Gambaran histopatologi jaringan ateroma aorta

advertisement
fl
GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN ATEROMA AORTA POTONG BEKU
DARI KELINCT NEW ZEALAND WHITE (Oyctolaguscuniculus)HIPERLIPEMIK
DENGAN DAN TANPA ANTIBIPERLIFIDEMIA
DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
NSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
ABSTRAK
ZULFIK.ML Gambaran histopatologi jaringan ateroma aorta potong beku dari kelinci New
Zealand white (Otyctolagus nmiculus) hiperlipemik dengan clan tanpa pemberian
antihiperlipidemia D i b i i i g oleh DEWI R A W AGUNGPRIYONO.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran histopatologi perubahan jaringan
buiuh darah pada kelinci hiperlipemik dengan dan tanpa pemberian obat antihiperlipidemia
menggunakan tehnik potong beku (Ctyo-section).Penelitian dilakukan menggunakan 12 ekor
keliici jantan jenis New Zealand white (Otyctolagus cuniculus) jrang dibagi dalam 3
keIompok perlakuan, yaitu kelompok perlakuan hiperlipemik (H), kelompok perlakuan
hiperlipemik dengan pemberian anti-hiperlipidemia (HA) serta kelompok kontrol (KN).
Kondisi hiperlipemik diperoleh dennan
- -uemberian kolesterol murni sebesar 0.2dekorhari
selama 3 bkan,-obat anti-hiperlipidemia yang digunakan adalah golongan statin dengan dosis
1,25g/ekor&& pada hulm ke 2 hingga a i r penelitiar?: Pengamatan jaingan aorta potong
be& yang diwamai dengan Sudan Black menunjukkan bahwa kelinii jenis New %aland
white (Oryctolagus cuniculus) peka terhadap proses aterogenesis. Proses aterogenesis yang
terjadi adalah penumpukan lipid dipermukaan endotel, inisiasi lipid pada tunika intima
hingga tunika media d m pembentukan plak ateroma. Kelompok perlakuan KN, H dan HA
menunjukkan proses aterogenesis. Pemberian obat anti hiperlipidemia dapat menurunkan
kadar kolesterol total darah dan merusak struktur plak yang terbentuk. Tehnik potong beku
dengan pewamaan Sudan Black dapat menunjukkan distribusi lipid pada dinding aorta dan
kerapuhan plak ateroma denganjelas.
Kata kunci
:Ateroma, Hiperlipidemik, Keliici (Oryctolaguscuniculus),Kolesterol
ABSTRACT
ZULFIKAR Histopathology of Atheromatous Aorta Frozen Section from Hyperlipemic
Rabbit New Zealand white (Oryctolagus cuniculus) With and Without Anti-hyperlipidemia
Drug Treatment. Under guidance DEWI RATIH AGUNGPRIYONO.
The aim of the research is to investigate the histopathology of atheroma lesion within
aorta wall from hyperlipemic rabbit (Oryctolagus cuniculus) with and without antihyperlipidemia drug treatment using Cryo-section method. The research use 12 New Zealand
white rabbit (Oryctolagus cuniculuc;) devided into 3 groups, hyperlipemic rabbit group (H),
hyperlipemic rabbit group with anti-hyperlipidemia drug treatment (HA) and control group
(KN). The hyperlipemic condition of the animal was obtained by giving the rabbit 02g/day
pure cholesterol for 3 months, and anti-hyperlipidemia drug of choice is statin dose 1.25glday
for 2 month treatment. The examination of aorta wall revealed that the New Zealand white
rabbit is responsive for the atherogenesis process, The atherogenesis observed inclllde lipid
accumulation on the endothelial surface, lipid initiation in the intimal up to the medial layer
of aorta wall and atheroma plaque formation. All the rabbits showed the athrogenesis
process. The anti-hyperlipidemia drug could decrease the blood total cholesterol level and
damaged the plaque structure. The cryo-section technique with Sudan Black staining could
show lipid distribution on arterial wall and fragile atheroma lesion obviously.
Keywords
: Atheroma, Cholesterol, Hiperlipemic, Rabbit (Oryctolaguscuniculus)
GAMBARAN HISTOPATOLOGI JARINGAN ATEROMA AORTA POTONG BEKU
DARI KELINCI NEW ZEALAND WHITE (Oiyctolagm ccu~tic~dus)
HtPERLIPEMIK
DENGAN DAN TANPA ANTXHIPERLIPJDEMIA
Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kedokteran Hewan
Fakultas Kedokteran Hewan
DEPARTEMEN KLINIK REPRODUKSI DAN PATOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009
Judul
: Ganibaran histopatologi jariGgaa ateroma aorta potong
bsku dari keliici
new zealand white (Oryetolagus Cuniculus) hiperlemik dengan dan tanpa
antihiperlipidemia
: zulfikar
drh. Dewi Ratih Ag5mriyono Ph.D.
Dosen Pembimbing
Dietahui:
Tanggal Lulus :...
0 6 FEB 2009
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi ALLAH, zat yang Maha Melihat dan Maha Mengetahui segala amal
perbuatan hamba-hambaNYA. Dialah yang menjad'ian siang dan malam silih berganti
sebagai perenungan bagi orang-orang yang mau berfikir. Dialah yang menjadi ilham dalilro
setiap kata, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Gambaran
histopatologi jarhgan ateroma aorta potong beku dari hiperlemik kelinci new zealand
white (oryctolagus cuniculus) dengan dan tanpa antihiperlipidemia. Shalawat serta
salam semoga tetap tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga d m sahabatnya. Tulisan i
ni
merupakan hasil penelitian yang telah dilakuakan penulis di laboratorium Patologi,
Departemen K l i Reproduksi dan Patologi, Fakultas Kedokteran Hewan-Institut Pertanian
Bogor.
Ddam menyelesaikar studi dan penulisan, penulis banyak mendapatkan dukungan
dan bantuan dari banyak pihak. Oleh karenanya, penulis sampaikan terima kasih kepada :
1. Keluargaku tercinta: Bapak (Alm), Mamah, A'Ari, A' Puad, Mas Wibi dan Teh Yayu
serta keponakanku Zahra dan Nindy, I love you all.
2. Special untuk kakek ku tercinta, H. Thoin hanya ALLAH yang dapat membalas segala
kebaikanmu, serta do'a kejayaan untuk seluruh Bani Thoin dan Bani Dudung.
3. Drh. Dewi Ratih Agungpriyono Ph.D atas filosofi hidup, bimbingan, arahan dan saran
kepada penulis selama masa studi, penelitian clan penyusunan skripsi ini. Teriring do'a
untuk seluruh keluarga Dr. Srihadi A, jazakumullahu ahsanuljaza.
4. Ir. Nurjanah M.Si atas dukungan moriil maupun materiil selama penelitian clan Lilian
Devanita S . M selaku teman penelitian penulis.
5. Teman-teman Asternidea 41, F5 (AIi, Fajrin, Dwisand, Agus P), BaIio 27 (Adriyan, bang
Agung, all penghuni lama dan penghuni baru) terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
6. Pak Kasnadi, Pak Sholeh, Pak Endang dan seluruh dosen dan pegawai Departemen
Patologi, atas bantuan, saran dan support kepada penulis.
Serta semua pihak y'ang yang telah membantu penulis sejak kuliah sampai kelulusan
tiba. Semoga tulisan ini bermanfaat d m menjadi teman kebaikan bagi penulis di akhirat kelak.
Bogor, Januari 2009
Penulis
i
Penulis dilahirkan di Bekasi, Jaxa Barat, pada tanggal 04 Maret 1987. Penu!is
merupakan anak ke empat dari l i i a bersaudara, Buah hati dari Ayahanda Muhammad Hasan
dan Ibunda Nurlaela.
Penulis menamatkan p e n d i d i i SD hingga SMU di Bekasi, Jawa Barat. Pendidikan
formal penu!is diawali di SDN Karang Asih dan lulus pada tahun 1998. Sekolah Lanjutan
Pertama tamatkan di MTsN Cikarang pada tahun 2001. Sekolah Menengah Umum
ditamatkan di SMLJN 1 Cikarang Utara pada Tahun 2004. Pada Tahun yang sama (2004)
penulis diterima sebagai mahasiswa Fakultzs Kedokteran Hewan di lnstitzlt Pertanian Bogor
melalui jalur USMI.
Selama mengikuti pendidikan di IPB, penulis Artif di berbagai kegiatan intra kampus
dan ekstra kampus. Tahun 2004-2005 Penulis aktif di Dewan Perwakilan Mahasiswa (DPM)
FKH IPB sebagai ketua Komisi 1 dan Staf Majelis Permusyawaratan Mahasiswa
KM IPB. Tahun 2005-2006 penulis terpilii sebagai Ketua DPM KM FKH IPB dan Staf
Badan Pengawas JMAKAHI. Pada Tahun 2006-2007 penulis aktif sebagai staf Departemen
Kebijakan Nasional BEM KM IPB, staf divisi Hubungan Luar (PR) Himpunan Profesi
Ruminansia, staf DKM An Nahl, dan Badan Pengawas IMAKAHI (2005-2007). Pada tahun
2007 sebagai staff komisi 1 L)PM KM FKH IPB. Selain itu penulis menjadi asisten Mata
Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) dan asisten praktikum Patologi Sistemik 11 pada
tahun 2008. Penulis aktif sebagai pendamping POSDAYA (Pos Pemberdayaan Keluarga)
Benteng Harapan, Pengajar pada bibingan belajar Prima Eksakta, Mentor PA1 SMP
Pembangunan 1 dm pernah bekej a pada Pt. Surveyor Indonesia (Juli-September 2008).
Penulis me~pakanpenenma beasiswa Genesis dan Beasiswa plus-plus.
DAFTAR IS1
Halaman
...........................,............................................................. i
..
RIWAYAT HIDUP .......................................................................................... I1
DAFTAR IS1 .................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
..
DAFTAR LAMPIRAN .............................. ......................................................... V I I
KATA PENGANTAR
-.
PENDAEfuLUAN
.............................................................................................
Tujuan ...........................................................................................................
Hipotesis .......................................................................................................
Latar Betakang
..
Manfaat Penel~tlan........................................................................................
1
2
2
2
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan Histologi Pembuluh darah ............................ ......................... 3
......................................................... ................................................
Lipid .............................................................................................................
Hiperlipidemia ..............................................................................................
Aterosklerosis ................................................................................................
..
Obat Antihiperl~p~demia
................................................................................
Sediaan Potong Beku .................................... --.- ...........................................
Kelinci
4
5
12
14
16
18
METODOLOGI PENELITIAN
Waktu dan Tempat .......................................................................................
Bahan dan Alat
.............................................................................................
..
Desain Penellban ..........................................................................................
21
21
21
iii
Evaluasi Histopatologi ..................................................................................
23
Pengamatan Histopatologi ......................................................................... 24
Analisis Data .................................................................................................
24
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Gejala Klinis ..............................................................................
Kadar Lipid dalam Darah Hewan dan Indeks Aterogenik
............................
25
26
Ketebalan Plak Ateroma dan Gambaran Histopatologis Ateroma ................ 30
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan ................................................................................................... 35
Saran .............................................................................................................
35
DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 36
LAMPIRAN ........................................................................................................... 40
Halaman
1
Pola konsumsi pakan dan berat badan kelinci selama percobaan .................... 25
2
Kadar kolesterol total. LDL. HDL. dan trigliserida.........................................
27
3
Tebal plak aterorna dan intensitas lipid............................................................
30
4
Kandungan zat makanan pada pellet Rb12 ......................................................
32
DAFTAR GAMBAR
.
Halaman
.
1
Penampang janngan arteri..............................................................................
3
2
Kelinci New Zealand white ............................................................................
4
3
Metabalisrne lipoprotein ................................................................................
6
4
Metabolisme VLDL dan LDL ........................................................................
11
5
Skema tahapan proses aterosklerosis .............................................................
15
6
Cryostat ..........................................................................................................
19
7
Bagan perlakuan yang diberikan saat penelitian ............................................ 22
8
Pertambahan berat badan kellncl ..................................................................
26
9
Kadar kolesterol total darah ....................................................................
29
. .
10 Indeks aterogenik darah kelinci .....................................................................
30
11 Gambaran histopatologi jaringan potong beku aorta perlakuan hiperlipemik 31
12 Gambaran histopatologi jaringan potong beku aorta perlakuan kontrol
negatif .............................................................................................................
13 Gambaran
histopatologi jaringan
potong
beku
aorta
31
perlakuan
hiperlipernik dengan obat antihiperlipidemia................................................. 34
14 Gambaran
histopatologi jaringan
potong
beku
aorta
perlakuan
hiperlipemik dengan obat antihiperlipidemia.................................................
34
Halaman
. .
1
Analisa indeks aterogenik ..............................................................................
41
2
Analisa kolesterol total ...................................................................................
43
3
Analisa trigliserida .........................................................................................
46
4
Analisa HDL ..................................................................................................
48
5
Analisa LDL ...................................................................................................
50
6
Analisa rataan berat badan ............................................................................. 53
7
Analisa konsumsi pakan................................................................................. 54
8
Analisa konversi pakan ..................................................................................
56
9
Analisa tebal plak ateroma ...........................................................................
57
10 Prosedur pembuatan sediaan potong beku .....................................................
58
Latar Belakang
Perkembangan teknologi dunia semakin pesat berkembang seiring bergantinya zaman.
Pola hidup masyarakat modem yang mengejar percepatan tak dapat dipungkiri telah merubah
pola hidup masyarakatnya. Pola hidup yang serba cepat ini jugalah yang menyebabkan pola
konsurnsi makanan masyarakat berubah. Masyarakat dunia kini lebih menyukai segala ha1
yang berbau instan dan cepat , termasuk makanan. Padahal, pola makanan yang serba instan
ini sebagian besar rentan akan tingginya kadar zat-zat yang sebenarnya diperlukan sedikit
oleh tubuh menjadi berlebihan. Salah satu zat yang akrab ditelinga kita adalah kolesterol dan
lemak. Kadar kolesterol yang tinggi pada makanan siap saji dan impor saat ini telah sangat
mengkhawatirkan, ha1 ini terbukti dengan tingginya angka penyakit akibat hiperkolesterol
didunia.
Tak jauh berbeda dengan dunia intemasional yang menempatkan penyakit
kardiovaskular sebagai penyakit berbahaya, dalam sebuah survey penyakit yang ditayangkan
di salah satu layar televisi baru-baru ini (maret ZOOS), Indonesia yang masih terhitung sebagai
negara berkembangpun temyata memiliki catatan bur& terhadap penyakit kardiovaskular.
