MENEMBUS BATAS BAHASA DAN BUDAYA: (MELO)DRAMA KOREA DI INDONESIA Eva Latifah Program Studi Bahasa dan Budaya Korea FIB UI [email protected] Abstrak Studi tentang hallyu di Indonesia telah banyak dilakukan, baik tulisan akademis seperti jurnal maupun skripsi, sampai tulisan populer dan ringan di jagat maya. Salah sat ubidang kajian hallyu yang tidak dapat dipisahkan adalah drama. Drama menjadi genre yang pertama kali membuka hallyu ke berbagai negara. K-drama juga menjadi salah sat uunsur hallyu yang masih bertahan popularitasnya di Indonesia, di saat popularitas yan glain seperti musik atau K-pop menurun. Pertanyaan yang hendak dijawab dalam tulisa nini adalah bagaimanakah sejarah perkembangan drama di Korea hingga menjadi seper tisaat ini? Hal ini dianggap penting untuk dapat memahami strategi budaya yang dilakuka nKorea lewat drama. Selanjutnya, di bagian akhir makalah ini, penulis akan menganalis a bentuk strategi budaya yang dilakukan Korea. Sinergi dengan banyak pihak, memperbar uistrategi, kolaborasi talent-brand, penggabungan nilai tradisional-modern hi-tech adal ahsebagian dari strategi yang dilakukan Korea hingga tetap bertahan hingga saat ini. Kata kunci: hallyu, strategi budaya, industri budaya PENDAHULUAN Sejak awal tahun 2000an, popularitas drama Korea mulai meningkat di Indonesia. Pecinta telenovela atau sinetron seakan disuguhkan alternatif tontonan dari kejenuhan pada telenovela, film India, atau bahkan sinetron lokal. 겨울 영가 Winter Sonata, 대장금 Je wel in the Palace, 궁 Priness Hours, 가을 동화 Autumn in my Heart adalah sederet drama Korea yang mengawali penyebaran hallyu1 di Indonesia. 1 Secara etimologi berarti gelombang Korea. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Korean wave. Istilah hallyu pertama kali disampaikan oleh media Tiongkok yang melihat fenomena boomin gnya K-drama di negeri Tirai Bambu tersebut. Sejak saat itu, popularitas Kdrama, Kpop dan K-K lainnya menyebar ke berbagai negara. Hingga saat ini, hallyu telah menjadi satu proyek nasional Korea yang didukung oleh pemerintah, pengusaha, pelaku seni, hingga akademisi. Korea juga telah banyak meraup keuntungan dari industri budaya mereka ini. Awalnya, sebagian menduga bahwa drama-drama Korea tersebut adalah drama as al Taiwan yang sudah lebih dulu masuk ke layar kaca Indonesia. Namun, seiring waktu, drama Korea menunjukkan kekhasannya hingga digilai anak muda dan tentu saja ibu-i bu.Beberapa mahasiswa angkatan 2013 yang mengambil kelas drama menyatakan bah wasecara tema, Korea sangat terampil menampilkan cerita-cerita yang tidak biasa d an bervariasi. Belum lagi penampilan para pemain yang cantik, ganteng, dan stylist. Bagi sebagian yang lain, drama yang ditampilkan sangat natural dan dekat dengan realita. Bandingkan dengan sinetron Indonesia yang cerita dan atau karakter tokohnya sea kan berada di dunia antah berantah. Karakter jahat digambarkan sangat jahat hingga men yaingi setan. Tokoh yang baik, bak tanpa cela dan begitu sempurna, hingga jangan-janga n malaikat pun minder bila harus berjumpa. Dunia hitam-putih yang disuguhkan sinetron sungguh jauh dari kenyataan bahwa hidup manusia memungkinkan hadirnya warna-warn a lain. Alasan diterimanya K-drama di berbagai negara kebanyakan adalah karena kecakap an Korea dalam mengaduk-aduk perasaan penonton. “Baper”, begitulah jawaban mahasis wa prodi Korea untuk menggambarkan drama dan melodrama Korea. Perez (p. 19) meny ebut like tragedy, melodrama tells a sad story, often enough, like comedy, it comes to a happy ending. It should be considered not only in relation to tragedy but also to comedy. Sepertinya Korea sangat paham betul ide yang disebut Perez di atas. Kemampuan