STUDI TENTANG MANAJEMEN STRATEGIK BERBASIS BALANCE

advertisement
STUDI TENTANG MANAJEMEN STRATEGIK BERBASIS BALANCE
SCORECARD DI YAYASAN AL KAUTSAR LAMPUNG
Tesis
Oleh
DEWI FORTIANA
NPM: 1423012002
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
STUDI TENTANG MANAJEMEN STRATEGIK BERBASIS BALANCE
SCORECARD DI YAYASAN AL KAUTSAR LAMPUNG
Oleh
DEWI FORTIANA
Tesis
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
MAGISTER PENDIDIKAN
Pada
Program Pasca Sarjana Magister Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
PROGRAM PASCASARJANA MANAJEMEN PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2016
ABSTRACT
STUDY ABOUT BALANCE SCORECARD BASED STRATEGIC
MANAGEMENT IN AL KAUTSAR FOUNDATION LAMPUNG
By
Dewi Fortiana
The purpose of this study is to describe the application of the balanced scorecard
(BSC) in a non-profit organization's strategic planning, which is the strategic
management of Al Kautsar Foundation. The research method is a descriptive
qualitative case study approach. The informants are from the management of Al
Kautsar Foundation. The techniques of collecting data used were interviews,
observation, and documentation. Data analysis was guided by an interactive
model of data collection, data reduction, data presentation and conclusion.
The research result is Strategy Map of Al Kautsar Foundation built by 11 strategic
objectives with 34 key performance indicators (KPIs) that result from the
translation of the vision, mission and goals into four perspectives of BSC, two
strategic objectives in the perspective of the customer with seven KPIs, three
strategic objectives in the perspective of internal processes with eight KPIs, four
strategic objectives in the perspective of growth and learning with 16 KPIs, as
well as two strategic objectives in the financial perspective with three KPIs. The
challenges faced in the implementation of the BSC is still the existence of
communication barriers and preparing the management to change the way of
looking at success.
Keywords: balanced scorecard and strategic management.
iv
ABSTRAK
STUDI TENTANG MANAJEMEN STRATEGIK BERBASIS BALANCED
SCORECARD DI YAYASAN AL KAUTSAR LAMPUNG
Oleh
Dewi Fortiana
Tujuan penelitian ini mendeskripsikan penerapan balanced scorecard (BSC)
dalam perencanaan strategik organisasi nirlaba, yaitu pada manajemen strategik
Yayasan Al Kautsar. Metode penelitian adalah deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus dengan informan jajaran manajemen di Yayasan Al
Kautsar. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi, dan
dokumentasi. Analisis data berpedoman pada model analisis interaktif yaitu
pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.
Hasil penelitian adalah peta strategi Yayasan Al Kautsar dibangun oleh 11 sasaran
strategik dengan 34 indikator kinerja utama (IKU) yang merupakan hasil dari
penerjemahan visi, misi dan tujuan ke dalam empat prespektif BSC, 2 sasaran
strategik dalam prespektif pelanggan dengan 7 IKU, 3 sasaran strategik dalam
prespektif proses internal dengan 8 IKU, 4 sasaran strategik dalam prespektif
pertumbuhan dan pembelajaran dengan 16 IKU, serta 2 sasaran strategik dalam
prespektif keuangan dengan 3 IKU. Adapun tantangan yang dihadapi dalam
penerapan BSC adalah masih adanya hambatan komunikasi serta mempersiapkan
jajaran manajemen untuk mengubah cara pandang dalam melihat keberhasilan.
Kata Kunci : balanced scorecard dan manajemen strategik.
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang Jawa Barat, 19 Februari 1968.
Terlahir dari pasangan suami-istri Bapak Syambas yang berdarah
Sunda dengan Ibu Sukaeti yang asli Jawa, sebagai anak ketiga
dari empat bersaudara.
Pendidikan sekolah dasar diselesaikan di SD Negeri VII Kuningan Jawa Barat
pada tahun 1980, sekolah lanjutan tingkat pertama di SMP Negeri 1 Kuningan
Jawa Barat lulus tahun 1983, sekolah lanjutan atas di SMA Negeri 1 Serang Jawa
Barat lulus tahun 1986. Pendidikan Sarjana (S1) diselesaikan pada Jurusan Ilmu
Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran pada tahun
1992.
Tahun 1995 mulai bekerja di Yayasan Al Kautsar Lampung hingga saat ini. Pada
awal masuk bekerja sebagai staf keuangan, pernah diberi amanah sebagai
Bendahara Pelaksana Harian Yayasan Al Kautsar yang kemudian beralih tugas
sebagai Bendahara Yayasan Al Kautsar hingga tahun 2014 dan saat ini bergabung
sebagai staf pada Bidang Penelitian, Pengembangan dan Hukum.
Pada tahun 2014 penulis tercatat sebagai mahasiswa Program Pascasarjana
Manajemen Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung dengan NPM 1423012002. Pendidikan yang dijalani merupakan tugas
belajar
dari
Yayasan
Al
Kautsar
Lampung
pengembangan SDM.
vii
dalam
program
kegiatan
SANWACANA
Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa mencurahkan rahmat, hidayah, dan keberkahan-Nya sehingga tesis ini
dapat selesai sesuai dengan harapan.
Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister
Pendidikan pada Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan, Fakultas
Keguruan
dan
Ilmu
Pendidikan,
Universitas
Lampung.
Penelitian
ini
mendeskripsikan tentang manajemen strategik berbasis balanced scorecard di
Yayasan Al Kautsar Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan apresiasi dan penghargaan yang
tinggi serta ucapan terima kasih kepada pihak-pihak sebagai berikut:
1. Prof. Dr. Ir. Hasriadi Mat Akin, M.P., selaku Rektor Universitas Lampung .
2. Prof. Dr. Sudjarwo M.S., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas
Lampung.
3. Dr. Muhamad Fuad, M.Hum., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung.
4. Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
viii
5. Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Ketua Program Studi Manajemen
Pendidikan Pascasarjana Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Lampung sekaligus sebagai Pembimbing Pertama yang telah memberikan
arahan, masukan, dan bimbingan dalam penyusunan hingga penyelesaian
tesis.
6. Dr. Riswandi, M.Pd., selaku Pembimbing Kedua dalam penyusunan tesis ini
yang telah memberi arahan, masukan, dan bimbingan dalam penyusunan
hingga penyelesaian tesis.
7. Dr. Dedy Hermanto Karwan, M.M., selaku Pembahas Pertama
atas
masukannya yang semakin memperluas wawasan dan pengetahuan penulis
dalam penyusunan tesis.
8. Hasan Hariri, M.B.A, Ph.D., selaku Pembahas Kedua atas masukannya yang
semakin melengkapi pengetahuan penulis dalam penyusunan tesis.
9. Seluruh Dosen Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung yang telah memberikan
pengetahuan, memperluas wawasan dan menyediakan ruang diskusi yang
mencerahkan.
10. Yayasan Al Kautsar Lampung yang telah memberikan kesempatan dan
memfasilitasi pendidikan dan panelitian ini.
11. Pembina, Pengawas, Pengurus, seluruh jajaran manajemen Yayasan Al
Kautsar Lampung serta orang tua murid peserta didik yang telah bersedia
menjadi mitra dalam penelitian ini.
ix
12. Rekan-rekan sejawat di Yayasan Al Kautsar yang tidak bisa saya sebutkan
satu-per-satu atas dukungan baik dalam bentuk tukar pikiran, masukan,
maupun tenaga selama proses pendidikan dan penelitian ini.
13. Suami dan anak-anak tercinta atas doa, dukungan, dan pengertiannya.
14. Saudara yang dipertemukan karena Allah dan senantiasa memberi semangat
dalam kebaikan; Budhe Sulis, Mbak Gita dan Mas Widi, serta Imo Cantika.
15. Teman-teman mahasiswa Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, khususnya
angkatan Tahun 2014, yang senantiasa memberi dukungan moral serta berbagi
ilmu dan pengalaman dalam diskusi di dalam dan luar kelas.
16. Staf sekretariat Program Pascasarjana Manajemen Pendidikan, staf sekretariat
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, serta staf skretariat Program
Pascasarjana Universitas Lampung yang telah memfasilitasi kelancaran
kegiatan akademik.
Sebagai penutup, semoga Allah SWT senantiasa memberikan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua. Penulis berharap semoga tesis ini dapat
bermanfaat, khususnya bagi Yayasan Al Kautsar Lampung dalam rangka
percepatan pencapaian visi dan pembaca umumnya. Atas semua saran dan
masukan konstruktif yang diberikan, penulis menghaturkan terima kasih.
Bandar Lampung, 1 Juli 2016
DEWI FORTIANA
NPM. 1423012002
x
MOTTO
Menuntut ilmu adalah taqwa,
menyampaikan ilmu adalah ibadah,
mengulang-ulang ilmu adalah zikir,
mencari ilmu adalah jihad.
(Imam Al Ghazali)
xi
PERSEMBAHAN
Tesis ini penulis persembahkan kepada
Yayasan Al Kautsar Lampung yang telah memberikan kesempatan untuk
menambah ilmu dan memperluas wawasan,
ibundaku tercinta, Hj. Sukaeti, untuk semua kasih sayang dan
kesabarannya menemani perjalanan hidupku dengan doa yang tiada putus,
suamiku, Ir. Adia Nugraha, M.S., teman diskusi sekaligus mentor dalam
menjelajahi dunia keilmuan,
anak-anakku: Mustika Rengganingrum, Muhammad Iqbal Al Zaohar,
dan Muhammad Furqon Anugrah Santana. Semoga tesis ini menjadi
penyemangat kalian dalam menuntut ilmu, dan
almamater tercinta.
xii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
LEMBAR PERSETUJUAN ...........................................................................
ii
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................
iii
ABSTRACT....................................................................................................
iv
ABSTRAK ......................................................................................................
v
LEMBAR PERNYATAAN ............................................................................
vi
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................
vii
SANWACANA .............................................................................................. viii
MOTTO ..........................................................................................................
xi
LEMBAR PERSEMBAHAN ......................................................................... xii
DAFTAR ISI .................................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xvi
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian ......................................................
1.2 Fokus Penelitian .....................................................................
1.3 Pertanyaan Penelitian .............................................................
1.4 Tujuan Penelitian ...................................................................
1.5 Kegunaan Penelitian ..............................................................
1.6 Definisi Istilah ........................................................................
1
6
7
7
8
9
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Strategik ...........................................
2.2 Konsep Balanced Scorecard (BSC) ......................................
2.3 Konsep Balanced Scorecard pada Organisasi Nirlaba ..........
2.4 Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard .............
2.5 Penelitian yang Relevan .........................................................
2.5 Kerangka Penelitian ...............................................................
11
14
19
28
35
37
BAB III METODE PENILITIAN
3.1 Latar Penelitian ......................................................................
3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian ..................................
3.3 Kehadiran Peneliti ..................................................................
3.4 Sumber Data Penelitian .........................................................
3.5 Teknik Pengumpulan Data .....................................................
3.5.1 Pengamatan atau Observasi ........................................
3.5.2 Wawancara ..................................................................
3.5.3 Dokumentasi ................................................................
40
41
42
43
45
46
47
49
BAB II
xiii
3.6 Analisis Data ..........................................................................
3.7 Pengecekan Keabsahan Data .................................................
3.8 Tahapan Penelitian .................................................................
BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN, DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Yayasan Al Kautsar Lampung .................
4.1.1 Lokasi dan Profil Yayasan Al Kautsar Lampung ........
4.1.2 Sejarah Yayasan Al Kautsar Lampung .......................
4.1.3 Visi dan Misi Yayasan Al Kautsar Lampung ..............
4.1.4 Struktur Organisasi Yayasan Al Kautsar Lampung ....
4.1.5 Yayasan Al Kautsar Lampung Ditinjau dari
Prespektif Pelanggan ...................................................
4.1.6 Yayasan Al Kautsar Lampung Ditinjau dari
Prespektif Proses Internal ............................................
4.1.7 Yayasan Al Kautsar Lampung Ditinjau dari
Prespektif Pertumbuhan dan Pembelajaran .................
4.1.8 Yayasan Al Kautsar Lampung Ditinjau dari
Prespektif Keuangan ...................................................
4.2 Paparan Data ...........................................................................
4.2.1 Menerjemahkan Visi, Misi, Tujuan ke Dalam Empat
Prespektif Balanced Scorecard....................................
4.2.2 Peta strategi (Strategy Map) dari Sasaran-Sasaran
Strategik Keempat Prespektif Balanced Scorecard ....
4.2.3 Indikator Kinerja Utama (Key Performance
Indicators) dari Sasaran Strategik Keempat
Prespektif Balanced Scorecard ...................................
4.2.4 Tantangan Dalam Penerapan Balanced Scorecard di
Yayasan Al Kautsar Lampung ....................................
4.3 Temuan Penelitian .................................................................
4.3.1 Menerjemahkan Visi, Misi, Tujuan ke Dalam Empat
Prespektif Balanced Scorecard ...................................
4.3.2 Peta strategi (Strategy Map) dari Sasaran-Sasaran
Strategik Keempat Prespektif Balanced Scorecard ....
4.3.3 Indikator Kinerja Utama (Key Performance
Indicators) dari Sasaran Strategik Keempat
Prespektif Balanced Scorecard ...................................
4.3.4 Tantangan Dalam Penerapan Balanced Scorecard di
Yayasan Al Kautsar Lampung ....................................
4.4 Pembahasan ...........................................................................
4.4.1 Menerjemahkan Visi, Misi, Tujuan ke Dalam Empat
Prespektif Balanced Scorecard ...................................
4.4.2 Peta Strategi (Strategy Map) dari Sasaran-Sasaran
Strategik Keempat Prespektif Balanced Scorecard ....
4.4.3 Indikator Kinerja Utama (Key Performance
Indicators) dari Sasaran Strategik Keempat
Prespektif Balanced Scorecard ...................................
4.4.4 Tantangan Dalam Penerapan Balanced Scorecard di
Yayasan Al Kautsar Lampung ....................................
4.5 Hipotetik Pengembangan Model ...........................................
xiv
49
52
53
56
56
57
59
62
65
68
70
74
76
76
90
98
101
108
108
110
115
117
119
119
123
125
127
130
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan ............................................................................
5.2 Implikasi ................................................................................
5.3 Saran ......................................................................................
DAFTAR PUSTAKA .....................................................................................
