LAMPIRAN-1: DATA PERUSAHAAN

advertisement
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
PERTIMBANGAN UKURAN PERUSAHAAN, USIA SELAMA GO PUBLIC,
PELUANG PERTUMBUHAN, DAN ARUS KAS UNTUK MENENTUKAN
LEVERAGE, SERTA KETERKAITANNYA DENGAN PRESENT VALUE
DIVIDEN & NILAI EKUITAS MASA MENDATANG
Vidyarto Nugroho
Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanagara Jakarta
Email: [email protected]
Abstract: The decision of leverage and dividend are interesting phenomenom for
fundamental analysis. This researh use to several variables, such as : firm size, the age
of go public, opporutunity growth, cashflow, and the interaction of opportunity growth
with cashflow as predictor of the leverage and the present value of dividend return.
Then, the result of estimasion the present value of dividend will be correlated with the
equity value. The basis of theories used is developed from agency theory, pecking order
theory, and bird in the hand theory for making hypothesis. This research focus at
companies, which are listed in Indonesia Stock Exchange in year 2010 except financial
sectoc in 2010, with using purposive sampling method to get 82 specific samples. After
the testing of the qualify data, the final data is collected 76 companies. According to
regression models analysis and correlation analysis, find results: 1). Fims size &
cashflow can predict leverage decision in significant level 1%. 2). The age of go public,
cashflow, and the interaction cashflow with growth opportunity can predict the present
value of dividend return in significant level 1-10%. 3). Leverage decision can not
estimate accuratly toward present value of dividend return. 4). This result find the strong
positive coleration between PV dividend return with market value. 5). Result of anova
testing is proved that in leverage models significant in 5%, and then in PV dividend
model signifikan in 1%. Based on three theories above, finnaly the result show that firm
size, cashflow, and the age of go public consistenly as predictor financial decision for
fundamentaly analysis.
Key words: Leverage, firm size, age of go public, opportunity growth, cashflow, PV of
dividend return, equity value
Abstrak: Keputusan leverage dan dividen adalah fenomena yang menarik untuk analisa
fundamental. Penelitian ini menggunakan beberapa variabel, seperti: ukuran perusahaan,
umur go public, peluang pertumbuhan, arus kas, dan interaksi peluang pertumbuhan
dengan arus kas sebagai prediktor leverage dan nilai sekarang dari pengembalian
dividen. Kemudian, hasil dari estimasi nilai sekarang dividen akan berkorelasi dengan
nilai ekuitas. Dasar teori adalah pengembangan dari teori keagenan, teori pecking order,
dan teori bird in the hand untuk membuat hipotesis. Penelitian difokuskan pada
perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010, kecuali
industri sektor keuangan, dengan menggunakan metode purposive sampling diperoleh
sampel 82 perusahaan spesifik. Setelah dilakukan pengujian bebas dari kualitas data,
data akhir terkumpul 76 perusahaan. Berdasarkan analisis model regresi dan analisis
korelasi menemukan hasil: 1). Ukuran perusahaan dan Arus kas dapat memprediksi
keputusan leverage dalam tingkat signifikan 1%. 2). Usia go public, arus kas, dan
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
237
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
interaksi arus kas dengan peluang pertumbuhan dapat memprediksi nilai sekarang dari
pengembalian dividen dengan tingkat signifikan 1-10%. 3). Keputusan leverage tidak
dapat memperkirakan ketepatan terhadap nilai sekarang dari pengembalian dividen. 4).
Hasil menemukan kolerasi positif yang kuat antara nilai sekarang pengembalian
dividen dengan nilai pasar. 5). Hasil pengujian anova terbukti bahwa dalam model
leverage yang signifikan pada 5%, dan kemudian dalam model signifikan dividen PV
dalam 1%. Berdasarkan tiga teori di atas, hasilnya menunjukkan bahwa ukuran
perusahaan, arus kas, dan usia go public secara konsisten sebagai prediktor keputusan
keuangan untuk analisis fundamental.
Kata kunci: leverage, ukuran perusahaan, umur go public, peluang pertumbuhan, arus
kas, PV pengembalian dividen, nilai ekuitas
PENDAHULUAN
Sebagai perusahaan publik, segala keputusan strategik bidang keuangan akan berdampak
pada kinerja keuangan, berimbas pada bagian return diterima investor, serta bermuara
pada nilai saham. Dalam menjalankan keputusan investasi, tidak lepas dari keputusan
keuangan terlihat pada struktur modal perusahaan tersebut, dan kinerja kedua keputusan
tersebut akan tercermin pada kebijakan dividen. Ketiga keputusan penting ini dipastikan
memberikan signal positif bagi kinerja, (Lu, Liao & Yang; 2010, Chen, Firth & Fu; 2009,
Kapoor; 2009) sehingga setiap pengambilan keputusan harus berorientasi pada
kemakmuran pemegang saham. Berkaitan dengan struktur modal, manajer keuangan
dihadapkan pada situasi apakah akan memprioritaskan laba ditahan, utang atau ekuitas
sebagai pembiayaan kesempatan investasi? Kombinasi struktur modal menimbulkan biaya
modal (cost of capital) pada level tertentu, dan biaya ini nantinya akan digunakan sebagai
dasar menilai kelayakan peluang investasi. Di antara ketiga biaya tersebut, pada kondisi
normal biaya modal utang relatif lebih rendah dibandingkan ekuitas maupun emisi saham
baru, sehingga banyak perusahaan memilih menambah utang daripada menambah ekuitas.
Penggunaan utang memberi konsekuensi beban tetap berupa pembayaran bunga, sehingga
disebut sebagai leverage.
Dalam menjalankan aktivitas perusahaan terdapat dua kepentingan harus
diperhatikan antara keuntungan investasi dengan kewajiban kepada stakeholder, sehingga
diperlukan suatu fondasi untuk menelaah perencanaan struktur modal. Keuntungan
investasi sangat dipengaruhi salah satunya dari biaya modal, sementara tinggi/rendahnya
biaya modal sangat ditentukan oleh bauran/elemen sumber kapital yang digunakan oleh
perusahaan. Pada kondisi normal utang memiliki tingkat kemudahan, fleksibilitas, serta
biaya relatif murah, dibandingkan dengan sumber pendanaan eksternal ekuitas. Dengan
alasan ini pecking order theory memberi referensi untuk mengutamakan utang sebelum
ekuitas. (Shyam-Sunder & Myers; 1999, Frank & Goyal; 2002)
Pendekatan pecking order berdasarkan hirarkhi atau prioritas sumber dana yang
dikembangkan oleh Donalson pada 1961, dua puluh empat tahun kemudian dikembangkan
oleh Myer (1985) dan Baskin (1989). Pada intinya pendekatan ini berasumsi sebagai
berikut: sekuritas dengan biaya modal lebih rendah penggunaannya lebih didahulukan,
sebelum sekuritas dengan biaya modal lebih tinggi. Sebagai ilustrasi short term debt
digunakan terlebih dahulu sebelum emisi long term debt atau capitalized lease & secured
debt digunakan terlebih dahulu sebelum mengeluarkan unsecured debt. (Frank & Goyal;
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
238
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
2002) Penekanan investasi dengan biaya modal rendah akan menghindari investasi biaya
tinggi, sehingga menghasilkan laba investasi relatif besar serta mampu membagikan
dividen secara kontinyu kepada pemegang saham. Aplikasi teori pendanaan pada pecking
order theory akan memberi efek negatif terhadap dividen, karena POT lebih
memprioritaskan pada sumber dana internal (laba ditahan). Konsekuensi ini akan berimbas
pada kepentingan pemegang saham, karena bagian laba yang diberikan relatif kecil atau
bahkan menahan dividen.
Jika ingin mempertahankan dividen, tanpa menganggu aktivitas pertumbuhan
investasi, maka harus mencari sumber dana baru. Rasionalitas terhadap biaya modal,
menyebabkan utang jangka panjang sebagai opsi pertama karena emiten hanya
menanggung beban bunga, sementara dari beban tersebut bermanfaat pada penghematan
pajak. Hal ini berbeda dengan emisi saham baru (right issue) dinilai berbiaya modal paling
tinggi, karena perusahaan harus menanggung floation cost serta membayar dividen dalam
jumlah semakin besar. (Gitman; 2003) Selain itu jumlah saham beredar menjadi lebih
besar, sehingga jika tidak mampu mempertahankan laba bersih yang tinggi dapat
berpotensi menurunkan EPS. Dengan latar belakang ini perusahaan di Indonesia relatif
lebih banyak melakukan penambahan utang daripada penambahan saham.
Dengan mendisain struktur modal pada tingkat biaya modal relatif rendah,
diharapkan memberikan return secara optimal kepada pemegang saham. Secara umum
pemegang saham menginginkan dividen sebagai return, sehingga perusahaan diharapkan
membagikan dividen dengan pertumbuhan konstan sekian waktu ke depan. (Gitman;
2003) Pemegang saham akan mengestimasi penerimaan deviden pada beberapa waktu
mendatang, dimana dividen tersebut akan didiscontokan atau secara present value selama
beberapa tahun dengan tingkat disconto sebesar biaya ekuitasnya. Biaya ekuitas ini
sebagai tingkat return yang disyaratkan (required rate of return) oleh pemegang saham
atas nilai investasi saham pada perusahaan tersebut. Apabila nilai sekarang (present value)
dividen semakin besar, berarti pemegang saham menikmati pendapatan dalam jumlah
besar atau menguntungkan pada periode mendatang. Dengan demikian sangat perlu
mengkaitkan kronologis kondisi fundamental emiten terhadap desain struktur modal
(leverage), dengan potensi return dividen & nilai ekuitas masa mendatang.