meng emas cerita yang menyentuh dan sekaligus menghibur menjadi kekuatan drama-drama Ko rea. Pertanyaannya adalah bagaimana perjalanan sejarah drama Korea hingga menjadi ind ustri kreatif dan membuka Hallyu ke seluruh dunia? Bagaimana Korea menerapkan strate gi budaya mereka demi mempertahankan Hallyu? Dua masalah inilah yang hendak dijaw ab dalam makalah ini. DRAMA DALAM TERMINOLOGI KESUSASTRAAN KOREA Sebelum membahas lebih lanjut tentang sejarah drama dan melodrama Korea, pada bagian ini penulis akan menyajikan terlebih dahulu definisi drama dan melodrama secara umum. Kemudian penjelasan akan dilanjutkan dengan menyajikan definisi drama dalam kesusastraan Korea. Penjelasan definisi ini dipandang perlu mengingat bahwa ada perbed aan penggunaan istilah drama yang berlaku di Korea dan Indonesia. Drama adalah karya sastra yang tampilan teksnya terdiri dari cakapan atau dialog pa ra tokohnya. Pada beberapa teks biasanya disertai juga dengan informasi tata panggung, kostum pemain, atau mimik tokoh. Meski demikian, tidak semua teks drama adalah teks yang siap atau disiapkan untuk dipentaskan. Drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan bukan untuk dipentaskan biasa disebut drama kloset. Di Indonesia, drama sebagai karya bacaan dan drama sebagai seni pertunjukan biasa nya dibedakan dengan menggunakan istilah drama dan teater. Drama juga umum dipakai sebagai istilah untuk salah satu genre dalam film yang isi ceritanya seputar keluarga ata u isu-isu domestik. Selain drama dan teater, Indonesia mengenal beberapa istilah yang se benarnya masih mempunyai benang merah dengan drama, misalnya sinetron untuk serial drama yang ditayangkan berkala di televisi. Ada juga istilah telenovela yang digunakan u ntuk menyebut serial drama dari Amerika Latin. Adapun ftv, sesuai dengan namanya, ad alah film pendek yang dibuat untuk ditayangkan di tv dan umumnya bergenre drama. Di Korea, drama didefinisikan sebagai satu genre sastra yang dibuat untuk dipentask an. Kwon Ohgyong (2013) mendefinisikan drama sebagai 공연을 목적으로 쓴 연극의 대본. 등장인물들의 행동이나 대화를 기본 수단으로 하여 표현하는 예술 작품 (skrip pertunjukan yang dit ulis untuk dipentaskan atau karya seni yang diekspresikan melalui tindakan atau cakapa n para tokohnya). Dalam terminologi bahasa Korea, “drama” diekspresikan dengan beber apa kosa kata, 희곡 heuigeuk play, 희극 , 연극 yeongeuk, 극 geuk, dan 드라마 derama. Isti lah 극 atau 연극 adalah istilah asli bahasa Korea untuk menyebut seni pertunjukan yang t elah berkembang sejak masa Dinasti Koryo. Istilah 드라마 derama yang diterima sesuai d engan bunyi aslinya, drama, masuk ke Korea sejak aneksasi Jepang pada akhir abad 19. Seperti diketahui bahwa Jepang memperkenalkan budaya modern sebagai strategi untuk menguasai Korea. Jepang berusaha meyakinkan bahwa kehadiran mereka dapat membaw a kemajuan Korea yang saat itu bersistem tradisional dan berada di bawah kepempimpin an Dinasti Josoen. Pengaruh Jepang semakin terlihat setelah Korea resmi takluk dan tund uk di bawah kekuasaan Jepang pada tahun 1910. Dengan strategi budaya yang dilakukan Jepang, beberapa istilah asing juga masuk ke dalam kesusastraan Korea, salah satunya a dalah istilah drama dan melodrama. Sama seperti drama, istilah melodrama merupakan kata serapan bahasa Inggris. Mel odrama berasal dari bahasa latin “melos” yang berarti musik. Awalnya istilah ini dipakai untuk menyebut karya seni pertunjukan di awal abad 19 yang diselingi oleh sejumlah m usik yang dimainkan oleh orkestra untuk menambah efek klimaks pada emosi. Akan teta pi, memasuki pertengahan abad 19, istilah melodrama asosiasinya tidak lebih dari sekeda r musik. Bukan lagi pertunjukan yang alur ceritanya diiringi oleh aksi-aksi spektakuler, k ebetulan atau takdir yang tidak terduga, emosi yang terus-menerus dimainkan, penyelama tan di detik-detik terakhir, dan perbedaan yang jelas antara tokoh yang jahat dan baik. Dalam kamus bahasa Korea melodrama diartikan 비현실적일 정도로 과장된 사건.