengarahkan anggota organisasi (karyawan) untuk melaksanakan pekerjaan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan dalam mencapai tujuan. Inisatif karyawan diperlukan dalam pelaksanaan kegiatan kerja dengan cara penggerakkan seluruh karyawan agar pekerjaan cepat selesai. 3.3.1.17 Hubungan Dimensi Pengendalian (X15) dengan Dimensi Efektivitas dan Efisiensi (Y1) Pengendalian adalah suatu usaha mengawasi, membimbing dan membina gerak karyawan dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengawasan pimpinan terhadap kualitas kerja pegawai diperlukan untuk memastikan hasil kerja pegawai sudah dilakukan secara efektif dan efisiensi. 3.3.1.18 Hubungan Dimensi Pengendalian (X15) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Pengendalian adalah suatu usaha mengawasi, membimbing dan membina gerak karyawan dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Prosedur pengendalian dalam organisasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 80 memastikan bahwa otoritas pimpinan berjalan dengan baik dan tanggung jawab karyawan terhadap pekerjaannya besar. 3.3.1.19 Hubungan Dimensi Pengendalian (X15) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Pengendalian adalah suatu usaha mengawasi, membimbing dan membina gerak karyawan dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian dan pengawasan dalam organisasi memastikan karyawan lebih berdisiplin dalam menjalankan kegiatan kerjanya. 3.3.1.20 Hubungan Dimensi Pengendalian (X15) dengan Dimensi Inisiatif (Y4) Pengendalian adalah suatu usaha mengawasi, membimbing dan membina gerak karyawan dan unit kerja untuk bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Pengendalian dalam organisasi memastikan karyawan melaksanakan kegiatan berdasarkan inisiatif yang berasal dari karyawan itu sendiri. 3.3.2 Pengaruh Motivasi (X2) terhadap Kinerja Karyawan (Y) Motivasi kerja yang tinggi dari seorang karyawan akan meningkatkan kinerja karyawan tersebut secara maksimal. Faktor-faktor yang membuat karyawan menjadi termotivasi dalam pelaksanaan kegiatan kerja perlu ditingkatkan oleh organisasi. Dengan memelihara motivasi http://digilib.mercubuana.ac.id/ 81 kerja karyawan untuk teruus melaksanakan kegiatan kerjanya secara maksimal diharapkan dapat meningkatkan kinerja karyawan secara optimal, yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan. Berdasarkan teori yang telah dibahas sebelumnya bahwa motivasi memiliki dimensi: motif, harapan, loyalitas dan insetif. Sedangkan kinerja karyawan memiliki dimensi: efektivitas dan efisiensi, otoritas dan tanggung jawab, disiplin serta inisiatif. Untuk melihat hubungan dimensi manajemen sumber daya manusia dengan dimensi kinerja karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut: 3.3.2.1 Hubungan Dimensi Motif (X21) dengan Dimensi Efektivitas dan Efisiensi (Y1) Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force. Efektivitas dan efesiensi kerja seorang karyawan didasarkan pada motif orang tersebut untuk berbuat sesuatu. 3.3.2.2 Hubungan Dimensi Motif (X21) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh http://digilib.mercubuana.ac.id/ 82 manusia tersebut. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force. Tanggung jawab yang besar dari seorang karyawan dalam melaksanakan pekerja merupakan motif dan tujuan karyawan tersebut untuk mencapai kebutuhan yang diperlukan. 3.3.2.3 Hubungan Dimensi Motif (X21) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force. Keinginan yang kuat dari seorang karyawan akan membentuk disiplin kerja karyawan menjadi lebih tinggi sehingga pencapaian kinerja karyawan akan maksimal. 3.3.2.4 Hubungan Dimensi Motif (X21) dengan Dimensi Inisiatif (Y4) Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. Karena itu motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat atau driving force. Kekuatan dan dorongan yang ada dalam diri karyawan akan membentuk karyawan tersebut memiliki inisiatif untuk bekerja sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 83 3.3.2.5 Hubungan Dimensi Harapan (X22) dengan Dimensi Efektivitas dan Efisiensi (Y1) Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Efektivitas dan efisiensi yang dicapai dalam kegiatan kerja merupakan harapan karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. 