Mengapa perusahaan perlu membayar dividen dan mengapa investor tertarik dengan
dividen? Black (1976) menegaskan dividen sebagai return atas investasi ditanamkan oleh
pemegang saham dalam suatu perusahaan yang cenderung berisiko. Dengan membayar
dividen berarti memberi reward kepada pemegang saham dan sebagai bentuk motivasi
bagi pihak lain agar bersedia membeli saham baru dengan harga lebih mahal. Aktivitas
dividen memberi signal stabilitas cashflow masa mendatang. (Kale & Noe; 1990) Dengan
demikian banyak pertimbangan serta strategi menentukan kebijakan dividen, tetapi pada
dasarnya tujuan kebijakan ini untuk menjaga reputasi perusahaan terhadap publik.
Pemegang saham berbagai belahan dunia pasti sangat memperhatikan berbagai faktor
untuk mengestimasi dividen. (La Porta, Silanes, Sheifer & Vishny; 1997, Al-Deehani;
2003, Chen & Dhiensiri; 2009, Zurigat & Gharaibeh; 2011, Faroghi, Karimi & Momeni;
2011, Subramaniam & Devi; 2011, Khan et al; 2011)
Rancangan riset ini mengembangkan model untuk mengkaitkan faktor, seperti: skala
perusahaan, usia selama IPO, peluang pertumbuhan, arus kas dalam menentukan tingkat
leverage, serta mengidentifikasi sejauhmana efek leverage tersebut terhadap estimasi
dividen masa mendatang. Kajian pertama: Berdasarkan Grascia & Mira (2005)
dikembangkan sebuah model untuk menelaah efek ukuran perusahaan, usia selama
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
239
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
melakukan IPO, peluang pertumbuhan, serta arus kas dalam menentukan leverage.
Diperkirakan sangat mungkin terjadi proses interaksi antara arus kas (cash flow) dengan
peluang pertumbuhan (growth opportunity). Terdapat fenomena ketika growth opportunity
(GO) rendah sedangkan cashflow (CF) tinggi, dipastikan perusahaan memiliki leverage
rendah. Sebaliknya ketika GO tinggi sedangkan CF rendah, dipastikan terjadi peningkatan
leverage. Interaksi GO*CF sebagai model untuk menilai sejauhmana esensi perilaku
pendanaan mengarah pada pecking order theory, karena pengutamaan sumber dana
internal. Selain itu ukuran perusahaan serta usia perusahaan selama IPO sangat
mempengaruhi kepiawaian direktur keuangan menyusun strategi struktur modalnya,
sehingga tidak terjebak biaya modal tinggi.
Kajian kedua: menelaah keterkaitan keputusan leverage beserta determinanya
terhadap dividen khususnya estimasi present value dividen. Berbagai penelitian
sebelumnya menelaah dividen dari berbagai latar belakang, seperti: Black (1976) dengan
dividend puzzle, Kalay (1982) berkaitan dengan konflik stockholder-bondholder, Brickley
(1983) terkait dengan kesejahteraan pemegang saham & information signaling,
Easterbrook (1984) terkait dengan masalah agency, Chang & Gone Ree (1988), Jenson,
Solberg & Zorn (1992), Chen & Steiner (1999) adanya efek substitusi antara kebijakan
utang vc dividen, Cruitley & Hanson (1989), Moh’d, Perry & Rimbey (1995) berkaitan
dengan struktur kepemilikan saham. Pada tingkat leverage tertentu, pihak direksi masih
mampu memberikan dividen kepada pemegang saham. Pada estimasi ini diasumsikan
dividen bertumbuh secara konstan sekian periode ke depan, dengan tingkat discounto
sebesar biaya ekuitas tertentu, dapat diestimasi present value dividen selama beberapa
tahun. (Gitman: 2003) Dari sisi investor biaya ekuitas sebagai tingkat diskonto atau
required rate of return ketika menilai harga wajar ekuitas, sementara emiten
menggunakan biaya modal ekuitas sebagai bagian dari total biaya modal (WACC) ketika
menilai kelayakan proyek. Dengan demikian sangat terjalin korelasi kuat antara leverage
dengan estimasi dividen.
Kajian ketiga: dilanjutkan menganalisis korelasi terjalin antara present value
dividen dengan nilai ekuitas. (Lease et al; 1999) Sebelumnya dibuktikan oleh Benartzi,
Michaely & Thaler (1997), adanya efek perubahan dividen terhadap reaksi pasar. Semakin
besar dividen dipastikan semakin besar cashflow diterima oleh pemegang saham, sehingga
meningkatkan nilai ekuitas seperti hasil penelitian Pourheydari (2008) pada sejumlah
perusahaan di Iran.
Penelitian difokuskan pada semua sektor non finansial terdaftar di BEI periode
2010, dengan tujuan untuk menyamakan jenis laporan keuangan serta untuk memudahkan
estimasi selama sekian tahun mendatang. Dengan demikian perlu dianalisis bagaimana
perusahaan sektor sektor tersebut mempertimbangkan berbagai faktor penting menentukan
leverage, serta bagaimana dampaknya pada estimasi dividen tiga periode mendatang.
Mengingat model ini melibatkan dua kebijakan penting dalam manajemen keuangan yaitu:
leverage & dividend policy, maka grand theory dikembangkan berawal dari capital
structure theory, agency theory dan dividend theory. Berdasarkan identifikasi fenomena
latar belakang masalah serta dengan pengembangan berbagai penelitian sebelumnya,
perumusan masalah pada penelitian ini sebagai berikut: (1) Apakah ukuran perusahaan
secara signifikan dapat memprediksi leverage?; (2) Apakah usia selama IPO secara
signifikan dapat memprediksi leverage?; (3) Apakah peluang pertumbuhan secara
signifikan dapat memprediksi leverage?; (4) Apakah arus kas secara signifikan dapat
memprediksi leverage?; (5) Apakah adanya interaksi antara peluang pertumbuhan & arus
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
240
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
kas secara signifikan dapat memprediksi leverage?; (6) Apakah secara bersama-sama
seluruh variabel independen signifikan memprediksi leverage?; (7) Apakah leverage
secara signifikan dapat memprediksi estimasi present value dividen masa mendatang?; (8)
Apakah leverage bersama dengan kelima variabel independen lain secara bersama-sama
signifikan memprediksi estimasi present value dividen masa mendatang?; (9) Apakah
terdapat korelasi positif secara signifikan antara hasil estimasi present value dividen
dengan nilai ekuitas?
Kerangka Pemikiran Dan Hipotesis. Penelitian ini menganalisis keputusan perusahaan
dalam menerapkan leverage dan dividen dalam rangka menciptakan nilai ekuitas bagi
pemegang saham. Variabel independen yang digunakan dalam model ini meliputi: ukuran
perusahaan, usia perusahaan go public, kesempatan pertumbuhan penjualan, arus kas dan
interaksi arus kas & kesempatam pertumbuhan. Kelima variabel digunakan sebagai
pertimbangan menentukan leverage, present value dividen dan nilai ekuitas. Grand theory
berdasarkan teori struktur modal serta agency theory & dividend theory.
Atas dasar kajian penelitian sebelumnya, seperti: Vidal & Ugedo (2005), Grascia &
Mira (2005), Chen & Strange (2006), Sen & Oruc (2008), Chen & Dhiensiri (2009), Afza
& Mirza (2010), Al-Kuwari (2009), Subramanyam & Devi (2011), Khan et al. (2011),
Faroghi, Karimi & Moment (2011), maka kerangka pemikiran rancangan riset ini
terangkum pada Gambar 1, selanjutnya digunakan sebagai dasar road map bagi riset ini
dalam merumuskan seluruh hipotesis yang diuji berdasarkan kajian teori di atas.
FIRM SIZE
H1
FIRM AGE
H2
GROWTH
OPPORTUNITY
H3
H6
H7
LEVERAGE
H8
PRESENT
VALUE
OF
DIVIDEN
H9 D
CASH FLOW
INTERACTION
GO*CF
H4
VALUE OF
EQUITY
H5
Gambar 1. Kerangka Pemikiran
Sumber: diolah oleh peneliti
Berdasarkan kerangka pemikiran pada Gambar 1, mekanisme perumusan hipotesis sesuai
kajian berikut ini:
Kajian Pertama: difokuskan pada sisi leverage, karena leverage ini berkaitan dengan
kebijakan struktur modal utang. Keterlibatan utang pasti berdapak pada cash flow
dihasilkan oleh perusahaan, tambahan beban/biaya modal utang sehingga mempengaruhi
laba bersih yang diperoleh perusahaan. Fakta memperlihatkan sebuah bukti bahwa
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
241
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
penjualan relatif berfluktuasi, sehingga kemampuan perusahaan menghasilkan profit juga
fluktuatif atau menjadi risiko yang harus dikaji dalam memprediksikan dividen bagi
pemegang saham. Dengan logika ini maka banyak pertimbangan yang dipertimbangkan
oleh investor dalam memotret kebijakan leverage pada suatu perusahaan. Berdasarkan
referensi Grascia & Mira (2005), Chen & Strange (2006), Sen & Oruc (2008)
dipertimbangkan berbagai faktor seperti: ukuran perusahaan, usia selama melakukan IPO,
peluang pertumbuhan, arus kas serta interaksi arus kas (cashflow) dengan peluang
pertumbuhan (growth opportunity). Sebagai fenomena ketika GO rendah sedangkan CF
tinggi, dipastikan perusahaan memiliki leverage rendah. Sebaliknya ketika GO tinggi
sedangkan CF rendah, dipastikan terjadi peningkatan leverage. Alur hubungan antara
variabel independen dengan leverage sebagai berikut:
1. Semakin besar perusahaan semakin banyak memiliki laba internal sehingga cenderung
membatasi utang. (Gracia & Mira; 2005, Sen & Oruc; 2008) Tetapi tidak menutup
kemungkinan memiliki pengaruh positif terhadap keputusan utang. (Darminto &
Manurung; 2008, Cotei & Farhat; 2009).
