BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Isu mengenai usaha manajer perusahaan untuk melakukan manajemen laba bukan merupakan permasalahan baru di bidang akuntansi.Manajer perusahaan merupakan pihak yang banyak mengetahui informasi internal perusahaan dibanding dengan pemegang saham.Healy dan Wahlen (1999) dalam (Sulistyanto, 2008:50) menyatakan bahwa manajemen laba (earnings management) muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu (judgment) dalam pelaporan keuangan dan dalam pengaturan berbagai macam transaksi untuk mengubah laporan keuangan, untuk menyesatkan stakeholders yang berkepentingan dalam mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan. Dengan melakukan manajemen laba, baik melalui peningkatan pendapatan ataupun penurunan pendapatan, maka suatu laporan keuangan dapat dikatakan tidak mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya sehingga tidak dapat memberikan informasi yang berkualitas untuk mendukung pengambilan keputusan investor (Juniarti dan Carolina, 2005). Ketidakseimbangan penguasaan informasi akan memicu munculnya suatu kondisi yang disebut asimetri informasi (information asymmetry). Dimana menurut Scott (2003), asimetri informasi adalah sebuah kondisi dimana salah satu pihak mempunyai lebih banyak informasi dibandingkan yang lain dalam satu transaksi. Di dalam kondisi yang tidak seimbang tersebut, manajemen mempunyai fleksibilitas untuk dapat mempengaruhi angka-angka akuntansi yang disajikan dalam laporan keuangan dengan melakukan praktik manajemen laba. Praktik manajemen laba ini diindikasikan timbul sebagai dampak persoalan keagenan atau agency theory.Teori keagenan (agency theory) menurut Jensen and Meckling (1976) dalam (Warsono et al., 2009:10) adalah sebuah kontrak antara principal (pemilik/pemegang saham) dan agent (manajer/pengelola) yang mana baik pemilik dan pengelola merupakan pemaksimum kesejahteraan.Berdasarkan kontrak tersebut principal mendelegasikan beberapa wewenang dalam pembuatan keputusan terbaik bagi principal kepada agent.Manajer mungkin cenderung untuk mengoperasikan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan bagi mereka sendiri, bukan untuk investor.Terkadang, keuntungan yang paling banyak didapat oleh manajer tidak sesuai dengan tujuan para investor.Hal ini menciptakan suatu situasi yang dinamakan Agency Problem.Oleh karena itu, perlu adanya penerapan konsep corporate governance sebagai sistem pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan suatu perusahaan. Corporate governance merupakan konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholders dengan mendasarkan pada kerangka peraturan. Konsep corporate governance diajukan demi tercapainya pengelolaan perusahaan yang lebih transparan bagi semua pengguna laporan keuangan. Bila konsep ini diterapkan dengan baik maka diharapkan pertumbuhan ekonomi akan terus menanjak seiring dengan transparasi pengelolaan perusahaan yang makin baik dan nantinya menguntungkan banyak pihak (Nasution dan Setiawan, 2007). Corporate governance menjadi salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efisiensi ekonomis, yang meliputi hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya (Ujiantho dan pramuka, 2007). Dalam rangka pelaksanaan tata kelola perusahaan (corporate governance) yang baik, Bursa Efek Indonesia (BEI) mengeluarkan peraturan tanggal 1 juli 2001 yang mengatur tentang pembentukan dewan komisaris independen dan komite audit. Bursa Efek Indonesia menetapkan batas minimal untuk dewan komisaris independen sebesar 30% sedangkan untuk komite audit peraturan mewajibkan perusahaan terdaftar memiliki komite audit. Komite audit harus harus beranggota minimal tiga orang independen dan salah satunya memilki keahlian dalam bidang akuntansi. Tugas komite audit berhubungan dengan kualitas laporan keuangan, karena komite audit diharapkan dapat membantu dewan komisaris dalam pelaksanaan tugas yaitu mengawasi proses pelaporan keuangan oleh manajemen. Peran komite audit sangat penting karena mempengaruhi kualitas laba perusahaan yang merupakan salah satu informasi penting yang tersedia untuk publik dan dapat digunakan investor untuk menilai perusahaan. Oleh karena itu, persepsi mengenai kinerja komite audit akanmempengaruhi penilaian investor terhadap kualitas laba perusahaan (Suaryana, 2005). Beberapa penelitian telah membuktikan adanya hubungan negatif antara dewan komisaris dengan manajemen laba antara penelelitian Dechow et al. (1996), Beasley et al. (2000) dan Klein (2002) dalam (Palestin, 2006) menemukan bahwa keberadaan komite audit ini merupakan usaha perbaikan terhadap manajemen perusahaan. Hal ini disebabkan karena komite audit akan menjadi penghubung antara manajemen perusahaan dengan dewan komisaris maupun pihak eksternal lainnya. Defond dan Jiambalvo (1991) dalam (Palestin, 2006) menemukan bahwa perusahaan yang melaporkan laba yang lebih tinggi dari seharusnya adalah perusahaan tersebut tidak memiliki komite audit. Sedangkan hasil penelitian Beasley (1996) tidak menemukan hubungan statistik antara keberadaan komite audit dan kecenderungan kecurangan pelaporan keuangan. Ujiantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa perilaku manipulasi oleh manajer yang berawal dari konflik kepentingan tersebut dapat diminimumkan melalui suatu mekanisme monitoring yang bertujuan untuk menyelaraskan (alignment) berbagai kepentingan tersebut. Pertama, dengan memperbesar kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (managerial ownership) (Jensen dan Meckling, 1976), sehingga kepentingan pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan manajer. Kedua, melalui peran monitoring oleh dewan komisaris (board of directors).Dechow et al. (1995) dan Beasly (1996) dalam (Ujiantho dan Pramuka, 2007) menemukan hubungan yang signifikan antara peran dewan komisaris dengan pelaporan keuangan. Mereka menemukan bahwa ukuran dan independensi dewan komisaris mempengaruhi kemampuan mereka dalam memonitor proses laporan keuangan. Ukuran perusahaan juga mempengaruhi manajemen perusahaan dalam melakukan manajemen laba, karena semakin besar ukuran perusahaan semakin banyak pula informasi yang tersedia bagi pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Alberecth & Richardson (1990) dan Lee & Choi (2002) dalam (Veronica dan Utama, 2006) menemukan bahwa perusahaan yang lebih besar kurang memiliki dorongan untuk melakukan perataan laba dibandingkan dengan perusahaanperusahaan kecil karena perusahaan besar dipandang lebih kritis oleh pihak luar. Karena itu, diduga bahwa ukuran perusahaan mempengaruhi besaran pengelolaan laba perusahaan, dimana jika pengelolaan laba tersebut oportunitis maka semakin besar perusahaan semakin kecil pengelolaan laba (berhubungan negatif) tapi jika pengelolaan laba efesien maka semakin besar ukuran perusahaan semakin tinggi pengelolaan labanya (berhubungan positif).Perusahaan berukuran sedang dan besar lebih memiliki tekanan yang kuat dari para stakeholders-nya, agar kinerja perusahaan sesuai dengan harapan para investornya dibandingkan dengan perusahaan kecil. Hal ini mendorong manajemen untuk dapat memenuhi harapan tersebut (Barton and Simko,2002). Namun di lain pihak Burgstahler dan Dichev (1997), Degeorge et al. (1999), dan Kim et al. (2003) dalam (Handayani dan Agustono, 2009) mengemukakan bukti empiris yang berbeda, bahwa semua ukuran perusahaan terbukti senantiasa melaporkan positive earnings, untuk menghindari earnings losses atau earnings decreases. Seluruh perusahaan yang telah go public dan terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia wajib memenuhi kewajiban untuk menyampaikan laporan keuangan yang telah diaudit oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) sebelum dipublikasikan kepada publik sesuai dengan keputusan ketua BAPEPAM No Kep. 17/PM/2002.Dalam menjalakan profesinya, auditor dituntut untuk dapat bersikap independen dalam mendeteksi kemungkinan perilaku menyimpang atau kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen dalam menyusun laporan keuangannya. Hal ini telah diatur melalui keputusan Menteri Keuangan No. 423/KMK-06/2002 yang mengatur mengenai rotasi wajib bagi auditor dan Kantor Akuntan Publik (KAP) tidak diperbolehkan memberikan jasa non-audit di samping jasa audit itu sendiri karena dapat mengganggu independensi auditor (Guna dan Herawaty, 2010). Kegagalan audit akhir-akhir ini telah mendorong penelitian internasional yang berkaitan dengan sifat dasar manajemen laba, hambatan dan faktor-faktor yang mungkin mempengaruhinya. Terjadinya kasus kegagalan audit ini sering kali menimbulkan pandangan masyarakat mengenai ketidakmampuan perilaku auditor dalam berhadapan dengan klien yang dipersepsikan gagal menjalakan perannya sebagai auditor. Di Indonesia, kegagalan audit terjadi pada perusahaan Kimia Farma dan Bank Lippo. Kasus perusahaan Kimia Farma terjadi mark up terhadap laba pada tahun 2001. Sedangkan pada bank Lippo terjadi pembukuan ganda pada tahun 2002. Hasil penelitian Luhgiatno (2010) mengemukakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian tersebut juga didukung oleh penelitian Veronica dan Utama (2006) yang menyatakan bahwa kualitas audit tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Penelitian ini dimotivasi oleh penelitian Veronica dan Utama (2006) dengan objek penelitian pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta, kecuali perusahaan dalam industrikeuangan, properti dan real estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi serta perdagangan, jasa dan investasi.Konsep indikator yang digunakan adalah struktur kepemilikan yang terdiri dari kepemilikan keluarga