JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.091 DOI: https://doi.org/10.21009/JPUD.091.05 KEMANDIRIAN USIA DINI DI SUKU BAJO (Studi Kasus pada Anak Usia 4-6 Tahun di KB Nur’ Ain Mola Selatan Kabupaten Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2015) LA HEWI PAUD PPs Universitas Negeri Jakarta Jl. Rawamangun Muka, Jakarta Timur. Email: [email protected] Abstract: This study aims to: (1) Describe the forms of independence, (2) Describe the parenting parents establish the independence, (3) Describe the attachment of children with parents establish the independence, (4) Describe the role of teachers in shaping the independence. Analysis of the data used that model of Miles and Huberman. The research data obtained from observation, interviews and documentation. Results of the study include: (1) There is a child who has not seen an independent behavior, child behavior only seen one self-contained and there are children who have seen all mandirinya behavior, (2) Parents with permissive parenting tend to have children who are not independent and the parents with authoritative parenting tend to have an independent child, (3) Stickiness children with mothers in different schools with home, (4) Teachers make efforts to foster self-confidence of children and train children to be responsible. Keywords: independent, parenting, attachment, children, teachers Abstrak: Penelitian ini bertujuan: (1) Mendeskripsikan bentuk-bentuk kemandirian (2) Mendeskripsikan pola asuh orang tua membentuk kemandirian, (3) Mendeskripsikan kelekatan anak dengan orang tua membentuk kemandirian, (4) Mendeskripsikan peran guru dalam membentuk kemandirian anak usia 4-6 tahun di suku bajo yang berada di KB Nur’ Ain Mola Selatan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus. Analisis data yaitu model Miles dan Huberman. Data penelitian ini diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian antara lain: (1) Terdapat anak yang belum terlihat perilaku mandiri, anak hanya terlihat satu perilaku mandirinya dan terdapat anak yang sudah terlihat semua perilaku mandirinya, (2) Orang tua dengan pola asuh yang cenderung permisif memiliki anak yang tidak mandiri dan orang tua dengan pola asuh yang cenderung otoritatif memiliki anak yang mandiri, (3) Kelekatan anak dengan ibu di sekolah berbeda dengan di rumah, (4) Guru menumbuhkan rasa percaya diri anak dan melatih anak untuk bertanggungjawab. Kata kunci: mandiri, pola asuh, kelekatan, anak, guru 75 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 Aspek perkembangan yang seiring dengan pertumbuhan harus dimiliki oleh seorang anak pertambahan dalam Undang-Undang kemandirian anak akan terbentuk Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem apabila anak sejak usia dini sudah Pendidikan diajarkan, amanat Nasional adalah Kemandirian. anak. Padahal dipersiapkan dan dibiasakan belajar untuk melakukan Kemandirian merupakan salah satu aspek yang harus dimiliki oleh setiap usia dan anak, sesuatu atau hal-hal yang bisa dilakukan sendiri. karena dapat Suku Bajo merupakan salah aktivitasnya juga satu suku yang ada di Indonesia. Suku berfungsi untuk membantu mencapai bajo mengantungkan kehidupannya tujuan hidupnya. dari sumber daya kelautan. Anak mempengaruhi bisa Seorang anak usia dini untuk yang ada di suku bajo utama sejak menjadi keluarga usia dini telah didik dengan kondisi haruslah alam utamanya mandiri, orang tua memperhatikan beberapa hal yang mempengaruhi kemandirian yang menuntutnya untuk mandiri. anak, Suku bajo yang ada di yaitu pola asuh orang tua kepada kabupaten wakatobi adalah populasi anak, hubungan antara anak dengan terbesar suku bajo yang ada di orang tua utamanya ibu (kelekatan indonesia. Perkampungan suku bajo anak dengan orang tua) dan peran yang ada di wakatobi ada lima desa, guru dalam membentuk kemandirian yaitu desa Mola Selatan, Mola Utara, anak usia dini. Mola Bahari, Mola Samaturu, dan Kenyataannya dalam Mola Nelayan Bakti. kehidupan sehari-hari banyak orang Hasil observasi pra-penelitian tua yang tidak mempersiapkan anak yang telah belajar mandiri secara matang sejak didapatkan data bahwa di desa Mola usia dini. Bahkan tidak sedikit orang Selatan memiliki lembaga pendidikan