BAB II - Widyatama Repository

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Investasi
2.1.1. Pengertian Investasi
Menurut Abdul Halim dalam bukunya Analisis Investasi (2003;2) pengertian
investasi sebagai berikut:
“Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat
ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.”
Atkinson
mengemukakan
dalam
bukunya
Management
Accounting
(2001;321) tentang definisi investasi sebagai berikut :
“Investment is the monetary value of the assets that the organization gives up
to acquire long term assets. Return refers to the increased cash flows in the
future attributable to the long term assets acquired.”
Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen (1997;284) mendefinisikan
investasi sebagai :
“Peningkatan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba
dimasa yang akan datang”.
FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept No.6 menyatakan
bahwa :
“Increases in net assets of a particular enterprise resulting from transfer to
it from other entities of something of value to obtain or increase ownership
interest (or equity) in it. Assets are most commonly received as investment by
owners, but that which is received may also include services or satisfaction or
conversion of liabilities of the enterprise” (Kieso & Weygant, 2001;40)
Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002;PSAK no 13:13.1)
menyatakan bahwa :
“Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan
kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti,
bunga, royalty, deviden, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau
untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi.”
9
Dari berbagai pengertian investasi tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa
investasi merupakan penggunaan sumber daya perusahaan dan terikat dalam
jangka panjang. Sekali Investasi dilakukan, perusahaan akan terikat pada jalur
yang telah dipilih dan banyak mengandung resiko serta ketidakpastian.
2.1.2 Jenis-Jenis Investasi
Menurut Abdul Halim dalam bukunya Analisis Investasi (2003;2), umumnya
investasi dibedakan menjadi dua yaitu :
1. Investasi pada financial assets; dan
2. Investasi pada real assets.
Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa
sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya.
Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan
lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan dalam bentuk
pembelian assets produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan,
pembukaan perkebunan dan lainnya.
Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen
(1997;284) membagi investasi ke dalam empat golongan sebagai berikut :
1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non profit investment)
Investasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syaratsyarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk
melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi.
2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment)
Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan
akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung
secara teliti.
3. Investasi dalam penggantian mesin dan peralatan (replacement investment)
Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan peralatan
yang ada. Dalam pemakaian mesin dan peralatan, pada suatu saat akan terjadi
biaya operasi mesin dan peralatan menjadi lebih besar dibandingksn dengan
10
biaya operasi jika mesin tersebut diganti dengan mesin yang baru, atau
produktifitasnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan.
4.Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment)
Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi
atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya.
2.2. Aktiva Tetap
2.2.1. Pengertian Aktiva Tetap
Pengertian Aktiva Tetap menurut Fess dan Wareen dalam Accounting
Principle (2003;390) sebagai berikut:
“Plant assets are long or relatively permanent tangible assets that are used in
the normal business operations. They are owned by the enterprises and are
not held for sale on the ordinary course of business.”
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002;PSAK no 16:16.2), aktiva tetap
didefinisikan sebagai :
“Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai
atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi
perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal
perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”
Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting (2000;279)
Sebagai berikut :
“Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya
relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.”
Sedangkan menurut Kusnadi
dkk dalam buku Akuntansi Keuangan
Menengah (2000;270), Aktiva tetap adalah :
“Semua benda yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki nilai guna
ekonomis serta mempunyai umur (masa) manfaat lebih dari satu periode
akuntansi (satu tahun) dan diakui serta diukur berdasarkan prinsip akuntansi
yang diterima umum.”
Berdasarkan definisi tersebut, dapat kita lihat ciri-ciri aktiva tetap antara lain
mempunyai manfaat lebih dari satu tahun, digunakan dalam operasi perusahaan,
dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan.
11
2.2.2. Pengakuan Aktiva Tetap
Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002;PSAK no 16:16.3)
suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokan
sebagai aktiva tetap, bila :
a. besar kemungkinan (probable) manfaat ekonomi di masa yang akan datang
yang berkaitan dengan aktiva tersebut mengalir kedalam perusahaan; dan
b. biaya perolehan aktiva tetap dapat diukur secara andal.
Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu
aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. (2002;PSAK
no 16:16.3)
1. Komponen biaya
Biaya perolehan aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan
PPN masukan tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang
didistribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang
membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan;
setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Contoh
dari biaya yang didistribusikan secara langsung adalah :
a. biaya persiapan tempat;
b. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat
(handling-cost);
c. biaya pemasangan (installation cost); dan
d. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur.
2. Perolehan secara gabungan
Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara
gabungan
ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut
berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan.
3. Pertukaran aktiva
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian
suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam itu
diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana
12
yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah
disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer.
Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang
serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan
memiliki suatu nilai wajar serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual dalam
pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam kedua keadaan
tersebut , karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap,
tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dalam transaksi. Sebaliknya,
biaya perolehan aktiva baru adalah jumlah tercatat dari aktiva yang dilepaskan.
Tetapi nilai wajar aktiva yang diterima dapat menyediakan bukti dari suatu
pengurangan (impairment) aktiva yang dilepaskan. Dalam keadaan ini aktiva
yang dilepaskan diturun-nilai buku-kan (written down) dan nilai turun nilai buku
(written down) ini ditetapkan untuk aktiva baru. Contoh dari pertukaran aktiva
serupa termasuk pertukaran pesawat terbang, hotel, bengkel dan properti real
estate lainnya. Jika aktiva lain seperti kas termasuk sebagai bagian dari transaksi
pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak
memiliki suatu nilai yang serupa.
4. Aktiva donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran
atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun “Modal Donasi”.
2.2.3. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap
Apabila suatu aktiva dibeli dengan tunai, maka aktiva tersebut dicatat sebesar
jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk
pembeliannnya dan penyiapannya hingga dapat dipakai, akan tetapi, menurut
Stice, Stice & Skousen
dalam Intermediate Accounting buku dua yang
diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;10) aktiva tetap dapat di
peroleh dengan berbagai cara, yang sebagian daiantaranya memiliki masalah
khusus mengenai harga perolehan yang akan dicatat. Perolehan aktiva tersebut
dibahas dalam topik-topik berikut ini :
13
1. Pembelian secara paket.
Dalam beberapa pembelian, sejumlah aktiva dapat dibeli dalam suatu pembelian
secara paket (basket purchase). Untuk mencatat aktiva tersebut secara terpisah,
maka total harga belinya harus dialokasikan ke masing-masing aktiva tersebut.