인무들을 그린 이야기.연극.소설 yang berarti cerita, drama, atau novel yang menggambarkan peristiwa atau tokoh yang luar biasa sehingga tampak tidak nyata atau jauh dari realitas. Sejatinya, bahasa Korea mengenal istilah 신파극 yang di dalam kamus sering diterjemahkan menjad i opera sabun atau melodrama. Sinpageuk adalah seni pertunjukan yang berkembang pad a 1910-1940. Awalnya merupakan seni asal Jepang dan mendapat penolakan dari beberap a sastrawan Korea yang anti Jepang. Akan tetapi sejalan waktu, sinpageuk berbaur deng an drama ala Korea dan berkembang hingga saat ini. Uniknya, istilah sinpageuk dan melodrama sama-sama digunakan dalam kesusastraan Korea. Bila drama mengacu pada tayangan serial di TV, melodrama digunakan untuk menyebut genre dari film yang bercerita tentang kisah domestik, dengan tokoh utamanya perempuan, dengan ending yang umumnya bahagia. Adapun sinphageuk digunakan untuk karya drama yang muncul pada kurun 19101940an. Melodrama dapat didefinisikan berbeda di tiap negara. Amerika, Korea, Tiongkok, d an Amerika Latin mempunyai definisi yang berbeda tentang melodrama. Sadlier (2006: 3) menyebutkan bahwa di Amerika, tahun 1990an, melodrama terkait dengan isu-isu dom estik dan keluarga. Adapun di Amerika Latin, terminologi melodrama digunakan dalam makna yang lebih luas dari sekedar mengangkat isu domestik. Di negara penghasil opera sabun ini, melodrama lebih bersifat historical epic dengan isu yang mencakup isu nasio nal. Dalam kasus Korea, melodrama adalah lebih terkait dengan cerita yang berlebiha n hingga tampak tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Unsur dramatisasi cerita menjadi inti dari melodrama Korea. Kisah cinta yang tragis dan dibungkus dengan konflik yang menarik, tokoh yang mengundang simpati penonton, ending yang terkadang tidak terduga membuat drama Korea disukai banyak penonton. Meski diamini bahwa ada unsur berleb ihan di dalam drama Korea, namun dramatisasi yang dibuat masih masuk akal. Sehingga tidak mengherankan bahwa fungsi drama bagi Korea adalah sebagai media untuk mema hami atau bahkan menyuarakan kenyataan. Beberapa drama Korea bahkan dibuat berdasa rkan kisah nyata, seperti Dalam hal ini, K-drama sejalan dengan pendapat Carla Marcantonio (2015) dalam bukunya Global Melodrama: Nation, Body and History in C ontemporary Film yang menyatakan, melodrama elicits the participation of our senses. It causes us to buckle in tears, tugs a tour heart strings, harnesses our rage, swirls up our hope, requests our empathy, and p rompts our sense of justice. For this reason, melodrama has been an enduring and cruc ial conduit for producing and mediating our understanding of the world around us. (hal. 13) Hingga saat ini, istilah 극 dan 드라마 sama-sama digunakan. Istilah 극 atau 연극 saat i ni umumnya dipakai untuk menyebut drama kloset atau pertunjukan teater. Adapun istila h drama menyempit maknanya menjadi tayangan cerita di televisi. Dalam kajian sastra dr ama Korea, semua jenis drama, baik drama tradisional semacam Changgeuk (창극 opera s abun; melodrama), 판소리 atau drama, film, teater yang dianggap modern semua masuk d alam kajian sastra drama. Namun masyarakat umum mengenal kata drama sebagai tayang an cerita di televisi. Penyempitan makna drama ini dimulai saat pertama kali drama dita mpilkan di televisi, yaitu pada tahun 1962. Sejak saat itu, bila mendengar istilah drama maka yang terlintas di benak orang Korea