MAKALAH MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA - Nur-Indo

advertisement
MAKALAH
MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA STRATEGIS
(Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia Strategis)
Di Susun oleh Kelompok 5
Supardi
(C1B014009)
Ahmad Zikri
(C1B014016)
Nasehudin
(C1B014029)
Dosen Pengampu:
Nur Hasanah,SE,.MS.c
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS JAMBI
KATA PENGANTAR
Dengan memanjat kanpuji syukur kehadirat Tuhan Yang MahaEsa yang selalu
memberikan berkah dan karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat menyusun
makalah ini yang berjudulkan“ pendekatan manajeme sumber daya manusia strategis”
Makalah ini dibuat pada dasarnya untuk membuat kita lebih tahu bagaimana tentang
pendekatan manajemen sumber daya manusia di dalam suatu perusahaan/organisasi sehingga
kinerja karyawan tersebut dapat lebih produktif .Dengan kita mengetahui dan mengerti
bagaimana strategi yang baik sehingga karyawan di harapkan perusahaan dapat bersaing
dengan perusahaan kompetitor nya, seperti yang kita ketahui bahwa strategi sangat lah penting
di dalam suatu perusahaan,strategi sangat berpengaruh sekali terhadap optimal nya kinerja
seorang atau sekelompok karayawan dalam mengerjakan pekerjaan nya apabila karyawan telah
bekerja secara optimal secara tidak langsung laba yang di peroleh perusahaan pun akan
meningkat.sehingga dengan meningkat nya pendapatan perusahaan bertambah pula
kesejahteraan karyawan atau pekerja di dalam perusahaan tersebut.
Penulis ucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan makalah ini .Meskipun telah berusaha dengan segenap kemampuan, namun
penulis menyadari bahwa makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan yang harus
disempurnakan .Oleh karena itu segala saran dan kritik membangun akan penulis terima
dengan senang hati guna saya jadikan referensi pada makalah yang akan datang .
Jambi, 27,Agustus,2016
Penulis
Daftar isi
Kata pengantar ........................................................................... i
Daftar isi ................................................................................... ii
Bab pendahuluan ....................................................................... 1
Latarbelakang ............................................................................ 1
Rumusan masalah ..................................................................... 2
Tujuan penelitian ....................................................................... 2
Bab II Pembahasan..................................................................... 3
Pengertian manajemen strategi .................................................... 3
Tingkatan strategi ...................................................................... 4
Model manajemen strategi........................................................... 5
Manajemen strategik dalam perusahaan kecil, nirlaba, pemerintah ... 6
Pendekatan manajeme strategi .................................................... 7
Pengambilan keputusan .............................................................. 9
Proses strategi ......................................................................... 14
Pendekatan perencanaan strategi dalam organisasi ...................... 18
Strategi sumberdaya manusia .................................................... 23
Sejarah perkembangan SDM ...................................................... 27
Bab III Penutup ........................................................................ 29
Kesimpulan ............................................................................. 29
Saran ..................................................................................... 29
Daftar pustaka ........................................................................ 30
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak pernah lepas dari kehidupan
berorganisasi karena pada dasarnya manusia merupakan makhluk sosial yang cenderung
hidup dan terlibat di dalam anggota kemasyarakatan. Organisasi di dalam kehidupan
tampak begitu beragam baik di dalam kehidupan kehidupan rumah tangga hingga tingkat
organisasi yang lebih kompleks yaitu organisasi di dalam dunia kerja.
Organisasi merupakan sekelompok orang yang melakukan kerjasama untuk
mencapai tujuan bersama. Dalam arti dinamis menyoroti unsur manusia yang ada di
dalamnya. Manusia merupakan unsur terpenting dari seluruh unsur organisasi, karena
hanya manusia yang memiliki sifat kedinamisan. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan
organisasi dengan baik, maka diperlukan sumber daya untuk mencapainya. Sumber daya
merupakan energi, tenaga dan kekuatan yang diperlukan untuk menciptakan aktivitas
ataupun kegiatan. Sumber daya itu antara lain sumber daya alam, sumber daya finansial,
sumber daya ilmu dan teknologi, serta sumber daya manusia. Diantara sumber daya
tersebut, sumber daya terpenting ialah sumber daya manusia .Sumber daya manusia
dianggap penting karena dapat mempengaruhi efisiensi dan efektifitas organisasi, serta
merupakan pengeluaran pokok organisasi dalam menjalankan kegiatannya.
Sumber daya manusia merupakan orang-orang yang bekerja di dalam suatu
organisasi sudah seharusnya mendapat perhatian supaya perjalanan organisasi tersebut
sesuai yang diharapkan. Perhatian yang dimaksud dalam hal ini adalah strategi . strategi
memiliki peran penting dalam membangun kinerja seseorang lebih maksimal. Oleh karena
itu, di dalam makalah ini akan dibahas mengenai pentingnya strategi di dalam organisasi.
strategi di dalam organisasi memang sangat diperlukan guna mendapatkan hasil pekerjaan
yang memuaskan dan efisien.
1.2Rumusan Masalah
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Apa definisi manajemen strategi ?
apa itu model manajemen strategi?
apa saja pendekatan manajemen strategi?
Bagaimana cara mengambil keputusan
Apa saja tahap-tahap dalam dalam pengambilan keputusan?
Bagamaimana proses strategi?
Bagaimana pendekatan strategis dalam organisasi?
Bagaimana sejarah pengembangan manajemen sumberdaya manusia?
1.3 Tujuan
1 pembaca dapat mengetahui apa itu manajemen strategi
2. pembaca dapat mengetahui apa itu model manajemen strategi
3. pembaca dapat mengetahui apa saja pendekatan manajemen strategi
4.
Pembaca dapat mengetahui cara mengambil keputusan
5. Pembaca dapat mengetahui sejarah dan perkembangan manajemen sumber daya
manusia
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Manajemen Strategi
Manajemen strategi adalah keputusan dan tindakan yang dapat digunakan untuk
menformulasikan serta mengimplementasikan strategi yang memiliki daya saing yang tinggi
yang sesuai dengan perusahaan maupun lingkungan untuk mencapai target atau sasaran dari
organisasi.
Definisi dari manajemen strategi yang lainnya adalah ilmu dalam penyusunan,
penerapan dan pengevaluasian untuk keputusan fungsional yang bisa memungkinkan
perusahaan mencapai tujuannya. Merupakan suatu proses atau rangkaian kegiatan-kegiatan
pengambilan suatu keputusan yang memiliki sifat mendasar dan menyeluruh, disertai dengan
penetapan cara melaksanakannya yang dibuat oleh pemimpin lalu diterapkan oleh semua
jajaran yang ada dalam suatu organisasi untuk mencapai target atau sasarannya. Manajemen
strategi mengkombinasikan aktivitas-aktivitas yang berasal dari bagian fungsional suatu bisnis
untuk mencapai tujuan organisasi.
Adapun keterampilan yang harus dimiliki oleh seorang manajer, yakni :
a. Ketrampilan konseptual (conceptional skill)
top manager harus memiliki keterampilan untuk membuat konsep, ide, dan gagasan demi
kemajuan organisasi yang kemudian dijabarkan menjadi suatu rencana kegiatan untuk
mewujudkan gagasan atau konsepnya itu. Proses penjabaran ide menjadi suatu rencana kerja
yang kongkret itu biasanya disebut sebagai proses perencanaan.
b. Keterampilan berhubungan dengan orang lain (humanity skill)
Manajer juga perlu dilengkapi dengan keterampilan berkomunikasi atau keterampilan
berhubungan dengan orang lain, yang disebut juga keterampilan kemanusiaan. Dengan
komunikasi yang persuasif, bersahabat, dan kebapakan akan membuat karyawan merasa
dihargai dan kemudian mereka akan bersikap terbuka kepada atasan.
c. Keterampilan teknis (technical skill)
Keterampilan ini merupakan bekal bagi manajer pada tingkat yang lebih rendah. Keterampilan
teknis ini merupakan kemampuan untuk menjalankan suatu pekerjaan tertentu, misalnya
menggunakan program komputer, memperbaiki mesin, membuat kursi, akuntansi dan lain-lain.
2.2 Tingkatan Strategi
a Enterprise Strategy
Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang
berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam, ada pemerintah dan berbagai
kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi
dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi
itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga menampakkan
bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik
terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.
b. Corporate Strategy
Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy
yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Bagaimana misi itu dijalankan, hal
ini memerlukan keputusan-keputusan stratejik dan perencanaan stratejik yang selayaknya juga
disiapkan oleh setiap organisasi.
c.