Penyakit kardiovaskular menenlpati m t a n pertama dalam penyakit yang paling banyak
merenggut nyawa penduduk Indonesia. Penyakit kegagalan jantung/jantung koroner
mempakan penyakit paling berbahaya di Indonesia dengan memegang catatan kematian lebih
dari 300.000 orang pertahun. Sedangkan penyakit kedua paling berbahaya adalah penyakit
penyumbatan pembuluh darah aorta yang sering disebut sebagai aterosklerosis. Ironisnya
negara yang masih berkembang ini, yang masih belum secara sempurna mengadopsi ilmu
pengetahuan dan teknologi dunia, mendapatkan catatan penyakit yang telah merepotkan
negara-negara maju.
Aterosklerosis adalah salah satu penyakit degeneratif yang paling banyak menyita
perhatian masyarakat perkotaan. Aterosklerosis adalah penyakit akibat tingginya kadar
kolesterol dalam darah yang menimbulkan penirnbunan lemak pada dinding (tunika intima
dan tunika media) pembuluh darah berupa plak (Guyton dan Hall 1997). Plak-plak inilah
yang menyebabkan aliran darah tersumbat p& berbagai pembuluh darah di seluruh tubuh.
Dengan terhambatnya pembuluh darah, maka sistem sirkulasi akan terganggu dan me.-ambat
pada terganggunya fimgsi kej a jantung dan kej a fisiolagis tubuh.
Menurut Hemlan (1991) faktor penyebab penyakit kardiovaskular dibagi menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama adalah faktor resiko primer seperti hipertensi, merokok, kadar
kolesterol tinggi, dan tingginya LDL (Low Density Lipoprotein). Faktor kelompok kedua
meliputi obesitas, stress, kurangnpa kegiatan fisik, genetik, jenis kelamin, trigliserida darah
yang meninggi dan meningkatnya umur.
Pencegahan penyakit kardiovaskular yang dipublikasikan oleh lembaga kesehatan
adalah dengan diet rendah kolesterol; diet makanan berserat tinggi dan olahraga teratur. Pola
hidup teratur tersebut sangat sulit dilakukan sehingga masyarakat modem lebih banyak
memilih cara pengobatan. Pengobatan penyakit kardiovaskular saat ini masih terus
dikembangkan dan masih populer pada obat-obatan dari golongan stntin. Penelitian medis
tentang aterogenesis juga sangat banyak digalakkan, namun sampai saat ini belum adanya
penelitian aterogenesis dengan evaluasi lipid.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini betujuan untuk mempelajari perubahan jaringan aorta potong beku pada
kelinci New Zealand white (Oryctolagus cuniculus) hiperlipemik dengan dan tanpa
pemberian antihiperlipidemia.
Hipotesis
Pemberian obat antihiperlipidemia mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah
kelinci hiperlipemik dan pewamaan sudan black pada sediaan potong beku mampu
memberikan gambaran yang jelas terhadap distribusi lipid pada plak ateroma.
Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan menambah khazanah ilmu pengetahuan dalam bidang
kedokteran, khususnya penyakit kardiovaskular. Data yang dihasilkan dapat memberi
informasi mengenai efek obat antihiperlipidemia terhadap plak yang terbentuk berdasarkan
intensitas lipid dalam plak dan tunika media dan dapat memperkenalkan tehnik sediaan
potong beku dalam analisa lipid dalam jaringan.
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi dan HistoIogi Buluh Darah
Sistem a l i i darah terdii atas jantung, arteri, kapiler, sinusoid dan vena.
Arteri meNpt3kaII bulnh darah yang mengalirkan darah dari jantung menuju
jaringan. Aorta meNptIkaIB arteri tipe penyalur yang memilii dindig tebal dan
bersifat etastis @elman dan Venable 1989).
Aorta berjalan meliitasi rongga toraks dan abdomen, dan segmen-segmen
aorta diberi nama sesuai dengan l o k a s i i Beberapa nama aorta diantaranya
adalah aorta thorasika, aorta abdominalis dan aorta terminalis (Price dan Wilson
2005).
Gambar 1 Penampang jaringan arteri (A. Tunika intima, B. Tunika Media dan C.
Tunika Adventisia) (Sumber:http://imapes.rroogle.co.id 2008)
Dinding arteri terdii dari tiga lapisan: intima, media dan adventisia
(gambar 1). Intima adalah bagian terdalam dinding arteri yang mengalami kontak
langsung dengan suplai darah. Intima terdiri atas selapis sel endotel. Fungsi utama
endotel adalah sebagai sekat antara aliran darah dan diiding pembuluh darah
bagian dalam. Selain itu endotel juga berfungsi mencegah terbentuknya sumbatan
pada pembuluh darah, menghambat terbentuknya bekuan darah, serta
mensekresiian zat vasoaktif. Zat-zat yang diekskresi oleh endotel diantaranya
adalah endotelin (vasakonstriktor paling kuat), tromboksan A2, Prostaglandin Hz,
angiotensin dan Plutelet Derived Growth Factor (PDGF) (Price dan Wilson
2005).
Lapisan Media terletak pada bagian tengah dinding arteri dan terdiri atas
jalinan lapisan sel otot polos. Setiap otot polos dikeliligi oleh membran basalis
yang tidak kontinu. Pada sel otot polos ini ditemukan sel-sel reseptor untuk
lipoprotein berdensitas rendah (LDL), insulin, stimulator pertumbuhan dan
inhibitor pertumbuhan (Price dan Wilson 2005).
Lapisan adventitia terletak di bagian terluar dindiig arteri yang
memberikan kekuatan utama pada pembuluh darah (Price dan Wilson 2005).
Batas terdalam lapisan adventisia adalah lapisan media dan batas luarnya adalah
depo lemak (Davies 1986). Lapisan adventisia terdiri atas jaringan fibril kolagen,
serabut elastis, fibroblas, beberapa sel otot polos, serabut syaraf dan pembuluh
darah (Price dan Wilson 2005).
Garnbar
ribadi).
Asal mula keberadaan kelici New zealand adalah kelinci Eropa yang
didistribusikan ke berbagai belahan dunia melalui pelayaran kapal jarak dekat
oleh para nahkoda dari eropa untuk memenuhi ketersediaan jumlah daging.
Kelinci eropa (Olyctolagus cuniculus) yang terdishibusikan bersama dengan
pelayaran kapal laut Eropa menuju New Zealand dan Australia ini selanjutnya
lebii diienal sebagai kelinci New Zealand. Kelinci New Zealand terdiri dari
kelinci New Zealand white, New Zealand black dan New Zealand red. Keliici
New Zealand white memiliki berat 10 Lb untuk jantan dan 11 Lb untuk betina
saat dewasa. Adapun secara genotipe New zealand white memiliki genotipe cc
(Fox 1974).
Berdasarkan taksonomi, kelinci m e m i l i taksonomi sebagai berikut:
Kingdom
:Animalia
Filum
: Chordata
Kelas
:Mamalia
Sub kelas
: Theria
Infrakelas
:Eufheria
Famili
: Leporidae
Sub-famili
:Leporinae
Genus
: Oryetolagus
Spesies
: Oryctolagus cuniculus
Nama umum : Kelinci New Zealand White (Fox 1974)
Keliici mempakan hewan model aterosklerosis yang digunakan pertama
kali clan telah digunakan dalam eksperimen pada beberapa kajian selama 65 tahun
terakhit (Clarkson et al. 1974). Penyelidikan awal pada penelitian induksi
aterosklerosis keliici dilakukan oleh Ignatowski. Ignatowski menemukan bahwa
lesio lipid lamina intima arteri yang terjadi akibat diet susu, dagicg d m telur pada
kelici m e m i l i kesamaan dengan pembentukan lapisan lemak pada manusia
(Clarkson et al. 1974). Secara alamiah lesio arteri dapat terjadi pada kelinci.
Peneliti yang menggunakan kelinci harus menyadari lesio ini, karena lesio arteri
ini sangat bervariasi antar spesies kelici. Dengan berpedoman pada penelitian
Zeek (1933) tentang seleksi jenis kelinci untuk menghadirkan ataupun
meniadakan lesio arteri, para peneliti kini cenderung menjadikan kelinci New
Zealand white atau Dutch belted sebagai sumberdaya yang paling tepat dalam
penelitian aterosklerosis.
Penelitian aterosklerosis pada kelinci juga ham
memperhatikan fenomena lesi spontan clan respon hewan sehingga dapat
dilakukan manipulasi eksperimen dengan tepat (Clarkson et al. 1974).
C. Lipid
Lipid adalah biomolekul yang bersifit solid dan mudah larut dalam pelarut
nonpolar. Lipid memiliki rumus kimia C,,H2wl -COOH. Lipid terdiri dari kelas
steroid, asam lemak, triasilgliserol clan lipid polar (Marinetti 1990). Lipid
diperoleh melalui jalur eksogen dan endogen. Lipid endogen merupakan lipid
yang berasal dari sintesis kolesterol oleh hati, sedangkan lipid eksogen adalah
lipid yang berasal dari luar tubuh melalui asupan makanan. Metabolisme lipid
digambarkan melalui Gambar 3 berikut.
."
Ejndi~genms
bO~tt.nw8
Gut
Liver
LWbdxitJnlian
Alhemscbtic
Perilpheri4 &I
Gambar 3 Metabolisme lipoprotein. (Sumber: http//www.google.wm 2008)
Melalui jalw eksogen, makanan yang mengandung lipid masuk kedalam
saluran pencemaan yang selanjutnya dicema usus. Pada proses pencemaan di
usus, asam lemak ataupun kolesterol dikemas dalam bentuk kilomikron.
Kilomion akan membawa asam lemak ataupun kolesterol ke dalam dm darah
dan diuraikan menjadi asam lemak bebas clan sisa kilomikron. Asam lemak bebas
akan menembus jaringan lemak ataupun sel otot untuk diubah menjadi cadangan
energi, sedangkan sisa kilomikron akan dirnetabolisme oleh hati untuk
menghasilkan kolesterol bebas (Poedjiadi 1994). Jalur eksogen me~pEtkanjahr
yang didominasi dengan metabolisme lipoprotein dan dijelaskan kemudian pada
sub bab metabolisme lipoprotein.
C.1. Kolesterol
Kolesterol me~pCikaLI kelompok steroid, suatu zat yang termasuk
golongan lipid. Metabolisme kolesterol erat hubungannya dengan metabolisme
lipid (Girindra 1988). Kolesterol mempunyai rumus molekul Cz7a50Hdan dapat
dinyatakan sebagai 3 hidroksi -5,6 kolesten karena mempunyai satu gugus
hidroksil pada atom C3 dan ikatan rangkap pada C5 dan C6, serta percabangan
pada Clo, C13, dan C17(Mayes 1996). Kolesterol mempunyai rantai hidrokarbon
dengan delapan atom karbon yang diberi nomor 20 s a p & 27 sebagai lanjutan
nomor pada inti steroid (Ismadi 1993).
Kolesterol terdapat di dalam semua sel hewan dan tersebar luas di seluruh
jaringan tubuh. Pada mamalia, jaringan-jaringan yang diketahui m m p u
mensintesis kolesterol antara lain hati, korteks adrenal, Mit, usus, testis,
lambung, otot, jaringan adiposa, dan otak. Sekitar 17 % berat kering otak terdiri
dari kolesterol (Tillman et al. 1991). Di dalam tubuh tidak dapat dibedakan
kolesterol yang b e d dari sintesis di dalam tubuh clan kolesterol yang berasal
dari makanan.kolestero1(Muchtadi et al. 1993).
Fungsi kolesterol di dalam tubuh adalah sebagai prekursor pembentuk
asam empedu yang dibutuhkan untuk mengemulsikan lemak pada usus halus.
Kolesterol juga diperlukan pada sintesis hormonal dan m e ~ p a k a nunsur penting
pada dinding sel. Selain itu didalam tubuh, kolesterol me~pakansubstansi semua
senyawa steroid, seperti kortikosteroid dan vitamin D (Mayes 1996). Peranan lain
kolesterol yaitu membantu sel syaraf dalam menjalankan fungsinya, dimana tanpa
kolesterol k w r d i i i gerak tubuh dan kemampuan berbicara akan terganggu
(Herman 1991).
C.1.1. Biosintesis Kolesterol
Semua jaringan yang mengandung sel-sel berinti dapat mensintesis
kolesterol. Retikulm endoplasma dan sitosol sel berperan pada sintesis
kolesterol. M
i dari separuh kolesterol tubuh b e d dari sintesis yang
berjumlah sekitar 700 mghari d m sisanya b e d dari makanan sehari-hari. Hati
menghasilkan lebih kurang 10% dari seluruh sintesis dan 10% lagi diperoleh dari
usus (Mayes 1996).
Kolesterol terdapat dalam jaringan dan lipoprotein plasma, bisa sebagai
kolesterol bebas atau sebagai estemya Via berikatan dengan asam lemak rantai
panjang. Senyawa tersebut disintesis dari asetil-KoA dan akhirnya dikeluarkan
dari tubuh sebagai konjugat garam-garam empedu atau kolesterol (Mayes 1996).
Terdapat lima tahap biosintesis kolesterol, yaitu (1) sintesis mevalonat, suatu
senyawa enam karbon dari asetil-KoA, terbentuk akibat reaksi kondensasi dan
reduksi yang berlangsung di dalam mitokondria, (2) unit isoprenoid dibentuk dari
mevalonat melalui pelepasan C02 pada reaksi fosforilasi oleh ATP, (3) enam unit
isoprenoid mengadakan kondensasi untuk membentuk senyawa antara skualen,
(4) skualen mengadakan siklisasi untuk menghasilkan senyawa steroid induk yaitu
lanosterol yang berlangsung di dalam Retikulum Endoplasma, dan (5) kolesterol
dibentuk di dalam membran reticulum endoplasma dari lanosterol setelah
melewati beberapa tahap, termasuk pelepasan tiga gugus metal (Mayes 1996).
