Untitled - Journal | Unair

advertisement
Table of Contents
No.
Title
Page
1
Radiotherapy Response of Advanced Squamous and Adenocarcinoma Types of
Cervical Cancer at Dr Soetomo Hospital Surabaya
48 - 55
2
Radiotherapy Outcome in Stage IIB Cervical Cancer Patients Resistant to
Neoadjuvant Chemotherapy at Dr. Soetomo Hospital 2006 – 2010
56 - 60
3
Correlation between Risk Factors and Pelvic Organ Prolapse in Gynecology
Outpatient Clinic, Dr. Soetomo Hospital Surabaya, 2007 – 2011
61 - 66
4
Visualization of Endometrial and Uterine Cavity Structure Abnormality with
Transvaginal Sonography, Color Doppler Transvaginal Sonography and Saline
Infusion Sonography in Abnormal Uterine Bleeding
67 - 70
5
Expressions of Growth Differentiation Factor-9 (GDF-9) of Bovine Cumulus-Oocyte
Complex in Peritoneal Fluid Culture of Infertile Patients with Endometriosis
71 - 76
6
Viral Load pada Kanker Serviks Terinfeksi Human Papilloma Virus Tipe 16
77 - 83
7
Comparison of Anti-Mullerian Hormone (AMH), Basal Follicle Stimulating Hormone
(FSH), Estradiol and Antral Follicles Count as Predictors of Ovarian Response in in
vitro Fertilization Program
84 - 88
Vol. 21 - No. 2 / 2013-05
TOC : 6, and page : 77 - 83
Viral Load pada Kanker Serviks Terinfeksi Human Papilloma Virus Tipe 16
Viral Load pada Kanker Serviks Terinfeksi Human Papilloma Virus Tipe 16
Author :
ING Budiana | Abstract
The most common cause ofcervical cancer is HPV-16 infection. The integration process between of host DNA and HPV
virus DNA depends on the amount ofviral load (VL). The objective of this study was to determine the average and cut off
point of VL on cervical cancer with HPV-16 infection. The study design was a case-control study during year of
2010-2011 which performed at Obstetrics& Gynecology Department, Medical Faculty Udayana University and Biomedical
Laboratory RSUD Mataram. The diagnose of cervical cancer based on histopatological, HPV-16by PCR and VL HPV-16
by PCR-EIA. The amount of 18samples as a case group of cervical cancer with positive VL HPV-16 and 18 samples as a
control group of non-cervical cancer withpositive VL HPV-16. In the both groups, the averageof VL HPV-16 are 2,0 x
107copy/μg and 2,8 x 105copy/μg, respectively. The cut off point of VL HPV-16 is 2.9x 105copy/μg for 88% of
sensitivity and 94% of specificity. This cut off point is required to achieve HPV-16 DNA integration.(MOG 2013;21:77-83)
Keyword : HPV-16, viral, load, cervical, cancer, -,
Daftar Pustaka :
1. Azis F, (2001). Masalah Kanker Serviks dan Upaya Penanganan. Bandung : Pertemuan Forum Ilmiah Penelitian
Kanker Serviks di Indonesia
2. Suwiyoga IK, (2000). Kanker Serviks: Evaluasi Faktor Risiko Klinis. - : Majalah Obstetri Ginekologi Indonesia
Powered by TCPDF (www.tcpdf.org)
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 21 No. 2 Mei - Agustus 2013 : 77-83
Viral Loadpada Kanker Serviks TerinfeksiHuman Papilloma VirusTipe 16
ING Budiana
Departemen Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana
RSUP Sanglah, Denpasar
ABSTRACT
The most common cause ofcervical cancer is HPV-16 infection. The integration process between of host DNA and HPV virus DNA
depends on the amount ofviral load (VL). The objective of this study was to determine the average and cut off point of VL on cervical
cancer with HPV-16 infection. The study design was a case-control study during year of 2010-2011 which performed at Obstetrics&
Gynecology Department, Medical Faculty Udayana University and Biomedical Laboratory RSUD Mataram. The diagnose of
cervical cancer based on histopatological, HPV-16by PCR and VL HPV-16 by PCR-EIA. The amount of 18samples as a case group
of cervical cancer with positive VL HPV-16 and 18 samples as a control group of non-cervical cancer withpositive VL HPV-16. In
the both groups, the averageof VL HPV-16 are 2,0 x 107copy/µg and 2,8 x 105copy/µg, respectively. The cut off point of VL HPV-16
is 2.9x 105copy/µg for 88% of sensitivity and 94% of specificity. This cut off point is required to achieve HPV-16 DNA
integration.(MOG 2013;21:77-83)
Keywords:HPV-16, viral load, cervical cancer.
