BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Investasi 2.1.1. Pengertian Investasi Menurut Abdul Halim dalam bukunya Analisis Investasi (2003;2) pengertian investasi sebagai berikut: “Investasi pada hakikatnya merupakan penempatan sejumlah dana pada saat ini dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.” Atkinson mengemukakan dalam bukunya Management Accounting (2001;321) tentang definisi investasi sebagai berikut : “Investment is the monetary value of the assets that the organization gives up to acquire long term assets. Return refers to the increased cash flows in the future attributable to the long term assets acquired.” Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen (1997;284) mendefinisikan investasi sebagai : “Peningkatan sumber-sumber dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba dimasa yang akan datang”. FASB dalam Statement of Financial Accounting Concept No.6 menyatakan bahwa : “Increases in net assets of a particular enterprise resulting from transfer to it from other entities of something of value to obtain or increase ownership interest (or equity) in it. Assets are most commonly received as investment by owners, but that which is received may also include services or satisfaction or conversion of liabilities of the enterprise” (Kieso & Weygant, 2001;40) Sedangkan menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002;PSAK no 13:13.1) menyatakan bahwa : “Investasi adalah suatu aktiva yang digunakan perusahaan untuk pertumbuhan kekayaan (accretion of wealth) melalui distribusi hasil investasi (seperti, bunga, royalty, deviden, dan uang sewa), untuk apresiasi nilai investasi, atau untuk manfaat lain bagi perusahaan yang berinvestasi.” 9 Dari berbagai pengertian investasi tersebut, dapat ditarik simpulan bahwa investasi merupakan penggunaan sumber daya perusahaan dan terikat dalam jangka panjang. Sekali Investasi dilakukan, perusahaan akan terikat pada jalur yang telah dipilih dan banyak mengandung resiko serta ketidakpastian. 2.1.2 Jenis-Jenis Investasi Menurut Abdul Halim dalam bukunya Analisis Investasi (2003;2), umumnya investasi dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Investasi pada financial assets; dan 2. Investasi pada real assets. Investasi pada financial assets dilakukan di pasar uang, misalnya berupa sertifikat deposito, commercial paper, surat berharga pasar uang, dan lainnya. Atau dilakukan di pasar modal, misalnya berupa saham, obligasi, waran, opsi dan lainnya. Sedangkan investasi pada real assets diwujudkan dalam bentuk pembelian assets produktif, pendirian pabrik, pembukaan pertambangan, pembukaan perkebunan dan lainnya. Sedangkan menurut Mulyadi dalam bukunya Akuntansi Manajemen (1997;284) membagi investasi ke dalam empat golongan sebagai berikut : 1. Investasi yang tidak menghasilkan laba (non profit investment) Investasi ini timbul karena adanya peraturan pemerintah atau karena syaratsyarat kontrak yang telah disetujui, yang mewajibkan perusahaan untuk melaksanakannya tanpa mempertimbangkan laba atau rugi. 2. Investasi yang tidak dapat diukur labanya (non-measurable profit investment) Investasi ini dimaksudkan untuk menaikan laba, namun laba yang diharapkan akan diperoleh perusahaan dengan adanya investasi ini sulit untuk dihitung secara teliti. 3. Investasi dalam penggantian mesin dan peralatan (replacement investment) Investasi jenis ini meliputi pengeluaran untuk penggantian mesin dan peralatan yang ada. Dalam pemakaian mesin dan peralatan, pada suatu saat akan terjadi biaya operasi mesin dan peralatan menjadi lebih besar dibandingksn dengan 10 biaya operasi jika mesin tersebut diganti dengan mesin yang baru, atau produktifitasnya tidak lagi mampu memenuhi kebutuhan. 4.Investasi dalam perluasan usaha (expansion investment) Investasi jenis ini merupakan pengeluaran untuk menambah kapasitas produksi atau operasi menjadi lebih besar dari sebelumnya. 2.2. Aktiva Tetap 2.2.1. Pengertian Aktiva Tetap Pengertian Aktiva Tetap menurut Fess dan Wareen dalam Accounting Principle (2003;390) sebagai berikut: “Plant assets are long or relatively permanent tangible assets that are used in the normal business operations. They are owned by the enterprises and are not held for sale on the ordinary course of business.” Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2002;PSAK no 16:16.2), aktiva tetap didefinisikan sebagai : “Aktiva tetap adalah aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun terlebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.” Menurut Zaki Baridwan dalam bukunya Intermediate Accounting (2000;279) Sebagai berikut : “Aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal.” Sedangkan menurut Kusnadi dkk dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah (2000;270), Aktiva tetap adalah : “Semua benda yang dimiliki oleh perusahaan yang memiliki nilai guna ekonomis serta mempunyai umur (masa) manfaat lebih dari satu periode akuntansi (satu tahun) dan diakui serta diukur berdasarkan prinsip akuntansi yang diterima umum.” Berdasarkan definisi tersebut, dapat kita lihat ciri-ciri aktiva tetap antara lain mempunyai manfaat lebih dari satu tahun, digunakan dalam operasi perusahaan, dan tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan. 11 2.2.2. Pengakuan Aktiva Tetap Dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (2002;PSAK no 16:16.3) suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aktiva dan dikelompokan sebagai aktiva tetap, bila : a. besar kemungkinan (probable) manfaat ekonomi di masa yang akan datang yang berkaitan dengan aktiva tersebut mengalir kedalam perusahaan; dan b. biaya perolehan aktiva tetap dapat diukur secara andal. Suatu benda berwujud yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai suatu aktiva tetap pada awalnya harus diukur berdasarkan biaya perolehan. (2002;PSAK no 16:16.3) 1. Komponen biaya Biaya perolehan aktiva tetap terdiri dari harga belinya, termasuk bea impor dan PPN masukan tak Boleh Restitusi (non-refundable), dan setiap biaya yang didistribusikan secara langsung dalam membawa aktiva tersebut ke kondisi yang membuat aktiva tersebut dapat bekerja untuk penggunaan yang dimaksudkan; setiap potongan dagang dan rabat dikurangkan dari harga pembelian. Contoh dari biaya yang didistribusikan secara langsung adalah : a. biaya persiapan tempat; b. biaya pengiriman awal (initial delivery) dan biaya simpan dan bongkar muat (handling-cost); c. biaya pemasangan (installation cost); dan d. biaya profesional seperti arsitek dan insinyur. 