BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Proses Bisnis Menurut El Sawy (2001, p16), proses bisnis adalah kegiatan kerja yang terkoordinasi, secara logika berurutan dan sumber daya yang terkait yang menghasilkan suatu nilai bagi pelanggan. Sebuah proses bisnis biasanya mempunyai beberapa properti : • Customer-facing Proses bisnis harus bisa menciptakan nilai untuk seseorang, organisasi, dan proses yang digambarkan sebagai pelanggan dalam proses tersebut. Nilai keluaran dari proses tersebut dapat digunakan baik oleh pelanggan eksternal maupun internal. Pelanggan ekternal adalah orang atau entitas diluar dari organisasi yang membeli produk atau menggunakan jasa dari organisasi. Pelanggan internal adalah pegawai dari dalam organisasi yang dapat meningkatkan nilai tambah produk atau jasa bagi pelanggan. • Cross-functional, cross-departemental, cross-enterprise Proses bisnis biasanya terjadi diantara beberapa departemen. Proses bisnis juga tidak dibatasi oleh satu bagian dari organisasi tetapi terjadi diantara beberapa bagian tersebut. • Hand-offs Lepas tangan terjadi ketika sebuah tugas yang sudah selesai diserahkan ke orang lain untuk melanjutkan tugas selanjutnya yang berurutan. Lepas tangan 9 merupakan element penting dari proses bisnis dan merupakan penyebab dari kesalahan dan penundaan suatu proses. • Information flow around the process Arus informasi dibutuhkan untuk menghasilkan dan memantau proses yang terjadi. • Knowledge created around the process Properti ini melibatkan pengetahuan mengenai proses yang sedang dieksekusi oleh pihak yamg terlibat. • Multiple versions rather than one-size-fits all Proses bisnis mempunyai beberapa versi(disebut juga kasus), salah satu versi tersebut dijalankan berdasarkan kondisi tertentu. Lebih jauh lagi, setiap versi tersebut dijalankan beberapa kali. • Value-adding mix of process Proses bisnis dibentuk dari nilai tambah, yang bukan nilai tambah, dan yang tidak bernilai. • Degree of structure of a process Proses bisnis mempunyai tingkatan struktur, terdapat struktur yang complex dan yang sederhana (El Sawy, 2001, p17). 10 2.2 Internet Internet adalah suatu jaringan komputer global (luas) yang terbentuk dari jaringan-jaringan komputer lokal dan regional, yang menggunakan jaringan komunikasi yang ada diseluruh dunia memungkinkan komunikasi data antar Protocol TCP/IP menjadi standar protokol yang digunakan pada jaringan Internet, karena TCP/IP dikembangkan untuk dapat diterapkan dihampir segala jenis platform komputer, biasa dikenal dengan konsep open system. TCP/IP merupakan cara standar untuk mempaketkan dan mengalamatkan data komputer (sinyal elektronik) sehingga data tersebut bisa dikirim ke komputer terdekat atau keliling dunia dan tiba dalam waktu yang cepat tanpa rusak atau hilang (Anonim1, 2009). 2.2.1 Hyper Text Mark-Up Language (HTML) HyperText Markup Language (HTML) adalah sebuah bahasa markup yang digunakan untuk membuat sebuah halaman web dan menampilkan berbagai informasi di dalam sebuah browser Internet. Bermula dari sebuah bahasa yang sebelumnya banyak digunakan di dunia penerbitan dan percetakan yang disebut dengan SGML (Standard Generalized Markup Language), HTML adalah sebuah standar yang digunakan secara luas untuk menampilkan halaman web. 2.2.2 Personal Home Page (PHP) PHP (akronim dari PHP Hypertext Preprocessor) yang merupakan bahasa pemrogramman berbasis web yang memiliki kemampuan untuk memproses data dinamis (Anonim3, 2009). 11 2.3 e-Business Menurut O’Brien (2005,p314), e-business adalah penggunaan Internet dan jaringan serta teknologi informasi lainnya untuk mendukung e-commerce, komunikasi dan kerjasama perusahaan dan berbagai proses yang dijalankan melalui Web, baik dalam jaringan perusahaan maupun dalam para pelanggan serta mitra bisnisnya. E-Business meliputi e-commerce yang melibatkan pembelian dan penjualan, serta pemasaran dan pelayanan produk, jasa dan informasi melalui internet dan jaringan lainnya. Manajemen Rantai Pasokan Pemcarian Sumber - Proses Mendapatkan Enterprise Resource Planning (ERP) Proses Bisnis Internal Manajemen Hubungan Pelanggan Pemasaran - Penjualan - Layanan Pelanggan Gambar 2.1 Arsitektur Aplikasi Perusahaan (Sumber O’Brien, 2005, p319). Manajemen Hubungan Kemitraan Menjual - Distribusi Karya wan Manajemen Pengetahuan Kerja Sama - Pendukung Keputusan Pemasok Mitra 12 2.4 Business Process Redesign Menurut Hammer dan Champy (1995, p27), definisi dari rekayasa ulang adalah pemikiran ulang secara fundamental dan perancangan ulang secara radikal atas proses-proses bisnis untuk mendapatkan perbaikan dramatis dalam hal ukuranukuran kinerja yang penting dan kontemporer, seperti biaya, kualitas, pelayanan dan kecepatan. Dalam definisi ini memuat empat kata kunci, yaitu : • Fundamental Dalam melaksanakan rekayasa ulang, masyarakat bisnis harus menanyakan pertanyaan yang paling dasar tentang perusahaan mereka dan bagaimana cara kerja perusahaan tersebut. • Radikal Radikal artinya adalah akar dalam rekayasa ulang, perancangan ulang (redesign) secara radikal berarti mengesampingkan semua struktur dan prosedur yang ada dan menciptakan cara yang baru dalam menyelesaikan pekerjaan. Rekayasa • Dramatis Rekayasa ulang bukanlah tentang upaya mencapai peningkatan secara marginal tetapi tentang pencapaian suatu lompatan besar (Quantum Leaps) dalam hal kinerja perusahaan. • Proses Berhubungan dengan input dan output dari suatu aktivitas yang bernilai bagi pelanggan. 13 2.4.1 Pengimplementasian Business Process Redesign dalam e-Business El Sawy (2001, pp55-56) menjelaskan dalam e-Business, persaingan antar perusahaan didasarkan pada 3 strategi kemampuan berikut ini : 1. Kemampuan untuk mengkonfigurasikan ulang proses bisnis secara tepat Perusahaan perlu memikirkan bagaimana efek perubahan akan mempengaruhi interaksi dengan mitra dan pelanggan sehingga bisa dengan cepat melakukan konfigurasi ulang pada proses bisnis secara tepat. 2. Kemampuan untuk mengeksekusi proses bisnis secara tepat Proses bisnis harus lebih fleksibel dengan pengembangan produk baru, manajemen pemesanan atau layanan konsumen. 3. Kemampuan untuk memahami lebih cepat Memahami dengan cepat maksudnya adalah memahami perubahan keinginan konsumen dan kondisi pasar yang kompetitif, menyesuaikan keadaan tersebut dengan cepat dan memahami bagaimana bekerjasama dengan mitra bisnis agar lebih baik. 14 2.4.2 Lima Fase Pelaksanaan Business Process Redesign Menurut El Sawy (2001, pp12-13), aktivitas perancangan ulang (redesign) dapat dilakukan dalam lima fase, yaitu : Fase 1 : Pemicu dilaksanakannya perancangan ulang (redesign) Proyek business process redesign dimulai dari beberapa pemicu yang mungkin timbul, seperti permasalahan kinerja perusahaan atau strategi perusahaan menuju bentuk e-Business. Ide perancangan ulang juga bisa datang dari eksekutif puncak yang mempunyai visi baru dalam mengarahkan perusahaan untuk menciptakan atau menambahkan nilai (value) perusahaan. Fase 2 : Mobilisasi proyek Business Process Redesign Pergerakan proyek Business Process Redesign dilakukuan dengan memilih seorang pemimpin proyek dan membentuk tim utama untuk melakukan perancangan ulang (redesign) tersebut. Proses yang perlu dirancang ulang ditentukan terlebih dahulu. Fase 3 : Percancangan ulang proses Dalam tahap ini perancangan ulang (redesign) proses bisnis dilakukan dan dibandingkan hasilnya dengan proses lama untuk melihat bagaimana hasil perancangan tersebut dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Fase 4 : Implementasi dan transformasi organisasi Implementasi dan transformasi organisasi adalah tahap tersulit yang dilaksanakan dalam fase pelaksanaan Business Process Redesign. Tahap ini meliputi perancangan sistem informasi dan modifikasi pada infrastruktur TI serta cara memperkenalkan dan mengadaptasikan proses baru kedalam perusahaan. 15 Fase 5 : Pengawasan dan pemeliharaan Kegiatan perancangan ulang adalah usaha yang bersifat jangka panjang, karena itu perlu diawasi agar proses-proses tersebut bisa dijaga dan dimodifikasi pada kondisi-kondisi yang mengharuskan. Fase 1 : Pemicu Perancangan Ulang (Redesign) Fase 2 : Mobilisasi Proyek Fase 3 : Perancangan Ulang Proses Fase 4 : Implementasi dan Transformasi Organisasi Fase 5 : Pengawasan dan Pemeliharaan Gambar 2.2 Lima Fase Pelaksanaan Business Process Redesign (Sumber : El Sawy, 2001, p13). 