ABSTRAK
Penyebab tersering kanker serviks adalah infeksi HPV-16. Proses integrasi antara DNA host dan virus HPV DNA tergantung pada
jumlah viral load (VL). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan rata-rata dan cut off point VL pada kanker serviks
dengan infeksi HPV-16. Desain penelitian adalah studi kontrol-kasus selama tahun 2010-2011 yang dilakukan di Departemen
Obstetri & Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana dan Laboratorium Biomedis RSUD Mataram. Diagnosa kanker
serviks berdasarkan histopatologi HPV-16 dengan PCR dan VL HPV-16 dengan PCR-EIA. Sampel terbagi atas 18 orang sebagai
kelompok kasus kanker serviks dengan positif HPV VL-16 dan 18 orang sebagai kelompok kontrol kanker serviks non-VL dengan
HPV-16 positif. Pada kelompok kedua, rata-rata VL HPV-16 adalah 2,0 x 107 copy/mg dan 2,8 x 105 copy/pg, masing-masing. Cut
off point dari VL HPV-16 adalah 2,9 x 105 copy/mg untuk sensitivitas 88% dan spesifisitas 94%. Cut off point ini diperlukan untuk
mencapai integrasi DNA HPV-16.(MOG 2013;21:77-83)
Kata kunci: HPV-16, viral load, kanker serviks.
Correspondence:ING Budiana, Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, RSUP Sanglah,
Denpasar
PENDAHULUAN
Penyebab kanker serviks adalah human papilloma
virus (HPV) dengan mekanisme infeksi HPV yang
terdiri dari dua fase, yaitu fase infeksi virus laten dan
infeksi virus produktif. Infeksi HPV tersebut yang
dapat mengakibatkan prekanker dan kanker serviks,
terkait dengan infeksi yang persisten dalam jangka
waktu lama dan virulensi virus itu sendiri. 5,6,7
Terjadinya proses integrasi DNA host dengan DNA
virus HPV tergantung dari viral load.8,9 Akibat yang
ditimbulkan dari infeksi HPV tersebutadalah kelainan
sel epitel serviks berupa lesi prekanker, kanker serviks
in-situ, dan yang terakhir squamous cell carcinoma.10
Viral load(VL)adalah jumlah DNA virus yang
pengukurannya
dengan
menggunakan
tehnik
biomolekuler.Viral load dilaporkan berbeda untuk
setiap jenis HPV.Sementara itu,HPV-16adalah tipe
yang insidensinya tersering di Indonesia, termasuk
Sampaisaat ini, kanker serviks merupakanpenyebab
kematian utama terkait penyakit keganasan di
Indonesia.1,2Selama tiga dasawarsa terakhir prevalensi
kanker serviks menempati urutan pertama dengan
angka insiden berkisar 150/100.000 perempuan.1
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menurunkan
angka insiden dan mortalitas kanker serviks baik
melalui upaya pencegahan yaitu diagnosis dini dengan
Pap smear, inspeksi visual asam asetat, dan kolposkopi
serta upaya terapi kanker serviks dengan modalitas
operatif, sitostatika, radiasi, dan paliatif baik secara
tersendiri maupun dengan kombinasi.Akantetapi
belumterbukti mampu menurunkan insiden kanker
serviks secara nasional.3,4
77
Budiana : Viral Load pada Kanker Serviks Terinfeksi Human Papilloma Virus Tipe 16
Bali.Viral loadyang diperlukan untuk dapat mendorong
terjadinya integrasi DNA penjamu dengan DNA HPV
mungkin kurang dari 75.000 virion/sel.11Keadaan
diatas dapat disebabkan oleh HPV-16 varian dan akibat
dari sistem respon imun yang kurang.12,13,14,15,16
seksual pertama kali, merokok, dan status sosialekonomi.Pada kelompok kasus dan kontrol diperoleh
rerata umur masing-masing adalah 42,55±8,27 dan
41,16±6,56 tahun, paritas adalah 2,61±0,60 dan
2,77±1,21, umur pertama kawin adalah 21,22±3,45 dan
20,4±3,14 tahun, merokok adalah 10,88±4,58 dan
9,72±2,65 batang/hari. Rerata status sosial-ekonomi
adalah rerata Keluarga Sejahtera (KS) menurut kriteria
BKKBN (1999), untuk kemudian dibuat variabel dumi
yaitu pra KS= 1, KS-I= 2, KS-II= 3, KS-III= 4, dan
KS-III plus= 5. Status sosial-ekonomi sebagian besar
yaitu 44,4% adalah KS-II, di mana KS-II menurut
kriteria BKKBN (1999) termasuk golongan ekonomi
menengah bawah. Dari perhitungan statistik, paritas,
aktivitas seksual pertama kali, merokok, dan status
sosial-ekonomi pada kelompok kasus dan kelompok
kontrol tidak ada perbedaan secara bermakna (p >
0,05). Untuk mengetahui perbedaan rerata VL pada
kedua kelompok menggunakan uji Independent sample
T-test.Berdasarkan kurva ROC ditemukan cut off
point VL HPV-16 sebanyak 2,9 x 105 kopi/µg
dengan sensitifitas 88% dan spesifisitas 94%.