dan kepemilikan institusional.Sedangkan konsep indikator praktek corporate governance terdiri dari ukuran KAP, proporsi dewan komisaris, keberadaan komite audit, serta ukuran perusahaan. Dalam penelitian Veronica dan Utama (2006) ukuran perusahaan secara konsisten mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap besaran pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan, artinya semakin besar ukuran perusahaan semakin kecil pengelolaan labanya. Hal lain yang juga memotivasi peneliti adalah penelitian yang dilakukan oleh Nasution dan Setiawan (2007) dan adanya kontradiksi hasil penelitian yang dilakukan Ujiantho dan Pramuka (2007) dengan penelitian Bangun dan Vincent (2008). Nasution dan Setiawan (2007) memperoleh hasil bahwa komposisi dewan komisaris independen dan keberadaan komite audit berpengaruh negatif terhadap manajemen laba. Variabel ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap praktik manajemen laba. Ujiantho dan Pramuka (2007) menemukan bahwa kepemilikan institusional dan jumlah dewan komisaris tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.Namun, Bangun dan Vincent (2008) menemukan hasil bahwa kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada indikatorindikator yang mempengaruhi manajemen laba (earnings management) antara lain : (1) indikator corporate governance yang terdiri dari komposisi dewan komisaris independen, ukuran dewan komisaris dan keberadaan komite audit, ukuran perusahaan dan kualitas audit, (2) objek penelitian adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) kecuali perusahaan dalam industri keuangan, properti dan real estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi serta perdagangan, jasa dan investasi karena adanya pertimbangan homogenitas sampel, dan (3) penelitian menggunakan periode 2007-2011. Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka penulis mengambil “Pengaruh Mekanisme Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Kualitas Audit terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2007-2011” sebagai judul penelitian ini. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Apakah komposisi dewan komisaris independen mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba? Apakah ukuran dewan komisaris mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba? Apakah keberadaan komite audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba Apakah ukuran perusahaan mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba? Apakah kualitas audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba? Apakah mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan kualitas audit mempunyai pengaruh signifikan terhadap manajemen laba? Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk memperoleh bukti empiris apakah kompisisi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Untuk memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Untuk memperoleh bukti empiris apakah keberadaan komite audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Untuk memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manjemen laba. Untuk memperoleh bukti empiris apakah kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Untuk memperoleh bukti empiris apakah mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan kualitas audit berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan konstribusi kepada pihak-pihak yang berkepentingan, baik secara praktis, teoritis dan kebijakan seperti: KontribusiPraktis Penelitian diharapakan bisa menjadi masukan kepada perusahaan serta menambah informasi tentang bagaimana perusahaan dalam meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik. Kontribusi Teoretis Penelitian ini diharapkan bisa menjadi sarana pengembangan informasi terhadap bidang ilmu pengetahuan yang telah ditempuh selama di jenjang perguruan tinggi dan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti yang akan melakukan penelitian Kontribusi Kebijakan Hasil penilitian diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan bagi manajemen untuk menentukan kebijakan ataupun keputusan dimasa yang akan datang. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, maka peneliti perlu melakukan pembatasan dalam bentuk ruang lingkup penelitian. Adapun ruang lingkup penelitian ini adalah: Perusahaan yang diteliti adalah semua perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia kecuali perusahaan dalam industrikeuangan, properti dan real estate, infrastruktur, utilitas dan transportasi serta perdagangan, jasa dan investasi karena pertimbangan homogenitas sampel. Periode laporan keuangan tahunan yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan untuk tahun 2007-2011. Penilitian ini menguji bagaimana pengaruh mekanisme corporate governance, ukuran perusahaan dan kualitas audit terhadap manajemen laba.