LAMPIRAN ...................................................................................................
xv
136
138
138
140
145
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
2.1 Balanced Scorecard untuk Sektor Publik dan Nirlaba ......................... 20
2.2 Prespektif Balanced Scorecard pada Lembaga Pendidikan ................. 21
2.3 Strategy Map untuk Lembaga Pendidikan ........................................... 25
2.4 Balanced Scorecard sebagai Kerangka Kerja Tindakan Strategik ......
29
2.5 Tiga Komponen Sistem yang Membentuk Sistem Manajemen
Strategik Berbasis Balanced Scorecard ............................................... 35
2.6 Kerangka Penelitian Studi tentang Manajemen Strategik Berbasis
Balanced Scorecard di Yayasan Al Kautsar Lampung ........................ 39
3.1 Tahapan Penelitian ............................................................................... 54
4.1 Struktur Organisasi Yayasan Al Kautsar Lampung ............................. 64
4.2 Diagram Konteks Menerjemahkan Visi, Misi, dan Tujuan ke Dalam
Empat Prespektif Balanced Scorecard ................................................. 110
4.3 Diagram Konteks Menempatkan Sasaran-sasaran Strategik dalam
Peta Strategi (Strategy Map) ................................................................ 115
4.4 Diagram Konteks Penetapan Indikator Kinerja Utama (Key
Performance Indicators) dari Setiap Sasaran Strategik ....................... 117
4.5 Diagram Konteks Penerapan Balanced Scorecard di Yayasan Al
Kautsar Lampung ................................................................................. 119
4.6 Peta Strategi (Strategy Map) Sasaran Strategik Yayasan Al Kautsar
Lampung .............................................................................................. 124
4.7 Hipotetik Pengembangan Model Penerapan Balanced Scorecard
pada Manajemen Strategik ................................................................... 135
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
3.1 Kegiatan Pengumpulan Data ................................................................ 43
3.2 Daftar Informan sebagai Sumber Data Penelitian ................................ 44
3.3 Daftar Observasi pada Yayasan Al Kautsar Lampung ......................... 47
3.4 Daftar Taksonomi Domain Penelitian .................................................. 48
4.1 Matrik antara Pelaksanaan Misi dengan Tujuan dan Sasaran .............. 61
4.2 Penerimaan Siswa Baru Yayasan Al Kautsar Tahun 2014 dan 2015 ... 65
4.3 Data Lulusan yang Tetap Melanjutkan di Lembaga Pendidikan
Yayasan Al Kautsar Tahun 2014 dan 2015 .......................................... 67
4.4 Data Lulusan SMA Al Kautsar yang Melanjutkan ke Perguruan
Tinggi pada Tahun 2014 dan 2015 ....................................................... 68
4.5 Keadaan Guru pada Tahun 2014 dan 2015 berdasarkan Tingkat
Pendidikan ............................................................................................ 70
4.6 Keadaan Karyawan pada Tahun 2014 dan 2015 berdasarkan Tingkat
Pendidikan ............................................................................................ 71
4.7 Keadaan Sarana Ruang/Gedung pada Unit Sekolah di Yayasan Al
Kautsar Tahun 2014 dan 2015 .............................................................. 73
4.8 Sarana Ruang/Gedung pada Unit Pendukung Yayasan Al Kautsar
Tahun 2014 dan 2015 ........................................................................... 74
4.9 Kerangka Pendanaan Yayasan Al Kautsar Tahun 2014-2018 (Dalam
Ribuan Rupiah) ..................................................................................... 75
4.10 Realisasi Pendanaan Yayasan Al Kautsar Tahun 2014 dan 2015
(Dalam Ribuan Rupiah) ........................................................................ 75
4.11 Visi Yayasan Al Kautsar dalam Prespektif Balanced Scorecard ......... 85
4.12 Misi Yayasan Al Kautsar dalam Prespektif Balanced Scorecard ........ 89
4.13 Kelompok Sasaran Strategik Yayasan Al Kautsar dalam Prespektif
Balanced Scorecard .............................................................................
94
4.14 Hubungan Sebab Akibat dari Sasaran Strategik dalam Prespektif
Balanced Scorecard .............................................................................
98
4.15 Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators) Sasaran
Strategik Yayasan Al Kautsar .............................................................. 101
4.16 Pengetahuan Kepala Sekolah/Unit tentang Visi, Misi, dan Rencana
Strategik Yayasan Al Kautsar .............................................................. 108
4.17 Daftar Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators)
Yayasan Al Kautsar .............................................................................. 126
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
Halaman
1.
Daftar Pertanyaan Wawancara ............................................................. 145
2.1 Transkip Wawancara dengan Ketua .................................................... 150
2.2 Transkip Wawancara dengan Pembina ................................................ 157
2.3 Transkip Wawancara dengan Pengawas .............................................. 159
2.4 Transkip Wawancara dengan Bendahara ............................................. 161
2.5 Transkip Wawancara dengan Kabid. Pendidikan ................................ 163
2.6 Transkip Wawancara dengan Kabid. Sarana dan Prasarana ................ 165
2.7 Transkip Wawancara dengan Kabag. Umum dan SDM ...................... 167
2.8 Transkip Wawancara dengan Kepala TK ............................................ 169
2.9 Transkip Wawancara dengan Kepala SMA ......................................... 171
2.10 Transkip Wawancara dengan Kepala Pusdikkom ................................ 173
2.11 Transkip Wawancara dengan Kepala Pusdikba ................................... 175
2.12 Transkip Wawancara dengan Kepala Bimbel ...................................... 177
2.13 Transkip Wawancara dengan Kepala Asrama ..................................... 179
2.14 Transkip Wawancara dengan OTM 1 .................................................. 181
2.15 Transkip Wawancara dengan OTM 2 .................................................. 183
2.16 Transkip Wawancara dengan OTM 3 .................................................. 185
3.
Daftar Observasi .................................................................................. 187
4.1 Hasil Observasi Kondisi Fisik dan Lingkungan Yayasan Al Kautsar
188
4.2 Hasil Observasi Kegiatan Pembelajaran .............................................. 192
5.1 Daftar Prestasi TK Al Kautsar ............................................................. 195
5.2 Daftar Prestasi SD Al Kautsar ............................................................. 196
5.3 Daftar Prestasi SMP Al Kautsar .......................................................... 197
5.4 Daftar Prestasi SMA Al Kautsar .......................................................... 199
6.
Surat Izin Penelitian ............................................................................. 201
xviii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Lembaga pendidikan pada era saat ini menghadapi perkembangan dan tantangan
globalisasi, kondisi tersebut berdampak tingginya tingkat kompetisi antar
lembaga. Persaingan dalam dunia pendidikan yang begitu pesat menuntut
lembaga
pendidikan
mempertahankan
dan
berpikir
kreatif,
mengembangkan
inovatif
dan
eksistensinya.
responsif
Dengan
dalam
demikian
keunggulan kompetitif menjadi faktor penentu agar mampu bertahan, berperan,
dan bersaing.
Dalam upaya melanggengkan keberadaannya, keunggulan kompetitif juga harus
berkelanjutan (sustainable) untuk mencapai visi lembaga pendidikan tersebut.
Suatu lembaga dikatakan memiliki keunggulan kompetitif ketika lembaga tersebut
memiliki sesuatu yang tidak dimiliki pesaing, melakukan sesuatu lebih baik dari
lembaga lain, atau mampu melakukan sesuatu yang tidak mampu dilakukan oleh
lembaga lain. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menerapkan sistem
manajemen strategik dalam pengelolaannya. Manajemen strategik suatu proses
yang digunakan oleh manajer dan karyawan untuk merumuskan dan
mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk
mewujudkan visi organisasi (Mulyadi, 2005:32).
2
Fenomena perkembangan dan persaingan yang semakin meningkat menuntut
lembaga pendidikan untuk dapat menerapkan berbagai strategi unggulan dalam
menghadapi pesaing. Manajemen strategik merupakan pilihan tepat dalam
menghadapi permasalahan tersebut karena manajemen strategik merupakan
manajemen yang berorientasi masa depan dan berdasarkan pada analisis
lingkungan internal dan eksternal. Berdasarkan proses tahapan manajemen
strategik, lembaga pendidikan dapat mempertimbangkan keputusan, tindak lanjut
dan pilihan strategi yang tepat dalam menghadapi perkembangan dan perubahan
situasi pendidikan.
Dalam konteks masa kini, melalui manajemen strategik, pimpinan puncak dalam
suatu organisasi, terutama organisasi pendidikan, harus mampu merumuskan dan
menentukan strategi organisasi yang tepat sehingga organisasi yang bersangkutan
tidak hanya mampu mempertahankan eksistensinya, akan tetapi tangguh
melakukan penyesuaian dan perubahan yang diperlukan sehingga organisasi
pendidikan semakin meningkat efektivitas dan produktivitasnya.
Setiap lembaga atau organisasi didirikan dengan suatu tujuan tertentu karena itu
setiap organisasi memiliki visi dan misi untuk menentukan arah perjalanannya.
Pernyataan visi dan misi suatu organisasi merupakan gambaran ideal organisasi
atas apa yang akan dicapai di masa yang akan datang, karena itu organisasi
membutuhkan alat komunikasi yang dapat digunakan untuk mengkomunikasikan
rencana-rencana strategis tersebut kepada semua anggota organisasi. Alat
komunikasi yang bisa digunakan oleh organisasi adalah balanced scorecard
(Malina dan Selto, 2001:1).
3
Balanced Scorecard merupakan alat manajemen kontemporer yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan
luar
biasa
secara
berkesibambungan
(sustainable
outstanding
financial
performance) (Mulyadi, 2005:1). Selain itu balanced scorecard menerjemahkan
misi dan strategi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang tersusun ke dalam
empat perspektif: finansial, pelanggan, proses bisnis internal, serta pembelajaran
dan pertumbuhan (Kaplan dan Norton, 2000:35). Balanced scorecard pada
perkembangannya tidak hanya menjadi sekedar alat ukur kinerja melainkan juga
merupakan inti sistem manajemen strategik (strategic management system) tidak
hanya bagi eksekutif namun bagi seluruh personel organisasi.
Balanced scorecard yang pada awalnya ditujukan untuk perusahaan yang
berorientasi bisnis namun pada perkembangannya dapat diterapkan juga pada
organisasi nirlaba (Martello, dkk., 2008:70).
Pada penerapannya diperlukan
penyesuaian karena adanya perbedaan orientasi antara organisasi bisnis dan
nirlaba, pada organisasi bisnis finansial merupakan tujuan akhir organisasi
sedangkan pada organisasi nirlaba, seperti pendidikan, kepuasan pelanggan
menjadi tujuan akhir.
Lembaga pendidikan dikategorikan sebagai suatu organisasi nirlaba yang tidak
berorientasi pada pengambilan keuntungan, namun demikian perlu dijalankan
secara profesional. Oleh karena itu, layaknya badan bisnis lainnya lembaga
pendidikan harus mampu melihat sejauh mana strategi bisnis yang dijalankan
dapat mempengaruhi realisasi di lapangan serta bagaimana menghadapi
perubahan yang berjalan dengan cepat.
4
Lembaga pendidikan yang ada di Lampung, salah satunya, adalah Yayasan Al
Kautsar Lampung yang didirikan secara resmi pada tanggal 16 Januari 1992.
Pendirian Lembaga Pendidikan Yayasan Al Kautsar Lampung merupakan bentuk
partisipasi aktif dalam bidang pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan
nasional dengan menyiapkan sumberdaya manusia berakhlaqulkarimah, bertaqwa,
memiliki kemandirian dan kreativitas pengembangan diri yang bernafaskan Islam,
mampu memasuki era globalisasi dengan tetap mempertahankan nilai-nilai
kebangsaan dan keislaman, serta memiliki kualitas pendidikan dan keterampilan
yang tinggi (Statuta Yayasan Al Kautsar, 2010:7). Sebagai suatu lembaga
pendidikan Yayasan Al Kautsar Lampung menaungi empat jenjang pendidikan,
yaitu TK, SD, SMP, dan SMA, serta unit pendukung, yaitu pusat pendidikan
komputer, pusat pendidikan bahasa, bimbingan belajar, asrama, poliklinik,
koperasi, bisnis, dan lembaga amil zakat. Keberadaan Yayasan Al Kautsar
Lampung sebagai suatu lembaga pendidikan telah diakui eksistensinya di
masyarakat Provinsi Lampung khususnya, serta pulau Sumatera umumnya.
Yayasan Al Kautsar dengan visi Unggul, Islami, dan Global dalam
pengelolaannya menerapkan asas manajemen modern. Hal tersebut tercantum
dalam Statuta Yayasan Al Kautsar pasal 12 ayat 1, yaitu manajemen pendidikan
Yayasan Al Kautsar dilakukan dengan sistem manajemen modern, terbuka dan
partisipatif yang menggunakan teknologi informasi, serta memiliki arsipasi yang
terdokumentasi dengan baik. Dalam upaya untuk menjaga arah proses pencapaian
visi, misi, dan tujuan yayasan telah disusun Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) yang dijabarkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah
(RPJM) serta Rencana Strategis (Renstra) bagi unit yang berlangsung dalam
5
kurun waktu 5 tahunan. Pada saat ini, tahun 2016, Yayasan Al Kautsar telah
memasuki RPJP II (2009-2028)
serta RPJM program 5 tahun yang kedua.
Adanya RPJP, RPJM, dan Renstra merupakan upaya agar seluruh kegiatan yang
dilakukan berlangsung secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Kemampuan
yayasan untuk melakukan pembaharuan dan revitalisasi menjadi kunci penentu
keberlangsungan eksistensi yayasan. Dengan kata lain, Yayasan Al Kautsar telah
menerapkan manajemen strategik, di mana dalam manajemen strategik lebih dari
sekedar membuat dan mengimplementasikan perencanaan strategik, melainkan
suatu proses yang terus menerus dan mencakup seluruh aktivitas yang dilakukan
untuk membuat rencana, tindakan, dan kebijakan untuk mencapai visi, misi, dan
tujuan yang telah ditetapkan.
Visi dan misi lebih banyak diketahui oleh anggota organisasi di Yayasan Al
Kautsar dibandingkan dengan tujuan strategik. Hal ini menjadikan tujuan strategik
tidak terinformasikan sehingga dirasakan program yang dibuat hanya bersifat
jangka pendek saja. Padahal, dengan memperhatikan garis yang telah ditetapkan
dalam tujuan strategik akan semakin memperjelas arah dari setiap program yang
dibuat. Hambatan-hambatan yang menyebabkan organisasi mengalami kegagalan
dalam mengimplementasi rencana-rencana strategik adalah
1) hambatan visi, dimana tidak banyak orang dalam organisasi memahami strategi
organisasi,
2) hambatan orang, banyak orang dalam organisasi memiliki tujuan yang tidak terkait
dengan strategi organisasi,
3) hambatan sumber daya, waktu, energi, dan uang tidak dialokasikan pada hal-hal yang
penting dalam organisasi,
6
4) hambatan manajemen, manajemen menghabiskan terlalu sedikit waktu untuk strategi
organisasi dan terlalu banyak waktu untuk pembuatan keputusan taktis jangka pendek
(Dally, 2010:44).
Berdasarkan hal tersebut tampak bahwa sebagai organisasi nirlaba dalam bidang
pendidikan, penerapan empat prespektif balanced scorecard dalam manajemen
strategik di Yayasan Al Kautsar Lampung perlu dikaji. Selain untuk menilai
efisiensi dan efektivitas manajemen, balanced scorecard juga merupakan suatu
aktivitas untuk mengetahui sejauhmana keberhasilan implementasi visi, misi,
tujuan dan strategi organisasi. Balanced scorecard juga merupakan suatu alat
manajemen kinerja yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi
dan strategi ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator-indikator
yaitu; indikator finansial dan indikator non-finansial yang kesemuannya terjalin
dalam suatu hubungan sebab akibat (Luis dan Biromo, 2008:28).
Namun sebagai suatu kerangka kerja, keberhasilan penerapan manajemen
strategik berbasis balanced scorecard membutuhkan dukungan dan kemampuan
seluruh anggota organisasi untuk melaksanakan kerangka kerja tersebut. Dengan
demikian menjadi menarik untuk mengangkat masalah penelitian tentang
manajemen strategik dengan pendekatan balanced scorecard pada Yayasan Al
Kautsar Lampung.
1.2 Fokus Penelitian
Fokus utama pada penelitian ini adalah penerapan prespektif balanced scorecard
dalam manajemen strategik Yayasan Al Kautsar Lampung sebagai langkah awal
untuk membangun alat ukur kinerja organisasi. Adapun sub-fokus penelitian
7
adalah:
1.2.1 Penerjemahan visi, misi, tujuan ke dalam empat prespektif balanced scorecard
1.2.2 Peta strategi (Strategy Map) dari sasaran-sasaran strategik keempat prespektif
balanced scorecard
1.2.3 Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indicators) dari masing-masing sasaran
strategik dalam keempat prespektif balanced scorecard.
1.2.4 Tantangan yang dihadapi dalam penerapan balanced scorecard di Yayasan Al
Kautsar Lampung
1.3 Pertanyaan Penelitian
Pertanyaan penelitian yang membatasi pembahasan penelitian ini adalah:
1.3.1 Bagaimana visi, misi dan tujuan yang telah ada diterjemahkan dan dijabarkan ke
dalam empat perspektif balance scorecard?
1.3.2 Bagaimana membangun peta strategi (strategy map) dari sasaran-sasaran strategik
keempat prespektif balanced scorecard?
