Pengembangan BOD Sensor Berbasis Biospesies Lokal Ivandini Tribidasari Anggraningrum, Feni Triana Zulfia dan Endang Saepudin Departemen Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok 16424, Indonesia E-mail: [email protected] Abstrak Fabrikasi BOD sensor dilakukan untuk mempersingkat waktu pengukuran BOD dari 5 hari menjadi 30 menit. Khamir lokal Candida fukuyamaensis UICC Y-247 digunakan sebagai transducer. Khamir ini diimobilisasikan sebagai suatu lapisan tipis dalam media agarose menggunakan membran Nafion. Lapisan ini kemudian dilekatkan pada glassy carbon yang telah dimodifikasi dengan nanopartikel emas dan digunakan sebagai elektroda kerja. Nilai BOD diperoleh dengan mengukur konsentrasi glukosa menggunakan metode multi pulse amperometri dan dikonversikan ke nilai BOD. Optimasi dilakukan pada jumlah sel khamir, potensial pengukuran 450 mV dan waktu tunggu pengukuran 30 menit. Hasil pengukuran linier pada daerah konsentrasi glukosa 0,1 mM - 0,5 mM, atau setara dengan 10 mg/L – 50 mg/L BOD. Uji kedapatulangan pengukuran dan kestabilan film menunjukkan nilai RSD sebesar 2,7 % (n = 15) dan penurunan respon setelah 3 hari dengan batas deteksi minimum 1,1336 mg/L BOD. Perbandingan dengan metode pengukuran BOD konvensional menunjukkan bahwa BOD sensor yang difabrikasi dapat digunakan untuk menggantikan metode konvensional. Abstract BOD sensors were fabricated in order to reduce measurement time of BOD from 5 days to 30 min. Indonesian yeast, Candida fukuyamaensis UICC Y-247, was used as a transducer. The yeast was immobilized as a thin film in agarose medium and Nafion membran. The film was then attached at goldmodified glassy carbons and used as working electrodes. The measurements were conducted by investigation of glucose concentrations using multi pulse amperometric method and then conversed to BOD values. Optimization was conducted for the yeast cell number, applied potential of 450 mV, and waiting time measurement of 30 min. Linearity was shown in glucose concentration range of 0,1 mM - 0,5 mM or similar to BOD concentration range of 10 mg/L – 50 mg/L. Good reproducibility was shown by RSD of 2.7% (n = 15). Decreasing of current responses was found after 3 days. Detection limit of 1.1336 mg/L BOD was found. Comparison with conventional BOD measurement methods indicated that the fabricated BOD sensor can be used as an alternative method for BOD measurements. Keywords: Indonesian yeast, Candida fukuyamaensis UICC Y-247, gold-modified glassy carbon, multi pulse amperometry, BOD sensor 1. Pendahuluan Biochemical Oxygen Demand (BOD) merupakan salah satu parameter penting dalam pencemaran air. Parameter ini diukur sebagai banyaknya konsumsi oksigen oleh mikroorganisme untuk mendegradasi senyawa organik. Metode konvensional pengukuran BOD menggunakan cara titrimetrik (APHA,1986) yang membutuhkan waktu selama 5 hari. Metode ini memiliki banyak kelemahan diantaranya sulit untuk mengontrol bioproses dan monitoring, sehingga mulai dilakukan metode alternatif yang menyajikan metode yang praktis, mudah dilakukan, cepat, dan dapat dikembangkan menjadi pengukuran secara in situ. Salah satu metode yang memiliki kriteria tersebut adalah metode sensor (Karube et al.1990; Riedel et al., 1990; Tmmeveski et al., 1998). Teknik sensor ini memanfaatkan modifikasi tranduser dengan cara mengimobilisasi mikroorganisme diatas permukaan elektroda pendeteksi oksigen, respon signal yang dihasilkan cukup signifikan dan sangat cepat sehingga deteksi dapat dilakukan dalam waktu 30 menit. Beberapa jurnal bahkan dapat mempercepat proses hingga 5 sampai 20 menit (Riedel et al.1988). Namun demikian, hingga saat ini penggunaan