Dengan demikian, peran VL sangat penting pada
karsinogenesis kanker serviks oleh infeksi HPV.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rerata VL
HPV-16 pada kanker serviks dan untuk mengetahui
cut off point VL HPV-16 pada kanker serviks untuk
terjadinya integrasi DNA virus HPV-16 dengan DNA
pejamu.
BAHAN DAN METODE
Rancangan penelitian ini adalah studi kasus-kontrol.
Populasi penelitian adalah perempuan dengan lesi
serviks yang diperiksa di Poliklinik Onkologi, Bagian
Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar,
yang dilakukan mulai bulan Juli 2010 sampai dengan
Januari 2011. Kasus adalah perempuan dengan lesi
serviks yang pada pemeriksaan histopatologik jaringan
biopsi terarah adalah kanker serviks. Sedangkan
kontrol adalah perempuan dengan lesi serviks yang
hasil pemeriksaan histopatologik jaringan biopsi
terarah bukan kanker serviks. Penentuan sampel secara
consecutive dan dieksklusi apabila tidak bersedia
menandatangani informed consent.
Pada penelitian ini didapatkan rerata umur pasien
dengan kanker serviks adalah 41,86 tahun, umur
termuda 30 tahun dan umur tertua 57 tahun. Beberapa
peneliti melaporkan variasi umur kasus kanker serviks
antara 30-70 tahun.2Proporsi umur terbanyak pada
kanker serviks di RSUP Sanglah Denpasar adalah 4044 tahun (46,7%).1 Menurut Sawaya, et all., (2003)
pada studi epidemiologi berskala besar melaporkan
bahwa infeksi HPV pada perempuan umur dibawah 25
tahun adalah rendah, meningkat pada umur 25-35
tahun, menetap pada umur 35-44 tahun kemudian
meningkat pada umur 44-65 tahun.
Besar sampel dari perhitungan diperoleh sebanyak 18
sampel, masing-masing pada kelompok kasus dan
kontrol.Pasien-pasien yang menderita lesi serviks dan
belum pernah diterapi ditawarkan untuk ikut serta
dalam penelitian dengan menandatangani informed
consent.
Selanjutnya
dilakukan
pemeriksaan
kolposkopi dan biopsi terarah dengan bantuan tes
visual asam asetat3-5% untuk bahan pemeriksaan
histopatologi dan molekuler.
Rerata paritas kanker serviks dalam penelitian ini
adalah 2,61 dengan paritas terendah adalah 2 dan
paritas tertinggi adalah 4. Paritas sebagai faktor risiko
minor dikaitkan dengan kejadian kanker serviks karena
peran hormon progesteron dan hormon estrogen pada
kehamilan.18 Nampaknya paritas dapat meningkatkan
insiden kanker serviks, mungkin terkait dengan
terjadinya eversi epitel kolumner serviks selama
kehamilan yang menyebabkan dinamika baru epitel
metaplastik imatur yang dapat meningkatkan risiko
transformasi sel serta trauma pada serviks sehingga
terjadi infeksi HPV persisten. Hal ini dibuktikan pada
suatu studi kohort didapatkan bahwa infeksi HPV lebih
mudah ditemukan pada wanita hamil dibandingkan
yang tidak hamil. Selain itu, pada kehamilan terjadi
penurunan kekebalan seluler.17,19
Apabila hasil pemeriksaan histopatologi adalah kanker
serviks maka dimasukkan ke dalam sampel.
Sebaliknya, apabila hasilnya bukan kanker serviks
dimasukkan sebagai kontrol.Dilakukan tes HPV16terhadap keduabahan tersebut dengan primer khusus
memakai teknik PCR. VL diukur dengan menggunakan
teknik PCR-EIA.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pada studi ini dilakukan uji homogenitas dengan
Levene’s test terhadap variabel umur, paritas, aktivitas
78
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 21 No. 2 Mei - Agustus 2013 : 77-83
Tabel 1. Distribusi rerata VL pada kedua kelompok
VirusKelompokRerata VLSD
p
7
HPV 16
Kasus2,0 x 10 37415344,49
0,045
Kontrol2,8 x 1051177093,81
Gambar 2. Cut off point dari VLHPV-16
Peneliti lain juga menyatakan bahwa pada kehamilan,
progesteron dapat menginduksi onkogen HPV menjadi
stabil sehingga terjadi integrasi DNA virus ke dalam
genom sel penjamu dan menurunkan kekebalan
mukosa zona transformasi.18 Selain itu, pada kehamilan
risiko terjadinya infeksi dan progresi infeksi lebih
tinggi terkait dengan eversi serviks akibat pengaruh
estrogen.Rerata umur melakukan aktivitas seksual
pertama kali adalah 21,22 tahun. Infeksi HPV yang
terjadi sekitar 5 tahun setelah menarche, lebih
berpeluang untuk terjadinya kanker serviks. Hal ini
didukung oleh Sawaya, et all. (2003) yang
mendapatkan bahwa status imun relatif kurang pada
kurun waktu umur tersebut.17 Sedangkan Vines, et all.