2. Perolehan secara gabungan Harga perolehan dari masing-masing aktiva tetap yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar masing-masing aktiva yang bersangkutan. 3. Pertukaran aktiva Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam itu diukur pada nilai wajar aktiva yang dilepaskan atau yang diperoleh, yang mana 12 yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atas suatu aktiva yang serupa yang memiliki manfaat yang serupa dalam bidang usaha yang sama dan memiliki suatu nilai wajar serupa. Suatu aktiva tetap juga dapat dijual dalam pertukaran dengan kepemilikan aktiva yang serupa. Dalam kedua keadaan tersebut , karena proses perolehan penghasilan (earning process) tidak lengkap, tidak ada keuntungan atau kerugian yang diakui dalam transaksi. Sebaliknya, biaya perolehan aktiva baru adalah jumlah tercatat dari aktiva yang dilepaskan. Tetapi nilai wajar aktiva yang diterima dapat menyediakan bukti dari suatu pengurangan (impairment) aktiva yang dilepaskan. Dalam keadaan ini aktiva yang dilepaskan diturun-nilai buku-kan (written down) dan nilai turun nilai buku (written down) ini ditetapkan untuk aktiva baru. Contoh dari pertukaran aktiva serupa termasuk pertukaran pesawat terbang, hotel, bengkel dan properti real estate lainnya. Jika aktiva lain seperti kas termasuk sebagai bagian dari transaksi pertukaran, ini dapat mengindikasikan bahwa pos yang dipertukarkan tidak memiliki suatu nilai yang serupa. 4. Aktiva donasi Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun “Modal Donasi”. 2.2.3. Pencatatan Perolehan Aktiva Tetap Apabila suatu aktiva dibeli dengan tunai, maka aktiva tersebut dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran untuk pembeliannnya dan penyiapannya hingga dapat dipakai, akan tetapi, menurut Stice, Stice & Skousen dalam Intermediate Accounting buku dua yang diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;10) aktiva tetap dapat di peroleh dengan berbagai cara, yang sebagian daiantaranya memiliki masalah khusus mengenai harga perolehan yang akan dicatat. Perolehan aktiva tersebut dibahas dalam topik-topik berikut ini : 13 1. Pembelian secara paket. Dalam beberapa pembelian, sejumlah aktiva dapat dibeli dalam suatu pembelian secara paket (basket purchase). Untuk mencatat aktiva tersebut secara terpisah, maka total harga belinya harus dialokasikan ke masing-masing aktiva tersebut. Jika sebagian dari harga beli dapat secara jelas diidentifikasikan dengan suatu aktiva secara khusus, maka pembebanan biaya ke aktiva tersebut harus dilakukan dan sisa dari harga beli dialokasikan ke aktiva yang tersisa. Jika tidak ada bagian dari harga beli dapat dihubungkan dengan suatu aktiva tertentu, maka jumlah keseluruhannya harus dialokasikan ke berbagai aktiva berbeda yang diperoleh. Harga penilaian atau bukti serupa yang diberikan oleh suatu otoritas independen yang kompeten harus dicari untuk mendukung pengalokasian tersebut. Untuk menggambarkan pengalokasian harga perolehan gabungan, asumsikan bahwa tanah, bangunan, dan peralatan diperoleh dengan harga $ 160.000,. Asumsikan pula bahwa seorang profesional menilai setiap aktiva tersebut pada tanggal perolehan. Alokasi harganya dibuat sebagai berikut : Dialokasikan Untuk Tanah Bangunan Peralatan Nilai dari Penilai Profesional $56.000 $120.000 $24.000 $200.000 Alokasi Biaya menurut Nilai dari Penilai 56.000/200.000 X 160.000 120.000/200000 X 160.000 24.000/200.000 X 160.000 Harga Perolehan yang Dialokasikan untuk Tiap Aktiva $44.800 $96.000 $19.200 $160.000 Ayat jurnal untuk mencatat perolehan ini dengan asumsi dilakukan secara tunai, adalah sebagai berikut : Dr. Tanah……………………………………….. $44.800 Dr. Bangunan…………………………………… 96.000 Dr. Peralatan……………………………………. 19.200 Cr. Kas……………………………………… 160.000 2. Pembayaran yang ditangguhkan. Perolehan real estat atau property lainnya terkadang berupa pembayaran yang ditangguhkan untuk semua atau sebagian dari harga pembelian. Pembeli 14 menandatangani suatu wesel atau hipotik yang menentukan persyaratan penyelesaian kewajiban. Kontrak utang tersebut bisa saja meminta suatu pembayaran pada tanggal tertentu di masa yang akan datang atau suatu rangkaian pembayaran pada jangka waktu tertentu. Bunga yang dikenakan terhadap saldo yang belum lunas dari kontrak tersebut harus diakui sebagai suatu beban. Untuk menggambarkan pembayaran yang ditangguhkan, asumsikan bahwa sebidang tanah diperoleh pada tanggal 2 januari 2005 dengan harga $100.000 dimana $35.000 dibayar pada saat pembelian dan sisanya dibayar dengan angsuran enam bulanan sebesar $5.000 ditambah bunga tahunan untuk saldoi pokok utang yang belum dibayar sebesar 10%. Ayat Jurnal untuk pembelian dan pembayaran pertama dari kontrak tersebut adalah sebagai berikut: 2 Januari 2005 membeli tanah seharga $100.000, membayar uang muka $35.000 sisanya dibayar dalam pembayaran setengah tahunan sebesar $5.000 ditambah bunga 10% Dr. Tanah……………………………………….$100.000 Cr. Kas…………………………………….. 35.000 Cr. Wesel Bayar…………………………… 65.000 30 Juni 2005 melakukan pembayaran pertama. Jumlah yang dibayar : $5.000 + $3250 (5% dari $65.000) = $8.250 Dr. Beban Bunga………………………………. $3.250 Dr. Wesel Bayar……………………………….. 5.000 Cr. Kas…………………………………….. 8.250 3. Sewa guna usaha. Sewa guna usaha adalah suatu kontrak dimana satu pihak (penyewa-lesse) diberikan hak untuk menggunakan aktiva yang dimiliki oleh pihak lain, yaitu pihak yang menyewa (lessor) untuk suatu periode waktu tertentu dan untuk suatu biaya periodik tertentu. Aktiva yang disewagunausahakan harus dicatat sebagai aktiva dalam pembukuan perusahaan penyewa yang menggunakan aktiva, dan bukan dalam pembukuan perusahaan yang secara hukum masih memiliki aktiva tersebut, dalam hal ini pemberi sewa (lessor). 