4 TINJAUAN PUSTAKA Botani Kaempferia parviflora Kaempferia parviflora Wall Ex. Baker adalah terna aromatik yang tergolong kedalam famili Zingiberaceae (Putiyanan, 2008). K. parviflora merupakan tanaman herbal indigenous yang banyak ditemukan di Burma, India dan Thailand. Di Thailand, K. parviflora disebut sebagai Kra-Chai-Dum, black galingale, atau Thailand ginseng. Sebagian besar tumbuh di provinsi Loei dan dikenal dengan nama Thai Viagra atau ginseng (Trisomboon, 2008). Tanaman ini tumbuh baik pada ketinggian 500-700 m dpl. K. parviflora tumbuh sangat baik pada tanah beraerasi dibawah sedikit cahaya matahari. Di bagian Timur Laut Thailand, rimpangnya digunakan sebagai obat dari gangguan pencernaan seperti gangguan lambung, usus dan juga sebagai sebagai anti bengkak, tonik, dan aphrodisiac (Yenjai et al., 2004; ICS UNINDO, 2009). Berikut adalah taksonomi dari K. parviflora : Kingdom : Plantae Divisi : Spermathophyta Sub Divisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Zingiberals Family : Zingiberaceae Subfamily : Zingiberoidae Genus : Kaempferia Spesies : Kaempferia parviflora Wall Ex. Baker Sinonim : Boesenbergia pendurata (Roxb.) Holtt Kencur (K. galanga) dan K. parviflora tergolong dalam genus yang sama, sehingga memiliki kemiripan dalam morfologi tanaman. Hasil penelitian Putiyanan (2008), menunjukkan keragaan morfologi K. parviflora berdasarkan contoh herbarium dari fakultas farmasi, CMU (Lampiran 1). Perbedaan yang jelas dari kedua tanaman ini terletak pada warna rimpang dan bentuk daunnya. Kaempferia parviflora memiliki daging rimpang berwarna ungu kehitaman hingga 5 hitam (Yenjai et al., 2004; Putiyanan, 2008), sedangkan rimpang kencur mempunyai daging rimpang yang berwarna putih (IPTEK, 2005). Daun tanaman kencur berbentuk bulat dengan ujung runcing dan warna daun hijau terang (Rostiana et al., 2005) dan rata dengan permukaan tanah, sedangkan daun K. parviflora berbentuk bulat panjang dan tidak rata dengan permukaan tanah (Evi, 2012). Tinggi tanaman K. parviflora bisa mencapai 90 cm (Putiyanan, 2008). Bunga kencur merupakan bunga majemuk sempurna (lengkap) dengan jumlah bunga per tandan sekitar 5-10 bunga (Haryudin et al., 2008). Bunga K. parviflora termasuk bunga majemuk dengan 1-4 bunga dalam satu infloroscense. Warna bunga putih dengan bercak ungu pada bagian tengah (Evi, 2012). Keragaan tanaman dan rimpang K. parviflora dan kencur ditampilkan dalam Gambar 1. Gambar 1. Keragaan Tanaman K. parviflora dan K. galanga. Tanaman (A), bunga (B), dan rimpang (C) K. parviflora (Sumber: dokumentasi pribadi); Tanaman (D), bunga (E), dan rimpang (F) K. galanga (Sumber: www.widyani.org, 2012 dan Rostiana dan Effendi, 2007) 6 Teknik Budidaya Kencur-kencuran Di Indonesia, kencur (Kaempferia galanga) dapat tumbuh pada dataran rendah hingga dataran tinggi antara 50-600 m dpl (Rostiana dan Effendi, 2007). Di Thailand, Kaempferia parviflora paling baik ditanam pada ketinggian 500-700 m dpl (ICS UNINDO, 2009). Kencur tumbuh baik pada tanah yang subur dan gembur seperti latosol, regosol, dan kombinasinya (Rostiana dan Effendi, 2007). Kondisi tanah untuk K. parviflora baik pada tanah berlempung dan tumbuh lebih baik pada tempat yang ternaungi (Evi, 2012). Menurut Rostiana et al., (2005), penyakit yang menyerang tanaman kencur diantaranya adalah busuk rimpang. Busuk rimpang disebabkan oleh bakteri layu seperti pada jahe (Ralstonia solanacearum), dengan gejala daun layu, berwarna kekuningan dan menggulung. Selain itu, didalam rimpang kencur yang terinfeksi penyakit memungkinkan berkembang biaknya telur dan larva serangga hama seperti lalat rimpang (Mimegralla coeruleifrons) dan belatung (Eumerus figurans). Penyakit yang menyerang K. parviflora sama seperti bakteri yang menyerang pada kencur yaitu Ralstonia