(2004) menghubungkannya dengan kesempatan untuk
multipartner
seksual.Multipartner
seksual
ini
berhubungan dengan panjangnya rentang waktu masa
premarital dari saat menarche sampai dengan
perkawinan. Multipartner seksual dan juga rentang
waktu ini terkait dengan risiko terpapar infeksi
penyakit menular seksual, termasuk infeksi HPV.20
faktor risiko terjadinya kanker serviks. Pada wanita
perokok
ditemukan
kotinin,
nikotin,
fenol,
hidrokarbon, dan tar konsentrasi tinggi pada mukus
serviksnya dimana bahan-bahan ini merupakan
karsinogen. Perokok berhubungan dengan penurunan
bermakna densitas dan fungsi sel Langerhans yang
berperan pada imunitas selular. Pada keadaan ini
infeksi HPV dapat menyebabkan perkembangan NIS
semakin mudah.11
Status sosial-ekonomi sebagian besar adalah KS-II
(44,4%). KS-II menurut kriteria BKKBN (1999)
termasuk golongan ekonomi menengah bawah. Kondisi
ini dikaitkan dengan respon imun seluler dan humoral.
Man (1998) melaporkan bahwa peran imunitas seluler
terkait dengan kondisi sel Langerhans mukosa epitel
serviks dan kesehatan umum.14
Pada penelitian ini didapatkan rerata VL HPV-16 pada
kelompok kasus adalah 2,0 x 107 kopi/µgberbeda
bermakna dengan rerata VL HPV-16 pada kelompok
kontrol sebanyak 2,8 x 105 kopi/µg(p<0,05).Beberapa
penelitian melaporkan jumlah VL yang berbeda untuk
HPV-16. Swan DCet all. (1999) melaporkan bahwa
Pada penelitian ini ditemukan penderita kanker serviks
adalah perokok pasif. Merokok merupakan salah satu
79
Budiana : Viral Load pada Kanker Serviks Terinfeksi Human Papilloma Virus Tipe 16
rerata VL HPV-16 bervariasi luas antara 4 x 10-4
sampai dengan 2 x 103 µg/sampel. Selain itu, juga
dilaporkan bahwa untuk HPV-16 positif dengan jumlah
108 kopi/µg dan terjadi peningkatan VLHPV-16 dari
2,2 x 107 kopi/µg pada pasien dengan sitologi normal
menjadi 4,1 x 107 kopi/µg pada pasien dengan NIS I,
dan menjadi 1,3 x 109 kopi/µg pada pasien NIS II-III.21
Briolat et all. (2007) melaporkan bahwa pada 170
orang sampel dengan HPV-16 positif didapatkan 122
(72%) sampel yang dapat ditentukan VL-nya dan rerata
VL2,114 kopi/100 sel pada sampel dengan histologi
normal. Viral load didapatkan 113,168 kopi/100 sel
untuk NIS I, 122,023 kopi/100 sel untuk NIS II, dan
122,764 kopi/100 sel untuk NIS III. Tetapi terdapat
penurunan VL pada wanita dengan kanker serviks
dimana rerata VL-nya adalah 76,519 kopi/100 sel.22
hilangnya aktifitas represor dan ekpresi berlebihan E6
dan E7 yang akan menghambat p53 dan pRB. Mutasi
gen struktural diakibatkan oleh peranan gen E4 HPV
yang menyandi beberapa protein yang mengganggu
jaringan keratin sitoplasma, menyebabkan efek halo
pada sitoplasma, dikenal sebagai koilositosis.