2. Sebaliknya semakin muda perusahaan, semakin sulit untuk mempertahankan laba
ditahan dalam jumlah besar sehingga menggantungkan pada utang dalam jumlah relatif
besar. (Gracia & Mira; 2005) Penelitian Chen & Strange (2005), menemukan positif
signifikan lamanya perusahaan IPO terhadap rasio utang di perusahaan China.
3. Vidal & Ugedo (2005), membuktikan keputusan investasi dipengaruhi oleh laba ditahan
pada perusahaan Spanyol. Sementara Gracia & Mira (2005) menemukan pengaruh negatif
kesempatan pertumbuhan dengan kebijakan utang juga pada sektor UKM di Spanyol.
Sebaliknya Sen & Oruc (2008) menemukan kondisi positif tidak signifikan pertumbuhan
aktiva terhadap utang di Istambul Stock Exchange, demikian Darminto & Manurung
(2008) pada sampel perusahaan terdaftar di JSE..
4. Fama & French (2002), membuktikan efek negatif profit terhadap utang, demikian juga
Mira (2001), Gracia & Mira (2005), menemukan efek negatif arus kas secara signifikan
terhadap utang pada perusahaan Spanyol. Sen & Oruc (2008), membuktikan pengaruh
negatif ROA terhadap leverage perusahaan manufaktur di Istambul Stock Exchange,
Viviani (2005) di Prancis. Untuk data Jakarta Stock Exchange, Darminto & Manurung
(2008) menemukan efek negatif tidak signifikan profit terhadap utang.
5. Gracia & Mira (2005), pada saat memiliki cash flow tinggi, sementara growth
opportunity relatif rendah, cenderung akan menggunakan utang rendah. Kondisi ini terjadi
karena tidak ada ekspansi sementara laba ditahan cukup tersedia, sehingga tidak perlu
menambah utang. Sebaliknya ketika memiliki cash flow rendah, sementara growth
opportunity relatif tinggi, terdapat kecenderungan menambah utang. Keputusan ini untuk
mendanai ekspansi, sehingga diperlukan menambah utang. Berdasarkan hasil kajian di
atas, maka rumusan hipotesis 1- 6 sebagai berikut:
1. HA1: Ukuran perusahaan secara parsial signifikan memprediksi leverage
2. HA2: Usia selama IPO secara parsial signifikan memprediksi leverage
3. HA3: Peluang pertumbuhan secara parsial signifikan memprediksi leverage
4. HA4: Arus kas secara parsial signifikan memprediksi leverage
5. HA5: Interaksi peluang pertumbuhan arus kas secara signifikan memprediksi leverage
6. HA6: Semua variabel secara bersama-sama signifikan memprediksi leverage
Kajian Kedua: dilanjutkan pada hubungan leverage serta determinanya terhadap dividen
khususnya untuk estimasi present value dividend.. Peningkatan leverage ada kemungkinan
membatasi dividen dengan tujuan untuk mengamankan kondisi finansial perusahaan.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
242
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Variabel prediktor yang dipilih untuk memprediksi dividen teridentifikasi dari: leverage,
ukuran perusahaan, usia selama melakukan IPO, peluang pertumbuhan, arus kas serta
interaksi arus kas (cash flow) dengan peluang pertumbuhan (growth opportunity).
Mekanisme hubungan variabel sebagai berikut:
1. Jenson, Solberg & Zorn (1992), Moh’d, Perry & Rimbey (1995), Chen & Steiner (1999)
membuktikan efek negatif financial leverage terhadap kebijakan dividen yang disebut
sebagai substitusi utang dengan dividen. Sedangkan Al-Kuwari (2009) leverage negatif
tidak signifikan terhadap dividen. Afza & Mirza (2010) membuktikan pengaruh negatif
leverage signifikan di perusahaan Pakistan.
2. Al-Kuwari (2009), membuktikan ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan
terhadap dividen. Ukuran ini diproksi berdasarkan Ln market capitalization, dimana
pada perusahaan besar cenderung membagikan dividen tinggi untuk menekan biaya
keagenan. Okpara (2010), membuktikan efek positif signifikan di Nigeria. Sedangkan
Afza & Mirza (2010) membuktikan efek negatif ukuran perusahaan di Pakistan.
3. Semakin lama perusahaan go public artinya sudah memiliki nama besar sehingga untuk
menjaga reputasi tersebut akan selalu mempertahankan membayar dividen. (Cruichley
& Hansen; 1989) Alasan tentang perlunya menjaga reputasi ini karena kebijakan
perusahaan besar akan menjadi perhatian banyak pihak, seperti: analis pasar modal,
calon investor baru, pengamat ekonomi, kreditor/perbankan, wali amanat, lembaga
pemeringkat efek dan sebagainya, sehingga sangat penting untuk menjaga konsistensi
dalam hal dividen.
4. Afza & Mirza (2010) membuktikan pengaruh positif signifikan pada operating cash
flow di perusahaan Pakistan. Subramanyam & Devi (2011), mendeteksi efek positif
profit (ROA) terhadap dividen di Malaysia. Jensen (1986), Rosdini (2009) menemukan
pengaruh positif free cash flow terhadap dividen di Indonesia, Al-Kuwari (2009)
menemukan positif tidak signifikan free cash flow terhadap dividen.
5. Al-Kuwari (2009) menemukan pengaruh negatif tidak signifikan pertumbuhan market
capitalization terhadap dividen. Rozeff (1982), pertumbuhan perusahaan signifikan
terhadap dividen. Chen & Dhiensiri (2003) membuktikan efek negatif signifikan di New
Zealand.
6. Mengacu pada Gracia & Mira (2005), pada saat memiliki cash flow tinggi, sementara
growth opportunity relatif rendah, cenderung tidak menambah utang rendah, sehingga
cash flow tersebut digunakan untuk membayar dividen. Kondisi ini terjadi karena tidak
ada ekspansi sementara laba ditahan cukup tersedia, sehingga untuk meningkatkan
kesejahteraan pemegang saham serta untuk menekan agency cost maka dilakukan
pembagian dividen. Sebaliknya ketika memiliki cash flow rendah, sementara growth
opportunity relatif tinggi, terdapat kecenderungan menambah utang, sehingga akan
dilakukan pengetatan dividen.
Pada penelitian ini mengestimasi cash flow dividen diasumsikan bertumbuh secara
konstan sekian periode ke depan, dengan tingkat discounto sebesar biaya ekuitas tertentu,
dapat dikalkulasi present value dividend selama beberapa tahun. (Gitman: 2003) Dari sisi
investor sebagai biaya ekuitas. Berdasarkan pendekatan tersebut, rumrusan hipotesis 7-8
sebagai berikut: (1) HA7: Leverage secara parsial signifikan memprediksi present value
dividen; (2) HA8: Leverge & kelima variabel independen secara bersama-sama signifikan
dapat memprediksi present value dividen.
Kajian Ketiga: menganalisis korelasi terjalin antara present value dividen dengan nilai
ekuitas. (Lease et al; 1999) Sebelumnya juga dibuktikan oleh Benartzi, Michaely & Thaler
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
243
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
(1997), adanya efek perubahan dividen terhadap reaksi pasar. Semakin besar dividen
dipastikan semakin besar cash flow atau return diterima oleh pemegang saham, sehingga
meningkatkan market value ekuitas, seperti hasil riset Pourheydari (2008) terjadi pada
sejumlah perusahaan di Iran. Berdasarkan model dividend discounted cashflow, dengan
kiblat pada bird in the hand theory, maka dapat identifikasi bagaimana korelasi terjadi
antara present value dividend dengan nilai ekuitas. (Gitman; 2003) Alasan menganut bird
in the hand theory karena pada dasarnya preferensi pemegang saham di Indonesia
menyukai dividen relatif besar, sebagai return atas investasi cenderung terjadi
ketidakpastian. Walaupun realisasinya tidak semua perusahaan mampu membayarkan
dividen secara tetap. Perumusan hipotesis 9 sebagai berikut:
HA9: Terdapat korelasi signifikan antara present value dividen dengan nilai ekuitas
METODE
Populasi diambil dari semua sektor kecuali industri sektor keuangan & sejenisnya yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010. Metode pemilihan sample
menggunakan teknik purposive sampling. (Indriantoro & Supomo; 2002, Sekaran; 2003)
Dalam metode pemilihan sample ini hanya akan dipilih perusahaan yang memiliki kriteria
khusus sesuai dengan pengembangan rumusan masalah/tujuan penelitian. Bagi perusahaan
tidak memiliki kriteria di bawah ini, maka tidak dipilih sebagai sampel. Kriteria sebagai
berikut: (1) Membayar dividen pada periode 2009/2010; (2) Menggunakan utang atau
leverage 2009/2010; (3) Memiliki laporan keuangan 2008/2010; (4) Memiliki informasi
harga saham 2009/2010
Penelitian menggunakan analisis regresi berganda, sederhana dan korelasi untuk
memprediksi ukuran perusahaan, usia selama IPO, peluang pertumbuhan, arus kas, dan
interaksi GO*CF terhadap leverage. Untuk estimasi model regresi berganda (ordinary
least square) perlu dilakukan pengujian normalitas, outlier dan asumsi klasik. Menurut
Nachrowi & Usman (2006) dalam persamaan regresi, semua koefisien penduga harus
tidak bias, efisien dan varian minimum atau BLUE (best linier unbiased estimate).