Banyak faktor yang mempengamhi keseimbangan kolesterol di dalam
jaringan yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan dan penurunan
kolesterol. Peningkatan kolesterol tcrjadi karena (1) ambilan lipoprotein yang
mengandung kolesterol oleh reseptor LDL, (2) ambilan lipoprotein yang
mengandung kolesterol oleh jalur yang tidak diperantarai reseptor, (3) ambiian
kolesterol bebas dari lipoprotein yang kaya kolesterol oleh sel membran, (4)
sintesis kolesterol, dan (5) hidrolisis ester kolesterol oleh enzim kolesterol ester
hidrolase. Sedangkan penurunan kolesterol terjadi karena (1) keluarnya kolesterol
dari membran sel ke lipoprotein yang mengandung sediit kolesterol khususnya
HDL3 atau HDL m e n yang duancang oleh enzim LCAT (lecithin cholesterol
acyltranferase), (2) esterifikasi kolesterol oleh enzim ACAT (acyl CoA :
cholesterol acyltranferase) dan (3) penggunaan kolesterol untuk sintesis senyawasenyawa steroid lainnya seperti hormon atau asam empedu di hati (Mayes 1996).
C.2. Metabolisme Lipoprotein
Lipoprotein adalah partikel berbentuk sferis (padat dan kecil) yang terdiri
dari ratwan molekul lipid dan protein. Lipid utama di dalm lipoprotein adalah
kolesterol, triasilgliserol, dan fosfolipid. Triasilgliserol dan bentuk esterifikasi
kolesterol adalah lemak non polar yang tidak larut air (hidrofobii) yang
membentuk inti lipoprotein. Fosfolipid clan sejumlah kecil kolesterol bebas yang
larut dalam lipid dan air, menutupi permukaan partikel dan bertindak sebagai
pembatas antara komponen inti dan plasma Apolipoprotein menempati
permukaan lipoprotein dan berfmgsi sebagai pemisah antara lipid dengan
lingkungan berair, serta mempunyai peran sangat penting dalam pengaturan
transport lipid dan metabolisme protein ( G i b e r g dan Goldberg 1998).
Metabolisme lipoprotein dapat terlihat pada Gambar 3.
Berdasarkan berat jenisnya lipoprotein diielompokkan menjadi empat
kelas utama berturut-huut dari terendah hingga tertinggi, yaitu kilomikron, VLDL
(vey low density lipoprotein), LDL (low density lipoprotein), dan HDL (high
density lipoprotein) (Gum 1992).
C.2.1. Kilomikron
Kilomikron adalah lipoprotein yang banyak mengandung triasilgliserol,
disintesis di dalam mukosa usus halus dari lemak eksogen dan bernkuran paling
besar dengan divneter lebii dari 100 nm (Marinetti 1990). Kilomilcron yang baru
terbentuk atau disebut kilomikron nasen sebagian besar terdiri dari triasilgliserol.
Bersama dengan ester kolesterol, triasilgliserol terdapat di dalam inti lipoprotein
ini. Penelitian baru menunjukkan bahwa protein tertentu yaitu microsomal
Piglyceride fransfer protein (MI1P) bertanggung jawab atas pengangkutan dan
masuknya triasilgliserol ke dalam inti kilomikron (Grundy 1996).
Kilomikron nasen akan disekresikan ke dalam kelenjar limfe intestinum
dan kemudian dibawa ke dalam sirkulasi melalui d u b torasikus (Dominiczak
1994). Di dalam pembuluh darah perifer, kilomilcron akan bereaksi dengan enzim
lipoprotein lipase (LPL) yang terdapat pada permukaan endotel kapiler jaringan
ekstra hepatic. Enzim ini akan menghidrolisis triasilgliserol dalam inti kilomikron
dan melepaskan asam lemak bebas serta gliserol. Hampir semua asam lemak yang
dilepas di kapiler jaringan adiposa diambii oleh sel adiposit untuk resintesis
menjadi ti,asilgliserol dan disimpan. Asam lemak yang dilepas di kapiler otot
akan diambii dan digunakan sebagai energi (Grundy 1996).
Partikel kilomikron yang tersisa (kilomikron remnan) mengandung lebii
sedikit triasilgliserol dan banyak mengandung kolesterol dan ester kolesterol, akan
diambil oleh hati melalui reseptor khusus apo E serk reseptor LDL (Mayes 1996).
Lemak dari kitomikron remnan di dalam sel hati mengalami hidrolisis menjadi
asam lemak bebas, monoasilgliserol, gliserol, dan kolesterol. Komponen tersebut
akan diresintesis menjadi triasilgliserol dan turut membentuk VLDL atau HDL.
Kolesterol dan ester kolesterol dari kilomikron remnan akan mengalami (1)
perubahan menjadi asam empedy (2) disekresikan ke dalam empedu sebagai
sterol netrai, atau (3) bergabung ke dalam VLDL atau HDL dan dilepaskan ke
dalam plasma (Groff ef a1 1995).
C.2.2. High Density Lipoprotein @DL)
HDL adalah partikel lipoprotein yang padat dan kecil, disintesis di hati
maupun usus. Bila diisolasi dengan menggunakan ultrasentifbgal, HDL terpecah
menjadi dua kelas utama yaitu HDL2 dan HDL3 (Kane dan Malloy 1997). HDL2
berukuran lebih besar dan kaya lipid bila dibandiigkan dengan HDL3 yang lebih
kecil dan padat.
HDL3 terdii dari lapisan ganda fosfolipid, mengandung apolipcprotein
dan kolesterol bebas, dan disebut sebagai HDL nasen (Mayes 1996 ; G i b e r g
dan Goldberg 1998). Kolesterol bebas yang berasal dari membran sel ditransfer ke
HDL3, dan diubah menjadi ester kolesterol oleh enzim LCAT. Ester kolesterol ini
akan bergerak masuk ke dalam inti HDL3 ( G i b e r g dan Goldberg 1998). Reaksi
terus berlangsung, inti nonpolar mendesak lapisan ganda sehingga terpisah sampai
bentuknya berubah menjadi sferis. Pembentukan ester kolesterol tersebut akan
meningkatkan kapasitas HDL3 untuk menerima lebii banyak kolesterol bebas
sehingga terbentuk HDL;! yang berukuran lebii besar dan kaya lipid @layes
1996). Fungsi HDL sebagai pembawa kolesterol dari jaringan perifer ke hati
disebut sebagai transport kolesterol terbalik. Hal tersebut diduga merupakan
mekanisme utarna dari HDL guna meliidungi terhadap tejadiiya aterosklerosis.
HDL dapat menghilangkan kolesterol dari sel busa pada luka aterosklerosis atau
melindungi LDL dari modifikasi oksidzsi. Rendahnya kadar HDL di dalam
plasma akan meningkatkan reeiko penyakit jantung koroner ( G i b e r g dan
Goldberg 1998).
C.2.3. Very Low Density Lipoprotein (VLDL)
VLDL addah lipoprotein endogen yang disintesis di dalam hati, berhgsi
membawa triasilgliserol, fosfolipid, dan kolesterol dari hati ke jaringan lain dalam
tubuh. VLDL lebii kecil dibandingkan kilomikron, dan mempunyai diameter
antara 30-90 nm serta densitas kurang dari 1.006 glml (Marinetti, 1990).
VLDL di dalam plasma akan berinteraksi dengan lipoprotein lipase (LPL),
yaitu suatu enzim pada endotelium dinding kapiler yang terikat dengan rantai
proteoglikan pada heparan sulfat sehingga terjadi hidrolisis sebagian triasilgliserol
dan kembaliiya apolipoprotein C ke HDL. Hidrolisis triasilgliserol akan
membentuk asam lemak bebas dan gliserol (Gambar 4 bagian 3). Asam lemak
bebas yang dilepas akan kembali ke sirkulasi, sebagian akan terikat dengan
albumin dan &transfer ke dalam jaringan (Mayes 1996).
Gambar 4 Metabolisme VLDL dan LDL (Sumber http//www.google.com)
Partikel VLDL yang tersisa setelah hidrolisis (remnan) mengandung
sebagian kecil triasilgliserol, ester kolesterol, fosfolipid, apolipoprotein B-100 dan
E. VLDL remnant (IDL) akan mengalami dua kemungkinan yaitu : (1) diambil
oleh hati melalui reseptor LDL atau (2) diubah menjadi LDL dengan melibatkan
lipase hepatik yang akan menghidrolisis triasilgliserol dan fosfolipid serta
melepaskau semua apolipoprotein E (Grundy 1996).
C.2.4. Low Density Lipoproteirr (LDL)
LDL sebagian besar terbentuk dari sisa hidrolisis VLDL remnan, namun
terdapat bukti bahwa sebagian diproduksi langsung oleh hati (Mayes, 1996). LDL
mempakan pembawa kolesterol terbanyak yaitu kurang lebii 60 % dari kolesterol
total plasma, sedangkan triasilgliserol m e ~ p a k a nkomponen paling sediit dalam
LDL. Fungsi utama dari LDL adalah membawa sterol ke dalam jaringan perifer,
digunakan untuk konstruksi membran atau untuk pembentukan hormon steroid
(Groff ct al. 1995).
Metabolisme LDL diawali dengan terikatnya partikel LDL pada reseptor
spesifik apo B-100E, yang terletak pada perrnukaan sel. Reseptor LDL bereaksi
dengan ikatan pada LDL yaitu apo B-100 dan LDL diambil dalam keadaan utuh
melalui endositosis. Setelah melepaskan LDL, reseptor kembali ke permukaan sel
(Gambar 4 bagian 5). LDL yang terpisah masuk ke dalam lisosom, dimana
komponen lipoprotein dan ester kolesterol mengalami hidrolisis menjadi asam
amino dan kolesterol bebas (Kane dan Malloy 1997).
Kolesterol bebas yang diiasilkan mempunyai fungsi regulator (lipid)
sebagai berikut : (1) menurunkan jumlah m-RNA sehingga menekan reseptor
LDL dan mencegah masuknya LDL ke dalarn sel, (2) mengatur aktivitas kedua
enzim mikrosomal yaitu HMG-KoA reduktase dan ACAT. Aktivitas enzim
HMG-KoA reduktase dihambat sehingga laju sintesis kolesterol ditekan,
sebaliiya aktivitas ACAT diiaikkan untuk memacu pembentukan ester
kolesterol yang bisa disimpan di dalam sitoplasma sel (Groff ct al. 1995).
D. Hiperlipidemia
Hiperlipidemia addah
suatu k e z k patologis akibat kelainan
metabolisme lemak darah yang ditaadai dengan meningginya kadar kolesterol
darah (hiperkolesterolemia), trigliserida (hipertrigliseridemia) atau k o m b ' i i
keduanya (Kamaludin
1995). Menurut Marinetti (1990),
faktor yang
mempengaruhi kejadian hiperlipidemia adalah nutrisi, faktor g e n e t s kelainan
metabolisme, urnur, jenis kelamin, aktivitas fisik, dan ketidak seimbangan
hormonal.
Berdasarkan mekanisme terjadinya, kejadian hiperlipidemia dapat terjadi
dengan 3 mekanisme, yaitu kelainan pada enzirn lipoprotein lipase dan ApoC-11,
kelainan dalarn eliminasi LDL, dan kelainan ApoE dan pembuangan sisa
(Marinetti 1990). Menurut Price dan Wilson (2005), berdasarkan penyebabnya
hiperlipidemia dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu hiperlipidemia primer dan
sekunder. Hiperlipidemia primer terjadi akibat kelainan gecetik yang mengkode
enzim, apoprotein, atau reseptor yang terlibat ddam metabolisme lipid.
Hiperlipidemia sekunder terjadi akibat gangguan sistemik. Penyebab utama
hiperlipidemia sekunder adalah obesitas, asupan alkohol berlebihan, diabetes
melitus, hipotiroidisme dan sindrom nefrofik.
Berdasarkan tipenya, Fredrickson (1978) mengelompokkan hiperlipidemia
menjadi tipe I - V yaitu,
1. Jenis I (Sindrom Buerger-Gruetz atau hiperkilomikroilemia keturunan).
Keadaan ini ditandai dengan kadar kilomikron yang tinggi walau diet
lemak normal. Hal ini disebabkan kurangnya en&
lipoprotein lipase
ataupun apoprotein C-II.
2. Jenis IIA (Folygenic hiperkolesterolemia atau hiperkolesterolemia
ketunman). Kondisi ini dicirikan dengan kenaikan kadar LDL, kenaikan
kadar kolesterol dan normalnya level trigliserida dan VLDL. Hal ini
disebabkan karena terhalangnya penurunan/eliminasi LDL akibat
kerusakan reseptor pada kromosom 19.
3. Jenis IlB (Hiperlipidemia kombinasi). Kondisi yang terjadi sama dengan
jenis IIA akan tetapi pada jenis ini VLDL mengalami peningkatan juga.
Hal ini disebabkan karena kelebihan pembentukan VLDL oleh hati.
4. Jenis III (Disbetalipoprotein). Kondisi penyakit ini ditandai dengan
meningkatnya kepekatan IDL.
Keadaan ini
ciisebabkan karena
pembentukan IDL yang berlebihan karena k&usakanapoprotein E.
5. Jenis TV (Hipertrigliseridemia atau endogenous hiperlipemia). Kenaikan
kadar VLDL yang meningkat baik saat level LDL normal ataupun
menurun, level kolesterol normal dan peningkatan trigliserida merupakan
karakteristik jenis ini. Kondisi demikian tejadi disebabkan karena
kelebihan d a d atau penurunan penguraian VLDL.
6. Jenis V (Keturunan kombinasi hipertrigliseridemia). Kondisi jenis ini
menyebabkan peningkatan kadar kolesterol, trigliserida, VLDL dan
kilomikron walaupun kadar LDL normal ataupun menurur. Jenis V
hiperlipidemia ini terjadi karena peningkatan pembentukan atau penurunan
eliminasi VLDL dan kilomikron.
E. Aterosklerosis
Aterosklerosis, berasal dari bahasa yunani "athero" (yang berarti lekat
atau jenuh) dan "sclerosis" (yang berarti pengeman) khususnya menyangkut
pembahan pada lamina intima arteri. Aterosklerosis adalah suatu penyakit dari
arteri-arteri yang berukuran besar dan sedang dirnana lesi lemak yang disebutplak
ateromatosa timbul pada permukaan dalam dinding arteri ( Guyton & Hall 1996).
Secara morfologi, aterosklerosis terdii atas lesi-lesi fokal pada arteri-arteri otot
dan jaringan elastis berukuran sedang dan besar seperti aorta, a. poplitea,
afemoralis, a karotis dan a renalis (Price dan Wilson 2005).
Menurut Price dan Wilson (2005), faktor resiko aterosklerosis dibagi
menjadi 3, yaitu faktor yang tak dapat diubah, faktor yang dapat diubah dan faktor
resiko negatif. Faktor resiko yang tak dapat diubah adalah usia dan riwayat
penyakit arteri koroner keluarga Adapun faktor resiko yang dapat diubah adalah
hiperlipidemia, rendahnya kadar HDL-C (High Density Lipoprotein-Cholesterol/
kolesterol lipoprotein serum densitas tinggi), hipertensi, merokok sigaret, diabetes
melitus, obesitas, ketidakaktifan fisik dan hiperhomosistein. Sedangkan faktor
resiko negatihya adalah tingginya kadar HDL-C.