adalah tayangan cerita di tv. (MELO)DRAMA KOREA DARI MASA KE MASA Jeong Jin-yeong (2016) menyatakan bahwa hallyu dimotori oleh drama fenomena l 겨울연가 atau Winter Sonata yang diputar di KBS2. Oleh karena itu, Jeong menganggap titik awal hallyu adalah drama. Ia menyebut “drama hallyu” dengan hallyu 1.0. Fase ber ikutnya adalah hallyu yang digagasi oleh para penyanyi K-pop. Fase kedua ini dinamai h allyu 2.0. Setelah era kejayaan K-pop, hallyu mencari bentuk baru berupa kolaborasi hall yu dengan budaya Korea, seperti makanan, pakaian, dsb. Fase ketiga yang dijuluki hally u 3.0 ini merupakan perkawinan hallyu dengan industri yang mengubah strategi industri budaya Korea. Oleh karena itu, saat ini para bintang hallyu dan dunia industri secara ber sama-sama membangun proyek kolaboratif atau mengembangkan produk baru. Pada fase hallyu 3.0 ini tampak sekali bahwa para pemilik industri besar seperti Samsung, LG, Hyundai dsb menggaet para artis yang tengah naik daun untuk memasarka n produknya. Menurut hemat penulis, drama adalah alat yang paling tepat untuk mewuju dkan hal ini. Tahun 2015-2016 popularitas K-pop memang terlihat menurun, namun tidak demikian dengan drama Korea. Salah satu drama terpopuler di tahun 2016 Descendant of Life yang juga tayang di Indonesia bahkan menjadikan salah satu pemain utamanya se bagai penerima penghargaan Panasonic Award dengan kategori pemain utama terbaik. Ini menunjukkan bahwa K-drama masih dapat mendapat tempat di hati penonton Indonesia. Drama Korea yang masuk di awal hallyu atau di fase hallyu 1.0 adalah melodra ma. 겨울 영가 Winter Sonata, 대장금 Jewel in the Palace, 궁 Priness Hours, 가을 동화 Autu mn in my Heart kesemuanya dapat dikategorikan sebagai melodrama. Kesemuanya meng angkat tokoh perempuan yang merana, melampaui banyak cobaan, namun kemudian bera khir bahagia. Meski banyak drama Korea yang dibuat lebih bernuansa melodrama, cerita melodrama tersebut tetap dimasukkan ke dalam kategori drama. Hal ini menguatkan asu msi bahwa istilah drama tidak menggambarkan isi cerita atau genre-nya, namun lebih pa da media yang menayangkannya, yaitu tv. Sebelum seperti saat ini, drama Korea telah melalui sejarah yang panjang. Denga n keterbatasan halaman, makalah ini hanya akan membahas era setelah 1960an. Era awal 1970an adalah era yang paling menentukan perkembangan drama menjadi seperti sekara ng. Selain itu, berbeda dengan buku tentang drama Korea yang memasukkan film, teater, pansori, dsb dalam pembahasannya, penulis lebih memilih drama tv sebagai fokus kajia n. Hal ini untuk menghindari kerancuan definisi akan drama yang telah penulis jelaskan di atas. Drama tv Korea mengalami pasang surut. Naik turunnya popularitas drama ini bi asanya terkait dengan kebijakan dan atau situasi perpolitikan di Korea. Secara umum perj alanan drama tv menjadi seperti yang dikenal di Indonesia saat ini dapat dibagi dalam be berapa periode berikut: 1. Tahun 1962~1969 Periode ini dianggap sebagai cikal bakal drama tv Korea. Munculnya drama Kor ea bersamaan dengan lahirnya tiga stasiun televisi di Korea, yaitu KBS, TBC, dan MBC pada tahun 1962-1969. Sejak saat ini drama mempunyai peran sebagai media untuk me mahami hidup. Drama televisi di awal periode ini, khususnya pada tahun 1962-1964, dibuat sesuai deng an kebijakan pemerintah. Karya drama representatif dari periode ini adalah 서울 뒷골목 “G ang Belakang Seoul” yang bercerita tentang permasalahan di perkotaan, cara untuk menc egah dan mengatasi api ‘영이의 일기’, drama antikomunisme berjudul ‘실화극장’, dsb. Seja k adanya siaran TBC, suasana produksi drama menjadi kondusif. Unsur hiburan dan day a tarik mulai dianggap sebagai salah satu faktor penting drama. 