Pengembangan persamaan diformulasikan sebagai berikut:
Y1 Leverage = a0 + b1Size + b2Age + b3GO + b4CF + b5GO*CF + e
Y2 Pv dividend= a0 + b1Leverage + e
Y3 Pv dividend= a + b1Leverage + b2Size + b3Age + b4GO + b5CF + b6GO*CF + e
Y4 Value
= ƒ Pv dividend
Keterangan: Leverage = Total utang dibagi dengan total aktiva; PV dividend = Present
value return dividen selama 3 tahun mendatang dengan tingkat diskonto biaya ekuitas
berbasis dividend discounted cashflow; Value = Estimasi nilai ekuitas; Size = Ln total
aktiva; Age = Usia selama IPO dari tahun 2010; GO = Prosentase perubahan penjualan
tahun observasi dengan penjualan tahun sebelumnya; CF = Ln laba bersih; GO*CF =
Efek interaksi antara peluang pertumbuhan dengan arus kas
Berdasarkan persamaan tersebut pers. 1 untuk menguji H1-H6, pers. 2 untuk menguji H7,
pers. 3 untuk menguji H8 sedangkan pers. 4 untuk menguji H9. Pengujian pengaruh
parsial menggunakan t test, sementara uji serempak berdasarkan anova dengan taraf
signifikan 1-10%. Hipotesis alternatif diterima apabila nilai sig. < 5% atau nilai t hitung >
t tabel. Tanda/arah hipotesis disesuaikan dengan perilaku pecking order theory agency
theory, agency theory dan dividend theory seperti terangkum Tabel 1.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
244
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Tabel 1. Tanda Diharapkan Masing-Masing Variabel
Nama
Variabel
Firms size
Firms age
Cashflow
Growth opportunity
Cashflow*Growth
opportunity
Leverage
PV Dividend
Y1
Leverage
positif
positif
negatif
negatif
negatif
Y2
PV Dividend
-
Y3
PV Dividend
positif
positif
positif
negatif
positif
Y4
Intrinsic Value
-
-
Negatif
-
negatif
-
positif
Sumber: diolah
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengujian Hipotesis Persamaan Leverage. Pengujian leverage melibatkan lima variabel
independen dengan nilai R2 sebesar 0,148 dan adj R2 sebesar 0,087 artinya keputusan
utang sebanyak 8,70% sangat ditentukan oleh kelima variabel tersebut, sedangkan sisanya
91,30% diprediksi oleh variabel di luar model atau masih banyak prediktor lain untuk
memprediksi leverage pada perusahaan di Indonesia.
Tabel 2. Regresi Leverage
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
Size
Age
GO
CF
CFGO
Standardized Coefficients
B
Std. Error
-,032
,250
,105
,033
,000
,003
,091
,226
-,205
,065
-,001
,012
t
Sig.
Beta
,782
,001
,085
-,775
-,020
-,129
3,180
,007
,402
-3,140
-,098
,898
,002
,994
,689
,002
,922
a Dependent Variable: Leverage
Sumber: diolah
Pengujian HA1 berdasarkan Tabel 2 teridentifikasi ukuran perusahaan (Size)
menghasilkan nilai t hitung sebesar +3,180 dengan signifikansi sebesar 0,002.
Berdasarkan hasil tersebut teridentifikasi bahwa: hitung > t tabel (3,180 > 2,381)
sementara sig. 0,002 < 0,01. Nilai t tabel sebesar 2,381 didapatkan dari tabel distribusi t
pada tingkat signifikansi 1% one tailed, pada tingkat degree of freedom sebesar 70
diperoleh t tabel sebesar 2,381. Disimpulkan hipotesis pertama diterima, dengan arah
koefisien ukuran perusahaan positif signifikan seperti pengembangan teori sebelumnya.
Setiap terdapat peningkatan total aktiva sebesar satu satuan cenderung meningkatkan total
utang sebesar 10,50%. Fenomena ini harus diwaspadai agar tidak terjebak pada utang yang
tinggi sehingga menurunkan laba & nilai perusahaan.
Pengujian HA2 teridentifikasi usia perusahaan selama IPO (Age) menghasilkan nilai t
hitung sebesar +0,007 dengan signifikansi sebesar 0,994. Hasil berbeda dengan pengujian
sebelumnya karena nilai t hitung < t tabel (0,007 < 2,381) sementara sig 0,994 > 0,01.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
245
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Hasil menunjukkan hipotesis kedua ditolak atau lamanya perusahaan IPO tidak dapat
digunakan untuk memprediksi leverage. Walaupun hasil tidak signifikan, tetapi memiliki
arah koefisien positif sesuai dengan pengembangan teori sebelumnya, sehingga semakin
lama perusahaan terdaftar di pasar modal belum tentu meningkatkan struktur modal utang,
karena dapat disubstitusi oleh laba ditahan atau penambahan ekuitas.
Pengujian HA3`teridentifikasi peluang pertumbuhan penjualan (GO) menghasilkan
nilai t hitung sebesar +0,402 dengan signifikansi sebesar 0,689. Hasil ini juga berbeda
dengan pengujian pertama karena nilai t hitung < t tabel (0,402 < 2,381) sementara sig
0,689 > 0,01. Hasil menunjukkan hipotesis ketiga ditolak karena potensi pertumbuhan
penjualan tidak sepenuhnya mampu memprediksi leverage, walaupun memiliki arah
koefisien positif sesuai dengan pengembangan teori sebelumnya. Setiap terjadi kenaikan
1% penjualan cenderung meningkatkan total utang sebesar 9,10%, tetapi angka tersebut
belum tentu konsisten sebagai dasar memprediksi leverage.
Pengujian HA4 teridentifikasi arus kas (CF) menghasilkan nilai t hitung sebesar
-3,140 dengan signifikansi sebesar 0,002. Hasil seiring dengan pengujian pertama, karena
hasil nilai t hitung > t tabel (3,140 > 2,381) sementara sig 0,002 < 0,01. Hasil
menunjukkan hipotesis keempat diterima, karena setiap terjadi perubahan arus kas
sepenuhnya mampu memprediksi leverage. Dapat diartikan setiap terjadi peningkatan arus
kas, diprediksikan pasti akan menurunkan leverage sebesar 20,50% sehingga perilaku
pendanaan lebih sesuai dengan pecking order theory.
Pengujian HA5 teridentifikasi interaksi arus kas dengan peluang pertumbuhan
(CF*GO) menghasilkan nilai t hitung sebesar -0,098 dengan signifikansi sebesar 0,922.
Hasil tidak seiring dengan pengujian pertama & keempat, karena hasil nilai t hitung < t
tabel (0,098 < 2,381) sementara sig 0,922 > 0,01. Hasil menunjukkan hipotesis kelima
ditolak, karena setiap terjadi interaksi arus kas dengan pertumbuhan tidak sepenuhnya
mampu memprediksi leverage. Setiap terjadi peningkatan arus kas & peluang
pertumbuhan, hanya mampu menurunkan leverage sebesar 0,10% sehingga prosentase ini
tidak mampu memprediksi leverage secara signifikan. Walaupun demikian perilaku
pendanaan dalam struktur modal ini relatif konsisten dengan pecking order theory, karena
lebih mendahulukan sumber dana internal.
Pengujian HA6 pada Tabel 3 teridentifikasi nilai signifikansi anova sebesar 0,045
dengan nilai f hitung sebesar 2,438 sementara f tabel hanya sebesar 2,35 pada tingkat 5%.
Hasil menunjukkan f hitung > f tabel atau 2,438 > 2,35 sementara sig 0,045 < 0,05 atau
signifikan 5% Hasil menunjukkan hipotesis keenam diterima, dimana secara bersamasama seluruh variabel independen memprediksi leverage.
Tabel 3. Pengujian Anova Model Leverage
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of Squares
,437
2,507
2,943
df
5
70
75
Mean Square
,087
,036
F
2,438
Sig.
,043(a)
a Predictors: (Constant), CFGO, Age, Size, GO, CF
b Dependent Variable: Leverage
Sumber: diolah
Pengujian Hipotesis Persamaan PV Dividend. Pengujian PV Dividend melibatkan enam
variabel independen dengan nilai R2 sebesar 0,322 dan adj R2 sebesar 0,263 artinya
estimasi PV dividend mampu diprediksi oleh keenam variabel independen sebanyak
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
246
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
26,30% sedangkan sisanya sebanyak 73,70% lebih dominan diprediksi oleh variabel di
luar model.
