(MELO)DRAMA KOREA DI INDONESIA Eva Latifah Program

advertisement
MENEMBUS BATAS BAHASA DAN BUDAYA:
(MELO)DRAMA KOREA DI INDONESIA
Eva Latifah
Program Studi Bahasa dan Budaya Korea FIB UI
[email protected]
Abstrak
Studi tentang hallyu di Indonesia telah banyak dilakukan, baik tulisan akademis seperti
jurnal maupun skripsi, sampai tulisan populer dan ringan di jagat maya. Salah sat
ubidang kajian hallyu yang tidak dapat dipisahkan adalah drama. Drama menjadi genre
yang pertama kali membuka hallyu ke berbagai negara. K-drama juga menjadi salah sat
uunsur hallyu yang masih bertahan popularitasnya di Indonesia, di saat popularitas yan
glain seperti musik atau K-pop menurun. Pertanyaan yang hendak dijawab dalam tulisa
nini adalah bagaimanakah sejarah perkembangan drama di Korea hingga menjadi seper
tisaat ini? Hal ini dianggap penting untuk dapat memahami strategi budaya yang dilakuka
nKorea lewat drama. Selanjutnya, di bagian akhir makalah ini, penulis akan menganalis
a bentuk strategi budaya yang dilakukan Korea. Sinergi dengan banyak pihak, memperbar
uistrategi, kolaborasi talent-brand, penggabungan nilai tradisional-modern hi-tech adal
ahsebagian dari strategi yang dilakukan Korea hingga tetap bertahan hingga saat ini.
Kata kunci: hallyu, strategi budaya, industri budaya
PENDAHULUAN
Sejak awal tahun 2000an, popularitas drama Korea mulai meningkat di Indonesia.
Pecinta telenovela atau sinetron seakan disuguhkan alternatif tontonan dari kejenuhan
pada telenovela, film India, atau bahkan sinetron lokal. 겨울 영가 Winter Sonata, 대장금 Je
wel in the Palace, 궁 Priness Hours, 가을 동화 Autumn in my Heart adalah sederet drama
Korea yang mengawali penyebaran hallyu1 di Indonesia.
1
Secara etimologi berarti gelombang Korea. Dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Korean wave.
Istilah hallyu pertama kali disampaikan oleh media Tiongkok yang melihat fenomena
boomin
gnya K-drama di negeri Tirai Bambu tersebut. Sejak saat itu, popularitas Kdrama,
Kpop dan
K-K lainnya menyebar ke berbagai negara. Hingga saat ini, hallyu telah menjadi satu proyek
nasional Korea yang didukung oleh pemerintah, pengusaha, pelaku seni, hingga akademisi. Korea
juga telah banyak meraup keuntungan dari industri budaya mereka ini.
Awalnya, sebagian menduga bahwa drama-drama Korea tersebut adalah drama as
al Taiwan yang sudah lebih dulu masuk ke layar kaca Indonesia. Namun, seiring waktu,
drama Korea menunjukkan kekhasannya hingga digilai anak muda dan tentu saja ibu-i
bu.Beberapa mahasiswa angkatan 2013 yang mengambil kelas drama menyatakan bah
wasecara tema, Korea sangat terampil menampilkan cerita-cerita yang tidak biasa d
an bervariasi. Belum lagi penampilan para pemain yang cantik, ganteng, dan stylist.
Bagi sebagian yang lain, drama yang ditampilkan sangat natural dan dekat dengan
realita. Bandingkan dengan sinetron Indonesia yang cerita dan atau karakter tokohnya sea
kan berada di dunia antah berantah. Karakter jahat digambarkan sangat jahat hingga men
yaingi setan. Tokoh yang baik, bak tanpa cela dan begitu sempurna, hingga jangan-janga
n malaikat pun minder bila harus berjumpa. Dunia hitam-putih yang disuguhkan sinetron
sungguh jauh dari kenyataan bahwa hidup manusia memungkinkan hadirnya warna-warn
a lain.