tua beranggapan bahwa kemandirian anak anak terbentuk dengan sendirinya Bermain usia peneliti dini (KB) yaitu Nur’ lakukan di Kelompok Ain Mola 76 Kemandirian Usia Dini… La Hewi Selatan. diperoleh data bahwa KB wangi dan kecamatan wangi-wangi Nur’ Ain Mola Selatan memberikan selatan kabupaten wakatobi, maka layanan pendidikan anak usia dini peneliti tertarik untuk melakukan untuk anak usia 4 sampai 6 tahun. Hal penelitian ini berbeda dari KB secara umum kualitatif tentang Kemandirian Anak yang memberikan layanan kepada Usia Dini di Suku Bajo (Studi Kasus anak usia 3 sampai 4 tahun. pada Anak Usia 4-6 Tahun di KB dengan pendekatan Pendidikan anak usia dini di Nur’ Ain Mola Selatan Kabupaten KB Nur’ Ain Mola Selatan memiliki Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara hal yang berbeda dengan beberapa Tahun 2015). tempat pendidikan anak usia dini yang telah diobservasi oleh peneliti, Kemandirian khususnya layanan pendidikan anak Setiap anak akan yang baru tergantung pada usia dini yang ada di kecamatan dilahirkan wangi-wangi dan kecamatan wangi- orang tua utamanya ibunya dan wangi selatan. anak-anak di KB Nur’ orang-orang Ain Mola Selatan, pada saat datang ke sekitarnya, hal ini adalah proses sekolah semua anak di antar oleh alamiah setiap orang karena sewaktu ibunya, tidak hanya sampai di depan dilahirkan tidak mampu melakukan kelas tetapi orang tua anak ikut masuk apa pun tanpa bantuan dari orang lain. ke dalam kelas dan duduk di samping Sujiono (2012:95) menyatakan bahwa anaknya yang sedang belajar dan ini salah satu asas dalam pembelajaran telah berlangsung sejak didirikannya anak usia dini adalah asas KB Nur’ Ain Mola Selatan. kemandirian, yaitu melatih anak yang berada di Berdasarkan kondisi yang ada untuk dapat memecahkan masalahnya di KB Nur’ Ain Mola Selatan seperti memakai baju, melepas dan Kabupaten memakai sepatu, menggosok gigi dan Wakatobi Provinsi Sulawesi Tenggara, yang berbeda kegiatan-kegiatan lainnya. dengan layanan pendidikan anak usia Kemandirian anak usia dini dini yang ada di kecamatan wangi- adalah tanggung jawab orang tua dan 77 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 guru untuk mengajari anak tentang dan selalu membantu anak dalam kemandirian. melakukan aktivitasnya. Wiyani (2013:29) menyatakan bahwa Kemandirian yang Steinberg (1993) dalam akan dibentuk oleh orang tua dan Desmita (2014:186) menulis tentang guru PAUD pada anak usia dini karakteristik kemandirian terdiri dari adalah kemandirian yang menjadikan tiga bentuk, yaitu : anak usia dini memiliki kemampuan The first emotional autonomy-that menentukan aspect of independence related to memutuskan pilihan, sesuatu berani sendiri bertanggungjawab konsekuensinya, percaya diri, memiliki mengarahkan dan changes in the individual’s close atas relationships, especially with parent. rasa The second behavioral autonomy-the diri, capacity to make independence mengembangkan dan menyesuaikan decisions and follow through with diri dengan lingkungan. them, Kemandirian third characterization terbatas involves an aspect of independence pada perilaku anak untuk melakukan referred to as value autonomy-wich is aktivitas sehari-hari dengan tidak more than simply being able to resist tergantung kepada orang lain. Seperti pressures to go along with the yang dikemukakan oleh Yamin dan demands of other; it means having a Sanan (2013:58) bahwa kemandirian set a principles about right and anak adalah bagaimana anak belajar wrong, about what is important and untuk what is not. mencuci anak the tangan, makan, memakai pakaian, mandi atau buang air kecil/besar Mustari dijelaskan di atas dapat dipahami ke (2014:82) mengatakan bahwa anak dalam tiga karakteristik kemandirian tidak akan mampu mengembangkan yaitu; kemandiriannya selama orang tua dan emosional, aspek kemandirian yang orang-orang menyatakan di sendiri. Aspek kemandirian yang telah sekitarnya selalu berada di dekatnya untuk melindungi pertama perubahan kemandirian hubungan emosional peserta didik dengan orang tua. Kedua kemandirian tingkah laku, 78 Kemandirian Usia Dini… La Hewi membuat O’connor dan Scott (2007:7) keputusan tanpa tergantung kepada mengatakan bahwa pola asuh adalah orang lain dan melakukannya