1.3.3 Apa yang menjadi indikator kinerja utama (key performance indicators) untuk
masing-masing sasaran strategik dari keempat prespektif balanced scorecard?
1.3.4 Apa yang menjadi tantangan dalam menerapkan balanced scorecard di Yayasan Al
Kautsar Lampung?
1.4 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk;
1.4.1 Menerjemahkan dan menjabarkan visi, misi, dan tujuan strategik ke dalam empat
perspektif balance scorecard.
1.4.2 Memperoleh peta strategi (strategy map) yang menggambarkan keterkaitan antara
sasaran strategik dari keempat prespektif balanced scorecard.
1.4.3 Memperoleh indikator kinerja utama (key performance indicators) masing-masing
8
sasaran strategik dari keempat prespektif balanced scorecard.
1.4.4 Mengindentifikasikan tantangan yang dihadapi dalam menerapkan balanced
scorecard di Yayasan Al Kautsar Lampung.
1.5 Kegunaan Penelitian
1.5.1 Kegunaan teoretis
1.5.1.1 Untuk menambah kajian dan khasanah ilmu di bidang manajemen pendidikan.
1.5.1.2 Memberikan kontribusi pemikiran akademik berupa kajian mengenai penerapan
balanced scorecard pada manajemen strategik lembaga pendidikan.
1.5.2 Kegunaan praktis
1.5.2.1 Penerapan balanced scorecard dalam manajemen strategik Yayasan Al Kautsar
Lampung diharapkan bisa semakin memperjelas visi, misi, dan tujuan strategik
yang telah dicanangkan sehingga keberlanjutan eksistensi yayasan dapat
dipertahankan bahkan ditingkatkan sesuai dengan tuntutan kondisi faktual.
1.5.2.2 Diharapkan dengan penelitian ini dapat dibuat kerangka hubungan antara seluruh
sasaran strategik yang telah ada sehingga ke depan keberhasilan kinerja
organisasi dalam mencapai visi yang telah ditetapkan dapat diukur.
1.5.2.3 Penelitian ini merupakan bentuk kontribusi kepada pihak penyelenggara Yayasan
Al Kautsar Lampung tempat peneliti bekerja.
1.6 Definisi Istilah
Istilah-istilah yang muncul dalam konteks penelitian ini didefinisikan sebagai
berikut:
1.6.1 Sistem Manajemen Strategik adalah suatu proses dinamik yang dilakukan oleh
organisasi pendidikan yang berlangsung secara terus menerus yang melahirkan
strategik dan serangkaian keputusan yang efektif dan efisien dalam melahirkan
9
produk atau output pendidikan yang mampu menampilkan kinerja dan prestasi
tinggi, sesuai dengan sasaran organisasi yaitu tercapainya visi dan misi.
1.6.2 Balanced scorecard (BSC) adalah suatu alat manajemen kinerja (performance
management tools) yang dapat membantu organisasi untuk menerjemahkan visi
dan strategi ke dalam aksi dengan menanfaatkan sekumpulan indikator finansial
dan nonfinansial yang kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
1.6.3 Peta strategi (Strategy Map) adalah gambaran hubungan sebab-akibat antara
sasaran strategik di prespektif pelanggan, dengan sasaran strategik di prespektif
proses internal, prespektif pembelajaran dan pertumbuhan dan di prespektif
keuangan.
1.6.4 Indikator Kinerja Utama (IKU) atau Key Performance Indicators (KPIs) adalah
tolak ukur keberhasilan pencapaian sasaran strategik.
1.6.5 Lagg Indicators
merupakan indikator yang sudah terjadi dimana indikator-
indikator tersebut diperlukan untuk melihat kinerja organisasi saat ini (ukuran
pencapaian keberhasilan organisasi).
1.6.6 Lead
Indicators
adalah
berbagai
performance
drivers
(seperti
inovasi,
pengembangan keterampilan karyawan, dll) yang akan menentukan keberadaan
organisasi di masa yang akan datang (ukuran pemicu kinerja).
1.6.7 Visi adalah gambaran menantang dan imajinatif tentang peran, tujuan dasar,
karakteristik, dan filosofi organisasi di masa datang yang akan menajamkan tugas
strategis perusahaan.
1.6.8 Misi adalah mendefinisikan bisnis bahwa organisasi berada pada atau harus berada
pada nilai-nilai dan keinginan stakeholders yang meliputi: produk, jasa, pelanggan,
pasar, dan seluruh kekuatan perusahaan.
1.6.9 Tujuan organisasi adalah keadaan yang dikehendaki pada masa yang akan datang
yang senantiasa dikejar dan diwujudkan oleh organisasi.
1.6.10 Strategi adalah sebuah rencana yang komprehensif mengintegrasikan segala
10
sumber daya (resources) dan kemampuan (capabilities) yang mempunyai tujuan
jangka panjang untuk memenangkan kompetensi.
1.6.11 Tujuan strategik adalah keadaan yang dikehendaki pada masa yang akan datang
yang pencapaiannya direncanakan secara komprehensif.
1.6.12 Sasaran strategik adalah suatu kondisi masa depan yang hendak diwujudkan.
1.6.13 Inisiatif statregik adalah suatu rencana tindakan strategik untuk mewujudkan
sasaran strategik.
1.6.14 Target adalah ukuran kinerja di satu titik waktu tertentu di masa depan yang
dinyatakan dalam bentuk kuantitatif.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Manajemen Strategik
Peran manajemen strategik, pada masa kini, semakin banyak diakui jika
dibandingkan masa sebelumnya dimana keberhasilan saat ini tidak menjamin
tingkat daya saing strategik dan laba diatas rata-rata di masa mendatang. Dengan
demikian upaya yang terus menerus untuk berkembang harus dilakukan, sehingga
tetap mampu bersaing dengan cara yang berbeda dengan kondisi sebelumnya.
Manajemen strategik adalah seperangkat keputusan dan tindakan manajerial yang
menentukan performa perusahaan dalam jangka panjang (Hunger and Wheelen,
2003:15). David mendefinisikan manajemen strategik sebagai ”seni dan
pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, serta mengevaluasi
keputusan-keputusan lintas-fungsional yang memampukan sebuah organisasi
mencapai tujuannya” (David, 2009:5). Lebih lanjut, Sagala menjelaskan bahwa
menurut Ansof manajemen strategik merupakan;
”suatu pendekatan yang sistematis bagi suatu tanggung jawab manajemen,
mengondisikan organisasi ke posisi yang dipastikan mencapai tujuan
dengan cara yang akan meyakinkan keberhasilan yang berkelanjutan dan
membuat perusahaan (sekolah) menjamin atau mengamankan format yang
mengejutkan” (Sagala, 2013:129).
12
Hadari Nawawi mendefinisikan manajemen strategik adalah :
“perencanaan berskala besar (disebut Perencanaan Strategik) yang
berorientasi pada jangkauan masa depan yang jauh (disebut VISI), dan
ditetapkan sebagai keputusan manajemen puncak (keputusan yang bersifat
mendasar dan prinsipil), agar memungkinkan organisasi berinteraksi secara
efektif (disebut MISI), dalam usaha menghasilkan sesuatu (Perencanaan
Operasional untuk menghasilkan barang dan/atau jasa serta pelayanan) yang
berkualitas, dengan diarahkan pada optimalisasi pencapaian tujuan (disebut
Tujuan Strategik) dan berbagai sasaran (Tujuan Operasional) organisasi”
(Nawawi, 2005:149).
Sementara menurut Mulyadi, manajemen strategik adalah suatu proses yang
digunakan
oleh
manajer
dan
karyawan
untuk
merumuskan
dan
mengimplementasikan strategi dalam penyediaan customer value terbaik untuk
mewujudkan visi organisasi (Mulyadi, 2005:32). Dalam bidang pendidikan,
Siagian mengemukakan manajemen strategik sebagai:
“Suatu proses dinamik yang dilakukan oleh organisasi pendidikan yang
berlangsung secara terus menerus yang melahirkan strategik dan
serangkaian keputusan yang efektif dan efisien dalam melahirkan produk
atau output pendidikan yang mampu menampilkan kinerja dan prestasi
tinggi, sesuai dengan sasaran organisasi yaitu tercapainya visi dan misi”
(Siagian, 2012:27).
Kesimpulan dari beberapa definisi di atas adalah terdapat beberapa kesamaan
dasar yaitu adanya tujuan yang ingin dicapai, berorientasi ke masa depan,
perubahan lingkungan yang harus diantisipasi serta adanya strategi yang harus
dirancang serta diimplementasikan. Dengan demikian dapat disimpulkan
manajemen strategik adalah proses pencapaian tujuan organisasi yang berorientasi
pada masa depan dengan dukungan kemampuan untuk merancang strategi yang
dapat diterapkan untuk mengantisipasi perubahan lingkungan yang terjadi.
Ciri khusus manajemen strategik adalah penekanan pada pengambilan keputusan
strategik, menurut Mintzberg dalam Hunger and Wheelen, dimana keputusan
13
strategik berhubungan dengan masa depan untuk jangka panjang dan organisasi
secara keseluruhan (Hunger and Wheelen, 2003:15). Tiga karakteristik keputusan
strategik menurut J. David Hunger adalah tidak biasa dan khusus (rare),
memasukkan sumber daya penting dan menuntut komitmen (consequential), serta
keputusan dapat ditiru untuk keputusan lain dan tindakan di masa datang untuk
organisasi secara keseluruhan (directive).
Manajemen strategik merupakan proses manajerial yang tidak hanya berhenti
pada perencanaan saja, melainkan juga mengelola sumber daya strategik pada
tingkatan aksi dan evaluasi. Dengan kata lain memastikan rencana strategik yang
telah dirumuskan dapat terimplementasikan dengan baik sehingga tujuan strategik
dapat diwujudkan.
Penerapan manajemen strategik dalam perusahaan atau organisasi akan
memberikan banyak manfaat bagi perusahaan atau organisasi itu sendiri.
Pendekatan manajemen strategik dapat mendorong perusahaan atau organisasi
untuk senantiasa menyadari adanya perubahan-perubahan yang terjadi di
lingkungannya, karena itu perusahaan atau organisasi harus mampu merumuskan
strategi yang tepat secara sistematik untuk mengantisipasi perubahan-perubahan
tersebut. Pendekatan manajemen strategik akan memberikan arah dan panduan
yang lebih jelas mengenai masa depan, sehingga perusahaan atau organisasi dapat
menyusun langkah-langkah yang jelas pula. Kejelasan mengenai masa depan ini
akan mendorong karyawan untuk bekerja lebih baik dan produktif sehingga secara
keseluruhan kinerja perusahaan akan baik.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa manajemen strategik menekankan
14
pada keputusan yang tidak biasa dan berjangka panjang serta dalam penerapannya
menuntut komitmen seluruh elemen organisasi. Dengan demikian, dapat
bermanfaat secara optimal bagi organisasi dan mendorong kesadaran organisasi
tentang adanya perubahan yang terjadi di lingkungannya yang menuntut
organisasi untuk melakukan antisipasi dengan cara yang sistematis dan terarah.
Hal ini selaras dengan peran balanced scorecard sebagai alat manajemen kinerja
suatu organisasi.
2.2 Konsep Balanced Scorecard (BSC)
Balanced scorecard merupakan salah satu pendekatan yang digunakan untuk
mengukur kinerja manajemen, mulai diperkenalkan pada awal tahun 1990 di
Amerika Serikat oleh Robert S. Kaplan dan David P. Norton melalui suatu riset
tentang “pengukuran kinerja dalam organisasi masa depan”. Balanced Scorecard
secara etimologi berarti kartu catatan angka yang seimbang. Namun secara
terminologi balanced scorecard didefinisikan oleh Atkinson sebagaimana yang
dikutip oleh Yuwono sebagai: Measurement and management system that views a
business units performance from four perspectives: financial, customer, internal
business process, learning and growth (Yuwono dkk, 2002:27). Pengukuran dan
sistem manajemen yang memandang kinerja organisasi dari empat perspektif:
keuangan, pelanggan, proses bisnis internal, pertumbuhan dan pembelajaran.
Istilah balanced scorecard terdiri dari 2 kata yaitu balanced (berimbang) dan
scorecard (kartu skor). Kata berimbang (balanced) dapat diartikan dengan kinerja
yang diukur secara berimbang dari dua sisi yaitu sisi keuangan dan non keuangan,
mencakup jangka pendek dan jangka panjang serta melibatkan bagian internal dan
15
eksternal.
Konsep keseimbangan dalam balanced scorecard terkait pada tiga area berikut:
(1)
Keseimbangan antara indikator keberhasilan finansial dan non finansial.
(2)
Keseimbangan antara konstituen internal dan eksternal dari organisasi.
Shareholder dan pelanggan merepresentasikan konstituen eksternal dalam
balanced scorecard, sementara karyawan dan proses internal merepresentasikan
konstituen internal.
(3)
Keseimbangan antara indikator performa lagg dan lead. Indikator lagg secara
umum merepresentasikan performa masa lalu. Sementara itu indikator lead
adalah pemicu performa yang membawa pada pencapaian indikator lag.
Pengertian kartu skor (scorecard) adalah suatu kartu yang digunakan untuk
mencatat skor hasil kinerja baik untuk kondisi sekarang ataupun untuk
perencanaan di masa yang akan datang. Pengertian balanced scorecard dapat
disimpulkan sebagai:
“suatu alat manajemen kinerja (performance management tools) yang dapat
membantu organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi
dengan menanfaatkan sekumpulan indikator finansial dan nonfinansial yang
kesemuanya terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat” (Luis dan Biromo,
2008:28).
Kaplan dan Norton (1996:36-37) menyatakan bahwa balanced scorecard adalah
suatu kerangka kerja baru untuk mengintegrasikan berbagai ukuran yang
diturunkan dari strategik perusahaan. Lebih lanjut balanced scorecard digunakan
dalam perencanaan strategik sehingga fungsinya tidak lagi hanya sebagai alat ukur
tapi berkembang menjadi sistem manajemen strategik. Balanced scorecard juga
16
merupakan suatu kerangka kerja untuk mengkomunikasikan misi dan strategik
sekaligus mengkomunikasikan kepada seluruh pekerja tentang apa yang menjadi
penentu suskses saat ini dan masa mendatang. Jadi balanced scorecard
merupakan suatu alat yang mempunyai tiga elemen, yaitu sistem pengukuran
(measurement system), sistem manajemen strategik (strategic management
system), dan alat komunikasi (communication tool) (Niven, 2003:15).
Ada tiga prinsip yang memungkinkan balanced scorecard dikaitkan dengan strategi,
yaitu :
(1)
Hubungan sebab-akibat (cause and effect relationships), yaitu balanced
scorecard menjabarkan tujuan dan pengukuran masing-masing perspektif dengan
baik dalam satu kesatuan yang terpadu.
(2)
Kinerja pendorong (performance drivers), yaitu hasil mencerminkan tujuan
umum dari berbagai strategi yang dimiliki organisasi.
(3)
Terhubung pada keuangan (linkage to financials), yaitu keberhasilan organisasi
dalam pencapaian berbagai tujuannya seperti kualitas, kepuasan pelanggan,
inovasi dan pemberdayaan karyawan tidak dapat meningkat jika dianggap
sebagai tujuan akhir, sehingga pencapaian tujuan harus dikaitkan dengan
prespektif finansial.
Dalam Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced Scorecard di Lingkungan
Kementerian Keuangan, disebutkan bahwa organisasi perlu untuk mencari kata
kunci yang terdapat pada visi dan misi. Kata kunci tersebut diterjemahkan dalam
sejumlah sasaran strategik. Sasaran strategik merupakan sasaran-sasaran yang
bersifat penting dan memperoleh prioritas tinggi dari jajaran manajemen.
17
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sasaran strategik dari
keempat perspektif pada balanced scorecard merupakan turunan dari visi dan
misi organisasi.