Alasan diterimanya K-drama di berbagai negara kebanyakan adalah karena kecakap
an Korea dalam mengaduk-aduk perasaan penonton. “Baper”, begitulah jawaban mahasis
wa prodi Korea untuk menggambarkan drama dan melodrama Korea. Perez (p. 19) meny
ebut like tragedy, melodrama tells a sad story, often enough, like comedy, it comes to a
happy ending. It should be considered not only in relation to tragedy but also to comedy.
Sepertinya Korea sangat paham betul ide yang disebut Perez di atas. Kemampuan meng
emas cerita yang menyentuh dan sekaligus menghibur menjadi kekuatan drama-drama Ko
rea.
Pertanyaannya adalah bagaimana perjalanan sejarah drama Korea hingga menjadi ind
ustri kreatif dan membuka Hallyu ke seluruh dunia? Bagaimana Korea menerapkan strate
gi budaya mereka demi mempertahankan Hallyu? Dua masalah inilah yang hendak dijaw
ab dalam makalah ini.
DRAMA DALAM TERMINOLOGI KESUSASTRAAN KOREA
Sebelum membahas lebih lanjut tentang sejarah drama dan melodrama Korea, pada
bagian ini penulis akan menyajikan terlebih dahulu definisi drama dan melodrama secara
umum. Kemudian penjelasan akan dilanjutkan dengan menyajikan definisi drama dalam
kesusastraan Korea. Penjelasan definisi ini dipandang perlu mengingat bahwa ada perbed
aan penggunaan istilah drama yang berlaku di Korea dan Indonesia.
Drama adalah karya sastra yang tampilan teksnya terdiri dari cakapan atau dialog pa
ra tokohnya. Pada beberapa teks biasanya disertai juga dengan informasi tata panggung,
kostum pemain, atau mimik tokoh. Meski demikian, tidak semua teks drama adalah teks
yang siap atau disiapkan untuk dipentaskan. Drama yang dibuat hanya untuk dibaca dan
bukan untuk dipentaskan biasa disebut drama kloset.
Di Indonesia, drama sebagai karya bacaan dan drama sebagai seni pertunjukan biasa
nya dibedakan dengan menggunakan istilah drama dan teater. Drama juga umum dipakai
sebagai istilah untuk salah satu genre dalam film yang isi ceritanya seputar keluarga ata
u isu-isu domestik. Selain drama dan teater, Indonesia mengenal beberapa istilah yang se
benarnya masih mempunyai benang merah dengan drama, misalnya sinetron untuk serial
drama yang ditayangkan berkala di televisi. Ada juga istilah telenovela yang digunakan u
ntuk menyebut serial drama dari Amerika Latin. Adapun ftv, sesuai dengan namanya, ad
alah film pendek yang dibuat untuk ditayangkan di tv dan umumnya bergenre drama.
Di Korea, drama didefinisikan sebagai satu genre sastra yang dibuat untuk dipentask
an. Kwon Ohgyong (2013) mendefinisikan drama sebagai 공연을 목적으로 쓴 연극의 대본.
등장인물들의 행동이나 대화를 기본 수단으로 하여 표현하는 예술 작품 (skrip pertunjukan yang dit
ulis untuk dipentaskan atau karya seni yang diekspresikan melalui tindakan atau cakapa
n para tokohnya). Dalam terminologi bahasa Korea, “drama” diekspresikan dengan beber
apa kosa kata, 희곡 heuigeuk play, 희극 , 연극 yeongeuk, 극 geuk, dan 드라마 derama. Isti
lah 극 atau 연극 adalah istilah asli bahasa Korea untuk menyebut seni pertunjukan yang t
elah berkembang sejak masa Dinasti Koryo. Istilah 드라마 derama yang diterima sesuai d
engan bunyi aslinya, drama, masuk ke Korea sejak aneksasi Jepang pada akhir abad 19.