Lesio ateroma ataupun aterosklerosis berkembang pada tunika intima dan
tunika media Lipid densitas rendah (LDL) mengoksidasi, membah fungsi barier
endotel, dan merusak membmn basal arteri. Secara normal, tubuh akan
memperbaiki kerusakan, tetapi proses perbaikan menjadi predisposisi pembentuk
plak fibrosa (Kitaev et al. 2004).
Patogenesa kejadian aterosklerosis secara sistematis dapat diuraikan pada
gambar 5 sebagai berikut:
Gambar 5 Skema tahapan proses aterosklerosis ( A. Kerusakan dinding endotel,
B. Permulaan akumulasi LDL, C. Pembentukan plak ateroma dan D.
Infiltrasi jaringan ikat dalam plak)(Surnber : htto://cardio.bayer.com
2008)
Ke.rusakan mekanis ataupun kimia menyebabkan kerusakan dindiig
endotel sel. Perubahan laju normal darah dan adanya tempat melekat dan
akumulasi trombosit, memicu terbentuknya trombus pada dinding pembuluh
(Gambar 58).Perubahan sel endotel menyebabkan sel darah putih (makrofag)
masuk dan migrasi ke lapisan ini, dimana sel darah putih menjadi makrofag aktif.
Lalu makrofag membuat jalan ke lapisan endotel lebih dalam dan memulai
merubah dan mengumpullran LDL kolesterol teroksidasi (Gambar 5B). LDL
kolesterol teroksidasi ini terkumpul membentuk sel busa dalarn makrofag. Lesi
diawal ini disebut endapan lemak (plak), dengan kumpulan sel busa Sel busa
menyebabkan pergantim sel endotel dengan sel otot yang berasal dari lapis
medium dinding arteri. Sel ini berubah menjadi sel yang menyusun jaringan ikat
penunjang dan mampu menyerap lipid lain di peredaran darah. Pada lesio ini,
akan dimulai siklus peradangan proliferatif, yang memicu pembentukan trombus
pada dindiig arteri (Gambar 5C). Di akhir waktu, akumulasi lapisan lipid
menstimulasi masuknya lipid di sirkulasi secara kontiny deposit kolesterol,
ekspansi sel otot polos dan pembentukan jaringan &at. Seluruh faktor tersebut
menuntun untuk terjadinya plak fibrosa, yang melekat pada sisi arteri dan
bertambah ukuran, sehingga ukuran lumen arteri menyempit (Gambar 5D). Plak
fibrosa tersusun atas bentukan jaringan ikat padat dengan sel otot polos yang
menempel dan biasanya ditutup dengan lapisan lipid dan runtuban sel nekrosa
Seiring wakty plak akan berkalsifikasi yang menyebabkan penutupan sebagian
saluran darah (Staros 2006).
Aterosklerosis menyebabkan iskemia karena obstruksi aliran darab,
disfungsi kontraksi vaskular (Dupasquier 2006), idark miokard atau stroke,
embolisasi dan aneurisme (akibat kerusakan bagian medial dinding arteri)
(Marinetti 1990).
F. Oba: Anti Hiperlipidemia
Pada umumnya hiperkolesterolemia atau hipertrigliseridemia ringan masih
dapat dikendalikan dengan hanya melakukan diet rendah lemak jenuh dan kalori.
Namun pada kasus berat dan atau bersifat herediter yang sexing menyerag pada
usia muda maka diet saja ti&
mampu menanggulanginya. Sehingga
digunakanlah obat-obat antihiperlipidemia yang mampu mengendalii kadar
plasma kolesterol, trigliserida atau keduanya dengan baik (Kamaludin 1997).
Terdapat beberapa kelompok obat yang dapat membantu mengurangi
gejala serta resiko penyakit yang lebii parah, diantamnya adalah golongan statin,
Niacin, Fibrate dan Cholestyramine (Oqbru 2008). Sedangkan berdasarkan jenis
lipid yang diturunkan kadar plasmanya, obat antihiperlipidemia dapat
digolongkan menjadi obat antihiperkolesterolemia (Kolestiramin, Niacin, Fibraf
lovastatin, dekstrotiroksin) dan antihipertrigliseridemia (Niacin, Fibrat, Fish Oil,
dan kombiiinya) (Kamaiiidin 1995).
Statin adalah golongan obat yang berfungsi menurunkan tingkat kolesterol
dalam darah dengan cara mengurangi produksi kolesterol oleh organ hati.
Statin memblokade enzym HMG CoA (hidroxy-methilglutaryl-coenzymeA
reductuse) dalam hati yang bertugas membuat kolesterol (Oqbru 2008).
Dengan terblokadenya enzim HMG CoA maka suMasi LDL (pembawa
kolesterol) akan men-
(Hitner clan Nagle 1999).
Statin digunakan untuk pengobatan hiperkolesterolemia, k o m p l i i i
aterosklerosis pembuluh darah, serangan jantung, stroke, intermittent
k l a u d i i i (kepincangan yang berselang) dan sangat baik dalam menurunkan
LDL @hnaludii 1997; Oqbru 2008). Selain itu, Statin juga memperlihatkan
efek sebagai anti oksidan (Staros 2006).
Contoh obat komersial golongan statin diantaranya adalah Simvastatin,
Lovastatin, Pravastatin, Fluvastatin, Atorvastatin (Lipitor), dan Rosuvastatin.
Statin memiliki efek samping ringan seperti sakit kepala, mud, muntah,
konstipasi, diare dan linglung. Sedmgkan efek samping yang serius adalah
kerusakan hati, dan rhabdomyolysis (kerusakan parah pada sel otot) (Oqbru
2008). S e l m efek samping statin juga memiliki konfraindikasi terhadap
wanita hamil (Hitner dan Nagler 1999).
2. Niacin
Niacin atau asam nikotinat berfimgsi menurunkan kolesterol dan
trigliserida, dengan p e n m a n yang sangat nyata untuk trigliserida. Selain itu
niasin juga menyebabkan kenaikan level HDL. Niasin bekerja menekan
sintesa trigliserida sehingga sekresi VLDL turun. Secara tidak langsung LDL
akan turun dan HDL akan meningkat dan kolesterol men-
&amdudin
1997).
Efek samping obat ini adalah rasa gatal, hiperemia pada Mit, ulser usus,
pemt kembung, gangguan fungsi hati, menurunkan toleransi terhadap
glukosa, glukosuria, hiperurisemia clan ikterus. Pada efek yang parah, dapat
mem'cmgkitkan serangan disritmia jantung dengan fibrilasi atrial (Kamaludin
1997). Kontraindikasi obat ini terjadi pada penderita penyakit hati, u l b
peptikum dan diabetes mellitus. Obat ini mudah diserap di semua bagian
saluran cema dan diekskresi melalui urin (Kamaludin 1997).
3. Fibrate
Fibrate bekeja merangsang enzim Lipoprotein lipase sehingga
menurunkan serum trigliserida menghambat sintesa kolesterol dalam hati dan
meningkatkan HDL sehingga menurunkan kadar kolesterol dan menarik
cadangan kolesterol dalam jaringan. Contoh obat golongan fibrate adalah
klofibrat dan gemfibrozil (Kamaludii 1997).
Efek samping obat ini adalah nyeri lambung, mual, muntab, diare clan
bertambahnya berat badan. Selain itu, fibrat juga dapat meningkatkan
aktivitas koumarin saat dipakai bersarnaan dengan koumarin (Kamaludin
1997)
4. Cholestyramine
Kolestiramin mengikat asam empedu di dalam usus halus, mengkonversi
kolesterol menjadi asam empedu, dan menurunkan kadar LDL. Karena fimgsi
kejanya, obat ini dapat mengganggu penyerapan digitoksin, fenobarbitai,
klorotiazid, warfarin, asam flufenamat, asam mefenamat dan tetrasikli
(Kamaludim 1997).
Efek samping kolestiramin adalah .konstipasi, Flaws (kecacatan),
hipokloremik metabolii asidosis, peningkatan ringan alkali fosfatase dan
transaminase, pembentukan batu empedu, sfeafosis, dan hilangnya
penyerapan vitamin A dan D pada dosis tinggi (Kamaludin 1997).
G. Sediaan Potong Beku
Sediaan potong beku mempakan prosedur yang diynakan untuk
meneguhkan dengan cepat diagnosa histopatologis dari proses patologis
(Alonsozana 1992). Bagian terpenting dalan sediaan potong beku adalah cryosfat,
yaitu alat bempa microtome khusus yang dilengkapi denganfieezer. Microtome
yang digunakan sangatlab akurat dan mampu memotong dengan ketebalan 1
mikron (Gal d m Cagle 2005). Ke~itunganpenggunaan prosedur potong beku
adalah kemudahan diagnosa dan kontras patologis yang jelas, sehingga proses
patologis dapat terlihat (Gal clan Cagle 2005; Alonsozana 1992).
Gambar 6 Cryotome. (Sumber: koleksi pribadi)
Prosedur potong beku telah dikenal sejak 1905 oleh Dr. William Mayo.
Temuan ini pertama kali dilaporkan oleh Dr. Thomas Cullen di Baltimore. Setelah
cara fiksasi dengan formalii ditemukan, Wilson baru benar-benar sepenuhnya
menemukan prosedur yang tepat (Gal dan Cagle 2005). Prosedur kerja pembuatan
sediaan potong beku dapat dilihat pada lampiran 10.
Penggunaan sediaan potong beku sangat tepat dalam evaluasi lipid pada
ateroma. Karena pada pembuatan sediaan potong beku ateroma, dehidrasi dengan
menggunakan sukrosa. Dengan menggunakan dehidrasi sukrosa, lipid tak akan
larut bersama dengan allcohol, sehingga lipid akan terWlat jelas pada gambaran
histopatologis.
Metodologi Penelitian
WaMu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan pada Januari 2007 sampai dengan Februari
2008. Penelitian ini dilakukan di Bagian Patologi, Departemen K l i , Reproduksi
dan Patologi, Fakultas Kedoktemn Hewan, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat
Bahan Penelitian utama yang digunakan adalah kolesterol, untuk membuat
hewan percobaan mengalami kondisi hiperlipidemia. Hewan percobaan yang
dipergunakan adalah 12 ekor kelinci New Zealand white atau European rabbit
(Oryctolagus cuniculus) jantan dengan bobot badan 12,s Kg dan berumur'mtarata 6 bulan. Bahan lain yang digunakan pada penelitian ini adalah ekstrak pellet
kelinci komersial jenis Rb12 (pakan) kelinci, air minum, obat anti koksidia
(Sulfamixe), anthelmentik (AlbendazoleQ), preparat sulfat (Zalf PagodaQ),
ivermectin
sebagai
antiektoparasit dan
preparat
antihiperkolesterolemia
(Simvastatin*). Adapun bahan pembuatan preparat potong beku adalah formalin
lo%, aquades, sukrosa, N2 cair, albumin, Tissue ~ e k '- OCT compound (optimum
cutting tissue ), Propylen Glycol, Sudan Black, Nuclear Fast Redkernechtrot,
silo1 dun Glycerin Jelly.
Alat yang digunakan a n t m lain adalah 12 buah kandang pemeliiharaan
berbahan besi, tempat pakan dan rninum berbahan semen, timbangan elektrik,
spoit 3m1, sendok, gelas, kertas label, alat-alat nekropsi dan alat-alat untuk
membuat sediaan preparat potong beku (Tissue cassette, Refrigerator, Cryosfat,
gelas objek dan gelas penutup) mikroskop cahaya dan Digital Camera
Microscope.
Desain Penelitian
Sebelum perlakuan utama, kelinci terlebii dahulu diadaptasikan dengan
kondisi laboratorium. Pada masa adaptasi ini dilakukan pemberian antikoksidia
(Sulfamix@) dengan dosis 3mlIlL atau 6,25d untuk masing-masing hewan.
Pemberian antikoksi ini diseliigi dengan pemberian anthelmentik dengan pola
2:3:2 (2 hari antikoksidia, 3 hari anthelrnentik dan dilanjutkan dengan 2hari
antikoksidia). Adapun pemberian anthelmentik (Albendazole@), masing-masing
kelinci diberikan 1 mllekor. Diet makan dan minum yang diberikan berupa lOOgr
pakan dan air ad libitum. Selanjutnya, 12 ekor kelinci dibagi menjadi 3 kelompok
perlakuan yang terdii dari kontrol negatif (KN), kelompok hiperlipidemik tanpa
obat antihiperlipidemia (H) dan perlakuan kelompok hiperlipidemik dengan obat
antihiperlipidemia (HA). Kelompok kontrol negatif adalah kelompok kelinci
tanpa perlakuan apapun kecuali pakan dan minum. Kelompok hiperlipidemik
tanpa obat antihiperlipidemia diberikan pakan dan minum seperti kelompok
kontrol negatif namun diikuti dengan pemberian kolesterol per oral. Perlakuan
kelompok hiperlipidemik dengan obat antihiperlipidemia adalah kelompok
perlakuan yang mendapatkan perlakuan kolesterol dan Smvastatin. Dosis
Simvastatin diperoleh dengan mengkonversikan dosis melalui berat badan.
Sedangkan dosis
kolesterol
diberikan
berdasarkan
penelitian-penelitian
sebelumnya. Garis besar alur penelitian digambarkan pada Gambar 7.
Pengambilansampel darah
1 1
Minggu ke- 1 2
Masa Adaptasi
Pernberianobat antihiperlipidemia
Pemberian kolesterol
Pakan dan Minurn ad libitum
Gambar 7 Bagan perlakuan yang diberikan saat penelitian
Pemberian kolesterol dilakukan peroral sebanyak 0,2 gr/ekor/hari
(berdasarkan penelitian Kolodgie et al. 1996). Sedangkan statin diberikan peroral
sebanyak 1,25mg/ekor/hari. Perlakuan yang diberikan dilakukan dengan
menggunakan alat bantu bexupa s p i t 3ml. Pengamatan gejala klinis dilakukan
dengan kontrol jumlah pakan dan pertambahan berat badan. Kontrol terhadap
jumlah pakan dilakukan setiap hari, sedangkan penghitungan berat badan
dilakukan setiap minggu. Pemeriksaan kadar HDL, LDL, Trigliserida dan
kolesterol total dalam darah dilakukan setiap empat minggu, dengan p e n g a m b i i
darah via v. auricularis. Pa& atchir percobaan, hewan dinekropsi guna e v a l w i
organ secara patologi anatomis dan histopatologi. Hewan dieutanasi dengan cara
ex-sanguinasi v. jugularis. Setelah hewan mati dan darah keluar maka diambil
aorta dan organ jantung dan arteri hewan. Setelah di dapat, organ tersebut
difiksasi dalam f o r d i n 10%.