Sementara gen E5 berperan dalam transformasi seluler
melalui interaksinya dengan reseptor faktor
pertumbuhan membran sel. Mutasi pada gen supresor
tumor mengakibatkan inaktivasi atau loss of function
yang menimbulkan inhibisi proliferasi sel tidak
terkendali, kemampuan mengenal kerusakan gen
menurun, repair gen tidak bekerja, dan apoptosis
terhambat. Inaktivasi gen supresor tumor juga
diperberat oleh onkoprotein yang disandi oleh onkogen
dapat mengikat gen supresor tumor sendiri. Kolaborasi
antara aktivasi onkogen dengan inaktivasi gen supresor
tumor pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan
proliferasi sel dan menurunkan kemampuan
diferensiasi sel yang merupakan awal dari proses
neoplasia. 2,4
Selain itu, dinyatakan pula bahwa tipe HPV yang
sering terdeteksi adalah HPV-16 berhubungan dengan
status kanker serviks dan hanya HPV-16 pula yang
meningkat secara bermakna pada prevalensi
peningkatan keganasan kanker serviks. Sejumlah 295
sampel ditemukan HPV-16 adalah 7 (2,6%) pada
sitologi normal, 15 (8,5%) pada NIS II, dan 56 (37,6%)
pada NIS II-III. Sedangkan HPV-18 adalah 4 (1,5%)
pada sitologi normal, 10 (5,7%) pada NIS I, dan 6
(4,0%) pada NIS II-III.21
Lingkaran pajanan HPV tergantung pada perjalanan
hidup dari sel targetnya yaitu keratinosit. Pada sel
skuamosa serviks, keratinosit berpindah dari bagian
proliferasi lapisan basal, berdiferensiasi, dan bergerak
ke atas melalui lapisan basal atas untuk akhirnya
terlepas dari permukaan sesudah penggantian oleh
lapisan epitel di bawahnya. Selama diferensiasi
keratinosit, inti sel mengecil, dan piknotik, akhirnya
menghilang. Sesudah virus memasuki epitel melalui
trauma mikro yang mengganggu integritas epitel,
protein kapsid virus berinteraksi dengan sel basal dan
DNA virus memasuki sel. Disinilah VL akan berperan
di mana semakin tinggi VL maka akan memperberat
proses karsinogenesis.24
Dari beberapa penelitian sebelumnya didapatkan hasil
bahwa dari 35 lebih tipe HPV yang ditemukan pada
traktus genitalia yang menyebabkan kanker serviks, 5060% di dominasi oleh HPV-16, diikuti HPV-18
sebanyak 10-20% dan HPV-31 dan 45 masing-masing
4% dan 5%. HPV-16 berhubungan dengan karsinoma
sel skuamosa dan HPV-18 berhubungan dengan
adenokarsinoma.5Jumlah kopi dari HPV per mikrogram
bervariasi sesuai dengan tipe HPV. Paling banyak
(55%) HPV-16 positif dengan jumlah 108 kopi/µg dan
HPV-45 mengandung 104 kopi/µg. Dengan rerata DNA
virus pada tipe 16, 18, 31, dan 45 adalah 5,0 x 108, 1,5
x 105, 2,7 x 105, dan 6,9 x 103 kopi/µg.21
Pada penelitian ini, berdasarkan kurva ROC didapatkan
bahwa cut off point dari VLHPV-16 adalah 2,9 x 105
kopi/µg pada sensitifitas 88% dan spesifisitas 94%.Cut
of point VL HPV-16 dilaporkan berbeda oleh beberapa
peneliti. Pada penelitian yang dilakukan oleh Saunier,
et all. (2008) didapatkan bahwa cut off point VLHPV16sebesar 21.907 kopi/103 sel pada kanker serviks
dengan sensitifitas 50% dan spesitifitas 94%.25
Penelitian Swan DC, et all. (1999) didapatkan VL
HPV-16 adalah lebih dari 108 kopi/µg.21 Penelitian
yang dilakukan oleh Anderson, et all. (2005)
melaporkan bahwa cut off point dari VL HPV-16 sulit
ditentukan karena adanya perbedaan nilai yang besar
dari masing-masing sampel.26
Peranan onkoprotein E6 dan E7 pada siklus hidup virus
normal adalah untuk menciptakan sebuah lingkungan
yang mampu memfasilitasi replikasi virus melalui the
delay of keratinocyte senescence dan aktivasi sintesis
DNA. Oleh karena itu perubahan genetik secara
terbatas mengarah pada onkogenesis yang dapat
merugikan baik host maupun virus, karena virus tidak
dapat bereplikasi pada epitel yang tidak sedang
berdiferensiasi. Integrasi DNA virus dengan genome
sel tubuh merupakan awal dari proses yang mengarah
ke transformasi. Integrasi DNA virus dimulai pada
daerah E1-E2. Integrasi menyebabkan E2 tidak
berfungsi. Berdasarkan tempat ikatannya, E2 juga
menekan transkripsi E6 dan E7. Hal ini mengakibatkan
Perbedaan jumlah VLini mungkin terkait dengan
metode pemeriksaan, tingkatan lesi serviks, etnis, dan
status imunitas.Metode pemeriksaan juga dapat
mempengaruhi nilai VL HPV ini seperti yang
80