Seperti diketahui bahwa Jepang memperkenalkan budaya modern sebagai strategi untuk
menguasai Korea. Jepang berusaha meyakinkan bahwa kehadiran mereka dapat membaw
a kemajuan Korea yang saat itu bersistem tradisional dan berada di bawah kepempimpin
an Dinasti Josoen. Pengaruh Jepang semakin terlihat setelah Korea resmi takluk dan tund
uk di bawah kekuasaan Jepang pada tahun 1910. Dengan strategi budaya yang dilakukan
Jepang, beberapa istilah asing juga masuk ke dalam kesusastraan Korea, salah satunya a
dalah istilah drama dan melodrama.
Sama seperti drama, istilah melodrama merupakan kata serapan bahasa Inggris. Mel
odrama berasal dari bahasa latin “melos” yang berarti musik. Awalnya istilah ini dipakai
untuk menyebut karya seni pertunjukan di awal abad 19 yang diselingi oleh sejumlah m
usik yang dimainkan oleh orkestra untuk menambah efek klimaks pada emosi. Akan teta
pi, memasuki pertengahan abad 19, istilah melodrama asosiasinya tidak lebih dari sekeda
r musik. Bukan lagi pertunjukan yang alur ceritanya diiringi oleh aksi-aksi spektakuler, k
ebetulan atau takdir yang tidak terduga, emosi yang terus-menerus dimainkan, penyelama
tan di detik-detik terakhir, dan perbedaan yang jelas antara tokoh yang jahat dan baik.
Dalam kamus bahasa Korea melodrama diartikan 비현실적일 정도로 과장된 사건.인무들을
그린 이야기.연극.소설 yang berarti cerita, drama, atau novel yang menggambarkan peristiwa
atau tokoh yang luar biasa sehingga tampak tidak nyata atau jauh dari realitas. Sejatinya,
bahasa Korea mengenal istilah 신파극 yang di dalam kamus sering diterjemahkan menjad
i opera sabun atau melodrama. Sinpageuk adalah seni pertunjukan yang berkembang pad
a 1910-1940. Awalnya merupakan seni asal Jepang dan mendapat penolakan dari beberap
a sastrawan Korea yang anti Jepang. Akan tetapi sejalan waktu, sinpageuk berbaur deng
an drama ala Korea dan berkembang hingga saat ini. Uniknya, istilah sinpageuk dan
melodrama sama-sama digunakan dalam kesusastraan Korea. Bila drama mengacu pada
tayangan serial di TV, melodrama digunakan untuk menyebut genre dari film yang bercerita
tentang kisah domestik, dengan tokoh utamanya perempuan, dengan ending yang umumnya
bahagia. Adapun sinphageuk digunakan untuk karya drama yang muncul pada kurun 19101940an.
Melodrama dapat didefinisikan berbeda di tiap negara. Amerika, Korea, Tiongkok, d
an Amerika Latin mempunyai definisi yang berbeda tentang melodrama. Sadlier (2006:
3) menyebutkan bahwa di Amerika, tahun 1990an, melodrama terkait dengan isu-isu dom
estik dan keluarga. Adapun di Amerika Latin, terminologi melodrama digunakan dalam
makna yang lebih luas dari sekedar mengangkat isu domestik. Di negara penghasil opera
sabun ini, melodrama lebih bersifat historical epic dengan isu yang mencakup isu nasio
nal.