3.3.2.6 Hubungan Dimensi Harapan (X22) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Tanggung jawab yang maksimal dari seorang karyawan bermula dari harapan karyawan tersebut untuk melaksanakan kegiatan sebaik-baiknya. 3.3.2.7 Hubungan Dimensi Harapan (X22) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Harapan untuk mendapatkan posisi jabatan yang lebih baik dari http://digilib.mercubuana.ac.id/ 84 sebelumnya akan membuat seorang memiliki disiplin kerja yang lebih tinggi dalam melaksanakan kegiatan kerjanya. 3.3.2.8 Hubungan Dimensi Harapan (X22) dengan Dimensi Inisiatif (Y3) Harapan adalah bentuk dasar dari kepercayan akan sesuatu yang diinginkan akan didapatkan atau suatu kejadian akan berbuah kebaikan di waktu yang akan datang. Pada praktiknya banyak orang mencoba menjadikan harapannya menjadi nyata dengan cara berdoa atau berusaha. Inisiatif karyawan dalam pelaksanaan kegiatan kerja merupakan bentuk usaha seseorang untuk berusaha menjadi lebih baik dari sebelumnya. 3.3.2.9 Hubungan Dimensi Loyalitas (X23) dengan Dimensi Efektivitas dan Efesiensi (Y1) Loyalitas adalah kesetiaan pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi seseorang merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melaksanakan sesuatu untuk orang lain atau organisasi tempat dia meletakkan loyalitasya. Loyalitas yang dimiliki oleh seorang karyawan akan membuat karyawan tersebut bekerja secara efektif dan efisien. 3.3.2.10 Hubungan Dimensi Loyalitas (X23) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Loyalitas adalah kesetiaan pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi seseorang merasa tidak perlu http://digilib.mercubuana.ac.id/ 85 untuk mendapatkan imbalan dalam melaksanakan sesuatu untuk orang lain atau organisasi tempat dia meletakkan loyalitasya. Loyalitas yang dimiliki oleh seorang karyawan akan membuat karyawan tersebut memiliki tanggung jawab yang besar terhadap pekerjaannya. 3.3.2.11 Hubungan Dimensi Loyalitas (X23) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Loyalitas adalah kesetiaan pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi seseorang merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melaksanakan sesuatu untuk orang lain atau organisasi tempat dia meletakkan loyalitasya. Loyalitas yang dimiliki oleh seorang karyawan akan membuat karyawan tersebut dengan sukarela meningkatkan disiplin kerjanya untuk organisasi. 3.3.2.12 Hubungan Dimensi Loyalitas (X23) dengan Dimensi Inisiatif (Y4) Loyalitas adalah kesetiaan pada sesuatu dengan rasa cinta, sehingga dengan rasa loyalitas yang tinggi seseorang merasa tidak perlu untuk mendapatkan imbalan dalam melaksanakan sesuatu untuk orang lain atau organisasi tempat dia meletakkan loyalitasya. Loyalitas yang dimiliki oleh seorang pegawai akan membuat karyawan tersebut memiliki inisiatif dalam kegiatan kerjanya demi mencapai tujuan organisasi. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 86 3.3.2.13 Hubungan Dimensi Insentif (X24) dengan Dimensi Efektivitas dan Efesiensi (Y1) Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa materi, yang diberikan sebagai suatu perangsang ataupun pendorong dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang besar untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi. Insentif yang memadai yang diterima oleh karyawan dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi kerja karyawan tersebut. 3.3.2.14 Hubungan Dimensi Insentif (X24) dengan Dimensi Otoritas dan Tanggung Jawab (Y2) Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa materi, yang diberikan sebagai suatu perangsang ataupun pendorong dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang besar untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi. Insentif yang memadai yang diterima oleh karyawan dapat meningkatkan otoritas dan tanggung jawab karyawan tersebut. 