15 Asumsikan masa sewa guna usaha untuk membuat peralatan adalah $40.000 setahun dengan dasar tahunan, ayat jurnalnya adalah: Dr. Beban Sewa……………………………………… $40.000 Cr. Kas…………………………………………… 40.000 4. Pertukaran aktiva non moneter. Dalam beberapa kasus, suatu perusahaan memperoleh suatu aktiva baru dengan cara menukarkannya dengan aktiva non moneter yang ada. Umumnya, aktiva yang baru harus dinilai pada nilai pasar wajarnya atau pada nilai pasar wajar dari aktiva yang diserahkan. Contohnya, Asumsikan perusahaan menukarkan beberapa truk bekas dan sejumlah uang dengan sebidang tanah. Total nilai buku semua truk tersebut adalah $42.000 (Cost $64.000 dikurangi akumulasi penyusutan $22.000). Diperkirakan harga pasar yang wajar dari truk bekas tersebut adalah $49.000. Sebagai tambahannya perusahaan harus membayar $17.000 untuk mendapatkan tanah tersebut. Perhitungan : • Fair value of Truck $49.000 Cash yang dibayarkan 17.000 Cost of land 66.000 • Fair value of Truck Cost of truck less: akumulasi depresiasi $49.000 $64.000 22.000 Book value $42.000 Gain on disposal of truck $ 7.000 Jurnal : Dr. Tanah………………………………………….. $66.000 Dr. Akumulasi Depresiasi- truk …………………… 22.000 Cr. Truk………………………………………... 64.000 Cr. Laba pertukaran truk………………………. 7.000 Cr. Kas………………………………………… 17.000 16 5. Perolehan dengan penerbitan efek. Suatu perusahaan dapat memperoleh properti tertentu dengan cara menerbitkan obligasi atau saham. Jika nilai pasar dari efek tersebut dapat ditentukan, maka nilai tersebut akan digunakan sebagai nilai aktiva. Jika tidak ada nilai pasar dari efek tersebut, maka digunakan nilai pasar wajar dari aktiva yang diperoleh. Sebagai ilustrasi , asumsikan bahwa sustu perusahaan menerbitkan 1.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal $1 untuk memperoleh sebidang tanah , harga pasar dari saham biasa tersebut adalah $45 per lembar. Ayat jurnal yang harus dibuat adalah sebagai berikut : Dr. Tanah………………………………………. $45.000 Cr. Saham Biasa…………………………… Cr. Tambahan Modal Disetor (Agio Saham) 1.000 44.000 6. Konstruksi Sendiri. Kadang kala bangunan atau peralatan dibangun atau dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan sendiri. Hal ini mungkin dilakukan untuk menghemat biaya, untuk menggunakan fasilitas yang menganggur atau untuk mendapatkan kualitas bangunan yang lebih baik. Aktiva dicatat pada harga perolehannya, termasuk semua pengeluaran yang terjadi untuk membuat aktiva dan mempersiapkan aktiva tersebut untuk digunakan sesuai dengan rencana. Contoh, Cutler Industries telah memutuskan untuk membangun suatu pabrik perakitan yang terkomputerisasi. Diperkirakan konstruksi tersebut akan berlangsung selama 7 bulan dan biayanya kurang lebih $2 juta. Ayat Jurnalnya: Dr. Konstruksi dalam Penyelesaian……………… $ 2.000.000 Cr. Kas………………………………………. $2.000.000 7. Perolehan melalui sumbangan atau penemuan. Ketika aktiva diperoleh melalui sumbangan (donation), tidak ada biaya yang dapat digunakan sebagai dasar perhitungannya. Meskipun ada pengeluaran tertentu yang harus dikeluarkan secara insidental untuk mendapatkan hadiah tersebut, tetapi pengeluaran tersebut biasanya jauh lebih kecil dibandingkan dengan nilai aktiva tersebut. Dalam hal ini, biaya tentu saja tidak dapat dijadikan dasar penilaian. Properti yang diperoleh melalui donasi harus 17 diperkirakan nilainya dan dicatat sesuai dengan harga pasar wajarnya. Sumbangan diakui sebagai pendapatan atau keuntungan pada saat diterima. Untuk mengilustrasikan pemerintah menerima sumbangan dari pemerintah berupa sebidang tanah dan gedung yang menurut hasil penilaian dari appraisal company masing-masing senilai $400.000 dan $1.500.000. Jurnalnya adalah : Dr. Tanah………………………………………….. $400.000 Dr. Gedung………………………………………… 1.500.000 Cr. Modal Donasi (Donated Capital)…………. 1.900.000 8. Perolehan aktiva dengan biaya restorasi yang signifikan pada saat penghentian pemakaian. Terkadang, tindakan untuk memperoleh aktiva operasi jangka panjang secara legal mengharuskan perusahaan untuk mengeluarkan biaya restorasi di masa depan ketika aktiva tersebut dihentikan pemakaiannya. Contohnya, suatu perusahaan yang melakukan eksplorasi minyak dengan mendirikan kilang minyak guna mendukung operasi pengeborannya diwajibkan secara hukum untuk membongkar dan memindahkan kilang minyak ketika pengeboran selesai. Akuntansi mengharuskan agar kewajiban ini diakui, pada perkiraan nilai wajarnya pada saat terjadinya, dan agar nilai wajar dari kewajiban ini ditambahkan pada biaya untuk memperoleh aktiva operasi jangka panjang tersebut. Asumsikan bahwa Bryan Beach membeli dan membangun suatu kilang minyak dengan biaya keseluruhan sebesar $750.000 . Kilang minyak ini akan digunakan selama 10 tahun, dimana pada saat itu Bryan Beach diwajibkan secara hukum untuk memastikan bahwa kilang tersebut dibongkar dan dipindahkan dari tempat tersebut . Bryan Beach memperkirakan harus membayar sebesar $100.000 untuk membeongkar dan memindahkan kilang tersebut 10 tahun yang akan datang. Jika tingkat bunga yang tepat untuk digunakan dalam perhitungan nilai sekarang adalah 8%, maka nilai sekarang dari kewajiban $100.000 dihitung sebagai berikut : FV = $100.000; I= 8%: N= 10 tahun $46.319 18 Ayat Jurnal untuk mencatat pembelian kilang minyak tersebut serta pengakuan kewajiban penghentian aktiva terkait adalah sebagai berikut : Dr. Kilang Minyak………………………………… $750.000 Cr. Kas………………………………………… 750.000 Dr. Kilang Minyak………………………………... $46.319 Cr. Kewajiban Penghentian Aktiva………….. 46.319 9. Akuisisi suatu perusahaan secara keseluruhan. Daripada membeli aktiva tertentu dari perusahaan lain, seperti dalam pembelian secara paket, kadang kala perusahaan membeli perusahaan lain tersebut secara keseluruhan. Hal ini disebut dengan penggabungan usaha. Prosedur-prosedur akuntansi untuk penggabungan usaha sama dengan prosedur yang digunakan dalam pembelian secara paket. Perbedaan utamanya adalah bahwa dalam suatu penggabungan usaha, jumlah nilai wajar dari aktiva yang dapat diidentifikasi biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah total yang dibayarkan untuk membeli perusahaan. 