16 2.4.3 Aktivitas dari Business Process Redesign Tabel 2.1 Fase Kunci dan Aktivitas-Aktivitas dalam Business Process Redesign (Sumber : El Sawy, 2001, p16) Phase 1 Phase 2 Phase 3 Pembatasan ruang lingkup proses Pemodelan, analisis dan perancangan ulang Perencanaan proses dan integrasi Proses • Target proses operasionalisasi • Melanjutkan pengumpulan data • Mendefinisikan batasan proses • Proses dasar pemodelan “As-Is” • Mengidentifikasi masalah kunci dalam proses • Analisis dan diagnosa proses “As-Is” • Mendefinisikan pandangan awal • Membuat garis besar • Analisis alternatif proses perencanaan “To-Be” dan memilih pengumpulan data dan alternative terbaik pengumpulan data dasar • Merencanakan fase Perencanaan untuk fase proses intergrasi perencanaan • • Desain dan model alternatif proses “ToBe”. • Memberikan model arus kerja atau kebutuhan untuk Sistem Informasi • Menyesuaikan rancangan proses • Merencanakan implementasi proses Output • Laporan proses pembatasan ruang linkup • Software-Based pemodelan proses • Perencanaan integrasi proses • Laporan proses perancangan ulang Pihak yang terlibat • Pemilik dan partner proses • Pelanggan dari proses • Tim BPR • Partisipan proses • Tim BPR • Tim perancang Sistem Informasi 17 2.4.3.1 Target Perancangan Ulang Menurut El Sawy (2001. pp82-83), Target perancangan ulang perlu dibuat untuk mengetahui tujuan dan sasaran dari proses perancangan ulang. Target perancangan ulang sangat penting karena : 1. Tujuan dan bagian-bagian yang tidak dimengerti dapat diperjelas sebelum dilakukan perancangan ulang suatu proses. 2. Secara jelas dapat diidentifikasi ukuran keberhasilan yang diperoleh dari hasil suatu perancangan ulang. 3. Menekankan perancangan ulang pada ukuran keberhasilan yang telah ditetapkan. 4. Memberikan mekanisme penanggulangan apabila proyek BPR menyimpang dari target yang telah ditentukan. 2.4.3.2 Pembatasan Ruang Lingkup Proses Menurut El Sawy (2001, p86), Dalam merancang ulang suatu proses bisnis, mendefinisikan batasan proses sangat penting karena : 1. Memberikan gambaran secara menyeluruh dari ruang lingkup proses mengenai apa yang harus dilakukan dalam proses. 2. Mengatasi meluasnya permasalahan yang akan diangkat. 3. Mendukung proses perancangan ulang dalam pengumpulan data. 18 Process Redesign Targets “To‐be” process Baseline “as‐is” process Process Name : Process redesign goals Priority 1. 2. 3. Process performance targets Cycle time targets Cost tagets Quality targets Knowledge creation targets Measures • • • • • • • • Binding management decisions Gambar 2.3 Target Perancangan Ulang (Sumber : El Sawy, 2001, p84) Gambar 2.4 Mendefinisikan Ruang Lingkup Proses (Sumber : El Sawy, 2001, p87) 19 2.4.4 Pentingnya Business Process Redesign Dalam Suatu Perusahaan Perkembangan situasi lingkungan membuat suatu perusahaan harus mempunyai inovasi, inisiatif untuk memperoleh keuntungan kompetitif serta proses perusahaan yang berjalan dengan efektif dan efisien. Oleh karena itu perancangan ulang suatu proses bisnis diperlukan agar perusahaan harus bisa mengikuti setiap perubahan yang ada. Perancangan ulang (redesign) proses bisnis bukan hanya kegiatan menata ulang proses bisnis perusahaan tetapi lebih dari itu, perancangan ulang (redesign) melibatkan penataan ulang arus informasi yang terjadi di seputar proses bisnis akibat perancangan ulang (redesign) yang dilakukan. 20 2.5 Object Oriented Analysis and Design (OOAD) Analisis dan perancangan berorientasi objek (OOAD) adalah pendekatan dengan menggunakan konsep objek. Whitten (2004, p179) menyatakan bahwa konsep yang digunakan dalam orientasi objek adalah pembungkusan semua data yang mendeskripsikan orang, tempat, kejadian dalam suatu wadah, yaitu objek itu sendiri. Beberapa tipe diagram berbeda yang secara kolektif memodelkan sebuah sistem informasi atau aplikasi dalam artian objek didefinisikan dengan Unified Modeling Language (UML). Mathiassen (2000, p4) menjelaskan bahwa dalam OOAD, blok-blok pembangun yang paling dasar adalah