Dalam kasus Korea, melodrama adalah lebih terkait dengan cerita yang berlebiha
n hingga tampak tidak mungkin terjadi di dunia nyata. Unsur dramatisasi cerita menjadi
inti dari melodrama Korea. Kisah cinta yang tragis dan dibungkus dengan konflik yang
menarik, tokoh yang mengundang simpati penonton, ending yang terkadang tidak terduga
membuat drama Korea disukai banyak penonton. Meski diamini bahwa ada unsur berleb
ihan di dalam drama Korea, namun dramatisasi yang dibuat masih masuk akal. Sehingga
tidak mengherankan bahwa fungsi drama bagi Korea adalah sebagai media untuk mema
hami atau bahkan menyuarakan kenyataan. Beberapa drama Korea bahkan dibuat berdasa
rkan kisah nyata, seperti
Dalam hal ini, K-drama sejalan dengan pendapat
Carla Marcantonio (2015) dalam bukunya Global Melodrama: Nation, Body and History in C
ontemporary Film yang menyatakan,
melodrama elicits the participation of our senses. It causes us to buckle in tears, tugs a
tour heart strings, harnesses our rage, swirls up our hope, requests our empathy, and p
rompts our sense of justice. For this reason, melodrama has been an enduring and cruc
ial conduit for producing and mediating our understanding of the world around us. (hal.
13)
Hingga saat ini, istilah 극 dan 드라마 sama-sama digunakan. Istilah 극 atau 연극 saat i
ni umumnya dipakai untuk menyebut drama kloset atau pertunjukan teater. Adapun istila
h drama menyempit maknanya menjadi tayangan cerita di televisi. Dalam kajian sastra dr
ama Korea, semua jenis drama, baik drama tradisional semacam Changgeuk (창극 opera s
abun; melodrama), 판소리 atau drama, film, teater yang dianggap modern semua masuk d
alam kajian sastra drama. Namun masyarakat umum mengenal kata drama sebagai tayang
an cerita di televisi. Penyempitan makna drama ini dimulai saat pertama kali drama dita
mpilkan di televisi, yaitu pada tahun 1962. Sejak saat itu, bila mendengar istilah drama
maka yang terlintas di benak orang Korea adalah tayangan cerita di tv.
(MELO)DRAMA KOREA DARI MASA KE MASA
Jeong Jin-yeong (2016) menyatakan bahwa hallyu dimotori oleh drama fenomena
l 겨울연가 atau Winter Sonata yang diputar di KBS2. Oleh karena itu, Jeong menganggap
titik awal hallyu adalah drama. Ia menyebut “drama hallyu” dengan hallyu 1.0. Fase ber
ikutnya adalah hallyu yang digagasi oleh para penyanyi K-pop. Fase kedua ini dinamai h
allyu 2.0. Setelah era kejayaan K-pop, hallyu mencari bentuk baru berupa kolaborasi hall
yu dengan budaya Korea, seperti makanan, pakaian, dsb. Fase ketiga yang dijuluki hally
u 3.0 ini merupakan perkawinan hallyu dengan industri yang mengubah strategi industri
budaya Korea. Oleh karena itu, saat ini para bintang hallyu dan dunia industri secara ber
sama-sama membangun proyek kolaboratif atau mengembangkan produk baru.
Pada fase hallyu 3.0 ini tampak sekali bahwa para pemilik industri besar seperti
Samsung, LG, Hyundai dsb menggaet para artis yang tengah naik daun untuk memasarka
n produknya. Menurut hemat penulis, drama adalah alat yang paling tepat untuk mewuju
dkan hal ini. Tahun 2015-2016 popularitas K-pop memang terlihat menurun, namun tidak
demikian dengan drama Korea. Salah satu drama terpopuler di tahun 2016 Descendant
of Life yang juga tayang di Indonesia bahkan menjadikan salah satu pemain utamanya se
bagai penerima penghargaan Panasonic Award dengan kategori pemain utama terbaik. Ini
menunjukkan bahwa K-drama masih dapat mendapat tempat di hati penonton Indonesia.
Drama Korea yang masuk di awal hallyu atau di fase hallyu 1.0 adalah melodra
ma. 겨울 영가 Winter Sonata, 대장금 Jewel in the Palace, 궁 Priness Hours, 가을 동화 Autu
mn in my Heart kesemuanya dapat dikategorikan sebagai melodrama. Kesemuanya meng
angkat tokoh perempuan yang merana, melampaui banyak cobaan, namun kemudian bera
khir bahagia. Meski banyak drama Korea yang dibuat lebih bernuansa melodrama, cerita
melodrama tersebut tetap dimasukkan ke dalam kategori drama. Hal ini menguatkan asu
msi bahwa istilah drama tidak menggambarkan isi cerita atau genre-nya, namun lebih pa
da media yang menayangkannya, yaitu tv.