Tabel 4. Regresi PV Dividend
Model
1
(Constant)
Leverage
Size
Age
CF
GO
CFGO
Unstandardized
Coefficients
B
Std. Error
-1355,256
796,226
322,660
379,976
-136,625
112,423
30,680
9,892
566,919
221,242
-846,234
717,764
61,255
39,250
Standardized
Coefficients
Beta
t
Sig.
-1,702
,849
-1,215
3,102
2,562
-1,179
1,561
,091
-,287
,326
,607
-,224
,287
,093
,399
,228
,003
,013
,242
,123
a Dependent Variable: PVDiv
Sumber: diolah
Tabel 5. Regresi Leverage-PV Dividend
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
Leverage
B
420,168
-81,006
Standardized
Coefficients
Std. Error
201,723
411,022
t
Sig.
Beta
-,023
2,083
-,197
,041
,844
a Dependent Variable: PVDiv
Sumber: diolah
Pengujian HA7 pada Tabel 5 teridentifikasi leverage menghasilkan nilai t hitung sebesar
+0,849 dengan signifikansi sebesar 0,399. Hasil ini tidak sesuai dengan harapan
sebelumnya, karena hasil nilai t hitung < t tabel atau 0,399 < 2,381 sementara sig 0,399 >
0,01. Hasil menunjukkan hipotesis tujuh ditolak, karena setiap peningkatan leverage tidak
sepenuhnya meningkatkan PV dividend. Efek terjadi relatif lemah, karena setiap
peningkatan 1% leverage hanya mampu merubah/meningkatkan PV dividend sebesar Rp.
322,660,- per lembar saham. Nilai koefisien positif pada leverage menunjukkan hasil tidak
sepenuhnya menganut pecking order theory, karena seharusnya lebih mempertahankan
laba ditahan daripada membayar dividen. Kondisi ini menunjukkan berlakunya trade off
models dalam penentuan utang.
Jika dibandingkan dengan Tabel 5, hasil regresi sederhana ditemukan perilaku
leverage secara terbalik. Setiap kenaikan 1% pada leverage, cenderung menurunkan PV
dividend sebesar Rp. 81,- per lembar saham dengan signifikansi lemah. Nilai t hitung
sebesar 0,197 dengan signifikansi 0,844 menunjukan leverage tidak signifikan
memprediksi PV dividend. Walaupun tidak signifikan, tetapi hasil ini membuktikan bahwa
keputusan yang terkait dengan rencana pembagian dividen akan selalu berkaitan dengan
rencana kebijakan struktur modal perusahaan, seperti yang dibuktikan oleh Al-Shubiri
(2011) pada perusahaan di Aman Stock Exchange.
Pengujian HA8 pada Tabel 6 teridentifikasi nilai signifikansi anova sebesar 0,000 dengan
nilai f hitung sebesar 5,453. Hasil menunjukkan f hitung > f tabel dimana f tabel
ditemukan sebesar 3,07 atau 5,453 > 3,07 dengan nilai sig. 0,000 < 0,01. Nilai f tabel
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
247
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
ditemukan dengan menggunakan tabel distribusi f pada jumlah regresor enam dengan
degree of freedom 69 diperoleh nilai 3,07. Hasil menunjukkan hipotesis delapan diterima,
karena secara bersama-sama seluruh variabel independen dapat memprediksi PV Dividen
pada tingkat 1%.
Tabel 6. Pengujian Anova PV Dividend
Model
1
Regression
Residual
Total
Sum of
Squares
11841133,787
24971123,748
36812257,535
df
Mean Square
6 1973522,298
69 361900,344
75
F
5,453
Sig.
,000(a)
a Predictors: (Constant), CFGO, Leverage, Age, Size, GO, CF
b Dependent Variable: PVDiv
Sumber: diolah
Jika dilakukan komparasi diperoleh hasil bahwa prediktor estimasi PV dividend adalah:
usia perusahaan IPO, arus kas dan interaksi arus kas dengan kesempatan pertumbuhan.
Usia perusahaan IPO signifikan memprediksi PV dividend pada tingkat 1%, karena t
hitung 3,102 > t tabel 2,326. Demikian juga dengan arus kas signifikan memprediksi
estimasi PV dividend pada tingkat 5%, karena t hitung 2,562 > t tabel 1,960. Selanjutnya
interaksi CF*GO secara positif mampu memprediksi PV dividen pada tingkat 10%.
Signifikansi 10% teridentifikasi pada sig. sebesar 0,123 dengan asumsi pengujian ini one
tailed, maka 0,123/2 = 0,0511 atau signifikan 10%. Nilai t hitung sebesar 1,561 > t tabel
sebesar 1,282 artinya signifikan 10%. Perilaku ketiga variabel tersebut memberi efek
positif atau cenderung meningkatkan PV dividend.
Pengujian HA9 teridentifikasi nilai korelasi antara PV Dividend dengan nilai
ekuitas. Berhasil ditemukan tingkat korelasi sebesar 0,422 atau signifikan pada tingkat
1%. Dengan demikian hipotesis sembilan diterima pada tingkat 1%. Hasil ini seiring
dengan Lease et al (1999), bahwa terjalin korelasi antara present value dividend dengan
nilai ekuitas, dibuktikan bahwa intrinsik saham (harga wajar sekuritas) dinilai berdasarkan
present value atas dividend cash flow pada masa mendatang.
Tabel 7. Korelasi PV Div-Value
PVDiv
PVDiv
Value
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
Pearson Correlation
Sig. (2-tailed)
N
1
.
76
,422(**)
,000
76
Value
,422(**)
,000
76
1
.
76
** Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: diolah
Ukuran Perusahaan Terhadap Leverage. Ukuran perusahaan pada 76 sampel
perusahaan di BEI sangat signifikan memprediksi leverage dengan erah koefisien positif
terhadap leverage. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin besar skala perusahaan atau
semakin besar total aktivanya, maka cenderung meningkatkan leverage. Hal ini terkait
dengan struktur aktiva, dimana aktiva tersebut dapat digunakan sebagai kolateral
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
248
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
mendapatkan pinjaman seperti dalam analisis kredit 5C, atau memang pengadaannya
struktur aset tersebut didanai dari utang. Dengan demikian semakin besar ukuran
perusahaan akan meningkatkan leverage. Hasil penelitian ini tidak konsisten dengan
Gracia & Mira (2005), Sen & Oruc (2008) bahwa semakin besar perusahaan semakin
banyak memiliki laba internal sehingga cenderung membatasi utang. Tetapi hasil ini
sesuai dengan riset sebelumnya di BEI Darminto & Manurung (2008) dan Cotei & Farhat
(2009) di Turkey.
Rata-rata ukuran perusahaan sebanyak 14,56 sementara leverage mencapai 45% dari
struktur modal. Nilai rata-rata leverage tersebut relatif masih tinggi mengingat hanya
melibatkan 76 observasi, sehingga masih sangat memungkinkan banyak perusahaan
menggunakan utang tinggi. Kondisi ini masih konsisten dengan survey majalah SWA
(2002), dihasilkan rata-rata rasio leverage setiap sektor industri di Indonesia tahun 1997
s/d 2001 di atas 50%, bahkan ada mencapai 86% tahun 1998, yang didominasi oleh
industri textile mill & product. (Manurung; 2012). Data survey menunjukkan pada seputar
krisis moneter 1998 perusahaan memiliki leverage tinggi, sehingga untuk estimasi kondisi
saat ini perlu dikontrol pengelolaan leverage tersebut agar tidak memicu risiko/kegagalan
finansial bagi perusahaan terkait, seperti pada kasus krisis 14 tahun lalu.
Usia Perusahaan Selama IPO Terhadap Leverage. Dalam jumlah observasi yang sama,
ternyata usia perusahaan melakukan IPO belum mampu sebagai prediktor yang baik
terhadap leverage. Walaupun tidak signifikan, prediktor ini memiliki arah koefisien positif
terhadap leverage yang menunjukkan semakin lama sebagai perusahaan Tbk, maka
cenderung meningkatkan leverage. Keputusan menambah utang lebih banyak dilakukan
dibandingkan dengan menambah saham, terkait dengan faktor biaya modal serta
pertimbangan menjaga jumlah saham beredar. Selain itu juga terkait dengan tingkat
kepercayaan pihak kreditor kepada perusahaan tersebut, sehingga dinilai akan lebih
konsisten menjaga reputasi perusahaan atau menjaga performance kreditnya. Hasil ini
relatif konsisten dengan temuan Chen & Strange (2005), bahwa terdapat efek positif
signifikan lamanya perusahaan IPO terhadap rasio utang pada perusahaan China.
Sebaliknya tidak sesuai dengan Gracia & Mira (2005), semakin baru suatu perusahaan
melakukan IPO, masih relatif terbatas dalam mengakumulasi laba ditahan sehingga lebih
menggantungkan pada utang. Alasan yang menyebabkan pengaruh ini tidak signifikan
dikarenakan dari 76 observasi memiliki vareasi cukup tinggi lamanya IPO, dengan waktu
terlama IPO selama 32 tahun dan terbaru 3 tahun IPO. Kondisi ini menyebabkan vareasi
cukup tinggi sebesar 7,447 sehingga hasil menjadi tidak signifikan. Walaupun sudah
memiliki predikat perusahaan go public, tetapi dengan vareasi rentang usia IPO yang
berbeda menunjukkan klasifikasi tingkat kemapanan perusahaan sehingga perilaku
pendanaanya juga relatif berbeda.