2.2.4. Pengeluaran Setelah Perolehan Selama masa manfaat aktiva tetap pengeluaran-pengeluaran yang rutin maupun yang bersifat khusus akan terjadi. Bebrapa pengeluaran rutin diperlukan untuk mempertahankan kondisi aktiva tetap tersebut agar tetap berfungsi seperti seharusnya. Pengeluraran-penegluaran tersebut yaitu sebagai berikut : 1. Maintenance & Repair Diperlukan untuk mempertahankan aktiva agar tetap dalam kondisi yang baik. Maintenance (pemeliharaan) dilakukan jika tidak terjadi kerusakan. Sedangkan repair (perbaikan ) dilakukan jika terjadi kerusakan pada aktiva. Pengeluaran semacam ini biasanya berulang dan tidak akan meningkatkan manfaat aktiva maupun memperpanjang umurnya, jadi pengeluaran ini dibebankan sebagai expense tahun berjalan. 2. Rearangement Merupakan pengeluaran yang ditujukan untuk menata kembali mesin atau peralatan agar diperoleh tingkat efisiensi yang lebih tinggi. Jika manfaatnya 19 lebih dari satu periode akan dikapitalisir ke dalam cost aktiva, jika kurang dari satu periode akan dibebankan sebagai expense. 3. Renewal & Replacement Pengeluaran untuk overhaul/turun mesin disebut renewal, sedangkan penggantian suku cadang disebut replacement . Jika tidak menambah manfat atau umur ekonomis, akan dibebankan. Tetapi jika menambah manfaat atau umur ekonomis akan dikapitalisasi, dengan cara menambahkan pada cost aktiva atau dengan mengurangkan dari akumulasi penyusutan. 4. Additions & Batterments Perluasan usaha yang sudah ada disebut dengan adition, sedangkan penambahan atau perbaikan manfaat aktiva disebut batterments. Jika penambahan atau perbaikan besar tidak mengganti komponen dari aktiva yang sudah ada, maka pengeluaran yang terjadi harus dikapitalisasikan dengan menambahkannya pada harga perolehan aktiva atau jika komponen baru memiliki masa manfaat yang berbeda dengan aktiva yang lebih besar di mana komponen itu menjadi bagiannya, maka harus dibuat akun terpisah untuk komponen tersebut. 2.2.5 Penyusutan Aktiva Tetap Menurut Stice, Stice & Skousen dalam Intermediate Accounting buku dua yang diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;104) Penyusutan adalah alokasi yang sistematis dari harga perolehan aktiva selama periode-periode berbeda yang memperoleh manfaat dari penggunaan suatu aktiva. Akumulasi penyusutan adalah jumlah seluruh harga perolehan aktiva yang telah dipergunakan selama periode-periode sebelumnya. Nilai buku aktiva adalah harga perolehan aktiva yang tersisa yang akan diakumulasikan pada periode-periode yang akan datang tetapi bukan merupakan suatu perkiraan harga yang berlaku dari aktiva tersebut. Sedangkan beban penyusutan adalah pengakuan penggunaan manfaat potensial dari suatu aktiva. 20 Menurut Stice, Stice & Skousen dalam Intermediate Accounting buku dua yang diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;105) ada empat faktor yang mempengaruhi beban penyusutan periodik yaitu : 1. Harga perolehan aktiva tetap; 2. Nilai sisa atau nilai residu; 3. Masa manfaat; dan 4. Pola penggunaan. Bentuk umum dari jurnal yang digunakan dalam mencatat penyusutan adalah sebagai berikut: Dr. Beban Penyusutan………………………..XXX Cr. Akumulasi Penyusutan…………………………XXX Dalam kegiatan manufaktur, kadang kala penyusutan dibebankan ke akun overhead produksi dan kemudian dialokasikan ke akun persediaan. Hal ini memperpanjang periode penagguhan; bukannya langsung ke akun beban, penyusutan masuk ke persediaan dan kemudian ke beban (Harga Pokok Penjualan). Akun cadangan yang dikredit dalam mencatat penyusutan periodik biasa disebut dengan Akumulasi Penyusutan. Pengalokasian harga perolehan yang telah terpakai dalam akun yang terpisah dan bukannya mengkredit akun aktiva secara langsung, memungkinkan identifikasi harga perolehan awal dari suatu aktiva dan akumulasi penyusutannya. Perusahaan diharuskan untuk mengungkapkan harga perolehan aktiva dan akumulasi penyusutan aktiva tetap pada neraca atau dalam catatan atas laporan keuangan. Hal ini memungkinkan pemakai laporan keuangan untuk memprediksi umur relatif dari suatu aktiva tetap dan menyediakan dasar untuk meramalkan arus kas dimasa depan untuk penggantian aktiva. 2.2.5.1. Metode-Metode Penyusutan Menurut Pendekatan Akuntansi Ada sejumlah metode penyusutan yang berbeda untuk menghitung besarnya beban penyusutan. Metode penyusutan yang digunakan untuk suatu aktiva tertentu merupakan masalah penilaian dan konsepnya harus dipilih yang paling mendekati 21 estimasi pola penggunaan aktual dari aktiva tersebut. Dalam praktiknya, sebagian besar perusahaan memilih salah satu metode penyusutan seperti metode garis lurus dan menetapkannya ke seluruh aktiva yang dapat disusutkan. Menurut Stice, Stice & Skousen dalam Intermediate Accounting buku dua yang diterjemaahkan oleh Safrida & Ahmad Maulana (2005;107) metode-metode penyusutan digolongkan menjadi: 1. Metode penyusutan Berdasarkan faktor waktu Metode alokasi biaya yang paling banyak digunakan adalah mtode yang berhubungan dengan waktu. Suatu aktiva produktif dipergunakan dalam jangka waktu tertentu dan perubahan teknologi turut mempengaruhi umur aktiva tersebut. Metode ini terbagi menjadi : a. Metode garis lurus Suatu metode yang menghubungkan penyusutan dengan berjalannya waktu dan mengakui jumlah penyusutan yang sama untuk setiap tahunnya selama masa manfaat aktiva tersebut. Asumsi yang sederhana di balik metode garis lurus adalah bahwa aktiva tersebut memiliki manfaat yang sama di setiap periodenya dan penyusutan tidak dipengaruhi oleh produktivitas atau perbedaan dalam efisiensi dari aktiva itu. Dalam penerapannya, dibuat suatu estimasi tentang masa manfaat dari aktiva tersebut, lalu dasar penyusutan (harga perolehan dikurangi nilai sisa) dibagi dengan masa manfaat aktiva tersebut sehingga menghasilkan jumlah penyusutan periodik. Rumus metode garis lurus yaitu : D= C−R n dimana : C = Cost (harga perolehan aktiva) R = Residual value (perkiraan