Business Strategy
Strategi pada tingkat ini menjabarkan bagaimana merebut pasaran di tengah
masyarakat. Bagaimana menempatkan organisasi di hati para penguasa, para pengusaha, para
donor dan sebagainya untuk memperoleh keuntungan stratejik yang sekaligus mampu
menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.
d. Functional Strategy
Strategi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain.
 Strategi functional ekonomi, mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi
hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, berkaitan dengan keuangan, pemasaran,
sumber daya, penelitian dan pengembangan.
 Strategi functional manajemen, mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning,
organizing, implementating, controlling, staffing, leading, motivating, communicating,
decision making, representing, dan integrating.
Strategi isu stratejik, fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan
yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah.
Tingkat-tingkat strategi itu merupakan kesatuan yang bulat dan menjadi isyarat bagi setiap
pengambil keputusan tertinggi bahwa mengelola organisasi tidak boleh dilihat dari sudut
kerapian administratif semata, tetapi juga hendaknya memperhitungkan soal “kesehatan”
organisasi dari sudut ekonomi (J. Salusu, p 104, 1996).
2.3 Model manajemen strategi
a. Visi dan Misi
Visi yang dimiliki oleh sebuah perusahaan merupakan cita-cita tentang keadaan di masa
datang yang ingin diwujudkan oleh seluruh personel perusahaan, mulai dari jenjang yang
paling atas sampai yang paling bawah. Misi adalah penjabaran secara tertulis mengenai visi
agar visi mudah dimengerti atau jelas bagi seluruh staf perusahaan.
b. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Realisasi misi perusahaan akan menjadi sulit dilakukan jika perusahaan tidak
berinteraksi dengan lingkungan eksternalnya. Oleh karena itu, tindakan untuk mengetahui dan
menganalisis lingkungan eksternalnya menjadi sangat penting karena pada hakikatnya kondisi
lingkungan eksternal berada di luar kendali organisasi. Selain pemahaman kondisi lingkungan
eksternal, pemahaman kondisi lingkungan internal perusahaan secara luas dan mendalam juga
perlu dilakukan. Oleh karena itu, strategi yang dibuat perlu bersifat konsisten dan realistis
sesuai dengan situasi dan kondisinya. Berdasarkan pemahaman lingkungan internal ini,
hendaknya kelemahan dan juga kekuatan yang dimiliki perusahaan dapat diketahui. Selain itu,
perusahaan perlu mencermati peluang yang ada dan memanfaatkannya agar perusahaan
memiliki keunggulan kompetitif.
c. Analisis Pilihan Strategi
Pada dasarnya setiap perusahaan, dalam menjalankan usahanya, mempunyai strategi.
Namun, para pimpinan perusahaan kadang-kadang tidak tahu atau tidak menyadarinya. Bentuk
strategi berbeda-beda antar-industri, antarperusahaan, dan bahkan antar-situasi. Namun ada
sejumlah strategi yang sudah umum diketahui, dimana strategi-strategi ini dapat diterapkan
pada berbagai bentuk industri dan ukuran perusahaan. Strategi-strategi ini dikelompokkan
sebagai strategi generic. Dari bermacam-macam strategi dalam kelompok strategi generic ini
akan dipilih salah satu atau kombinasi beberapa strategi induk (grand strategy) dengan
menggunakan cara-cara tertentu.
d. Sasaran Jangka Panjang
Upaya pencapaian tujuan perusahaan merupakan suatu proses berkesinambungan yang
memerlukan tahapan. Untuk menentukan apakah suatu tahapan sudah dicapai atau belum
diperlukan suatu tolak ukur, misalnya kurun waktu dan hasil yang ingin dicapai dirumuskan
secara jelas, yaitu dengan angka-angka kuantitatif. Pembuatan sasaran jangka panjang ini
mengacu kepada strategi induk yang telah ditetapkan sebelumnya.
e.
Strategi Fungsional
Langkah penting implementasi strategi induk dilakukan dengan membagi-baginya ke
dalam berbagai sasaran jangka pendek, misalnya dalam jangka waktu tahunan, secara
berkesinambungan dengan memperhatikan skala prioritas serta dapat diukur. Sasaran jangka
pendek ini hendaknya mengacu pada strategi fungisonal yang sifatnya operasional.
Strategi fungsional yang sifatnya lebih operasional ini mengarah berbagai bidang fungsional
dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan makna strategi utama dengan identifikasi
rincian yang sifatnya spesifik. Strategi fungsional menjadi penuntun dalam melakukan
berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya dengan strategi utamanyan saja, melainkan juga
dengan strategi bidang fungsional lainnya. Dalam organisasi perusahaan yang konvesional,
bidang-bidang fungsional utamanya adalah bidang keuangan, SDM, produksi dan operasi, serta
bidang pemasaran.
f.
Program, Pelaksanaan, Pengendalian dan Evaluasi
Agar sasaran yang ingin diraih dapat direalisasikan dengan strategi yang telah
ditetapkan, strategi perlu ditindaklanjuti dengan pelaksanaan (action). Pelaksanaan tidak
efektif bila tidak didahului dengan perencanaan. Perencanaan yang baik minimal mengandung
asas-asas untuk mencapai tujuan, realistis dan wajar, efisien serta merupakan cerminan dari
strategi dan kebijakan perusahaan. Pengendalian atau pengawasan dimaksudkan untuk lebih
menjamin bahwa semua kegiatan yang diselenggarakan oleh perusahaan hendaknya didasarkan
pada rencana yang telah disepakati, sehingga sasaran tidak menyimpang. Jika hasil evaluasi
pekerjaan diketahui bahwa ada faktor X yang mengakibatkan terjadinya penyimpangan kerja
dari rencana yang ada, dan memang disebabkan salah asumsi atau oleh hal-hal lain yang
sifatnya uncontrollable, maka rencana perlu direvisi ulang.
2. 4 Manajemen Strategik dalam perusahaan kecil, organisasi nirlaba, dan pemerintah
Suatu organisasi pada dasarnya bisa dibedakan menjadi dua kategori:
a.
Organisasi bisnis/komersial (swasta)
Organisasi ini adalah organisasi yang bertujuan mendapatkan laba sebanyak-banyaknya bagi
pemilik.
b. Organisasi non-komersial (sektor publik)
kegiatannya lebih banyak berhubungan dengan aktivitas sosial dan pelayanan
masyarakat. Contohnya, lembaga pemerintahan, partai politik, yayasan, sekolah, universitas,
rumah sakit dan organisasi sejenis lainnya. Dari sudut pandang kepemilikan, organisasi ini
dimiliki secara kolektif oleh masyarakat/publik. Atas dasar itu, organisasi ini dinamakan
sebagai organisasi sektor publik.
2.5 Pendekatan Manajemen Strategik
a. Pendekatan manajemen sumber daya manusia
Dalam setiap kegiatan atau aktivitas organisasi dari waktu ke waktu selalu timbul
masalah-masalah. Untuk mengatasi masalah–masalah yang timbul ada beberapa pendekatan
sesuai dengan periodenya. Maksudnya pendekatan yang lebih akhir menunjukkan lebih baru
ditinjau dari segi waktunya. Namun sampai sekarang pun masih ada pimpinan perusahaan yang
menggunakan pendekatan lama dalam mengatasi permasalahan. Di bawah ini dikemukakan
tiga pendekatan: (1) Pendekatan Mekanis. (2) Pendekatan Paternalisme, dan (3) Pendekatan
Sistem Sosial.
1. Pendekatan Mekanis (klasik)
Perkembangan di bidang Industri dengan penggunaan mesin–mesin dan alat–alat
elektronika membawa kemajuan yang sangat pesat dalam efisiensi kerja.Dalam pendekatan
mekanis, apabila ada permasalahan yang berhubungan dengan tenaga kerja, maka unsur
manusia dalam organisasi disamakan dengan faktor produksi lain, sehingga pimpinan
perusahaan cenderung menekan pekerja dengan upah yang minim sehingga biaya produksi
rendah. Pandangan pendekatan ini menunjukkan sikap bahwa tenaga kerja harus
dikelompokkan sebagai modal yang merupakan faktor produksi. Dengan hal ini maka di
usahakan untuk memperoleh tenaga kerja yang murah namun bisa di manfaatkan semaksimal
mungkin dan memperoleh hasil yang lebih besar untuk kepentingan pemberi kerja. Pendekatan
ini cukup dominan di negara–negara industri barat sampai dengan tahun 1920 an.