Peluang Pertumbuhan Terhadap Leverage. Peluang pertumbuhan juga relatif belum
mampu sebagai prediktor terhadap leverage. Walaupun tidak signifikan, prediktor ini
memiliki arah koefisien positif ditunjukkan oleh semakin banyak peluang penjualan
cenderung akan meningkatkan leverage. Konsisten dengan sebelumnya, kesempatan
investasi akan didanai dengan utang, dengan alasan utama seputar penghematan biaya
ekuitas, serta untuk menjaga jumlah saham beredar. Dengan adanya pertumbuhan
penjualan mengindikasikan kondisi bisnis yang baik sehingga tidak mengganggu
kepercayaan kreditor memberikan pinjaman. Hasil relatif konsisten dengan Sen & Oruc
(2008) menemukan kondisi positif tidak signifikan pertumbuhan aktiva terhadap utang di
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
249
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Istambul Stock Exchange, demikian juga riset Darminto & Manurung (2008) pada sampel
perusahaan terdaftar di Jakarta Stock Exchange. Sebaliknya hasil tidak sesuai dengan
Vidal & Ugedo (2005), yang membuktikan keputusan investasi dipengaruhi oleh kesiapan
laba ditahan pada perusahaan Spanyol. Demikian juga Gracia & Mira (2005) menemukan
pengaruh negatif kesempatan pertumbuhan dengan kebijakan utang juga pada sektor UKM
di Spanyol.
Hasil regresi menunjukkan kelemahan peluang pertumbuhan sebagai prediktor
leverage. Salah satu faktor dikarenakan oleh adanya vareasi data relatif tinggi antara
perusahaan yang mampu meningkatkan pertumbuhan (sebanyak 46 perusahaan) dengan
perusahaan mengalami penurunan penjualan (sebanyak 36 perusahaan). Sebagai
pembanding dengan regresi sebelumnya, dilakukan pemisahan dua kelompok data
sehingga diperoleh hasil bahwa: arah koefisien pertumbuhan relatif sama terhadap
leverage, seperti tabel-tabel berikut ini. Walaupun menghasilkan arah koefisien relatif
sama, tetapi memiliki esensi berbeda antara dua kelompok tersebut.
Tabel 8. Pertumbuhan Meningkat
Unstandardized
Coefficients
Model
1
(Constant)
GO
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
,427
,053
,072
,295
t
Sig.
Beta
,038
8,119
,244
,000
,809
a Dependent Variable: Leverage
Sumber: diolah
Tabel 9 menunjukkan pada saat mengalami peningkatan penjualan cenderung akan
meningkatkan leverage. Pada situasi ini investasi baru didanai dengan utang karena
keterbatasan sumber dana internal. Karena jumlah sampel setelah pemisahan sangat
terbatas, maka hasil masih tidak signifikan seperti regresi sebelumnya. Ketergantungan
utang relatif lebih rendah dengan kelompok yang mengalami penurunan penjualan,
dibuktikan oleh nilai konstanta sebesar 42,70% dengan signifikansi 1%.
Tabel 9. Pertumbuhan Menurun
Unstandardized
Coefficients
Model
B
1
(Constant)
GO
Standardized
Coefficients
Std. Error
,465
,046
,088
,239
t
Sig.
Beta
,065
10,070
,369
,000
,715
a Dependent Variable: Leverage
Sumber: diolah
Tabel 10 menemukan arah koefisien peluang pertumbuhan masih sama terhadap leverage,
tetapi dengan logika bahwa semakin besar/tajam penurunan penjualan menyebabkan
keterbatasan finansial sehingga cenderung akan menggunakan sumber dana utang untuk
mencukupi kebutuhan sumber dana. Ketergantungan pada utang relatif lebih besar pada
situasi ini, dibuktikan dengan konstanta sebanyak 46,50% signifikan 1%.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
250
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Arus Kas Terhadap Leverage. Konsisten dengan ukuran perusahaan, arus kas pada 76
sampel perusahaan di BEI sangat signifikan memprediksi leverage dengan erah koefisien
negatif terhadap leverage. Hasil ini menunjukkan semakin besar arus kas/laba bersih akan
cenderung mengurangi leverage, karena terkait dengan ketersediaan sumber dana internal.
Observasi sebanyak 76 perusahaan dalam kondisi profit sehingga tidak ditemukan sampel
merugi & mampu membayar dividen. Dalam kondisi tersebut masih memiliki sumber
dana internal relatif besar sehingga cenderung tidak bergantung pada utang. Perilaku ini
konsisten dengan pecking order theory, serta selaras dengan hasil banyak peneliti
mengenai arus kas terhadap leverage, seperti: Fama & French (2002), membuktikan efek
negatif profit terhadap utang, Mira (2001), Gracia & Mira (2005), menemukan efek
negatif arus kas secara signifikan terhadap utang perusahaan Spanyol. Sen & Oruc (2008),
membuktikan pengaruh negatif ROA terhadap leverage perusahaan manufaktur di
Istambul Stock Exchange, Viviani (2005) di Prancis. Untuk data Jakarta Stock Exchange,
Darminto & Manurung (2008) menemukan efek negatif tidak signifikan profit terhadap
utang.
Interaksi Peluang Pertumbuhan & Arus Kas Terhadap Leverage. Konsisten dengan
arus kas, maka adanya interaksi arus kas dengan peluang pertumbuhan (CF*GO) tidak
signifikan memprediksi leverage, dengan arah koefisien negatif terhadap leverage.
Kondisi interaksi di atas memunculkan 4 spekulasi perilaku: (a) Pada kondisi memiliki
arus kas besar tetapi sedikit peluang investasi, maka perilaku pendanaan cenderung
mengurangi leverage.; (b) Sebaliknya ketika arus kas relatif rendah sementara menghadapi
peluang investasi relatif besar, maka perilaku pendanaan cenderung meningkatkan
leverage.; (c) Pada kondisi memiliki arus kas & peluang pertumbuhan relatif besar, maka
perilaku pendanaan akan menurunkan leverage.; (d) Sebaliknya ketika kondisi memiliki
arus kas & peluang pertumbuhan relatif rendah, maka perilaku pendanaan akan
meningkatkan leverage.
Keempat spekulasi tersebut, mengarahkan efek negatif terhadap leverage terkait
dengan ketersediaan/kecukupan sumber dana internal. Dengan adanya sumber dana
internal cenderung tidak bergantung pada utang, sehingga perilaku konsisten dengan
pecking order theory. Hasil penelitian ini tidak signifikan, sehingga spekulasi di atas tidak
selalu berlaku pada 76 sampel penelitian. Walaupun demikian arah negatif koefisien ini
sesuai dengan Gracia & Mira (2005), pada saat memiliki cash flow tinggi, sementara
growth opportunity relatif rendah, cenderung akan menggunakan utang rendah. Kondisi
tersebut karena tidak ada ekspansi sementara laba ditahan cukup tersedia, sehingga tidak
perlu menambah utang. Sebaliknya ketika memiliki cash flow rendah, sementara growth
opportunity relatif tinggi, kecenderungan menambah utang.
Leverage Terhadap PV Dividend. Model ini mengestimasi cashflow dividen dengan
asumsi pertumbuhan secara konstan tiga periode ke depan. Sesuai dengan model present
value, maka tingkat discounto diukur sebesar biaya ekuitas yang dikalkulasi berdasarkan
dividend discounted cashflow models. (Gitman: 2003) Pada persamaan ini leverage secara
parsial berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap estimasi PV Dividend. Hasil ini
menandakan pada saat utang relatif besar, kebijakan perusahaan cenderung membagikan
dividen rendah, sehingga estimasi PV dividend selama tiga kedepan juga cenderung
rendah. Walaupun tidak signifikan, tetapi perilaku substitusi leverage-dividend ini sesuai
dengan Afza & Mirza (2010) membuktikan pengaruh negatif leverage signifikan di
perusahaan Pakistan, serta konsisten dengan Jenson, Solberg & Zorn (1992), Moh’d, Perry
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
251
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
& Rimbey (1995), Chen & Steiner (1999) yang membuktikan efek substitusi financial
leverage terhadap dividen. Perilaku pada 76 perusahaan di BEI lebih sesuai dengan riset
Al-Kuwari (2009) dimana leverage negatif tidak signifikan terhadap dividen pada 191
perusahaan di negara kawasan teluk (Timur Tengah).
Leverage & Variabel Lainnya Terhadap PV Dividend. Pada pengujian secara bersamasama, ditemukan efek positif leverage terhadap PV Dividend. Hasil tersebut hampir
senada dengan pendapat Baskin (1988) ketika perusahaan membayar dividen tinggi pada
periode sebelumnya, terdapat kecenderungan menggunakan utang lebih banyak pada
periode berikutnya. Efek ini sesuai dengan riset Subramaniam & Devi (2011) pada kasus
perusahaan terdaftar di Bursa Malaysia. Tetapi pada saat dilakukan regresi sederhana atau
tanpa melibatkan prediktor lainnya, ternyata mampu membelokkan preferensi terhadap
dividen. Pada saat perusahaan memiliki utang relatif besar, terdapat kecenderungan untuk
menurunkan dividen, tetapi kondisi tidak tentu selalu dilakukan oleh perusahaan sehingga
hasil tidak signifikan. Hasil ini lebih sesuai dengan Faroghi, Karimi & Momeni (2011).