dengan hubungan atau interaksi orang tua penuh tanggung jawab. dan ketiga dengan anak-anaknya yang dibangun kemandirian kemampuan atas dasar kehangatan orang tua memakai seperangkat prinsip tentang kepada anak dan kontrol terhadap benar dan salah, yang penting dan perilaku anak-anaknya. kemampuan untuk nilai, yang tidak penting. Pengalaman hidup yang Dari semua konsep tentang berbeda-beda antara orang tua yang kemandirian anak usia dini dapat satu dengan orang tua yang lain disimpulkan menyebabkan arahan dan bimbingan adalah bahwa kemampuan kemandirian anak untuk kepada anak berbeda antara anak melakukan aktivitas tanpa bantuan yang satu dengan anak yang berasal orang di sekitarnya seperti makan, dari keluarga lain. Santosa (2004:125) memakai pakaian, mandi, merawat mengatakan bahwa pola asuh adalah diri, bermain bersama teman, mau cara pendekatan orang dewasa kepada berbagi dan mampu mengendalikan anak dalam memberikan bimbingan, emosi. arahan, pengaruh dan pendidikan supaya anak menjadi dewasa dan mampu berdiri sendiri. Pola Asuh Keluarga adalah tempat Baumrind dalam Santrock pertama bagi anak dalam menerima (2012:100-101) menyatakan bahwa arahan untuk ada empat bentuk utama pola asuh, bagaimana anak harus bersikap dan yaitu pola asuh otoriter (authoritarian berperilaku. Arahan dan bimbingan parenting), dari orang tua biasanya dilakukan (authoritative parenting), pola asuh berdasarkan yang dan bimbingan falsafah hidup yang pola asuh mengabaikan pola otoritatif (neglectful orang tua anut, keyakinan agama, dan parenting), asuh yang pengalaman hidup yang didapatkan memanjakan (indulgent parenting). oleh orang tua. 79 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 O’connor dan Scott (2007:7) pendidikan sehingga diharapkan dapat menjelaskan bahwa Diana Baumrind mempengaruhi sikap dan tingkah laku (1991) melakukan penelitian tentang agar model yang dominan dalam hubungan mampu berdiri sendiri. orang tua dengan anak anaknya adalah kehangatan sebagai lawan dari konflik atau pengabaian dan strategi pengendalian (kontrol). Tipologi pengasuhan yang dibangun dari lintas kehangatan, konflik dan kontrol adalah pertama otoritatif, yakni kehangatan yang tinggi, positif dan tegas, kontrol dan ekspektasi anak yang tinggi. Kedua otoriter, yang rendah, konflik yang tinggi dan koersif serta upaya pemberian hukuman. Ketiga permisif, yakni kehangatan yang tinggi dengan kontrol yang rendah. Keempat lalai-mengabaikan, yakni sedikit kehangatan dan kontrol yang rendah. Kelekatan merupakan sebuah bentuk khusus emosional. dari hubungan Kelekatan melibatkan mutualisme, kenyamanan, keamanan dan kesenangan yang baik untuk individu dalam suatu hubungan. Weingarten dan Chisholm (2009) menyatakan bahwa Ibu atau pengasuh utama adalah tempat yang aman di mana bayi dapat mencari keamanan dan kenyamanan, berlindung dari ancaman dan marabahaya, dan basis yang aman untuk mengeksplorasi, dengan harapan bahwa ibu akan tersedia untuk melindungi kapan pun jika dibutuhkan oleh anak. kelekatan selektif terhadap figur tertentu, biasanya satu tokoh kelekatan primer Berdasarkan beberapa konsep tentang pola asuh dapat disimpulkan bahwa pola asuh adalah cara orang tua berinteraksi dan berkomunikasi dengan dan Kelekatan dari hubungan orang tua kepada kehangatan dewasa anak-anaknya. menemukan bahwa dimensi penting yakni menjadi anak-anaknya yang biasanya ibu, namun beberapa kelekatan dengan orang tambahan sedikit yang umum, misalnya, ayah, kakak, atau pengasuh lainnya. untuk memberikan arahan, bimbingan, dan 80 Kemandirian Usia Dini… La Hewi Bowlby, bukunya (1982:294) Attachment dalam and Loss menulis bahwa kelekatan adalah : Upton menyatakan bahwa kelekatan dapat diklasifikasi ‘the disposition of the child to (2012:88-89) berdasarkan perilaku-perilaku si pada anak selama seek proximity to and contact with a berpisah dan bertemu kembali dengan specific figure and to do so in certain ibunya, yaitu (1) Anak-anak dengan situations, kelekatan kuat, menggunakan ibu notably when he is frightened, tired or ill.’ mereka sebagai basis aman bagi Oates (2007:1) menyatakan bahwa kelekatan adalah ikatan emosional bahwa bayi berkembang dengan orangtua mereka dan pengasuh utama lainnya. Hubungan