2. Pendekatan Paternalisme (Paternalistik)
Dengan adanya perkembangan pemikiran dari para pekerja yang semakin maju dari
para pekerja, yang menunjukkan mereka dapat melepaskan diri dari ketergantungan
manajemen maka pimpinan perusahaan mengimbangkan dengan kebaikan untuk para
pekerja.Paternalisme merupakan suatu konsep yang menganggap manajemen sebagai
pelindung terhadap karyawan, berbagai usaha telah dilakukan oleh pimpinan perusahaan
supaya para pekerja tidak mencari bantuan dari pihak lain. Pendekatan ini mulai hilang pada
waktu periode tahun 1930 an.
3. Pendekatan Sistem Sosial (Human Relation)
Manajemen Sumber Daya Manusia atau personalia merupakan proses yang kompleks.
Dengan kekomplekan kegiatan manajemen Sumber Daya Manusia, maka pimpinan perusahaan
mulai mengarah pada pendekatan yang lain yaitu pendidikan sistem sosial yang merupakan
suatu pendekatan yang dalam pemecahan masalah selalu memperhitungkan faktor-faktor
lingkungan. Setiap ada permasalahan, maka diusahakan dipecahkan dengan sebaik mungkin
dengan resiko yang paling kecil, baik bagi pihak tenaga kerja maupun pemberi kerja.
b. Pendekatan fungsional
Manajemen fungsional adalah untuk mempertahankan kontribusi departemen pada tingkat yang
sesuai dengan kebutuhan organisasi. Sumber daya manusia menjadi tidak berharga jika manajemen
sumber daya manusia memiliki kriteria yang lebih rendah dari tingkat kebutuhan organisasi.
1. STRATEGI PEMASARAN
Strategi pemasaran (marketing strategy) berkaitan dengan penetapan harga (pricing),
penjualan (selling), dan pendistribusian (distributing) produk.
2.
STRATEGI KEUANGAN
Strategi keuangan (financial strategy) menguji implikasi keuangan dari pilihan strategis
suatu perusahaan atau unit bisnis dan mengidentifikasi tindakan keuangan yang terbaik.
Strategi ini juga dapat menciptakan keunggulan bersaing melalui biaya modal/dana yang lebih
rendah dan kemampuan yang fleksibel untuk meningkatkan jumlah modal demi mendukung
suatu strategi bisnis.
3.
STRATEGI PENELITIAN & PENGEMBANGAN
Strategi penelitian dan pengembangan (R&D strategy) berkaitan dengan inovasi dan
pengembangan produk dan proses. Salah satu pilihan dalam strategi R&D adalah apakah
perusahaan akan menjadi pemimpin teknologi (technological leader) yaitu menjadi pelopor
inovasi, atau menjadi pengikut teknologi (technological follower) yaitu meniru produk pesaing.
4.
STRATEGI OPERASI
Strategi operasi (operation strategy) menentukan bagaimana dan di mana suatu produk atau
jasa diproduksi, tingkat integrasi vertikal dalam proses produksi, penyebaran sumber daya
fisik, dan
hubungan dengan para pemasok. Strategi ini juga berkaitan dengan tingkat
optimalisasi penggunaan teknologi dalam proses operasi.
5.
STRATEGI PEMBELIAN
Strategi pembelian (purchasing strategy) berhubungan dengan perolehan bahan baku, suku
cadang dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk melakukan fungsi operasi
2.6 Definisi Pengambilan Keputusan
pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif
yang dihadapi dan mengambil tindakan yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang
paling tepat.
Dari pengertian-pengertian pengambilan keputusan diatas maka dapat disimpulkan bahwa
pengambilan keputusan merupakan satu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa
alternatif secara sistematis untuk ditindaklanjuti sebagai suatu cara pemecahan masalah.
Dasar-dasar pengambilan keputusan
Dasar-dasar yang digunakan dalam pengambilan keputusan bermacam-macam tergantung
permasalahannya. dasar-dasar pengambilan keputusan yang berlaku adalah sebagai berikut:
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat subektif,
sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi ini
mengandung beberapa kebaikan dan kelemahan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuaan praktis.
Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat memperhitungkan
untung ruginya, baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan. Karena pengalaman,
seseorang yang menduga masalahnya walaupun hanya dengan melihat sepintas saja mungkin
sudah dapat menduga cara penyelesaiannya.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat, solid, dan
baik. Dengan fakta, maka tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat menerima
keputusan-keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan yang berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannnya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih
randah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang juga memiliki
beberapa kelebihan dan kelemahan.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional, keputusan yang diambil bersifat
objektif, logis, lebih transparan, konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tetentu,sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pada pengambilan keputusan yang rasional ini terdapat beberapa hal, sebagai
berikut:
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang dalam melakukan pengambilan keputusan.
Secara garis besar, ada dua faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan, yaitu faktor
dari dalam dan faktor dari luar diri individu. faktor-faktor dari dalam diri individu yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan antara lain adalah kematangan emosi, kepribadian,
intuisi, umur faktor-faktor yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan adalah sebagai
berikut:
1. Pria dan wanita
Pria umumnya bersifat lebih tegas atau berani dan cepat mengambil keputusan dan wanita pada
umumnya relatif lebih lambat dan sering ragu-ragu.
2. Peranan pengambil keputusan
Peranan bagi orang yang mengambil keputusan itu perlu diperhatikan, mencakup kemampuan
mengumpulkan informasi, kemampuan menganalisis dan menginterpretasikan, kemampuan
menggunakan konsep yang cukup luas tentang perilaku manusia secara fisik untuk
memperkirakan perkembangan-perkembangan hari depan yang lebih baik.
3. Keterbatasan kemampuan
Perlu didasari adanya kemampuan yang terbatas dalam pengambilan keputusan yang dapat
bersifat institusional ataupun bersifast pribadi.
Sebuah keputusan yang kreatif juga memerlukan inteligensi, dan untuk menjadi kreatif
seseorang harus belajar dan mengembangkan pengetahuan yang didasarkan pada bidang
tertentu. Inteligensi ini merujuk pada kemampuan analisis logis dan pemecahan masalah yang
dapat membantu menghasilkan keputusan yang berkualitas Meskipun demikian, tingkat
inteligensi yang tinggi dan pengetahuan yang cukup kadang-kadang belum menjamin
tercapainya prestasi yang kreatif karena masih ada faktor lain yang mungkin berpengaruh pada
terbentuknya keputusan kreatif.
faktor yang mempengaruhi individu dalam proses pengambilan keputusan yang akan
dilakukannya, antara lain :
1. Informasi yang diketahui perihal permasalahan yang dihadapi.
2. Tingkat pendidikan
3. Personality
4. Coping ,
5. Culture
Tahap-tahap dalam pengambilan keputusan
Memilih dan mengambil keputusan merupakan dua tindakan yang sangat erat kaitannya dengan
kehidupan manusia. Dalam sepanjang hidupnya manusia selalu diperhadapkan pada pilihanpilihan atau alternatif dan pengambilan keputusan Hal ini sejalan dengan teori real life choice,
yang menyatakan dalam kehidupan sehari-hari manusia melakukan atau membuat pilihanpilihan di antara sejumlah alternatif. Pilihan-pilihan tersebut biasanya berkaitan dengan
alternatif dalam penyelesaian masalah
tahapan individu dalam pengambilan keputusan melewati beberapa tahapan, antara lain:
1. Situasi atau kondisi, dalam hal ini seseorang harus mempertimbangkan, berpikir, menaksir,
memilih dan memprediksi sesuatu Pilihan atau alternatif yang dihadapi oleh setiap orang
seringkali berlainan, demikian pula dalam hal akibat, risiko maupun keuntungan dari pilihan
yang diambilnya. Hal seperti ini jelas sekali pada gilirannya akan membuat situasi pengambilan
keputusan antara individu yang satu dengan individu yang lain akan berbeda. pada penjelasan
berikutnya, juga menyatakan bahwa situasi pengambilan keputusan yang dihadapi seseorang
akan mempengaruhi keberhasilan suatu pengambilan keputusan.
2. Tindakan, dalam hal ini individu mempertimbangkan, menganalisa, melakukan prediksi, dan
menjatuhkan pilihan terhadap alternatif yang ada. Dalam tahap ini reaksi individu yang satu
dengan yang lain berbeda-beda sesuai dengan kondisi masing-masing individu. Ada beberapa
individu dapat segera menentukan sikap terhadap pertimbangan yang telah dilakukan, namun
ada individu lain yang nampak mengalami kesulitan untuk menentukan sikap mereka. Tahap
ini dapat disebut sebagai tahap penentuan keberhasilan dari suatu proses pengambilan
keputusan
Berdasarkan penjelasan singkat di atas diketahui bahwa proses pengambilan keputusan itu
diawali ketika seseorang berada dalam situasi pengambilan keputusan. Hal yang lain adalah
bahwa situasi pengambilan keputusan antar individu bisa berlainan, karena pilihan atau
alternatif yang dihadapi individu juga berlainan dan hal ini akan mempengaruhi proses
pengambilan keputusan. Penanganan yang tepat terhadap situasi pengambilan keputusan juga
akan menentukan keberhasilan suatu proses pengambilan keputusan. Situasi pengambilan
keputusan terjadi atau muncul dalam diri seseorang ketika ia diperhadapkan dengan
permasalahan dan beberapa alternatif atau pilihan sebagai jawaban dari permasalahannya.