nilai sisa) n = number (perkiraan masa manfaat dalam satu tahun) D = Depreciation (pembebanan penyusutan periodik) 22 b. Metode yang dipercepat Penggunaan metode ini didasarkan pada pengurangan efisiensi, produktifitasnya dan keuntungan lainnya dari aktiva yang terjadi paling besar di masa-masa awal perolehan aktiva terebut. Setelah aktiva melewati usia tertentu, maka aktiva tersebut akan memerlukan biaya tambahan seperti perbaikan dan perawatan. Pembebanan penyusutan berkurang karena keuntungan ekonomis dari kepemilikan aktiva tersebut berkurang. Metode ini terbagi menjadi : 1.Metode jumlah angka tahun Metode ini mengakui jumlah penyusutan yang semakin menurun. Perhitungan dilakukan dengan menerapkan serangkaian pecahan, dengan jumlah yang semakin mengecil pada harga perolehan aktiva yang disusutkan (dasar penyusutan) .Angka pembilangnya adalah jumlah tahun yang tesisa dari masa manfaat suatu aktiva. Angka pembaginya adalah jumlah semua angka masa manfaat aktiva, dari satu sampai umur terakhirnya. Tidak ada pertimbangan konseptual pada metode ini, melainkan hanya merupakan skema aritmatika cerdas yang menghasilkan penyusutan tahunan yang semakin menurun dan berakhir pada dialokasikannya harga perolehan yang dapat disusutkan ke seluruh masa manfaat aktiva. Rumus berikut ini merupakan jalan pintas dalam perhitungan jumlah angka tahunnya. Jumlah angka tahun = n(n + 1) 2 2. Metode saldo menurun Metode ini menyebabkan biaya penyusutan yang terus menurun dengan cara mengalikan suatu tarif persentase yang tetap pada nilai buku yang menurun. Persentase yang paling umum adalah dua kali dari persentase metode garis lurus, yang disebut dengan penyusutan saldo menurun ganda. 23 Nilai sisa tidak dipergunakan dalam metode ini, tetapi secara umum diakui bahwa penyusutan tidak diteruskan ketika nilai buku telah menyamai nilai sisa. Rumusnya tarifnya adalah : 2 X Tarif Metode garis lurus (%) 2. Metode penyusutan berdasarkan faktor penggunaan Metode penyusutan dengan faktor penggunaan memandang keausan aktiva sebagai terutama berkaitan dengan penggunaan aktiva atau output, dan menghasilkan biaya periodik yang berbeda sesuai dengan penggunaan tersebut. Umur penggunaan aktiva tertentu paling baik dapat dinyatakan dalam jam jasa atau dengan jumlah unit yang dihasilkan. Metode ini terbagi menjadi : a. Metode jumlah jam jasa Metode ini didasarkan pada teori yang menyatakan bahwa pembelian aktiva menggambarkan jumlah jam jasa yang dibeli. Metode ini memerlukan estimasi umur aktiva dalam satuan jam jasa. Harga perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan total jam jasa menghasilkan tarif penyusutan yang dialokasikan pada tiap jam penggunaan aktiva. Penggunaan aktiva selama suatu periode diukur dan jumlah jam jasa dikalikan dengan tarif penyusutan menghasilkan biaya penyusutan periodik. Biaya penyusutan yang terjadi berfluktuasi setiap periode sesuai dengan penggunaan aktiva. Rumus tarif untuk tiap jam jasanya ditentukan sebagai berikut : r= C−R n Dimana : C = Cost (harga perolehan aktiva) R = Residual value (perkiraan nilai sisa) n = number (jam kerja) r = tarif per jam 24 b. Metode jumlah unit produksi Metode ini didasarkan pada teori bahwa suatu aktiva diperoleh untuk jasa yang dapat diberikannya dalam bentuk hasil produksi. Metode ini memerlukan estimasi mengenai total unit yang dihasilkan oleh suatu aktiva. Harga perolehan yang dapat disusutkan dibagi dengan total estimasi output menghasilkan biaya yang sama untuk tiap unit produksi. Produksi selama suatu periode dikalikan dengan biaya per unit menghasilkan beban penyusutan. Penyusutan berfluktuasi setiap periodenya sesuai dengan kontribusi yang dibuat oleh suatu aktiva dalam unit yang dihasilkan. Rumus untuk tarif yang digunakan untuk tiap unit yang dihasilkan : r= C−R n Dimana : C = Cost (harga perolehan aktiva) R = Residual value (perkiraan nilai sisa) n = number (unit) r = tarif per unit 3. Metode penyusutan kelompok dan gabungan. Dari sudut pandang praktis dimungkinkan untuk menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva seolah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut sejenis (misalkan semua mobil van perusahaan) dan disebut dengan penyusutan gabungan jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda (misalkan meja, kursi, dan komputer perusahaan). Prosedur penyusutan kelompok memerlukan sekumpulan aktiva sebagai suatu kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif penyusutan didasarkan pada masa manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut. 25 2.2.5.2. Metode Penyusutan Menurut Undang-Undang Perpajakan Menurut Waluyo dalam bukunya Perpajakan Indonesia buku satu (2005;122), metode penyusutan menurut Ketentuan Perundang-undangan Perpajakan sebagaimana telah diatur dalam pasal 11 Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan : 1.Metode garis lurus (straigts line method), atau metode saldo menurun (Declining balnce method) untuk aktiva tetap berwujud bukan bangunan. 2. Metode garis lurus untuk aktiva tetap berwujud berupa bangunan. Menurut Moh. Zain dalam bukunya Perpajakan Lanjutan (2005;7-14), metode penyusutan fiskal disebut Accelerated Cost Recovery System (ACRS) yang berlaku sejak tahun 1984 sampai dengan tahun 1994 dan kemudian tahun 1995 sampai sekarang menggunakan metode Modified Accelerated Cost Recovery System (MACRS) yang terjemahan bebasnya dapat diartikan sebagai Modifikasi Sistem Pengembalian Biaya Dipercepat. Format metode ini secara garis besar dilakukan sebagai berikut : 1.Harta berwujud perusahaan dibagi-bagi dalam kelompok bangunan dan bukan bangunan. Kelompok bangunan dipisahkan lagi antara kelompok bangunan yang sifatnya permanen dan bangunan tidak permanen, sedangkan kelompok bukan bangunan dirinci lagi atas kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4. Harta tidak berwujud dibagi hanya empat kelompok saja, yaitu kelompok 1, kelompok 2, kelompok 3 dan kelompok 4. 