BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Surian (Toona sinensis Roem.) Surian adalah tumbuhan yang masuk ke dalam genus Toona dan merupakan anggota famili Meliaceae, satu famili dengan mahoni. Tumbuhan yang berasal dari Afganistan, India Bagian Selatan, Bagian Timur Korea, Papua New Guinea dan Bagian Timur Australia ini dikenal sebagai penghasil kayu berkualitas baik. Klasifikasi tumbuhan ini menurut Martawijaya (2005b) adalah: Kingdom : Plantae Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Sapindales Famili : Meliaceae Genus : Toona Species : Toona sinensis Genus toona memiliki lima spesies pohon yaitu Toona calantas atau Philippine mahogany, T. ciliata (syn. T. australis) yang disebut juga sebagai Australian red cedar, toon, suren atau Indian mahogany, T. febrifuga atau Vietnam mahogany, T. sinensis atau Chinese mahogany atau Chinese toon, dan T. sureni atau suren atau Indonesian mahogany. Perbedaan diantara mereka sulit diidentifikasi (Martawijaya 2005b). Pohon surian lurus dan berbanir, tergolong sedang sampai besar, dapat mencapai tinggi 40-60 m dengan tinggi bebas cabang hingga 25 m. Diameter pohon dapat mencapai lebih dari 100 cm. Kulit batang pecah-pecah dan terlihat seolah-olah saling tumpang tindih mirip kulit buaya, berwarna coklat keputihan, pucat hingga keabu abuan, dan mengeluarkan aroma apabila dipotong. Daun berbentuk oval dengan panjang 10-15 cm, menyirip tunggal, dengan 8-30 pasang daun pada pohon dewasa. Kayunya ringan, dengan gubal merah muda dan teras coklat (Heyne 1987). Salah satu kelebihan surian menurut Nurkhayat (2010) terletak pada daunnya yang tidak bisa dimakan oleh ternak sehingga tanaman dapat tumbuh tanpa gangguan. 4 Kayu surian bernilai tinggi dan mudah digergaji serta memiliki sifat kayu yang baik. Kayu berbau harum sehingga tahan terhadap serangan rayap maupun bubuk kayu dengan warna kemerahan. Kayu sering digunakan untuk membuat lemari, mebel, interior ruangan, panel dekoratif, kerajinan tangan, alat musik, kotak cerutu, finir, peti kemas, konstruksi, kayu perkakas, papan, peti, kotak cerutu, kayu bangunan,plywood, rangka pintu dan jendela, kayu perkapalan, seni ukir dan pahat, potlot,serta moulding. Surian juga sering ditanam di perkebunan teh sebagai pemecah angin. Jenis ini cocok sebagai naungan dan pohon di sepanjang tepi jalan. Beberapa bagian pohon, terutama kulit dan akar sering digunakan untuk ramuan obat diare. Kulit dan buahnya dapat digunakan untuk minyak atsiri (Nurkhayat 2010). Berdasarkan penelitian, surian memiliki kandungan bahan surenon, surenin dan surenolakton yang berperan sebagai penghambat pertumbuhan, insektisida dan antifeedant (menghambat daya makan) bagi larva serangga uji ulat sutera. Bahan-bahan tersebut juga terbukti merupakan repellant (pengusir atau penolak) serangga, termasuk nyamuk. 2.2 Sifat Fisis Kayu Sifat fisis kayu adalah sifat yang berhubungan dengan respon kayu terhadap air dan faktor lingkungan (terutama kelembaban udara / RH dan suhu) sehingga mempengaruhi wujud fisik dan penampilan (appearance) nya. Sifat fisis merupakan karakteristik yang kuantitatif dan sangat penting untuk diketahui karena berpengaruh terhadap kekuatan kayu. Menurut Bowyer et al. (2003), sifat fisis kayu yang penting adalah kadar air, kerapatan dan berat jenis kayu. 2.2.1 Kadar air Kadar air (KA) kayu didefinisikan sebagai banyaknya air yang terkandung dalam kayu, dan dinyatakan dalam persen terhadap berat kering tanurnya. KA kayu bervariasi tergantung jenis dan lokasinya dalam batang dan dapat berubah sesuai dengan kondisi iklim dimana kayu berada (Bowyer et al. 2003). 