Selanjutnya, dari beberapa alternatif jawaban tersebut, ia mulai mempertimbangkan, berpikir,
menaksir, memprediksi dan menentukan pilihan. Tahap menentukan pilihan terhadap alternatif
yang ada merupakan tahap penting dalam proses pengambilan keputusan.
proses pengambilan keputusan meliputi:
a. Merumuskan problem yang dihadapi
b. Menganalisa problem tersebut
c. Menetapkan sejumlah alternatif
d. Mengevaluasi alternatif
e. Memilih alternatif keputusan yang akan dilaksanakan
Aspek-aspek dalam pengambilan keputusan
Aspek internal
a. Pengetahuan
Pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang secara langsung maupun tidak langsung akan
berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Biasanya semakin luas pengetahuan seseorang
semakin mempermudah pengambilan keputusan.
b. Aspek kepribadian
Aspek kepribadian ini tidak nampak oleh mata tetapi besar peranannya bagi pengambilan
keputusan.
Aspek eksternal
a. Kultur
Kultur yang dianut oleh individu bagaikan kerangka bagi perbuatan individu. Hal ini
berpengaruh terhadap proses pengambilan keputusan.
b. Orang lain
Orang lain dalam hal ini menunjuk pada bagaimana individu melihat contoh atau cara orang
lain (terutama orang dekat ) dalam melakukan pengambilan keputusan. Sedikit banyak perilaku
orang lain dalam mengambil keputusan pada gilirannya juga berpengaruh pada perilkau
individu dalam mengambil keputusan.
Konsekuensi dalam pengambilan keputusan
Konsekuensi merupakan hasil atau dampak dari sejumlah tindakan yang diambil oleh pembuat
keputusan. Konsekuensi dari sebuah tindakan yang diharapkan akan terwujud oleh seseorang,
terutama sekali yang memberikan hasil positif terhadap pencapaian tujuan, disebut sebagai
manfaat (benefit). Manfaat merupakan konsekuensi yang akan dapat menghindari terwujudnya
resiko. Konsekuensi yang tidak masuk dalam perhitungan, karena dianggap bernilai kecil atau
tidak terlalu penting dalam analisis pencapaian tujuan, namun tetap memiliki pengaruh
terhadap pencapain tujuan kelompok atau orang lain diistilahkan sebagai spillover atau
externalities
PROSES STRATEGI
Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa Yunani "strategia" yang diartikan sebagai"the art of the
general" atau seni seorang panglima yang biasanya digunakandalam peperangan. Dalam
pengertian umum, strategi adalah cara untukmendapatkan kemenangan atau mecapai tujuan.
Strategi pada dasarnyamerupakan seni dan ilmu menggunakan dan mengembangkan kekuatan
(ideologi, politik, ekonomi,sosialbudaya dan hankam) untuk mencapai tujuan yang telahditetapkan sebelumnya.
Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan
gagasan perencanaan, dan eksekusi sebuahaktivitas dalam kurun waktutertentu.Di dalam
strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema mengidentifikasi faktor
pendukung
yang
sesuai
dengan
prinsipprinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memilikitaktik
untuk
mencapai
tujuan
secara
efektif.
Strategi
dibedakandengan taktikyang
memiliki ruang lingkupyang lebih sempit dan waktu yang
lebih singkat, walaupun pada umumnya orang sering kalimencampuradukkan kedua kata
tersebut.Pengertian khusus strategi yaitu merupakan suatu tindakan yang bersifat terusmenerus mengalami peningkatan dan dilakukan sesuai dengan
Proses strategi terbagi 4, yaitu :
1.Penyusunan Strategi vs Implementasi
2.Analisis Situasi
3.Kekuatan dan Kelemahan Internal
4.Peluang dan Ancaman Eksternal
Proses manajemen strategis ada 8 langkah :
1. Mengidentifikasi misi, sasaran & strategi
2. Menganalisis lingkungan luar
3. Mengidentifikasi peluang dan ancaman
4. Menganalisis sumber daya organisasi
5. Mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan
6. Merumuskan strategi
7. Melaksanakan strategi
8. Mengevaluasi hasi
Proses Pengambilan Keputusan dalam Organisasi
Pengambilan keputusan adalah menentukan suatu jalan keluar dengan berkomunikasi secara
bersama - sama. Keputusan terdiri dari :
• Keputusan Strategis
Yaitu keputusan yang dibuat oleh manajemen puncak dari suatu organisasi.
•
Keputusan Taktis
Keputusan yang diambil oleh manajement menengah.
•
Keputusan Operasional
Keputusan yang dibuat oleh manajemen bawah.
Pengambilan keputusan secara universal didefinisikan sebagai pemilihan diantara
berbagai alternative. Pengertian ini mencakup baik pembuatan pilihan maupun pemecahan
masalah. Langkah-langkah dalam proses pengambilan keputusan:
Proses pengambilan keputusan dalam organisasi ialah kumpulan yang terdiri dari beberapa
orang untuk mencapai tujuan bersama, didalam organisasi rentan terjadinya selisih pendapat
begitu juga keputusan dalam mengambil sikap, dapat diartikan cara organisasi dalam
pengambilan keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan ada beberapa metode yang
sering di gunakan oleh para pemimpin, yaitu :
1.
Kewenangan Tanpa Diskusi (Authority Rule Without Discussion)
Metode pengambilan keputusan ini seringkali digunakan oleh para pemimpin otokratik atau
dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam
arti ketika organisasi tidak mempunyai waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus
dilakukan. Selain itu, metode ini cukup sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan
yang dilaksanakan berkaitan dengan persoalan-persoalan rutin yang tidak mempersyaratkan
diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun demikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering digunakan, ia akan
menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya ketidak percayaan para anggota
organisasi terhadap keputusan yang ditentukan pimpinannya, karena mereka kurang bahkan
tidak dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan. Pengambilan keputusan akan memiliki
kualitas yang lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok,daripada keputusan yang diambil secara individual.
2.
Pendapat Ahli (expert opinion)
Kadang-kadang seorang anggota organisasi oleh anggota lainnya diberi predikat sebagai ahli
(expert), sehingga memungkinkannya memiliki kekuatan dan kekuasaan untuk membuat
keputusan. Metode pengambilan keputusan ini akan bekerja dengan baik, apabila seorang
anggota organisasi yang dianggap ahli tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi
kemampuannya dalam hal tertentu oleh anggota lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut bukanlah masalah yang
sederhana, karenasangat sulit menentukan indikator yang dapat mengukur orang yang
dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat bahwa orang yang ahli adalah orang yang
memiliki kualitas terbaik; untuk membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula
orang yang tidak setuju dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang
dalam kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
3.
Kewenangan Setelah Diskusi (authority rule after discussion)
Sifat otokratik dalam pengambilan keputusan ini lebih sedikit apabila dibandingkan dengan
metode yang pertama. Karena metode authority rule after discussion ini pertimbangkan
pendapat atau opini lebih dari satu anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan demikian, keputusan yang diambil melalui metode ini akan mengingkatkan kualitas
dan tanggung jawab para anggotanya disamping juga munculnya aspek kecepatan (quickness)
dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari proses diskusi yang terlalu
meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota organisasi sangat diperhatikan dalam proses
pembuatan keputusan, namun perilaku otokratik dari pimpinan, kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu pada anggota organisasi
akan bersaing untukmempengaruhi pengambil atau pembuat keputusan. Artinya bagaimana
para anggota organisasi yang mengemukakan pendapatnya dalam proses pengambilan
keputusan, berusaha mempengaruhi pimpinan kelompok bahwa pendapatnya yang perlu
diperhatikan dan dipertimbangkan.
4.
Kesepakatan (consensus)
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu organisasi
mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan ini memiliki keuntungan,
yakni partisipasi penuh dari seluruh anggota organisasi akan dapat meningkatkan kualitas
keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab para anggota dalam mendukung
keputusan tersebut. Selain itu metode konsensus sangat penting khususnya yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namun demikian, metodepengambilan keputusan yang dilakukan melalui kesepakatn ini, tidak
lepas juga dari kekurangan-kekurangan. Yang paling menonjol adalah dibutuhkannya waktu
yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok untuk digunakan
dalam keadaan mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di atas, menurut Adler dan Rodman, tidak ada yang
terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul
dibandingkan metode pengambilan keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat
digunakan dalam situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor:
•
•
•
Jumlah waktu yang ada dan dapat dimanfaatkan,
Tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh kelompok, dan
Kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pemimpin kelompok dalam mengelola kegiatan
pengambilan keputusan tersebut.