Sebelum seperti saat ini, drama Korea telah melalui sejarah yang panjang. Denga
n keterbatasan halaman, makalah ini hanya akan membahas era setelah 1960an. Era awal
1970an adalah era yang paling menentukan perkembangan drama menjadi seperti sekara
ng. Selain itu, berbeda dengan buku tentang drama Korea yang memasukkan film, teater,
pansori, dsb dalam pembahasannya, penulis lebih memilih drama tv sebagai fokus kajia
n. Hal ini untuk menghindari kerancuan definisi akan drama yang telah penulis jelaskan
di atas.
Drama tv Korea mengalami pasang surut. Naik turunnya popularitas drama ini bi
asanya terkait dengan kebijakan dan atau situasi perpolitikan di Korea. Secara umum perj
alanan drama tv menjadi seperti yang dikenal di Indonesia saat ini dapat dibagi dalam be
berapa periode berikut:
1. Tahun 1962~1969
Periode ini dianggap sebagai cikal bakal drama tv Korea. Munculnya drama Kor
ea bersamaan dengan lahirnya tiga stasiun televisi di Korea, yaitu KBS, TBC, dan MBC
pada tahun 1962-1969. Sejak saat ini drama mempunyai peran sebagai media untuk me
mahami hidup.
Drama televisi di awal periode ini, khususnya pada tahun 1962-1964, dibuat sesuai deng
an kebijakan pemerintah. Karya drama representatif dari periode ini adalah 서울 뒷골목 “G
ang Belakang Seoul” yang bercerita tentang permasalahan di perkotaan, cara untuk menc
egah dan mengatasi api ‘영이의 일기’, drama antikomunisme berjudul ‘실화극장’, dsb. Seja
k adanya siaran TBC, suasana produksi drama menjadi kondusif. Unsur hiburan dan day
a tarik mulai dianggap sebagai salah satu faktor penting drama.
2. Tahun 1970~1980
Periode kedua ini dapat dikatakan sebagai masa kejayaan pertelevisian di Korea.
Televisi menjadi media hiburan utama pada masa ini. Oleh karena itu, hal ini juga berpe
ngaruh pada meningkatnya popularitas drama. Drama dianggap sebagai representasi kehid
upan. Tema yang banyak diangkat pada tahun 1970an adalah tentang perempuan kelas ba
wah yang berjuang untuk hidup. Memasuki tahun 1980an, arahnya berubah menjadi pera
ng melawan kriminalitas. Selain dua tema ini, tema percintaan juga banyak dibuat. Tentu
nya karena tahun 1970an komersialisasi dan budaya populer sedang berkembang. Contoh
drama percintaan adalah ‘후회합니다’ ‘안녕’ ‘아빠’ dsb.
3. Tahun 1980~1990
Periode ini ditandai dengan munculnya televisi berwarna. Secara kuantitas, period
e menunjukkan peningkatan yang luar biasa. Dari sisi penggarapan pun drama Korea se
makin matang. Fungsi drama bukan lagi sebagai representasi kenyataan, melainkan mem
bentuk keseharian. Conto karya populer pada masa itu di antaranya ‘개국’, ‘조선왕조 500
년’ dsb. Masalah kesenjangan kota-desa juga mulai dijadikan tema sejak periode ini, sepe
rti ‘전원일기’ dan ‘해 뜨는 언덕’.
Pada pertengahan tahun 1980an, tuntutan demokrasi semakin tinggi hingga untuk membu
ngkam hal tsb tema -tema yang dilarang makin meningkat jumlahnya. Seperti
drama ’여명의 눈동자’ yang berisi tentang kepedihan yang dihadapi bangsa.