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 21 No. 2 Mei - Agustus 2013 : 77-83
dilaporkan oleh Saunier, et all. (2008) dimana cut of
point VL HPV-16 adalah 22.000 kopi/103 sel dengan
pemeriksaan menggunakan real time PCR.25
Sedangkan pemeriksaan dengan PCR-EIA didapatkan
hasil 5,1 x 106 kopi/µg.27 Pada pemeriksaan dengan
PCR-ELISA didapatkan VLHPV-16 dengan nilai yang
sangat tinggi yaitu lebih dari 1.000 kopi genom/sel dan
dikatakan PCR-ELISA adalah alat diagnostik yang
valid dan sensitif untuk pemeriksaan VL. 28
Kebanyakan dari penelitian tersebut menggunakan
pemeriksaan Hybrid Capture II untuk menentukan nilai
VL, dan beberapa menemukan hubungan VL dengan
peningkatan risiko terjadinya kanker serviks.33,34,35
Sedangkan peneliti lainnya tidak menemukan
hubungan tersebut.36,37 Beberapa penelitian saat ini
menggunakan PCR kuantitatifuntuk memperkirakan
VL HPV dan memperlihatkan hubungan antara VL
dengan prevalensi atau insiden kanker serviks. 8,38,39
Mempertimbangkan variasi VLyang telah diteliti
berdasarkan tingkatan histopatologi kanker serviks,
maka semakin sulit membuat nilai cut off point yang
seragam satu sama lain.21 Selain itu,VL telah
dilaporkan berhubungan dengan besarnya lesi
dibandingkan dengan beratnya lesi serviks.Menurut
Anderson, et all. (2005) pada penelitiannya dan
penelitian sebelumnya didapatkan nilai VLdengan
variasi yang lebar sehingga perbedaan-perbedaan
tersebut dapat terjadi. Selain itu, VL ini mungkin
berhubungan dengan tipe HPV atau virulensi virus dan
status imunitas.26
Perbedaan VL dapat juga terkait dengan tingkat lesi
serviks. Beberapa peneliti mendapatkan bahwa terdapat
VLHPV-16 yang meningkat dramatis sesuai dengan
peningkatan abnormalitas epitel serviks dan hal ini
tidak ditemukan pada tipe yang lain. Swan DC, et all.
(1999) melaporkan terjadi peningkatan dari 2,2 x 107
kopi/µg pada sitologi normal, menjadi 4,1 x 107
kopi/µg pada pasien NIS I, dan menjadi 1,3 x 109
kopi/µg pada pasien NIS II-III.21Menurut peneliti lain
VL HPV-16 juga meningkat sesuai dengan tingkatan
lesi kanker serviks. VL HPV-16 pada pasien dengan
sitologi normal 102 kopi/103 sel menjadi 207 kopi/103
sel pada LSIL dan 20,974 kopi/103 sel pada HSIL.25
SIMPULAN
Viral load ini mungkin juga dipengaruhi oleh daerah,
dimana Wright (1999) menyatakan bahwa terdapat
distribusi HPV dengan variannya untuk setiap negara.11
Penelitian yang dilakukan di Shanghai-Cina,
didapatkan prevalensi HPV yang tinggi pada usia 20
tahun atau usia muda sebanyak 54,4% dengan
VLadalah 33,1 RLU/PO, menggunakan pemeriksaan
Hybrid Capture II.29 Hal tersebut dapat dipahami
mengingat Shanghai merupakan salah satu kota
kosmopolitan di Cina sehingga meningkatkan terjadi
kontak seksual usia muda. Berbeda dengan yang terjadi
di Iran dimana pada 70 sampel didapatkan 49% yang
terinfeksi HPV dan yang terbanyak adalah HPV-16.
Hal ini dapat dimaklumi dengan adanya agama dan
kebudayaan yang ketat pada negara seperti Iran dimana
masyarakatnya dicegah untuk terlibat hubungan
seksual yang berisiko, maka prevalensi dari penyakit
menular seksual terutama pada kaum wanita rendah. 29
Rerata VL HPV-16 pada kelompok kasus adalah 2,0 x
107 kopi/µgberbeda secara bermakna dengan rerata VL
HPV-16 pada kelompok kontrolsebanyak 2,8 x 105
kopi/µg(p<0,5).Dibutuhkan VL sebesar 2,9 x 105
kopi/µg dengan sensitifitas 88% dan spesifisitas
94%untuk terjadinya integrasi DNA.Dengan telah
diketahui VL pada kanker serviks yang terinfeksi HPV16 maka dapat dilakukan pemeriksaan HPV dan VL
untuk dasar pengembangan diagnosis, terapi, dan
prognosis lesi serviks.
DAFTAR PUSTAKA
1.
2.
Faktor status imun mungkin juga mempengaruhi VL.
Hal ini didukung oleh laporan bahwa pada penderita
terinfeksi HIV didapatkan VL HPV-16 sebesar 4,4 x
106 kopi/µg.30 Pada HIV positif dengan lesi serviks,
akan berisiko 7 kali menjadi kanker serviks
dibandingkan dengan HIV negatif.31 Integrasi virus
yang tinggi pada HPV-16 dengan VL lebih dari
100.000 kopi/µg didapatkan pada wanita dengan HIV
positif dan HSIL.32
3.
4.
Beberapa penelitian telah mempublikasikan laporan
mengenai investigasi hubungan antara VL sebagai
prekusor dan risiko terjadinya kanker serviks.