Evaluasi Histopatologi
Sebelum dibuat sediaan histopatologi terlebii dahulu organ di potong
setebal & 0,Scm dan di susun dalam tissue cassette. Setelah siap dalam cassette,
organ yang telah ditempatkan di dalam cassette didehidrasikan dengan cara
merendamnya dalam larutan sukrosa secara bertingkat (20%, SO%, 66%).
Selanjutnya jaringan potong aorta ditempatkan cup pencetak (yang terbuat dari
alumunium foil), dilanjutkan dengan pembekuan jaringan aorta dengan Nz cair.
Setelah aorta membeku, dilakukan penanaman aorta dalam OCT Compound
dengan cara memberikan cairan Tissue tek (OCT compound) sampai seluruh
pennukaan preparat dalam cup alumunium foil terselubung. Selanjutnya cup
berisi preparat dibekukan di dalam Cryo chamber. Apabila telah mengeras cup
disimpan dalamfieezer.
Pemotongan preparat dilakukan dengan menggunakan cryostat dengan
tebal potongan 5p1, dimana setiap blok diambii 3 irisan jaringan. Setelah
dipotong maka irisan jaringan dilekatkan diatas gelas objek yang telah diberi
perekat albumin dan diletakkan pada suhu ruang sehingga dengan sendiiya akan
melelehkan OCT Compound. Setelah OCT Compound meleleh dan sediaan
m e n g e ~ g ,sediaan dibilas dengan aquades 10-15 detik. Sediaan selanjutnya
dianginkan selama 1 menit Bila telah dianginkan, sediaan dimasukkan ke dalam
lmtan pro@n
gIycol 100°? dalam dua tahap, masing-masing selama 5 menit.
Selanjutnya diwarnai dengan larutan sudan black selama 7 menit sambil digerakgerakkan. Selanjutnya sediaan dimasukkan ke dalam larutan propylen glycol 85%
selama 3 menit, lalu bilas dengan aquades. Tahap berikutnya adalah sediaan
dicelup dalam larutan kernechtrot selama 3 menit, lalu dibilas dengan air kran
(Fasif), air kran (yang digerak-geralkan) dan aquades. Selanjutnya dilakukan
mounting dengan glyserinjelly.
Sediaan potong beku ini mempakan sediaan yang tidak dapat bertahan
Iama sehingga hams segera didokumentasikan.
Pengamatan Hktopatologi
Pengamatan histopatologi dilakukan dengan menggunakan mikroskop
cahaya dengan pe:besaran lensa objektif 20x dan 40x. Sediaan mempakan organ
aorta yang dipotong menjadi 5 irisan tranversaI. Kelima irisan tersebut diiris
dengan ketebalan 5 pm dengan tiga kali ulangan, sehingga satu aorta akan
diperoleh 15 lingkaran yang terbagi dalam tiga slide gelas objek. Setiap lingkaran
selanjutnya di ukur ketebalan plak ,intensitas lipid pada plak dan intensitas lipid
pada tunika media masing-masing aorta. Ketebalan plak d i t u n g dengan
menggunakan video mikrometer. Batasan pengukuran yang dilakukan di mulai
dari batas plak ateroma terdekat dengan lumen, dan berakhir pada batas terjauh
plak terdekat dengan tunika media. Ketebalan plak terhitung adalah ketebalan plak
rata-rata yang diukur dari 3 lokasi berbeda dengan karakteristik plak terlebar,
sedang dan terpendek. Intensitas lipid pada plak ateroma dan tunika media
d i t u n g berdasarkan kepekatan lipid (endapan berwarna hitam) pada gambaran
Xstopatologis. Plak ateroma ataupun tunika media dengan kepekatan lipid tinggi
diberi skor (*),
(*) pada kepekatan sedang dan (+) pada kepekatan rendah.
Plak ateroma akan terlihat berwama hitam akibat pewamaan sudan black
dan sel-sel ataupun lamina aorta akan terlihat berwama merah akibat terwamai
oleh kernechhot.
Analisis Data
Data ketebalan plak terhitung selanjutnya diuji dengan menggunakan uji
ANOVA dan uji Duncan. Uji data ini dilakukau pada data pembahan bobot badan,
angka konversi pakan, evaluasi darah (Kolesterol totat, LDL, HDL dan trigliserida
darah), dan plak yang terbentuk. Data evaluasi darah juga diolah untuk
mendapatkan indeks aterogenik. Indeks aterogenik dihitung melalui hasil selisih
antara kolesterol total dan HDL, dibandingkan dengan HDL.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengamatan Gejala &is
Pengamatan gejala Minis dilakukan dengan melakukan pengamatan
aktifitas fisiologis hewan coba. Aktifitas fisiologis yang teramati adalah pola
nafsu makan hewan yang diperoleh dari hasil penimbangan sisa pakan dan
penghitunganjumlah pakan yang dikonsumsi. Jumlah pakan yang dikonsumsi erat
kaitannya dengan pola pertumbuhan berat badan hewan coba. Angka konversi
pakan (FCR) adalah besamya persentase kenaikan berat badan akibat konsumsi
pakan. Besarnya FCR didapatkan dari hasil bagi antara total konsumsi pakan
dengan tingkat kenaikan berat badan. Jumlah konsumsi perhari, konversi pakan
dan persentase kenaikan berat badan disajikan dalam Tabel 1 dan pertambahan
berat badan dari awal hingga akhir penelitian digambarkan oleh Gambar 1.
Tabel 1 Konsumsi pakan dan berat badau kelinci selama percobaan
Perlakuan
Rataan
Konsumsi
Pakan (grlhari)
83,03+7,96*
82,85+10,57"
Kenaikan
Berat
Badan(Y0)
12,07
15,63
Konversi
Rataan
Pertambahan
Berat Badan
0,43i0,15'
246,12
1,12M,70D
341,22
Kontrol negatif (KN)
Hiperlipemik (H)
Hiperlipemik dengan
Obat anti
74,69i10,64'
15,52
0,54H,49 '
320,99
Hipertipidemik(HA)
Keterangan : Nilai yang diikuti oleh humf superscript yang sama pnda kolom menunjukan nilai yang tidak
berbeda nyata (a= 0,05)
Pada Tabel 1 dapat terlihat bahwa kontrol negatif (KN) menunjukan
konsumsi pakan terbanyak (83,03gr), kelompok perlakuan hiperlipemik (H)
memiliki tingkat konsumsi 82,85 gr, sedangkan kelompok perlakuan hiperlipemik
dengan obat antihiperlipemik (HA) menunjukkan nilai konsumsi terendah
(74,69gr). Perbedaan konsumsi ini tidak berbeda nyata, dan menunjukkan bahwa
pemberian obat anti hiperlipemik tidak menyebabkan gangguan atau
berkumngnya nafsu makan. Tidak adanya gangguan makan dicirikan dengan tidak
terjadinya muntah pada hewan selama perlakuan. Hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Hitner dan Nagle (1999) bahwa pemberian obat anti hiperlipidemia
(sediaan statin) dalam dosis rendah tidak menyebabkan muntah.
Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa perbedaan nilai konsumsi pakan tidak
berbeda nyata terhadap kenaikan berat badan antar perlakuan. Perbedaan ini
menunjukkan, bahwa pada tingkat konsumsi pakan tertinggi justru kenaikan bobot
badannya me~pZIkaIIyang terendah. Kenaikan bobot badan rata-rata terbesar
adalah pada perlakuan H. Berdasarkan rentang waktu penelitian (Gambar I),
kelompok perlakuan H telah menunjukkan peningkatan yang berkelanjutan dari
awal penelitian sampai akhir penelitian dan kelompok perlakuan KN lebih
menuqjukkan peningkatan yang moderat. Kelompok perlakuan HA dari minggu
ke-0 sampai minggu ke-11 menunjukkan kenaikan bobot badan yang tidak jauh
berbeda dengan kelompok perlakuan KN, akan tetapi setelah melewati minggu ke11 kenaikan bobot badannya meningkat lebii cepat.
2 750
Minggu ke.
Gambar 8 Pertambahan berat badan kelinci
kales.tefo yymg
dibe*
@ru
2gii,ekofM
12
minggu), sedangkan pakan yang diberikan jumlahnya sama (100gr) untuk setiap
hewan coba. Hal ini mengindikasikan bahwa perbedaan berat badan yang terjadi
lebih diakibatkan oleh variasi tingkat kecemaan antar individu kelompok
perlakuan. Hasil percobaan ini sejalan dengan pendapat Metzger (2006) bahwa
tingkat kecemaan hewan berbeda antar spesies bahkan antar individu keliici.
Kadar Lipid dalam Darah Hewan Percobaan dan Indeks Aterogenik
Salah satu indikator terjadiiya aterosklerosis adalah meningkatnya kadar
kolesterol dalam plasma darah dalam bentuk LDL dalam plasma darah. Kadar
LDL darah sangat erat kaitannya dengan pembentukan aterosklerosis (Guyton dan
Hall 1997; Spector dan Spector 1993). Kadar LDL didapat dari nunus; LDL
Total Kolesterol - (HDL
=
+ TGl5) ;dengan asumsi TGl5 merupakan VLDL (Very
Low Density Lipoprotein) (Friedwald et al. 1972). Kadar Lipid darah hewan
percobaan digambackan oleh Tabel 2.
Tabel 2 Kadar kolesterol total, kadar lipoprotein densitas rendah (LDL),
lipoprotein densitas tinggi (IIDL) dan trigliserida
I
Kontrol negatif
Hiperlipemik
Bulanke-O
I'
Bulanke-1
I
Bulan ke-2
I
Bulan ke-3
18,59&13,87'
14,8845,69'
55,5017534.
33,61+20,09'
16,27+10,19'
92,93+66,15'
177,86t104,19'
161,94+176,02'
47,29331,03'
63,85+25,23'
128,82+139,07"
8'2,37+8,3Ia
I
Hiperlipsmik
denpn Obat anti
Hiperlipidemik
I
I
Kontrol oegstif
Hiperlipemik
1
Hiperlipemik
dengan Obat anti
Hiperlipidemik
Rataan kadar High Density Lipoprotein @DL) (mgldl)
Bulan kc4
Bulan ke-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
24,07+8,13'
60,75*13,97"
64,11+24,18'
53,40+22,34'
22,O3*7,5la
/
61,51;U2,81a
39,63+20,49'
1
77,19&31,8W
117,9%72,57%
1
136,6%98,28'
113,17*70,33'
53,W16,22'
Rataan kadar Trig'serida (mgldl)
Kontrot nestif
Hiperlipemik
Bulan ke-O
Bulan kc-1
Bulan ke-2
Bulan ke-3
52,57+20,19'
69,23M3,34=
28,2011 1,10*
53,76a22,65"
56,67+16,35'
I
44,87+5,87'
I
21,7%t8,0On
I
65,5P+38,4XL
I
Hiperlipemik
11237+103.09'
91.021105.00a
denmn Obat anti
28,2Q+8,001
147.31+157.91n
~ikrlipidcmik
Ketcmgan :Nilai yang diikuti oleh humf superscript yang samn padn kolom mcnunjukan nilni ymg tidak
bcrbeda nyata @>0,05)
I
I
Pemberian kolesterol0,2g/ekor/haridiberikan diawal rninggu ke-3, setelah
hewan mengalami masa karantina dan adaptasi kandang. Pada Tabel 2 terlihat
tidak terjadi perbedaan yang nyata atau kadar lipid yang relatif homogen antar
perlakuan pada bulan ke-0 karena efek dari perlakuan belurn terlihat. Efek
pemberian kolesterol terliit pada bulan ke-1, diiana terjadi perbedaan kadar
lipid darah yang nyata (P<0,05) pada perlakuan H dan HA. Pada tabel terlihat
kelompok perlakuan H mengalami kenaikan LDL lebih dari 500% dan kolesterol
total lebii dari 300% d i b a n d i i a n bulan ke-0. Peningkatan kadar lipid ini juga
terjadi pada kelompok perlakuan HA yang mengalami kenaikan kadar LDL,
kolesterol total dan HDL pada bulan ke-1. Dengan demikian, dapat diietahui
bahwa telah terjadi peningkatan kadar kolesterol dan LDL melebii kadar normal
pada hewan percobaan yang diberi perlakuan kolesterol. Kadar kolesterol normal
darah kelinci berkisar antara 40-80 mddl untuk TPC (Total Plasma Colesterol/
kadar kolesterol total), 10-40 mg/dl untuk LDL, dan 60-110 mddl untuk
trigliserida (Momuat 2001). Perlakuan H dan perlakuan HA mengalami
peningkatan yang tinggi karena pemberian pemberian kolesterol dosis rendah
pada jangka waktu yang lama (Kolodgie et a1 1996). Kejadian peningkatan
kolesterol total mudah terjadi pada kelinci karena kelinci memang sangat sensitif
terhadap diet kolesterol (Clarkson et a1 1974; Mahfoudz dan Kumerrow 2000).
Peningkatan yang mudah terjadi pada kelinci ini &karenakan kelinci tidak mampu
meningkatkan ekskresi sterol sehingga menghasilkan peningkatan pengeluaran
ester kolesterol hati yang kaya lipoprotein ke dalam sirMasi (Kolodgie et al
1996).
Pada Tabel 2 selanjutnya dapat terlihat peningkatan kadar lipid darah
kelompok perlakuan HA yang tertahan pada bulan ke-2 dan menurun pada bulan
ke-3. Pada kelompok perlakuan HA profil LDL meningkat mulai minggu ke-1 dan
minggu ke-2, pada rninggu ke-3 terjadi penurunan secara tidak sign3kan
p . 0 5 ) kadar LDL dari 128 mddl menjadi 82 mg/dl. Selain kadar LDL yang
menurun, kadar kolesterol total juga mengalami penurunan tidak signifikan
(B0.05) pada bulan ke-3 d i a n a kadar kolesterol total turun menjadi 127 mg/dl.
Untuk lebih jelas, perubahan kadar kolesterol total terlihat pada Gambar 9.
