1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nilai perusahaan

advertisement
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nilai perusahaan merupakan salah satu tolak ukur bagi investor dan
masyarakat untuk mengetahui seberapa baik citra perusahaan yang berada di
lingkungan masyarakat. Ada beberapa cara dalam mengukur nilai perusahaan ,
antara lain dengan melihat nilai buku dan nilai pasar. Nilai buku merupakan nilai
kekayaan dan hutang perusahaan. Nilai buku dapat dilihat pada laporan keuangan
perusahaan yang dicatat berdasarkan nilai historis. Sedangkan nilai pasar biasanya
dapat dilihat dari harga saham perusahaan. Jika harga saham perusahaan tinggi
maka dapat disimpulkan bahwa perusahaan perusahaan memiliki nilai yang cukup
baik di masyarakat. Namun jika yang terjadi adalah hal yang sebaliknya dapat
disimpulkan pula bahwa perusahaan tidak memiliki nilai cukup baik untuk para
stakeholder. Biasanya para investor cenderung lebih meminati perusahaan yang
memiliki nilai perusahaan yang baik. Hal ini biasanya terjadi karena para investor
melihat kelangsungan yang cukup menguntungkan jika berinvestasi pada
perusahaan yang memiliki kinerja yang baik sehingga memberikan dampak positif
terhadap nilai perusahaan.
Perusahaan dalam perkembangannya selalu berusaha untuk mempertahankan
keunggulan bisnisnya dalam meningkatkan nilai perusahaan. Dalam jangka
panjang perusahaan dapat melakukan pengembangan perusahaan maupun
pengurangan skala ekonomis usaha. Optimalisasi nilai perusahaan yang
merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan fungsi
1
2
manajemen keuangan, dimana satu keputusan keuangan yang diambil akan
mempengaruhi keputusan keuangan lainnyadan berdampak pada nilai perusahaan
menurut Fama dan French (1998) dalam Zuraedah (2010:1).
Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak sedikit para pemilik modal atau
prinsipal menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada para profesional dan
dikelompokkan sebagai manajerial. Manajer yang dipilih dan diangkat oleh
pemegang saham diharapkan dapat bertindak yang terbaik bagi pemegang saham
dengan memaksimumkan nilai perusahaan sehingga kemakmuran pemegang
saham dapat tercapai. Hal ini terkadang menyebabkan kesenjangan antara para
pemilik modal dan para profesional. Para pemilik berkeinginan bahwa perusahaan
dimana mereka menanamkan modal selalu memiliki nilai perusahaan yang baik
yang biasanya dapat didektesi dengan tingginya harga saham perusahaan. Dengan
kata lain nilai perusahaan yang baik dapat mengindikasikan kesejahteraan
pemiliknya. Namun pada sisi yang lain para profesional dalam hal ini adalah para
manager harus dapat mempertahankan nilai perusahaan dalam keadaan stabil atau
dalam hal ini memuaskan bagi para investor. Karena itulah biasanya para manager
diberikan suatu target yang gunanya untuk meningkatkan nilai perusahaan dan
menarik banyak investor. Target ini juga merupakan satu kesempatan yang
dimiliki manager untuk mendapatkan bonus jika mencapai target atau bahkan
melebihi target yang ditetapkan.
Hubungan agensi muncul ketika salah satu pihak (pricipal) menyewa pihak
lain (agent) untuk melaksanakan suatu jasa, dan dalam melakukan hal itu
mendelegasikan wewenang untuk membuat keputusan kepada agen tersebut
3
(Anthony dan Govidarajan, 2005). Dengan kewenangan yang dimilikinya ini,
mungkin saja agen tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena
adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest). Adanya conflict of interest
antara agen dengan pemilik mengakibatkan agen dapat bertindak yang hanya
menguntungkan dirirnya sendiri dengan mengabaikan kepentingan pemilik. Selain
itu, agen dianggap memiliki informasi yang lebih mengenai perusahaan
dibandingkan pemilik, sehingga memungkinkan agen untuk memanipulasi
informasi yang dapat menguntungkan agen. Manipulasi yang dilakukan
manajemen
perusahaan
membuat
investor
kehilangan
kepercayaan
atas
investasinya, sehingga menyebabkan investor melakukan penarikan dana yang
telah di investasikan sebelumnya. Hal ini disebut sebagai masalah keagenan. Oleh
karena itu, diperlukan perlindungan terhadap kepentingan investor dari prilaku
menyimpang yang dilakukan oleh pihak manajemen.