3.3.2.15 Hubungan Dimensi Insentif (X24) dengan Dimensi Disiplin (Y3) Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa materi, yang diberikan sebagai suatu perangsang ataupun pendorong dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang besar untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi. Insentif http://digilib.mercubuana.ac.id/ 87 yang memadai yang diterima oleh karyawan dapat meningkatkan disiplin kerja karyawan tersebut. 3.3.2.16 Hubungan Dimensi Insentif (X24) dengan Inisiatif (Y4) Insentif adalah suatu sarana memotivasi berupa materi, yang diberikan sebagai suatu perangsang ataupun pendorong dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka timbul semangat yang besar untuk meningkatkan produktivitas kerjanya dalam organisasi. Insentif yang memadai yang diterima oleh karyawan dapat meningkatkan inisiatif kerja karyawan tersebut. 3.3.3 Pengaruh Manajemen Sumber Daya Manusia (X1) dan Motivasi (X2) secara bersama-sama terhadap Kinerja Karyawan (Y) Berdasarkan uraian yang telaah dikemukakan di atas, dimana secara sendiri-sendiri diduga manajemen sumber daya manusia dan motivasi mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, maka secara bersama-sama diduga bahwa manajemen sumber daya manusia dan motivasi juga mempunyai pengaruh positif terhadap kinerja karyawan. Berawal dari identifikasi masalah, maka dibuatlah penelitian yang mengaitkan hubungan kausal variabel manajemen sumber daya manusia, motivasi dan kinerja karyawan. Hubungan kausal anatar variabel yang mempengaruhi (independen) adalah manajemen sumber daya manusia dan motivasi, sedangkan variabel yang dipengaruhi (dependen) adalah kinerja http://digilib.mercubuana.ac.id/ 88 karyawan pada Universitas Mercu Buana Jakarta, Maka paradigma penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Manajemen Sumber Daya Manusia (X1) Kinerja Karyawan (Y) Motivasi (X2) Gambar 3.2 Pengaruh Manajemen Sumber Daya Manusia dan Motivasi terhadap Kinerja Karyawan MSDM (X1) a. Perencanaan b. Pengorganisasian c. Penyusunan d. Penggerakkan e. Pengendalian Kinerja Karyawan (Y) a. Efektifitas dan Efisiensi b. Otoritas dan tanggung jawab c. Disiplin d. Inisiatif Motivasi (X2) a. Motif b. Harapan c. Loyalitas d. Insentif Gambar 3.3 Kerangka Pemikiran http://digilib.mercubuana.ac.id/ 89 Dari masalah yang dihadapi karyawan didukung kajian teori dan hasil penelitian terdahulu, maka disusun kerangka pemikiran bahwa Kinerja (Y) dipengaruhi oleh variabel Manajemen Sumber Daya Manusia (X1) dan Motivasi (X2). Variabel Manajemen Sumber Daya Manusia menggambarkan bagaimana kualitas sumber daya karyawan Universitas Mercu Buana. Manajemen Jakarta yang baik dalam organisasi akan mendukung kinerja organisasi itu sendiri. Apabila didukung oleh sumber daya karyawan yang berkualitas niscaya pencapaian tujuan organisasi akan tercapai secara maksimal. Variabel Motivasi menggambarkan bagaimana karyawan memiliki keinginan yang kuat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Keinginan tersebut dapat dilaksanakan apabila karyawan memiliki motivasi kerja yang tinggi sehingga mendukung pencapaian tujuan organisasi. Motivasi kerja yang tinggi dari seorang karyawan membuat karyawan tersebut memiliki kinerja yang tinggi dalam organisasi. 3.4 Hipotesis Berdasarkan landasan teoritis dan kerangka pemikiran yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: 1. Ho1 : Tidak ada pengaruh antara manajemen sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan pada Universitas Mercu Buana Jakarta. http://digilib.mercubuana.ac.id/ 90 Ha1 : Ada pengaruh antara manajemen sumber daya manusia terhadap kinerja karyawan pada Universitas Mercu Buana Jakarta. 2. Ho1 : Tidak ada pengaruh antara motivasi terhadap kinerja karyawan pada Universitas Mercu Buana Jakarta. Ha1 : Ada pengaruh antara motivasi terhadap kinerja karyawan pada Universitas Mercu Buana Jakarta. 3. Ho1 : Tidak ada pengaruh antara manajemen sumber daya manusia dan motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada Universitas Mercu Buana Jakarta. Ho1 : Ada pengaruh antara manajemen sumber daya manusia dan motivasi secara bersama-sama terhadap kinerja karyawan pada Universitas Mercu Buana Jakarta. http://digilib.mercubuana.ac.id/