solanacearum (Zulfa, 2012). Bahan perbanyakan tanaman K. parviflora adalah rimpang yang berumur 11-12 bulan, bebas penyakit dan disimpan di tempat kering dan sejuk selama 1-3 bulan sebelum ditanam. Formula pupuk yang dianjurkan adalah N-P-K 15-15-15 dengan dosis sekitar 150-125 kg ha-1. Saat panen yang terbaik adalah pada 8-9 bulan setelah tanam (ICS UNINDO, 2009). Menurut Rostiana dan Effendi (2007), aplikasi pupuk yang dianjurkan pada tanaman kencur adalah 20-30 ton/ha pupuk kandang, 250-300 kg ha-1 Urea, 200-250 kg ha-1 SP-36, dan 200-250 kg ha-1 KCl. Penanaman dapat dilakukan secara bedengan atau disesuaikan dengan kondisi lahan. Aplikasi pupuk untuk K. parviflora pada penelitian Evi (2012) menggunakan standar pupuk seperti pada tanaman kencur yaitu 30 ton ha -1 pupuk kandang, 30 ton ha-1 kompos, 300 kg ha-1 Urea, 250 kg ha-1 SP-36, dan 250 kg ha-1 KCl. Jarak tanam yang digunakan untuk penanaman monokultur kencur bervariasi antara 15 cm x 15 cm atau 15 cm x 20 cm (Rostiana et al., 2005). K. parviflora ditanam mengikuti teknik budidaya kencur yaitu 15 cm x 15 cm dan 30 cm x 30 cm (Evi, 2012). 7 Pengaruh Naungan dan Ketinggian Tempat terhadap Pertumbuhan K. parviflora Naungan dan ketinggian tempat sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman (Taiz dan Zeiger, 1991). Naungan sangat berpengaruh pada intensitas cahaya yang diterima oleh tanaman. Cahaya sangat besar peranannya dalam proses fisiologi, seperti fotosintesis, respirasi, pertumbuhan dan perkembangan, penutupan dan pembukaan stomata, berbagai pergerakan tanaman, dan perkecambahan (Salisbury dan Ross, 1995b). Komponen penting cahaya yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah kualitas, lama penyinaran dan intensitas. Kualitas berhubungan dengan panjang gelombang. Panjang gelombang yang mempengarui laju pertumbuhan tanaman adalah panjang gelombang 400-700 nm. Cahaya tampak pada kisaran panjang gelombang tersebut memberikan radiasi aktif untuk fotosintesis tanaman (Fitter dan Hay, 1989). Rentang untuk cahaya merah paling efisien, disusul cahaya biru, sedangkan cahaya hijau paling tidak efisien. Cahaya merah dan biru efektif dalam pembukaan stomata. Pada intensitas rendah, dimana cahaya merah tidak menunjukkan pengaruh, cahaya biru telah dapat mempengaruhi pembukaan stomata (Lakitan, 2007; Gardner et al., 2008). Kelebihan intensitas cahaya dapat menurunkan hasil panen. Hal ini disebabkan tiga hal, yaitu pertama, kandungan klorofil menjadi berkurang dan daun menjadi hijau kekuningan, akibatnya laju penyerapan cahaya rendah dan fotosintesis menjadi rendah. Kedua, kelebihan intensitas cahaya dapat meningkatkan suhu daun, laju transpirasi naik dan tidak seimbang dengan laju absorbsi air, stomata menutup dan fotosintesis berkurang. Ketiga, intensitas cahaya mempengaruhi suhu daun dan mempengaruhi enzim tertentu, menonaktifkan enzim yang mengubah gula ke pati, lalu gula menumpuk dan mengakibatkan fotosintesis menjadi lambat (Harjadi, 1989). Sukaesih (2002) menyatakan bahwa tinggi tanaman semakin meningkat dengan meningkatnya perssentase naungan, tapi sebaliknya untuk jumlah buku, jumlah batang dan diameter batang. Pemanjangan batang ditujukan untuk memaksimumkan intensitas radiasi surya yang diterima untuk mempertahankan laju fotosintesis. Selain mempengaruhi keragaan tanaman, naungan juga 8 berpengaruh pada kandungan bahan aktif yang terdapat pada tanaman. Senyawa fenol dan antioksidan yang dikandung oleh K. parviflora dipengaruhi oleh naungan. Hasil penelitian Chansakaow et al. (2005), menunjukkan bahwa K. parviflora yang ditanam pada tingkat naungan 60% menghasilkan senyawa fenolik yang paling tinggi, dan pada tingkat naungan 80% menghasilkan senyawa antioksidan tertinggi. Selain itu, hasil penelitian Ghulamadi et. al, (2008) juga