Jika sebagian dari harga beli dapat secara jelas diidentifikasikan dengan suatu
aktiva secara khusus, maka pembebanan biaya ke aktiva tersebut harus
dilakukan dan sisa dari harga beli dialokasikan ke aktiva yang tersisa. Jika tidak
ada bagian dari harga beli dapat dihubungkan dengan suatu aktiva tertentu,
maka jumlah keseluruhannya harus dialokasikan ke berbagai aktiva berbeda
yang diperoleh. Harga penilaian atau bukti serupa yang diberikan oleh suatu
otoritas
independen
yang
kompeten
harus
dicari
untuk
mendukung
pengalokasian tersebut.
Untuk menggambarkan pengalokasian harga perolehan gabungan, asumsikan
bahwa tanah, bangunan, dan peralatan diperoleh dengan harga $ 160.000,.
Asumsikan pula bahwa seorang profesional menilai setiap aktiva tersebut pada
tanggal perolehan. Alokasi harganya dibuat sebagai berikut :
Dialokasikan
Untuk
Tanah
Bangunan
Peralatan
Nilai dari
Penilai
Profesional
$56.000
$120.000
$24.000
$200.000
Alokasi Biaya
menurut
Nilai dari Penilai
56.000/200.000 X 160.000
120.000/200000 X 160.000
24.000/200.000 X 160.000
Harga Perolehan yang
Dialokasikan untuk
Tiap Aktiva
$44.800
$96.000
$19.200
$160.000
Ayat jurnal untuk mencatat perolehan ini dengan asumsi dilakukan secara
tunai, adalah sebagai berikut :
Dr. Tanah……………………………………….. $44.800
Dr. Bangunan…………………………………… 96.000
Dr. Peralatan……………………………………. 19.200
Cr.
Kas………………………………………
160.000
2. Pembayaran yang ditangguhkan.
Perolehan real estat atau property lainnya terkadang berupa pembayaran yang
ditangguhkan untuk semua atau sebagian dari harga pembelian. Pembeli
14
menandatangani suatu wesel atau hipotik yang menentukan persyaratan
penyelesaian kewajiban. Kontrak utang tersebut bisa saja meminta suatu
pembayaran pada tanggal tertentu di masa yang akan datang atau suatu
rangkaian pembayaran pada jangka waktu tertentu. Bunga yang dikenakan
terhadap saldo yang belum lunas dari kontrak tersebut harus diakui sebagai
suatu beban. Untuk menggambarkan pembayaran
yang ditangguhkan,
asumsikan bahwa sebidang tanah diperoleh pada tanggal 2 januari 2005 dengan
harga $100.000 dimana $35.000 dibayar pada saat pembelian dan sisanya
dibayar dengan angsuran enam bulanan sebesar $5.000 ditambah bunga tahunan
untuk saldoi pokok utang yang belum dibayar sebesar 10%. Ayat Jurnal untuk
pembelian dan pembayaran pertama dari kontrak tersebut adalah sebagai
berikut:
2 Januari 2005 membeli tanah seharga $100.000, membayar uang muka $35.000
sisanya dibayar dalam pembayaran setengah tahunan sebesar $5.000 ditambah
bunga 10%
Dr. Tanah……………………………………….$100.000
Cr.
Kas……………………………………..
35.000
Cr.
Wesel Bayar……………………………
65.000
30 Juni 2005 melakukan pembayaran pertama. Jumlah yang dibayar : $5.000 +
$3250 (5% dari $65.000) = $8.250
Dr. Beban Bunga………………………………. $3.250
Dr. Wesel Bayar……………………………….. 5.000
Cr.
Kas……………………………………..
8.250
3. Sewa guna usaha.
Sewa guna usaha adalah suatu kontrak dimana satu pihak (penyewa-lesse)
diberikan hak untuk menggunakan aktiva yang dimiliki oleh pihak lain, yaitu
pihak yang menyewa (lessor) untuk suatu periode waktu tertentu dan untuk
suatu biaya periodik tertentu. Aktiva yang disewagunausahakan harus dicatat
sebagai aktiva dalam pembukuan perusahaan
penyewa yang menggunakan
aktiva, dan bukan dalam pembukuan perusahaan yang secara hukum masih
memiliki aktiva tersebut, dalam hal ini pemberi sewa (lessor).
15
Asumsikan masa sewa guna usaha untuk membuat peralatan adalah $40.000
setahun dengan dasar tahunan, ayat jurnalnya adalah:
Dr. Beban Sewa……………………………………… $40.000
Cr.
Kas……………………………………………
40.000
4. Pertukaran aktiva non moneter.
Dalam beberapa kasus, suatu perusahaan memperoleh suatu aktiva baru dengan
cara menukarkannya dengan aktiva non moneter yang ada. Umumnya, aktiva
yang baru harus dinilai pada nilai pasar wajarnya atau pada nilai pasar wajar
dari aktiva yang diserahkan.
Contohnya, Asumsikan perusahaan menukarkan beberapa truk bekas dan
sejumlah uang dengan sebidang tanah. Total nilai buku semua truk tersebut
adalah $42.000 (Cost $64.000 dikurangi akumulasi penyusutan $22.000).
Diperkirakan harga pasar yang wajar dari truk bekas tersebut adalah $49.000.
Sebagai tambahannya perusahaan harus membayar $17.000 untuk mendapatkan
tanah tersebut. Perhitungan :
• Fair value of Truck
$49.000
Cash yang dibayarkan
17.000
Cost of land
66.000
• Fair value of Truck
Cost of truck
less: akumulasi depresiasi
$49.000
$64.000
22.000
Book value
$42.000
Gain on disposal of truck
$ 7.000
Jurnal :
Dr. Tanah………………………………………….. $66.000
Dr. Akumulasi Depresiasi- truk …………………… 22.000
Cr.
Truk………………………………………...
64.000
Cr.
Laba pertukaran truk……………………….
7.000
Cr.
Kas…………………………………………
17.000
16
5. Perolehan dengan penerbitan efek.
Suatu perusahaan dapat memperoleh properti tertentu dengan cara menerbitkan
obligasi atau saham. Jika nilai pasar dari efek tersebut dapat ditentukan, maka
nilai tersebut akan digunakan sebagai nilai aktiva. Jika tidak ada nilai pasar dari
efek tersebut, maka digunakan nilai pasar wajar dari aktiva yang diperoleh.