권력비리나 정경유착을 소재로 한 ‘제1공화국’ ‘야망의 25시’는 조기 종영됐다. 민주화 요구가 거셌던
1980년대 후반에는 금기시되던 소재가 늘어났고 ‘여명의 눈동자’처럼 민족 수난기를 다룬 드라마도
만들어졌다
4. Tahun1992~1999
Periode ini adalah periode penentuan hallyu. Pada periode ini empat stasiun TV maki
n berupaya dalam merebut hati penonton. Drama telah berubah fungsi menjadi komoditas
yang bernilai tinggi. Setiap TV berusaha menampilkan drama yang berkualitas. Dengan
tingginya daya saing, banyak perubahan yang terjadi. Jenis-jenis drama kemudian berkem
bang seiring tuntutan kreativitas untuk memenangkan slot tayangan di TV. Jenis-jenis dra
ma televisi yang berkembang di antaranya 단막극 drama satu seri, 일일극 drama hari Ming
gu, 주말극 drama akhir pekan, 미니 시리즈 mini seri, 사극 historikal drama, 시대극 drama p
etualangan, 시추에이션 드라마 drama situasi.
K-DRAMA SEBAGAI INDUSTRI BUDAYA
Seperti telah disinggung pada bagian sebelumnya, salah satu kekuatan drama Kor
ea adalah pada temanya. Dari beragam tema yang diangkat tersebut, drama Korea tetap
memiliki satu benang merah, penindasan terhadap yang lemah oleh yang kuat namun ber
akhir dengan kemenangan dari pihak yang benar. Melodramas of this sort typically invol
ved the persecution of the innocent by the powerful, but their endings were usually happ
y, illustrating the triumph of good heartedness over every sort of social or moral evil.
(Sadlier, p. 2) Jadi alasan diterimanya K-drama dalam pasar global adalah karena K-dram
a seperti drama dalam pemaknaan global. K-drama memenuhi keinginan penonton drama
untuk mendapatkan hiburan dari tontotan yang menyentuh hati namun berakhir bahagia.
Selain itu, dalam menampilkan cerita sejarah Korea tidak hanya mengambil latar
belakang cerita kerajaan, namun digabungkan dengan tren masa kini. Contohnya adalah dra
ma Scholar Who Walks the Night yang berlatar waktu masa Joesoen, namun dipadukan de
ngan cerita vampire yang sedang tren saat ini. Korea sangat paham benar bahwa tren du
nia sedang menampilkan hantu-hantu vampire yang ganteng dan jauh dari gambar seram.
Dipadukan dengan cerita cinta yang menyentuh hati, drama yang rilis tahun 2016 ini dapat
dianggap sebagai salah satu drama populer.