Salah satu bentuk penyimpangan yang dilakukan oleh manajemen sebagai
agen yaitu dalam proses penyusunan laporan keuangan manajemen dapat
mempengaruhi tingkat laba yang ditampilkan dalam laporan keuangan atau yang
sering disebut dengan earning management . Earning management adalah
tindakan yang dilakukan manajemen untuk meningkatkan atau menurunkan laba
perusahaan dalam laporan keuangan. Tujuan earning management adalah untuk
meningkatkan kesejahteraan pihak tertentu walaupun dalam jangka panjang tidak
terdapat perbedaan laba kumulatif perusahaan dengan laba yang dapat
diidentifikasikan sebagai suatu keuntungan (Fischer et al. 1995) Pemahaman
earnings management dapat dibagi menjadi dua, yang pertama dilihat dari pelaku
4
oportunistik manajer untuk memaksimumkan utilitasnya dalam menghadapi
kontrak kompensasi, kontrak utang dan political cost (opportunistic earning
management). Kedua memandang manajemen laba dari perspektif efficient
earning management, di mana manajemen laba memberi manajer untuk
melindungi diri mereka dan perusahaan dalam mengantisipasi kejadian-kejadian
tidak terduga untuk keuntungan pihak-pihak yang terlibat dalam kontrak. Dengan
demikian manajer mempengaruhi nilai pasar saham perusahaannya melalui
manajemen laba misalnya dengan membuat pemerataan laba dan pertumbuhan
laba sepanjang waktu Scott (2000) dalam Wahidahwati (2002).
Menurut Scott (2000) dalam Pertiwi (2010) manajemen laba jika dilihat secara
prinsip memang tidak menyalahi prinsip akuntansi yang berterima umum, namun
manajemen laba dinilai dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
perusahaan. Dengan semakin menurunnya kepercayaan masyarakat, maka hal ini
dapat menurunkan nilai perusahaan karena banyak investor yang akan menarik
kembali investasi yang telah mereka tanamkan. Praktek manajemen laba dinilai
merugikan karena dapat menurunkan nilai laporan keuangan dan memberikan
informasi yang tidak relevan bagi investor. Dengan adanya berbagai tuntutan dan
kepentingan pihak tertentu dalam hal ini manager , manager akan memanipulasi
laba sedemiakian rupa sehingga dapat menarik perhatian para investor baru.
Dengan adanya praktik manajeman laba para manager biasanya akan mendapat
beberapa keuntungan seperti terpenuhinya target yang diberikan yang berarti akan
ada bonus yang diterima atas pencapaian target tersebut. Selain itu saat praktek
5
manajemen laba dilakukan akan mengindikasikan kondisi perusahaan yanag baik.
Hal ini akan menarik para investor untuk menanamkan modalnya.
Galtung & Kada (1995) dalam Anggraini (2006) menyatakan Sejarah
perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri
di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak
digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal sehingga
mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada pemilik modal.
Berpihaknya perusahaan kepada pemilik modal mengakibatkan perusahaan
melakukan eksploitasi sumber-sumber alam dan masyarakat sosial secara tidak
terkendali sehingga mengakibatkan kerusakan lingkungan alam dan pada akhirnya
mengganggu kehidupan manusia. Para pemilik modal, yang hanya berorientasi
pada laba material, telah merusak keseimbangan kehidupan dengan cara
menstimulasi pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki manusia secara
berlebihan yang tidak memberi kontribusi bagi peningkatan kemakmuran mereka
tetapi justru menjadikan mereka mengalami penurunan kondisi sosial.