Sebagai ilustrasi , asumsikan bahwa sustu perusahaan menerbitkan 1.000 lembar
saham biasa dengan nilai nominal $1 untuk memperoleh sebidang tanah , harga
pasar dari saham biasa tersebut adalah $45 per lembar. Ayat jurnal yang harus
dibuat adalah sebagai berikut :
Dr. Tanah………………………………………. $45.000
Cr.
Saham Biasa……………………………
Cr.
Tambahan Modal Disetor (Agio Saham)
1.000
44.000
6. Konstruksi Sendiri.
Kadang kala bangunan atau peralatan dibangun atau dibuat sendiri oleh
perusahaan untuk digunakan sendiri. Hal ini mungkin dilakukan untuk
menghemat biaya, untuk menggunakan fasilitas yang menganggur atau untuk
mendapatkan kualitas bangunan yang lebih baik. Aktiva dicatat pada harga
perolehannya, termasuk semua pengeluaran yang terjadi untuk membuat aktiva
dan mempersiapkan aktiva tersebut untuk digunakan sesuai dengan rencana.
Contoh, Cutler Industries telah memutuskan untuk membangun suatu pabrik
perakitan yang terkomputerisasi. Diperkirakan konstruksi tersebut akan
berlangsung selama 7 bulan dan biayanya kurang lebih $2 juta. Ayat Jurnalnya:
Dr. Konstruksi dalam Penyelesaian……………… $ 2.000.000
Cr.
Kas……………………………………….
$2.000.000
7. Perolehan melalui sumbangan atau penemuan.
Ketika aktiva diperoleh melalui sumbangan (donation), tidak ada biaya yang
dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Meskipun ada pengeluaran
tertentu yang harus dikeluarkan secara insidental untuk mendapatkan hadiah
tersebut, tetapi pengeluaran tersebut biasanya jauh lebih kecil dibandingkan
dengan nilai aktiva tersebut. Dalam hal ini, biaya tentu saja tidak dapat
dijadikan dasar penilaian. Properti yang diperoleh melalui donasi harus
17
diperkirakan nilainya dan dicatat sesuai dengan harga pasar wajarnya.
Sumbangan diakui sebagai pendapatan atau keuntungan pada saat diterima.
Untuk mengilustrasikan
pemerintah menerima sumbangan dari pemerintah
berupa sebidang tanah dan gedung yang menurut hasil penilaian dari appraisal
company masing-masing senilai $400.000 dan $1.500.000. Jurnalnya adalah :
Dr. Tanah………………………………………….. $400.000
Dr. Gedung………………………………………… 1.500.000
Cr.
Modal Donasi (Donated Capital)………….
1.900.000
8. Perolehan aktiva dengan biaya restorasi yang signifikan pada saat penghentian
pemakaian.
Terkadang, tindakan untuk memperoleh aktiva operasi jangka panjang secara
legal mengharuskan perusahaan untuk mengeluarkan biaya restorasi di masa
depan ketika aktiva tersebut dihentikan pemakaiannya. Contohnya, suatu
perusahaan yang melakukan eksplorasi
minyak dengan mendirikan kilang
minyak guna mendukung operasi pengeborannya diwajibkan secara hukum
untuk membongkar dan memindahkan kilang minyak ketika pengeboran selesai.
Akuntansi mengharuskan agar kewajiban ini diakui, pada perkiraan nilai
wajarnya
pada saat terjadinya, dan agar nilai wajar dari
kewajiban ini
ditambahkan pada biaya untuk memperoleh aktiva operasi jangka panjang
tersebut.
Asumsikan bahwa Bryan Beach membeli dan membangun suatu kilang minyak
dengan biaya keseluruhan sebesar $750.000 . Kilang minyak ini akan digunakan
selama 10 tahun, dimana pada saat itu Bryan Beach diwajibkan secara hukum
untuk memastikan bahwa kilang tersebut dibongkar dan dipindahkan dari
tempat tersebut . Bryan Beach
memperkirakan harus membayar sebesar
$100.000 untuk membeongkar dan memindahkan kilang tersebut 10 tahun yang
akan datang. Jika tingkat bunga yang tepat untuk digunakan dalam perhitungan
nilai sekarang adalah 8%, maka nilai sekarang dari kewajiban $100.000 dihitung
sebagai berikut :
FV = $100.000; I= 8%: N= 10 tahun
$46.319
18
Ayat Jurnal untuk mencatat pembelian kilang minyak tersebut serta pengakuan
kewajiban penghentian aktiva terkait adalah sebagai berikut :
Dr. Kilang Minyak………………………………… $750.000
Cr.
Kas…………………………………………
750.000
Dr. Kilang Minyak………………………………... $46.319
Cr.
Kewajiban Penghentian Aktiva…………..
46.319
9. Akuisisi suatu perusahaan secara keseluruhan.
Daripada membeli aktiva tertentu dari perusahaan lain, seperti dalam pembelian
secara paket, kadang kala perusahaan membeli perusahaan lain tersebut secara
keseluruhan. Hal ini disebut dengan penggabungan usaha. Prosedur-prosedur
akuntansi untuk penggabungan usaha sama dengan prosedur yang digunakan
dalam pembelian secara paket. Perbedaan utamanya adalah bahwa dalam suatu
penggabungan usaha, jumlah nilai wajar dari aktiva yang dapat diidentifikasi
biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah total yang dibayarkan untuk
membeli perusahaan.
2.2.4. Pengeluaran Setelah Perolehan
Selama masa manfaat aktiva tetap pengeluaran-pengeluaran yang rutin
maupun yang bersifat khusus akan terjadi. Bebrapa pengeluaran rutin diperlukan
untuk mempertahankan kondisi aktiva tetap tersebut agar tetap berfungsi seperti
seharusnya. Pengeluraran-penegluaran tersebut yaitu sebagai berikut :
1. Maintenance & Repair
Diperlukan untuk mempertahankan aktiva agar tetap dalam kondisi yang baik.
Maintenance (pemeliharaan) dilakukan jika tidak terjadi kerusakan. Sedangkan
repair (perbaikan ) dilakukan jika terjadi kerusakan pada aktiva. Pengeluaran
semacam ini biasanya berulang dan tidak akan meningkatkan manfaat aktiva
maupun memperpanjang umurnya, jadi pengeluaran ini dibebankan sebagai
expense tahun berjalan.
2. Rearangement
Merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk menata kembali
mesin atau
peralatan agar diperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Jika manfaatnya
19
lebih dari satu periode akan dikapitalisir ke dalam cost aktiva, jika kurang dari
satu periode akan dibebankan sebagai expense.
