BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Professional attire pada dasarnya merupakan cara berpakaian secara rapi dan formal. Professional attire dalam dunia kerja jelas merupakan aspek yang sangat penting untuk diperhatikan. Salah satu bagian dari professional attire yang paling penting adalah pakaian. Menurut Thomas Carlyle (dalam Malcolm Barnard, 2011) ”Pakaian adalah perlambang jiwa. Pakaian tak bisa dipisahkan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia.” Tanpa disadari bahwa ketika kita mengenakan pakaian, kita sedang memberikan pernyataan tentang identitas diri. Maka, dapat dikatakan bahwa pakaian merupakan aspek penting yang harus diperhatikan karena dapat menjadi identitas sebuah organisasi. Di dalam dunia professional, seorang professional akan dituntut untuk melakukan segala sesuatunya secara professional, termasuk dalam hal berpakaian. Imanuel Hutagalung, seorang Deputy Director III, London School of Public Relations Jakarta pernah mengatakan bahwa ketika seseorang menggunakan pakaian professional akan membuat orang tersebut mempunyai kebiasaan dan bertindak secara professional (News Kampus, 2014). Sebuah pesan adalah satu simbol atau kumpulan simbol yang memiliki arti dan kegunaan. Pesan mungkin melibatkan aturan bahasa verbal dalam bentuk ucapan dan tulisan, atau aturan bahasa nonverbal seperti penampilan, gerak tubuh, sentuhan atau cara lainnya (Ruben & Stewart, 2013). Professional attire merupakan bagian dari komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal adalah proses penyampaian pesan tanpa menggunakan kata-kata. Penelitian telah menunjukkan bahwa komunikasi nonverbal dapat menyampaikan makna sosial komunikasi sebesar 6570% (JR, Goodall, & Schiefelbein, 2010). Maka dapat disimpulkan bahwa professional attire merupakan sebuah tanda pesan yang dapat menyampaikan pesan kepada orang yang melihatnya. Di dalam kehidupan sosial, individu tidak pernah akan berhenti memaknai pesan-pesan yang ada di sekelilingnya. Sejauh mana dan sebaik apa individu memaknai sebuah pesan akan bergantung kepada masing-masing individu yang 1 2 terlibat langsung dalam memaknai. Tubs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai proses penciptaan makna antara dua orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih. Hal ini selaras dengan apa yang dikemukakan oleh Pace dan Faules, menurut mereka terdapat dua bentuk umum tindakan yang dilakukan orang yang terlibat dalam komunikasi, yaitu penciptaan pesan dan penafsiran pesan. Pesan disini tidak harus berupa kata-kata, namun bisa juga merupakan pertunjukkan (display), termasuk pakaian, perhiasan, dan hiasan wajah, atau yang lazimnya disebut pesan nonverbal (Mulyana, 2007). Salah satu bagian dari professional attire adalah pakaian. Benda-benda seperti pakaian yang dikenakan bukanlah sekadar penutup tubuh dan hiasan, lebih dari itu juga menjadi sebuah alat komunikasi untuk menyampaikan identitas pribadi. Pakaian memiliki peran dalam kehidupan seseorang. Pakaian dapat menjadi alat seseorang untuk menunjuukkan siapa dirinya.Pakaian merupakan suatu aspek yang menyentuh setiap orang dan tidak dapat dilepaskan dalam kehidupan sehari-hari (Ruben & Stewart, 2013). Salah satu perusahaan yang mengutamakan aspek ini adalah PT Garuda Indonesia, Tbk. Maskapai Garuda Indonesia merupakan maskapai nasional yang menjadi face dan kebanggaan di Indonesia. Terbang untuk pertama kalinya di tahun 1949, saat ini Garuda Indonesia membawa lebih dari 25 juta penumpang setiap tahunnya. Memasuki tahun ke 70 tahun di industri penerbangan, Garuda Indonesia telah diakui sebagai Maskapai Penerbangan Regional Terbaik di Dunia, Maskapai Penerbangan Kelas Ekonomi Terbaik di Dunia, Maskapai Penerbangan dengan Kru Kabin Terbaik di Dunia, dan banyak penghargaan bergengsi lainnya dari lembagalembaga yang dihormati di dunia seperti Skytrax yang berbasis di London. Sebagai bagian dari upaya Perusahaan untuk terus meningkatkan layanan kepada pengguna jasa, Garuda Indonesia memperkenalkan layanan khas “Garuda Indonesia Experience”, yang menghadirkan kerahmahtamahan, budaya, dan segala hal terbaik dari Indonesia melalui kelima panca indera, yaitu sight, sound, taste, scent, dan touch, untuk diimplementasikan dalam layanan pre-journey, pre-flight, in-flight, post-flight, dan post-journey (Garuda Indonesia, 2015). 