mikroorganisme asli Indonesia untuk BOD sensor belum banyak dilaporkan. Umumnya penelitian mengenai fabrikasi BOD sensor dilakukan oleh peneliti luar negeri dan menggunakan mikroorganisme dari luar Indonesia yang bila diaplikasikan akan membutuhkan kondisi eksperimen yang berbeda, biaya yang banyak, serta resiko penyebaran mikroorganisme luar yang tidak diinginkan. Pada penelitian ini, BOD sensor dibuat dengan memanfaatkan mikroorganisme local Indonesia. Khamir Candida fukuyamaensis UIC 274 dipilih karena bersifat aerob, mudah diperoleh dan dibiakkan, serta stabil secara genetik. Elektroda yang digunakan adalah glassy karbon yang telah dimodifikasi oleh nanopartikel emas. Elektroda ini dilekatkan dengan lapisan imobilisasi mikroorganisme dan digunakan untuk pengukuran. Pengukuran dilakukan melalui deteksi konsentrasi glukosa menggunakan metode multi pulse amperometry (MPA) dan hasilnya dikonversi ke nilai BOD. Larutan glukosa digunakan karena telah diketahui kesetaraan konsentrasi glukosa dengan nilai BOD yaitu, 1 mM konsentrasi glukosa setara dengan 100 mg/L BOD (Miller and Miller 1993). Validasi dilakukan dengan pengukuran menggunakan metode konvensional. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa BOD yang dibuat dapat digunakan sebagai metode alternatif pengukuran BOD. 2. Eksperimental 2.1 Penentuan kurva pertumbuhan Candida fukuyamaensis UICC Y-247 Candida fukuyamaensis UICC Y-247 diperoleh dari Universitas Indonesia Culture Collection (UICC), Laboratorium Mikrobiologi, Departemen Biologi, Falultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Unuversitas Indonesia. Kurva pertumbuhan ditentukan dengan menginkubasi khamir pada beberapa media erlenmeyer 100 mL yang ditandai dengan waktu pengamatan yaitu, 0, 6, 12, 24, 30, 42, dan 48 jam. Masingmasing erlenmeyer diisikan dengan 25 mL media fermentasi cair YMB (YMA tanpa agar) dan 1,25 mL suspensi sel. Fermentasi dilakukan menggunakan inkubator shaker pada suhu 30oC selama 2 hari dengan guncangan 110 rpm. Jumlah sel kemudian diamati sesuai dengan waktu yang ditentukan dengan mengamati perubahan kekeruhan menggunakan alat UV spectronic 20 pada panjang gelombang 600 nm. 2.2 Imobilisasi Khamir Suspensi sel dipisahkan dengan media cairnya dengan cara sentrifugasi kemudian dicuci dengan larutan 0,1 M buffer fosfat pH 7. Suspensi tersebut lalu diimobilisasi dengan membuat biomembran dari 2% agarose dalam larutan buffer fosfat. Larutan agarose dipanaskan sampai mendidih kemudian didinginkan pada 36oC dan 2 mL suspensi khamir ditambahkan ke dalamnya. Hasil campuran disebarkan ke membran Nafion sampai mencapai ketebalan tertentu. Ketebalan lapisan divariasikan dengan variasi volume campuran 0,25, 0,5, 0,75 dan 1 mL pada luas membran 3,5cm x 2,5cm. Lapisan imobilisasi ini dapat disimpan dalam larutan buffer fosfat dalam temperatur ruang. 2.3 Aplikasi Sebagai sensor BOD 2.3.1. Pembuatan Elektroda Kerja Permukaan glassy carbon yang telah dibersihkan dicelupkan ke dalam larutan NH4OH pekat dan diiradiasi dibawah sumber UV (λ = 254 nm) selama 6 jam lalu elektroda dibilas dan dikeringkan. Larutan nanopartikel emas disiapkan dengan menambahkan sebanyak 0,5 mL larutan HAuCl4 0,01 M ke dalam 18,5 mL akuademin dan diaduk selama 5 menit. Setelah itu 0,5 mL natrium sitrat 0,1 M ditambahkan lalu diaduk kembali selama 5 menit dan 0,5 mL NaBH4 0,1 M ditambahkan. Karaktersisasi dilakukan dengan spektrofotometer UV-Visible dan Transmission Electron Microscopy (TEM). Modifikasi dilakukan dengan mencelupkan glassy carbon yang telah diaktivasi permukaannya tadi ke dalam larutan nanopartikel emas selama 20 menit lalu dibilas dan dikeringkan pada suhu 60oC. Setiap