Model Perbaikan Lereng dengan Metode Injeksi Elektrokimia Larutan Na2CO3+Ca(OH)2 Studi Kasus Desa Jombok, Ngantang, Malang. Nur Prilianna, Arief Rachmansyah, Herlien Indrawahyuni Jurusan Teknik Sipil – Fakultas Teknik – Universitas Brawijaya Jalan M.T. Haryono 167 Malang 65145, Jawa Timur – Indonesia E-mail: [email protected] ABSTRAK Salah satu longsoran yang sering terjadi di Indonesia dalam beberapa tahun ini terjadi di desa Jombok, kecamatan Ngantang, Malang. longsoran ini terjadi di sekitar pemukiman penduduk, tepatnya di dusun Songkorejo. Berdasarkan waktu terjadinya, longsoran terjadi pada musim penghujan, sejak musim penghujan tahun 2009. Longsoran terjadi karena pengaruh air hujan terhadap tanah berbutir halus dan bersifat kohesif. Sifat seperti ini biasanya terdapat pada tanah lempung (clay) yang mudah menyerap air. Tanah lempung memiliki nilai kohesi yang besar dan nilai sudut geser yang relatif kecil. Butiran tanah yang terisi dan diselimuti oleh air disebut keadaan jenuh air, yang mengakibatkan daya lekat atau gaya tarik-menarik butiran tanah hilang, sehingga dapat menyebabkan longsoran. Banyaknya longsoran tanah seperti kasus di atas, tentunya memerlukan penanggulangan yang efektif dan efesien. Salah satu alternatif dalam penanganan kasus longsoran tanah tersebut adalah dengan menggunakan injeksi elektrokimia dengan tujuan mengubah sifat mekanis tanah. Injeksi elektrokimia merupakan metode penginjeksian larutan kimia yang dapat terpolarisasi pada material berbutir halus, dengan memanfaatkan tegangan listrik. Metode ini dilakukan dengan cara menempatkan 2 (dua) elektroda sampai pada kedalaman lapisan jenuh air yang akan dikeringkan, kemudian arus listrik searah dialirkan. Arus listrik terimbas menyebabkan air pori mengalir dari anoda ke katoda. Elektroda diatur agar tekanan air menjauhi lereng yang berfungsi mengurangi kadar air dan tekanan air pori sehingga meningkatkan kekuatan geser tanah dan meningkatkan stabilitas lereng. Dalam penelitian ini, sample tanah yang diberikan perlakuan injeksi elektrokimia dibedakan menjadi 2 lapisan, dengan masing-masing lapisan memiliki kadar air dan kepadatan tanah yang berbeda. Hal ini bermaksud sebagai pendekatan kondisi lapangan yang telah dibahas dalam penelitian terdahulu yang membedakan lereng dalam 2 lapisan berdasarkan nilai SPT. Perlakuan injeksi elektrokimia menggunakan larutan Na2CO3+Ca(OH)2 diberikan selama 7 hari dan proses dewatering selama 3 hari. Selain itu juga dilakukan uji triaksial dan density test untuk mendapatkan parameter tanah pada masing-masing lapisan. Pengujian sample tanah untuk mendapatkan parameter tanah tersebut dilakukan pada tanah sebelum injeksi dan setelah injeksi elektrokimia. Parameter tanah seperti berat volume kering (γd), kohesi (c), dan sudut geser dalam (Ø) digunakan dalam perhitungan stabilitas lereng, dengan menggunakan program GeoStudio 2004 (Slope/W) dan dibandingkan dengan perhitungan manual Bishop yang disederhanakan. Dengan program GeoStudio, nilai SF = 0,540 sebelum injeksi elektrokimia, menjadi SF = 0,627 setelah tanah mendapat perlakuan injeksi elektrokimia. Dan untuk perhitungan dengan Bishop yang disederhanakan menunjukkan SF = 0,548 untuk tanah sebelum injeksi elektrokimia,dan SF = 0,646 setelah tanah mendapat perlakuan injeksi elektrokimia. Dari kedua cara perhitungan stabilitas lereng tersebut menghasilkan nilai faktor keamanan yang relatif sama. Kata Kunci: mineral lempung, injeksi elektrokimia, stabilitas lereng