ini sangat penting untuk anak-anak kesejahteraan dan untuk mereka emosional dan pembangunan sosial. Psikiater Inggris John Bowlby mempelopori konsep kelekatan pada 1940-an, untuk menggambarkan kehangatan, intim dan hubungan yang terus menerus antara ibu atau pengganti ibu yang tetap di mana keduanya menemukan kepuasan dan kesenangan. Oleh menggambarkan sistem Bowlby kelekatan yang membantu bayi untuk mencari kenyamanan dari pengasuh mereka dengan mengembangkan rasa aman. mereka untuk menjelajah lingkungan baru. Adanya menghambat orang asing penjelajahan anak, menyebabkan anak mencari sang ibu. Anak akan cemas dengan kepergian ibunya dan berusaha membuat ibu kembali dengan perilaku menangis atau mencari. (2) Anak-anak dengan kelekatan tidak kuat-menghindar, hanya menunjukkan sedikit kepedulian atas kepergian ibunya. dalam menyambut ibunya ketika bertemu kembali, mereka secara aktif menghindari interaksi dan mengabaikan ajakan-ajakan ibu untuk berinteraksi. (3) Anak-anak dengan kelekatan tidak kuat-resisten, cemas dengan kepergian ibunya dan berperilaku secara ambivalen ketika bertemu kembali, berusaha melakukan kontak dan berinteraksi namun sekaligus menolak dengan 81 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 marah ketika diajak berinteraksi. (4) secara Anak-anak dengan kelekatan tidak peristiwa, kuat-kacau, menunjukkan pola-pola sekelompok perilaku dan dibatasi oleh waktu dan aktivitas dari dampaknya merasa bingung atau informan. Penelitian ini memotret takut untuk mendekati orangtuanya. atau menyelediki gejala sosial atau Perilaku ini berkaitan dengan anak- aktivitas sekelompok anak didik di anak yang mengalami penganiayaan sekolah, yaitu kemandirian anak usia atau memiliki ibu yang mengalami 4-6 tahun di suku bajo yang berada di kecemasan berat. KB yang bertentangan Berdasarkan beberapa konsep cermat suatu aktivitas, Nur’ Kabupaten proses, atau dan kasus individu Ain program, Mola Wakatobi Selatan Provinsi kelekatan yang telah diuraikan di atas Sulawesi Tenggara. dapat disimpulkan bahwa kelekatan Lincoln (2009:313) adalah hubungan emosional yang bahwa studi kasus adalah metode terjalin antara anak dengan dengan penelitian pribadi dan kajian tentang orang tua utamanya ibu. Hubungan pengalaman personal yang unik dan ini membawa kenyamanan, keamanan khusus untuk mewakili suatu kasus. dan menenangkan antara keduanya Peneliti serta observasi, salah satu akan merasa Denzin dan menyatakan menggunakan teknik wawancara tidak kehilangan jika yang lain tidak berada terstruktur dan dokumentasi dalam di dekatnya. melakukan Dengan Metode penelitian yang digunakan untuk penelitian ini adalah studi kasus. Creswell merupakan metode penelitian dimana peneliti kualitatif data. miles yaitu : reduksi data, penyajian data (display data), dan kesimpulan (verification). (2010:20) mengemukakan bahwa Studi kasus didalamnya analisis huberman, METODE PENELITIAN pengumpulan menyelediki HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil pengambilan data melalui catatan lapangan observasi, 82 Kemandirian Usia Dini… La Hewi wawancara dan dokumentasi memberikan kesimpulan tentang ke sekolah anak diantar oleh ibunya, dibawakan tas sekolahnya, untuk bentuk-bentuk kemandirian anak usia membuka 4-6 tahun di suku bajo yang berada di dilakukan oleh ibu anak. Pada saat KB Nur’ Ain Mola Selatan, pola asuh masuk ke dalam kelas anak masuk orang bersama tua dalam membentuk dan memakai orang tuanya, sepatu saat kemandirian anak usia 4-6 tahun di pembelajaran di dalam kelas ketika suku bajo yang berada di KB Nur’ ibu anak keluar kelas maka anak Ain Mola Selatan, kelekatan anak keluar kelas ikut bersama ibunya. dengan orang tua dalam membentuk anak akan masuk kembali ke dalam kemandirian anak usia usia 4-6 tahun kelas jika ibunya masuk ke dalam di suku bajo yang berada di KB Nur’ kelas. Ain Mola Selatan, peran guru dalam meminta ibunya untuk menyebutkan membentuk kemandirian anak usia 4- tulisan atau huruf yang telah ditulis 6 tahun di suku bajo yang berada di oleh ibu guru di papan tulis. KB Nur’ Ain Mola Selatan. Pada saat menulis anak Hasil wawancara yang telah peneliti lakukan kepada beberapa Bentuk-Bentuk Kemandirian Anak anak usia 4-6 tahun yang ada di KB