kali akan dipakai, lapisan imobilisasi khamir dipotong dan dilekatkan pada glassy karbon yang sudah termodifikasi nanopartikel emas dan digunakan sebagai elektroda kerja 2.3.1. Sensor BOD Aktivitas sistem sensor dilihat terhadap oksidasi senyawa organik glukosa dalam larutan buffer fosfat pH 7. Sel elektrokimia disiapkan dengan memasukkan 3 mL larutan glukosa dalam 0,1 M larutan buffer fosfat pH 7 ke dalam kontainer. Larutan tersebut terlebih dahulu dibebaskan dari oksigen dengan menjenuhkan larutan dengan gas nitrogen selama 2 menit. Kemudian dijenuhkan kembali dengan oksigen selama 2 menit. Sebagai elektroda pembantu digunakan kawat Pt dan sebagai elektroda pembanding digunakan Ag/AgCl. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan teknik Multi Pulse Amperometrik (MPA). Potensial optimum 450 mV (vs. Ag/AgCl) ditentukan melalui siklik voltametri. Pengaruh jumlah sel khamir dan waktu tunggu pengukuran juga diamati. 3. Hasil dan Pembahasan 3.1 Pengamatan kurva pertumbuhan Candida fukuyamaensis UICC Y-247 Kurva pertumbuhan mikroorganisme diamati dengan metode pengukuran optical density. Kurva pertumbuhan yang dihasilkan (Gambar 1) menunjukkan bahwa khamir memasuki fase lag pada waktu 0 sampai 6 jam. Pada kondisi awal ini, khamir terlebih dahulu beradaptasi dengan lingkungan barunya dengan menggunakan sisa cadangan energi dari lingkungan sebelumnya akibat adanya perubahan lingkungan yang kaya nutrien ke lingkungan yang minim nutrien. Sedangkan pada waktu 12 sampai 24 jam, khamir memasuki fase logaritma, saat adaptasi sudah dimulai dan terjadi peningkatan jumlah sel yang hidup. Pada waktu pertumbuhan khamir memasuki 30 jam, merupakan fase stasioner, dimana jumlah sel yang hidup sama dengan jumlah sel yang mati atau jumlah sel tetap dan cenderung tidak mengalami perubahan.(Riki, 2008) Gambar 1. Kurva pertumbuhan khamir Candida fukuyamaensis UICC Y-247 3.2 Imobilisasi lapisan khamir dengan matriks agarose/buffer fosfat Imobilisasi dilakukan dengan membuat biomembran agarose dalam larutan buffer fosfat. Penambahan buffer fosfat sendiri berfungsi sebagai elektrolit yang dapat meningkatkan ektifitas pertukaran elektron dalam sistem sensor kimia. Sebagai sensor BOD, khamir harus mendapatkan suplai oksigen yang maksimum dari larutan, namun harus tetap dijaga agar matriks tidak terkontaminasi dengan larutan tersebut, atau dengan kata lain matriks yang digunakan harus dijaga agar tidak kontak langsung dengan larutan. Oleh karena itu diperlukan suatu tambahan lapisan membran yang dapat dengan baik memisahkan larutan dengan matriks namun tetap efektif melewatkan gas oksigen dari larutan ke lingkungan matriks. Pada penelitian ini digunakan membran Nafion yang dapat melewatkan gas oksigen karena sifatnya yang permeable dan efektif dalam memisahkan gas dengan larutan. Aktivitas sistem sensor dilihat terhadap oksidasi elektrokimia glukosa dalam larutan buffer fosfat pH 7. Larutan glukosa digunakan karena selain telah diketahui kesetaraan konsentrasi glukosa dengan BOD (Miller and Miller 1993), larutan glukosa juga merupakan larutan yang memberikan repon arus yang sangat signifikan dibandingkan dengan substrat organik lain (Wu, 1999). Selain itu glukosa adalah jenis senyawa organik yang dikonsumsi oleh khamir jenis Candida fukuyamaensis. Larutan buffer fosfat digunakan dalam sistem sensor, agar terjadi keseimbangan pH selama pengukuran dimana mendukung proses aktivitas mikroorganisme untuk tetap berlangsung sehingga pengukuran BOD dapat dilakukan. Nilai BOD tidak dapat langsung diukur karena khamir membutuhkan waktu untuk mengkonsumsi oksigen terlarut dari sistem. Konsentrasi oksigen perlahan-lahan, seiring