Dari metode di atas tersebut sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan, yaitu :
•
Kekuatan Mental
Kekuatan mental itu sama seperti prinsip, jadi dalam organisasi harus punya prinsip.
•
Sanksi
Sanksi sangat perlu dalam organisasi, agar tidak melakukan kesalahan yang sama baik itu
pemimpin maupun anggotanya.
•
Keahlian
Pemimpin harus punya kekuatan mental dalam organisasi, jika tidak sama saja seperti
pemimpin yang tidak mempuanyi
gelar.
•
Kharisma
Semua pemimpin harus punya kharisma agar terus menjadi panutan bagi semua orang. Maka
dari itu kharisma merupakan citra baik yang di miliki seseorang agar menjadi panutan semua
orang.
Teknik-teknik Pengambilan Keputusan
a.
Teknik Kreatif
Berusaha untuk menggali dan mendapatkan kreatifitas maksimum dari kelompok dengan
memberikan kesempatan para anggota untuk melontarkan ide-idenya.
Didasarkan pada asumsi bahwa proses kreatif dapat dijabarkan dan diajarkan, dimaksudkan
untuk meningktakan keluaran (output) kreatif individual dan kelompok
b.
Teknik Partisipatif
Individu individu atau kelompok dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan.
Pendekatan Perencanaan Strategis
Perencanaan strategis hanya akan bermanfaat apabila proses perencanaan strategis ini
mampu membentuk kemampuan berfikir dan bertindak secara strategis bagi orang-orang
penting pengambil keputusan dalam suatu organisasi. Perencanaan strategis bukanlah tujuan
dalam perencanaan strategis itu sendiri, karena perencanaan strategis hanyalah merupakan
kumpulan konsep untuk membantu para pemimpin membuat keputusan penting dan
melakukan tindakan penting bagi keberlangsungan dan kejayaan organisasi.
Delapan Langkah Perencanaan Strategis:
Langkah 1: Memprakarsai dan menyepakati suatu Proses Perencanaan Strategis
Pada langkah ini merupakan langkah menegosiasikan kesepakatan untuk
menyelenggarakan perencanaan strategis dengan orang-orang penting pembuat keputusan
(decision makers) atau pembentuk opini (opinions leaders) dan para stakeholder baik internal
maupun eksternal. Dukungan dan komitmen mereka merupakan hal yang sangat penting jika
perencanaan strategis ingin berhasil. Keterlibatan orang-orang penting di luar organisasi
adakalanya sangat krusial jika dalam implementasinya melibatkan banyak pihak di luar
organisasi.
Dalam tahap inilah dibentuk kelompok pemrakarsa, yang salah satu tugasnya
menetapkan secara tepat siapa saja yang tergolong orang-orang penting pembuat keputusan.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Tugas berikutnya adalah menetapkan orang, kelompok, unit atau organisasi manakah yang
harus dilibatkan dalam penyusunan perencanaan strategis ini.
Selanjutnya dalam kesepakatan ini harus mencakup: maksud upaya perencanaan;
langkah-langkah yang dilalui dalam proses; bentuk dan jadwal pembuatan laporan; peran,
fungsi dan keanggotaan suatu kelompok atau komite yang berwenang mengawasi upaya
tersebut; peran, fungsi dan keanggotaan tim perencana strategis; dan komitmen sumber daya
yang diperlukan bagi keberhasilan perencanaan strategis.
Langkah 2: Memperjelas Mandat Organisasi
Mandat formal dan mandat informal yang berada pada suatu organisasi merupakan
keharusan yang dihadapi. Mandat formal adalah tugas dan fungsi dari suatu organisasi yang
tercantum dalam undang-undang, peraturan-peraturan, piagam, pasal-pasal ataupun
perjanjian-perjanjian yang mengikat dalam surat keputusan. Mandat informal adalah normanorma yang menjadi pegangan beroperasinya organisasi yang tidak kalah mengikatnya.
Langkah 3: Memperjelas Misi dan Nilai-nilai
Misi organisasi, yang berkaitan erat dengan mandat yang harus dilaksanakan,
merupakan deskripsi tentang apa-apa yang harus dilakukan dalam rangka mengemban
mandat organisasi. Rumusan misi harus dapat menjawab enam pertanyaan:
Siapakah kita ini sebagai organisasi (komunitas)?
Secara umum, kebutuhan dasar sosial dan atau politik apa yang akan organisasi kita penuhi?
Secara umum, bagaimana kita bekerja untuk mengantisipasi dan merespon kebutuhankebutuhan di atas?
Bagaimana kita harus memberikan respon terhadap stakeholder kunci?
Apa filosofi dan nilai-nilai inti kita? (menentukan integritas organisasi)
Apa yang membuat organisasi kita unik/beda dengan organisasi yang lain?
Misi harus dirumuskan melalui diskusi yang panjang dengan melibatkan para stakeholder,
sehingga diperoleh rumusan yang komprehensif. Nilai-nilai dimaksud dalam hal ini adalah
norma-norma yang tumbuh dan berkembang serta dipelihara yang menjadi spirit organisasi
dalam melaksanakan fungsinya, misal kejujuran, demokratis, keterbukaan/transparansi,
tanggung jawab, dsb.
Langkah 4: Menilai Lingkungan Eksternal
Menilai lingkungan eksternal adalah tindakan mengeksplorasi lingkungan di luar
organisasi untuk mengindetifikasi peluang dan ancaman. Lingkungan eksternal merupakan
faktor-faktor yang diluar kontrol organisasi, meliputi kecenderungan politik, ekonomi, sosial
budaya dan teknologi (PEST), kelompok masyarakat yang harus dilayani, dan pesaing
(competitor). Anggota-anggota majelis sekolah yang berasal dari luar sekolah, misal asosiasi
profesi, praktisi industri pada umumnya lebih tajam dalam menilai faktor eksternal.
Langkah 5: Minilai Lingkungan Internal
Menilai lingkungan internal adalah upaya mengenali kekuatan dan kelemahan yang
ada dalam organisasi. Kita dapat mengenalinya dari sumber daya (inputs), strategi yang
dijalankan sekarang (process), dan kinerja (outputs).
Langkah 6: Mengidentifikasi Isu Strategis
Mengidentifikasi isu merupakan langkah yang sangat penting guna mengetahui
persoalan kritis yang sesungguhnya dihadapi organisasi. Dengan mempertimbangkan mandat,
misi dan nilai, kekuatan dan kelemahan internal, peluang dan ancaman eksternal akan dapat
kita identifikasi persoalan kritis organisasi. Pernyataan isu strategis harus mengandung tiga
unsur: Pertama, isu harus disajikan dengan ringkas, cukup satu paragrap dan disajikan dalam
kalimat tanya. Kedua, faktor yang menyebabkan sesuatu isu menjadi persoalan kebijakan
penting harus didaftar, yang mencakup aspek mandat, misi, nilai-nilai, kekuatan dan
kelemahan, peluang dan ancaman. Ketiga, konsekuensi kegagalan dalam menghadapi isu
harus merupakan taruhan hidup dan matinya organisasi.
Ada tiga pendekatan dasar untuk mengenali isu strategis: pendekatan langsung (direct
approach), pendekatan sasaran (goals approach) dan pendekatan visi keberhasilan (vision of
success).
Pendekatan langsung, merupakan proses mengidentifikasi isu dengan cara meruntut
dari uraian mandat, misi dan analisis SWOT, sehingga dirumuskan isu strategis organisasi.
Pendekatan ini akan sangat baik apabila tidak ada kesepakatan sasaran sebelumnya, tidak ada
visi keberhasilan dan tidak ada otoritas hirarkhi yang memaksakan sasaran. Pendekatan ini
juga amat baik untuk menghadapi lingkungan yang sangat bergolak. Pendekatan sasaran,
lebih sejalan dengan teori perencanaan konvensional, yang menetapkan bahwa organisasi
harus menetapkan sasaran dan tujuan bagi dirinya, kemudian mengembangkan strategi untuk
mencapainya. Pendekatan visi keberhasilan, dalam pendekatan ini organisasi
mengembangkan suatu gambar yang terbaik atau ideal mengenai dirinya sendiri di masa
depan sebagai organisasi yang sangat berhasil mewujudkan misinya. Sehingga isu strategis
sebagai diskripsi tentang bagaimana organisasi harus beralih dari jalannya sekarang, menuju
bagaimana organisasi akan memandang dan berjalan sesuai dengan visinya.