Kejadian penurunan kadar kolesterol darah dan LDL ini terjadi seiring dengan
adanya pemberian antihiperlipidemia (simvastatin@) yang dimulai pada bulan ke1. Sehingga, berdasarkan fungsi fisiologis tubuh, p e n m a n kadar kolesterol dan
LDL ini dapat dikatakan terjadi akibat efek kerja statin yang m e n d a n total
kolesterol darah (Blankenhorn and Hodis 1993). Statin memblokade enzim HMG
CoA pa& hati yang bertanggungjawab menghasilkau kolesterol (Oqbru 2008).
Terblokadenya pembentukan kolesterol menyebabkan pembentukan VLDL akan
berkurang, dengan berkurangnya VLDL maka jurnlah IDL menurun, sehingga
LDL yang beredar dalam darah akan berkurang (Strandberg et a1 1997).
Berdasarkan
hasil
penelitian,
diketahui
bahwa
pemberian
kolesterol
0,2gr/ekormari telah dapat menaikkan kadar lipid darah melewati ambang batas
normal (hiperlipidemia) dan pemberian obat antihiperlipidemia (simvastatinm)
1,25mg/ekorhari baru menunjukkan p e n m a n kolesterol yang sigfnitikan
setelah 3 bulan.
-".
w
o
r
0
1
2
Bulan kt?-
3
h H i pdengan
erlipemik
antihiperlipiderr~ia
Gambar 9 Kadar kolesterol total darah
Indeks aterogenik merupakan indikator untuk mengetahui resiko terjadinya
aterosklerosis (Sihombing 2003). Indeks aterogenik merupakan hasil perhitungan
selisih antara kolesterol total clan HDL, dibandingkan dengan HDL. Adapun
indeks aterogenik disajikan pada Gambar 10. Pada grafik, terlihat bahwa indeks
aterogenik tertinggi adalah kelompok perlakuan H, kelompok terendah adalah
kontrol negatif dan perlakuan HA berada pada rata-rata 1,12. Indeks aterogenik
normal menurut Vidyadaran et a1 (1997) adalah 5 5. Dari ketiga perlakuan, yang
memiliki indeks aterogenik diatas 5 hanyalah kelompok perlakuan hiperlipemik,
sedangkan kelompok perlakuan lainnya berada pada level normal indeks
aterogenik. Kelompok Perlakuan H adalah kelompok perlakuan yang diberikan
kolesterol secara terns menerus tanpa perlakuan pencegahan terhadap
aterosklerosis, sehingga mengalami resiko tertinggi aterosklerosis. Berbeda halnya
dengan kelompok perlakuan HA, Kelompok ini diberikan perlakuan obat
antihiperlipidemik yang diberikan bersarnaan dengan pemberian kolesterol pada
bulan ke-1.
K.Nqatil
Hi(~r1ipidcmik
Hipcrlipidemikdengan
obat
Anrihiperiipidemik
Perlaku~n
Gambar 10 Indeks atemgenik d a d kelinci
Ketebalan Plak Ateroma dan Gambaran Histopatologis Ateroma
Aterosklerosis sering disinonimkan dengan plak ateroma (Spector dan
Spector 1993), sehingga pembahasan tentang aterosklerosis tidak akan lepas dari
plak ateroma Pada pengamatan histopatologi aorta potong beky diketahui tebal
plak ateroma yang terjadi. Hasil perhitungan rata-rata tebal plak ateroma setiap
kelompok perlakuan tersaji pada Tabel 3 dan gambaran histopatologinya pada
Gambar 11,12,14 dan 15.
Tabel 3 Tebal plak ateroma dan intensitas lipid
Pcrlakuan
Kontml negatif
Hiperlipidcmik
Hipcrlipidemik dcngan Obat
Anti Hiperlipidemik
Intensitas lipid
Plak Atcroma
Tebal Plak ( ~ m )
I
0,4M0,39'
1,32&0,66'
2,8W2,53*
1
+
CH
t+
I
Intensitas
lipid Tuniks
Media
.. .-
- -+
t+e
+
Keterancan : Nilni , m e diikuti oleh huruf vane sama ~ n d nkolom menuniukan nilni vane. tidak berbeda nvata
Dari hasil pengamatan diketahui bahwa pada setiap perlakuan didapati
plak ateroma. Kelompok perlakuan KN meNpt3kan kelompok perlakuan dengan
rata-rata tebal plak terendah dan kelompok perlakuan HA me~pakankelompok
perlakuan dengan rata-rata tebal plak tertinggi. Namun, berdasakan hasil analisa
statistik perbedaan antar perlakuan ini tidak nyata e0.05). Apabila dibandingkan
dengan indeks aterogeniknya, seharusnya kelompok H mengalami plak ateroma
paling tebal, karena kelompok H memilii indeks aterogenik >5. Kenyataan lain
adalah bahwa kelompok HA dan KN juga mengalami aterogenesis, walaupun
dengan indeks aterogenesis yang rendah (55). Dengan demikian terlihat bahwa
ada faktor lain selain pemberian yang mempengaruhi aterogenesis pada penelitian
ini.
Gambar
Gambaran histopatologi jaringan potong beku aorta perlakuan hiperlipemik.
ateroma (huruf A), B. Akumulasi lipid pada tunika media (humf B), C.
Adventisia ( h m f C). Pewamaan: Sudan Black, Perbewan 400x, Bar =2pm
Plak
unika
Gambar 12 Gambaran histopatologi jaringan potong beku aorta perlakuan kontrol negatif. A.
Infiltrasi lipid p a d a e a intima (A), B. Tunika media (B), C. Tunika adventisia (C).
Pewamaan: Sudan Black, Perbesaran 400x,Bar =2w.
Aterosklerosis dicirikan dengan akumulasi lipid intraseluler dan lipid
ektraseluler, sel busa dan proliferasi sel otot halus arteri dan akumulasi komponen
jaringan ikat (Yl2-Herttuala et al. 1996). Gambar 11 me~pcikangambaran
histopatologi sediaan potong beku aorta dari perlakuan H mperlipidemik), pada
gambar tersebut terlihat adanya penumpukan lipid berwama hitam yang
merupakan bentuk plak ateroma pada tunika intima (penunjuk A). Selain itu,
akurnulasi lipid juga terlihat pada tunika media sebagai butiian-butiran hitam
(penunjuk B). Diet pakan yang mengandung kolesterol terus menerus memicu
peningkatan kolesterol darah, kolesterol darah terbanyak dibawa oleh LDL-C
(Low Density Lipoprotein -serum) dalam sirkulasi. LDL akan dioksidasi pada
lokasi kerusakan endotel yang selanjutnya akan dimakan oleh makrofag dan
membentuk ateroma. Karena kelompok perlakuan H diberi asupan kolesterol terus
menerus tanpa diobati, maka kelompok perlakuan H mengalami ateroma.
Gambar 12 merupakan gambaran histopatologis sediaan potong beku dari
aorta kelompok perlakuan KN. Pada gambar ini endapan lipid (benvarna hitam)
hanya terlihat pada tunika intilna saja, sedangkan tunika media relatif bersih dari
butiran lipid. Telnuan lesio ateroma pada KN melnperkuat pernyataan Mahfoudz
dan Kumerrow (2000) bahwa kelinci merupakan hewan yang sangat mudah
membentuk endapan lipid. Menurut Kolodgie et al. (1996) kepekaan
pembentukan lesio ateroma terjadi karena kelinci tidak marnpu meningkatkan
ekskresi sterol sehingga terjadi peningkatan pengeluaran hasil metabolit hati yang
kaya akan lipoprotein ke dalam sirkulasi, sehingga plak ateroma akan mudah
terjadi. Pada penelitian ini, plak ateroma tetap terjadi sekalipun kelompok
perlakuan KN tidak menerima perlakuan kolesterol. Adapun kejadian ateroma
yang terjadi, kemunglunan terjadi karena adanya kandungan lipid pada ransum
pakan yang lebih dari kebutuhan kelinci. Menurut Clarkson et al. (1974),
kebutuhan lemak kelinci adalah 3,5gr, sedangkan berdasarkan pakan komersial
Rb12 (Tabel 4) jumlah lipid yang terkonsumsi adalah 4gr. Sehingga telah terjadi
kelebihan asupan lipid yang terkonsumsi.
Tabel 4 Kandungan zat makanan pada pellet kelinci RblZ
Kandungan zat makanan
Air
Protein
Lipid
Serat kasar
Kalsium
Fhosvhor
-
I
Persentase zat dalam pakan
12%
16%
45'0
14%
1,3696
0,796
(sumber: http//www.cahaeral 18.indonetwork.co.id 2008)
Pada Gambar 12 memang terlihat adanya inisiasi lipid pada tunika intima,
namun pada tunika media infiltrasi lipid sangat sediit dibuktikan dengan
sedikitnya bercak dan warna lapisan otot lebii jernih. Dari paparan tersebut, dapat
dikatakan bahwa dalam keadaan normal, ateromatosis dapat terjadi pada hewan
kelinci dengan asupan pakan mengandung lipid.
Pemberian obat antihiperlipidemia (Simvastatin",
diharapkan dapat
m e n d a n ketebalan plak ateroma, karena sirkulasi LDL yang mentransport
kolesterol telah dihambat dan pada saat yang sama level HDL meningkat. Secara
teori, dengan mengurangi kadar LDL, kadar kolesterol dalarn plasma akan
terkurangi (Hitner d m Nagle 1999). Dengan berkurangnya level kolesterol dalam
plasma, diiarapkan kemungkinan masuknya LDL teroksidasi akan berkurang
sehingga ketebalan plak ateroma yang terjadi berkurang.
Kelompok perlakuan HA (Hiperlipidemia dengan obat Antiluperlipidemia)
diwakili oleh Gambar 14 dan Gambar 15. Hal yang perlu dicermati dari kelompok
perlakuan HA adalah bahwa sediaan histopatologi HA menunjukkan ketebalan
plak tertinggi, meskipun hasil analisa lipid darah menunjukkan penunman kadar
LDL. Hasil pengukuran plak ateroma yang terjadi pada kelompok HA
menunjukkan plak ateroma tertinggi diantara perlakuan lainnya Alcan tetapi,
apabila diliiat lebih teliti pada Gambar 15, maka plak ateroma yang terbentuk
tidak sepadat plak pada kelompok H dan KN (Tabel 3). Hal ini menunjukkan
bahwa pemberian simvastatin@menyebabkan terkikisnya bentukan plak ateroma
Gambaran pIak tersebut juga sesuai dengan hasil penelitian Son er al. (2003)
tentang kemarnpuan statin yang dapat merusak stabilitas plak ateroma dan
mengikis plak yang terbentuk.
Tingginya plak yang terjadi pada kelompok HA pada dasamya mempakan
efek negatif dari ~imvastatin@sendiri. Selain mampu menurunkan kadar lipid
darah, ~imvastatin~
jugs dapat menyebabkan kerusakan plak ateroma Disamping
kebaikannya, simvasGrtin@(apabila penggunaannya tidak diperhatikan) juga dapat
mengakibatkan t o k s i i i pada otot (Oqbm 2008) clan hati (l3ottorf 2004).
Pendapat ini ditegaskan oleh penelitian Devanita (2008), bahwa ~imvastatin@
menyebabkan efek toksii dan mengakibatkan j d a h sel hati yang mengalami
kematian menjadi meningbt. Dengan meningkatnya kematian sel hati makz
kemampuan hati dalam menghasilkan HDL berkurang (Tabel 3).
Kurangnya
HDL menyebabkan pengangkutan kolesterol dari jaringan perifer dan sirkulasi
akan berkurang, sehingga kemampuan HDL menghilangkan kolesterol dari
sirkulasi berkurang. Hal inilah yang menyebabkan pembentukan plak pada
kelompok H lebii progresif dibandingkan perlakuan lainnya. Pembentukkan plak
ateroma yang progresif tersebut dapat terlihat pada Gambar 15.
Gambar 14 Gambamn histopatologi jaringan potong beku aorta perlakuan biperlipemik dengan
obat antihper1ipidemia plak ateroma (panah A), akumulasi lipid pada f m hmedia
(panah B). pewhaan: sudan black, perbesaran 400x,bar =5pm
Gambar 15 Gambamn histopatologi jaringan potong beku aorta perlakuan hiperlipemik dengan
obat antihiperlipidemia. tebal plak (A). pewamaan:sudan black perbesaran 200y bar
=2pm
KESLMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Tehnik potong beku dan pewarnaan lemak dapat menunjukkan dengan jelas distribusi
lipid pada plak ateroma.
2. Pemberian obat antihiperlipidemiamenyebabkan kerapuhan plak ateroma.
Saran
Diperlukan penelitian lebii lanjut mengenai besaran kontribusi aktifitas fisiologis clan
tingkat stress pada pembentukan plak ateroma d m kajian tingkat seluler lanjutan mengenai
efek statin.
DAFTAR PUSTAKA
Alonsozana GLG. 1992. Frozen section procedure (intraoperative consultation).
http:Nw.netautopsy.org/axsop [7 januari 20091
Bird RP dan Draper HH.1984. Conzparative Studies on D!fferent Methods of
Malonadelzyde Deternzination. Di dalanz Abidin, Z . 1996. Kadar
Malonaldelzida dan Zat Gizi Antioksidan pada Plasma Populasi Remaja
Rentan Pencemaran Makanan. Skripsi. Bogor: Jurusan Teknologi
Pangan dan Gizi, Fakultas Teknologi Pertanian.
Blankenhom DH and HN Hodis. 1993. Atherosclerosis--reversal with therapy.
West J Med. 159(2): 172-179.
Bottorf MB. 2004. Safety and Statins: Pharmacologic an clinical perspectives.
Preventive Medicine in Managed Care. Vol4, No.2 (30-37).
Clarkson BT, Lehner NDM and Bullock C. 1974. Arteriosclerosis Research
Aplicafion. Di dalajn: Weisbroth S H , Flatt RE, Kraus AL, Editor. The
Biology of The Laboratory Rabbit. New York: Academic Press. hlm 155177.
Conti MPC, Levillaind MP and Lemonnier A. 1991. Improve fluorometric
determination of malonaldehyde. J Clin Chetn Soc. 103: 6472-6477.
Cook RP. 1958. CHOLESTEROL: Clzemisrv Biochenzistiy and Pathology. New
York: Acadelnis Press Inc.
Davies MJ MD, 1986. Colour Atlas of Cardiovascular Pathology. Hprvey Miller
Publisher. USA: Oxford University Press.
Dellman HD dan Venable. 1989. Buku Teks Histologi Veteriner 1. Ed ke-1.