dengan waktu, akan berkurang. Sistem elektrokimia akan mendeteksi penurunan konsentrasi oksigen dalam larutan yang dihitung ekivalen dengan besarnya glukosa yang berkurang dalam larutan (Wang, 2000). Gambar 3 menunjukkan variasi waktu pengukuran BOD pada sesudah sistem berjalan. Arus respons yang relatif stabil ditunjukkan pada waktu tunggu 30 menit. Gambar 3. Amperogram larutan glukosa dalam 0,1 M buffer fosfat pH 7 diukur dengan menggunakan elektroda kerja yang telah dimodifikasi dengan Candida fukuyamaensis UICC-247 terimobilisasi pada membran Nafion pada variasi waktu tunggu 0, 5, 20 dan 30 menit. Potensial yang digunakan 450 mV (vs. Ag/AgCl) 3.3 Aplikasi sebagai sensor BOD Keadaan sel khamir merupakan keadaan dimana sel khamir belum terimobilisasi. Keadaan tersebut dikarakterisasi secara elektrokimia untuk mengetahui kondisi sebenarnya aktivitas konsumsi oksigen oleh khamir dari jenis Candida fukuyamaensis. Variasi konsentrasi glukosa dalam daerah konsentrasi 0,1 - 0,5 mM glukosa dalam buffer fosfat pH 7 diamati. Nilai konsentrasi glukosa tersebut akan setara dengan nilai BOD 10 50mg/L berdasarkan standar Miller and Miller 1993. Kurva linier menunjukkan hubungan antara arus yang dihasilkan dengan nilai BOD dari larutan yang digunakan (Gambar 4). Gambar 4. (a) Amperogram larutan glukosa pada variasi konsentrasi 0,1, 0,2, 0,3, 0,4 dan 0,5 mM dalam 0,1 M buffer fosfat pH 7 diukur dengan menggunakan elektroda kerja dengan kehadiran sel khamir bebas Candida fukuyamaensis UICC-247 dan (b) Plot arus terjadap nilai BOD larutan yang digunakan. Potensial yang digunakan 450 mV (vs. Ag/AgCl) Arus yang dihasilkan meningkat seiring dengan bertambahnya nilai konsentrasi glukosa yang didapatkan atau nilai BOD dari larutan. Hal ini karena bertambahnya konsentrasi glukosa yang digunakan, menyebabkan akan semakin banyak oksigen yang dikonsumsi oleh khamir. Keadaan sel khamir bebas menunjukan aktivitas yang saat baik sebagai sensor BOD terlihat dari kurva linier yang dihasilkan memiliki nilai regresi R2 = 0,992. Keadaan ini didukung karena aktivitas respirasi dari mikroba khamir yang digunakan tidak terhalangi oleh matriks, dan dengan kondisi yang jenuh dengan oksigen, maka sel khamir pun akan dengan cepat dan sangat baik mengkonsumsi oksigen tersebut, sehingga berkurangnya konsentrasi oksigen dapat langsung terlihat perbedaanya secara signifikan dan menempuh waktu yang relatif lebih cepat. Sistem sensor ini dapat selanjutnya digunakan untuk mengukur BOD dengan menggunakan sel khamir yang terimobilisasi. Kalibrasi keadaan terimobilisasi perlu dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keefektivitasan sistem transduser yang dibuat. Perlakuan kalibrasi linier sama dengan keadaan saat sel khamir bebas dengan tiap pengukuran diulang sebanyak tiga kali. Linieritas dari sistem transduser modifikasi lapisan imobilisasi menujukkan aktivitas yang baik dengan nilai R2 yang dihasilkan sebesar 0,996 (Gambar 5). Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem sensor ini memberikan respon yang baik untuk pengukuran nilai BOD mulai dari range 10 mg/L sampai 50 mg/L. 50 a I ( A) 40 30 20 10 0 0 50 100 150 200 250 w a ktu (de tik) 0,1 m M 0,2 m M 0,3 m M 0,4 m M 0,5 m M 16 b 14 I (m A) 12 y = 0.3242x - 2.8409 R 2 = 0.9962 10 8 6 4 2 0 0 10 20 30 40 50 B OD (m g /L ) Gambar 5. (a) Amperogram larutan glukosa pada variasi konsentrasi 0,1, 0,2, 0,3, 0,4 dan 0,5 mM dalam 0,1 M buffer fosfat pH 7 diukur dengan menggunakan elektroda kerja yang telah diimobilisasi dengan Candida fukuyamaensis UICC-247 dan (b) Plot arus terhadap nilai BOD larutan yang digunakan. Potensial yang digunakan 450 mV (vs. Ag/AgCl) Perbandingan