Kesimpulan dari paparan di atas bahwa balanced scorecard sebagai alat
manajemen kinerja dapat membantu organisasi menerjemahkan visi dan strategi
ke dalam aksi dengan memanfaatkan sekumpulan indikator secara berimbang baik
itu dari sisi finansial dan non finansial, jangka pendek dan jangka panjang, bagian
internal dan eksternal, yang semuanya terjalin dalam hubungan sebab akibat.
Pengukuran kinerja yang dilakukan bersifat komprehensif karena meliputi empat
prespektif. Dengan balanced scorecard, organisasi dapat membuat kerangka kerja
untuk mengkomunikasikan misi dan strategik serta apa yang menjadi penentu
sukses saat ini dan di masa mendatang kepada seluruh elemen organisasi.
Peran balanced scorecard sebagai kerangka kerja pencapaian keberhasilan suatu
organisasi serta keberlanjutannya sangat penting namun dalam penerapannya
bukanlah pekerjaan yang mudah. Hal-hal yang dapat menghambat keberhasilan
penerapan balanced scorecard dalam implementasi rencana-rencana strategis
adalah:
1) Hambatan visi (vission barrier), tidak banyak orang dalam organisasi yang
memahami strategi organisasi mereka.
2) Hambatan orang (people barrier), banyak orang yang memiliki tujuan yang tidak
terkait dengan strategi organisasi.
3) Hambatan sumber daya (resource barrier), banyak waktu, uang, tenaga tidak
dialokasikan kepada hal penting dalam organisasi.
18
4) Hambatan manajemen (management barrier), manajemen terlalu banyak waktu
dihabiskan oleh pembuatan keputusan taktis jangka pendek (Dally, 2010:44).
Yuwono, dkk (2006:86-87) berpendapat untuk dapat menerapkan balanced scorecard
diperlukan beberapa kriteria antara lain :
a. Memiliki visi dan misi yang jelas dan dapat dituangkan ke dalam konsep-konsep
strategi.
b. Memiliki struktur organisasi fungsional yang dapat mengurangi hierarkisme
organisasi. Hal ini memungkinkan terjadinya komunikasi untuk visi, misi, dan
strategi yang dirancang di tingkat puncak menjadi efektif diantara seluruh individu
dalam perusahaan. Dengan adanya kesatuan pemahaman tersebut, setiap individu
akan berusaha menyelaraskan tujuan atau sasaran kerjanya (personal goals) dengan
sasaran strategis perusahaan, sehingga pada akhirnya pencapaian sasaran strategis
perusahaan akan berarti pencapaian tujuan setiap individu.
c. Adanya persaingan yang ketat sehingga dibutuhkannya penciptaan nilai untuk
merancang kinerja perusahaan mendatang.
d. Komposisi sumberdaya manusia yang sebagian besar berusia relatif muda dan
berpendidikan yang memungkinkan adanya dinamika dan progresivitas proses
manajerial.
Kesimpulan dari paparan di atas bahwa sebelum menerapkan balanced scorecard
maka seluruh elemen organisasi harus mengetahui tentang visi, misi, dan tujuan
organisasi, seluruh sumber daya yang dimiliki difokuskan pada pencapaian visi
serta terjalin komunikasi yang baik antar level manajer.
19
2.3 Konsep Balanced Scorecard pada Organisasi Nirlaba
Perbedaan utama antara balanced scorecard yang digunakan pada organisasi
privat dengan organisasi nirlaba adalah pada peletakan misi di puncak kerangka
kerja. Selanjutnya, yang berada di bawah pernyataan misi adalah perspektif
pelanggan, bukan perspektif keuangan. Pencapaian misi tidak harus bersamaan
dengan tanggung jawab keuangan, namun organisasi harus menentukan siapa
yang menjadi tujuan dari pelayanan dan bagaimana permintaan mereka dapat
terpenuhi (Niven, 2008:30). Hal ini disebabkan karena visi pada organisasi nirlaba
pada umumnya berkenaan dengan pemenuhan layanan kepada pelanggan, bukan
pemenuhan target finansial dari organisasi.
Pada gambar 2.1 dapat dilihat bagaimana poisisi keempat prespektif dalam
balanced scorecard dalam suatu organisasi nirlaba. Pencapaian pemenuhan
kebutuhan pelanggan menjadi tujuan utama dari keempat prespektif yang ada,
dimana dengan pemenuhan kebutuhan pelanggan maka misi dari organisasi dapat
terwujud.
20
MISSION
Customer
How do we create an import
for our customers?
Financial
How do we effectively
manage and allocate resources
to maximize our impact?
Internal Process
Strategy
To create an impact for
customers while meeting
budgetary constraints, at what
business processes must the
excel?
Employee Learning
and Growth
How do we align our
intangible assets to improve
our ability to support our
strategy?
Gambar 2.1 Balanced Scorecard untuk Sektor Publik dan Nirlaba (Niven,
2008:32).
Perbedaan antara balanced scorecard pada sektor swasta dan sektor publik ini
mengakibatkan juga adanya adaptasi pada pemetaan strategi (strategy mapping).
Oleh karena tujuan organisasi sektor publik lebih berorientasi pada pelayanan
publik, maka setiap target kinerja pada perspektif keuangan, proses internal dan
pertumbuhan serta pembelajaran akan diarahkan pada upaya-upaya peningkatan
kepuasan pelanggan. Kaplan (1999:32) menyatakan bahwa perspektif keuangan
pada organisasi nirlaba tidak dapat dijadikan sasaran strategik, namun sekedar
sebagai pembatas dalam pelaksanaan aktivitas keuangan. Kesuksesan organisasi
nirlaba tidak dapat diukur dari seberapa jauh anggaran terserap atau seberapa kecil
pengeluaran yang dilakukan. Bagi organisasi nirlaba, perspektif keuangan
21
bukanlah indikator yang relevan untuk mengukur pencapaian pelaksanaan
aktivitas organisasi.
Chang dan Chow mengemukakan bahwa empat perspektif balanced scorecard
jika diadopsi dalam organisasi nirlaba lembaga pendidikan maka mengikuti urutan
prespektif sebagai berikut:
Costumer Prespective
Internal Processes
Prespective
Leraning and Growth
Prespective
Financial Prespective
Gambar 2.2 Prespektif Balanced Scorecard pada Lembaga Pendidikan (Chang
and Chow, 1999:402).
Adapun penjelasan bagi masing-masing prespektif adalah sebagai berikut:
Perspektif Pelanggan (Customer Prespective)
Organisasi nirlaba memberi perhatian lebih pada pelanggan dan berusaha untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan untuk dapat mencapai misi organisasi.
Manajemen organisasi nirlaba harus mengidentifikasi apa yang diinginkan dan
diharapkan oleh pelanggan. Niven menyatakan bahwa pelanggan adalah orang
atau kelompok yang secara langsung menerima manfaat dari layanan yang
diberikan oleh organisasi (Niven, 2008:167). Terdapat banyak pihak yang
kemungkinan akan mendapat manfaat secara tidak langsung dari layanan yang
diberikan oleh organisasi. Namun dalam perspektif pelanggan, organisasi
22
memiliki tugas untuk menentukan pihak yang merupakan pelanggan dan
mendapat layanan langsung dari organisasi.
Perspektif Proses Internal (Internal Processes Prespective)
Perspektif proses internal merupakan suatu aspek transisi yang penting pada
balanced scorecard. Pada perspektif pelanggan, organisasi berfokus pada apa
yang diinginkan oleh pelanggan dan apa proposisi nilai yang dapat diberikan oleh
organisasi secara efektif dan efisien. Perspektif proses internal menjawab
pertanyaan tersebut dengan memberikan cara untuk memenuhi keinginan
pelanggan. Setiap organisasi memiliki keunikan dan kombinasi proses yang
berbeda. Terdapat beberapa proses inti yang harus dipertimbangkan ketika
mengembangkan tujuan dari perspektif proses internal. Niven mengemukakan
beberapa proses inti tersebut, yaitu: 1) memahami pelanggan; 2) berinovasi secara
konstan; 3) proses operasi; 4) menawarkan kualitas layanan; dan 5) kemitraan
untuk kesuksesan (Niven, 2008:173).
Perspektif Pertumbuhan & Pembelajaran (Learning and Growth Prespective)
Pengukuran perspektif pertumbuhan dan pembelajaran merepresentasikan faktorfaktor yang memungkinkan adanya proses yang efisien dan mengarah pada
peningkatan kualitas layanan kepada pelanggan. Keterampilan karyawan
merupakan aspek penting yang mencakup keseluruhan organisasi sehingga
organisasi perlu untuk mengembangkan program pelatihan karyawan secara terus
menerus. Aspek yang dapat membawa organisasi untuk mencapai misinya adalah
hasil dari pelatihan karyawan, bukan hanya sekedar kehadiran karyawan pada
pelatihan. Oleh karena itu, diperlukan adanya keseimbangan antara partisipasi
23
pelatihan dengan hasil pelatihan. Untuk itu diperlukan adanya evaluasi dan
pengukuran yang akurat atas pelaksanaan pelatihan karyawan (Niven: 2008:35).
Selain itu, sisi psikologis karyawan juga merupakan aset tidak berwujud bagi
organisasi yaitu motivasi, pemberdayaan, dan pengarahan. Adanya kapabilitas
personel yang baik akan memicu kinerja dengan tujuan yang terbaik untuk
organisasi. Pengukuran atas dimensi motivasi, pemberdayaan, dan pengarahan
dapat dilakukan dengan cara mengukur saran yang diberikan oleh karyawan
kepada perusahaan, perbaikan dan peningkatan kinerja karyawan, dan
keterbatasan individu dalam organisasi (Niven: 2008:34).
Prespektif Keuangan (Financial Prespective)
Organisasi sektor publik dan nirlaba perlu untuk melakukan pengelolaan
keuangan yang efektif. Organisasi sektor publik memiliki suber daya keuangan
yang terbatas untuk dapat memberikan pelayanan publik kepada masyarakat.
Niven menyatakan bahwa meskipun organisasi sektor publik merupakan
organisasi yang tidak berorientasi pada laba, namun keberadaan perspektif
keuangan pada balanced scorecard untuk organisasi publik tetaplah penting
(Niven, 2008:34). Tidak ada organisasi yang dapat beroperasi dengan sukses dan
memenuhi permintaan pelanggan tanpa sumber daya keuangan.
Peta strategi (Strategy Map) terdiri dari dua kata yaitu peta dan strategi. Peta
memberikan gambaran keadaan dari seluruh atau sebagian suatu wilayah yang
bisa berfungsi sebagai navigasi. Strategi adalah langkah-langkah yang akan
dilakukan untuk mencapai suatu tujuan. Dengan demikian peta strategi adalah
24
gambaran dari panduan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu.
Peta strategi berfungsi sebagai landmark untuk eksekusi strategi dimana strategi
menggambarkan pergerakan organisasi dari posisi sekarang ke posisi masa depan
yang diharapkan, karena berkaitan dengan masa depan maka maka jalur yang
dibuat terdiri dari serangkaian hipotesis terkait. Sebuah peta strategi menentukan
hubungan sebab akibat, membuat mereka eksplisit dan dapat diuji. Seperti yang
dikemukakan oleh Kaplan dan Norton dalam Niven yaitu:
“Strategy implies the movement of an organization from its present position
to a desirable but uncertain future position. Because the organization has
never been to this future place, the pathway to it consists of a series of
linked hypotheses. A strategy map specifies these cause and effect
relationships, making them explicit and testable.” (Niven, 2008:151)
Kesimpulan dari penjelasan di atas adalah peta strategi bagi suatu organisasi
merupakan gambaran yang jelas dan ringkas tentang apa yang diyakini paling
penting dalam upaya melaksanakan strategi demi tercapainya tujuan yang telah
ditetapkan.
Peta strategi adalah alat komunikasi yang kuat, sinyal yang kuat untuk setiap
orang dalam organisasi sebagai penggerak mencapai keberhasilan dan menjadi
sarana bagi setiap pemangku kepentingan untuk menentukan bagaimana mereka
akan memberikan kontribusi untuk pelaksanaan strategi (Niven, 2008:153). Peta
strategi dalam balanced scorecard adalah sistem peringatan dini untuk strategi
organisasi, dimana hasil pengukuran indikator dapat menunjukkan kondisi sasaran
strategi yang telah dirancang untuk meningkatkan keberlanjutan organisasi.
Adapun langkah-langkah untuk menyusun peta strategi dimulai dari menentukan
25
posisi empat prespektif balanced scorecard sesuai dengan karakteristik
organisasi. Hal ini mengidikasikan bahwa suatu organisasi tidak perlu terpaku
pada istilah prespektif yang telah ada namun organisasi bisa membuat modifikasi
pada prespektif balanced scorecard dalam rangka menyesuaikan budaya
organisasi atau keadaan yang unik. Kemudian menentukan dan menempatkan
setiap sasaran sasaran strategi sesuai dengan kelompok prespektif balanced
scorecard.
Social Utility
Prespective
Long-Term Social Development
Stakeholders
Prespective
School Image, Parent Satisfaction, Students Loyalty, Alumni, High
Quality Service, Accessibility, Partnership
Internal
Processes
Prespective
Learning and
Growth
Prespective
Student’ Sport
Participation
Teaching
Excellenc
e
Student
Academic
Performnac
e
Staff
Institution
Infrastructure
Staff Satisfication
Teachers Training
Work
Environment
Knoelwledge
Organizational
Culture
Teamwork
Leadership
Innovation
Physical Facilities
Technology
Invesment
Sport Facilities
Transportation
Productivity Strategy
Finnacial
Sustainability
Prespective
Students’
Social
Activity
Participatio
• Improve Cost Structure
• Increase Asset Utilization
Growth Strategy
• Expand Revenue Opportunities
• Enhance Customer Value
• Fiscal Sustainability
Gambar 2.3 Strategy Map untuk Lembaga Pendidikan (Yuksel and Cuskon,
2013:2457).
26
Gambar 2.3 adalah contoh peta strategi organisasi nirlaba pada layanan
pendidikan yang dapat memberikan gambaran tampilan dari suatu peta strategi
yang tentunya akan berbeda pada tiap organisasi tergantung dengan apa yang
menjadi sasaran strategisnya.
Sasaran-sasaran strategi dari setiap prespektif tentunya harus mempunyai
indikator-indikator untuk menunjukkan kemajuan pencapaiannya, yaitu yang
disebut indikator kinerja utama (key performance indicators). Indikator kinerja
utama (IKU) digunakan sebagai alat ukur yang memberikan informasi seberapa
jauh keberhasilan yang sudah dicapai organisasi dalam mewujudkan sasaran
strategik yang sudah ditetapkan sebelumnya. Karakteristik IKU yang baik dan
cukup memadai guna mengukur kinerja pekerja ataupun organisasi yaitu spesifik,
dapat dicapai, relevan, bersifat kuantitatif dan disusun berdasarkan faktor-faktor
yang mencerminkan penentu keberhasilan organisasi.
Indikator kinerja utama disusun dengan metode SMART (Scientific, Measurable,
Achievable, Reliable, and Time Bound) yang berarti setiap IKU memiliki
karakteristik :
•
Scientific artinya bersifat khusus, detail dan terfokus. Indikator-indikator harus
menggambarkan tujuan organisasi.
•
Measurable artinya harus bisa diukur dan bersifat objektif.
•
Achievable artinya harus realistis karena digunakan sebagai petunjuk
pengukuran. Hal ini bisa dicapai dengan dukungan sumber daya yang tersedia
dan dengan mempertimbangkan tiga jenis informasi, yaitu: tersedianya data
kinerja tiga tahun terakhir, membandingkan kinerja perusahaan yang sama,
27
dan prospek pertumbuhan bisnis.
•
Reliable artinya indikator-indikator dapat diandalkan. IKU memberikan
gambaran pada setiap orang dalam organisasi tentang tujuan-tujuan apa saja
yang ingin dicapai dan apa yang harus dilakukan untuk mencapai tujuantujuan tersebut.