Di satu sisi, ada anggapan yang mengatakan bahwa saat dibuat, drama harus siap
dengan pasar global. Hal ini biasanya terkait dengan penggunaan bahasa Inggris yang sudah
berterima sebagai bahasa internasional. Karl Schoonover and Rosalind Galt berpendapat,“[i
f]art films are to travel to international audiences, they must make the claim that their f
orms and stories are comprehendible across languages and cultures.” p. 6
Akan tetapi, Korea justru mempertahankan nilai lokal, khususnya bahasa dan bud
aya, dalam drama yang mereka buat. Strategi yang dilakukan Korea seolah menegasi bah
wa drama tidak harus dibuat dalam bahasa internasional atau bahasa Inggris dan memaka
i budaya yang dapat diterima secara global. Strategi dengan tetap menggunakan bahasa
Korea dan menampilkan budaya lokal justru membuat drama Korea mempunyai iri khas
yang membedakannya dari telenovela dari Amerika Latin atau serial dari Taiwan. Dengan
strategi ini, Korea justru berhasil menyebarkan bahasa dan budaya Korea di dunia. Di In
donesia misalnya, kosa kata oppa, saranghae, kimhi, annyeong haseyo, gomawoyo, yeppo,
d s b s u d a h u m u m d i k e t a h u i . Hal ini seolah berseberangan dengan pendapat yang
menyatakan,
Global Melodrama is that they are tied to their local contexts and histories while they s
imultaneously address a larger, global reality. The analysis of the films negotiates a diff
icult balance between acknowledging their cultural, national, and historical specificity w
hile also emphasizing the ways that the national can no longer be understood (hal., 4)
Menjadi global justru mendorong Korea untuk menampilkan citra lokal mereka. Dalam
drama-drama Korea, tidak sulit untuk melihat tradisi Chusok, makan bersama keluarga,
tradisi minum soju, pakaian hanbok, dsb. Keunikan nilai tradisional Korea ini justru
ditampilkan sebagai strategi budaya mereka dalam industri budaya. Strategi menembus batas
bahasa dan budaya ini nyatanya diterima oleh banyak negara, termasuk Indonesia. Tidak
jarang ditemui orang-orang yang menonton drama Korea dapat mengucapkan sapaan atau
salam dalam bahasa Korea, hanya dengan mendengar drama Korea yang masih dalam bahasa
aslinya. Strategi menggunakan bahasa asli yang disertai dengan subtitle, alih-alih
menggunakan sulih suara (dubbing), membuat kosakata sederhana dari bahasa Korea menjadi
tidak asing lagi.
Setelah bahasa dan budaya Korea berterima di beberapa negara, Korea melangkah p
ada tahap penguatan brand image sebagai negara yang modern. Dengan meningkatnya jum
lah wisatawan asing yang datang ke Korea karena hallyu mereka melakukan survey tenta
ng apa yang orang asing ingat saat mendengar kata “Korea”. Jawaban responden kemudi
an dijadikan bahan untuk mengukuhkan image Korea di mata dunia. Hal ini sekaligus
menunjukkan upaya Korea dalam mempertahankan image yang bagus tentang Korea. Seperti
diketahui, K-drama juga dilengkapi dengan gambar-gambar yang menunjukkan kemajuan tek
hnologi Korea. K-drama memanfaatkan perusahaan besar seperti Samsung, LG, dsb untuk
menunjukkan kemajuan negara mereka. Siapapun tentu ingat bahwa pada tahun 90an akhir
sampai 2000an awal, tidak banyak orang Indonesia yang menggunakan ponsel Samsung.
Namun kini, penjualan ponsel Samsung bahkan telah mengalahkan ponsel asal Eropa, seperti
Nokia. Saat itu, tidak pernah terbayangkan bahwa orang Indonesia dapat bersedia merogoh
kantong lebih dalam untuk produk ponsel asal Korea. Akan tetapi, dengan gambaran ponsel
yang canggih di dalam drama-drama Korea, image tentang brand Korea seperti Samsung dan
LG meningkat tajam.
Alasan lainnya adalah dalam sekali melihat tontonan drama, yang ditonton adalah
one package. Pemain yang ganteng atau cantik, cerita yang menarik, tempat yang indah,
hi-tech, stylist menjadi satu paket dalam satu drama. Di Korea, drama adalah bagian dar
i industri kreatif yang mengkolaborasikan semua pihak. Pemerintah, pemilik modal, peker
ja kreatif, ahli tekhnologi, dan bahkan akademisi terlibat secara aktif dalam menentukan
arah industri kreatif mereka. Drama digarap dengan serius, mulai dari tema, penulis sken
arionya, teknik pengambilan gambar, sampai produk apa yang akan masuk dalam drama
dibuat by designed. Tidak pernah ada sebuah drama yang membengkak jumlah episodeny
a hanya karena ratingnya yang tinggi. Sebanyak apapun animo masyarakat pada sebuah d
rama, akan berakhir sesuai dengan skenario awal. Hal ini tentunya menjaga kualitas dra
ma itu sendiri, tanpa harus menjadikan cerita terlalu dibuat-buat hanya karena alasan rati
ng.