Ukuran perusahaan berdampak negatif tidak signifikan terhadap estimasi PV
Dividen, sehingga pada kasus perusahaan besar terdapat kecenderungan tidak
meningkatkan dividen atau bahkan tidak membagikan dividen. Walaupun tidak signifikan
tetapi arah ini sesuai dengan Afza & Mirza (2010) yang membuktikan efek negatif ukuran
perusahaan di Pakistan. Hasil tersebut berbeda dengan riset Al-Kuwari (2009), yang
membuktikan pengaruh positif signifikan ukuran perusahaan terhadap dividen, dengan
catatan proksi ukuran perusahaan Ln market capitalization. Pada perusahaan besar
cenderung membagikan dividen tinggi untuk menekan biaya keagenan. Okpara (2010),
juga membuktikan efek positif signifikan di Nigeria.
Pengaruh usia IPO ternyata signifikan terhadap PV Dividend, dimana semakin lama
perusahaan go public artinya sudah memiliki nama besar sehingga untuk menjaga reputasi
tersebut akan selalu mempertahankan membayar dividen. (Cruichley & Hansen; 1989)
Alasan perlunya menjaga reputasi, karena setiap kebijakan atau corporate action
perusahaan besar akan menjadi perhatian publik, seperti: analis pasar modal, calon
investor baru, pengamat ekonomi, kreditor/perbankan, wali amanat, lembaga pemeringkat
efek dan sebagainya, sehingga sangat penting untuk menjaga konsistensi terhadap
kewajiban kepada pemegang saham. Kecenderungan membagikan dividen secara lebih
besar pada perusahaan sudah lama IPO, sebagai strategi menekan konflik keagenan
dengan pihak pemegang saham, sehingga menyenangkan harapan pemegang saham yang
memiliki preferensi terhadap bird in the hand theory.
Konsisten dengan usia selama IPO, prediktor arus kas memberi efek positif signifikan
terhadap PV Dividend, sehingga peningkatan laba bersih berdampak menurunkan leverage
dan meningkatkan dividen. Bukti kedua menandakan perilaku ini relatif menyenangkan
bagi pemegang saham yang menganut bird in the hand theory. Perilaku pemegang saham
di Indonesia menyukai dividen sebagai return investasi, sehingga pada saat perusahaan
menghasilkan laba bersih (tidak mengalami kerugian), maka dilakukan pembagian
dividen. Hasil ini seperti temuan Khan et al. (2011) yang dilatarbelakangi oleh sektor riel
di Karachi Stock Exchange sangat mengharapkan dividen. Hasil konsisten juga dengan
riset Afza & Mirza (2010) membuktikan pengaruh positif signifikan operating cashflow
perusahaan Pakistan. Subramanyam & Devi (2011), mendeteksi efek positif ROA
terhadap dividen di Malaysia. Jensen (1986), Rosdini (2009) menemukan pengaruh positif
free cash flow di Indonesia.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
252
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Peluang pertumbuhan memberi efek negatif tidak signifikan terhadap PV Dividend,
sehingga tidak mampu sebagai prediktor bagi estimasi dividen. Walaupun tidak signifikan,
tetapi perilaku ini sesuai Al-Kuwari (2009) menemukan pengaruh negatif tidak signifikan
pertumbuhan market capitalization terhadap dividen. Rozeff (1982) membuktikan
pertumbuhan signifikan terhadap dividen, Chen & Dhiensiri (2003) membuktikan efek
negatif signifikan di New Zealand. Hasil menjadi signifikan karena vareasi tinggi antara
pertumbuhan positif vc negatif.
Perbandingan data dilakukan untuk dikelompokkan perusahaan yang penjualannya
mengalami peningkatan dan penurunan. Tabel 10 memperlihatkan kelompok pertama:
dimana peningkatan penjualan mensignalkan adanya peluang investasi & peluang
menghasilkan laba yang bagus pada masa mendatang, sehingga untuk mendukung peluang
tersebut akan disuport menggunakan laba ditahan. Kebijakan ini menyebabkan terjadi efek
penurunan pembagian dividen atau sesuai dengan hasil regresi sebelumnya maupun hasil
riset Al-Kuwari (2009). Tindakan dilakukan untuk mengimbangi kapasitas penggunaan
utang yang sudah digunakan sebagai sumber pendanaan.
Tanpa mempertimbangkan peluang penjualan, kelompok ini mampu menghasilkan
estimasi present value pembayaran dividen sebesar Rp. 665,- per lembar, nilai ini lebih
besar dibandingkan pada nilai konstansta Tabel 11. Karena jumlah sampel setelah
pemisahan ini menjadi sangat terbatas, maka hasil ini masih tidak signifikan seperti hasil
regresi berganda.
Tabel 10. Kenaikan Penjualan
Model
1
(Constant)
GO
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
B
Std. Error
665,405
334,898
-229,170 1882,536
Beta
t
Sig.
1,987
-,122
-,019
,054
,904
a Dependent Variable: PVDiv
Sumber: diolah
Sementara Tabel 12 teridentifikasi hasil sebaliknya dimana pada saat penjualan menurun
(pertumbuhan penjualan negatif), maka keputusan RUPS memutuskan membagikan
dividen lebih rendah. Pada kondisi ini potensi pertumbuhan dividen (diproksi oleh ROE)
juga relatif kecil, sehingga hasil estimasi present value dividend relatif rendah
dibandingkan dengan kelompok perusahaan yang mengalami peningkatan penjualan.
Walaupun penjualan menurun, tetapi keputusan membagikan dividen tetap dilakukan oleh
kelompok ini, sehingga hasil estimasi PV Dividend sebesar Rp. 260,- per lembar.
Keputusan dilakukan karena perusahaan masih mampu menghasilkan arus kas (laba bersih
positif), seperti temuan Khan et al. (2011).
Interaksi antara arus kas dengan peluang pertumbuhan berdampak positif signifikan
terhadap PV Dividend pada tingkat 10%. Hasil ini konsisten dengan Gracia & Mira
(2005), pada saat memiliki cash flow tinggi, sementara growth opportunity relatif rendah,
cenderung tidak menambah utang rendah, sehingga cashflow tersebut digunakan untuk
membayar dividen.
Tabel 11. Penurunan Penjualan
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
t
Sig.
253
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
1
(Constant)
GO
B
Std. Error
259,944
71,361
418,302
370,308
Beta
,196
3,643
1,130
,001
,267
a Dependent Variable: PVDiv
Sumber: diolah
Kondisi ini terjadi karena tidak ada ekspansi sementara laba ditahan cukup tersedia,
sehingga untuk meningkatkan kesejahteraan pemegang saham serta untuk menekan
agency cost maka dilakukan pembagian dividen. Sebaliknya ketika memiliki cash flow
rendah, sementara growth opportunity relatif tinggi, terdapat kecenderungan menambah
utang, sehingga akan dilakukan pengetatan dividen.
Korelasi PV Dividend dengan Equity Value. Berdasarkan 76 data teridentifikasi adanya
korelasi positif signifikan antara estimasi PV Dividend dengan nilai ekuitas. Berdasarkan
model dividend discounted cash flow, dengan kiblat pada bird in the hand theory, maka
dapat identifikasi bagaimana korelasi terjadi antara present value dividend dengan nilai
ekuitas. (Gitman; 2003) Hasil ini seiring dengan Lease et al (1999), bahwa terjalin korelasi
antara present value dividend dengan nilai ekuitas, dibuktikan bahwa intrinsik saham
(harga wajar sekuritas) dinilai berdasarkan present value atas dividend cash flow yang
diberikan pada masa mendatang. Perbedaan antara nilai fundamental atau nilai intrinsik
dengan harga pasar saham menyebabkan pada under atau over valued suatu ekuitas.
(Gitman; 2003, Elliott, Koëter-Kant & Warr; 2007) Jika intrinsik value > price market
berarti kondisi saham under valued, sebaliknya jika intrinsik value < price market berarti
kondisi over valued. Permasalahan sering ditemukan salah penilaian (misvaluation)
ekuitas, sehingga perlu menelaah seberapa besar deviasi antara nilai fundamental saham
(intrinsic value) dengan harga pasar saham sebelum memutuskan kebijakan pendanaan,
investasi maupun dividen. Sebelumnya dibuktikan oleh Benartzi, Michaely & Thaler
(1997), adanya efek perubahan dividen terhadap reaksi pasar. Semakin besar dividen
dipastikan semakin besar cash flow atau return diterima oleh pemegang saham, sehingga
meningkatkan market value ekuitas, seperti hasil riset Pourheydari (2008) terjadi pada
sejumlah perusahaan di Iran.