•
Time Bound artinya memiliki target waktu yang jelas.
Dalam menyusun indikator kinerja utama langkah-langkah yang harus dilakukan
adalah:
1. Mengumpulkan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan perencanaan,
yaitu:
a. Dokumen Rencana Jangka Panjang, Rencana Jangka Menengah, Rencana
Kerja Tahunan, kebijakan umum atau dokumen strategis lainnya yang
relevan.
b. Bidang kewenangan, tugas dan fungsi, serta peran masing-masing jabatan.
2. Definisikan indikator untuk mencapai tujuan dan sasaran.
3. Buat daftar capaian kinerja output untuk membandingkan target dan realisasi
kinerja yang telah dilalui.
Kesimpulan dari paparan di atas bahwa indikator kinerja utama adalah suatu
ukuran baik finansial ataupun non-finansial yang digunakan untuk menentukan
dan mengukur kemajuan dalam pencapaian sasaran organisasi, melalui penilaian
keadaan sekarang dan menentukan suatu tindakan untuk keadaan tersebut.
Penetapan IKU sangat diperlukan dan harus dipersiapkan secara maksimal agar
parameter yang ditetapkan benar-benar menggambarkan sasaran strategik
28
organisasi dan mampu mendorong peningkatan kinerja organisasi pada akhirnya.
2.4 Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard
Manajemen strategik berbasis balance scorecard adalah manajemen strategik
yang dilaksanakan secara bersistem yang menggunakan balanced scorecard
dalam sistem perencanaan strategik sebagai alat penerjemah visi, misi, tujuan,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategik organisasi (Mulyadi, 2005:45).
Perusahaan atau organisasi menggunakan fokus pengukuran balanced scorecard
untuk menghasilkan proses manajemen penting, yaitu:
(1)
Memperjelas dan menerjemahkan visi dan strategi
Proses dimana strategi organisasi diterjemahkan ke dalam berbagai tujuan
strategik yang spesifik meliputi keempat prespektif balanced scorecard.
(2)
Mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai tujuan dan ukuran strategik.
Tujuan dan ukuran strategik balanced scorecard dikomunikasikan ke
seluruh elemen organisasi. Hal ini dimaksudkan seluruh organisasi
mengetahui berbagai tujuan penting yang harus dicapai agar organisasi
berhasil.
(3)
Merencanakan, menetapkan sasaran dan menyelaraskan berbagai inisiatif
strategik
Sasaran untuk berbagai presfektif harus ditentukan untuk tiga atau lima
tahunan, yang jika berhasil dicapai akan mengubah organisasi. Sasaransasaran tersebut harus mencerminkan adanya perubahan kinerja dalam
organisasi.
(4)
Meningkatkan umpan balik dan pembelajaran strategik
Proses ini adalah yang paling inovatif dan merupakan aspek yang paling
29
penting dari seluruh proses manajemen balanced scorecard. Proses ini
memberikan kapabilitas bagi pembelajaran organisasi pada tingkat
eksekutif.
Keempat fokus tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
Memperjelas dan
menerjemahkan
Visi dan Strategi
Mengkomunikasikan dan
Menghubungkan
BALANCED
SCORECARD
Umpan balik dan
Pembelajaran
Strategis
Merencanakan
dan Menetapkan
Sasaran
Gambar 2.4 Balanced Scorecard sebagai Kerangka Kerja Tindakan Strategis
(Kaplan&Norton, 2000:11).
Kelebihan sistem manajemen strategik berbasis balanced scorecard dibandingkan
konsep manajemen yang lain adalah bahwa dia menunjukkan indikator outcome
dan output yang jelas, indikator internal dan eksternal, indikator keuangan dan
non-keuangan, dan indikator sebab dan akibat. Balanced scorecard juga
diterapkan dalam situasi-situasi yang rutin, antara lain: pada saat menyusun
rencana alokasi anggaran, menyusun manajemen kinerja, melakukan sosialisasi
terhadap kebijakan baru, memperoleh umpan balik, meningkatkan kapasitas staf.
30
Keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam perencanaan strategik adalah
mampu menghasilkan rencana strategik yang memiliki karakteristik sebagai
berikut (Mulyadi, 2005:11-15), yaitu:
a. Komprehensif
Balanced Scorecard memperluas perspektif yang dicakup dalam perencanaan
strategik, dari yang sebelumnya hanya terbatas pada perspektif keuangan,
meluas ke tiga perspektif yang lain: customer, proses bisnis/intern, serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Perluasan empat perspektif tersebut
menghasilkan manfaat, yaitu menjanjikan kinerja keuangan yang berlipat
ganda dan jangka panjang, serta memampukan perusahaan untuk memasuki
lingkungan yang kompleks.
b. Koheren
Balanced scorecard mewajibkan personel untuk membangun hubungan sebab
akibat (causal relationship) diantara berbagai sasaran strategik yang
dihasilkan dalam perencanaan strategik. Setiap sasaran strategik yang
ditetapkan dalam perspektif non keuangan harus mempunyai hubungan kausal
dengan sasaran keuangan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Kekoherenan juga berarti dibangunnya hubungan sebab akibat antara keluaran
yang dihasilkan sistem perumusan strategi dengan keluaran yang dihasilkan
sistem perencanaan strategik. Sasaran strategik yang dirumuskan dalam sistem
perencanaan strategik merupakan penerjemahan visi, misi, dan tujuan strategik
yang dihasilkan sistem perumusan strategi.
31
c. Berimbang
Keseimbangan sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik sangat penting untuk menghasilkan kinerja keuangan jangka panjang.
Keseimbangan sasaran strategik yang ditetapkan dalam perencanaan strategik
mencakup empat prespektif yang perlu diwujudkan oleh perusahaan, yaitu
financial returns yang berlipat ganda dan berjangka panjang (perspektif
keuangan), produk jasa yang mampu menghasilkan value terbaik bagi
pelanggan (perspektif pelanggan), proses yang produktif dan cost effective
(perspektif bisnis internal) dan sumber daya manusia yang produktif dan
berkomitmen (perspektif pertumbuhan dan pembelajaran).
d. Terukur
Keterukuran sasaran strategik yang dihasilkan oleh sistem perencanaan
strategik menjanjikan ketercapaian berbagai sasaran strategik yang dihasilkan
oleh sistem tersebut. Balanced Scorecard mengukur sasaran-sasaran strategik
yang sulit untuk diukur. Sasaran–sasaran strategik di perspektif pelanggan,
proses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan merupakan
sasaran yang tidak mudah diukur, namun dalam pendekatan balanced
scorecard, sasaran di ketiga perspektif non keuangan tersebut ditentukan
ukurannya agar dapat dikelola, sehingga dapat terwujud. Dengan demikian,
keterukuran sasaran-sasaran strategik di ketiga perspektif tersebut menjanjikan
perwujudan berbagai sasaran strategik non keuangan, sehingga kinerja
keuangan dapat berlipat ganda dan berkesinambungan.
32
Manajemen strategik berbasis balanced scorecard terdiri dari enam tahap
(Mulyadi, 2005:35-45), yaitu :
1) Perumusan Strategik (Strategy Formulation)
Proses manajemen strategik diawali dengan perumusan strategik. Strategi
dirumuskan melalui sistem perumusan strategi yang terdiri dan empat tahap
utama:
a. Trendwatching, pengamatan lingkungan yang akan dimasuki oleh
perusahaan di masa depan.
b. Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan threats).
c. Envisioning, penentuan misi, visi, tujuan (goals) keyakinan dasar, dan
nilai dasar.
d. Pemilihan strategi, penentuan strategi yang digunakan untuk mewujudkan
visi organisasi.
2) Perencanaan Strategik (Strategic Planning)
Organisasi merumuskan strategi pilihan untuk mewujudkan visi melalui misi
organisasi, strategi tersebut kemudian perlu diimplementasikan. Langkah
pertama pengimplementasian strategi pilihan adalah dengan melaksanakan
perencanaan strategi melalui sistem perencanaan strategi. Dalam langkah ini,
misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi diterjemahkan ke
dalam sasaran dan inisiatif strategik.
Sasaran strategik merupakan sasaran-sasaran masa depan yang hendak dituju
oleh organisasi sebagai penerjemahan strategi untuk mewujudkan visi dan
tujuan (goals). Oleh karena perwujudan sasaran strategik memerlukan waktu
lama di masa depan, organisasi perlu menetapkan tonggak-tonggak
33
(milestones) untuk menandai pencapaian di sepanjang perjalanan untuk
mewujudkan sasaran strategik. Untuk mewujudkan sasaran strategik
diperlukan inisiatif strategik berupa prakarsa besar yang akan dilaksanakan
oleh organisasi.
3) Penyusunan Program (Programming System)
Penyusunan program adalah proses penjabaran inisiatif strategik ke dalam
program. Pelaksanaan inisiatif strategik memerlukan perencanaan sistematik
langkah-langkah besar yang akan ditempuh oleh organisasi dalam jangka
panjang ke depan beserta perkiraan sumber daya yang diperlukan untuk dan
diperoleh dan usaha menjalankan langkah-langkah tersebut. Penyusunan
program
dilaksanakan
melalui
sistem
penyusunan
program
yang
menghasilkan keluaran berupa program beserta prakiraan sumber daya yang
diperlukan.
4) Penyusunan Anggaran (Budgeting)
Penyusunan anggaran adalah proses penyusunan rencana laba jangka pendek
(biasanya untuk jangka waktu satu tahun atau kurang) yang berisi langkahlangkah yang akan ditempuh oleh organisasi dalam melaksanakan sebagian
dari program. Penyusunan anggaran dilaksanakan melalui sistem penyusunan
anggaran.
Penyusunan anggaran bertujuan untuk menentukan kegiatan tahun berikutnya
dan sumber daya yang diperlukan. Anggaran disusun berdasarkan inisiatif
yang telah dirumuskan. Anggaran yang baik adalah merupakan rencana
tindakan terperinci, merupakan rencana satu-dua tahunan, menguraikan biaya
yang diperlukan, mengidentifikasi pencapaian terpenting kegiatan tersebut,
34
menyebutkan siapa yang akan bertanggung jawab, sebagai referensi menyusun
rencana kinerja individual, ditulis secara singkat namun lengkap, alat untuk
memantau kinerja dan diperbarui apabila terjadi perubahan-perubahan.
Dengan demikian balanced scorecard mendukung suatu sistem manajemen
yang lengkap dengan mengkaitkan strategik jangka panjang ke penganggaran
tahunan.
5) Pengimplementasian (Implementation)
Tahap ini melaksanakan kegiatan sesuai rencana.
6) Pemantauan (Monitoring)
Tahap ini membandingkan kinerja dengan target. Berbagai kemungkinan hasil
adalah berhasil, gagal, dan variasi diantara keduanya. Prinsip umum dalam
pemantauan adalah mengukur kinerja, membandingkan kinerja, melakukan
tinjauan ulang, memberi penghargaan dan mengidentifikasi hasil yang dicapai,
mempelajari pengalaman, menyesuaikan dan menyegarkan strategi, dan
melakukan perbaikan.
Pada gambar 2.5 dapat dilihat enam tahapan kegiatan manajemen strategik
berbasis balanced scorecard. Pada gambar tersebut dapat dilihat balanced
scorecard digunakan pada tahap sistem perencanaan strategi, dengan demikian
seluruh kegiatan tahapan berikutnya dilakukan dalam konsep balanced scorecard.
Perumusan dan perencanaan strategi merupakan kegiatan yang bersifat strategik,
artinya memberi arah yang jelas dan terukur pada perjalanan organisasi dalam
mencapai visi dan misi organisasi. Balanced scorecard menjadikan pengukuran
tersebut bersifat komprehensif, koheren, berimbang, dan terukur sehingga arah
perjalanan organisasi yang tertuang dalam rencana strategi dapat dipantau secara
35
berkesinambungan untuk melihat pencapaian setiap target yang telah ditentukan.
BSC BASED STRATEGIC
MANAGEMENT SYSTEM
Sistem Perumusan Strategi
Sistem Perencanaan Strategik
STRATEGIC
Sistem trendwatching, SWOT
Analysis, envisioning, dan
pemilihan strategi
Sistem penerjemah. Balanced
scorecard digunakan untuk
menerjemahkan misi, visi, tujuan,
keyakinan dasar, nilai dasar, dan
strategi ke dalam sasaran dan
inisiatif yang komprehensif,
koheren, terukur dan berimbang
TACTICAL
Sistem Penyusunan Program
Sistem Penyusunan Anggaran
Resource Management System
Sistem Implementasi
Sistem Pemantauan
OPERATIONAL
Gambar 2.5 Tiga Komponen Sistem yang Membentuk Sistem Manajemen
Strategik Berbasis Balanced Scorecard (Mulyadi, 2005:47).
2.6 Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang menjadi rujukan tentang penerapan balanced scorecard
dalam konteks manajemen strategik adalah sebagai berikut:
2.6.1 Made Widya Santhi, Aplikasi Manajemen Strategik dengan Pendekatan
BalancedSscorecard (Studi pada Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan
Provinsi Bali), Tesis, Program Pascacarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Brawijaya, Malang 2013.
36
Dari hasil penelitian diketahui bahwa perlu diterapkannya manajemen
strategik dengan pendekatan balanced scorecard, karena balanced
scorecard dinilai cocok diterapkan di LPMP sebagai organisasi publik.
Disamping untuk menilai efisiensi dan efektivitas manajemen, balanced
scorecard juga merupakan suatu aktivitas untuk mengetahui sejauhmana
keberhasilan implementasi visi, misi, tujuan, dan strategik organisasi.
Tantangan yang dihadapi untuk penerapannya adalah kurangnya motivasi
pegawai untuk melakukan perubahan, sulitnya mengubah cara pandang
anggota organisasi, kesulitan dalam mengelompokkan kegiatan/program
yang ada di LPMP ke dalam empat prespektif balanced scorecard serta
kurangnya komunikasi antar anggota organisasi.
Kesamaan dengan penelitian tersebut dalam metode penelitian yang
menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif, sedangkan
perbedaannya adalah dalam penelitian Made Widya Santhi balanced
scorecard sudah diterapkan dalam kegiatan manajemen strategik di LPMP
Bali sedangkan pada penelitian ini penerapan balanced scorecard menjadi
hal yang diteliti.
2.6.2 Arif Rahman dan Moses L. Singgih, Perencanaan Pengukuran Kinerja di
Lembaga Pendidikan Walisongo-Gempol dengan Menggunakan Balanced
Scorecard dan Analytic Hierarchy Process (AHP), Tesis, Program Studi
Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh November,
Surabaya 2012.
Berdasarkan penyusunan sistem pengukuran kinerja dengan menggunakan
metode balanced scorecard yang dilakukan, maka dalam empat prespektif
37
didapatkan 14 sasaran strategik lembaga pendidikan, antara lain peningkatan
kualitas pendidikan, kepuasan pelanggan, perluasan jaringan, optimalisasi
pendapatan, efisiensi biaya operasional, pemanfaatan investasi, peningkatan
inovasi dan riset pelayanan, efisiensi waktu pelayanan dan anggaran
operasional, pemberdayaan dan keselarasan SDM, efektifitas pengajaran
guru, peningkatan kepuasan pegawai, kelancaran informasi dan komunikasi,
peningkatan kompetensi pegawai dan pembinaan akhlaq pegawai.
Hasil dari perhitungan scoring OMAX menunjukkan bahwa performance
indicator Lembaga Pendidikan memiliki nilai 5,084 yang berada pada level
4-7 yaitu warna kuning yang berarti penilaian performa cukup. Kinerja
lembaga pendidikan belum mencapai target dan masih membutuhkan
perbaikan untuk mencapai target yang diinginkan.
Kesamaan penelitian adalah pada obyek penelitian yang sama-sama
dilaksanakan di lembaga pendidikan, sedangkan perbedaannya dalam
metodologi penelitian yaitu menggunakan analisis SWOT dan pendekatan
kuantitatif.