Jakarta: UI Press.
Devanita L. 2008. Kajian patologi hati kelinci hiperlipidemia dengan dan tanpa
pemberian antihiperlipidemia.
Departemen Klinik Reproduksi
Patologi. Fakultas Kedokteran Hewan. Bogor: IPB.
m.
Dominiczak MH. 1994. Apolipoprotein and Lipoprotein in Hunzan Plasma.
N Rifai Dan GR Wamick (eds). Laboratory Measurenzent of
Lipid, Lipoprotein, and Apolipoprotein. Washington DC: AACC Press.
Dupasquier CMC, AM Weber, BP Ander, PP Rampersad, S Steigenvald, JT
Wigle, RW Mitchell, EA Kroeger, JSC Gilchnst, MM Moghadasian, A
Lukas and GN Pierce.. 2006. Effect of dietary flaxseed on vascular
functionand
atherosclerosis
during
prolonged
contractil
hypercolesterolemia in rabbits. http://nww.ajpheart. Org. [17 Januari
20081
Fox RR. 1974. Taxonomy and Genetics Di dalam: Weisbroth SH, Flatt RE, Kraus
AL (eds). The Biology of The Laboratoly Rabbit. New York: Academic
Press. Hlm 1-22.
Frederickson D, et al. 1978. The Familial Hyperlipidemias. Di dalam Spector
WG & Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Umum. Edisi ke-3.
Soetjipto, Harsoyo, Hana A, Astuti P, penerjeinah. UK: Longman Group
Limited. Tejemahan dari: An Introduction to General Pathology.
Friedwald WT, Levy RI and Fredriskson DS. 1972. Estimation of the
concentration of low-density lipoprotein cholesterol in plasma without
use of the preparative ultra-centrifuge. J Clin Chem 18:499-502.
Gal AA and Cagle PT. 2005. The 100-year anniversary of the description of the
frozen section procedure. J A M ; 294: 3 135-7.
Ginsberg HN and IJ Goldberg. 1998. Disorder of Intermediary Metabolisnz.
Fauci AS, Braunwald E, Isselbacher KJ, Wilson JD, Martin JB,
Kasper DL, Hauser SL dan Longo DL (eds). McGraw Hill Health
Professions Division, New York
Girindra A. 1988. Biokimia I. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Di dalam
Sihombing ABH, Pemanfaatn Rumput Laut sebagai Sumber Serat
Pangan dalam Ransum untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Darah Tikus
Percobaan. Skripsi. Bogor: Departemen Teknologi Pangan dan Gizi,.
Fateta, LPB.
Graves DT, Jiang Y and Anthony JV. 1999. The Expression of MCP-1 and other
chemokines by osteoblast. Di dalam Groff JL, Gropper SS dan Hunt SM.
1995. Advanced Nutrition and Human Metabolism. USA: West
Publishing Company.
Groff JL, SS Gropper dan SM Hunt. 1995. Advanced Nutrition and Human
Metabolism. USA:West Publishing Company.
Grundy SM. 1996. Dietary Fat. Di dalam Ziegler EE dan LJ Filer. Present (eds)
Knowledge in Nutrition. Edisi ke-7. washington DC: ILSI Press
Gun MI. 1992. Role of Fats in Food Nutrition 2ndEdition. London: Elsevier
Applied Sci.
Guyton AC and Hall JE. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Ed ke-9. Irawati
Setiawan, editor. Jakarta: EGC.
Hagen KW. 1974. Colony Husbanda~ydalam The Biology of The Laboratory
Rabbit. New York: Academic Press.
Herman S. 1991. Pe~zgarulz Gizi terlzadap Penyakit Kardiovaskuler. Cermin
Dunia Kedokteran. 73 : 12-16
Hitner H and Nsgle B. 1999. Basic Pharmacology 4& Edition. USA:
GlencoeMcGrawl-Hill.
Ismadi M. 1993. Biokimia, Suatu Pendekatan Berorientasi Kasus. Jilid 2. Edisi
Ke-4. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
Kamaludin MT. 1993. Farmakologi Obat Anti Hiperlipidemia. Cermin Dunia
Kedokteran. 85:26-31.
Kane JP and MJ Malloy. 1997. Disorder of Lipoprotein Metabolism. Di dalam
Greenspan FS dan GJ Strewler (eds). Basic and Clinical Endocrinology.
London: Prentice Hall International Limited.
Kitaev MI, Aitbaev KA and Liamtsev VT. Effect of Hypoxia on Development of
[
Atherosclerosis in Rabbits. http://www.ncbi.nlm.nilt.gov/enfre~/que~.
27 Januari 20071
Kolodgie FD, AS Katocs Jr, EE Largis, SM Wrenn, JF Cornhill, EE Herderick, SJ
Lee and R Vinnani. 1996. Hypercolesterolemia in the rabbit induced
variability in response to dietary cholesterol and development of lesion
type. Arteriosclerosis, Thrombosis and Vascular Biology. Am Heart J.
16:1454-1464.
Mahfouz MM dan Kummerow FA. 2000. Cholesterol-rich diets have different
effects on lipid peroxidation, cholesterol oxides, and antioxidant enzymes
in rats and rabbits. JNutr Biocl~enz.11:293-302.
Marinetti GV. 1990. Disorder ofLipid Metabolisnz. New York: Plenum Press.
I
Mayes PA. 1996. Lipid Transport and Storage. Di dalam Muny RK, DK
Granner, PA Mayes dan VW Rodwell (eds). Harper Biochemistry 241h
ed. London: Prentice Hall International, Inc.
Metzger S. 2006. Examination on Carcass Traits and Meat Quality of Rabbit.
Dissertation. Department of Pig and Small Animal Production. Faculty of
Animal Science. Kaposvhr: University of KaposvAr. hrtp//www.ncbi.
nlm.nih [8 Januari 20091
Momuat LI. 2001. Minyak Sawit Mempercepat Regresi Aterosklerosis Aortapada
Kelinci Hiperkolesterolemia Ringan, tetapi Tidak pada yang
Hiperkolesterolemia Berat. Tesis. Sekolah Pasca Sarjana IPB. Bogor :
IPB.
Muchtadi D, NS Palupi dan M Astawan. 1993. Metabolisme Zat Gizi :Sumber,
Fungsi, dan Kebutuhan bagi Manusia. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.
Oqbru 0 . 2008. Http//www.Medicinenet.Com/script~main/art.
[Juni 20081
Poedjiadi A. 1994. Dasar-Dasar Biokimia. Jakarta : Universitas Indonesia Press.
Price SA dan LM Wilson. 2005. I'ATOFISIOLOGI: Konsep Klinis Proses-Proses
Penyakit. BU Pendit, H Hartanto, P Wulansari, DA Mahanani,
penerjernah; H Hartanto, N Susi, P Wulansari, DA Mahanani, editor.
Edisi ke-6. Jakarta: EGC. Terjemahan dari: Pathophysiology: Clinical
Concepts of Disease Processes.
Sihombing ABH. 2003. Pemanfaatan Rumput Laut Sebagai Sumber Serat Pangan
dalam Ransum Untuk Menurunkan Kadar Kolesterol Daralz Tikw
Percobaan. Skripsi. Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Fakultas
Teknologi Pertanian. Bogor: IPB.
Son JW, Koh KK, Ahn JY, Jin DK, Park GS, Kim DS and Shin EK. 2003. Effect
of Statin on Plaque Stability and Thrombogenicity in
HypercholesterolemicPatients with Coronary Artery Disease. Intr J Card
88(2003): 77-82.
Spector WG dan Spector TD. 1993. Pengantar Patologi Ulnutn. Ed ke-3.
Soetjipto, Harsoyo, Hana A, Astuti P, penerjemah. UK: Longman Group
Limited. Terjemahan dari: An Introduction to General Pathology.
Staros EB. 2006. Genetic Variations in TLRs and Other Molecules Are
Potentially Important in the Pathogenesis of Atherosclerosis and the
Response to Statins. Am JClin Patlzol. 125(1): 8-15.
Strandberg TE, S Lehto, K Pyijrala, A Kesaniemi and H Oksa. 1997. cholesterol
lowering after participation in the scandinavian simvastatin survival
study (4s) in Finland. European Heart Journal 18(11): 1725-1727.
Tillman AD, H Hartadi, S Reksohadiprodjo, S Prowirokusuino dan L
Lebdosukedjo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Fakultas Peternakan
UGM. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Vidyadaran MK, Ng TKW, Teh CB, Tee ES, Thong ML ,Kandiah M and Ehalid
AH. 1997. A Critical evaluation of high density lipoprotein cholesterol as
an index of coronary artery disease risk in malaysians. Ma1 JNutr 3: 6170.
Yla-Herttuala S, Luoma J, Kalionpaa H, Laukkanen M, Lehtolainen P and Viita
H. 1996. Pathogenesis of atherosclerosis. JClin Postm. (1996) S47- S49.
Zeek PM. 1933. Familial factor in arteriosclerosis in rabbits. Arch Patlzol. 16;32.
Di dalarn Clarkson BT, Lehner NDM and Bullock C. 1974.
Arteriosclerosis Research Aplication. Di dalam: Weisbroth SH, Flatt RE,
Kraus AL, Editor. The Biology of The Laboratory Rabbit. New York:
Academic Press. hlm 155-177.
Lampiran 1. Analisa Indeks Aterogenik
Descriptives
Std. Deviation Std. Error
Mean
,58924
,34020
1,2400
,06839
1,2267
,11846
,62781
1,08740
1.2067
,62139
,20713
1,2244
,12503
,07219
,4533
,65501
,37817
1,6167
,4833
,30665
,17704
,22718
,8511
,68155
,I
1780
,20404
,3467
1,89739
1,09546
2,5600
1,08752
,62788
1.8300
1.46973
,48991
1,5789
,43062
,24862
,4167
1.20952
,69832
2.9867
,76632
1.32730
1,7933
1,44674
,48225
1,7322
N
IA-B1
IA-B2
IA-B3
IA-B4
K.Negatif
K.positif
Statin
Total
K.Negatif
K.positif
Statin
Total
K.Negatif
K.positif
Statin
Total
K.Negatif
K.positif
Statin
Total
3
3
3
9
3
3
3
9
3
3
3
9
3
3
3
9
Test of Homogeneity of Variances
IA-B1
[A-62
IA-B3
IA-!34
Levene
Statistic
5,242
2,488
4,658
2,734
df2
dfl
2
2
2
2
6
6
6
6
Sig.
,048
,163
,060
,143
ANOVA
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
-237
2,7037
1,60
56
1,5209
,9324
1,09
1,30
3,9079
-1.4946
2.43
,35
1.7021
,7468
2.43
.35
,7639
,1427
,33
,58
2,22
3,2438
-,0105
,92
1,2451
-,2784
-16
,77
1,3750
,3272
2.22
,I6
,8535
-,I602
,I7
-57
7.2734
-2,1534
1.12
4-71
4,5315
-.a715
2,81
-66
4,71
2.7086
,4492
,I7
1.4864
-6531
,oo
-86
5.9913
-,0179
2,08
4,36
5,0905
-1,5039
2,76
28
2,8443
,6202
4,36
,oo
?ost Hoc Tests Indeks atherogenik
Multiple Comparisons
The mean difference is significant at the .05 level.
Homogeneous Subsets Inileks Atherogenik
IA-62
Subset for alpha = .05
Periakuan
1
N
2
Duncans K.Negatif
3
,4533
Statin
3
,4833
K.positif
3
1.6167
Sig.
,934
1,000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 3,000.
= .05
Perlakuan
Duncana Statin
K.positii
K.Negatif
N
-
1 '1 /
3
1
1.2067
1,2267
1.2400
Sig.
,958
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Hamlonic Mean'SampleSue = 3.000.
Subset
for alpha
= .05
1
,3467
1,8300
2,5600
,085
N
Perlakuan
.Duncana K.Negatif
Statin
K.positif
Sig.
[A-w
3
3
3
Subset for alpha = .05
Perlakuan
Duncana K.Negatif
Statin
K.wsitif
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
N
3
3
3
1
,4167
1,7933
,165
2
1.7933
2,9867
,219
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000
Lampiran 2. Analisa Kolesterol Total
Descriptives
95% Confidence Interval for
N
81
82
83
84
K-negatif
Kgositif
Statin
Total
K-negatif
Kpsitif
Statin
Total
K-negatif
Kgositif
Statin
Total
K-negatif
Kgositi
Statin
Total
Mean
3
3
3
9
3
3
3
9
3
3
3
9
3
3
3
9
53.1667
49,6333
77,5000
60,1000
43,2600
163.6170
183,3343
130.0704
57,7233
259.3487
2i6,2593
177,7771
68,4210
435.9650
127,1930
210.5263
Mean
Std. Deviation Std. Error Lower Bound Upper Bound Minimum Maximum
23,11068
18,79051
23,63810
23,11125
19,31928
96.94089
154.35672
112,74359
47.18961
112,65489
196,70616
147,84524
63,81222
236,26145
81,59314
214,17887
13,34295
10.84871
13,64747
7.70375
11,15399
55,96885
89,11790
37,58120
27,24493
65,04133
113,56836
49.28175
36.84200
136,40561
47,10782
71,39296
Test o f Homogeneity o f Variances
Levene
Statistic
B1
82
83
84
,210
3,078
4,476
5,767
dfl
df2
2
2
2
2
Sig.
6
6
6
6
,816
,120
,065
,040
-4.2434
2,9551
18,7797
42.3351
-4,7318
-77,1975
-200.1090
43,4080
-59,5021
-20,5016
-272,3859
64.1332
-90,0973
-150.9410
-75,4956
45.8939
110.5768
96,3116
136.2203
77,8649
91,2518
404.4315
566.7777
216,7328
174.9488
539,1989
704,9045
291,4210
226;9393
1022.8710
329,8816
375.1588
38,40
2830
50,9[1
28,80
24,90
78,05
47.56
24.90
29.27
129,27
78,05
29,27
3158
i63,16
44.74
31,58
79,80
65.30
96,IO
96,lO
63,42
268.90
351,22
351,22
112.20
324,39
441,46
441,46
142,ll
573,68
207.90
573.68
ANOVA
Post Hoe Tests Kolestreol TotaI
Multiple Comparisons
I
I
Dependent Variabit
61
LSD
82
LSD
Mean I
I
Difference
(I) Periakuan (J) Periakua
(I-J)
Std. E m r
K-negatif
Kgositif
1 3,53333 17,92544 1
Statin
-24,33333 17.92544
Kgositif
K-negatif
-3,53333 17.92544
Statin
-27,86667 17,92544
Statin
K-negafif
24,33333 17,92544
Kgositif
27.86667 17,92544
K-negatif
Kgositif
.120,35700 86,40572
Statin
140,07433 86.40572
Kgositif
K-negatif
1120,35700 186,40572
Statin
-19,71733 86,40572
Statin
K-negatif
140,07433 86,40572
Kgositii
19,71733 86.40572
K-negatif
Kgositif
-201.62533 09.14954
Statin
-158,53600 09.14954
Kpsitif
K-flegatif
201,62533 09,14954
Statin
43.08933 09,14954
Statin
K-negatif
158,53600 09.14954
Kgositif
-43,08933 09,14954
K-negatif
Kgositif
-367,54400a 21,60858
Statin
-58,77200 21.60858
Kgositif
K-negatif
367,54400'21,60858
Statin
308,77200^ 21,60858
Statin
K-negaui
68,77200 21.60858
Kgositif
-308,77200' 21,60E58
1
83
LSD
84
LSD
*.The mean difference is significant at the .05 level.