81
Suwiyoga IK. Kanker Serviks: Evaluasi Faktor
Risiko Klinis. Maj. Obstet Ginekol. Ind. 2000;
(suppl. 5). p.29-32
Azis F. Masalah Kanker Serviks dan Upaya
Penanganan. Pertemuan Forum Ilmiah Penelitian
Kanker Serviks di Indonesia. Bandung. 2001
Laila N. Upaya Down Staging Kanker Serviks.
Naskah Pertemuan Ilmiah Tahunan X POGI.
Semarang. 2001
Suwiyoga IK. Disertasi: Peran Protein 53 (p53)
dan Protein Retinoblastoma (pRB) pada
Karsinogenesis Kanker Serviks Terinfeksi Human
Papillomavirus Tipe 16 dan 18: Studi
Epidemiologi Observasional Kasus Kontrol.
Bag/SMF Kebidanan dan Penyakit Kandungan FK
UNUD/RSUP SanglahDenpasar. 2005
Budiana : Viral Load pada Kanker Serviks Terinfeksi Human Papilloma Virus Tipe 16
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
Bosch FX, Munoz N, Castellsague X.
Epidemiology of Cervical Dysplasia and
Neoplasia. In: Luesley, M.D., Barrasso, R., editors.
Cancer and precancer of the cervix. LippincottRaven Publishers. 1998. p. 51-65
Harro CD, Pang YS, Roden RB. S., et all. Safety
and Immunogenicity Trial in Adult Volunteers of a
Human Papillomavirus 16 L1 Virus-Like Particle
Vaccine. J. Nat. Cancer Inst. 2001;93(4). p. 284-92
Herrero R, Hildesheim A, Bratti C, et all.
Population-Based Study of Human Papillomavirus
Infection and Cervical Neoplasia in Rural Costa
Rica. Nat. Can. Inst. J. 2000;92(6). p. 464-74
Gravitt PE, Peyton CL, Apple RJ, et all.
Genotyping of 27 human Papillomavirus Types by
Using L1 Consensus PCR Product by a SingleHybridization, Reverse Line Blot Detection
Method. J. Clin. Microbiol. 1998;36. p. 3020-7
Hahn WC. Viral Carcinogenesis: Human Cell
Transformation. Cancer Detection and Prevention
Online.
Available
from
http:/www.cancerprev.org/Meetings/2002/
Abstracts/901/123.
Howly PM, Ganem D, Kieff E. DNA Viruses In:
Cancer principle & Practice of Oncology.
Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.
2001. p. 161-5
Wright TC. Kurman RJ, Ferenczy A. Precancerous
Lesions of The Cervix. In: Kurman, R.J.
Blaustein’s pathology of the female genital tract,
4th Ed. Pringer-Verlag. Berlin. 2001. p. 229-61
Hildenshein A, Schiffman M, Bromly C, et all.
Human Papillomavirus Type 16 Variant and Risk
of Cervical Cancer. J. Nat. Can. Inst. 2001;93(4).
p. 315-8
Azis FM, Mangunkusmo R. Cancer of the Cervic
in Indonesia, Departement of Obstetric and
Gynecology Faculty of Medicine University of
Indonesia. 2004. p. 1-7
Man S. Human Cellular Immune Response
Against Human Papillomavirus in Cervical
Neoplasia. Mol. Med. 1998;23. p. 367-9
Hopkins HM, Badarra AT, Mathius LM, et all.
Delayed Type Hypersensitivity and Antibody
Reaction in Squamous Cell Cervical Carcinoma.
Cancer. J. Clin. 2000;45. p. 62-9
Howly PM. Viral Carcinogenesis. In: Mendelsohn
J, Howley PM, Israel MA, editors. The Molecular
Basis of Cancer.2nd Ed. W.B. Saunders Co. 2001.
p. 71-94
Sawaya GF, McConell KJ, Kulasingam SL. Risk
of cervical cancer associated with extending the
viral load between cervical cancer screening. N
Eng Med J. 2003;67. p. 349-416
Schift M, Miller J, Masuk M, et all. Contraceptive
and reproductive risk factors for cervical
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
82
intraepithelial neoplasia in American Indian
Women. Int J Epid. 2000;29. p. 983-98
Moodley J, Constan D, Hoffman M, et all. Human
papillomavirus prevalence, viral load and
precancerous lesions of the cervix in women
initiating highly active retroviral therapy in South
Africa: a cross-sectional study. BMC Cancer.
2009; 9. p. 275
Vine AM, Heaps AG, Kaftantzi L, et all. The role
of CTLs in persistent viral infection: cytolitic gene
expression in CD8+ lymphocytes distinguishes
between individuals with a high or low pro viral
load of human T-cell lymphotropic virus type 1. J
Immunol. 2004;173. p. 5121-9
Swan DC, Tucker RA, Tortolero-Luna G, Mitchell
MF, Wideroff L, Unger ER, Nisenbaum RA,
Reeves WC, Icenogle JP. Human papillomavirus
(HPV) DNA copy number is dependent on grade
of cervical disease and HPV type. J Clin
Microbiol. 1999;37(4). p. 1030-4
Briolat J, Dalstein V, Saunier M, Joseph K, et all.