2.7 Kerangka Penelitian
Tahap pertama dari penelitian ini adalah melihat hasil formulasi strategi yang
telah dilakukan Yayasan Al Kautsar yaitu dengan melihat visi, misi, dan sasaran
stategi. Formulasi strategi merupakan hasil proses trendwatching, SWOT
analysis, serta revison terhadap visi, misi dan tujuan. Formulasi strategi sebagai
tahap pertama dalam manajemen strategik telah dilakukan oleh Yayasan Al
Kautsar dan dituangkan dalam dokumen RPJP ke II Tahun 2009-2028 serta
dilengkapi dengan RPJM setiap lima tahunan. Visi, misi, dan tujuan yang jelas
38
merupakan kunci utama bagi kegiatan tahap berikutnya yang menjadi inti kegiatan
penelitian.
Tahap selanjutnya yang merupakan kegiatan penelitian ini adalah menerjemahkan
dan menjabarkan visi, misi, tujuan, dan strategi Yayasan Al Kautsar ke dalam
empat prespektif balanced scorecard yang merupakan bagian dari proses
perencanaan strategik di dalam sistem manajemen strategik berbasis balanced
scorecard. Hasil dari penerjemahan visi, misi, dan tujuan adalah sasaran-sasaran
strategik dari setiap prespektif, yaitu prespektif pelanggan, prespektif proses
internal, prespektif pertumbuhan dan pembelajaran, serta prespektif keuangan.
Sasaran-sasaran strategik merupakan komponen pembentuk peta strategi (strategy
map) yang menggambarkan hubungan sebab akibat dari sasaran-sasaran yang
telah ditetapkan, mana yang menjadi lagg indicator dan mana lead indicator.
Selain itu ditetapkan apa saja yang menjadi indikator kinerja utama (key
performance indicators) agar balanced scorecard sebagai kerangka pengukuran
kinerja organisasi dapat terbentuk. Dengan adanya sasaran-sasaran strategik pada
masing-masing prespektif balanced scorecard maka yayasan dapat menentukan
apa yang menjadi inisiatif strategik untuk mencapai sasaran yang menjadi lagg
indicator.
Hasil dari penelitian adalah diperoleh kerangka manajemen kinerja organisasi
yayasan dengan kata lain menjadikan manajemen strategik Yayasan Al Kautsar
yang terukur. Balanced scorecard dalam manajemen strategik tidak hanya
membuat kerangka manajemen kinerja organisasi tapi juga menjadi alat untuk
39
meningkatkan kemampuan organisasi dalam menghadapi tantangan yang ada
disekitarnya.
Kerangka penelitian tergambarkan seperti di bawah ini:
INPUT
PERUMUSAN
STRATEGI
Visi, Misi,
dan
Strategi
PROSES
OUTPUT
PERENCANAAN
STRATEGIK
BERBASIS BSC
Strategy Map dari
Sasaran Strategik
C
K P
PP
Misi,
Keyakinan
Dasar, dan
Nilai Dasar
Inisiatif Strategik
K P
Sistem
Manajemen
Strategik
Yayasan Al
Kautsar yang
Terukur
PP
Strategi
Catatan : C = Customer, K = Keuangan, P = Proses Internal, PP = Pertumbuhan dan Pembelajaran
Gambar 2.6 Kerangka Penelitian Studi tentang Manajemen Strategik Berbasis
Balanced Scorecard di Yayasan Al Kautsar Lampung.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Latar Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Yayasan Al Kautsar Lampung (selanjutnya Yayasan
Al Kautsar) yaitu suatu yayasan yang mengelola lembaga pendidikan mulai dari
TK, SD, SMP, dan SMA, berlokasi jalan Sukarno Hatta Bypass Bandar Lampung.
Yayasan Al-Kautsar secara resmi berdiri pada tanggal 16 Januari 1992, dimana
sampai dengan tahun ajaran 2015 telah meluluskan siswa TK sebanyak 4.169
siswa, 5.499 siswa SD, sebanyak 5.134 siswa SMP, dan 6.324 siswa SMA.
Yayasan Al Kautsar juga memiliki unit pendukung bagi kegiatan utama unit
sekolah yaitu adanya unit Pusat Pendidikan Komputer (Pusdikkom), unit Pusat
Pendikan Bahasa (Pusdikba), unit Bimbingan Belajar (Bimbel), unit Asrama, unit
Poliklinik, unit Bisnis dan unit Amil Zakat.
Yayasan Al Kaustar sebagai suatu lembaga pendidikan dengan visi unggul, islami
dan global juga telah menetapkan misi yang dirumuskan dalam 5 misi utama. Visi
dan misi lembaga dituangkan dalam bentuk Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) yang pada saat ini masuk RPJP tahap II tahun 2009 – 2028 yang
terbagi dalam 4 tahap Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) lima
tahunan.
41
3.2 Pendekatan dan Rancangan Penelitian
Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan
kualitatif dimana penekanan pada kajian secara rinci dan mendalam,
mengupayakan pengambilan data, pencarian dan penemuan makna berarti,
menekankan lebih pada proses daripada hasil dengan menggunakan logika
berfikir induktif.
Metode ini digunakan untuk memahami gejala secara
menyeluruh, mendalam dan apa adanya serta sesuai dengan pemikiran orangorang yang ada di dalamnya. Adapun ciri khas penelitian kualitatif adalah a)
peneliti adalah instrumen utama penelitian, b) data penelitian umumnya berupa
kata-kata dan gambar, c) penelitian lebih berorientasi pada proses dari pada hasil,
d) analisis data lebih ditekankan pada analisis induktif, e) pencarian makna
merupakan hal yang sangat penting (Moleong, 2014:44).
Proses penelitian kualitatif ini menggunakan desain penelitian studi kasus dalam
arti penelitian difokuskan pada satu fenomena saja yang dipilih dan ingin
dipahami secara mendalam. Satu fenomena tersebut bisa berupa seorang
pemimpin pendidikan, suatu program, suatu proses, satu penerapan kebijakan,
atau satu konsep, seperti yang dikemukakan oleh Creswell dalam Sugiyono bahwa
studi kasus merupakan strategi penelitian dimana di dalamnya peneliti melakukan
eksplorasi secara mendalam terhadap program, kejadian, proses, aktifitas,
terhadap satu atau lebih orang (Sugiyono, 2013:230). Dalam hal ini peneliti ingin
meneliti bagaimana jika balanced scorecard diterapkan dalam manajemen
strategik Yayasan Al Kautsar.
42
3.3 Kehadiran Peneliti
Kehadiran peneliti dalam penelitian kualitatif sangat penting, pengetahuan peneliti
akan kondisi riil obyek penelitian serta mengenal betul dengan orang yang akan
menjadi informan menjadi kunci dalam pengumpulan data penelitian. Hal ini
sesuai dengan pernyataan Nasution dalam Sugiyono menyatakan bahwa dalam
penelitian kualitatif, tidak ada pilihan lain daripada menjadikan manusia sebagai
instrumen penelitian utama (Sugiyono, 2014:306). Peneliti adalah karyawan
Yayasan Al Kautsar yang sampai saat ini telah bekerja selama kurang lebih 19
tahun dan terlibat secara langsung dalam kegiatan manajemen Yayasan Al
Kautsar.
Dalam penelitian kualitatif, peneliti merupakan instrumen penelitian. Oleh karena
itu, peneliti mempersiapkan diri dengan cara mempelajari metode penelitian
kualitatif, memperluas wawasan tentang bidang yang diteliti, dan mempersiapkan
diri memasuki objek penelitian. Peneliti juga berfungsi untuk menentukan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data,
menilai kualitas data, menganalisis data, menafsirkan data, dan membuat
kesimpulan atas temuan (Sugiyono, 2014:306).
Peneliti mulai mengambil data dari informan pada bulan Februari sampai dengan
Maret 2016, kegiatan pengambilan data disesuaikan dengan waktu yang
disediakan oleh informan. Rentang waktu pengambilan data dari informan cukup
lama dikarenakan kesibukan pekerjaan masing-masing informan yang memang
merupakan jajaran manajemen di Yayasan Al Kautsar Lampung. Adapun secara
43
lengkap kegiatan pengambilan data dari informan dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 3.1 Kegiatan Pengumpulan Data
No
1
Kode
KY
2
PY-1
3
PY-2
4
BY
5
KBY-1
6
KBY-2
7
KBY-3
8
KS-1
9
KS-2
10
KU-1
11
KU-2
12
KU-3
13
KU-4
14
OTM-1
15
OTM-2
16
OTM-3
Fokus
1
2
3
4
1
1
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
2
3
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
1
4
1
2
1
2
1
2
Pertanyaan
1 s/d 10
11 s/d 17
18 s/d 22
23 s/d 33
1 s/d 10
1 s/d 10
18 s/d 22
6, 10
14 s/d 17
18 s/d 22
3, 4, 8
11 s/d 17
18 s/d 22
5, 9
11 s/d 17
18 s/d 22
5, 9
11 s/d 17
18 s/d 22
2
23 s/d 33
2
23 s/d 33
2
23 s/d 33
2
23 s/d 33
2
23 s/d 33
2
23 s/d 33
2
11, 12
2
11, 12
2
11, 12
Nara Sumber
Wagiso, SE,MM.
Jabatan
Plt. Ketua
Yayasan
Waktu
Kamis,18 Februari 2016
Pukul 07.45-08.50 WIB
Drs. H. Fauzi
Saleh
Hi. Abdul Kabir,
M.Ed,
Lusy Chaniago,
SE.
Pembina
Kamis,25 Februari 2016
Pukul 10.00-12.00 WIB
Senin, 22 Februari 2016
Pukul 11.00-11.45 WIB
Senin, 7 Maret 2016
Pukul 10.00-10.30 WIB
Dra. Mariana,
M.Pd.
Kabid.
Pendidikan
Selasa, 8 Maret 2016
Pukul 10.00-11.00 WIB
Ir. Hi. Prayitno,
M.T.
Kabag.
Sarana dan
Prasarana
Kabag.
Umum dan
SDM
Kepala TK
Senin, 14 Maret 2016
Pukul 09.00-10.00 WIB
Nurkholis, SE.
Fatmawati, S.Pd.
Eko Anzair, S.Si.
Elok Ratnasari
NH, S.Kom.
Taufik Hidayat,
S.Pd.
H. Yusuf, M.Pd.
Masdi Mustofa,
A.Md.
Anggun Resnapati
Wati
Dina
Pengawas
Bendahara
Kepala
SMA
Kepala
Pusdikkom
Kepala
Pusdikba
Kepala
Bimbel
Kepala
Asrama
Orang tua
murid
Orang tua
murid
Orang tua
murid
Selasa, 8 Maret 2016
Pukul 10.30-11.00 WIB
Kamis, 3 Maret 2016
Pukul 13.00-13.30 WIB
Rabu, 2 Maret 2016
Pukul 10.00-10.30 WIB
Sabtu, 19 Maret 2016
Pukul 10.00-10.30 WIB
Rabu, 16 Maret 2016
Pukul 13.00-13.40 WIB
Selasa, 8 Maret 2016
Pukul 13.30-14.15 WIB
Rabu, 16 Maret 2016
Pukul 10.45-11.30 WIB
Senin, 21 Maret 2016
Pukul 09.00-09.30 WIB
Selasa, 22 Maret 2016
Pukul 14.00-14.30 WIB
Sabtu, 26 Maret 2016
Pukul 14.00-14.20 WIB
3.4 Sumber Data Penelitian
Sumber data dalam penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua yaitu manusia dan
bukan manusia. Sumber data manusia berfungsi sebagai subjek atau informan.
Sedangkan sumber data bukan manusia berupa dokumen yang relevan dengan
44
fokus penelitian seperti gambar, foto, catatan rapat atau tulisan-tulisan yang ada
kaitannya dengan fokus penelitian.
Penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
sampling. Metode tersebut merupakan pemilihan informan dengan pertimbangan
tertentu yang disesuaikan dengan data apa yang diperlukan (Sugiyono, 2014:300).
Peneliti memilih informan yang dianggap memiliki pengetahuan yang memadai
terhadap objek penelitian. Informan pada penelitian ini sebanyak 16 orang dengan
rincian pada tabel berikut:
Tabel 3.2 Data Informan sebagai Sumber Data Penelitian
No
Informan
Jumlah
(orang)
1
Kode
Informan
KY
1.
Ketua Yayasan
2.
Pembina Yayasan
1
PY-1
3.
Pengawas Yayasan
1
PY-2
4.
Bendahara Yayasan
1
BY
5.
Kepala Bidang Yayasan
3
KBY
6.
Kepala Sekolah
2
KS
7.
Kepala Unit
4
KU
8.
Orang Tua Murid
3
OTM
TOTAL
16
Sumber Data Tentang
Merupakan informan kunci
Memperoleh data tentang visi
pendirian dan pengelolaan Yayasan Al
Kautsar
Memperoleh data yang berkaitan
dengan prespektif keuangan
Memperoleh data yang berkaitan
dengan prespektif proses internal serta
pertumbuhan dan pembelajaran
Memperoleh data yang berkaitan
dengan penerapan balanced scorecard
Memperoleh data yang berkaitan
dengan prespektif pelanggan
Pemilihan sumber informan tersebut supaya data yang diperoleh mewakili atau
repsesentatif dari keadaan yang sebenarnya yang berkaitan dengan
fokus
penelitian. Semua data yang terekam dalam catatan lapangan akan dibaca berkalikali untuk dipilih yang memiliki kaitannya dengan fokus penelitian dan diberi
45
kode berdasarkan sub-fokus peneliti dan sumbernya. Penggunaan kode adalah
untuk mempermudah memasukkan data ke dalam matrik cek data, sehingga akan
mempermudah
dalam
proses
menentukan
tingkat
kejenuhan
data
dan
memperkecil kesulitan didalam menganalisis data karena banyaknya data pada
akhir kegiatan pengumpulan data. Penulisan kode data adalah sebagai berikut :
W.A. B. XX. DDMMYY
Keterangan :
W
A
B
XX
DDMMYY
= Wawancara
= Kode Nomer Sub Fokus
= Kode Nomor Urut Pertanyaan
= Kode Informan
= Kode Tanggal, Bulan dan Tahun Wawancara
Sumber data bukan manusia berupa dokumentasi yang menyajikan data berkaitan
dengan rencana kerja, laporan keuangan, kondisi tenaga pengajar, kondisi murid
serta dokumen yang berkaitan dengan proses kegiatan pembelajaran.
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, untuk itu
teknik yang dipilih disesuaikan dengan jenis penelitian dan kondisi penelitian.
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi,
wawancara , dokumentasi dan gabungan ketiganya, akan tetapi yang lebih utama
adalah teknik wawancara mendalam. Teknik ini dapat mengungkapkan makna
yang tersembunyi dibalik suatu fenomena yang nampak. Sedangkan teknik
pengumpulan data dengan observasi dan dokumentasi digunakan untuk
membantu, memperkaya, dan melengkapi data penelitian.
46
Pengumpulan data dalam penelitian ini dapat dilakukan dalam berbagai setting,
berbagai sumber dan berbagai cara yaitu:
3.5.1 Pengamatan atau Observasi
Observasi melibatkan proses pengamatan dan ingatan. Pada penelitian ini
peneliti menggunakan observasi berpartisipasi lengkap. Peneliti terlibat
sepenuhnya mengamati langsung apa yang dikerjakan orang, mendengarkan
apa yang mereka ucapkan, dan berpartisipasi dalam aktivitas mereka.