2. Tahun 1970~1980 Periode kedua ini dapat dikatakan sebagai masa kejayaan pertelevisian di Korea. Televisi menjadi media hiburan utama pada masa ini. Oleh karena itu, hal ini juga berpe ngaruh pada meningkatnya popularitas drama. Drama dianggap sebagai representasi kehid upan. Tema yang banyak diangkat pada tahun 1970an adalah tentang perempuan kelas ba wah yang berjuang untuk hidup. Memasuki tahun 1980an, arahnya berubah menjadi pera ng melawan kriminalitas. Selain dua tema ini, tema percintaan juga banyak dibuat. Tentu nya karena tahun 1970an komersialisasi dan budaya populer sedang berkembang. Contoh drama percintaan adalah ‘후회합니다’ ‘안녕’ ‘아빠’ dsb. 3. Tahun 1980~1990 Periode ini ditandai dengan munculnya televisi berwarna. Secara kuantitas, period e menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Dari sisi penggarapan pun drama Korea se makin matang. Fungsi drama bukan lagi sebagai representasi kenyataan, melainkan mem bentuk keseharian. Conto karya populer pada masa itu di antaranya ‘개국’, ‘조선왕조 500 년’ dsb. Masalah kesenjangan kota-desa juga mulai dijadikan tema sejak periode ini, sepe rti ‘전원일기’ dan ‘해 뜨는 언덕’. Pada pertengahan tahun 1980an, tuntutan demokrasi semakin tinggi hingga untuk membu ngkam hal tsb tema -tema yang dilarang makin meningkat jumlahnya. Seperti drama ’여명의 눈동자’ yang berisi tentang kepedihan yang dihadapi bangsa. 권력비리나 정경유착을 소재로 한 ‘제1공화국’ ‘야망의 25시’는 조기 종영됐다. 민주화 요구가 거셌던 1980년대 후반에는 금기시되던 소재가 늘어났고 ‘여명의 눈동자’처럼 민족 수난기를 다룬 드라마도 만들어졌다 4. Tahun1992~1999 Periode ini adalah periode penentuan hallyu. Pada periode ini empat stasiun TV maki n berupaya dalam merebut hati penonton. Drama telah berubah fungsi menjadi komoditas yang bernilai tinggi. Setiap TV berusaha menampilkan drama yang berkualitas. Dengan tingginya daya saing, banyak perubahan yang terjadi. Jenis-jenis drama kemudian berkem bang seiring tuntutan kreativitas untuk memenangkan slot tayangan di TV. Jenis-jenis dra ma televisi yang berkembang di antaranya 단막극 drama satu seri, 일일극 drama hari Ming gu, 주말극 drama akhir pekan, 미니 시리즈 mini seri, 사극 historikal drama, 시대극 drama p etualangan, 시추에이션 드라마 drama situasi. K-DRAMA SEBAGAI INDUSTRI BUDAYA Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, salah satu kekuatan drama Kor ea adalah pada temanya. Dari beragam tema yang diangkat tersebut, drama Korea tetap memiliki satu benang merah, penindasan terhadap yang lemah oleh yang kuat namun ber akhir dengan kemenangan dari pihak yang benar. Melodramas of this sort typically invol ved the persecution of the innocent by the powerful, but their endings were usually happ y, illustrating the triumph of good heartedness over every sort of social or moral evil. (Sadlier, p. 2) Jadi alasan diterimanya K-drama dalam pasar global adalah karena K-dram a seperti drama dalam pemaknaan global. K-drama memenuhi keinginan penonton drama untuk mendapatkan hiburan dari tontotan yang menyentuh hati namun berakhir bahagia. Selain itu, dalam menampilkan cerita sejarah Korea tidak hanya mengambil latar belakang cerita kerajaan, namun digabungkan dengan tren masa kini. Contohnya adalah dra ma Scholar Who Walks the Night yang berlatar waktu masa Joesoen, namun dipadukan de ngan cerita vampire yang sedang tren saat ini. Korea sangat paham benar bahwa tren du nia sedang menampilkan hantu-hantu vampire yang ganteng dan jauh dari gambar seram. Dipadukan dengan cerita cinta yang menyentuh hati, drama yang rilis tahun 2016 ini dapat dianggap sebagai salah satu drama populer. Di satu sisi, ada anggapan yang mengatakan bahwa saat dibuat, drama harus siap dengan pasar global. Hal ini biasanya terkait dengan penggunaan bahasa Inggris yang sudah berterima sebagai