nilai BOD yang dihasilkan melalui metode konvensional dengan metode sensor dilihat kesetaraannya membandingkan pengukuran empat macam sampel glukosa yang memiliki konsentrasi yang berbeda. Metode konvensional yang digunakan merupakan cara titrimetrik yang menghitung nilai BOD5 berdasarkan selisih jumlah oksigen awal dengan oksigen akhir menggunakan metode APHA ed.20th 5210 B, 2005. Pada metode sensor, nilai arus yang didapatkan dimasukkan kedalam persamaan linier keadaan terimobilisasi untuk mengetahui nilai BOD. Perbandingan nilai ini dengan nilai BOD berdasarkan metode konvensional (Tabel 1) menunjukkan bahwa metode sensor memiliki memiliki kesetaraan yang baik dengan metode konvensional, mengindikasikan metode sensor ini dapat dengan baik mendeteksi nilai BOD untuk jenis sampel glukosa. Tabel 1. Perbandingan nilai BPD 4 jenis sampel glukosa diukur dengan metode konvensional dan sensor kimia Nilai BOD dengan metode konvensional Nilai BOD dengan sensor kimia 17 17 17 18 20 19 21 20 Uji kestabilan dilakukan dengan mengukur BOD dengan lapisan imobilisasi yang sama berulang pada hari yang sama dan selama 5 hari. Selama tidak digunakan elektroda kerja disimpan dalam akudemin dan lapisan imobilisasi didimpan dalam larutan buffer fosfat pH 7. Pada15 kali pengukuran berturut-turut, RSD menunjukkan nilai 2,7 % (n = 15) dan penurunan respon teramati setelah 3 hari Batas deteksi ditentukan untuk mengetahui batas minimum larutan glukosa yang dapat diuji dalam sistem sensor ini. Berdasarkan perhitungan didapatkan nilai batas minimum deteksi nilai BOD adalah untuk konsentrasi larutan glukosa sebesar 0,011336 mM (2,04 ppm) atau setara dengan nilai BOD 1,1336 mg/L. Kesimpulan BOD sensor dibuat menggunakan khamir lokal Candida fukuyamaensis UICC Y-247 yang diimobilisasikan sebagai suatu lapisan tipis dalam media agarose menggunakan membran Nafion. kemudian dilekatkan pada glassy carbon termodifikasi nanopartikel emas dan digunakan sebagai elektroda kerja. Pada potensial pengukuran 450 mV dan waktu tunggu pengukuran 30 menit, nilai BOD diperoleh dengan mengukur konsentrasi glukosa menggunakan metode multi pulse amperometri dan dikonversikan ke nilai BOD. Hasil pengukuran linier pada daerah konsentrasi glukosa 0,1 mM - 0,5 mM, atau setara dengan 10 mg/L – 50 mg/L BOD. Uji kedapatulangan pengukuran dan kestabilan film menunjukkan nilai RSD sebesar 2,7 % (n = 15) dan penurunan respon setelah 3 hari.dengan batas deteksi minimum 1,1336 mg/L BOD. Perbandingan dengan metode pengukuran BOD konvensional menunjukkan bahwa BOD sensor yang difabrikasi setara dengan metode konvensional. Daftar Pustaka APHA (1986)Standard Method for Examination of Water and Wastewater 16th ed. American Public Health Association, Washington DC Chan C., Lehmann M., Chan K., Chan C., Gruendig B., Kunze G., Renneberg R. (2000) Biosensors Bioelectronics, 15, 343 Du Pont, General Information on Nafion Membran for Electrolysis Karube, I. and Suzuki, M. (1990) Microbial Biosensors, in: AE Cass (Edd.) Biosensors, A Practical Approach, IRL Press, Oxford, pp. 155 Riedel, K.; Lange, K. P.; Stein, H-J.; Kuhn, M.; Ott, P.; Scheller, P (1990), Water Res. 24, 883 Riedel, K., Rennerberg R., Kehn M., Scheller F. (1988) App. Microbiol. Biotechnol. 28, 316 Riki (2008). Seleksi Berbagai Spesies Khamir Untuk Menghasilkan Xilitol Menggunakan Bahan Dasar D-Xilosa, Depok, Departemen Kimia, Universitas Indonesia Tan T. C., Wu C., Sensors and Actuators B. Chemical (1999), 55, 252 Tmmeveski, K.; Kikas, T.; Tenno, T.; Niinisto, L. (1998), Sensors Actuators B 47, 21 Wang Joseph (2000). Analytical Electrochemistry, New York. Library of Congress Cataloging-in publication