Observasi yang dilakukan peneliti adalah mendeskripsikan penerapan
managemen strategik dengan pendekatan balanced scorecard di Yayasan Al
Kautsar. Alat yang akan digunakan adalah lembar observasi, yaitu untuk
mencatat hal-hal yang berkaitan dengan fokus penelitian. Adapaun
observasi yang dilakukan adalah :
(1) Melihat dan mendengar langsung tentang obyek yang diamati
(2) Mengamati obyek yang diteliti
(3) Mencatat hal-hal yang berhubungan dengan obyek penelitian
(4) Memahami obyek yang diteliti dengan membuat narasi
Pengamatan di lapangan bagi peneliti memberikan kesan-kesan pribadi dan
merasakan situasi sosial yang diteliti. Data observasi ini membantu peneliti
dalam melengkapi data penelitian dan membangun suasana obyek
penelitian. Observasi yang dihubungkan dengan penelitian memberikan
kesan yang berbeda bagi peneliti yang selama ini telah lama berinteraksi
dengan kondisi dan kegiatan yang ada di Yayasan Al Kautsar. Hal-hal yang
diamati dalam penelitian ini disajikan pada tabel 3.3 berikut ini:
47
Tabel 3.3 Daftar Observasi pada Yayasan Al Kautsar Lampung
No
Ragam Situasi yang Diamati
Keterangan
1.
Keadaan fisik dan lingkungan lembaga pendidikan
Yayasan Al Kautsar
Kegiatan yang perlu dan
penting
akan
diambil
foto/gambarnya
a. Kondisi fisik dan kelengkapan gedung
b.
Suasana lingkungan
c. Sarana dan prasarana
2.
Keadaan proses pembelajaran
pendidikan Yayasan Al Kautsar
di
lembaga
a. Suasana sekolah
b.
Suasana Kelas
c. Kegiatan ekstra kurikuler
3.
Kegiatan operasional Yayasan Al Kautsar
a. Suasana kerja
b.
Alur pekerjaan
Hasil observasi yang berkaitan dengan keadaan fisik dan lingkungan
memberi gambaran kondisi yang berkaitan dengan prespektif pertumbuhan
dan pembelajaran. Sedangkan observasi yang berkaitan dengan proses
pembelajaran dan kegiatan operasional tentunya akan memperjelas kondisi
yang berkaitan dengan prespektif proses internal.
3.5.2 Wawancara
Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang utama dalam
penelitian ini. Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara semi
terstruktur
yaitu jenis wawancara yang memungkinkan peneliti untuk
mengembangkan pertanyaan-pertanyaan lain atas jawaban informan selain
dari panduan wawancara (Sugiyono, 2014:320). Pedoman wawancara yang
digunakan hanya berupa garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Sedangkan pertanyaan akan ditujukan kepada informan dengan
efektif dan terarah, sehingga data yang diperoleh akan lebih banyak dan
sesuai.
48
Wawancara kepada informan dilakukan berdasarkan perjanjian yang
dilakukan terlebih dahulu agar tidak mengganggu kegiatan rutin informan.
Lamanya wawancara sekitar 30 menit sampai 2 jam dengan cara merekam
wawancara tersebut. Setelah kegiatan wawancara maka hasil rekaman
wawancara dan catatan hasil wawancara selanjutnya ditulis ulang dalam
bentuk transkrip wawancara. Wawancara dilakukan kepada: (1) Ketua
Yayasan, (2) Pembina, (3) Pengawas, (4) Bendahara Yayasan, (5) Kabid
dan Kabag, (6) Kepala Sekolah/Unit, dan (7) Orang Tua Murid.
Panduan bahan wawancara tentang manajemen strategik dengan pendekatan
balanced scorecard di Yayasan Al Kautsar Lampung disajikan dalam tabel
3.4 sebagi berikut:
Tabel 3.4 Daftar Taksonomi Domain Penelitian
Sub-Fokus
Penelitian
Menempatkan
visi, misi, tujuan
ke dalam empat
prespektif
balanced
scorecard
Indikator
1. Visi, misi dan tujuan pendirian
Yayasan Al Kautsar
2. Visi dalam empat prespektif
balanced scorecard
3. Misi dan tujuan dalam empat
prespektif balanced scorecard
Peta strategi
(Strategy map)
dari sasaransasaran strategik
keempat
prespektif
balanced
scorecard
1. Kelompok sasaran-sasaran
strategik dari RPJM dalam empat
prespektif balanced scorecard
2. Hubungan sebab akibat antara
sasaran strategik dari empat
prespektif balanced scorecard
Indikator kinerja
utama (Key
performance
indicator) dari
masing-masing
sasaran strategik
dalam keempat
prespektif
balanced
scorecard.
1. Indikator Kinerja Utama bagi
pencapaian setiap sasaran
strategik dalam RPJM
Informan
Teknik
Ketua Yayasan
Pembina
Pengawas
Bendahara
Kepala Bidang
Kepala Bagian
Kepala Sekolah
Kepala Unit
Orang Tua
Murid
Wawancara
Dokumentasi
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
Observasi
Wawancara
Dokumentasi
49
Sub-Fokus
Penelitian
Tantangan yang
dihadapi dalam
penerapan
balanced
scorecard di
Yayasan Al
Kautsar
Lampung
Indikator
Informan
1. Pengetahuan tentang strategik
Yayasan Al Kautsar dalam
pencapaian visinya
2. Pengetahuan tentang target dan
pencapaian target yang ditetapkan
oleh yayasan
3. Perencanaan kegiatan yang mendukung pencapaian visi yayasan
4. Pengetahuan tentang kebijakan
dan keputusan strategik
Teknik
Wawancara
3.5.3 Dokumentasi
Dokumentasi yang diambil dalam penelitian ini adalah dokumen-dokumen
yang berkaitan dengan rencana kerja, laporan keuangan, kondisi tenaga
pengajar, kondisi murid serta dokumen yang berkaitan dengan proses
kegiatan pembelajaran di Yayasan Al Kautsar. Studi dokumen merupakan
pelengkap dari penggunaan metode wawancara dalam penelitian kualitatif
karena penggunaan dokumen dapat meningkatkan kredibilitas hasil
wawancara (Sugiyono, 2014:329).
3.6 Analisis Data
Analisis data dalam penelitian kualitatif bersifat induktif dan berkelanjutan yang
terdiri dari deskripsi-deskripsi
yang rinci mengenai situasi, peristiwa, orang,
interaksi, dan perilaku. Dengan kata lain data merupakan deskripsi dari
pernyataan-pernyataan
seseorang
tentang
perspektif,
pengalaman,
sikap,
keyakinan dan pikirannya serta petikan isi dokumen yang berkaitan dengan suatu
program. Hal ini seperti yang dikemukan oleh Moleong bahwa proses analisa data
diawali dengan menelaah sejumlah data yang berasal dari berbagai sumber;
seperti wawancara, pengamatan, dokumentasi, dan sebagainya. Kemudian data
tersebut direduksi dengan membuat abstraksi yaitu membuat rangkuman,
50
kemudian menyusunnya dalam satuan serta membuat koding atau pengolahan
data (Moleong, 2015:247).
Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan secara interaktif yang dapat
digambarkan dengan suatu kerangka yang merangkum tiga rangkaian tahap
analisis, Miles dan Huberman dalam Sugiyono menjelaskan bahwa aktivitas
analisis data terdiri dari tiga tahap, yaitu: mereduksi data temuan (data reduction),
penyajian data dengan analisanya (data display), penarikan kesimpulan serta
verifikasi (conslussion drawing and verification) yang akurat, yang dilakukan
selama dan setelah pengumpulan data (Sugiyono, 2014:337).
Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemusatan perhatian pengabstraksian,
dan pentransformasian data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Proses ini berlangsung selama penelitian dilakukan, dari awal sampai
akhir penelitian. Pada tahap awal, melalui kerangka konseptual, permasalahan,
pendekatan pengumpulan data yang diperoleh dengan membuat ringkasan, kode,
dan mencari tema-tema. Dalam reduksi data ini peneliti memfokuskan pada halhal yang penting mengenai visi, misi, strategi, tujuan strategi dalam konteks
penggunaan balanced scorecard di Yayasan Al Kautsar. Data selanjutnya
disederhanakan dengan klasifikasi data dasar tema yang terbagi dalam empat
prerspektif balanced scorecard yaitu pelanggan, proses internal, pembelajaran dan
pertumbuhan serta keuangan.
Penyajian
data
adalah
sekumpulan
informasi
tersusun
yang
memberi
kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Bentuk
penyajiannya antara lain berupa teks naratif, matriks, grafik, dan gambar.
51
Tujuannya untuk memudahkan membaca dan menarik kesimpulan. Pada tahap ini
peneliti menyajikan data dalam bentuk gambar dan tabel mengenai visi, misi,
strategi, sasaran strategik dari keempat prespektif beserta indikator kinerja dari
masing-masing
sasaran
strategik
yang
ingin
dicapai.
Penarikan
kesimpulan/verifikasi adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah dianalisis.
Verifikasi berupa uji kebenaran terhadap makna yang muncul dari data yang telah
disajikan. Fokus peneliti pada tahap ini adalah abstraksi data yang tertuang dalam
gambar mengenai balanced scorecard dalam manajemen strategik Yayasan Al
Kautsar Lampung.
Data yang diperoleh direduksi sampai pada titik jenuh dan diperoleh kepastian
kesesuaian data antara satu informan dengan informan lainnya. Penarikan
kesimpulan/verifikasi adalah penarikan kesimpulan dari data yang telah dianalisis.
Setelah mendapatkan data-data yang diperlukan maka disusun untuk mendapatkan
gambaran tentang :
1. Penerjemahan dan jabaran visi, misi, dan tujuan startegik Yayasan Al Kautsar
dalam empat prespektif balanced scorecard.
2. Rancangan peta strategik dari sasaran-sasaran strategik yang menggambarkan
pola keterkaitan antara sasaran strategik tersebut.
3. Key performance indicators bagi setiap sasaran-sasaran strategik dalam
keempat prespektif balanced scorecard yang tercantum dalam RPJM.
4. Tantangan yang akan dihadapi untuk menerapkan balanced scorecard di
Yayasan Al Kautsar Lampung.
52
3.7 Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian kualitatif merupakan bagian yang
penting (Moleong, 2015:320). Tujuannya adalah untuk melihat tingkat
kepercayaan hasil penelitian dengan melakukan beberapa cara yaitu dengan
kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. Pada penelitian
ini untuk pengecekkan keabsahan data dilakukan uji kredibilitas data yakni
dengan
melakukan
perpanjangan
pengamatan,
meningkatkan
ketekunan,
triangulasi, diskusi dengan teman sejawat, kecukupan referensial, dan member
check.
Peneliti dalam penelitian kualitatif bertindak sebagai instrumen dengan demikian
keikutsertaannya dalam penelitian sangat menentukan dalam pengumpulan data.
Peneliti
tinggal
di
lapangan
penelitian
sampai
tercapainya
kejenuhan
pengumpulan data, selain itu juga menentukan hal-hal yang relevan dengan fokus
penelian dengan meningkatkan ketekunan.
Triangulasi digunakan untuk memeriksa keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai
pembanding terhadap data itu. Tujuannya adalah untuk meningkatkan pemahaman
peneliti terhadap apa yang dikemukakan oleh informan. Teknik yang dilakukan
adalah dengan membandingkan data yang telah dikumpulkan melalui wawancara,
observasi, dan dokumen.
Triangulasi sumber data dilakukan dengan cara menanyakan kebenaran suatu data
atau informasi yang diperoleh dari seorang informan kepada informan lainnya.
Sugiyono menyatakan bahwa triangulasi merupakan pemeriksaan data dengan
53
membandingkan data dari berbagai sumber, cara, dan waktu (Sugiyono,
2014:372).
Komentar dan tambahan informasi digunakan dalam memperbaiki catatan di
lapangan. Pengecekan ini hanya dilakukan peneliti kepada informan kunci.
Diskusi dengan rekan sejawat dalam kegiatan observasi merupakan hal yang
dilakukan sebagai upaya memperoleh data penelitian yang relevan. Hal ini
dilakukan dengan rekan sejawat yang memiliki pengetahuan dan keahlian yang
relevan, sehingga pada akhirnya data yang diperoleh dapat dijadikan bahan
pertimbangan dalam penyempurnaan penelitian. Kecukupan referensial yang
mendukung penelitian, dan member check merupakan teknik pemeriksaan yang
dilakukan untuk mendapatkan data yang dapat dipercaya (kredibel).
3.8 Tahapan Penelitian
Penelitian dilakukan melalui tahap pralapangan, tahap penelitian, tahap analisis
data dan pelaporan hasil penelitian, tahapan-tahapan tersebut dapat digambarkan
dalam gambar 3.1. Tahap pra-lapangan dalam tahapan kegiatan penelitian adalah
1) menyusun rancangan penelitian, 2) memilih lapangan penelitian, 3) mengurus
perizinan, 4) menjajaki dan menilai lapangan, 5) memilih dan memanfaatkan
informan, 6) menyiapkan perlengkapan penelitian, dan 7) persoalan etika
penelitian (Moleong, 2014:127-136). Rancangan penelitian dibuat agar peneliti
memiliki acuan selama mengadakan penelitian sehingga peneliti bisa fokus
terhadap batasan-batasan penelitiannya. Perizinan dibuat agar selama penelitian
tidak menghadapi kendala berkaitan dengan kegiatan peneliti selama di lapangan.
Sedangkan kegiatan penjajakan lapangan dilakukan agar peneliti dapat
54
menginformasikan kegiatan penelitiannya, dimana peneliti merupakan karyawan
di Yayasan Al Kautsar yang menjadi lokasi penelitian.
Tahap
PraLapangan
1.Menyusun
rancangan
penelitian
2.Mengurus
surat perizinan
3.Penjajakan
dan penilaian
lapangan
4.Persiapan
perlengkapan
penelitian
Tahap
Penelitian
Tahap
Analisis Data
Tahap
Pelaporan
1.Memahami
latar penelitian dan persiapan diri
2.Memasuki
lapangan
3.Mengumpulkan data
Peneliti
melakukan
analisis atas
data yang
terkumpul
Peneliti
melakukan
penyusunan
data hasil
penelitian
Gambar 3.1 Tahapan Penelitian.
Tahap pekerjaan lapangan atau tahapan penelitian merupakan tahapan yang dibagi
dalam tiga bagian, yaitu 1) memahami latar penelitian dan persiapan diri, 2)
memasuki lapangan, dan 3) berperanserta sambil mengumpulkan data (Moleong,
2014:137). Peneliti dalam upaya melakukan persiapan diri untuk memasuki
lapangan dan mengumpulkan data tentunya harus memahami latar penelitian
terlebih dahulu. Persiapan diri untuk memasuki lapangan berkaitan dengan
kesiapan peneliti baik secara fisik maupun mental untuk memasuki lapangan
penelitian sehingga kegiatan penelitian dapat berjalan dengan lancar. Adapun
kegiatan pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
55
Tahap analisi data dilakukan setelah semua data terkumpul untuk mengetahui
penjelasan atas fenomena yang terjadi dan menyatakan keabsahan data (Moleong,
2014:148). Tugas peneliti untuk melakukan analisis data terhadap seluruh data
yang terkumpul serta melakukan pengecekan keabsahan data.
Tahap pelaporan adalah tahap terakhir dari seluruh kegiatan rancangan penelitian,
dimana seluruh data yang berkaitan dengan fokus penelitian disajikan dalam
bentuk laporan. Data penelitian disajikan dalam bentuk informasi yang dapat
dibaca dan difahami oleh setiap pembaca. Pembahasan dilakukan sesuai dengan
sub-fokus bahasan penelitian berdasarkan pada hasil data penelitian.
BAB V
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Visi Yayasan Al Kautsar diterjemahkan dalam empat prespektif balanced
scorecard:
a. Prespektif pelanggan berarti peserta didik/lulusan yang mempunyai daya
saing, berakhlakul kharimah serta menguasai bahasa asing dan teknologi
informasi.
b. Prespektif proses internal berarti penyelenggaraan pendidikan dengan
kurikulum plus yaitu kurikulum nasional dengan penekanan penanaman
dan pembentukan pribadi yang islami serta kegiatan belajar mengajar yang
menyenangkan, pelayanan pendidikan yang berkualitas serta adanya unit
pendukung seperti bimbel, pusdikkom, dan pusdikba.
c. Prespektif pertumbuhan dan pembelajaran adalah tentang bagaimana
seluruh SDM serta sarana dan prasarana yang ada juga mempunyai
keunggulan, islami serta mengikuti perkembangan teknologi yang ada.
d. Prespektif keuangan berarti melakukan efisiensi anggaran dengan
melakukan skala prioritas terhadap rencana program kegiatan serta
pencarian sumber dana lain dari sektor bisnis.