3 Sehubungan dengan layanan khas tersebut, hal yang dapat diperhatikan dari PT Garuda Indonesia, Tbk adalah pakaian para awak kabin mereka. Awak kabin merupakan profesi yang menjembatani hubungan antara sebuah maskapai penerbangan dengan para penumpangnya. Tidak heran bila penampilan dan perilaku para pramugari/pramugara sangat mempengaruhi penilaian dan bahkan kesetiaan penumpang pada maskapai tersebut. Begitu pula dengan penampilan pakaian yang dikenakan oleh para awak kabin merupakan identitas bagi maskapai penerbangan sendiri dan negara. Model pakaian pramugari selalu memiliki ciri khas tersendiri. Pakaian pramugari adalah aset bagi para pramugari karena mereka adalah kunci utama bagi maskapai untuk berinteraksi langsung dengan penumpang, sehingga penampilan dan model seragam pun menjadi sangat penting untuk diperhatikan. Sebagai maskapai nasional Indonesia, Garuda Indonesia dapat dikatakan sebagai face atau wajah maskapai penerbangan di Indonesia. Oleh sebab itu pakaian para awak kabin pun didesain sedemikian rupa agar dapat mempresentasikan PT Garuda Indonesia, Tbk sendiri dan juga negara Indonesia. Selain itu, pakaian para awak kabin khususnya pakaian pramugari Garuda Indonesia, mempunyai ciri khas dibandingkan pakaian pramugari maskapai lain. Pakaian pramugari Garuda Indonesia memiliki warna yang berbeda-beda, yaitu : ungu, orange, tosca dan biru. Pakaian pramugari Garuda Indonesia tersebut berbeda dengan pakaian pramugari lain di Indonesia yang masing-masing biasanya hanya memiliki satu warna. Seperti ditengok dari channel Garuda Indonesia di Youtube, Selasa (10/2/2015), designer pakaian awak kabin PT Garuda Indonesia Tbk, Josephine Werratie Komara yang dikutip dalam www.detiktravel.com, mengatakan bahwa seragam Garuda Indonesia saat ini berganti jadi makin Indonesia. Dengan menggunakan pilihan kain tradisional yaitu kain batik bermotif gondosuli lereng serta titik putih yang diungkapkan sebagai melati dan ada pula gambar Garuda yang merepresentasikan dari maskapai tersebut. Untuk atasan pakaian pramugari dipilih baju kebaya Kartini yang disempurnakan dengan bros indah. Sedangkan untuk warna dipilih 3 jenis warna yaitu toska, biru dan oranye. Ketiga warna tersebut dianggap mampu mewakili identitas maskapai (Detik Travel, 2015). 4 Sedangkan untuk pakaian pramugara, pakaiannya berbentuk setelan formal pria biasa yang terdiri dari kemeja, celana panjang, jas dan dasi. Sebagai pembeda dengan setelan formal pria biasanya, dasi yang dikenakan oleh pramugara mempunyai motif dan warna yang berbeda dari pada dasi pada umumnya. Gambar 1.1. Foto para awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Desain pakaian para awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk berguna sebagai salah satu bentuk pesan komunikasi nonverbal untuk menarik perhatian masyarakat yang melihat mereka dimana pun mereka berada. Menurut Dasrun Hidayat (2012) komunikasi nonverbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata dan menggunakan pesan-pesan nonverbal. Ketika individu mengirimkan pesan nonverbal, maka sebenarnya individu tersebut sedang mengirimkan makna dari pesan nonverbal tersebut. Sehingga ketika seseorang melihat pakaian tersebut orang akan langsung dapat mengenali dan memaknai bahwa pakaian tersebut (pesan) merupakan pakaian awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. Bentuk komunikasi nonverbal maskapai tersebut kemudian di ekspresikan melalui desain pakaian yang mencerminkan identitas dan ciri khas merk maskapai. Desain pakaian para awak kabin perlu diperhatikan karena dengan lebih memahami fungsi bentuknya kita akan lebih memahami bagaimana menghubungkan kita ke orang lain dan ke dunia (Safanayong, 2006). bentuk dapat 5 Gambar 1.2 Pakaian Pramugari Awak Kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. Sumber : Dokumentasi Pribadi, 2015 Desain pakaian meliputi bentuk,ukuran dan warna merupakan bagian dari komunikasi nonverbal. Segala bentuk komunikasi nonverbal tidak terlepas dari penggunaan tanda. Tanda adalah segala sesuatu-warna, isyarat, kedipan mata, objek, rumus matematika dan lain-lain yang merepresentasikan sesuatu yang lain selain dirinya (Danesi, 2012). Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa terdapat keterhubungan antara tanda dengan desain pakaian. Desain pakaian yang meliputi bentuk,ukuran dan warna telah dipergunakan oleh PT Garuda Indonesia, Tbk sebagai tanda agar dapat terhubung dengan orang lain, yaitu konsumen dan dunia dengan lebih baik. Oleh karena itu setelah berbagai penjabaran tentang latar belakang permasalahan di atas, penelitian ini diangkat dengan topik “Analisis Semiotika pada Professional Attire Awak Kabin PT Garuda Indonesia, Tbk”. 1.2 Fokus Penelitian Fokus pada penelitian ini adalah “Bagaimana analisis semiotika pada professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk.” 6 1.3 Pertanyaan Penelitian Adapaun pertanyaan penelitian ini adalah apakah makna yang terdapat pada unsur-unsur desain professional attire, antara lain: 1. Apakah makna bentuk professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk? 2. Apakah makna ukuran professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk? 3. Apakah makna warna professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk? 4. Apakah makna motif professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk? 5. Apakah makna tekstur professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk? 1.4 Tujuan Penelitian Adapun tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui makna bentuk professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. 2. Untuk mengetahui makna ukuran professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. 3. Untuk mengetahui makna warna professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. 4. Untuk mengetahui makna motif professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. 5. Untuk mengetahui makna tekstur professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. 7 1.4.1 Manfaat penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah : 1.4.1.1 Manfaat Akademis Untuk memberikan kontribusi kepada bidang ilmu komunikasi dengan tradisi semiotika. Penelitian semiotika yang membahas tentang analisis makna pada professional attire belum terlalu banyak dilakukan. Penulis berharap agar penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan dalam membahas topik yang serupa dengan teori ataupun teori dan paradigma yang berbeda. 1.4.1.2 Manfaat Praktis 1. Untuk mengetahui bagaimana makna professional attire awak kabin PT Garuda Indonesia, Tbk. 2. Untuk mengetahui makna apa saja yang timbul setelah melakukan proses pemaknaan tersebut. 1.4.1.3 Masyarakat/ Umum 1. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai professional attire. 2. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai tradisi semiotika dalam penelitian komunikasi. 3. Untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pemaknaan pada professional attire. 8 1.5 Sistematika Penulisan BAB 1 PENDAHULUAN Bab 1 merupakan bab pendahuluan dimana isinya adalah; latar belakang penelitian, fokus penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian (manfaat akademis, manfaat praktis dan masyarakat/umum) serta sistematika penulisan penelitian. BAB 2 LANDASAN KONSEPTUAL Bab 2 merupakan bab kajian pustaka, isinya adalah; penelitian sebelumnya (state of the art) yang berisi 5 jurnal (2 jurnal internasional dan 3 jurnal nasional dari 5 tahun terakhir), landasan konseptual dan kerangka pemikiran penelitian. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab 3 merupakan bab metode penelitian, isinya adalah; pendekatan penelitian, tipe/jenis penelitian, metode penelitian, teknik pengumpulan data, teknik analisis data dan teknik keabsahan data. BAB 4 HASIL PENELITIAN Bab 4 merupakan bab hasil penelitian, isinya adalah; gambaran obyek penelitian (profil perusahaan,profil program/unit kerja, profil informan), hasil penelitian berupa deskripsi dari hasil analisis data dan pembahasan. BAB 5 PENUTUP Bab 5 merupakan bab penutup, isinya adalah; simpulan yang merupakan rangkuman dari hasil pembahasan yang juga sekaligus menjawab pertanyaan penelitian dan tujuan penelian. Lalu saran, daftar pustaka dan lampiran.