BAB ANTIBODI MONOKLONAL 11 11.1. PENDAHULUAN Spesifisitas respon imun telah membantu sebagai dasar untuk reaksi serologi, dimana spesifisitas antibodi digunakan untuk determinasi antigen secara kualitatif dan kuantitatif. Akan tetapi, kekuatan diskriminasi antibodi serum, bukan tanpa batas, sebab antigen yang diimunisasikan, yang biasanya mempunyai banyak epitop, menyebabkan produksi antisera yang berisi campuran antibodi dengan spesifisitas yang bervariasi untuk semua epitop. Sesungguhnya, antibodi terhadap epitop tunggalpun, biasanya juga merupakan campuran imunoglobulin dengan spesifik yang berbedanya halus (five specificities), dan maka dari itu afinitas berbeda untuk determinan tersebut. Selanjutnya, imunisasi dengan suatu antigen, memperluas macammacam populasi dari antibodi yang dibentuk oleh limfosit. Sel-sel ini dapat dipelihara dalam kultur hanya untuk waktu yang pendek (dalam hitungan hari), sehingga tidak praktis, jika mungkin, menimbulkan sel normal dan memperoleh klon yang memproduksi antibodi dengan spesifisitas tunggal. Pada tahun 1970 an, Milstein dan Kohler, mengembangkan metode untuk mendapatkan antibodi monoklonal, yang mendapatkan hadiah nobel untuk perkembangan ini. Antibodi monoklonal adalah populasi molekul antibodi yang homogen, diturunkan dari sel tunggal yang memproduksi antibodi, dimana semua antibodi identik dan spesifisitasnya persis sama untuk epitop yang diberikan. Milstein dan Kohler, mengambil keuntungan dari sifat sel plasma malignan yang imortal dan dapat dipelihara dalam kultur selama bertahun-tahun. Mereka memilih suatu populasi sel plasma malignan yang tidak mampu mensekresi Imunoglobulin, tetapi juga defisiensi enzim hypoxanthine guanine phosphoribosyl transferase (HGPRT), yang akan mati, kecuali HGPRT diberikan di kultur maupun dengan mempfusi sel dengan sel HGPRT. Sel malignan berfusi dengan sel limpa yang dipanen dalam keadaan segar dari tikus yang baru saja diimunisasi dengan antigen. Karena sel B limpa yang memproduksi antibody adalah HGPRT+, sel hibrida terdiri dari sel myeloma yang difusi dengan sel B yang kekurangan HGPRT dalam media kultur. 11.2. PRODUKSI ANTIBODI Bioteknologi untuk produksi hibridoma, yang dikembangkan oleh Kohler dan Milstein, diilustrasikan dalam gambar 1. Gambar 1. Skema Produksi Antibodi Monoklonal Pembuatan fusi seringkali diberi PEG. Nukleus dari sel hibrida juga berfusi, dan sel hibridoma kemudian mempunyai keduanya, yaitu kapasitas produksi imunoglobulin dan kemampuan hidup dalam kultur dalam media terpilih, seperti mengandung hipoksantin, aminopterin, dan timidin (HAT). Sel malignan yang defisiensi enzim menjadi mati, kecuali defisiensi dikoreksi dengan sel yang memproduksi enzim. Jadi, hibrid tersebut dapat dipisahkan dari sel malignan yang terkontaminasi, yang tidak dapat betahan hidup, sebab mereka tidak mempunyai enzim yang diperlukan. Sel-sel hibrid tersebut memproduksi antibodi spesifik diseleksi oleh beberapa tes dan dipropagasi dalam tissue culture. Setiap klon mensintesis antibodi dengan spesifisitas tunggal. Antibodi monoklonal dengan spesifisitas tinggi, digunakan untuk bermacam-macam prosedur, dari tes diagnostik spesifik sampai agen biologik yang digunakan dalam imunoterapi kanker. Dalam imunoterapi, bermacammacam obat atau toksin dikonjugasikan ke antibodi monoklonal, yang dalam perjalanannya mengirim senyawa ini untuk melawan sel tumor.