2.Masing-masing kelompok harta berwujud tersebut ditetapkan pula masa manfaatnya, yaitu dimulai dengan masa manfaat 20 tahun untuk banguna yang permanen dan 10 tahun untuk bangunan yang tidak permanen, sedang untuk yang bangunan masa manfaatnya ditetapkan 4 tahun (kelompok 1), 8 tahun (Kelompok 2), 16 Tahun (Kelompok 3), dan 20 tahun (Kelompok 4). Untuk harta tidak berwujud masa manfaatnya sama dengan masa manfaat harta berwujud yang bukan bangunan. 26 3. Wajib pajak dapat memilih , apakah akan menggunakan metode garis lurus atau saldo ganda menurun tergantung pada kebijakan perusahaan, dengan catatan tarifnya pun telah ditetapkan sebagai berikut : Tabel 2.1 Tarif Penyusutan Harta Berwujud Berdasarkan Undang-undang Perpajakan Kelompok Harta Berwujud Masa Manfaat Tarif Penyusutan Sebagaimana dimaksud dalam Ayat (1) Ayat (2) I.Bukan Bangunan Kelompok 1 4 Tahun 25% 50% Kelompok 2 8 Tahun 12,5% 25% Kelompok 3 16 tahun 6,25% 12,5% Kelompok 4 20 Tahun 5% 10% II.Bangunan Permanen 20 Tahun 5% Tidak Permanen 10 Tahun 10% Sumber : Kompilasi Undang-Undang Perpajakan Terlengkap (2006;99) Kelompok Harta Tak Berwujud tarif amortisasinya sama dengan tarif penyusutan kelompok bukan bangunan. 2.3. Pendapatan 2.3.1. Pengertian Pendapatan Konsep pendapatan sulit didefinisikan karena pendapatan sering dikaitkan dengan prosedur akuntansi tertentu, jenis-jenis perubahan nilai tertentu dan kaidah-kaidah yang implisit mengenai kapan pendapatan harus dilaporkan. Pendapatan yang ada dalam literatur menyatakan bahwa pendapatan dianggap sebagai inflows of net assets (hasil dari aktivitas-aktivitas opersional perusahaan) atau outflows of good and service (hasil dari penciptaan barang dan jasa oleh perusahaan serta transfer barang dan jasa kepada konsumen atau produsen lain). Konsep dasar pendapatan adalah “penciptaan barang dan jasa” oleh suatu perusahaan selama periode tertentu”, yang oleh patton dan Litleton disebut “product of the enterprise” (Hendriksen & Van Breda, 2000;376) 27 Committee an Accounting Concept And Standars dari American Accounting Association memberikan definisi : “Revenue…is the monetary expression of the aggregate of product or service transferred by an enterprise to its customers during a period of time.” (Hendriksen & Van Breda, 2000;376) Kieso & Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2001;41) menyatakan pendapat sebagai : “Inflows or others enchancements of assets of an entity or settlement of its liabilities (or combination of both) during a period from delivering or producing goods, rendering service or others activities that constitute the entity’s on going major or central operations.” Menurut Horngren dalam buku Cost Accounting (2000:568) : “Revenue are inflows of assets (almost always cash or account receivable) received for products or service provided to customer.” Menurut Standar Akuntansi keuangan (2002;PSAK no 23:23.2) pengertian pendapatan adalah : “Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama suatu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas, yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal.” Dari definisi-definisi tersebut, dapat diambil simpulan bahwa karakteristik pendapatan adalah : 1. adanya kenaikan manfaat ekonomi; 2. timbul dari aktivitas pokok perolehan earnings / hasil; 3. sifatnya berulang-ulang dan terus menerus; dan 4. merupakan gross inflows. 2.3.2. Pengukuran Pendapatan Cara yang terbaik untuk mengukur pendapatan adalah dengan menggunakan nilai tukar (exchange value) dari barang atau jasa perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hendriksen dan Van Breda dalam buku Accounting Theory (2000;380) bahwa : 28 “Revenue, however defined, is best measured by exchange value of the product or service of the enterprise”. Nilai tukar mengganbarkan cash equivalent atau present value yang dinilai kembali dari jumlah uang yang pada akhirnya akan diterima dari transaksitransaksi pendapatan. Pengukuran dengan adanya penilaian kembali dilakukan karena adanya proses memperoleh pendapatan yang membutuhkan waktu yang cukup lama. Dengan adanya tenggat waktu tersebut maka akan ada perbedaan nilai antara waktu sekarang dengan waktu yang akan datang. Karena itulah maka dilakukan penilaian kembali dengan di-discounted untuk menyesuaikan nilai tersebut. Hal inilah yang menimbulkan bunga. Namun menurut Kusnadi dkk dalam buku Teori Akuntansi (2001;327), apabila tenggat waktu tersebut pendek, maka discount dapat diabaikan berdasarkan tiga alasan sebagai berikut : 1.Pada tingkat discount yang rendah, maka jumlah discount yang diberikan adalah kecil dan tidak akan mempengaruhi total pendapatan secara material. 2.Apabila jumlah bunga tidak material, maka pengelompokkannya langsung ke dalam pendapatan tidak akan membawa pengaruh yang besar atas total pendapatan dalam periode yang besangkutan. 3.Pengklasifikasian pendapatan yang timbul karena adanya masa menunggu (bunga) tidak akan berarti banyak dan oleh karena itu dapat dimasukan ke dalam pendapatan yang dihasilkan dari penjualan produk. Dari pengukuran pendapatan dengan cash equivalent atau present value dari uang yang akan diterima, jelas bahwa retur penjualan, potongan-potongan (trade discount) dan pengurangan-pengurangan lain dari harga jual yang diterapkan harus dikurangi dari pendapatan yang dihasilkan sebagai akibat adanya transaksitransaksi khusus. Yang sering menimbilkan keraguan adalah perlakuan atas adanya potongan tunai (cash discount) dan kerugian-kerugian yang timbul dari tidak tertagihnya suatu piutang. Menurut Kusandi dkk dalam buku Teori Akuntansi (2001;328) sebagian maksud dari potongan tunai (cash discount) adalah untuk menyamakan pendapatan dengan nilai present value atau cash equivalent. Tujuan lain dari cash 29 discount adalah untuk mengurangi bad debt losses. Apabila tingkat cash discount dapat ditetapkan secara rasional maka keadaan pihak penjual tidak akan berbeda apakah dia menerima harga bersih (sesudah dikurangi dengan perkiraan bad debt losses yang normal). Dalam banyak hal, kemungkinan pihak penjual akan dapat memperoleh hasil yang sama dengan tingkat cash discount yang lebih rendah daripada jumlah maximum discount yang bersedia diberikan. Dengan demikian, cash discount dan perkiraan bad debt losses pada dasarnya mempunyai sifat yang sama. Dalam keadaan yang penuh kepastian, jumlah kas sesungguhnya akan diterima, di-discounted secara wajar untuk keperluan selama periode menunggu (bunga) harus dicatat sebagai pendapatan yang berasal dari transaksi. Sebaliknya dalam keadaan yang penuh dengan ketidakpastian, prinsipnya masih tetap sama seperti diatas, tetapi cash discount yang diperkirakan akan diambil dan perkiraan bad debt losses haruslah diestimasikan. Dengan demikian, pos-pos ini haruslah dikurangi dalam menghitung pendapatan. Perlakuan tradisional atas pos-pos ini sebagai beban tidaklah menyebabkan adanya suatu perbedaan dalam jumlah income yang dilaporkan, tetapi harus disadari bahwa pos-pos tersebut tidak mempunyai karakteristik dasar sebagai beban. 