objek. Selama analisis, objek digunakan untuk mengorganisasikan pengertian terhadap konteks sistem (system context). Sedangkan selama perancangan, objek digunakan untuk mengerti dan mendeskripsikan sistem itu sendiri. Mathiassen (2000, p4) menjabarkan definisi objek sebagai sebuah entitas dengan identitas, status, dan perilaku. Dalam analisis, objek adalah abstraksi sebuah fenomena dalam konteks sistem, misalnya pelanggan. Dalam perancangan, objek adalah bagian dari sistem. Biasanya objek-objek dideskripsikan dalam kelas-kelas. Atau dalam kata lain, kelas adalah kumpulan objek yang memiliki ciri-ciri yang sama. Mathiassen (2000, p6) mengatakan bahwa kesuksesan pengembangan sistem sangat bergantung pada pengertian aplikasi praktikal sistem. Gambar berikut menunjukan bahwa konteks sistem dapat dilihat dari dua perspektif, yaitu pemodelan sistem (problem domain), dan sistem tersebut dioperasikan oleh 21 pengguna (application domain). Jadi, sebuah konteks pada intinya adalah sebuah ruang lingkup dari sistem. Gambar 2.5 Sistem Konteks (Sumber : Mathiassen, 2000, p7). Problem domain adalah bagian konteks yang diadministrasikan, diawasi, atau dikontrol oleh sistem. Sedangkan application domain adalah organisasi yang mengadministrasikan, mengawasi, atau mengontrol problem domain. Selanjutnya, Mathiassen (2000,p14) menjabarkan bahwa OOAD memiliki empat aktivitas utama. Keempat aktivitas tersebut adalah analisis problem domain, analisis application domain, perancangan komponen, dan perancangan arsitektur. Berikut gambar tentang aktivitas OOAD tersebut. Sebelum memulai analisis dan perancangan sistem informasi, harus dilakukan dulu pemilihan sistem (system choice). Subaktivitas dalam pemilihan sistem adalah berfokus pada situasi yang ada, membuat dan mengevaluasi ide 22 untuk perancangan sistem, dan yang terakhir, definisi sistem diformulasikan dan dipilih. Application Domain Analysis Problem Domain Analysis Requirements for use Model Component Design Specification of components specification of architecture Architectural design Gambar 2.6 Aktivitas-aktivitas OOAD (Sumber : Mathiassen, 2000, p15) Dalam pendeskripsian situasi, pengertian akan situasi pengguna harus kaya dan banyak. Kita dapat mengerti sudut pandang pengguna tentang situasi dengan menggunakan rich picture. Rich picture adalah penggambaran informal yang merepresentasikan pengertian tentang situasi. Dengan menggunakan deskripsi situasi dan ide, maka definisi sistem dapat dibuat. Definisi sistem adalah deskripsi singkat dari sebuah sistem 23 terkomputerisasi yang diekspresikan dalam bahasa alami. Definisi sistem yang dibuat tersebut harus memenuhi kriteria FACTOR. Adapun kriteria-kriteria FACTOR adalah sebagai berikut : • Functionality : Fungsi sistem yang mendukung tugas application domain. • Application domain : Bagian organisasi yang mengadministrasi, mengawasi, atau mengontrol problem domain. • Condition : Kondisi dimana sistem akan dikembangkan dan dijalankan. • Technology : Teknologi yang digunakan dalam mengembangkan sistem dan teknologi yang akan dijalankan sistem. • Object : Objek-objek yang utama dalam problem domain. • Responsibility : Tanggung jawab sistem dalam hubungan dengan konteksnya. 2.5.1 Analisis Problem Domain Mathiassen (2000, p45) menjelaskan bahwa analisis problem domain berfokus pada pertanyaan informasi apakah yang seharusnya dihadapi sistem. Jawaban pertanyaan ini penting selama aktivitas analisis, hal ini disebabkan model problem domain menyediakan bahasa untuk mengekspresikan kebutuhan sistem kemudian, pada perancangan model ini diubah menjadi komponen yang merepresentasikan status problem domain jadi, model adalah sebuah deskripsi kelas, objek, struktur, dan perilaku problem domain. 24 Analisis problem-domain memiliki tiga aktivitas utama, yaitu kelas (class), struktur (structure), dan perilaku (behavior). Analisis dilakukan dengan menggunakan sistem defiasi yang telah dibuat, dan hasilnya adalah sebuah model problem domain. 