3. Renewal & Replacement
Pengeluaran
untuk
overhaul/turun
mesin
disebut
renewal,
sedangkan
penggantian suku cadang disebut replacement . Jika tidak menambah manfat
atau umur ekonomis, akan dibebankan. Tetapi jika menambah manfaat atau
umur ekonomis akan dikapitalisasi, dengan cara menambahkan pada cost aktiva
atau dengan mengurangkan dari akumulasi penyusutan.
4. Additions & Batterments
Perluasan usaha yang sudah ada disebut dengan adition, sedangkan
penambahan atau perbaikan manfaat aktiva disebut batterments. Jika
penambahan atau perbaikan besar tidak mengganti komponen dari aktiva yang
sudah ada, maka pengeluaran yang terjadi harus dikapitalisasikan dengan
menambahkannya pada harga perolehan aktiva atau jika komponen baru
memiliki masa manfaat yang berbeda dengan aktiva yang lebih besar di mana
komponen itu menjadi bagiannya, maka harus dibuat akun terpisah untuk
komponen tersebut.
2.2.5 Penyusutan Aktiva Tetap
Menurut Stice, Stice & Skousen dalam Intermediate Accounting buku dua
yang diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;104) Penyusutan
adalah alokasi yang sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode
berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan suatu aktiva. Akumulasi
penyusutan adalah jumlah seluruh harga perolehan aktiva yang telah dipergunakan
selama periode-periode sebelumnya. Nilai buku aktiva adalah harga perolehan
aktiva yang tersisa yang akan diakumulasikan pada periode-periode yang akan
datang tetapi bukan merupakan suatu perkiraan harga yang berlaku dari aktiva
tersebut. Sedangkan beban penyusutan adalah pengakuan penggunaan manfaat
potensial dari suatu aktiva.
20
Menurut Stice, Stice & Skousen dalam Intermediate Accounting buku dua
yang diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;105) ada empat
faktor yang mempengaruhi beban penyusutan periodik yaitu :
1. Harga perolehan aktiva tetap;
2. Nilai sisa atau nilai residu;
3. Masa manfaat; dan
4. Pola penggunaan.
Bentuk umum dari jurnal yang digunakan dalam mencatat penyusutan adalah
sebagai berikut:
Dr.
Beban Penyusutan………………………..XXX
Cr.
Akumulasi Penyusutan…………………………XXX
Dalam kegiatan manufaktur, kadang kala penyusutan dibebankan ke akun
overhead produksi dan kemudian dialokasikan ke akun persediaan. Hal ini
memperpanjang periode penagguhan; bukannya langsung ke akun beban,
penyusutan masuk ke persediaan dan kemudian ke beban (Harga Pokok
Penjualan).
Akun cadangan yang dikredit dalam mencatat penyusutan periodik biasa
disebut
dengan Akumulasi Penyusutan. Pengalokasian harga perolehan yang
telah terpakai dalam akun yang terpisah dan bukannya mengkredit akun aktiva
secara langsung, memungkinkan identifikasi harga perolehan awal dari suatu
aktiva
dan
akumulasi
penyusutannya.
Perusahaan
diharuskan
untuk
mengungkapkan harga perolehan aktiva dan akumulasi penyusutan aktiva tetap
pada neraca atau dalam catatan atas laporan keuangan. Hal ini memungkinkan
pemakai laporan keuangan untuk memprediksi umur relatif dari suatu aktiva tetap
dan menyediakan dasar untuk meramalkan arus kas dimasa depan untuk
penggantian aktiva.
2.2.5.1. Metode-Metode Penyusutan Menurut Pendekatan Akuntansi
Ada sejumlah metode penyusutan yang berbeda untuk menghitung besarnya
beban penyusutan. Metode penyusutan yang digunakan untuk suatu aktiva tertentu
merupakan masalah penilaian dan konsepnya harus dipilih yang paling mendekati
21
estimasi pola penggunaan aktual dari aktiva tersebut. Dalam praktiknya, sebagian
besar perusahaan memilih salah satu metode penyusutan seperti metode garis
lurus dan menetapkannya ke seluruh aktiva yang dapat disusutkan.
Menurut Stice, Stice & Skousen dalam Intermediate Accounting buku dua
yang diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;107) metode-metode
penyusutan digolongkan menjadi:
1. Metode penyusutan Berdasarkan faktor waktu
Metode alokasi biaya yang paling banyak digunakan adalah mtode yang
berhubungan dengan waktu. Suatu aktiva produktif dipergunakan dalam
jangka waktu tertentu dan perubahan teknologi turut mempengaruhi umur
aktiva tersebut. Metode ini terbagi menjadi :
a. Metode garis lurus
Suatu metode yang menghubungkan penyusutan dengan berjalannya waktu
dan mengakui jumlah penyusutan yang sama untuk setiap tahunnya selama
masa manfaat aktiva tersebut. Asumsi yang sederhana di balik metode garis
lurus adalah bahwa aktiva tersebut memiliki manfaat yang sama di setiap
periodenya dan penyusutan tidak dipengaruhi oleh produktivitas atau
perbedaan dalam efisiensi dari aktiva itu. Dalam penerapannya, dibuat suatu
estimasi tentang masa manfaat dari aktiva tersebut, lalu dasar penyusutan
(harga perolehan dikurangi nilai sisa) dibagi dengan masa manfaat aktiva
tersebut sehingga menghasilkan jumlah penyusutan periodik.
Rumus metode garis lurus yaitu :
D=
C−R
n
dimana :
C = Cost (harga perolehan aktiva)
R = Residual value (perkiraan nilai sisa)
n = number (perkiraan masa manfaat dalam satu tahun)
D = Depreciation (pembebanan penyusutan periodik)
22
b. Metode yang dipercepat
Penggunaan
metode
ini
didasarkan
pada
pengurangan
efisiensi,
produktifitasnya dan keuntungan lainnya dari aktiva yang terjadi paling
besar di masa-masa awal perolehan aktiva terebut. Setelah aktiva melewati
usia tertentu, maka aktiva tersebut akan memerlukan biaya tambahan seperti
perbaikan dan perawatan. Pembebanan penyusutan berkurang karena
keuntungan ekonomis dari kepemilikan aktiva tersebut berkurang. Metode
ini terbagi menjadi :
1.Metode jumlah angka tahun
Metode ini mengakui jumlah penyusutan yang semakin menurun.