Sanksi pidana mengenai pelanggaran CSR pun terdapat didalam UndangUndang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup (UUPLH)
Pasal 41 ayat (1) yang menyatakan: “Barangsiapa yang melawan hukum dengan
sengaja melakukan perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau
perusakan lingkungan hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh
3 tahun dan denda paling banyak lima ratus juta rupiah”. Selanjutnya, Pasal 42
ayat (1) menyatakan: “Barangsiapa yang karena kealpaannya melakukan
perbuatan yang mengakibatkan pencemaran dan/ atau perusakan lingkungan
6
hidup, diancam dengan pidana penjara paling lama tiga tahun dan denda paling
banyak seratus juta rupiah” (Sutopoyudo, 2009). Pencemaran lingkungan yang
disebabkan oleh kegiatan perusahaan, menimbulkan tekanan dari berbagai pihak
khususnya masyarakat terhadap perusahaan agar memberikan informasi yang
transparan mengenai aktivitas lingkungannya (Anggraini, 2006).
Perwita (2010) dalam Fatayaningrum dan Jatmiko (2010:2) menyatakan
bahwa perusahaan dapat memperlihatkan kepedulian dan tanggung jawab
terhadap lingkungan melalui environmental disclosure yaitu pengungkapan
informasi mengenai tanggung jawab lingkungan dalam instrumen laporan
keuangan.
Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk untuk melakukan
penelitian lebih lanjut yang mengkaji pengaruh manajemen laba terhadap nilai
perusahaan dengan Pengaruh Isu lingkungan
sebagai sebagai variabel
moderating, sehingga penelitian ini mengambil judul : “ Pengaruh Manajemen
Laba Terhadap Nilai Perusahaan : Pengaruh Isu Lingkungan Sebagai Variabel
Pemoderasi “
1.2 Rumusan Masalah
Dalam beberapa penelitian sebelumnya menghasilkan hasil penelitian yang
tidak konsisten atara manajemen laba , nilai perusahaan dan isu pengungkapan
lingkungan maka perlu dilakukan pengujian tentang ketiga topik ini. Tidak ada
satupun penelitian yang menjelaskan hubungan antara manajemen laba terhadap
7
nilai perusahaan dan pengungkapan isu lingkungan sebagai pemoderasi , dari
uraian diatas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian adalah :
1.
Apakah Manajemen laba berpengaruh terhadap nilai perusahaan ?
2.
Apakah isu pengungkapan lingkungan memoderasi hubungan antara
manajemen laba dan nilai perusahaan sebagai variabel pemoderasi?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk membuktikan pengaruh manajemen laba
terhadap nilai perusahaan dan untuk membuktikan apakah dengan adanya
pengungkapan isu lingkungan yang diungkapakan perusahaan akan memperkuat
atau memperlemah hubungan antara manajemen laba dengan nilai perusahaan.
Selain itu tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan masukan agar lebih peka
terhadap manajemen laba yang mungkin dilakukan perusahaan dengan
diterbitkannya laporan lingkungan yang dilakukan perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Bagi para investor untuk lebih peka terhadap adanya praktek manajemen
laba yang mungkin akan menurunkan nilai perusahaan yang berakibat
pada turun keuntungan yang akan diterima para investor
b. Bagi para akademisi atau dalam bidang ilmu pengetahuan diharapakan
dengan adanya penelitian ini dapat membuat wawasan tentang
8
manajemen laba berkembang dan dimengerti tentang baik buruknya
praktek manajemen laba
c. Dan bagi para regulator agar dapat sebagai pertimbangan dalam membuat
aturan-aturan agar pihak – pihak yang berkepentingan dalam perusahaan
kepentinggannya bisa diselaraskan sehingga tidak ada pihak yang
dirugikan.
1.5 Ruang Lingkup Penelitian
Batasan lingkup penelitian ini adalah :
1. Observasi di fokuskan pada perusahaan manufaktur yang terdapat di BEI
2. Periode
obsevasi
penelitian
adalah
tahun
2010-2012
Download