Langkah 7: Merumuskan Strategi untuk Mengelola Isu-isu
Strategi didiefinisikan sebagai pola tujuan, kebijakan, program, tindakan, keputusan
atau alokasi sumber daya yang menegaskan bagaimana organisasi, apa yang dikerjakan
organisasi, dan mengapa organisasi harus melakukan hal tersebut. Strategi dapat berbedabeda karena kerangka tingkat, fungsi dan waktu.
Pengembangan strategi dimulai dengan identifikasi alternatif praktis, dan impian atau
visi untuk memecahkan isu strategis. Selanjutnya, kita memerinci hambatan yang
kemungkinan dihadapi untuk mencapai alternatif, impian atau visi tersebut. Setelah
identifikasi alternatif, impian atau visi bersama-sama dengan hambatan tersusun, langkah
berikutnya kita mengembangkan usulan pokok untuk mencapai alternatif, impian atau visi
secara langsung atau tidak langsung dengan cara mengatasi hambatan. Setelah usulan utama
diajukan, kemudian kita mengidentifikasi tindakan-tindakan yang diperlukan dalam dua
hingga tiga atau empat/lima tahun mendatang. Terakhir kita menyusun program kerja yang
terperinci untuk setiap tahunnya.
Strategi yang efektif harus memenuhi beberapa kriteria: pertama, secara teknis strategi harus
dapat bekerja (dilaksanakan) untuk menghadapi isu strategis; kedua, secara politis dapat
diterima oleh para stakeholder kunci; dan ketiga, strategi harus menjadi etika, moral dan
hukum organisasi.
Langkah 8: Menciptakan Visi Organisasi yang Efektif untuk Masa Depan
Langkah terakhir dalam proses perencanaan strategis adalah mengembangkan
deskripsi mengenai bagaimana seharusnya organisasi itu sehingga berhasil
mengimplementasikan strateginya dan mencapai seluruh potensinya. Deskripsi inilah yang
disebut “Visi Keberhasilan” organisasi. Secara khusus yang termasuk dalam deskripsi ini
adalah misi organisasi, strategi dasarnya, kriteria kinerjanya, beberapa aturan keputusan
penting, dan standar etika yang diharapkan oleh seluruh pegawai.
Visi keberhasilan harus singkat – tidak lebih dari beberapa halaman – dan memberi
ilham. Orang-orang diilhami oleh visi yang jelas dan kuat yang disampaikan dengan penuh
keyakinan. Jadi, visi itu menfokus kepada masa depan yang lebih baik, mendorong harapan
dan impian, menarik nilai-nilai umum, menyatakan hasil yang positif, menekankan kekuatan
kelompok yang bersatu, mengemukakan entusiasme dan kegembiraan
Pembentukan Strategi Dalam Lingkungan Organisasi
Tugas pertama dalam manajemen strategis pada umumnya adalah kompilasi dan
penyebarluasan pernyataan misi. Aktivitas ini mendokumentasikan kerangka dasar organisasi
dan mendefinisikan lingkup aktivitas yang hendak dijalankan oleh organisasi.
Setelah itu, organisasi bersangkutan akan melakukan pemindaian lingkungan untuk
membangun keselarasan dengan pernyataan misi yang telah dibuat.
Pemantauan lingkungan harus mencakup baik internal dan komponen eksternal. Sementara
sebagian besar organisasi merasa nyaman dengan pemindaian lingkungan internal, mereka
masih memiliki lebih banyak kesulitan dengan bagian eksternal. Organisasi yang hanya
melihat ke dalam masih kehilangan setengah dari persamaan utuh untuk membuat keputusan
yang lebih efektif bagi perusahaan. Beberapa elemen yang biasa digunakan untuk memeriksa
kondisi eksternal meliputi industri sebagai suatu keseluruhan (termasuk tren yang berdampak
pada industri), dan tren sosial dalam empat bidang utama: ekonomi, teknologi, tren politikhukum, serta sosial-budaya.
Data dari pemantauan lingkungan ini kemudian digunakan untuk membuat rencana strategis
bagi organisasi - yang kemudian dilaksanakan. Sebuah pepatah lama menyatakan bahwa
"gagal dalam merencanakan sama dengan merencanakan untuk gagal”. Jika sebuah organisasi
tidak merencanakan arahnya, dia juga terbilang tidak mengambil kendali atas masa depannya.
Tahap implementasi melibatkan hampir semua anggota organisasi. Akibatnya, perusahaan
akan perlu melibatkan lebih banyak karyawan dalam tahap perencanaan. Sementara perhatian
historis lebih diberikan untuk tahap perencanaan, organisasi saat ini yang cerdik juga
menyadari sifat kritis dari aspek pelaksanaan. Rencana terbaik tak ada artinya jika
implementasinya cacat.
Komponen terakhir dari manajemen strategis adalah evaluasi dan pemantauan kemajuan
perusahaan ke arah sasaran strategisnya. Organisasi-organisasi yang meyakini bahwa proses
terbilang selesai setelah rencana diimplementasikan hanya akan menemukan diri mereka
menemui kegagalan. Penting sekali bagi organisasi untuk terus memantau kemajuannya
Strategi dalam Organisasi
menurut Robbins, (dalam Kusdi, 2009:87). “Pengertian strategi dalam konteks organisasi
adalah penetapan berbagai tujuan dan sasaran jangka panjang yang bersifat mendasar bagi
sebuah organisasi, yang dilanjutkan dengan penetapan rencana aktivitas dan pengalokasian
sumber daya yang diperlukan guna mencapai berbagai sasaran tersebut”.
Strategi disusun dan diimplementasikan untuk mencapai berbagai tujuan yang telah
ditetapkan, sekaligus mempertahankan dan memperluas aktivitas organisasi pada bidangbidang baru dalam rangka merespons lingkungan (misalnya perubahan permintaan,
perubahan sumber pasokan, fluktuasi kondisi ekonomi, perkembangan teknologi baru, dan
aktivitas-aktivitas para pesaing).
Terdapat dua pendapat yang menonjol mengenai bagaimana strategi disusun dalam
organisasi. Kelompok pertama adalah mereka yang menyakini bahwa strategi merupakan
suatu tindakan (planning mode). Hal ini berkaitan dengan model rasional yang dikembangkan
para pemikir perspektif modern. Kelompok kedua, yang disebut evolutionary mode, melihat
bahwa strategi tidak mesti berupa suatu perencanaan yang sistematis dan terperinci. Mereka
melihat bahwa dalam praktiknya tidak jarang pengelola organisasi mengambil keptusan
strategi secara bertahap atau selangkah demi selangkah, sejalan dengan perkembangan
organisasi itu sendiri, sebelum pada akhirnya menjadi suatu strategi yang utuh dan lengkap.
Model rasional penyusunan strategi adalah proses yang terdiri dari tiga tahap: (1) analisis; (2)
formulasi; (3) implementasi. Pada tahap analisis, terdapat proses analisis eksternal dan
analisis internal. Analisis eksternal merupakan tujuan terhadap tinjauan terhadap lingkungan
yang menghasilkan data mengenai berbagai ancaaman (threaths) dan
peluang (opportunities). Sedangkan analisis internal merupakan tinjauan terhadap berbagai
kekuatan (streght) dan kelemahan (weakness) dalam organisasi itu sendiri. Kombinasi dari
kedua hal inilah yang merupakan bahan bagi pengambil kebiajakan untuk menyusun strategi
organisasi. Lazimnya, proses analisis ini disebut analisis SWOT (Strenghts, Weakness,
Opportunity, Threaths).
Menurut Robbins (dalam Kusdi, 2009:90) ada empat dimensi pokok yang terkandung dalam
strategi yaitu:
1.
Inovasi
Strategi inovasi secara khusus dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang mengutamakan
inovasi sebagai sumber keunggulan bersaing. Tidak semua perusahaan atau organisasi
melakukan strategi inovasi, tetapi pada saat-saat tertentu barangkali strategi ini dirumuskan
untuk meningkatkan kinerja organisasi. Misaalnya, perombakan bersifat khusus dalam rangka
memperbaiki pelayanan.
2.
Diferensiasi Pasar
Strategi diferensiasi pasar ditunjukan untuk menciptakan loyalitas konsumen melalui suatu
produk atau jasa yang bersifat unik, dalam arti berbeda dai yang telah ada dipasar. Straategi
ini tidak mesti dengan menciptakan produk atau jasa yang berkelas tinggi atau mahal,
melaainkan sesuatu yang memiliki nilai tambah yang berbeda dari produk-produk atau jasa
yang sudah ada. Strategi ini biasanya diperkuat dengan iklan, segmentasi pasar, dan
permainan haarga (pricing).