2.3.3. Pengakuan Pendapatan Pengakuan pendapatan (revenue recognition) adalah tindakan mencatat pendapatan dalam catatan akuntansi dan melaporkannya ke dalam laporan laba rugi. Prinsip yang dianut dalam pengakuan pendapatan adalah prinsip realisasi (realization principle) yaitu konsep yang digunakan untuk menentukan kapan pendapatan harus diakui. Menurut Kieso dan Weygandt dalam buku Intermediate Accounting (2001;612), pendapatan harus diakui pada saat : a.Direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan direalisasi, bila barang-barang dan jasa-jasa yang dipertukarkan untuk kas atau klaim atas kas (piutang). Pendapatan dapat direalisasi bila aktiva 30 yang diterima segera dapat dikonversikan pada jumlah kas atau klaim atas kas yang diketahui. b.Dihasilkan. Pendapatan dihasilkan bila kesatuan itu sebagian besar telah menyelesaikan apa yang seharusnya dilakukan agar berhak atas manfaat yang diberikan dari pendapatan, yakni bila proses mencari laba telah selesai atau sebenarnya telah selesai. 2.3.3.1. Pelaporan Pendapatan Selama Produksi Menurut Hendriksen dan Van Breda dalam bukunya Teori Akunting yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2000;385), ada banyak kasus di mana pendapatan diakui selama produksi . Kumpulan dari kasus ini mencakup jasa-jasa di mana pengakuan selama produksi merupakan praktik umum. Contohnya mencakup sewa, bunga, komisi, dan jasa pribadi yang dilaksanakan beradasar waktu. Jasa biasanya dilaksanakan berdasar waktu dan pelaksanaan jasa dapat diasumsikan merupakan kejadian penting sekali. Jumlah pendapatannya telah ditetapkan menurut kontrak atau perjanjian sebelumnya. Beban yang berhubungan biasanya dapat ditentukan secara bersamaan dengan pendapatan. Di samping itu, klaim yang sah timbul terhadap pelanggan, klien, atau penyewa meskipun jumlahnya belum ditagih dan pembayaran tidak diharuskan sampai tanggal tertentu. Aplikasi kedua, yang dapat diterima dari pelaporan pendapatan selama produksi adalah pengakuan pendapatan pada kontrak jangka panjang. Biasanya dengan metode presentasi penyelesaian. Akseptansi umum dalam kasus ini didasarkan terutama pada landasan pragmatis. Perusahaan biasanya menolak untuk menerbitkan laporan keuangan yang tidak menunjukan laba selama setahun dimana selama itu perusahaaan telah melakukan banyak upaya untuk mencapai penyelesaian sebagian dari suatu kontrak yang akan memungkinkan laba yang layak dengan tingkat kepastian yang wajar. Meskipun prosedur ini dapat dibenarkan, atas dasar bahwa yang dihasilkan telah terjadi, ketidakpastain mengenai harga jual diminimumkan karena harga total diketahui dan 31 ketidakpastian mengenai penagihan biasanya tidak terlalu besar, khusunya jika pembeli adalah unit pemerintah atau perusahaan besar yang mapan. Berhubungan dengan pelaporan pendapatan selama produksi adalah pengakuan nilai yang meningkat dari perumbuhan alami atau proses penuaan. Pertumbuhan alami atau penuaan sepanjang waktu ini sama seperti proses produksi dari sudut pandang ekonomi, seperti juga proses perubahan bentuk komoditas. Maka dalam pengertian ekonomi, perumbuhan meningkatkan pendapatan. Contohnya mencakup pertumbuhan hutan, hasil perkebunan dan peternakan dan penuaan minuman keras atau anggur tertentu. 2.3.3.2. Pelaporan Pendapatan Setelah Produksi Selesai Menurut Hendriksen dan Van Breda dalam bukunya Teori Akunting yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2000;387), apabila suatu produk diselesaikan, salah satu dari ketidakpastian sebelumnya-biaya produksi- sekarang dapat dihitung dengan tingkat akurasi yang layak. Harga pasar dan biaya penjualan serta pengiriman tambahan mungkin tetap tidak pasti. Tetapi apabila itu dapat diestimasikan dengan andal, ada pertimbangan yang baik untuk melaporkan pendapatan pada waktu ini. Pertimbanagan utamanya haruslah kemampuan untuk mendapatkan pengukuran pendapatan dan biaya tambahan yang dapat daiandalkan dan dapat diuji. Untuk sebagian besar komoditas, langkanya harga pasar yang stabil merupakan rintangan utama bagi akseptansi umum atas pengakuan pendapatan pada penyelesaian produksi. Menurut APB Statement No.4, pendapatan bisa dilaporkan pada penyelesaian produksi menurut kriteria di atas hanya untuk “logam mulia yang mempunyai harga jual tetap dan biaya pemasaran yang tidak besar”. Perlakuan serupa dapat diterima untuk produk pertanian, mineral dan lainnya hanya jika perusahaan tidak dapat menentukan biaya taksiran secara layak. Namun, dalam semua kasus, harga penjualan harus dikurangi dengan biaya pelepasan yang diestimasikan.Langkanya pengukuran biaya bukanlah standar dasar untuk menggunakan harga pasar, tetapi ini merupakan keadan pengecualian di mana harga pasar diizinkan. 