bahasa internasional. Karl Schoonover and Rosalind Galt berpendapat,“[i f]art films are to travel to international audiences, they must make the claim that their f orms and stories are comprehendible across languages and cultures.” p. 6 Akan tetapi, Korea justru mempertahankan nilai lokal, khususnya bahasa dan bud aya, dalam drama yang mereka buat. Strategi yang dilakukan Korea seolah menegasi bah wa drama tidak harus dibuat dalam bahasa internasional atau bahasa Inggris dan memaka i budaya yang dapat diterima secara global. Strategi dengan tetap menggunakan bahasa Korea dan menampilkan budaya lokal justru membuat drama Korea mempunyai iri khas yang membedakannya dari telenovela dari Amerika Latin atau serial dari Taiwan. Dengan strategi ini, Korea justru berhasil menyebarkan bahasa dan budaya Korea di dunia. Di In donesia misalnya, kosa kata oppa, saranghae, kimhi, annyeong haseyo, gomawoyo, yeppo, d s b s u d a h u m u m d i k e t a h u i . Hal ini seolah berseberangan dengan pendapat yang menyatakan, Global Melodrama is that they are tied to their local contexts and histories while they s imultaneously address a larger, global reality. The analysis of the films negotiates a diff icult balance between acknowledging their cultural, national, and historical specificity w hile also emphasizing the ways that the national can no longer be understood (hal., 4) Menjadi global justru mendorong Korea untuk menampilkan citra lokal mereka. Dalam drama-drama Korea, tidak sulit untuk melihat tradisi Chusok, makan bersama keluarga, tradisi minum soju, pakaian hanbok, dsb. Keunikan nilai tradisional Korea ini justru ditampilkan sebagai strategi budaya mereka dalam industri budaya. Strategi menembus batas bahasa dan budaya ini nyatanya diterima oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Tidak jarang ditemui orang-orang yang menonton drama Korea dapat mengucapkan sapaan atau salam dalam bahasa Korea, hanya dengan mendengar drama Korea yang masih dalam bahasa aslinya. Strategi menggunakan bahasa asli yang disertai dengan subtitle, alih-alih menggunakan sulih suara (dubbing), membuat kosakata sederhana dari bahasa Korea menjadi tidak asing lagi. Setelah bahasa dan budaya Korea berterima di beberapa negara, Korea melangkah p ada tahap penguatan brand image sebagai negara yang modern. Dengan meningkatnya jum lah wisatawan asing yang datang ke Korea karena hallyu mereka melakukan survey tenta ng apa yang orang asing ingat saat mendengar kata “Korea”. Jawaban responden kemudi an dijadikan bahan untuk mengukuhkan image Korea di mata dunia. Hal ini sekaligus menunjukkan upaya Korea dalam mempertahankan image yang bagus tentang Korea. Seperti diketahui, K-drama juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang menunjukkan kemajuan tek hnologi Korea. K-drama memanfaatkan perusahaan besar seperti Samsung, LG, dsb untuk menunjukkan kemajuan negara mereka. Siapapun tentu ingat bahwa pada tahun 90an akhir sampai 2000an awal, tidak banyak orang Indonesia yang menggunakan ponsel Samsung. Namun kini, penjualan ponsel Samsung bahkan telah mengalahkan ponsel asal Eropa, seperti Nokia. Saat itu, tidak pernah terbayangkan bahwa orang Indonesia dapat bersedia merogoh kantong lebih dalam untuk produk ponsel asal Korea. Akan tetapi, dengan gambaran ponsel yang canggih di dalam drama-drama Korea, image tentang brand Korea seperti Samsung dan LG meningkat tajam. Alasan lainnya adalah dalam sekali melihat tontonan drama, yang ditonton adalah one package. Pemain yang ganteng atau cantik, cerita yang menarik, tempat yang indah, hi-tech, stylist menjadi satu paket dalam satu drama. Di Korea, drama adalah bagian dar i industri