1 I . PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keyakinan bahwa ekonomi global akan pulih dan industri manufaktur akan membaik membuat investor berspekulasi akan naiknya kebutuhan komoditas yang otomatis mendorong harga komoditas. Hal inilah yang mendorong investor kembali “memburu” saham pertambangan yang membuat indeks naik tajam. Sepanjang tahun ini pergerakan harga saham pertambangan dapat dikatakan sangat menarik. Saham-saham pertambangan memang menjadi saham unggulan pada tahun ini dengan rata-rata tingkat kenaikan harga saham sebesar 141,91%. Sektor pertambangan di bursa saham tercatat sebagai sektor yang memberikan return kedua terbesar, yaitu sebesar 151,06% dari posisi Rp. 877,68 pada akhir tahun 2008 menjadi Rp. 2.203,48 pada akhir tahun 2009 (www.idx.co.id, 17 Juni 2010). Emiten pertambangan sampai dengan saat ini menjadi incaran para investor. Terbukti dengan meningkatnya volume transaksi perdagangan di bursa akibat meningkatnya permintaan terhadap saham pertambangan, saham sektor pertambangan sering kali memimpin penguatan bursa. Sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) sampai dengan saat ini masih menjadi sumber penggerak utama roda perekonomian nasional. Baik dalam perannya sebagai sumber penerimaan negara, penyedia energi, menarik investasi, surplus neraca perdagangan, penyedia bahan baku industri, serta faktor dominan pembentukan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG). Penerimaan yang diperoleh pemerintah dari sektor pertambangan cukup signifikan. Hal ini dapat dibuktikan, yaitu tepatnya pada tahun 2008 ketika harga minyak dunia mengalami fluktuasi yang sangat tajam. Sektor ESDM mencatatkan perkiraan realisasi penerimaan negara sebesar Rp 346,347 Triliun atau sebesar 36%. Dari penerimaan sektor ESDM tersebut, sub sektor Pertambangan Umum tercatat sebesar Rp 42,120 Triliun atau sebesar 4,4% yang terdiri dari Pajak Pertambangan Umum dan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Pertambangan Umum (www.esdm.go.id, 2009). 2 Industri pertambangan di dunia saat ini mengalami perkembangan yang cukup signifikan. Hal ini dikarenakan semakin meningkatnya permintaan terhadap produk-produk unggulan sektor pertambangan, seperti batubara, emas dan minyak bumi. Hal ini ditunjukkan dengan kegiatan ekspor barang hasil tambang asal Indonesia yang cenderung meningkat setiap tahunnya (Gambar 1). Gambar 1. Pertumbuhan ekspor barang tambang Indonesia (Sumber : www.kompas.com) Batubara merupakan salah satu produk tambang unggulan asal Indonesia. Pada tahun 2010, harga batubara diprediksi akan menguat seiring dengan kondisi ekonomi dunia yang diprediksikan mulai mengalami perbaikan. Bahkan kenaikan harga batubara dalam jangka panjang diprediksi masih akan naik sehubungan dengan semakin luasnya penggunaan batubara sebagai sumber energi. Berdasarkan proyeksi laporan Annual Energy Outlook 2009 yang dikeluarkan oleh U.S. Energy Information Administration, US energi supply, demand, dan harga naik hingga tahun 2030. The McIlvane Company dalam laporannya yang dikeluarkan pada April 2009, memproyeksikan bahwa kapasitas pembangkit listrik tenaga batubara dunia akan tumbuh 35% pada 10 tahun ke depan, dari 1,759,000 MW pada 2010 menjadi 2,384,000 MW pada 2020. Pembangkit listrik tenaga batubara di Asia akan naik menjadi 1,464,000 MW pada 2010. Sedangkan di India, pembangkit listrik tenaga batubara ini akan naik dari 95,000 MW menjadi 294,000 MW pada 11 tahun ke depan (Asia Securities, 25 Mei 2009). Harga saham sektor pertambangan pada tahun 2010 diperkirakan akan mengalami peningkatan yang cukup tajam, hal tersebut terkait dengan 3 meningkatnya permintaan terhadap komoditas pertambangan. Analisis PT Erdikha Sekuritas, mengatakan saham-saham pertambangan yang masih prospektif menjanjikan pertumbuhan kinerja hingga tahun depan terutama adalah yang bergerak di sektor batubara dan minyak bumi serta gas (migas) (Bisnis Indonesia, 11 November 2009). Saham pertambangan merupakan komoditas yang menarik di Bursa Efek Indonesia (BEI), karena harga saham pertambangan menjanjikan keuntungan dalam jangka panjang. Selain keuntungan yang menjanjikan, kegiatan investasi pada sektor pertambangan juga mengandung resiko, yaitu terkait perubahan harga komoditas pertambangan yang sangat dipengaruhi oleh pasokan atau ketersediaan bahan baku tambang, permintaan akan barang tambang tersebut, kondisi fundamental perusahaan pertambangan, serta kebijakan pemerintah terhadap harga barang tambang. Sehingga harga saham sektor pertambangan cenderung fluktuatif. Saham empat perusahaan pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas 100, yakni PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). 