Usia Dini di Suku Bajo Hasil observasi di KB Nur’ Ain Mola Selatan mulai dari saat datang ke sekolah, belajar dalam kelas serta saat istirahat dan pulang, diperoleh data bahwa hampir seluruh anak pada saat datang ke sekolah diantar oleh ibunya. informan tentang perilaku mandiri Terdapat beberapa anak yang terlihat menonjol yang menunjukkan perilaku yang belum mandiri, yaitu Pada saat datang Nur’ Ain Mola Selatan, baik di sekolah maupun di rumah diperoleh data bahwa anak-anak yang sering diantar oleh orang tuanya ke sekolah, ketika orang tuanya tidak mengantar anaknya ke sekolah maka anak tidak akan pergi ke sekolah. anak-anak yang setiap hari diantar oleh orang tuanya untuk datang ke sekolah telah berlangsung sejak KB Nur’ Ain Mola Selatan ada. perilaku tidak mandiri 83 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 yang lain ditunjukkan oleh anak yang belum perilaku mandirinya. Seperti diantar yang diungkapkan oleh orang tua ketika oleh Jackman mengambil peralatan belajar yang ada (2012:15) bahwa the child learning di dalam tas, peralatan tersebut what can be done for himself by his diambilkan oleh orang tuanya. saat own effort or ability, such as washing menulis beberapa anak masih ada and drying hands, and feeding or yang dituliskan oleh orang tuanya. dressing himself. Artinya anak harus Anak belajar pada saat di sekolah ketika dengan usaha dan membuka sepatunya, untuk memakai kemampuannya sepatu terkadang melakukan sesuatu untuk diri sendiri, dibantu oleh guru. Orang tua bersama seperti mencuci dan membersihkan anak di sekolah sejak datang ke tangan, makan dan memakai baju sekolah, belajar dalam kelas dan sendiri. kembali maka bagaimana pulang ke rumah karena orang tua menganggap bahwa kalau tidak bersama anak di sekolah maka anak Pola Asuh Orang Tua di Suku Bajo yang Ada di KB Nur’ Ain tidak akan sekolah tetapi hanya Orang tua anak usia 4-6 tahun bermain bersama temannya. Pada saat di suku bajo yang berada di KB Nur’ masuk sekolah dasar anak masih tetap Ain Mola Selatan memiliki ciri diantar dan ditunggu oleh orang tua pengasuhan sampai pulang sekolah. memanjakan anak, hal ini dapat Berdasarkan beberapa data di yang cenderung dilihat pada saat orang tua selalu atas maka bentuk-bentuk kemandirian mengawasi anak usia 4-6 tahun di suku bajo yang bersama temannya. Orang tua selalu berada di KB Nur’ Ain Mola Selatan menuruti dapat dikategorikan bahwa terdapat memberikan apapun yang diminta anak semua oleh anak, orang tua tidak pernah perilaku mandirinya, terdapat anak meminta anak untuk mempersiapkan yang hanya terlihat satu perilaku peralatan sekolahnya. yang telah terlihat anak ketika keinginan bermain anak atau mandirinya dan terdapat anak yang 84 Kemandirian Usia Dini… La Hewi Orang tua anak dengan pola yang terpuji menurut orang tua. anak asuh yang cenderung memanjakan tidak diawasi oleh orang tua ketika juga bermain bersama temannya. Orang masih memberikan aturan sebagai batasan untuk anak seperti tua Orang tua menegur anak ketika keinginan melakukan atau memberikan apapun yang diminta tua oleh anak. Orang tua akan memarahi memarahi anak pada saat melakukan anak ketika melakukan sesuatu yang sesuatu yang tidak sopan dihadapan tidak sopan dihadapan orang tua. orang tua. Orang tua akan memberi Orang tua akan memarahi anak ketika hadiah kepada anak jika melakukan melakukan sesuatu yang terpuji menurut orang menjatuhkan barang. Pada saat orang tua. Pada saat orang tua meminta anak tua meminta anak melakukan sesuatu melakukan sesuatu maka anak harus maka anak harus melakukan apa yang melakukan apa yang diminta oleh diminta oleh orang tua. Orang tua orang tua. Orang tua tidak pernah pernah memukul anak pada saat anak memukul melakukan menjatuhkan kesalahan barang. anak Orang ketika anak anak tidak menuruti anak semua atau tidak kesalahan kesalahan. Orang anak tua melakukan kesalahan. anak pernah pernah dimarahi oleh orang tua bangun telat terlambat bangun tidur atau karena atau karena tidak merapikan tempat tidak merapikan tempat tidurnya. tidurnya. Orang tua dengan gaya pengasuhan Anak dari Orang tua dengan memarahi atau karena seperti ini di masyarakat bajo yang cenderung ada di KB Nur’ Ain Mola Selatan memanjakan tidak memiliki perilaku memiliki anak yang mandiri. Papalia mandiri dan Feldman (2014:294) menyatakan pola asuh yang sebagai indikator untuk melihat kemandirian anak. Orang tua dengan bahwa anak prasekolah dengan orang ciri tua otoritatif dan cenderung menjadi pengasuhan yang cenderung otoritatif mandiri mengandalkan diri seperti Orang tua memberi hadiah sendiri, memiliki kontrol diri, asertif kepada anak jika melakukan sesuatu dan eksploratif. 