3.
Jangkauan (Breadth)
Strategi jangkauan adalah penetapan ruang lingkup pasar yang akan dilayani oleh organisasi:
ragam atau jenis konsumen, cakupan geografisnya, dan jenis produk aatau jasa yaang akan
ditawarkan. Ada organisasi yang sengaja memilih fokus jangkauan yang terbaatas, misalnya
hanya untuk kategori konsumen, wilayah, atau produk dan jasa tertentu, ada pula yang
mengembangkan jangkauan seluas-luasnya dnegan tujuan mengusai pangsa pasar.
4.
Pengendalian biaya (cost-control)
Strategi pengendalian biaya adalah sejauh mana perusahaan mengontrol biaya atau anggaran
secara ketat. Strategi ini penting, khususnya ketika pengelola organisasi harus
mengalokasikan sumber daya yang terbatas untuk mencapai secara maksimum tujuan-tujuan
organisasi.
Strategi Sumber Daya Manusia (SDM)
Strategi sumber daya manusia dapat menjadi keunggulan bagi suatu perusahaan di
dalam mempertahankan segmen pelanggannya dan untuk merebut segmen pasar yang baru.
Strategi ini dapat dilaksanakan apabila dapat memanfaatkan batasan-batasan yang ada di
dalam pengembangan, antara lain dengan strategi produk, strategi proses, strategi perbedaan
individu, strategi layout, strategi lokasi, dan penjadwalan kerja. Semua strategi ini akan
sangat tergantung pada strategi rekrutmen dan pengembangan sumber daya manusia.
Sumber daya manusia biasanya mencakup keseluruhan bidang manajemen personalia,
dan juga merupakan salah satu input yang terpenting dalam kegiatan operasional dalam suatu
organisasi, demikian pula pada organisasi bisnis baik yang bergerak di sektor yang
menghasilkan barang maupun jasa. Terlebih pada sektor jasa, dimana kepuasan konsumen
ditentukan oleh pelayanan yang diberikan perusahaan melalui tenaga kerja yang menjadi
operatornya. Oleh karena itu keberhasilan operasional akan ditentukan dengan pengelolaan
sumber daya manusia yang efektif dan efisien.
Tujuan Strategi Sumber Daya Manusia
Tujuan dari strategi sumber daya manusia ini antara lain untuk menopang
keberhasilan suatu organisasi atau perusahaan, baik yang bergerak di bidang produksi barang
maupun jasa, organisasi bisnis ataupun organisasi non bisnis.
Suatu organisasi baik bisnis maupun non bisnis tidak akan dapat beroperasi tanpa adanya
faktor sumber daya manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi yang berkaitan dengan
sumber daya manusia, sehingga dapat menentukan bakat dan keahlian yang disesuaikan
dengan kebutuhan operasional yang tersedia dalam organisasi. Dibutuhkan cara dalam
pengelolaan dan perancangan tenaga kerja yang tepat guna, sehingga orang-orang tersebut
(tenaga kerja) bias efektif dan efisien.
Agar Tenaga kerja/sumber daya manusia tersebut menjadi efektif dan efisien, maka yang
pertama tenaga kerja itu harus :
Dimanfaatkan secara efisien dalam lingkup operasional yang ada.
Memiliki mutu kehidupan kerja yang baik dalam suasana yang saling terkait dan saling
percaya.
Ada berbagai batasan yang harus dipertimbangkan dalam membuat keputusan mengenai
sumber daya manusia, diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Untuk menjawab pertanyaan apa? maka berkaitan dengan keputusan strategi produk
yaitu keahlian dan bakat yang dibutuhkan, bahan yang dibutuhkan dan masalah
keamanan kerja.
2. Untuk mejawab pertanyaan kapan? maka berkaitan dengan keputusan strategi
penjadwalan.
3. Untuk menjawab pertanyaan dimana? maka berkaitan dengan keputusan strategi
lokasi yaitu mempertimbangkan berbagai varibel yang dipertimbangkan dalam
memilih lokasi seperti kondisi iklim maupun suhu udara, pencahayaan maupun
kualitas udara.
4. Untuk menjawab pertanyaan mengenai prosedur? Maka berkaitan dengan keputusan
strategi proses yaitu mempertimbangkan teknologi, mesin maupun keamanan.
5. Untuk menjawab pertanyaan mengenai siapa? Maka berkaitan dengan masalah
perbedaan individu dari kemampuan fisik maupun mental serta intelektual.
6. Untuk menjawab pertanyaan mengenai bagaimana? Maka berkaitan dengan keputusan
strategi layout (tata letak) sesuai dengan pilihan organisasi perusahaan.
Dengan mempertimbangkan batasan-batasan tersebut diatas, maka akan dapat dibuat tiga
keputusan dalam strategi sumber daya manusia, yaitu : Perencanaan Tenaga Kerja, Desain
Pekerjaan,Standar Tenaga Kerja
1. PERENCANAAN TENAGA KERJA
1. Peranan Tenaga Kerja
Peranan tenaga kerja sangat menentukan di dalam menjalankan proses konversi, sehingga
diperlukan perencanaan sumber daya manusia yang baik dan akurat. Perencanaan sumber
daya manusia dibuat untuk dapat mengatasi masalah-masalah yang menyangkut antara lain
kebijakan-kebijakan kestabilan tenaga kerja.
2. Kestabilan tenaga kerja
Kestabilan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah karyawan yang dipertahankan oleh
sebuah institusi atau organisasi perusahaan.Kebijakan Untuk Menjaga Stabilitas Karyawan
atau Stabilitas kerja karyawan sangat perlu dijaga, karena akan menentukan kelangsungan
operasional organisasi/perusahaan. Apabila tingkat berhenti dan masuknya karyawan tinggi,
kemungkinan kontinuitas proses konversi dapat terganggu, disertai makin tinggi biaya untuk
rekrutmen dan pelatihan bagi karyawan-karyawan baru. Mengantisipasi stabilitas karyawan,
sangat perlu diketahui kebutuhan tenaga dan memperhitungkan;
3. Pembayaran tenaga kerja
4. Penjadwalan Kerja (Work Schedulling)
Di Indonesia dan USA jam kerja lima hari kerja terdiri dari delapan jam per hari. Sama
dengan USA (five 8- hours days), artinya stndar waktu kerja delapan jam per hari, termasuk
satu jam untuk beristirahat merupakan waktu jam kerja minimal yang berlaku secara umum
di Indonesia atau USA. Secara manajemen sumber daya manusia, penjadwalan kerja terdapat
beberapa pendekatan berikut ini.



5.
Flextime (waktu bebas) merupakan sistem kerja dengan penentuan batas waktu bagi
karyawan untuk menyelesaikan tugasnya. Pendapat lain mengatakan flexitime yaitu
sisitem yang membolehkan karyawan dengan batasan tertentu dapat menentukan
jadwal mereka masing-masing kapan mulai kapan selesai dan terbukti kepuasan kerja
meningkat.
Flexible workweek (bekerja fleksibel dalam seminggu), yaitu sebuah jadwal kerja
yang berbeda dari jadwal normal misalnya 10 jam kerja per hari selama 4 hari kerja
per minggu, atau penerapan shift kerja. Artinya, penjadwalan kerja yang diberlakukan
fleksibel, apakah pada hari tertentu karyawan dapat bekerja di bawah standar waktu
delapan jam kerja per hari, tetapi harus dikompensasi dengan hari-hari lain untuk
memenuhi kumulatif hari kerja karyawan di dalam seminggu
Part-time status (Bekerja sesuai kesepakatan), maksudnya adalah memperpendek jam
kerja dengan mengubah status karyawan menjadi part time status. jika karyawan di
dalam seminggu hanya dapat bekerja di bawah jam kerja normal, misalnya hanya
dapat bekerja 30 atau 32 jam perminggu, dapat dikatakan bahwa karyawan tersebut
bekerja paroh waktu (part-time).
Peraturan Kerja dan Klasifikasi Kerja
Membuat klasifikasi tugas yang fleksibel dengan prinsip bagaimana dapat
mempersembahkan produk kepada pelanggan secara cepat dan memuaskan, agar menjadi
keunggulan dalam melakukan persaingan terhadap kompetitor.