Perhitungan dilakukan dengan menerapkan serangkaian pecahan, dengan
jumlah yang semakin mengecil pada harga perolehan aktiva yang
disusutkan (dasar penyusutan) .Angka pembilangnya adalah jumlah tahun
yang tesisa dari masa manfaat suatu aktiva. Angka pembaginya adalah
jumlah semua angka masa manfaat aktiva, dari satu sampai umur
terakhirnya. Tidak ada pertimbangan konseptual pada metode ini,
melainkan hanya merupakan skema aritmatika cerdas yang menghasilkan
penyusutan tahunan yang semakin menurun dan berakhir pada
dialokasikannya harga perolehan yang dapat disusutkan ke seluruh masa
manfaat aktiva. Rumus berikut ini merupakan jalan pintas dalam
perhitungan jumlah angka tahunnya.
Jumlah angka tahun =
n(n + 1)
2
2. Metode saldo menurun
Metode ini menyebabkan biaya penyusutan yang terus menurun dengan
cara mengalikan suatu tarif persentase yang tetap pada nilai buku yang
menurun. Persentase yang paling umum adalah dua kali dari persentase
metode garis lurus, yang disebut dengan penyusutan saldo menurun ganda.
23
Nilai sisa tidak dipergunakan dalam metode ini, tetapi secara umum diakui
bahwa penyusutan tidak diteruskan ketika nilai buku telah menyamai nilai
sisa.
Rumusnya tarifnya adalah :
2 X Tarif Metode garis lurus (%)
2. Metode penyusutan berdasarkan faktor penggunaan
Metode penyusutan dengan faktor penggunaan memandang keausan aktiva
sebagai terutama berkaitan dengan penggunaan aktiva atau output, dan
menghasilkan biaya periodik yang berbeda sesuai dengan penggunaan
tersebut. Umur penggunaan aktiva tertentu paling baik dapat dinyatakan
dalam jam jasa atau dengan jumlah unit yang dihasilkan. Metode ini terbagi
menjadi :
a. Metode jumlah jam jasa
Metode ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa pembelian aktiva
menggambarkan jumlah jam jasa yang dibeli. Metode ini memerlukan
estimasi umur aktiva dalam satuan jam jasa. Harga perolehan yang dapat
disusutkan dibagi dengan total jam jasa menghasilkan tarif penyusutan yang
dialokasikan pada tiap jam penggunaan aktiva. Penggunaan aktiva selama
suatu periode diukur dan jumlah jam jasa dikalikan dengan tarif penyusutan
menghasilkan biaya penyusutan periodik. Biaya penyusutan yang terjadi
berfluktuasi setiap periode sesuai dengan penggunaan aktiva.
Rumus tarif untuk tiap jam jasanya ditentukan sebagai berikut :
r=
C−R
n
Dimana :
C = Cost (harga perolehan aktiva)
R = Residual value (perkiraan nilai sisa)
n = number (jam kerja)
r = tarif per jam
24
b. Metode jumlah unit produksi
Metode ini didasarkan pada teori bahwa suatu aktiva diperoleh untuk jasa
yang dapat diberikannya dalam bentuk hasil produksi. Metode ini
memerlukan estimasi mengenai total unit yang dihasilkan oleh suatu aktiva.
Harga perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan total estimasi output
menghasilkan biaya yang sama untuk tiap unit produksi. Produksi selama
suatu periode dikalikan dengan biaya per unit menghasilkan beban
penyusutan. Penyusutan berfluktuasi setiap periodenya sesuai dengan
kontribusi yang dibuat oleh suatu aktiva dalam unit yang dihasilkan. Rumus
untuk tarif yang digunakan untuk tiap unit yang dihasilkan :
r=
C−R
n
Dimana :
C = Cost (harga perolehan aktiva)
R = Residual value (perkiraan nilai sisa)
n = number (unit)
r = tarif per unit
3. Metode penyusutan kelompok dan gabungan.
Dari sudut pandang praktis dimungkinkan untuk menghitung penyusutan atas
sekelompok aktiva seolah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva.
Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan
kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut sejenis (misalkan
semua mobil van perusahaan) dan disebut dengan penyusutan gabungan jika
aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda (misalkan meja, kursi,
dan komputer perusahaan). Prosedur penyusutan kelompok memerlukan
sekumpulan
aktiva
sebagai
suatu
kelompok
tunggal.
Penyusutan
diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif penyusutan didasarkan pada masa
manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut.
25
2.2.5.2. Metode Penyusutan Menurut Undang-Undang Perpajakan
Menurut Waluyo dalam bukunya Perpajakan Indonesia buku satu (2005;122),
metode
penyusutan
menurut
Ketentuan
Perundang-undangan
Perpajakan
sebagaimana telah diatur dalam pasal 11 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000
tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak
Penghasilan :
1.Metode garis lurus (straigts line method), atau metode saldo menurun
(Declining balnce method) untuk aktiva tetap berwujud bukan bangunan.
2. Metode garis lurus untuk aktiva tetap berwujud berupa bangunan.
Menurut Moh. Zain dalam bukunya Perpajakan Lanjutan (2005;7-14), metode
penyusutan fiskal disebut Accelerated Cost Recovery System
(ACRS) yang
berlaku sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1994 dan kemudian tahun 1995
sampai sekarang menggunakan metode Modified Accelerated Cost Recovery
System (MACRS) yang terjemahan bebasnya dapat diartikan sebagai Modifikasi
Sistem Pengembalian Biaya Dipercepat. Format metode ini secara garis besar
dilakukan sebagai berikut :
1.Harta berwujud perusahaan dibagi-bagi dalam kelompok bangunan dan bukan
bangunan. Kelompok bangunan dipisahkan lagi antara kelompok bangunan
yang sifatnya permanen dan bangunan tidak permanen, sedangkan kelompok
bukan bangunan dirinci lagi atas kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan
kelompok 4. Harta tidak berwujud dibagi hanya empat kelompok saja, yaitu
kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4.
2.Masing-masing kelompok harta berwujud tersebut ditetapkan pula masa
manfaatnya, yaitu dimulai dengan masa manfaat 20 tahun untuk banguna yang
permanen dan 10 tahun untuk bangunan yang tidak permanen, sedang untuk
yang bangunan masa manfaatnya ditetapkan 4 tahun (kelompok 1), 8 tahun
(Kelompok 2), 16 Tahun (Kelompok 3), dan 20 tahun (Kelompok 4). Untuk
harta tidak berwujud masa manfaatnya sama dengan masa manfaat harta
berwujud yang bukan bangunan.