2.5.1.1 Kelas Kelas adalah sebuah deskripsi koleksi objek yang saling berbagi struktur, pola perilaku, dan atribut. Untuk memodelkan problem domain, aktivitas dimulai dengan aktivitas kelas dan pertanyaan penting tentang objek dan kejadian (event) apa yang harus dimasukkan dan yang tidak dimasukkan ke dalam model (Mathiassen, 2000, p53). Tabel 2.2 Contoh Tabel Kejadian Pelanggan Asisten Perjanjian Memesan v v v Membatalkan v v v Dipekerjakan 2.5.1.2 v Struktur Aktivitas struktur dalam analisis problem domain berfokus pada hubungan antara kelas-kelas dan objek-objek. Jika pada aktivitas kelas telah dipilih kelas-kelas untuk model problem domain dan kelas-kelas tersebut telah dikarakteristikan dengan kejadian-kejadian, maka pada aktivitas struktur 25 deskripsi tersebut dikembangkan dengan menambahkan hubungan structural antara kelas-kelas dan objek-objek Pada struktur antara kelas terdapat dua struktur, yaitu stuktur generalisasi dan struktur cluster. Generalisasi adalah sebuah kelas umum (superkelas) yang mendeskripsikan property yang umum dari kelas-kelas spesialisasi (subkelas). Contohnya superkelas kendaraan penumpang memiliki subkelas taksi dan mobil pribadi baik taksi maupun mobil pribadi adalah kendaraan penumpang yang memiliki rangka, mesin, dan lainnya. Cluster adalah koleksi atau kumpulan kelas yang saling berhubungan. Contohnya generalisasi dan cluster adalah sebagai berikut. <<Cluster>> Cars <<Cluster>> People Owner Car Clerk Engine Passenger Car Cylinder Taxi Gambar 2.7 Hubungan Cluster dan Generalisasi (Sumber : Mathiassen, 2000, p75) Struktur antara objek terdiri atas struktur agregasi dan struktur asosiasi. Agregasi adalah objek-objek superior yang memiliki beberapa objek inferior. Sedangkan Asosiasi adalah hubungan yang berarti antara objek. Hubungan 26 antara mobil dengan mesin adalah hubungan agregasi sedangkan hubungan antara mobil dengan pemilik adalah hubungan asosiasi. Berikut contohnya. Car 1 1 1 1 1 Body 4..* Engine Wheel 1 1 1..* 2..* Cam Shaft Cylinder Gambar 2.8 Hubungan Agregasi (Sumber : Mathiassen, 2000, p76) 2.5.1.3 Perilaku (Behavioral Pattern) Pada aktivitas perilaku, definisi kelas dalam kelas diagram dikembangkan lagi dengan menambahkan deskripsi pola perilaku (behavioral pattern) adalah sebuah deskripsi jejak kejadian (event trace) yang mungkin untuk semua objek di dalam sebuah kelas. Hasilnya diekspresikan dalam diagram statechart seperti berikut. Pelanggan -Nama -Alamat / membuka_rekening / menutup rekening Terbuka Gambar 2.9 Diagram Statechart 27 2.5.2 Analisis application domain Analisis application domain berfokus pada bagaimana sistem akan digunakan. Application domain adalah organisasi yang mengadministrasi, mengawasi, dan mengontrol problem domain. Adapun aktivitas-aktivitas dalam application domain adalah penggunaan (usage), fungsi, dan antarmuka (interface). Analisis application domain menghasilkan gambaran kebutuhan untuk digunakan. 2.5.2.1 Penggunaan (Usage) Menganalisis application domain dapat menghasilkan informasi rinci sangat banyak yang bernilai sedikit pada proses pengembangan. Untuk efisiensi, hanya difokuskan pada interaksi antara pengguna dengan sistem. Dalam hal ini digunakan use case. Use case adalah pola interaksi antara sistem dan aktor pada application domain. Aktor adalah sebuah abstraksi pengguna atau sistem lain yang berinteraksi dengan sistem. Hasil dari aktivitas usage adalah use case dan aktor. Sebuah kumpulan use case yang lengkap adalah semua penggunaan dari sistem. Notasi yang digunakan adalah sebagai berikut. Kelompok Use Case Use Case Aktor Gambar 2.10 Notasi use case 28 Selanjutnya, Whitten (2004, p663) menyatakan bahwa diagram Sequence adalah diagram UML yang memodelkan logika sebuah use case dengan cara menggambarkan interaksi pesan diantara objek-objek dalam rangkaian waktu. Diagram Sequence menggambarkan dengan sangat detail bagaimana sebuah objek berinteraksi satu sama lain sepanjang waktu. 2.5.2.2 Fungsi (Function) Fungsi berfokus pada apa yang dapat dilakukan sistem untuk membantu aktor dalam pekerjaannya. Jadi, fungsi adalah fasilitas untuk membuat model menjadi berguna untuk aktor, Mathiassen (2000, p138) menjabarkan empat fungsi yaitu update, signal, read, dan compute. 