5 2.2.2 Kerapatan dan BJ kayu Kerapatan kayu adalah perbandingan antara masa atau berat kayu dengan volumenya, yang dinyatakan dalam g/cm3 atau kg/m3, sementara berat jenis (BJ) kayu adalah perbandingan antara kerapatan kayu dengan kerapatan air pada suhu 4ºC. BJ kayu merefleksikan jumlah seluruh bahan penyusun dinding sel. Kerapatan dan BJ kayu bervariasi menurut jenis, antar pohon dari satu jenis yang sama, bahkan dalam satu batang pohon (Bowyer et al. 2003). Dibandingkan dengan kerapatan, maka BJ kayu dapat lebih mencerminkan nilai kekuatan kayu. Semakin tinggi BJ, maka kekuatan kayu akan semakin meningkat. Variasi yang besar dari BJ kayu tidak saja dapat terjadi di antara pohonpohon pada jenis yang sama (variasi individual) tetapi juga diantara bagian-bagian pohon dari pohon yang sama. Selain itu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya variasi BJ kayu seperti umur pohon, kecepatan tumbuh dan lokasinya dalam batang (Oey, 1964). BJ kayu yang tinggi antara lain juga dapat disebabkan oleh kadar ekstratif yang tinggi atau endapan-endapan diantara serabut-serabut kayu (Den Berger 1923 dalam Oey 1964). Pada umumnya dapat dikatakan bahwa kayu yang terberat merupakan kayu yang terkuat. Keteguhan dan kekerasan kayu serta hampir semua sifat teknis lainnya berbanding lurus dengan BJ kayu. 2.3 Sifat Mekanis Sifat mekanis kayu adalah ketahanan kayu terhadap gaya-gaya yang berasal dari luar yang cenderung merubah bentuk kayu (Tsoumis 1991). Gaya luar atau beban tersebut dapat berupa tekanan, tarikan atau geseran. Faktor-faktor yang mempengaruhi sifat mekanis kayu antara lain BJ dan KA kayu, kayu teras dan kayu gubal, adanya riap tumbuh, arah serat dan tempat tumbuh. 2.3.1 Keteguhan lentur statis (static bending strength) Parker (1974) dalam Prasetyo (2001) menyatakan bahwa keteguhan lentur statis adalah ukuran kemampuan kayu untuk menahan beban yang bekerja tegak lurus sumbu batang di tengah-tengah balok yang disangga kedua ujungnya sehingga permukaan atas kayu mengalami tekanan, sedangkan yang di bawah 6 sumbu netral mengalami tarikan. Balok akan mengalami pelengkungan di bagian tengahnya. Pelengkungan yang terjadi dinamakan defleksi. Berdasarkan hubungan antara ukuran kayu, bentang, beban dan defleksi maka akan diperoleh nilai modulus of elasticity (MOE) dan modulus or rupture (MOR). Menurut Parker (1974) dalam Prasetyo (2001), dari pengujian keteguhan lentur statis akan diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas proporsi dan keteguhan kayu maksimum. Keteguhan kayu pada batas proporsi merupakan kemampuan kayu untuk menahan beban lentur tanpa terjadi perubahan bentuk yang tetap. Sifat ini biasanya dinyatakan dalam besaran MOE yang merupakan perbandingan antara beban dengan deformasi per unit luas. Keteguhan kayu maksimum diperoleh setelah kayu mengalami kerusakan, dan nilai ini menggambarkan kekuatan kayu yang biasanya dinyatakan dalam MOR. 2.3.2 Keteguhan tekan sejajar serat (compression strength) Keteguhan tekan sejajar serat adalah kemampuan kayu untuk menahan beban tekan yang terjadi pada kedua permukaannya. Keteguhan tekan sejajar serat digunakan untuk menentukan beban yang dapat dipikul oleh suatu tiang atau pancang yang pendek yang biasa terdapat pada konstruksi bangunan (Bowyer et al. 2003). 2.3.3 Kekerasan (Hardness) Kekerasan adalah kemampuan kayu untuk menahan kikisan. Kekerasan kayu juga dapat diartikan sebagai ukuran kekuatan kayu dalam menahan gaya yang dapat membuat lekukan. Kayu yang mempunyai nilai kekerasan yang tinggi cocok digunakan untuk lantai (Bowyer et al. 2003).