85 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 waktu bermain bersama temannya. Kelekatan Anak Dengan Orang Dan ketika bermain bersama orang Tua di Suku Bajo yang Ada di KB tua, anak tidak akan melanjutkan Nur’ Ain Mola Selatan permainan ketika orang tua telah Kelekatan anak dengan orang pergi dan tidak bermain bersama anak tua dapat dilihat pada anak yang lagi merupakan bentuk kelekatan selalu diantar ke sekolah oleh orang anak dengan kelekatan kuat. Hal ini tua, tidak hanya sampai di sekolah dapat dilihat dari sikap anak yang atau depan kelas tetapi juga ikut menggunakan ibu mereka sebagai masuk ke dalam kelas anak dengan basis orang tua. Ketika orang tua keluar aktivitasnya. kelas maka anak ikut keluar adalah dengan ciri kelekatan berdasarkan respon berusaha anak terhadap keberadaan orang tua dengan di sampingnya, dan hanya terjadi di mencari. sekolah sedangkan di rumah tidak menyatakan demikian. Crain (2007:76) diklasifikasikan menyatakan bahwa seharusnya dengan bertambahnya usia, anak aman untuk Anak kepergian membuat perilaku melakukan akan cemas ibunya ibu dan kembali menangis Upton atau (2012:88-89) kelekatan dalam satu dari empat klasifikasi, bergantung pada perilaku-perilaku si anak selama dapat lebih banyak menghabiskan berpisah dan bertemu kembali, salah waktu untuk terpisah dari orang satu diantaranya adalah Anak-anak tuanya. Anak berusia lima tahun bisa dengan kelekatan kuat, menggunakan berangkat ke sekolah selama setengah ibu mereka sebagai basis aman bagi hari atau bahkan lebih lama lagi. mereka untuk menjelajah lingkungan Beberapa hal ini merupakan pola baru. umum dari bentuk kelekatan anak menghambat yang berusia pra-sekolah dengan menyebabkan anak mencari sang ibu. orang tuanya. Anak akan cemas dengan kepergian Adanya orang penjelajahan asing anak, Anak tidak akan marah ketika ibunya dan berusaha membuat ibu orang tua datang untuk menghentikan kembali dengan perilaku menangis 86 Kemandirian Usia Dini… La Hewi atau mencari. Semua akan merasa kelas, serta dalam pembelajaran di sangat senang ketika bertemu kembali kelas guru meminta setiap anak untuk dengan orang tua setelah beberapa menunjuk huruf yang ada di papan lama tidak bertemu, kadang disambut tulis dengan teriakan memanggil nama bernyanyi di depan kelas adalah cara ibunya merupakan ekspresi kelekatan guru anak dengan orang tua. percaya diri anak. Anak dengan kelekatan yang dan meminta untuk anak untuk menumbuhkan rasa Guru juga melatih anak untuk sama antara di rumah di sekolah bertanggungjawab cenderung belum memiliki perilaku menyampaikan kepada anak agar mandiri setelah kelekatan sedangkan dengan anak yang ibunya hanya dengan pulang peralatan sekolah sekolah semua disimpan dan berlangsung di sekolah sedangkan di dirapikan di rumah baru boleh keluar rumah anak telah mengerti kenapa untuk bermain bersama teman, atau ibunya meninggalkannya cenderung jangan memiliki perilaku yang mandiri. sebelum mengganti baju langsung setelah pulang sekolah bermain bersama teman dengan masih Peran Guru di KB Nur’ Ain Mola menggunakan Selatan untuk Kemandirian Anak Selanjutnya guru juga mengajari anak di Suku Bajo nama-nama semua alat indra yang ada Peran guru dalam membentuk baju sekolah. di tubuh manusia beserta fungsinya kemandirian anak usia 4-6 tahun di masing-masing. suku bajo yang berada di KB Nur’ bahwa anak PAUD adalah anak yang Ain Mola Selatan hebat yang tidak takut dan malu Membangun rasa percaya diri anak dilakukan oleh guru dalam Menyampaikan dengan bernyanyi bersama setiap apel pagi. pembelajaran di dalam kelas dengan Guru meminta setiap anak secara bergiliran meyakinkan memimpin dimulai mengantar anak ke sekolah cukup pembelajaran setiap hari di depan sampai di depan kelas dan jangan doa sebelum juga orang berusaha tua bahwa 87 