2.5.2.3 Antarmuka (Interface) Interface menghubungkan sistem dengan semua aktor yang relevan dengan sistem. Interface adalah fasilitas yang membuat model sistem dan fungsi tersedia untuk aktor. Dengan menggunakan diagram kelas, use case, dan daftar fungsi, analisis antarmuka dilakukan. Hasilya adalah deskripsi antarmuka (window diagram). 2.6 29 Database Menurut Whitten (2004, p518), Semua sistem informasi membuat, membaca, memperbaharui (kadang kadang disingkat CRUD) data. Data disimpan didalam file dan database. File adalah sebuah kumpulan record yang serupa. Database adalah kumpulan file yang saling terkait. Kata kuncinya adalah “saling terkait”. Database tidak hanya merupakan kumpulan file. Record pada setiap file harus memperbolehkan hubunganhubungan untuk mnyimpan file-file lain. 2.6.1 2.6.1.1 Konsep Database untuk Analisa Sistem Field Field menjadi umum pada file dan database. Field adalah implementasi fisik pada sebuah atribut data. Field adalah unit terkecil dari database meaningful yang telah disimpan pada sebuah file atau database. Ada empat tipe field yang dapat disimpan : primary key, secondary key, foreign key, dan descriptive field. 1. Primary Key Primary key adalah sebuah field yang nilai-nilainya mengidentifikasikan satu dan hanya satu record pada sebuah file. Selain itu, sebuah primary key dapat dibuat dengan mengkombinasikan dua atau lebih field (disebut concatenated key). 2. Secondary Key Secondary key adalah sebuah pengidentifikasi alternative pada sebuah database. Nilai secondary key mungkin mengidentifikasi sebuah record tunggal atau sebuah subset dari semua record . Sebuah file tunggal pada sebuah database 30 dapat memiliki hanya satu primary key, tetapi juga dapat memiliki beberapa secondary key. Untuk memfasilitasi pencarian (searching) dan pengurutan (sorting), maka dibuatlah sebuah index untuk kunci-kunci tersebut. 3. Foreign Key Foreign key merupakan pointer ke record-record dari sebuah file lain pada sebuah database. Foreign key memampukan database terhubung ke recordrecord dari satu tipe ke record-record dari tipe lainnya. 4. Descriptive Field Descriptive field adalah semua field lainnya (non key) yang menyimpan data bisnis. 2.6.1.2 Record Fields diorganisasikan ke dalam record-record. Record-record menjadi umum pada file dan database. Record adalah sebuah kumpulan field yang disusun pada format yang telah ditentukan. Sebagian besar teknologi database memaksakan struktur record fixed length, artinya setiap instance record mempunyai field yang sama, jumlah field yang sama, dan ukuran logika yang sama. Akan tetapi, beberapa sistem database akan mengkompresi field-field dan nilai-nilai yang tidak berguna untuk menghemat ruang penyimpanan disk. Struktur record variable length memperbolehkan record-record pada file yang sama memiliki length yang berbeda. Blocking Factor adalah jumlah logical record yang tercakup dalam satu operasi read atau write tunggal (dari 31 perspektif komputer). Seorang administrator database yang memiliki kualifikasi dibolehkan untuk melakukan fine tuned pada blocking factor tersebut untuk tujuan performa. 2.6.1.3 File dan Tabel Record-record yang sama diorganisasi menjadi kelompok-kelompok yang disebut file. Pada sistem database, sebuah file sering disebut table. File adalah kumpulan dari semua kejadian dari sebuah struktur record yang ditentukan. Tabel adalah ekuivalen database relational dari sebuah file. Beberapa tipe file dan tabel konvensional antara lain : • Master Files Master file atau tabel berisi record-record yang secara relatif bersifat tetap (permanen). Jadi, sekali sebuah record ditambahkan pada sebuah file master, maka record itu tinggal didalam sebuah sistem secara tak terbatas. Nilainilai field pada sebuah record akan berubah sepanjang waktu, tetapi record tunggal tidak berubah sampai tak terbatas. • Transaction Files Transaction file berisi record-record yang mendeskripsikan event (kejadian) bisnis. Data yang mendeskripsikan kejadian-kejadian itu umumnya memiliki umur hidup tak terbatas. Pada sistem informasi record-record transaksi sering ditahan online pada beberapa periode waktu. Setelah habis umur hidupnya file tersebut akan diarsip secara offline. 