HPV prevalence, viral load and physical state of
HPV-16 in cervical smear of patients with
different grade of CIN. Intl J Cancer. 2007;121. p.
2198-204
Kresno SB. Karsinogenesis secara umum. Dalam:
The 4th basic science in oncology. Modul C.
Jakarta. 2001. p. 24-9
Guo M, Sneige N, Silva EG, et all. Distribution
and viral load of eight oncogenic types of human
papillomavirus (HPV) and HPV-16 integration
status in cervical intraepithelial neoplasia and
carcinoma. Mod Pathol. 2007;20. p. 256-66
Saunier M, Monnier-Benoit S, Mauny F, et all.
Analysis of human papillomavirus type 16 (HPV16) DNA load and physical state for identification
of HPV-16 infected women with high-grade
lesions or cervical carcinoma. J Clin Microbiol.
2008;46. p. 3678-85
Anderson S, Safari H, Mints M, Lewensohn-Fuchs
I, et all. Type distribution, viral load, and
integration status of high-risk human papilloma
virus in pre-stage of cervical cancer (CIN). Br J
Cancer. 2005;92. p. 2195-200
Kulmala SM, Syrjanen S, Shabalova I, Petrovichev
N, Kozachenko V, Podistov J, Ivanchenko O,
Zakharenko S, Nerovjna R, Kljukina L,
Branovskaja M, Grunberga V, Juschenko A, Tosi
P, Santopietro R and Syrjanen K. Human
papillomavirus testing with the Hybrid Capture 2
assay and PCR as screening tools. J. Clin.
Microbiol. 2004;42. p. 2470-5
Hesselink AT, Berkhof J, Heideman DA, Bulkman
NA, et all. High-risk human papilloma virus DNA
load in a population-based cervical screening
Majalah Obstetri & Ginekologi, Vol. 21 No. 2 Mei - Agustus 2013 : 77-83
29.
30.
31.
32.
33.
34.
cohort in relation to the detection of high-grade
cervical cancer. Int J Cancer. 2009;124. p. 381-6
Zhang T, Breitbart M, Lee WH, Run J-Q, Wei CL,
et all. Viral community in human feces: prevalence
of plant pathogenic viruses. PloS Biol. 2006;4(1).
p. e3
Lefevre J, Hankins C, Money D, Rachlis A,
Pourreaux K, Coutlee F. Human papillomavirus
type 16 viral load is higher in human
immunodeficiency virus-seropositive women with
high-grade squamous intraepithelial lesions than in
those with normal cytology smears. J Clin
Microbiol. 2004;42. p. 2212-5
Womack SD, Chirenje ZM, Gaffikin L, et all.
HPV-based cervical cancer screening in a
population at high risk for HIV infection. Int J
Cancer. 2000;85. p. 206-10
Rousseau CM, Learn GH, Bhattacharya T, Nickle
DC, Heckerman D, et al. Extensive Intra-subtype
Recombination in South African HIV-1 Subtype C
Infections. J Virol. 2007;81. p. 4492–500
Sun CA, Lai HC, Chang CC, Neih S, et al. The
significance of human papillomavirus viral load in
prediction of histologic severity and size of
squamous intraepithelial lesions of uterine cervix.
Gynecol Oncol. 2001;83. p. 95-9
Sun CA, Liu JF, Wu DM, Nieh S, et al. Viral load
of high-risk human papillomavirus in cervical
35.
36.
37.
38.
39.
83
squamous intraepithelial lesions. Int J Gynaecol
Obstet. 2002;76. p. 41-7
Dalstein V, Riethmiller D, Pretet J-L, et all.
Persistent and load of high-risk HPV are predictor
for development of high-grade cervical lesions: a
longitudinal French cohort study. Int J Cancer.
2003;106. p. 396-403
Lorincz AT, Castle PE, Sherman ME, et al. Viral
load of human papillomavirus and risk of CIN3 or
cervical cancer. Lancet. 2002;360(9328). p. 228-9
Sherman ME, Schiffman M, Cox JT, Effects of
age and humanpapilloma viral load on colposcopy
triage: data from the randomizedAtypical
Squamous
Cells
of
Undetermined
Significance/Low-GradeSquamous Intraepithelial
Lesion Triage Study (ALTS). J Natl CancerInst.
2002;94. p. 102-7
Ylitalo N, Sorensen P, Joseffson AM, Magnusson
PK, et all. Consistent high viral load of human
papillomavirus 16 and risk of cervical carcinoma
in situ: a nested case-control study. Lancet.
2000;355. p. 2194-8
Schlecht NF, Trevisan A, Duarte-Franco E, Rohan
TE, Ferenczy A, Villa LL,Franco EL. Viral load as
a predictor of the risk of cervicalintraepithelial
neoplasia. Int J Cancer. 2003;103. p. 519-24
Download