Banyak organisasi yang mengklasifikasikan kerja dan membuat peraturan kerja yang tegas
sehingga akan membatasi karyawan dalam bekerja dan mengurangi fleksibilitas fungsi
operasi. Sebagian tugas manajer operasi adalah memperhatikan hal-hal demikian sehingga
dapat mengelolanya dengan baik, kartena semakin besar fleksibilitas perusahaan dalam
mempekerjakan serta menentukan jadwal kerja maka perusahaan semakin efisien dan cepat
tanggap.
2. DESAIN PEKERJAAN atau DESAIN PENUGASAN
Desain pekerjaan atau desain penugasan merupakan sebuah pendekatan yang
menentukan tugas-tugas yang terkandung dalam suatu pekerjaan bagi seorang atau
sekelompok karyawan. Desain pekerjaan atau desain penugasan dapat diartikan juga sebagai
suatu pendekatan tugas secara spesifik, yang ditetapkan menjadi suatu uraian tugas
(deskripsi) di antara pekerja dengan kelompok atau organisasi.
a.
Spesialiasi Tenaga Kerja
Spesialisasi tenaga kerja merupakan pembagian tugas secara khusus atau special, yang dapat
dilakukan dengan mengembangkan keterampilan karyawan, mengurangi kerugian waktu
sebagai akibat keengganan karyawan untuk melakukan peralihan tugas, serta pelatihan untuk
menggunakan peralatan secara special atau khusus.
b.
Pengembangan Tugas/Pekerjaan
Pengembangan tugas karyawan dilakukan untuk dapat mengantisipasi perubahan permintaan
atas produk atau jasa dari pelanggan. Perubahan permintaan konsumen dapat menjadi
perubahan secara total sebagai sistem konversi, sehingga akan mengubah dan
mengembangkan tugas karyawan yang ada di dalam sistem konversi, antara lain dengan cara
memperluas tugas karyawan (job enlargement), melakukan mutasi tugas karyawan (job
rotation), memperkaya tugas karyawan (job enrichment), disertai dengan pemberdayaan
karyawan (employee empowerment).
3. Standar Tenaga Kerja (Labor Standards)
Standar tenaga kerja digunakan untuk tujuan:
1. Mengevaluasi pelaksanaan tugas dalam pekerjaan karyawan, serta pemanfaatan
fasilitas operasional.
2. Untuk membuat forcasting, perencanaan, dan pengawasan.
Kedua tujuan standar tenaga kerja tersebut merupakan dasar untuk membuat keputusan
operasional.
Strategi fungsional
Strategi fungsional adalah strategi yang lebih bersifat teknis yang merupakan rumusan arahan
dan pedoman dan operasional. Startegi tersebut terdiri dari 6 jenis, yaitu:
Strategi produksi, strategi ini untuk menetapkan apa yang menjadi produk unggulan, produk
kompetitif, produk baru, sesuai dengan kompetensi pokok yang dimiliki.
Strategi pemasaran, strategi ini untuk menetapkan pasar mana yang akan digarap, kondisi
pasar yang bagaimana yang akan diinginkan, dan lain sebagainya.
Strategi promosi, strategi ini merupakan kelanjutan dari pemasaran dan produksi, dimana
promosi apa yang dihendak diluncurkan, media apa yang akan digunakan untuk promosi dan
sebagainya.
Strategi keuangan, dimana berkaitan dengan pendanaan serta ketersediaan dana baik untuk
produksi, pemasaran dan bagian fungsional lainnya. Dari mana dana tersebut didapat dan
bagaimana penggunaannya.
Strategi sumber daya manusia (SDM), merupakan strategi yang penting dan harus mencakup
seluruh fungsi manajemen. Pemilihan SDM yang tepat dan berkompeten pada bidang yang
tepat sangat lah diperlukan.
Startegi fungsional lainnya, ini berkaitan dengan pihak luar seperti suplier, konsultan, agen
dan lain sebagainya dengan memperhatikan transparansi, kejujuran, dan keterbukaan.
Sejarah Perkembangan Manajemen Sumber Daya Manusia
Sejarah Manajemen sumber daya manusia merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
perkembangan manajemen pada umumnya.
Sebelum permulaan abad kedua puluh manusia dipandang sebagai barang, benda mati yang
dapat diperlakukan sekehendak hati oleh majikan. Manusia tidak dihargai karena dianggap
sebagai salah satu faktor produksi yang disamakan dengan mesin, uang, metode dan
sebagainya. Majikan lebih mementingkan atau memberikan perhatian pada sumber daya alam
dari pada sumber daya manusia. Hal ini dikarenakan pada masa tersebut manusia masih
banyak yang belum mempunyai pengetahuan dan keterampilan yang mamadai, sehingga
perhargaan pada manusia masih rendah dipicu pula jumlah tenaga kerja yang berlebihan,
padahal lapangan kerja sangat sedikit.
Dalam perkembangan selanjutnya perhatian terhadap faktor manusia sebagai sumber daya
manusia jauh lebih besar. Hal ini disebabkan oleh perkembangan pengetahuan manajemen,
organisasi serikat kerja yang lebih aktif dan adanya kekurangan tenaga kerja.
Adanya faktor di atas, pada sekitar tahun 1950-an para ahli mengkaji kembali pentingnya
peranan sumber daya manusia dalam kegiatan organisasi.
Di Indonesia masalah sumber daya manusia baru mulai diperhatikan lebih serius pada tahun
1970-an. Hal ini dibuktikan dengan munculnya Undang-undang tentang tenaga kerja, peraturan
upah minum dan kesejahteraan pegawai
Dalam arah pembangunan jangka panjang kedua disebutkan bahwa melalui upaya
pembangunan, potensi sumber daya nasional diarahkan menjadi kekuatan ekonomi, sosial
budaya, politik dan pertahanan keamanan yang nyata, didukung oleh sumber daya manusia
yang berkualitas yang memiliki kemampuan memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai
ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemampuan menejemen. Sumber daya manusia yang ada
pada pemuda sebagai penggerak pembangunan nasional dipadukan aspirasi, peranan dan
kepentingannya ke dalam gerak pembangunan bangsa melalui peran serta aktif dalam seluruh
kegiatan pembangunan.
Titik berat pembangunan jangka panjang kedua diletakan pada bidang ekonomi yang
merupakan penggerak utama pembangunan, seiring dengan kualitas sumber daya manusia dan
didorong secara saling memerlukan, saling terkait dan terpadu dengan pembangunan bidangbidang lainnya yang dilaksanakan seirama, selaras, dan serasi dengan keberhasilan
pembangunan bidang ekonomi dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan
nasional.
Sampai saat ini peningkatan kualitas sumberr daya masih terus dilakukan, karena meskipun
suatu negara tidak mempunyai keunggulan komparatif yang baik, namun mempunyai
keunggulan kompetitif, maka negara tersebut bisa lebih bersaing dengan negara lain, contohnya
Jepang. Sumber daya alam yang dipunyai sangatlah minim, akan tetapi sumber daya manusia
yang dimilki sangatlah berkualitas, hal ini dapat menempatkan Jepang sebagai negara maju di
dunia. Untuk itulah negara Indonesia yang sudah mempunyai keunggulan komparatif, harus
selalu digalakan tentang peningkatan kualitas sumber daya manusianya agar tidak ketinggalan
negara-negara lain.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manajemen strategi adalah keputusan dan tindakan yang dapat digunakan untuk
menformulasikan serta mengimplementasikan strategi yang memiliki daya saing yang tinggi
yang sesuai dengan perusahaan maupun lingkungan untuk mencapai target atau sasaran dari
organisasi.
Saran
Penulis berharap makalah ini dapat menambah wawasan bagi para pembaca khususnya para
pembaca agar tergugah untuk terus dapat meingkatkan kualitas sumber daya manusia dalam
usahanya, dan dapat menambah pengetahuan bagi rekan rekan mahasiswa. Demi
penyempurnaan makalah, penulis berharap kritik dan saran yang kontrusktif.
DAFTAR PUSTAKA
Andrifaro. 2009. Diunduh dari: http://andriafro.blogspot.com/2009/09/penerapan-manajemensumber-daya-manusia.html pada tanggal 17 April 2012
Burhan. 2011. Diunduh dari: http://blog.elearning.unesa.ac.id/tag/makalah-penilaianpelaksanaan-kerja-dalam-manajemen-sumber-daya-manusia pada tanggal 17 April 2012
Faisal. 2009. Diunduh dari: http: //makalahkumakalahmu.wordpress.com/sumber-dayamanusia-yang-efektif/ pada tanggal 17 April 2012
Farida. 2010. Diunduh dari: http: //faridanoviana.blog.perbanas.ac.id pada tanggal 18 April
2012
Gaby.
2011.
http://gabyclarasintapw.blogspot.com/2011/12/manajemen-sumber-dayamanusia.html pada tanggal 18 April 201
Download