Contoh lainnya, sebuah produk yang ingin dipasarkan dimasukkan dalam salah sa
tu seen hingga tidak terlihat bahwa itu adalah sebuah iklan. Iklan terselubung yang dima
sukkan secara halus dalam drama menunjukkan bahwa pemilik produk dengan sadar men
jadikan drama sebagai alat untuk promosi. Pemanfaatan aktor yang sedang naik daun, se
perti Song Joong-ki, terbukti mampu mengubah persepsi orang akan produk tertentu. Dal
am beberapa adegan drama Descendants of the Sun, aktor Song Soong-ki ditampilkan m
engonsumsi ginseng tonik. Sejak saat itu, penjualan ginseng tonik meningkat tajam. Pada
hal sebelumnya, image tentang ginseng tonik adalah old fashioned, namun serta merta ke
san tersebut menjadi hilang dengan adanya “iklan” dari aktor tersebut. Sampai saat ini, So
ong-ki yang sedang digilai oleh banyak perempuan di dunia ini menjadi ikon baru produ
k kesehatan tradisional Korea.
Kolaborasi actor yang sedang naik daun dengan produk tertentu menjadi ciri dari
hallyu 3.0, seperti diungkapkan Jeong Jin-yeong (2016). Satu hal yang menarik adalah m
odel alih wahana menjadi satu ciri dari industry budaya Korea. Dalam bahasa yang seri
ng digunakan oleh para ahli Korea adalah OSMU (One Source Multi Use). Satu produk
yang terkenal dibuatkan produk lain, dengan wahana yang berbeda. Seperti Scholar Who
Walks the Night yang awalnya adalah webtoon yang terkenal. Juga drama Winter Sonata
yang muncul beragaram versi, seperti kartun, novel, atau bahkan theme park yang
memperkenalkan pulau Nami menjadi destinasi wisata Korea, padahal sebelumnya pulau ini
hanya pulau kecil yang tidak terlalu terkenal.
PENUTUP
Drama dalam terminologi Korea sebenarnya sedikit berbeda dari yang umumnya
dipahami di Indonesia, namun begitu popularitas drama Korea membuat orang Indonesia pun
menyebut serial di TV dengan sebutan drama, seperti yang dipahami Korea. Drama Korea
yang disukai di Indonesia ini menegaskan bahwa Korea mampu menembus batas bahasa dan
budaya. Pemertahanan bahasa dan budaya Korea dalam K-drama dapat dianggap sebagai
salah satu strategi yang ternyata berhasil membawa bahasa dan budaya Korea mendunia,
tentunya selain factor-faktor lain yang juga perlu ditiru oleh Indonesia dalam industry budaya.
DAFTAR PUSTAKA
이대욱 외. 『해법 문학. 수필.극문학』서울: 전재교육, 2008.
정진영. ‘한류스타들, 산업과연계한프로모션활동활발’ global hallyu issue 2016, no. 122
조용재,『드라마총론』, 서울: 원광대학교출판국, 1996
한진만,『한국 사회와텔레비전드라마』, 서울: 한울아카데미, 2001
이선이 외. 『외국인을 위한 한국문학사』서울: 한국문화사, 2012
Gateward, Frances. Seoul Searching: Culture and Identity in Contemporary Korean Cinema.
USA: State University of New York Press, 2007.
Korean Culture and Information Service. The Korean Wave: A New Pop Culture
Phenomenon. Republic of Korea: Ministry of Culture, Sports and Tourism, 2011.
Marcantonio, Carla. Global Melodrama: Nation, Body, and History in Contemporary Film.
London: Palgrave Macmillan, 2015.
Sadlier, Darlene J. Latin American Melodrama: Passion, Pathos, and Entertainment. Urbana
and Chicago: University of Illinois Press, 2009.
Download