32 2.3.3.3. Pelaporan Pendapatan Pada Saat Penjualan Selama bertahun-tahun penyerahan merupakan aturan umum untuk pelaporan pendapatan. Ketidakpastian mengenai pengukuran akhir dari pendapatan minimal pada saat penyerahaan, tetapi itu tidak hilang sama sekali. Praktik bisnis yang diterima mengizinkan pengembalian semua atau sebagian barang dagangan, sehingga membatalkan kontrak penjualan. Kegagalan untuk menagih harga jual sering kali mungkin, dan kemungkinan itu bergantung pada peringkat kredit pelanggan. Demikian pula, beban tambahan bisa meningkat, yang banyak daripadanya tidak diharapakan. Ini akan mencakup beban penagihan tidak normal dan beban memenuhi jaminan pelanggan secara cepat atau yang tersirat. Akan tetapi biasanya piutang yang tidak tertagih dan beban tambahan bisa diestimasikan dari pengalaman masa lalu. 2.3.3.4. Pelaporan Pendapatan Sesudah Penjualan Menurut Hendriksen dan Van Breda dalam bukunya Teori Akunting yang dialih bahasakan oleh Herman Wibowo (2000;388), penangguhan pelaporan pendapatan, setelah klaim sah terhadap pelanggan timbul dan kegiatan dasar dalam penjualan produk atau jasa sejenis telah diselesaikan, dapat dibenarkan hanya jika salah satu dari kedua kriteria berikut terpenuhi : 1.Jika tidak mungkin mengukur aktiva yang diterima dalam pertukaran dengan tingkat ketepatan yang wajar. 2.Jika beban tambahan yang material secara langsung berhubungan dengan transaksi dan jika hal itu tidak dapat diestimasikan dengan tingkat ketepatan yang wajar. FASB, yang mendasarkan kesimpulannya pada Statement of Position 75-1, merekomendasikan dalam SFAS 48, “Pengakuan Pendapatan Ketika Hak Pengembalian Ada”, bahwa apabila penjual dihadapkan pada risiko kepemilikan melalui pengembalian aktiva, pendapatan harus tidak diakui saat kecuali jika kondisi berikut terpenuhi : a.Harga penjual kepada pembeli sebagian besar tetap atau dapat ditentukan pada tanggal penjualan. 33 b.Pembeli telah membayar penjual, atau pembeli diwajibkan untuk membayar penjual dan tidak tergantung pada penjualan kembali produk. c.Kewajiban pembeli kepada penjual tidak berubah dalam kejadian pencurian atau kerusakan atau cacat fisik pada produk. d.Pembeli yang memperoleh produk untuk dijual kembali mempunyai substansi ekonomi yang terpisah dari yang disediakan penjual. e.Penjual tidak mempunyai kewajiban yang signifikan untuk kinerja dimasa datang yang secara langsung menyebabkan dijualnya kembali produk oleh pembeli. f. Jumlah pembelian masa datang secara layak dapat diestimasikan. Contoh yang paling sering dikutip untuk pelaporan pendapatan yang ditangguhkan adalah kasus penjualan cicilan. Biasanya inni dibenarkan berdasarkan bahwa penagihan dianggap meragukan karena pelanggan yang masuk kedalam kontrak cicilan ini seringkali terlalu melebihkan diri mereka sendiri dan arena itu risikonya buruk. Beban penagihan dan pemungutan sesudah saat penjualan biasanya besar, dan beban jaminan bisa juga masuk dalam perhitungan. Argumen ini biasanya sangat lemah. Akan tetapi, ada situasi-situasi, seperti dalam penjualan perumahan, dimana metode cicilan bisa dibenarkan. 2.3.4. Sumber-Sumber Pendapatan Seperti yang telah dikemukakan sebelumya bahwa pendapatan merupakan hasil penjualan produk perusahaan yang diukur berdasarkan jumlah yang dibebankan ke pelanggan atas barang atau jasa yang diserahkan kepada mereka. Pada dasarnya terdapat dua pandangan mengenai pendapatan menurut Kusnadi dkk dalam buku Akuntansi Keuangan Menengah (2000;347) Pandangan pertama menyatakan bahwa pendapatan itu meliputi seluruh hasil dari aktiva usaha dan aktiva investasi. Pendapatan merupakan seluruh perubahan aktiva netto yang disebabkan oleh aktivitas penciptaan pendapatan keuntungan akibat penjualan aktiva tetap dan investasi. Pandangan ke dua menyatakan bahwa hanya hasil aktivitas yang menciptakan pendapatan saja yang dimasukan ke dalam pendapatan. Sedangkan pendapatan 34 investasi dan keuntungan penjualan aktiva tidak termasuk pendapatan.Jadi pandangan ini memberikan adanya perbedaan yang jelas antara pendapatan dan keuntungan. Dari pembahasan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pendapatan bersumber dari 1.Aktivitas operasi. Pendapatan yang berasal dari aktivitas utama perusahan sesuai dengan jenis usahanya yang berlangsung secara berulang-ulang. 2.Pendapatan non- operasi. Pendapatan yang bersumber dari kegiatan diluar aktivitas utama perusahaan seperti pendapatan yang diperoleh dari transaksi modal, laba penjualan aktiva yang bukan produk perusahaan, sumbangan, hadiah dan dari revaluasi aktiva tetap. 2.4. Hubungan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Pendapatan Untuk tetap menjalankan usahanya, perusahaan berusaha untuk menghasilkan barang dan jasa yang akan dijual kepada konsumen sehinnga perusahaan memperoleh pendapatan. Barang dan jasa yang dihasilkan tentu berasal dari aktiva tetap sebagai alat produksinya. Pada awal pendiriannya, perusahaan membelanjakan modalnya untuk mendapatkan aktiva tetap sehingga dapat digunakan sebagai alat penghasil produk baik itu barang maupun jasa. Dan pada suatu saat, kapasitas produksinya akan maksimal sedangkan permintaan pasar belum dapat terpenuhi. Pada saat seperti ini, perusahaan akan berusaha untuk memenuhi permintaan pasar tersebut dengan menambah kapasitas produksinya. Hal ini berarti perusahaan akan menambah alat produksinya dengan menambah aktiva tetap. Dan investasi ini akan menambah volume produksi yang selanjutnya akan menambah pendapatan perusahaan dari penjualan barang dan jasa produksinya. Menurut Bambang Riyanto dalam buku dasar-dasar pembelanjaan perusahaan (1997;121) investasi dalam aktiva tetap menyangkut harapan terhadap hasil penjualan di masa yang akan datang. Kesalahan dalam melakukan peramalan 35 dalam investasi akan dapat mengakibatkan adanya over statement atau under statement dalam aktiva tetap. Apabila investasi dalam aktiva tetap melebihi yang diperlukan akan membebankan fixed cost yang besar bagi perusahaan. Sebaliknya kalau jumlah investasi aktiva tetap terlalu kecil akan dapat mengakibatkan kekurangan peralatan produksi, yang dapat mengakibatkan perusahaan bekerja dengan harga pokok yang tinggi sehingga mengurangi daya saing perusahaan atau kemungkinan lain perusahaan dapat kehilangan sebagian dari pasar bagi produksinya. Pendapatan yang diperoleh perusahaan tidak lepas dari peran aktiva tetap yang digunakan dalam operasional perusahaan tersebut. Tanpa adanya aktiva tetap, perusahaan tidak akan dapat berproduksi dan pada akhirnya perusahaan tidak akan memperoleh pendapatan. 36