menunjukkan bahwa periode pencahayaan cenderung meningkatkan total flavonoid pada umur 16 minggu setelah tanam. Total flavonoid tertinggi (11.92%) dihasilkan pada naungan 50% selama 3 bulan dengan 1 bulan cahaya 100%. Total flavonoid yang dianalisis pada masing-masing klon adalah total dari seluruh senyawa-senyawa golongan flavonoid termasuk antosianin. Ketinggian tempat berpengaruh pada lingkungan tumbuh tanaman terutama pada suhu. Semakin tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhunya. Tiap spesies tumbuhan memiliki suhu minimum, optimum, dan maksimum. Di bawah suhu minimum tumbuhan tidak akan tumbuh. Pada suhu optimum, laju pertumbuhannya paling tinggi. Pada suhu maksimum, tumbuhan tidak tumbuh dan bahkan mati (Salisbury dan Ross, 1995c). Hasil penelitian Evi (2012) menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif K. parviflora di bawah naungan tajuk pada ketinggian tempat 240 m dpl lebih baik dari pada tanpa naungan dan ketinggian tempat 1,200 m dpl sampai umur 13 minggu setelah tanam. 9 Kandungan Bahan Aktif dalam Genus Kaempferia Kandungan bahan aktif pada tanaman obat bermacam-macam diantaranya terdapat senyawa alkaloid dan fenolik. Alkaloid merupakan senyawa nitrogen aromatik yang terdapat pada tumbuhan. Sebagian alkaloid merupakan senyawa kistal putih yang agak larut dalam air (Salisbury dan Ross, 1995b). Senyawa fenol berupa senyawa aromatik sehingga semuanya menunjukkan serapan kuat di daerah spektrum UV, contohnya adalah flavonoid yang umum terdapat pada tumbuhan dan terikat pada gula sebagai glikosida dan aglikon flavonoid yang terdapat dalam kombinasi glikosida. Senyawa fenol cenderung mudah larut dalam air karena berkaitan dengan gula sebagai glikosidan, dan biasanya terdapat pada vakuola sel. Peran beberapa senawa fenol sudah diketahui misalnya lignin sebagai bahan pembangun dinding sel, antosianin sebagai pigmen bunga (Harborne, 1987). Senyawa fenol mempunyai cincin aromatik yang mengandung bermacam gugus pengganti yang menempel, seperti gugus hidroksil, karboksil, metoksil, dan sering juga struktur cincin bukan aromatik (Salisbury dan Ross, 1995b). Senyawa flavonoid merupakan senyawa 15-karbon, dan termasuk senyawa fenolik alam yang potensial sebagai antioksidan dan mempunyai bioaktifitas sebagai obat. Senyawa-senyawa ini dapat ditemukan pada batang, daun, bunga, dan buah. Senyawa flavonoid ini merupakan zat warna merah, ungu dan biru, dan sebagai warna kuning yang ditemukan pada tumbuh-tumbuhan. Spesies tanaman obat yang berbeda memiliki kandungan bahan aktif yang berbeda. Kandungan bahan aktif pada rimpang kencur diantaranya adalah minyak atsiri 2.4-3.9% yang terdiri dari 25% ethyilcinnamate, dan lebih dari 30% metil p-metoksisinamat (De Padua et al., 1999). Kandungan zat lainnya adalah alkaloid, mineral, flavonoid, pati, dan gom (Martha Tilaar, 2002). Selain itu, senyawa kimia yang lainnya yang dikandung kencur adalah sineol, bromeol, kaemphene, asam sinamik, asam metilkanil, dan alkaloid (Kementan, 2006). Kandungan bahan aktif K. parviflora diantaranya adalah senyawa fenol yaitu flavonoid sebagai antioksidan (Chansakaow et al., 2005; Vichitphan et al.,2007). Yenjai et al. (2004) melaporkan bahwa K. parviflora mengandung flavonoid dalam jumlah besar diantaranya 5-hydroxy-3,7-dimethoxyflavone, 10 5-hydroxy-7-methoxyflavone, 5-hydroxy-3,7,4'-trimethoxyflavone, 5-hydroxy7,4'-dimethoxy-flavone,5-hydroxy-3,7,3'4'-tetramethoxyflavone, 3,5,7 trimethoxyflavone, 3,5,7,4'-tetramethoxyflavone, 5,7,4'-trimethoxyflavone, dan 5,7,3'4'-tetramethoxyflavone. Penelitian Sutthanut et al., (2007) menambahkan 2 jenis flavonoid yaitu 5,7-dimethoxyflavone dan 3,5,7,3'4'-pentamethoxyflavone, sehingga jumlah flavoid total yang terdapat dalam rimpang K. parviflora adalah 11 flavonoid.