1.2. Perumusan Masalah Harga saham merupakan hal yang pertama kali dilihat oleh seorang investor apabila ingin melakukan investasi dalam bentuk saham. Karena harga saham dapat menggambarkan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk capital gain ataupun dividen. Perubahan harga saham terjadi setiap saat, oleh karena itu seorang investor harus menelusuri faktor-faktor yang menjadi penyebab perubahan harga saham. Untuk dapat menilai harga saham yang akan dipilih investor dalam melakukan investasi, maka para investor dapat menggunakan pendekatan top down approach yaitu dimulai dengan analisis kondisi makro ekonomi serta analisis industri kemudian dilanjutkan dengan penilaian perusahaan untuk mendapatkan nilai intrinsik perusahaan, yaitu yang dilakukan melalui analisis teknikal dan fundamental. Analisis teknikal pada dasarnya merupakan upaya untuk menentukan kapan membeli (masuk ke pasar) atau menjual saham 4 (keluar dari pasar), dengan memanfaatkan indikator-indikator teknis ataupun menggunakan analisis grafis. Analisis fundamental bertujuan untuk memperkirakan harga saham berdasarkan prospek laba dan dividen perusahaan, pendapatan, kebijakan manajemen, yang tercermin dalam laporan keuangan, perkembangan industri, harapan bunga di masa depan, dan evaluasi risiko perusahaan untuk menentukan harga saham yang tepat. Kedua analisis ini dapat digunakan secara bersamaan untuk menganalisis harga saham. Dari hal yang telah disampaikan, maka dapat dirumuskan permasalahan dari penelitian ini sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pergerakan harga saham pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis teknikal? 2. Bagaimanakah kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental, selama tiga tahun terakhir (20062008) ? 3. Bagaimanakah nilai intrinsik harga saham pertambangan yang terdaftar pada indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 menggunakan analisis fundamental ? 4. Faktor fundamental manakah yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan ? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Membandingkan pergerakan harga saham perusahaan-perusahaan pertambangan periode Januari-Desember 2009 yang terdaftar pada indeks Kompas 100 dengan menggunakan analisis teknikal. 2. Menganalisis kondisi perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental selama tiga tahun terakhir (2006-2008). 5 3. Membandingkan nilai intrinsik harga saham perusahaan-perusahan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 selama periode Januari-Desember 2009 dengan menggunakan analisis fundamental. 4. Mengidentifikasi faktor fundamental yang dapat mempengaruhi harga saham pertambangan. 1.4. Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi: 1. Perusahaan Pertambangan di Bursa Efek Indonesia Penelitian ini memberikan informasi bagi pemimpin perusahaan sebagai bahan kajian dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dalam jangka panjang yang dapat mempengaruhi harga saham perusahaan. 2. Bagi dunia pendidikan Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan investasi dalam bentuk saham dan penilaian terhadap harga saham. 3. Bagi pihak lain Bagi investor yang menginvestasikan dananya dalam bentuk saham untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pergerakan harga saham, terkait dengan keuntungan yang akan diperoleh investor dalam bentuk dividen ataupun capital gain. 1.5. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terbatas pada kinerja perusahaan-perusahaan pertambangan yang terdaftar di indeks Kompas 100 pada periode Januari-Desember 2009. Perusahaan-perusahaan pertambangan yang dibahas dalam penelitian ini merupakan perusahaan pertambangan utama yang terdaftar di indeks Kompas 100, PT Aneka Tambang Tbk (ANTM), PT Bumi Resources Tbk (BUMI), PT Bukit Asam (Persero) Tbk (PTBA), dan PT Timah Tbk (TINS). Pada penelitian ini penulis tidak menganalisis seluruh perusahaan pertambangan yang terdaftar pada indeks Kompas 100 periode Januari-Desember 2009, karena penulis membatasi penelitian pada perusahaan-perusahaan pertambangan yang sahamnya paling aktif dalam bursa saham.