I
95% Confidence Interval
Sig.
Lower Bound lupper Bound
,850
-40,3286 1
47,3953
,223
-68,1953
19,5286
,850
-47,3953
40,32$6
,171
-71,7286
15.9953
,223
-19,5286
68.1953
,171
-15,9953
71,7286
,213
-331.7842
91.0702
,156
-351.5015
71,3529
,213
-91.0702
331.7842
,827
-231,1445
191,7099
,156
-71,3529
351,5015
,827
-191,7099
231,1445
,114 , -468,7046
65,4540
,197
-425.6153
108.5433
,114
-65,4540
468.7046
,707
-223,9900
310,1686
,197
-108,5433
425,6153
,707
-310,1686
223,9900
,023
-665,1095
-69,9785
,646
-356.3375
238.7935
,023
69,9785
665,1095
11,2065
605,3375
,044
,646
-238,7935
356,3375
-606,3375
-11,2065
,044
1
1
1
1
Homogeneous Subsets Kolesterol T o t a l
Perlakuan
Duncana K-negatif
Kgositif
Statin
Sig.
/ 31163.6;;iI
(
I
1
N
3
1
3
1
43.2600
183,3343
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 3,000.
&I
I
I
I
Perlakuan
Duncana K-negatif
I
I
I
[
N
3
I
1
Subset for alpha = .05
1
68.4210
1
1
2
1
Kgositif
3
435,9650
,646
1.000
sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000
I
1
Subset
for alpha
= .05
Perlakuan
I
Statin
Kgositii
Sig.
57,7233
216,2593
259,3487
125
1 1 /
3
3
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 3.000.
1
Lampiran 3. Analisa Trigliserida
Descriptives
Test of Homogeneity of Variances
81
B2
83
B4
Levene
Statistic
9,865
8.487
,571
5.662
dfl
df2
2
2
2
2
6
6
6
6
Sig.
,013
,018
,593
,042
ANOVA
Within Groups
Total
53860,612
69430,134
6
8
8976,769
lost H o c Tests T r i g l i e r i d a
Multiple Comparisons
Bomogeneous Subsets T r i g l i s e r i d a
83
I
I Subset I
I for alpha I
I
I
Perlakuan
Duncana K-negatif
Kpsitif
Statin
Subset
for alpha
= .05
N
3
1
52,5667
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
Perlakuan
Duncana Kgositif
K-negatii
Statin
I
21,7950
28,2050
28.2050
,438
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Subset
for alpha
Subset
for alpha
= .05
N
Perlakuan
Duncana Kgositif
K-negatii
Statin
Siq.
3
3
3
N
1
44,8720
69,2310
91,0257
.436
Kgositif
Statin
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
3
3
3
= .05
1
53.7633
65.5913
147,3120
.286
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 4. Analisa HDL
Descriptives
04
Statin
Total
K-negatif
Kgositif
Statin
Total
3
9
3
3
3
9
98.28183
62,72067
22.33841
70,32842
16,21919
48.22758
138,6227
92.6437
53.4050
113.1667
53.W17
73.1911
56.74304
20,90689
12,89709
40,60298
9.38416
16.07586
Test of Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
B1
82
83
84
4,358
3,764
2,407
2,415
Sig.
df2
dfl
2
2
2
2
6
6
6
6
,068
,087
,171
,170
-107.5229
44,4323
-2.0867
61.5339
12.7110
35.1201
380.7683
140.8550
108.8967
287.8672
93.2924
110,2621
33.89
33.89
31.72
46.37
34.27
31,72
229,74
229.74
76.34
186.56
62.50
186.56
ANOVA
Post Hoc Tests HDL
Multiple Comparisons
Homogeneous Subsets HDL
53
81
Subset
for alpha
= .05
1
22,0333
24,0667
39.6333
,172
N
Perlakuan
Duncana Kgositif
K-negatif
Statin
Sig.
Subset
for alpha
3
3
3
= .05
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
I
Perlakuan
Duncana K-negatif
Kgositif
Statin
Siq.
1
I
N
I
3
3
3
1
Subset
N
Perlakuan
Duncana K-negatif
Kgositii
Statin
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
1
64.1130
77,1953
136,6227
,210
3
3
3
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a, Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
I
1
60,7527
61,5143
117,9213
,197
1
Perlakuan
Duncana Statin
K-negatii
Kgositii
Siq.
1
I
1
N
Subset
Statin
84
K-rmgatif
K-vositif
Statin
Total
3
9
3
3
3
9
128.8250
120,7298
33.6107
161,9440
82,3729
92.6423
139,06797 80,29093
108.68453
36.22818
20.90852 12,07154
176.02563 101.62844
8,31003
4,79780
104.97695 34.99232
1
1
3
1 53.0017
3
3
53,4050
113.1667
,154
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 5. Analisa LDL
Total
,
-216.6390
37.1874
-1 8.3290
-275.3279
61.7291
11,9499
474,2890
204,2721
85.5503
599.2159
103.0156
173.3348
33.90
11,51
111.15
58.42
74.74
10.15
288.46
288.46
50.23
365.19
91.23
365.19
>
Test of HornogeneiQ of Variances
Levene
Statistic
B1
82
83
.64
3.094
2,441
1.087
13,270
dfl
d?
f.
2
2
2
2
Sig.
6
6
6
6
ANOVA
,119
,168
,395
,006
?ost Hoe Tests LDL
Multiple Comparisons
Homogeneous Subsets LDL
Perlakuan
Duncan8 Kgositif
K-negatif
Statin
Sig.
N
3
3
3
Subset
for alpha
= .05
1
16.2667
18.5867
47,2980
,123
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Perlakuan
Duncane K-negatif
Statin
Kgositif
Sig.
N
3
3
3
Subset
for alpha
= .05
1
55,5033
128,8250
177.8610
,233
Means for groups in homogeneous subsets are displayed
a. Uses Harmonic Mean Sample Sue = 3,000.
Subset
for alpha
Subset
for alpha
= .05
1
14.8850
63,8477
92,9277
,065
N
Perlakuan
Duncana K-negatif
Statin
Kgositif
Sig.
3
3
3
Perlakuan
Duncana K-negatif
Statin
KgosiM
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
N
3
3
3
= .05
1
33,6107
82,3723
161,9440
,189
- Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample She = 3.000.
Lampiran 6. Analia Rataan Berat Badan
Descriptives
rataan BB
95% Confidence Interval for
- K-negatif
Mean
N
3
3
3
9
Kgositii
Statin
Total
Std. Deviation
2162.5933
2386,7800
2084.0900
2211.1544
Mean
Lower Bound Upper Bound
Std. Error
1983,1379
1829,1944
1458.3201
2042,2752
72.24054 41,70809
224,45839 129.59111
251.90628 145,43816
219,70371 73.23457
Test o f Homogeneity of Variances
Levene
Statistic
df2
dfl
1,258
2
Sig.
6
,350
ANOVA
rataan BB
Sum of
Squares
Between Groups
Wthin Groups
Total
148043.7
2381 14,l
386157,7
Mean Square
df
2
6
8
74021.835
39685,679
F
1,865
Sig.
,234
2342.0488
2944,3656
2709.8599
2380,0337
Minimum
2080.85
2157.91
1855,18
1855,18
Maximum
2217.86
260635
2353.97
2606,55
ost Hoc Tests Rataan BB
Multiple Comparisons
Dependent Variable: rataan BB
I
LSD
I
I
I
)
Mean
Difference
(I-J)
(J) Perlakuan
Kgositif
( -224.18667
Statin
( 78.50333
K-negatii
224.18667
Statin
302,69000
K-negatif
1 -78,50333
Kgositif
-302,69000
(I) Perlakuan
K-negatif
-
1
1
Kgositif
Statin
Std. Error
1162,65645
(162,65645
1162,65645
1162,65645
1162,65645
162,65645
,217
95% Confidence Interval
Lower Bound U er Bound
-622,1927
173,8193
-319,5027
476,5093
-173,8193
622,1927
:omogeneous Subsets Rataan BB
Subset
for alpha
Perlakuan
Duncana Statin
K-negatif
Kgositif
Siq.
)
N
I
1
3 12084,0900
3 2162,5933
3 2386,7800
,122
Means for groups in homogeneoussubsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
ampiran 7. Analisa Konsumsi Pakan
rataan konsum pakan
-
Mean
83,0333
62,8500
74,6867
80,1900
N
K negatif
Kgositif
Statin
Total
3
3
3
9
Std. Deviation
7,96406
10,56821
10.64226
9,441 15
Test of Homogeneity of Variances
rataan konsum pakan
Levene
Statistic
dfl
,143
2
df2
(
6
(
Sig.
,869
Std. Error
4,59805
6,10156
6,14431
3,14705
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound
102,8172
63.2495
109.1029
56,5971
101,1235
46.2498
87,4471
72.9329
Minimum
76.85
72,60
66.12
66,12
Maximum
92,02
93,71
86.60
93,71
-
ANOVA
.
rataan konsum pakan
Sum of
Squares
Between Groups
136,340
Within Groups
576.742
Total
713,083
Mean Square
df
2
6
8
F
68.170
96,124
,ostHoc Tests Konsumsi pakan
Multiple Comparisons
iomogeneous Subsets Konsurnsi pakan
Subset
for alpha
Perlakuan
Duncana Statin
Kgositif
K-negatii
Sig.
I
I
N
1
3
1 74.6867
3
3
82,8500
83,0333
.352
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
,709
Sig.
,529
.ampiran 8. Analisa Konversi Pakan
Descriptives
I
rasio konvers pakan
t
I
I
I
Std. Deviation
Mean
N
K-negatif
Kgositif
Statin
Total
1
,14731
,69635
,49743
,54035
,4300
1.1200
,5367
.6956
3
3
3
9
95% Confidence Interval for
Mean
Lower Bound Upper Bound
Std. Error
,08505
,40204
,28719
,18012
,0641
-,6098
-,6990
,2802
Test o f Homogeneity of Variances
rasio konvers pakan
~evene
Statistic
dfl
I
I
I
4.579 1
2
1
I
df2
6
1
Sig.
1
,062
ANOVA
rasio konvers pakan
Sum of
Squares
Between Groups
,828
Within Groups
1,508
Total
2,336
df
Mean Square
2
6
8
,414
,251
F
1.647
Post Hoc Tests KOnversi Pakan
Multiple Comparisons
Sig.
,269
,7959
2,8498
1,7723
1.1109
I
I
Minimum
26
-65
-22
.22
Maximum
32
1.92
1,11
1.92
Homogeneous Subsets Konversi Pakan
rasio-konversgakan
I
Perlakuan
Duncan8 K-negatif
I
N
3
1
Subset
for alpha
= .05
1
,4300
I
,154
Sig.
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 9. Analisa Tebal Plak Atheroma
Descriptives
tebal
olak
~
~
N
K-negatif
Kgositif
Statin
Total
3
3
3
9
Std. Deviation
,35553
,37170
2.84649
1,88743
Mean
,5318
1,5162
3,2946
1,7809
Std. Error
,20526
,21460
1,64342
,62914
95% Confidence Intewal for
Mean
Lower Bound Upper Bound
-,3513
1.4150
2,4395
,5929
10,3657
-3,7765
3,2317
,3301
Test of Homogeneity of Variances
tebal plak
I ~evene I
statistic I
10.306
dfl
1
1
dP2
2 1
6
I
sin.
1
,011
ANOVA
tebalglak
Between Groups
Within Groups
Total
Sum of
Squares
11,765
16,734
28,499
df
2
6
8
Mean Square
5,882
2,789
F
2,109
Sig.
,202
Minimum
-12
1.09
1,31
,12
Maximum
,77
1,78
6,56
6,56
'ost Moc Tests T%balPlak Atheroma
iviultiple Comparisons
lomogeneous Subsets Tebal Plak Atheroma
tebalglak
Subset
for alpha
= .05
Perlakuan
)
Kgositif
Statin
Sig.
1 '1 1
,5318
1.5162
3,2946
,098
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3,000.
Lampiran 10. Prosedur Standar Potong Beku
1. .Taringan dibekulcan dengan nitrogen cair.
2. Pastikan Cryostat bekerja pada temperatur -20°C sampai 30°C. Selanjutnya,
tempatkan sedikit OCT pada wadah yang telah berisi jaringan. (Gelembung tidak
boleh terdapat pada sediaan)
3. Tempatkan spesimen yang telah dibekukan kebagian tengah cryobar pada cryostat
untuk proses pembekuan. Blok spesimen akan berwama putih solid saat telah
membeku.
4. Bila spesilnen telah beku sempuma, tempatkan sedikit cairan OCT pada tengah disk
object untuk merekatkan blok spesimen. Selanjutnya tempatkan kembali pada
cryobar, hingga spesimen menempel sempuma.
5. Apabila telah sempuma, tempatkan object disk yang telah ditempeli spesimen pada
object disk holder dan dieratkan dengan memutar skmp objec dik holder.
6. Pastikan ada cukup jarak antara blok spesimen dengan pisau nzicrolome dan atur tebal
spesimen yang akan dipotong dengan memutar pengatur tebal spesimen pada
cryotome.
7. Gerakkan blok spesimen kearah pisau microtolne dengan memutar penggerak blok
pada bagian luar cryostat. Potong dan buang beberapa potongan pertama.
8. Selanjutnya ambil beberapa spesimen yang dibutuhkan dan rekatkan pada gelas objek.
9. Proses selanjutnya adalah melakukan pewamaan dengan Sudan Black dan
Kemechtrot.
Download