26
3. Wajib pajak dapat memilih , apakah akan menggunakan metode garis lurus atau
saldo ganda menurun tergantung pada kebijakan perusahaan, dengan catatan
tarifnya pun telah ditetapkan sebagai berikut :
Tabel 2.1
Tarif Penyusutan Harta Berwujud Berdasarkan Undang-undang Perpajakan
Kelompok Harta
Berwujud
Masa Manfaat
Tarif Penyusutan Sebagaimana
dimaksud dalam
Ayat (1)
Ayat (2)
I.Bukan Bangunan
Kelompok 1
4 Tahun
25%
50%
Kelompok 2
8 Tahun
12,5%
25%
Kelompok 3
16 tahun
6,25%
12,5%
Kelompok 4
20 Tahun
5%
10%
II.Bangunan
Permanen
20 Tahun
5%
Tidak Permanen
10 Tahun
10%
Sumber : Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap (2006;99)
Kelompok Harta Tak Berwujud tarif amortisasinya sama dengan tarif penyusutan
kelompok bukan bangunan.
2.3. Pendapatan
2.3.1. Pengertian Pendapatan
Konsep pendapatan sulit didefinisikan karena pendapatan sering dikaitkan
dengan prosedur akuntansi tertentu, jenis-jenis perubahan nilai tertentu dan
kaidah-kaidah yang implisit mengenai kapan pendapatan harus dilaporkan.
Pendapatan yang ada dalam literatur menyatakan bahwa pendapatan dianggap
sebagai inflows of net assets (hasil dari aktivitas-aktivitas opersional perusahaan)
atau outflows of good and service (hasil dari penciptaan barang dan jasa oleh
perusahaan serta transfer barang dan jasa kepada konsumen atau produsen lain).
Konsep dasar pendapatan adalah “penciptaan barang dan jasa” oleh suatu
perusahaan selama periode tertentu”, yang oleh patton dan Litleton disebut
“product of the enterprise” (Hendriksen & Van Breda, 2000;376)
27
Committee an Accounting Concept And Standars dari American Accounting
Association memberikan definisi :
“Revenue…is the monetary expression of the aggregate of product or service
transferred by an enterprise to its customers during a period of time.”
(Hendriksen & Van Breda, 2000;376)
Kieso & Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2001;41)
menyatakan pendapat sebagai :
“Inflows or others enchancements of assets of an entity or settlement of its
liabilities (or combination of both) during a period from delivering or
producing goods, rendering service or others activities that constitute the
entity’s on going major or central operations.”
Menurut Horngren dalam buku Cost Accounting (2000:568) :
“Revenue are inflows of assets (almost always cash or account receivable)
received for products or service provided to customer.”
Menurut Standar Akuntansi keuangan (2002;PSAK no 23:23.2) pengertian
pendapatan adalah :
“Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari
aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu
mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi
penanaman modal.”
Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil simpulan bahwa karakteristik
pendapatan adalah :
1. adanya kenaikan manfaat ekonomi;
2. timbul dari aktivitas pokok perolehan earnings / hasil;
3. sifatnya berulang-ulang dan terus menerus; dan
4. merupakan gross inflows.
2.3.2. Pengukuran Pendapatan
Cara yang terbaik untuk mengukur pendapatan adalah dengan menggunakan
nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa perusahaan. Hal ini sesuai
dengan pendapat Hendriksen dan Van Breda dalam buku Accounting Theory
(2000;380) bahwa :
28
“Revenue, however defined, is best measured by exchange value of the
product or service of the enterprise”.
Nilai tukar mengganbarkan cash equivalent atau present value yang dinilai
kembali dari jumlah uang yang pada akhirnya akan diterima dari transaksitransaksi pendapatan. Pengukuran dengan adanya penilaian kembali dilakukan
karena adanya proses memperoleh pendapatan yang membutuhkan waktu yang
cukup lama. Dengan adanya tenggat waktu tersebut maka akan ada perbedaan
nilai antara waktu sekarang dengan waktu yang akan datang. Karena itulah maka
dilakukan penilaian kembali dengan di-discounted untuk menyesuaikan nilai
tersebut. Hal inilah yang menimbulkan bunga.
Namun menurut Kusnadi dkk dalam buku Teori Akuntansi (2001;327),
apabila tenggat waktu tersebut pendek, maka discount dapat diabaikan
berdasarkan tiga alasan sebagai berikut :
1.Pada tingkat discount yang rendah, maka jumlah discount yang diberikan
adalah kecil dan tidak akan mempengaruhi total pendapatan secara material.
2.Apabila jumlah bunga tidak material, maka pengelompokkannya langsung ke
dalam pendapatan tidak akan membawa pengaruh yang besar atas total
pendapatan dalam periode yang besangkutan.
3.Pengklasifikasian pendapatan yang timbul karena adanya masa menunggu
(bunga) tidak akan berarti banyak dan oleh karena itu dapat dimasukan ke dalam
pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk.
Dari pengukuran pendapatan dengan cash equivalent atau present value dari
uang yang akan diterima, jelas bahwa retur penjualan, potongan-potongan (trade
discount) dan pengurangan-pengurangan lain dari harga jual yang diterapkan
harus dikurangi dari pendapatan yang dihasilkan sebagai akibat adanya transaksitransaksi khusus. Yang sering menimbilkan keraguan adalah perlakuan atas
adanya potongan tunai (cash discount) dan kerugian-kerugian yang timbul dari
tidak tertagihnya suatu piutang.
Menurut Kusandi dkk dalam buku Teori Akuntansi (2001;328) sebagian
maksud dari potongan tunai (cash discount) adalah untuk menyamakan
pendapatan dengan nilai present value atau cash equivalent. Tujuan lain dari cash
29
discount adalah untuk mengurangi bad debt losses. Apabila tingkat cash discount
dapat ditetapkan secara rasional maka keadaan pihak penjual tidak akan berbeda
apakah dia menerima harga bersih (sesudah dikurangi dengan perkiraan bad debt
losses yang normal). Dalam banyak hal, kemungkinan pihak penjual akan dapat
memperoleh hasil yang sama dengan tingkat cash discount yang lebih rendah
daripada jumlah maximum discount yang bersedia diberikan. Dengan demikian,
cash discount dan perkiraan bad debt losses pada dasarnya mempunyai sifat yang
sama.