137
Keempat prespektif tergambarkan dalam misi yayasan dimana untuk
prespektif pelanggan terdapat dalam misi pertama dan keempat, prespektif
proses internal tergambarkan pada misi kedua, prespektif pertumbuhan dan
pembelajaran tergambar pada misi ketiga dan keempat, sedangkan prespektif
keuangan tergambar dalam misi kelima.
2. Peta strategi (strategy map) Yayasan Al Kautsar dibangun oleh 11 (sebelas)
sasaran strategik yaitu 2 (dua) sasaran strategik dalam prespektif pelanggan; 3
(tiga) sasaran strategik dalam prespektif proses internal; 4 (empat) sasaran
strategik dalam prespektif pertumbuhan dan pembelajaran; serta 2 (dua)
sasaran strategik dalam prespektif keuangan. Masing-masing sasaran strategik
adalah kompetensi peserta didik/lulusan dan kepuasan pelanggan dalam
prespektif pelanggan. Proses pembelajaran, pelayanan pendidikan, dan unit
pendukung yang handal dan mandiri merupakan sasaran strategik prespektif
proses internal. Sasaran strategik prespektif pertumbuhan dan pembelajaran
terdiri atas profesionalisme dan kompetensi SDM, kesejahteraan dan loyalitas
SDM, kampus yang Siber-IT, aman dan islami, serta kelembagaan yang kuat.
Adapun dalam prespektif keuangan sasaran strategik terdiri atas efisiensi
dalam anggaran dan kemandirian dalam pendanaan.
3. Indikator Kinerja Utama (key performance indicators) bagi masing-masing
sasaran strategik telah tertuang dalam dokumen RPJM yayasan, prespektif
pelanggan terdapat 7 IKU, prespektif proses internal ada 8 IKU, prespektif
pertumbuhan dan pembelajaran terdapat 16 IKU, sementara dalam prespektif
keuangan ada 3 IKU.
138
4. Tantangan yang dihadapi adalah mempersiapkan jajaran manajemen untuk
mengubah cara pandang dalam melihat keberhasilan yang tidak hanya
berfokus pada apa yang diraih pada saat ini. Komunikasi yang lebih terbuka
dengan melakukan focus group discussion
agar sasaran-sasaran strategik
tersampaikan dengan baik, serta memberikan bekal pengetahuan tentang apa
itu balanced scorecard dan bagaimana cara kerjanya.
5.2 Implikasi
Penerapan balanced scorecard dalam perencanaan strategik akan semakin
memperjelas visi, misi, tujuan Yayasan Al Kautsar ke dalam sasaran dan inisiatif
strategik yang memiliki empat aspek yaitu komprehensif, koheren, terukur, dan
berimbang. Dengan demikian akan mempermudah top manajer di yayasan untuk
mengetahui kondisi pencapaian keberhasilan organisasi dengan peta strategi yang
ditunjukkan oleh pencapaian target dari setiap indikator kinerja.
5.3 Saran
Adapun saran yang diajukan sebagai berikut:
1. Untuk dapat menerapkan balanced scorecard di Yayasan Al Kautsar
Lampung diperlukan komitmen dan dukungan dari seluruh pegawai mulai dari
manajer puncak sampai karyawan di level bawah.
2. Sosialisasi tentang balanced scorecard harus dilakukan sebelum menerapkan
konsep ini, baik sebagai alat manajemen strategik maupun dalam pengukuran
kinerja agar dapat difahami dan dilaksanakan dengan baik dan tepat.
3. Yayasan Al Kautsar Lampung mengembangkan lebih lanjut hasil penelitian
ini agar balanced scorecard sebagai alat ukur kinerja dapat berfungsi.
139
4. Peneliti lain dapat melakukan penelitian serupa ataupun lanjutan sebagai
upaya mengembangkan dan menambah kajian ilmiah tentang penerapan
balanced scorecard di organisasi nirlaba khususnya lembaga pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Akdon, 2011. Strategic Management for Educational Management (Manajemen
Strategik untuk Manajemen Pendidikan). Bandung, Alfabeta.
Ali, Ahmad Zahid dan Syarifa Hanoum. 2012. Perancangan dan Pengukuran
Kinerja Rencana Strategis SMA Khadijah dengan Metode Balanced
Scorecard. Jurnal Teknik Pormits, Vol. I, No. 1.
Bryson, John M. 2002. Perencanaan Strategis Bagi Organisasi Sosial.
Yogyakarta, Pustaka Pelajar.
Chang, Otto H., Chee W. Chow. 1999. The Balanced Scorecard: A Potential Tool
for Supporting Change and Continous Improvement in Accountuing
Education. Accounting Education, Vol. 14, No. 3, August, p. 395-412.
Dikases dari http://www.aaajournals.org pada tanggal 12 Desember 2014
pukul 13.29 WIB.
Cobbold, I.M and G.J.G. Lawrie. 2002. The Development of The Balanced
Scorecard as a Strategic Management Tool. Performance Measurement
Association 2002.
Diakses dari www.drjohnsulivan.comwww.workinfo.com pada tanggal 27
Oktober 2015 pukul 12.27 WIB.
Cobbold, Ian, Gavin Lawrie and Khalul Issa. 2004. Designing a Strategic
Management System Using The Third-Generation Balanced Scorecard: A
Case Study. International Journal of Productivity and Performance
Management Vol. 53, No. 7, 2004.
Diakses dari www.researchgate.net pada tanggal 27 Oktober 2015 pukul
12.31 WIB.
Dally, Dadang. 2010. Balanced Scorecard; Suatu Pendekatan
Implementasi Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung, Rosda.
dalam
David, Fred R. 2009. Manajemen Strategik. Jakarta, Salemba Empat.
Gaspersz, Vincent. 2006. Sistem Manajemen Terintegrasi: Balanced Scorecard
dengan Six Sigma untuk Organisasi Bisnis dan Pemerintah. Jakarta,
Gramedia.
Giannopoulos, George., Andrew Holt, Ehsan Khansalar, and Stephkanie
Cleanthous. 2013. The Use of the Balanced Scorecard in Small Companies.
141
International Journal of Business and Management. Vol. 8, N0.14. Canada,
Canadian Center of Science and Education.
Diakses dari http://www.ccsenet.org pada tanggal 10 Februari 2015 pukul
13.03 WIB.
Hitt, Michael A., R. Duane Ireland, dan Robert E. Hoskisson. 2001. Manajemen
Strategi: Daya Saing dan Globalisasi; Konsep. Jakarta, Salemba Empat.
Hunger, J.David & Thomas L. Wheelen. 2003. Manajemen Strategis. Yogyakarta,
Andi.
IDN Summit. 2009. KPIs and Balanced Scorecards. Research Reports. FALL
2009 IDN Summit.
Diakses dari https://idnsummit.com/files/kpi.pdf pada tanggal 2 Februari
2016 pukul 09.05 WIB.
Imelda. 2004. Implementasi Balanced Scorecard pada Organisasi Publik, Jurnal
Ekonomi Akutansi Universitas Petra, Volume 6, Nomor 2, Halaman 106122.
Diakses dari http://www.gunadarma.ac.id pada tanggal 23 Juni 2015 pukul
09.00 WIB.
Kaplan, Robert S. 2001. Strategic Performance Measurement and Management in
Nonptofit Organizations. Nonprofit Management & Leadership, 11(3),
Spring 2001. New York, Josse-Bass, A publishing Unit of John Wiley &
Sons, Inc.
Diakses dari http://www.psu.ac.th pada tanggal 23 Juni 2015 pukul 08.59
WIB.
Kaplan, Robert S. 2010. Conceptual Foundations of The Balanced Scorecard.
Boston, Harvard Business Scholl. (Paper Work).
Diakses dari http://www.yimg.com pada tanggal 17 Desember 2014 pukul
11.57 WIB.
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 1996. The Balanced Scorecard;
Translating Strategy into Action. Boston, Harvard Business School Press.
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 2000. Menerapkan Strategi menjadi Aksi:
Balanced Scorecard. Jakarta, PT. Gelora Aksara Pratama.
Kaplan, Robert S. dan David P. Norton. 2007. Using the Balanced Scorecard as a
Strategic Management System. Harvard Business School Publishing.
Diakses dari http://www.noppa.tkk.fi pada tanggal 5 November 2014 pukul
11.15 WIB
Kaplan, Robert S. and Marvin Bowes. 1999. The Balanced Scorecard for Public –
Sector Organizations. Balanced Scorecard Report, Volume 1, Number 2.
Harvard Business School Publishing.
Karathanos, Demetrius and Patricia Karathanos. 2005. Applying the Balanced
Scorecard to Education. Journal of Education fo Business.
142
Diakses dari http://www.wilkes.edu pada tanggal 19 Agustus 2015 pukul
10.59 WIB.
Kementrian Keuangan RI. 2010. Panduan Pengelolaan Kinerja Berbasis Balanced
Scorecard di Lingkungan Kementrian Keuangan Republik Indonesia.
Luis, Suwardi, B. Psy., MBA., dan Prima A. Biromo, Ir., Dr. 2008. Step by Step in
Cascading Balanced Scorecard to Functional Scorecard. Jakarta,
Gramedia.
Mahsun, Muhamad. 2006. Pengukuran Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta, BPFE.
Malina, Mary A. and Frank H. Selto. 2001. Communicating and Controlling
Strategy: An Empirical Study of the Effectiveness of the Balanced
Scorecard. Journal of Management Acounting Research. Volume 13 Tahun
2001.
Diakses dari http://down.cenet.org.cn pada tanggal 24 Juni 2015 pukul
10.18 WIB.
Marr, Bernard. Understanding Key Performance Indicator Dashboard.
Diakses dari http://www.ap-institute.com/kpi-articles/understanding-keyperformance-indicator-dashboards.aspx pada tanggal 2 Februari 2016 pukul
08.35 WIB.
Martello, Michael, John G. Watson, and Michael J. Fischer. 2008. Implementing
A Balanced Scorecard In A Not-For-Profit Organization. Journal of
Business & Economic Research. Vol. 6, Number 9, bulan September.
Halaman 67 – 80.
Diakses dari http://clueteinstitute.com pada tanggal 23 Juni 2015 pukul
13.11 WIB.
Moleong, Lexy J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung, Remaja
Rosdakarya.
Mulyadi. 2005. Sistem Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard.
Yogyakarta, UPP AMP YKPN.
Nawawi, Hadari. 2003. Manajemen Strategik: Organisasi Non Profit Bidang
Pemerintahan dengan Ilustrasi di Bidang Pendidikan. Yogyakarta, Gadjah
Mada University Press.
Niven, Paul R. 2002. Balanced Scorecard Step-by-Step; Maximizing Performance
and Maintaining Results. New York, John Wiley & Sons, Inc.
Niven, Paul R. 2008. Balanced Scorecard Step-by-Step for Government and
Nonprofit Agencies 2nd. New Jersey, John Wiley & Sons, Inc.
Poureisa, Arman, Mohaddeseh Bolouki Asli Ahmadgourabi, and Ako Efteghar.
2013. Balanced Scorecard: A New Tool for Performance Evaluation.
Interdisciplinary Journal of Contemporary Research in Business, Vol.5
143
No.1. Diakses dari http://www.webs.com pada tanggal 17 Desember 2014
pukul 12.22 WIB.
Rahman, Arif dan Moses L. Singgih. 2012. Perencanaan Pengukuran Kinerja di
Lembaga Pendidikan Walisongo-Gempol dengan Menggunakan Balanced
Scorecard dan Analytic Hierarchy Process (AHP). Prosiding Seminar
Nasional Manajemen Teknologi XVI.
Ramadhan, Alvi Syahri. 2014. Analisis balanced scorecard sebagai Sistem
Perencanaan Strategis dan Pengukuran Kinerja pada Badan Pemeriksa
Keuangan. Skripsi. Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya.
Rangkuti, Freddy. 2015. SWOT Balanced Scorecard; Teknik Menyusun Strategi
Korporat yang Efektif plus Cara Mengelola Kinerja dan Risiko. Jakarta,
Gramedia.
Rohm, Howard. 2003. Improve Public Sector Results With A Balanced
Scorecard: Nine Steps To Success. The Balanced Scorecard Institute.
Diakses dari www.balanced scorecard.org pada tanggal 1 Juni 2016 pukul
15.00 WIB.
Sagala, Syaiful. 2013. Manajemen Strategik dalam Peningkatan Mutu
Pendidikan. Bandung, Alfabeta.
Sallis, Edward. 2010. Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan. Jogjakarta,
IRCiSoD.
Santhi, Made Widya. 2013. Aplikasi Manajemen Strategi dengan Pendekatan
Balanced Scorecard (Studi pada Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan
Provinsi Bali). Jurnal Aplikasi Manajemen. Volume II No. 4, Desember
2013.
Siagian, Sondang P. 2012. Manajemen Stratejik. Jakarta, Bumi Aksara.
Sipayung, Friska. 2009. Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan dan
Sistem Manajemen Strategis. Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2 Nomor 1
Januari 2009. Halaman 7 – 14.
Diakses dari http://www.ub.ac.id pada tanggal 23 Juni 2015 pukul 14.20
WIB.
Solihin, Ismail. 2012. Manajemen Strategik. Jakarta, Erlangga.
Sugiyono, 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung, Alfabeta.
Sugiyono. 2013. Cara Mudah Menyusun: Skripsi, Tesis, dan Disertasi. Bandung,
Alfabeta.
Sugiyono, 2014. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D). Bandung, Alfabeta.
144
Werner, Michael L dan Fuyuan Xu. 2012. Executing Strategy with the Balanced
Scorecard. International Journal of Financial Research. Volume 3, Number
1, Bulan Januari.
Diakses dari http://www.sciedu.ca/ijtr pada tanggal 10 Februari 2015 pukul
12.57 WIB.
Wijaya, David. 2014. Model Balanced Scorecard dalam Implementasi Manajemen
Berbasis Sekolah (MBS). Jurnal Ilmiah Manajemen Bisnis. Vol.14, No.1,
Mei 2014.
Diakses dari http://ejournal.ukrida.ac.id pada tanggal 24 Februari 2015
pukul 08.34 WIB.
Yayasan Al Kautsar. 2009. Rencana Jangka Panjang II Tahun 2009 – 2028
Yayasan Al Kautsar.
Yayasan Al Kautsar. 2010. Anggaran Dasar dan Rumah Tangga Yayasan Al
Kautsar.
Yayasan Al Kautsar. 2010. Statuta Yayasan Al Kautsar.
Yayasan Al Kautsar. 2013. Rencana Jangka Menengah II Tahun 2014 – 2018
Yayasan Al Kautsar.
Yayasan Al Kautsar. 2014. Laporan Tahunan Yayasan Al Kautsar Tahun 2013.
Yayasan Al Kautsar. 2015. Laporan Tahunan Yayasan Al Kautsar Tahun 2014.
Yayasan Al Kautsar. 2016. Laporan Tahunan Yayasan Al Kautsar Tahun 2015.
Yuksel, Harun, dan Ali Coskun. 2013. Strategy Focused Schools: an
implementation of the balanced scorecard in provison of education services.
-, Elsevier Ltd.
Diakses dari www.scinedirect.com pada tanggal 24 Juni 2015 pukul 10.27
WIB.
Yuwono, Sony, Edy Sukarno, dan Muhammad Ichsan (2002). Petunjuk Praktis
Penyusunan Balanced Scorecard: Menuju Organisasi yang Berfokus pada
Strategi. Jakarta, Gramedia Pustaka Utama.
Download