32 • Document Files Document file berisi salinan tersimpan dari data historis untuk memudahkan pemanggilan dan review ulang tanpa mengeluarkan biaya tambahan untuk menghasilkan dokumen. • Archival Files Archival file berisi record-record file master dan transaksi yang telah dihapus dari penyimpanan online. Jadi, record-record jarang dihapus, hanya dipindah dari penyimpanan online ke penyimpanan offline. • Tabel Look-Up Files Tabel Look-Up file terdiri dari data yang relatif statis yang dapat dipakai bersama oleh berbagai aplikasi untuk memelihara konsistensi dan peningkatan performa. • Audit Files Audit file adalah record-record pembaruan khusus untuk file-file yang lain, khususnya file master dan transaksi.Record ini digunakan dalam kaitannya dengan file-file archival untuk mengembalikan data yang “hilang”. 33 2.6.1.4 Database Whitten (2004, p522) menjelaskan database dapat dianggap sebagai satu set file yang saling berelasi. Artinya record-record pada satu file dapat diasosiasikan atau dihubungkan dengan record-record pada sebuah file yang berbeda. • Arsitektur Data Menurut Whitten (2004, p522) arsitektur data bisnis mendefinisikan bagaimana bisnis itu dapat berkembang dan menggunakan baik file maupun database untuk menyimpan semua data organisasi, teknologi file dan database untuk digunakan, dan setup struktur administratif untuk mengelola sumber data. Operational Database (Database Transactional) dikembangkan untuk mendukung operasi day-to-day dan pemrosesan transaksi bisnis pada sistem informasi utama. Akses ke database ini dibatasi untuk program komputer yang menggunakan DBMS untuk memproses transaksi, memelihara data, dan membuat laporan-laporan manajemen yang terjadwal secara reguler. Data warehouse menyimpan data yang diekstrak dari database oprasional. Alat-alat query dan alat pendukung keputusan yang kemudian digunakan untuk menghasilkan laporan dan analisis terhadap data warehouse tersebut. Data warehorse disebut juga data mining. Untuk mengelola sumber data skala perusahaan perusahaan, seorang staf spesialis database dapat diberi tugas untuk administrator berikut : Data 34 Administrator bertanggung jawab untuk perancanaan data, definisi, arsitektur, dan manajemen. Satu atau lebih database administrators (DBA) bertanggung jawab terhadap teknologi database, desain database, dan konsultasi konstruksi, keamanan, backup, dan dalam bisnis yang lebih kecil, peran ini dapat dikombinasikan atau ditetapkan kepada satu atau lebih analisis sistem. • Arsitektur Database Whitten (2004, p524) menjelaskan Database Architecture mengacu pada teknologi database yang mencakup database engine, database utility, alat CASE database untuk analisis dan desain, dan alat-alat pengembangan aplikasi database. Pusat kontrol sebuah arsitektur database adalah sistem manajemen database itu sendiri. Database Management System (DBMS) adalah perangkat lunak komputer khusus yang disediakan dari vendor komputer yang digunakan untuk membuat, mengakses, mengontrol dan mengelola database. Dari DBMS sering disebut database engine. Mesin ini merespon perintah khusus untuk membuat struktur database kemudian membuat, membaca, memperbarui dan menghapus record pada sebuat database. Sistem manajemen database dibeli dari sebuah vendor teknologi database seperti Oracle, IBM, Microsoft atau SyBase. Data Definition Language (DDL) digunakan oleh DBMS untuk menetapkan secara fisik tipe, record, field dan hubungan struktural. Selain itu, DDL menentukan view database. View tersebut membatasi bagian dari sebuah 35 database yang dapat digunakan atau diakses oleh para pengguna dan program yang berbeda. Programer Aplikasi Analis Sistem dan Desainer Database Alat CASE Pengguna Akhir Alat Pengembangan Aplikasi PC-DBMS dan Alat Query Monitor Transaction Processing (TP) DBMS Data Definition Language(DDL) Property Language and Tools Data Manipulation Language(DML) DATABASE ENGINE METADATA USER DATA Gambar 2.11 Arsitektur Sistem Manajemen Database (Sumber : Whitten , 2004, p524) 36 Data Maniulation Language (DML) digunakan untuk membuat, membaca, memperbarui dan menghapus record pada sebuah database dan untuk menjelajahi diantara record dan tipe record yang berbeda. Customer menempatkan Order menjual Ordered Product terjual Product Gambar 2.12 Model Data Logika (sederhana) (Sumber : Whitten , 2004, p525). • Sistem Manajemen Database Relasional Whitten (2004, p525) menjabarkan ada beberapa tipe sistem manajemen database. Saat ini, sebagian besar sistem manajemen database yang berhasil didasarkan pada teknologi relasional. Relational Databases mengimplementasikan data pada satu seri tabel dua dimensi yang “dihubungkan” satu dengan yang lain melalui Foreign key. Setiap tabel (kadang-kadang disebut relation) terdiri dari kolom bernama column dan sejumlah baris yang tidak dinamakan. Triggers adalah program yang di lekatkan pada sebuah tabel yang diminta secara otomatis melalui pembaruan tabel lain. Stored Procedures adalah program yang dilekatkan pada sebuah tabel yang dapat di panggil dari program aplikasi. 37 2.7 Analisi SWOT Menurut Kotler (1997, pp81-82), Lingkungan yang akan diamati dalam mencapai tujuan suatu organisasi sehingga bisa memperoleh keuntungan kompetitif mencakup lingkungan internal (kekuatan dan kelemahan) dan lingkungan eksternal (peluang dan ancaman). 1. Kekuatan (Strength) Setiap perusahaan harus mengetahui kekuatan yang dimiliki dan dapat membandingkan kekuatan tersebut dengan kekuatan para pesaing dan selalu menilai secara berkala. 2. Kelemahan (Weakness) Kelemahan atau masalah yang dihadapi oleh perusahaan kadang bisa membuat gagalnya suatu rencana bisnis dan bukan karena masing-masing bagian tidak memiliki kekuatan yang dibutuhkan, melainkan bagian-bagian tersebut tidak bekerjasama sebagai satu tim. 3. Peluang (Opportunity) Kesempatan yang dimiliki oleh perusahaan yang dapat membuat keuntungan kompetitif bagi perusahaan itu sendiri. 4. Ancaman (Threats) Sebagian perkembangan dalam lingkungan eksternal merupakan ancaman. Ancaman lingkungan adalah tantangan akibat kecenderungan yang tidak menguntungkan atau perkembangan yang akan mengurangi keuntungan kompetitif dan laba bila tidak dilakukan gerakan pertahanan. 38 Tabel 2.3 Matriks SWOT (Sumber : Rangkuti, 2002, p31) Strengths (S) Kekuatan yang perusahaan saat ini Bagaimana perusahaan dengan kelemahan dengan kelemahan yang ada dapat mencapai kesempatan Bagaimana perusahaaan dengan kekuatan yang ada merugikan mampu menghadapi ancaman yang ada Bagaimana perusahaan dengan kelemahan yang ada saat ini mampu menghadapi ancaman yang ada Kesempatan yang menguntungkan perusahaaan Ancaman yang perusahaan dimiliki Kelemahan yang ada dalam perusahaan Bagaimana perusahaan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki untuk mencapai kesempatan yang menguntungkan Opportunities (O) Threats (T) Weakness (W) Menurut Rangkuti (2002, pp18-19), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai factor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). 39 2.8 Penyewaan Langsung Penyewaan langsung dimulai ketika sebuah perusahaan memperoleh manfaat dari aset yang sebelumnya tidak dimiliki. Pihak lessor biasanya pembuat (manufacturer) dari aset tersebut atau insitusi keuangan. Pihak penyewa menentukan hal-hal berikut: • Peralatan yang akan disewa. • Manufacturer yang mana yang akan menyediakan peralatan tersebut. • Pilihan, jaminan, persyaratan pengiriman, perjanjian pemasangan dan jasa yang harus dibuat. • Berapa harga yang akan dibayar untuk aset tersebut. Pihak lesse kemudian menghubungi institusi keuangan dan membicarakan tentang syarat penyewaan, kemudian institusi ini (yang kemudian menjadi pihak lessor) memperoleh aset untuk pihak lesse dan pihak lesse mulai membayar penyewaan. Pihak lesse bertanggung jawab terhadap pajak, asuransi, dan perawatan (Anonim4, 2004). 2.9 Sistem Informasi Penyewaan Berbasis Web Sistem informasi penyewaan berbasis web adalah suatu sistem informasi yang mengorganisasikan serangkaian prosedur dan metode yang dirancang yang memasukkan, memproses, menghasilkan, menganalisa, menyebarkan informasi guna memudahkan kegiatan operasional penyewaan melalui web.