Dalam keadaan yang penuh kepastian, jumlah kas sesungguhnya akan
diterima, di-discounted secara wajar untuk keperluan selama periode menunggu
(bunga) harus dicatat sebagai pendapatan yang berasal dari transaksi. Sebaliknya
dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian, prinsipnya masih tetap sama
seperti diatas, tetapi cash discount yang diperkirakan akan diambil dan perkiraan
bad debt losses haruslah diestimasikan. Dengan demikian, pos-pos ini haruslah
dikurangi dalam menghitung pendapatan. Perlakuan tradisional atas pos-pos ini
sebagai beban tidaklah menyebabkan adanya suatu perbedaan dalam jumlah
income yang dilaporkan, tetapi harus disadari bahwa pos-pos tersebut tidak
mempunyai karakteristik dasar sebagai beban.
2.3.3. Pengakuan Pendapatan
Pengakuan pendapatan (revenue recognition) adalah tindakan mencatat
pendapatan dalam catatan akuntansi dan melaporkannya ke dalam laporan laba
rugi. Prinsip yang dianut dalam pengakuan pendapatan adalah prinsip realisasi
(realization principle) yaitu konsep yang digunakan untuk menentukan kapan
pendapatan harus diakui.
Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting
(2001;612), pendapatan harus diakui pada saat :
a.Direalisasi atau dapat direalisasi.
Pendapatan direalisasi, bila barang-barang dan jasa-jasa yang dipertukarkan
untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva
30
yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas
yang diketahui.
b.Dihasilkan.
Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa
yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari
pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau sebenarnya telah
selesai.
2.3.3.1. Pelaporan Pendapatan Selama Produksi
Menurut Hendriksen dan Van Breda dalam bukunya Teori Akunting yang
dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2000;385), ada banyak kasus di mana
pendapatan diakui selama produksi . Kumpulan dari kasus ini mencakup jasa-jasa
di mana pengakuan selama produksi merupakan praktik umum. Contohnya
mencakup sewa, bunga, komisi, dan jasa pribadi yang dilaksanakan beradasar
waktu. Jasa biasanya dilaksanakan berdasar waktu dan pelaksanaan jasa dapat
diasumsikan merupakan kejadian penting sekali. Jumlah pendapatannya telah
ditetapkan menurut kontrak atau perjanjian sebelumnya. Beban yang berhubungan
biasanya dapat ditentukan secara bersamaan dengan pendapatan. Di samping itu,
klaim yang sah timbul terhadap pelanggan, klien, atau penyewa meskipun
jumlahnya belum ditagih dan pembayaran tidak diharuskan sampai tanggal
tertentu.
Aplikasi kedua, yang dapat diterima dari pelaporan pendapatan selama
produksi adalah pengakuan pendapatan pada kontrak jangka panjang. Biasanya
dengan metode presentasi penyelesaian. Akseptansi umum dalam kasus ini
didasarkan terutama pada landasan pragmatis. Perusahaan biasanya menolak
untuk menerbitkan laporan keuangan yang tidak menunjukan laba selama setahun
dimana selama itu perusahaaan telah melakukan banyak upaya untuk mencapai
penyelesaian sebagian dari suatu kontrak yang akan memungkinkan laba yang
layak
dengan tingkat kepastian yang wajar. Meskipun prosedur ini dapat
dibenarkan, atas dasar bahwa yang dihasilkan telah terjadi, ketidakpastain
mengenai harga jual diminimumkan karena harga total diketahui dan
31
ketidakpastian mengenai penagihan biasanya tidak terlalu besar, khusunya jika
pembeli adalah unit pemerintah atau perusahaan besar yang mapan.
Berhubungan dengan pelaporan pendapatan selama produksi
adalah
pengakuan nilai yang meningkat dari perumbuhan alami atau proses penuaan.
Pertumbuhan alami atau penuaan sepanjang waktu ini sama seperti proses
produksi dari sudut pandang ekonomi, seperti juga proses perubahan bentuk
komoditas. Maka dalam pengertian ekonomi, perumbuhan meningkatkan
pendapatan. Contohnya mencakup pertumbuhan hutan, hasil perkebunan dan
peternakan dan penuaan minuman keras atau anggur tertentu.
2.3.3.2. Pelaporan Pendapatan Setelah Produksi Selesai
Menurut Hendriksen dan Van Breda dalam bukunya Teori Akunting yang
dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2000;387), apabila suatu produk
diselesaikan, salah satu dari ketidakpastian sebelumnya-biaya produksi- sekarang
dapat dihitung dengan tingkat akurasi yang layak. Harga pasar dan biaya
penjualan serta pengiriman tambahan mungkin tetap tidak pasti. Tetapi apabila itu
dapat diestimasikan dengan andal, ada pertimbangan yang baik untuk melaporkan
pendapatan pada waktu ini. Pertimbanagan utamanya haruslah kemampuan untuk
mendapatkan pengukuran pendapatan dan biaya tambahan yang dapat daiandalkan
dan dapat diuji. Untuk sebagian besar komoditas, langkanya harga pasar yang
stabil merupakan rintangan utama bagi akseptansi umum atas pengakuan
pendapatan pada penyelesaian produksi.
Menurut APB Statement No.4, pendapatan bisa dilaporkan pada penyelesaian
produksi menurut kriteria di atas hanya untuk “logam mulia yang mempunyai
harga jual tetap dan biaya pemasaran yang tidak besar”. Perlakuan serupa dapat
diterima untuk produk pertanian, mineral dan lainnya hanya jika perusahaan tidak
dapat menentukan biaya taksiran secara layak. Namun, dalam semua kasus, harga
penjualan harus dikurangi dengan biaya pelepasan yang diestimasikan.Langkanya
pengukuran biaya bukanlah standar dasar untuk menggunakan harga pasar, tetapi
ini merupakan keadan pengecualian di mana harga pasar diizinkan.
32
2.3.3.3. Pelaporan Pendapatan Pada Saat Penjualan
Selama bertahun-tahun penyerahan merupakan aturan umum untuk pelaporan
pendapatan. Ketidakpastian mengenai pengukuran akhir dari pendapatan minimal
pada saat penyerahaan, tetapi itu tidak hilang sama sekali. Praktik bisnis yang
diterima mengizinkan pengembalian semua atau sebagian barang dagangan,
sehingga membatalkan kontrak penjualan. Kegagalan untuk menagih harga jual
sering kali mungkin, dan kemungkinan itu bergantung pada peringkat kredit
pelanggan. Demikian pula, beban tambahan bisa meningkat, yang banyak
daripadanya tidak diharapakan. Ini akan mencakup beban penagihan tidak normal
dan beban memenuhi jaminan pelanggan secara cepat atau yang tersirat. Akan
tetapi biasanya piutang yang tidak tertagih dan beban tambahan bisa diestimasikan
dari pengalaman masa lalu.