kreatif yang mengkolaborasikan semua pihak. Pemerintah, pemilik modal, peker ja kreatif, ahli tekhnologi, dan bahkan akademisi terlibat secara aktif dalam menentukan arah industri kreatif mereka. Drama digarap dengan serius, mulai dari tema, penulis sken arionya, teknik pengambilan gambar, sampai produk apa yang akan masuk dalam drama dibuat by designed. Tidak pernah ada sebuah drama yang membengkak jumlah episodeny a hanya karena ratingnya yang tinggi. Sebanyak apapun animo masyarakat pada sebuah d rama, akan berakhir sesuai dengan skenario awal. Hal ini tentunya menjaga kualitas dra ma itu sendiri, tanpa harus menjadikan cerita terlalu dibuat-buat hanya karena alasan rati ng. Contoh lainnya, sebuah produk yang ingin dipasarkan dimasukkan dalam salah sa tu seen hingga tidak terlihat bahwa itu adalah sebuah iklan. Iklan terselubung yang dima sukkan secara halus dalam drama menunjukkan bahwa pemilik produk dengan sadar men jadikan drama sebagai alat untuk promosi. Pemanfaatan aktor yang sedang naik daun, se perti Song Joong-ki, terbukti mampu mengubah persepsi orang akan produk tertentu. Dal am beberapa adegan drama Descendants of the Sun, aktor Song Soong-ki ditampilkan m engonsumsi ginseng tonik. Sejak saat itu, penjualan ginseng tonik meningkat tajam. Pada hal sebelumnya, image tentang ginseng tonik adalah old fashioned, namun serta merta ke san tersebut menjadi hilang dengan adanya “iklan” dari aktor tersebut. Sampai saat ini, So ong-ki yang sedang digilai oleh banyak perempuan di dunia ini menjadi ikon baru produ k kesehatan tradisional Korea. Kolaborasi actor yang sedang naik daun dengan produk tertentu menjadi ciri dari hallyu 3.0, seperti diungkapkan Jeong Jin-yeong (2016). Satu hal yang menarik adalah m odel alih wahana menjadi satu ciri dari industry budaya Korea. Dalam bahasa yang seri ng digunakan oleh para ahli Korea adalah OSMU (One Source Multi Use). Satu produk yang terkenal dibuatkan produk lain, dengan wahana yang berbeda. Seperti Scholar Who Walks the Night yang awalnya adalah webtoon yang terkenal. Juga drama Winter Sonata yang muncul beragaram versi, seperti kartun, novel, atau bahkan theme park yang memperkenalkan pulau Nami menjadi destinasi wisata Korea, padahal sebelumnya pulau ini hanya pulau kecil yang tidak terlalu terkenal. PENUTUP Drama dalam terminologi Korea sebenarnya sedikit berbeda dari yang umumnya dipahami di Indonesia, namun begitu popularitas drama Korea membuat orang Indonesia pun menyebut serial di TV dengan sebutan drama, seperti yang dipahami Korea. Drama Korea yang disukai di Indonesia ini menegaskan bahwa Korea mampu menembus batas bahasa dan budaya. Pemertahanan bahasa dan budaya Korea dalam K-drama dapat dianggap sebagai salah satu strategi yang ternyata berhasil membawa bahasa dan budaya Korea mendunia, tentunya selain factor-faktor lain yang juga perlu ditiru oleh Indonesia dalam industry budaya. DAFTAR PUSTAKA 이대욱 외. 『해법 문학. 수필.극문학』서울: 전재교육, 2008. 정진영. ‘한류스타들, 산업과연계한프로모션활동활발’ global hallyu issue 2016, no. 122 조용재,『드라마총론』, 서울: 원광대학교출판국, 1996 한진만,『한국 사회와텔레비전드라마』, 서울: 한울아카데미, 2001 이선이 외. 『외국인을 위한 한국문학사』서울: 한국문화사, 2012 Gateward, Frances. Seoul Searching: Culture and Identity in Contemporary Korean Cinema. USA: State University of New York Press, 2007. Korean Culture and Information Service. The Korean Wave: A New Pop Culture Phenomenon. Republic of Korea: Ministry of Culture, Sports and Tourism, 2011. Marcantonio, Carla. Global Melodrama: Nation, Body, and History in Contemporary Film. London: Palgrave Macmillan, 2015. Sadlier, Darlene J. Latin American Melodrama: Passion, Pathos, and Entertainment. Urbana and Chicago: University of Illinois Press, 2009.