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 masuk ke dalam kelas bersama anak, multidisipliner hanya kenyataan di lapangan bahwa dalam bagan berikut ini : orang tua tidak memperdulikan apa yang disampaikan oleh ibu guru, atau dapat digambarkan Pola asuh sosioantropologi Kelekatan/ Psikologi kalau ibu guru bersikap tegas agar orang tua tetap berada di luar kelas PAUD maka itu hanya bisa bertahan satu atau dua hari setelah itu orang tua Kemandirian Sosiologi Guru Pendidikan kembali masuk bersama anak ke Sujiono (2012:125) dalam kelas dan bahkan beberapa menyatakan bahwa dari titik pandang anak tidak akan pernah hadir di sosio-antropologi keunikan manusia sekolah. yang membedakan dengan mahluk Morrison (2012:88) menyatakan bahwa salah satu konsep yang lain karena manusia dasar yang penting untuk praktik berbudaya, sedangkan mahluk yang pendidikan yang baik adalah guru tidak berbudaya sehingga salah satu harus menyayangi dan menghormati cara untuk membuat manusia lebih anak-anak, mempunyai cita-cita yang manusiawi tinggi untuk anak, dan mengajari anak mengembangkan hingga kapasitas tertinggi yang bisa misalnya dilakukan oleh anak. membesarkan adalah dalam itu dengan kebudayaanya mendidik anak-anak. dan Budaya Pendidikan anak usia dini antara satu tempat dengan tempat berbasis pada multi disiplin ilmu dan yang lain berbeda-beda dan punya budaya keunikan tersendiri seperti halnya di mengandung pengertian bahwa praktik pendidikan anak usia suku dini mengikuti mendidik anak yang berbeda dengan dalam suku yang lain. Untuk berenang dan harus perkembangan selalu mutakhir bidang keilmuan yang relevan. membawa Kemandirian anak usia dini berdasarkan kajian inter bajo dan yang sampan memiliki tidak cara perlu diajarkan kepada mereka tapi untuk sekolah anak harus dituntun dengan 88 Kemandirian Usia Dini… La Hewi baik orang tuanya seperti menemani melalui pengasuhan orang tua dan anak belajar dalam kelas di sekolah. pendidikan Jahja (2013:466) menyatakan bahwa Psikologi perkembangan sehingga bakat yang dibawa dapat berkembang dengan baik. sebagai bidang studi psikologi yang Sujiono (2012:125) mempelajari perkembangan manusia menyatakan dan faktor-faktor yang membentuk Dewantara sebagai Bapak pendidikan perilaku seseorang sejak lahir sampai indonesia, lanjut usia. Psikologi perkembangan taman juga mempelajari tentang tahapan- kesempatan bagi para seluruh rakyat tahapan hidup manusia. Dimana anak atau pribumi untuk dapat memperoleh usia dini masuk pada kajian tempo pendidikan seperti halnya para priyayi perkembangan pada usia 25 bulan maupun hingga 6 tahun sehingga dalam kajian Sekolah psikologi perkembangan anak pada bukan diberi nama sekolah tapi taman usia ini disebut dengan kanak-kanak siswa. Ini mempunyai arti bahwa awal dimana anak bersedia untuk belajar itu haruslah menyenangkan, belajar dan suka bermain dengan belajar rekan sebaya. Pada anak dengan manusia cerdas secara intelektual saja kelekatan yang kuat yaitu anak terlalu tapi belajar adalah pengembangan lekat dengan orang tua, belum dapat daya dikategaorikan tahapan ini. pengembangan daya cipta, rasa dan Filosof Plato dalam Jahja bahwa Ki mendirikan siswa untuk perguruan memberikan orang-orang pertama bukan jiwa Hajar yang untuk seutuhnya belanda. didirikan membuat yaitu karsa. (2013:4) menyatakan bahwa sejak Dari pandangan bapak lahir anak telah memiliki bakat atau pendidikan di atas yang telah lama benih dapat dan banyak diketahui oleh para dikembangkan melalui pengasuhan pendidik, memberikan pemahaman dan pendidikan. Hal ini berarti bahwa yang mendalam bahwa tugas seorang dari sudut pandang filosof bahwa guru anak itu harus diberikan bantuan keseimbangan dalam pengembangan kemampuan yang harus mampu membuat 89 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 diri peserta didik mengembangkan kuat sedangkan di rumah anak dengan daya cipta (daya pikir), rasa (perilaku) ibu telah membentuk kerja sama satu dan Guru sama lain, (4) peran guru di KB Nur’ menurut Ki Hajar Dewantara adalah Ain Mola Selatan adalah dengan tauladan yang harus diikuti oleh melatih anak untuk percaya diri dan peserta didiknya. Guru anak usia dini mengajarkan anak agar haruslah orang-orang yang mampu bertanggungjawab sehingga anak memberi dapat mandiri. karsa (keterampilan). teladan kepada anak didiknya karena pendidikan untuk anak usia dini yang paling penting SARAN adalah pendidikan budi pekerti. Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan di atas maka SIMPULAN dapat diuraikan rekomendasi dari Simpulan penelitian ini, antara lain (1) kepada penelitian ini adalah: (1) perilaku mandiri anak di suku orang tua, hendaknya mengetahui bajo yang ada di KB Nur’ Ain Mola kapan waktu untuk membantu anak Selatan kecenderungan untuk melakukan aktivitas dan kapan untuk selalu dibantu oleh orang tua, waktu anak dibiarkan sendiri untuk (2) pola asuh orang tua anak di suku melakukan bajo yang ada di KB Nur’ Ain Mola waktu Selatan berkomunikasi dengan anak dan tidak memiliki memiliki kecenderungan aktivitasnya, yang memiliki lebih untuk memanjakan anak sehingga terlalu anak dengan terlalu mengawasi anak, (2) belum memiliki perilaku membatasi untuk Guru, orang tua di suku bajo yang ada di untuk KB Nur’ Ain Mola Selatan, memiliki kepada orang tua bahwa anak di perbedaan antara di sekolah dan di sekolah akan dijaga dengan baik dan rumah. memiliki dilatih agar mandiri sehingga orang kecenderungan untuk kelekatan yang tua tidak perlu masuk ke dalam kelas, sekolah lebih anak mandiri, (3) kelekatan anak dengan di hendaknya gerakan memberikan berusaha pemahaman 90 Kemandirian Usia Dini… La Hewi setelah mengantar anak orang tua silahkan pulang, tiba waktu pulang silahkan datang kembali untuk menjemput anak, (3) Masyarakat, khususnya pemerintah desa hendaknya memperhatikan sekolah binaan masyarakat seperti KB Nur’ Ain Mola Selatan yang ada di wilayah Desa Mola Selatan agar sarana dan prasarana yang ada terjamin keamanannya untuk anak. DAFTAR PUSTAKA Bowlby J. Attachment and Loss: Vol. nd 1 Attachment (2 edn). New York: Tavistock Institute of Human Relations; NY Basic Books; 1982 Carol Popp Weingarten and James S. Chisholm, Attachment and Cooperation in Religious Groups An Example of a Mechanism for Cultural Group Selection, Current Anthropology Volume 50, Number 6, December 2009 Desmita, Psikologi perkembangan Peserta Didik, Cet. V; Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2014 Diane E. Papalia dan Ruth Duskin Feldman, Menyelami Perkembangan Manusia, Jakarta: Salemba Humanika, 2014 George S. Morrison, Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini terjemahan Suci Romadhona dan Apri Widiastuti, Jakarta: Indeks 2012 Hilda L. Jackman, Early Education Curriculum: A Child’s Connection to the World, Fifth Edition, Canada: Wadsworth, Cengage Learning, 2012 John W. Creswell, Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed terjemahan Achmad Fawaid, Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010 John W. Santrock, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Salemba Humanika, 2012 Martin Woodhead John Oates, Attachment relationships, United Kingdom: Milton Keynes, 2007 Martinis Yamin dan Jamilah S. Sanan, Panduan PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), Jakarta: Gaung Persada Press Group, 2013 Mohamad Mustari, Nilai Karakter: Refleksi untuk Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2014 Norman K. Denzin & Yvonna S. Lincoln (Eds.), Handbook Of Qualitative Research terjemahan Dariyatno dkk. Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2009 Novan Ardy Wiyani, Bina Karakter Anak Usia Dini: Panduan Orang Tua dan Guru dalam Membentuk Kemandirian dan Kedisiplinan Anak Usia Dini, Jogjakarta: 2013 91 JURNAL PENDIDIKAN USIA DINI Volume 9 Edisi 1, April 2015 Penney Upton, Psikologi Perkembangan terjemahan Noermalasari Fajar Widuri, Jakarta: Erlangga, 2012 Soegeng Santosa, Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini: Pendidikan Indonesia Masa Depan, Jakarta: UNJ Press, 2004 Thomas G. O’Connor and Stephen B.C. Scott, Parenting and outcomes for children, Kings College London 2007 William Crain, Teori Perkembangan Konsep dan Aplikasi terjemahan Yudi Santoso, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007 Yudrik Jahja, Psikologi Perkembangan, Cet.III; Jakarta: Kencana, 2013 Yuliani Nurani Sujiono, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini, Cet. V; Jakarta: PT. Indeks, 2012 92