2.3.3.4. Pelaporan Pendapatan Sesudah Penjualan
Menurut Hendriksen dan Van Breda dalam bukunya Teori Akunting yang
dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2000;388), penangguhan pelaporan
pendapatan, setelah klaim sah terhadap pelanggan timbul dan kegiatan dasar
dalam penjualan produk atau jasa sejenis telah diselesaikan, dapat dibenarkan
hanya jika salah satu dari kedua kriteria berikut terpenuhi :
1.Jika tidak mungkin mengukur aktiva yang diterima dalam pertukaran dengan
tingkat ketepatan yang wajar.
2.Jika beban tambahan yang material secara langsung berhubungan dengan
transaksi dan jika hal itu tidak dapat diestimasikan dengan tingkat ketepatan
yang wajar.
FASB, yang mendasarkan kesimpulannya pada Statement of Position 75-1,
merekomendasikan dalam SFAS 48, “Pengakuan Pendapatan Ketika Hak
Pengembalian Ada”, bahwa apabila penjual dihadapkan pada risiko kepemilikan
melalui pengembalian aktiva, pendapatan harus tidak diakui saat kecuali jika
kondisi berikut terpenuhi :
a.Harga penjual kepada pembeli sebagian besar tetap atau dapat ditentukan pada
tanggal penjualan.
33
b.Pembeli telah membayar penjual, atau pembeli diwajibkan untuk membayar
penjual dan tidak tergantung pada penjualan kembali produk.
c.Kewajiban pembeli kepada penjual tidak berubah dalam kejadian pencurian atau
kerusakan atau cacat fisik pada produk.
d.Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali mempunyai substansi
ekonomi yang terpisah dari yang disediakan penjual.
e.Penjual tidak mempunyai kewajiban yang signifikan untuk kinerja dimasa
datang yang secara langsung menyebabkan dijualnya kembali produk oleh
pembeli.
f. Jumlah pembelian masa datang secara layak dapat diestimasikan.
Contoh yang paling sering dikutip untuk pelaporan pendapatan yang
ditangguhkan adalah kasus penjualan cicilan. Biasanya inni dibenarkan
berdasarkan bahwa penagihan dianggap meragukan karena pelanggan yang masuk
kedalam kontrak cicilan ini seringkali terlalu melebihkan diri mereka sendiri dan
arena itu risikonya buruk. Beban penagihan dan pemungutan sesudah saat
penjualan biasanya besar, dan beban jaminan bisa juga masuk dalam perhitungan.
Argumen ini biasanya sangat lemah. Akan tetapi, ada situasi-situasi, seperti dalam
penjualan perumahan, dimana metode cicilan bisa dibenarkan.
2.3.4. Sumber-Sumber Pendapatan
Seperti yang telah dikemukakan sebelumya bahwa pendapatan merupakan
hasil penjualan produk perusahaan yang diukur berdasarkan jumlah yang
dibebankan ke pelanggan atas barang atau jasa yang diserahkan kepada mereka.
Pada dasarnya terdapat dua pandangan mengenai pendapatan menurut Kusnadi
dkk dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah (2000;347)
Pandangan pertama menyatakan bahwa pendapatan itu meliputi seluruh hasil
dari aktiva usaha dan aktiva investasi. Pendapatan merupakan seluruh perubahan
aktiva netto yang disebabkan oleh aktivitas penciptaan pendapatan keuntungan
akibat penjualan aktiva tetap dan investasi.
Pandangan ke dua menyatakan bahwa hanya hasil aktivitas yang menciptakan
pendapatan saja yang dimasukan ke dalam pendapatan. Sedangkan pendapatan
34
investasi dan keuntungan penjualan aktiva tidak termasuk pendapatan.Jadi
pandangan ini memberikan adanya perbedaan yang jelas antara pendapatan dan
keuntungan.
Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan
bersumber dari
1.Aktivitas operasi.
Pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahan sesuai dengan jenis
usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang.
2.Pendapatan non- operasi.
Pendapatan yang bersumber dari kegiatan diluar aktivitas utama perusahaan
seperti pendapatan yang diperoleh dari transaksi modal, laba penjualan aktiva
yang bukan produk perusahaan, sumbangan, hadiah dan dari revaluasi aktiva
tetap.
2.4. Hubungan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Pendapatan
Untuk tetap menjalankan usahanya, perusahaan berusaha untuk menghasilkan
barang dan jasa yang akan dijual kepada konsumen sehinnga perusahaan
memperoleh pendapatan. Barang dan jasa yang dihasilkan tentu berasal dari aktiva
tetap sebagai alat produksinya.
Pada awal pendiriannya, perusahaan membelanjakan modalnya untuk
mendapatkan aktiva tetap sehingga dapat digunakan sebagai alat penghasil produk
baik itu barang maupun jasa. Dan pada suatu saat, kapasitas produksinya akan
maksimal sedangkan permintaan pasar belum dapat terpenuhi.
Pada saat seperti ini, perusahaan akan berusaha untuk memenuhi permintaan
pasar tersebut dengan menambah kapasitas produksinya. Hal ini berarti
perusahaan akan menambah alat produksinya dengan menambah aktiva tetap. Dan
investasi ini akan menambah volume produksi yang selanjutnya akan menambah
pendapatan perusahaan dari penjualan barang dan jasa produksinya.
Menurut Bambang Riyanto dalam buku dasar-dasar pembelanjaan perusahaan
(1997;121) investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil
penjualan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam melakukan peramalan
35
dalam investasi akan dapat mengakibatkan adanya over statement atau under
statement dalam aktiva tetap. Apabila investasi dalam aktiva tetap melebihi yang
diperlukan akan membebankan fixed cost yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya
kalau jumlah investasi aktiva tetap terlalu kecil
akan dapat mengakibatkan
kekurangan peralatan produksi, yang dapat mengakibatkan perusahaan bekerja
dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya saing perusahaan atau
kemungkinan lain perusahaan dapat kehilangan sebagian dari pasar bagi
produksinya.
Pendapatan yang diperoleh perusahaan tidak lepas dari peran aktiva tetap
yang digunakan dalam operasional perusahaan tersebut. Tanpa adanya aktiva
tetap, perusahaan tidak akan dapat berproduksi dan pada akhirnya perusahaan
tidak akan memperoleh pendapatan.
36
Download