PENUTUP
Berdasarkan pada 76 sampel perusahaan di ICMD periode 2010, diperoleh hasil bahwa
ukuran perusahaan, usia selama IPO dan arus kas sebagai prediktor signifikan terhadap
leverage dan PV Dividend. Persamaan leverage menghasilkan R 2 sebesar 0,148 & adj R2
sebesar 0,087 sehingga sangat dimungkinkan banyak determinan lain sebagai prediktor
keputusan leverage perusahaan di Indonesia. Persamaan PV Dividend menghasilkan R 2
sebesar 0,322 dengan adj R2 sebesar 0,263 sehingga sangat memungkinkan dipengaruhi
oleh faktor lainnya.
DAFTAR RUJUKAN
Al-Dhieni. T.M. (2003). Determinant of dividend policy: The case of Kuwait, Journal of
economic & administrative science, Vol 19 (2). December. PP: 59-76.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
254
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Al-Kuwari. D. (2009). Determinant of the dividend policy in emerging stock exchange:
The Case of GCC Countries. Global Economy & Finance Journal. Vol.2 (2)
September. PP: 38-63.
Al-Shubiri. F.N. (2011). Determinants of change dividend behavior policy: Evidence from
the Aman Stock Exchange, Far East Journal Psicology and Businnes, Vol 4. (2),
August. PP: 1-15.
Afza. Talat., H.H. Mirza. (2010). Ownership structure and cashflow as determinant of
corporate dividend policy in Pakistan. International Bussiness Research, vol:3. (3).
July. PP: 210-221.
Baskin, J. (1989). An empirical investigation of pecking order hypothesis, Financial
Management, 18, PP: 26-35.
Benartzi, S.R., Michaely, and R. Thaler. (1997). Do change in dividend signal the future
or the past?. Journal of Finance, No. 52, PP: 1007-1034.
Black, F. (1976). The dividend puzzle, Journal of Portfolio Management, Vol. 2, Winter,
PP: 72-77.
Brickley, J.A. (1983). Shareholder wealth, information signaling, and the special
designated dividend., Journal of financial Economic, vol 12, August, PP: 187-209.
Brigham, E.F., Gapenski, L.C., and Daves, P.R. (1999). Intermediate Financial
Management, 6th edition, The Dryden Press, Orlando.
Brigham, E. F. and Ehrhardt, M.C. (2005). Financial Management: Theory and Practice,
11 edition, Thomson, Ohio.
Chen, J. & Dheinsiri. N (2009) Determinant of dividend policy: The evidence from New
Zealand, International research journal of finance and Economic, ISSN 1450-2887.
issued 34. PP: 17-28.
Chen, R. Carl and Steiner T. (1999). Managerial ownership and agency conflicts: A
nonlinear simultaneous equation analysis of managerial ownership, risk taking, debt
policy, and dividend policy, Financial Review, Vol. 34. PP: 119-137.
Chen, J. and Strange, R. (2005). The determinants of capital structure: Evidence from
Chinese listed companies, economic change and restructuring, 38, PP: 11-35.
Chen, G., Firth M., & Liping Xu. (2009). Daes the type of ownership control matter?.
Evidence from chinna’s listed comphanies, Journal of Banking & Finance, vol 33
pp: 171-181.
Crutchley, C and Hansen. (1989). A Test of the Agency Theory of managerial Ownership,
Corporate Leverage, and Corporate Dividends, Financial Management, 18, PP: 36-46.
Cotei, C. and Farhat, J. (2009). The trade-off theory and the pecking order theory: are they
mutually exclusive? North American Journal of Banking Research, vol 3, PP: 1-16.
Darminto. & Manurung. A. (2008). Pengujian teori trade off dan teori pecking order
dengan satu model dinamis pada perusahaan public di Indonesia, Jurnal Manajemen
Bisnis., vol.1., (1). Mei. PP: 35-52.
Easterbrook, F.H. (1984). Two agency-cost explanations of dividend, The American
Economic Review, September, Vol 74. (4). PP: 650-659.
Elliott, W.B., J. Koëter-Kant., and R.S. Warr. (2007). A valuation-based of market timing,
Journal of Corporate Finance, No: 13, PP: 112-128.
Faroghi, D., Karimi. F., & Moment. Z. (2011). The investigation relationship of dividend
behavior and likelihood of paying dividend with financial variabel in Tehran stock
exchange. Interdiciplioner journal of contemporary research in business, Vol 3. (8).
December. PP: 390-397.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
255
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Fama, E. F. and Frenc, K. (2002). Testing trade-off and pecking order prediction about
dividend and debt, Review of Financial Studies, 15, PP: 1-33.
Frank, M.Z. and Goyal, V. K. (2003). Testing the pecking order theory of capital structure,
Journal of Financial Economics, 67, PP: 217-248.
Gitman. L.J. (2003). Principles of Managerial Finance, Ed.10, Addision Wisley, USA.
Ghozali, I. (2001). Aplikasi Analisis Multivariate Dengan Program SPSS, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Graham, T.R and Harvey, C.R. (2001). The theory and practice of corporate finance:
evidence from the field, Journal of Financial Economics 60, PP: 187-243.
Indriantoro, N. dan Supomo, B. (2002). Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi
dan Manajemen. Cetakan pertama, Jogjakarta: BPFE UGM.
Jensen, M., and Meckling, W. (1976). Theory of the firm: Managerial behavior agency
cost and ownership structure., Journal of Finance and Analysis 21. PP: 131-144.
Jensen, M. (1986). Agency cost of free cash flow, corporate finance, and takeover.,
American Economic Review., vol.76, PP: 323-326.
Jensen, Gerald R, D.P. Solberg, and T.S.Zorn. (1992). Simultaneous determination of
insider ownership, debt, and dividends, Journal of Financial and Quantitative
Analysis, No. 27. PP: 247-263.
Kalay. A. (1982). Stockholder-Bondholder conflict and dividend constraints, Journal of
Finacial Economic, No. 10. PP: 211-233.
Kale, J.R., and T.H, Noe. (1990). Dividend, uncertainty, and and underwritter cost under
asymetric information, Journal of Finance Research, No. 13, PP: 265-277.
Khan. F., Annuar. M.A., Choo, L.G. Joddon, I.A. & Jamil, A. (2011). Determinant of
dividend policy of listed companies on Karachi Stock Exchange, Australian journal
of basic & applied science, 5 (12), PP: 2917-2928.
La Porta. R, F. L. Silanes, and A. Shleifer. (1999). Corporate ownership around the world,
The Journal of Finance, Vol. LIV, No.2, April, PP: 471-517.
Lease. R.C., John. K., Kalay. A., Loewenstein. U., and Sarig. O.H. (1999). Dividend
policy: Its impact on firm value, Harvard Business School Press, Massachusetts.
Lu. Chillin., Liao. G.M., Yang. Y. (2007). Ownership structure, information disclosure
and corporate value: an empirical analysis of Taiwan companies. Proceeding of the
13th asia pacific management conference, Melbourne Australia. PP: 698-704.
Manurung. A.H. (2012). Teori Keuangan Perusahaan., Adlers Manurung Press, Jakarta.
Moh’d A. M. Pery G.L. and Rimbey N.J., (1995). An Investigation of Dinamic
Rerlationship Between Agency Theory and Dividend Policy, The Financial Review,
Vol XXX, No 2, PP: 367-384.
Mira, F. S. (2001). On capital structure in small and medium enterprises: the Spanish case,
Research paper series, hlm: 1-27.
Myer., S.C. (1984). The capital market puzzle., Journal of Finance., vol.39., hlm: 575592.
Nachrowi, D.N. & Usman, H. (2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika
Untuk Analisis Ekonomi dan Keuangan., Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi.,
Jakarta.
Okpara, G.C. (2010). Asymmetric information and dividend policy in emerging market:
Emperical evidence from Nigeria, International Journal of Economic and Finance,
vol. 3 No. 4. November. hlm: 212-230.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
256
Nugroho: Pertimbangan Ukuran Perusahaan, Usia Selama Go Public...
Pourheydari, O. Aflatoni. A. & Nikbakhat. Z. (2008). The pricing of dividend and book
value in equity valuation: The case of Iran. International research journal of finance
and Economic, ISSN 1450-2887. issued 13. 1-13.
Rozeff, M. S., (1982). Growth, beta and agency cost as determinants of dividend payout
ratios, Journal of Financial Research, 5, hlm. 249-259.
Saxena, A. (1999). Determinant of dividend policy: Regulated versus un regulated firms.
Financial management association conference.
Sekaran, U. (2003). Research Methods For Business: A Skill Building Approach,
International Edition, John Willey & Sons, USA.
Sen, M. and Oruc. E. (2008). Testing of pecking order theory in Istanbul stock exchange
market, International Research Journal of Finance and Economic, 21, hlm: 1-26.
Shyam-Sunder, L. and Myers. S.C. (1999). Testing static trade off againt pecking order
model of capital structure, Journal of Financial Economic 51, hlm 219-244.
Subramaniam, R. & Devi, S. (2011). Corporate governance and dividend policy Malaysia,
International conference on business and economic research, vol. 1, 200-2007.
Vidal, J. S. and Ugedo. J. F. (2005). Financing preference of Spanish firms: evidence on
the pecking order theory, Review of Quantitative Finance and accounting, 25, hlm:
341-355.
Viviani, J. L. (2008). Capital structure determinants: an empirical study of French
companies in the wine industry, International of Wine Business Research, vol. 2, (2),
hlm: 121-194.
Jurnal Akuntansi/Volume XVII, No: 02, Mei 2013: 237-257
257
Download